mekanisme pelaksanaan kegiatan pengadaan barang & jasa pemerintah
TRANSCRIPT
Tugas Hukum Administrasi dan Keuangan Negara II
Kelompok 4 (Kelas 3 D) 1.Christian Fernandes Hutabarat (03)2.Hisma Yuliet Abu Sopyan (17)3.Nur Ikhsan (24)4.Uce Binsar Sahat Maruli Sitinjak (37)
AKUNTANSI PEMERINTAHANSEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
2010
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Mekanisme Pelaksanaan
Kegiatan Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah
Pengadaan yang memerlukan penyediaan barang/jasa.Pemilikan penyedia barang/jasa.Penyusunan dan penandatanganan kontrak.Pengendalian dan penyelesaian perselisihan.Pengadaan dengan swakeloka.
Contents:
PASAL 31 AYAT (7) KEPPRES NO.80 TAHUN 2003
Untuk memperlancar persiapan penandatanganan kontrak dan memperkecil resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kontrak baik secara material maupun finansial, maka untuk pengadaan barang/jasa yang kompleks dan atau bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) agar sejak penyusunan dokumen pengadaan khususnya pembuatan konsep kontrak telah menggunakan jasa ahli hukum kontrak yang profesional.
Penyusunan Dokumen Pengadaan
Barang/Jasa (Lampiran Keppres No. 80 Tahun 2010)
Dokumen Pengadaan Barang/ Jasa Pemborongan/ Jasa Lainnyaa. Panitia menyiapkan dokumen pemilihan penyedia barang/jasa
untuk keperluan pengadaan barang/jasa. Dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, panitia harus mencantumkan secara jelas dan terinci semua persyaratan yang diperlukan, baik administratif maupun teknis, penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri dan preferensi harga, unsur-unsur yang dinilai, kriteria, formula evaluasi yang akan digunakan, dan jenis kontrak yang dipilih termasuk contoh-contoh formulir yang perlu diisi yang dapat dimengerti dan diikuti oleh calon penyedia barang/jasa yang berminat;
b. Panitia juga menyiapkan dokumen pasca/prakualifikasi untuk calon penyedia barang/jasa berupa formulir isian yang memuat data administrasi, keuangan, personil, peralatan, dan pengalaman kerja;
c. Panitia menetapkan nilai nominal jaminan penawaran sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 3% (tiga persen) dari nilai HPS.
d. Dokumen pengadaan terdiri dari :1) Dokumen pasca/prakualifikasi;2) Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa.
e. Dalam hal pengadaan dilakukan prakualifikasi, dokumen prakualifikasi sekurang-kurangnya memuat:1. Pengumuman prakualifikasi yang memuat : lingkup pekerjaan,persyaratan peserta, waktu dan tempat pengambilan dan pemasukan dokumen prakualifikasi, serta penanggung jawab prakualifikasi;2. Tata cara penilaian yang meliputi penilaian aspek administrasi, permodalan, tenaga kerja, peralatan, pengalaman dengan mempergunakan metode sistem gugur atau sistem nilai (scoring system).f. Dokumen pemilihan penyedia barang/jasa sekurang-kurangnya memuat:1. Undangan kepada penyedia barang/jasa yang mendaftar dalam hal dilakukan pascakualifikasi/yang lulus prakualifikasi, sekurangkurangnya memuat:
a) tempat, tanggal, hari, dan waktu untuk memperoleh dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan keterangan lainnya;b) tempat, tanggal, hari, dan waktu pemberian penjelasan mengenai dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan keterangan lainnya;c) tempat, tanggal, hari, dan waktu penyampaian dokumen penawaran;d) alamat tujuan pengiriman dokumen penawaran;e) jadual pelaksanaan pengadaan barang/jasa sampai dengan penetapan penyedia barang/jasa.
Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 64 Perpres No.54 Tahun 2010
(1) ULP/Pejabat Pengadaan menyusun Dokumen Pengadaan Barang/Jasa yang terdiri atas:
a. Dokumen Kualifikasi; danb. Dokumen Pemilihan.
(2) Dokumen Kualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, paling kurang terdiri atas:a. petunjuk pengisian formulir isian kualifikasi;b. formulir isian kualifikasi;c. instruksi kepada peserta kualifikasi;d. lembar data kualifikasi;e. Pakta Integritas; danf. tata cara evaluasi kualifikasi.
(3) Dokumen Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, paling kurang terdiri atas:a. undangan/pengumuman kepada calon Penyedia Barang/Jasa;b. instruksi kepada peserta Pengadaan Barang/Jasa;c. syarat-syarat umum Kontrak;d. syarat-syarat khusus Kontrak;e. daftar ...e. daftar kuantitas dan harga;f. spesifikasi teknis, KAK dan/atau gambar;g. bentuk surat penawaran;h. rancangan Kontrak;i. bentuk Jaminan; danj. contoh-contoh formulir yang perlu diisi.
(4) PPK menetapkan bagian dari rancangan Dokumen Pengadaan yang terdiri atas:a. rancangan SPK; ataub. rancangan surat perjanjian termasuk:1) syarat-syarat umum Kontrak;2) syarat-syarat khusus Kontrak;3) spesifikasi teknis, KAK dan/atau gambar;4) daftar kuantitas dan harga; dan5) dokumen lainnya.c. HPS.
(1) PPK menyusun rancangan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (4) huruf a dan huruf b.(2) Rancangan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa disusun dengan berpedoman pada Standar Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Kontrak Pengadaan Barang/Jasa serta pedoman penyusunan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa diatur dengan peraturan Kepala LKPP.
Pasal 65 Perpres No. 54 Tahun 2010
Paragraf Ketiga (Penandatanganan Kontrak)
Pasal 31 Keppres No. 80 Tahun 2010
1. Para pihak menandatangani kontrak selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya surat keputusan penetapan penyedia barang/jasa dan setelah penyedia barang/jasa menyerahkan surat jaminan pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak kepada pengguna barang/jasa.
2. Untuk pekerjaan jasa konsultansi tidak diperlukan jaminan pelaksanaan
3. Untuk pengadaan dengan nilai di bawah Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) bentuk kontrak cukup dengan kuitansi pembayaran dengan meterai secukupnya.
4. Untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), bentuk kontrak berupa Surat Perintah Kerja (SPK) tanpa jaminan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 86 Perpres No. 54 Tahun 20101. PPK menyempurnakan rancangan Kontrak
Pengadaan Barang/Jasa untuk ditandatangani.
2. Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dilakukan setelah DIPA/DPA disahkan.
3. Para pihak menandatangani Kontrak setelah Penyedia Barang/Jasa menyerahkan Jaminan Pelaksanaan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya SPPBJ.
4. Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang kompleks dan/atau bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli hukum Kontrak.
5. Untuk pengadaan dengan nilai di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), bentuk kontrak berupa kontrak pengadaan barang/jasa (KPBJ) dengan jaminan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
6. Dalam melakukan perikatan, para pihak sedapat mungkin menggunakan standar kontrak atau contoh SPK yang dikeluarkan pimpinan instansi yang bersangkutan atau instansi lainnya.
7. Kontrak untuk pekerjaan barang/jasa yang bernilai di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) ditandatangani oleh pengguna barang/jasa setelah memperoleh pendapat ahli hukum kontrak yang profesional.
5. Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas nama Penyedia Barang/Jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar Penyedia Barang/Jasa, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6. Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapat menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, sepanjang mendapat kuasa/ pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.
Pasal 47 Ayat (2) Keppres No. 80 Tahun 2003
Instansi pemerintah bertanggung jawab atas pengendalian pelaksanaan pengadaan barang/jasa termasuk kewajiban mengoptimalkan penggunaan produksi dalam negeri, perluasan kesempatan berusaha bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil.
PengendalianPasal 115 Perpres No. 54 Tahun 2010
1.K/L/D/I dilarang melakukan pungutan dalam bentuk apapun dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
2.Pimpinan K/L/D/I wajib melaporkan secara berkala realisasi Pengadaan Barang/Jasa kepada LKPP.
Paragraf KesepuluhPenyelesaian Perselisihan
(Pasal 38 Keppres No.80 Tahun 2003)
1. Bila terjadi perselisihan antara pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa maka kedua belah pihak menyelesaikan perselisihan di Indonesia dengan cara musyawarah, mediasi, konsiliasi, arbitrase, atau melalui pengadilan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kontrak menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
2. Keputusan dari hasil penyelesaian perselisihan dengan memilih salah satu cara tersebut di atas adalah mengikat dan segala biaya yang timbul untuk menyelesaikan perselisihan tersebut dipikul oleh para pihak sebagaimana diatur dalam kontrak.
Paragraf Ketujuh, Penyelesaian Perselisihan(Pasal 94 Perpres No. 54 Tahun 2010)
1.Dalam hal terjadi perselisihan antara para pihak dalam penyediaan barang/jasa pemerintah, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah untuk mufakat.
2.Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian perselisihan tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase, alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IIISWAKELOLA
Pasal 39 Keppres No. 80 Tahun 2010
1.Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri
2.Swakelola dapat dilaksanakan oleh:a.Pengguna barang/jasa;b.Instansi pemerintah lain;c.Kelompok masyarakat/lembaga swadaya masyarakat penerima hibah.
3.Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola :a.Pekerjaan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan dan sesuai dengan fungsi dan tugas pokok pengguna barang/jasa; dan/atau
b.Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat setempat; dan/atau
c.Pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa; dan/atau
d.Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yang besar; dan/atau
e.Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya, atau penyuluhan; dan/atau
f. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa; dan/atau
g.Pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium, pengembangan sistem tertentu dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah;
h.Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang/jasa yang bersangkutan.
4. Prosedur swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan di lapangan dan pelaporan.
Pelaksanaan SwakelolaPasal 29 Perpres No.54 Tahun 2010
Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola oleh K/L/D/I selaku Penanggung Jawab Anggaran dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:a.Pengadaan bahan/barang, Jasa Lainnya,
peralatan/suku cadangdan tenaga ahli dilakukan oleh ULP/Pejabat Pengadaan;
b.Pengadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a berpedomanpada ketentuan dalam Peraturan Presiden ini;
c.Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara berkala berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borongan;
d.Pembayaran gaji tenaga ahli yang diperlukan dilakukan berdasarkan Kontrak.
e. Penggunaan tenaga kerja, bahan dan/atau peralatan dicatat setiap hari dalam laporan harian;
f. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan Uang Persediaan (UP)/Uang Muka kerja atau istilah lain yang disamakan dilakukan oleh Instansi Pemerintah pelaksana Swakelola;
g. UP/Uang Muka kerja atau istilah lain yang disamakan, dipertanggungjawabkan secara berkala maksimal secara bulanan;
h. Kemajuan fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu yang disesuaikan dengan penyerapan dana;
i. Kemajuan non fisik atau perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan yang disesuaikan dengan penyerapan dana; dan
j. Pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh PPK, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.
Pasal 30 Perpres No.54 Tahun 2010
Pengadaan melalui Swakelola oleh Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:a. Pelaksanaan dilakukan berdasarkan
Kontrak antara PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan pelaksana Swakelola pada Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola.
b. Pengadaan bahan, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan oleh ULP/Pejabat Pengadaan pada Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola;
c. Pengadaan sebagaimana dimaksud pada huruf b berpedoman pada ketentuan dalam Peraturan Presiden ini;
d. Pembayaran upah tenaga kerja yang diperlukan dilakukan secara harian berdasarkan daftar hadir pekerja atau dengan cara upah borongan;
e. Pembayaran imbalan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan berdasarkan Kontrak;
f. Penggunaan tenaga kerja, bahan/barang dan/atau peralatan dicatat setiap hari dalam laporan harian;
g. Kemajuan fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu yang disesuaikan dengan penyerapan dana oleh Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola;
h. Kemajuan non fisik atau perangkat lunak dicatat dan dievaluasi setiap bulan yang disesuaikan dengan penyerapan dana oleh Instansi Pemerintah lain pelaksana Swakelola; dan
i. Pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilaksanakan oleh pihak yang ditunjuk PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran,berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.
Pasal 31 Perpres No. 54 Tahun 2010
Pengadaan secara Swakelola oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:a. Pelaksanaan Swakelola oleh
Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola dilakukan berdasarkan Kontrak antara PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola;
b. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa hanya diserahkan kepada Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola yang mampu melaksanakan pekerjaan;
c. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi hanya dapat berbentuk rehabilitasi, renovasi dan konstruksi sederhana;
d.Konstruksi bangunan baru yang tidak sederhana, dibangun oleh K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran untuk selanjutnya diserahkan kepada kelompok masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
e.Pengadaan bahan/barang, Jasa Lainnya, peralatan/suku cadang dan tenaga ahli yang diperlukan dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengadaan dan etika pengadaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini;
f.Penyaluran dana kepada Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola dilakukan secara bertahap dengan ketentuan sebagai berikut:1.40% (empat puluh perseratus) dari keseluruhan dana
Swakelola, apabila Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola telah siap melaksanakan Swakelola;
2.30% (tiga puluh perseratus) dari keseluruhan dana Swakelola, apabila pekerjaan telah mencapai 30% (tiga puluh perseratus); dan
3.30% (tiga puluh perseratus) dari keseluruhan dana Swakelola, apabila pekerjaan telah mencapai 60% (enam puluh perseratus).
g.Pencapaian kemajuan pekerjaan dan dana Swakelola yang dikeluarkan, dilaporkan oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola secara berkala kepada PPK;
h.Pengawasan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola; dan
i.Pertanggungjawaban pekerjaan/kegiatan Pengadaan disampaikan kepada K/L/D/I pemberi dana Swakelola sesuai ketentuan perundang-undangan.
Pelaporan, Pengawasan dan Pertanggungjawaban Swakelola
(Pasal 32 Perpres No. 54 Tahun 2010)
1)Pelaksanaan Swakelola diawasi oleh Penanggung Jawab Anggaran atau oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.
2)Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan oleh pelaksana lapangan/Pelaksana Swakelola kepada PPK secara berkala.
3)Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan setiap bulan secara berjenjang oleh Pelaksana Swakelola sampai kepada PA/KPA.
4)APIP pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran melakukan audit terhadap pelaksanaan Swakelola.
Tujuan dalam Pengadaan Barang/Jasa
Secara umum, memperoleh barang atau jasa dengan harga yang dapat dipertanggung jawabkan, jumlah dan mutu sesuai, tepat waktu.
PengadaanBarang/JasaPemerintah
Memperolehbarangataujasadenganhargayang dapatdipertanggungjawabkan, denganjumlahdanmutusesuai, sertapadawaktunya.
T u j u a n
Prinsip Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Prinsip Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
EfisienEfektif
Terbuka & BersaingTransparanAdil/Tidak
DiskriminatifAkuntabel
Latar BelakangBelanja melalui proses
pengadaan barang/jasa
Untuk menyediakan barang/jasa
publik
Kinerja:EfisiensiEfektivit
as
Dalam rangka kebijakan
fiskal untuk menggerakan perekonomia
n
Kinerja:Pertumbuhan ekonomi, daya
saing, lapangan kerja
Besarnya Volume Belanja
Melalui Pengadaan Barang/Jasa
Pendekatan & Pengaturan Lingkungan
Usaha Pengadaan
Lebih Efisie
n
Pendekatan & Pengaturan
Proses
Peran Belanja Bagi
Perekonomian Lebih Besar
Instrumen Pengembangan Good Governance
(Public dan Corporate)
√ Inefisiensi, bagaimana belanja yang efisien;√ Lemahnya daya saing nasional, bagaimana
memaksimalkan peran belanja pemerintah bagi pertumbuhan perekonomian, khususnya mendorong peningkatan daya saing;
√ Governance.
Problem
Proses dan tata cara yang tidak sederhana.Persaingan tidak sempurna dalam suatu lingkungan usaha.Rendahnya daya saing barang/jasa domestik.
Problem (Inefisiensi)
FaktorFaktor
Kurang Maksimalnya Peran Belanja: Belanja yang inefisien dan
inefektif Kurang termanfaatkannya belanja
sbg pasar bagi usaha domestik pada bidang usaha yang efek penggandanya besar
Kurang mendorong keinginan peningkatan kemampuan usaha
Pasar yang pasti untuk tumbuhnya industri dan usaha jasa baru
Problem
FaktorFaktor
Governance:Transparansi Bagi Semua Stakeholder
Partisipasi Seluruh Komponen Masyarakat
Dalam Rangka Checks & BalancesAkuntabilitas
Problem
Lingkungan Strategis Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
DemokratisasiOtonomi Daerah
Liberalisasi Perdagangan
FaktorFaktor
Legal FrameworkAdanya peraturan perundangan dan sistem pengadaan yang lebih memadai
Human ResourcesAdanya SDM yang mencukupi dalam kapasitas dan profesionalitas
InstitutionalAdanya setting kelembagaan dlm rangka monitoring, pengembangan kebijakan, dan enforcement
Faktor
Prinsip-Prinsip Pengadaan
Persiapan & Pelaksanaan Pengadaan
Kebijakan Penggunaan
Produksi Dalam Negeri
Kebijakan Pemberdaya
an Usaha Kecil
Kebijakan2
Sektoral
Tujuan Kegiatan/
Proyek
Kapasitas SDM
Pengelola Pengadaan
Persaingan Usaha
Yang Sehat
Daya Saing Nasional
Public & Corporate
Governance
KERANGKA KERJA PENGADAAN BARANG/JASA
Tujuan Pengaturan Keppres No. 80 Tahun 2003Tujuan Pengaturan Keppres No. 80 Tahun 2003
Agar Pelaksanaan Pengadaan Dilakukan Secara:
Efisien, Efektif,
Terbuka dan Bersaing, Transparan,
Adil/Tidak Diskriminatif & Akuntabel.
Kebijakan umum
Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan
perekayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/jasa produksi dalam negeri pada
perdagangan internasional;
Kebijakan UmumMeningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang/jasa;Menyederhanakan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses pengambilan keputusan dalam pengadaan barang/jasa;Menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional;
Kebijakan Umum Meningkatkan profesionalisme,
kemandirian, dan tanggungjawab pengguna, panitia/pejabat pengadaan, dan penyedia barang/jasa;
Meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan;
Kebijakan Umum Mengharuskan pelaksanaan
pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia;
Kewajiban mengumumkan secara terbuka rencana pengadaan barang/jasa kecuali pengadaan barang/jasa yang bersifat rahasia pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada masyarakat luas.
• Barang• Jasa
Pemborongan• Jasa lain
Kegiatan
Swakelola Pengguna
Instansi lain
Metode pemilihan:• Seleksi
umum/terbatas• Seleksi langsung• Penunjukan
langsungMetode pemilihan:• Pelelangan
Umum/Terbatas• Pemilihan
langsung• Penunjukan
langsung
Jasa Konsultan
Peta Pengaturan Keppres 80 Tahun 2003Peta Pengaturan Keppres 80 Tahun 2003
• Barang• Jasa
Pemborongan• Jasa Lain
Kegiatan
Swakelola Pengguna
Instansi Lain
Penerima Hibah
Metode Pemilihan:• Seleksi
Umum/Terbatas• Seleksi Langsung• Penunjukan
LangsungMetode Pemilihan:• Pelelangan
Umum/Terbatas• Pemilihan
Langsung• Penunjukan
Langsung
Jasa Konsultan
Badan Usaha & Orang Perseorangan
Created by IkakGP
Prosedur Perlu Sederhana.
Usaha Kecil Perlu Dilindungi & Diperluas Peluang Usahanya
Konsistensi Ketentuan Perlu Dijamin
Persaingan Usaha Yang Sehat Perlu Didorong
Produksi Dalam Negeri Perlu Ditingkatkan Penggunaannya
Pengelola Proyek & Penyedia Perlu Didorong Untuk Meningkatkan Profesionalitas
7 Gagasan PokokDalam Keppres 80 Tahun 2003
7 Gagasan PokokDalam Keppres 80 Tahun 2003
Ekonomi Biaya Tinggi Dikurangi
Menyederhanakan ProsedurKonsep Swakelola:
Dengan alasan tertentu,
pelaksanaan secara swakelola
dapat dipilih sejak awal.
Pengadaan paket kecil: Paket s/d
Rp. 50 juta dapat ditunjuk langsung
Dokumen pendukung: Peserta
lelang tidak perlu melampirkan
dokumen pendukung
kualifikasi diganti dengan pernyataan
kualifikasi.
Kepanitiaan:Pejabat Pengadaan
untuk nilai pengadaan s/d
Rp. 50 juta.
Menyederhanakan Prosedur
Kualifikasi:
Kewajiban melakukan pasca-kualifikasi untuk pelelangan umum.Menyederhanakan persyaratan kualifikasi badan usaha dalam pengadaan.
Larangan membuat kriteria dan persyaratan yang diskriminatif dan tidak obyektif.Larangan kepada departemen/ lembaga/ pemerintah daerah menambah persyaratan yang bertentangan dengan Keppres.
SwakelolaPekerjaan yang dapat dilakukan dengan swakelola :a.Pekerjaan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan dan sesuai dengan fungsi dan tugas pokok pengguna barang/jasa; dan/atau
b.Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat setempat; dan/atau
c.Pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa; dan/atau
d.Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yang besar; dan/atau
e. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya, atau penyuluhan; dan/atau
f. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa; dan/atau
g. Pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium, pengembangan sistem tertentu dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah;
h. Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang/jasa yang bersangkutan.
Created by IkakGP
Penyedia adalah badan usaha/ perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/ jasa.Persyaratan pertama memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan usaha.
Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi
Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi
Persyaratan: pernah memiliki pekerjaan dalam 4 th terakhir (kontrak/sub kontrak, dg swasta/ pemerintah).Panitia pengadaan sebagai pelaksana tunggal yang menilai terpenuhinya persyaratan.
Created by IkakGP
Larangan menambah
persyaratan: Panitia dilarang
menambah persyaratan di luar yang telah
ditetapkan dalam Keppres atau
peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.
Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi
Mengurangi Ekonomi Biaya Tinggi
Kemampuan usaha didasarkan pada ukuran yg lazim pada usaha ybs, dan bila ada harus merupakan syarat minimal.Pembidangan usaha didasarkan pada pengalaman mengerjakan paket pekerjaan sejenis.
Created by IkakGP
Mendorong Persaingan Usaha
Mendorong Persaingan Usaha
Menghapuskan Segmentasi:Tidak diatur penggolongan usaha yang dikaitkan dengan kemampuan melaksanakan paket pekerjaan yang didasarkan pada nilai paket.Tidak diatur pembidangan usaha untuk menentukan jenis usaha yang dapat ikutserta dalam pengadaan.
Kewajiban melaksanakan pelelangan umum dengan pasca-kualifikasi
Pakta Integritas
Created by IkakGP
Mendorong Persaingan Usaha
Mendorong Persaingan Usaha
Memperluas Kompetisi:
Keikutsertaan hanya didasarkan pada kompetensi/ kemampuan usaha.Tidak boleh menghalangi keikutsertaan badan usaha dari luar kabupaten/kota.Kewajiban memberi waktu yang cukup.
Transparansi:Pengumuman
rencana pengadaan.
Pengumuman pelaksanaan. pengadaan di
surat kabar propinsi atau
nasional yang ditetapkan.
Peluang Usaha Kecil:Menyediakan paket pekerjaan di bawah Rp. 1 milyar untuk usaha kecil.Tidak memusatkan kegiatan yang tersebar di daerah.Tidak menyatukan paket yang seharusnya dapat dilaksanakan oleh usaha kecil.
Tidak membuat kriteria, persyaratan atau prosedur yang tidak obyektif.Menghilangkan segmentasi usaha berdasarkan klasifikasi, kualifikasi, serta wilayah.
Melaporkan rencana paket-paket pekerjaan untuk usaha kecil kepada instansi pembinaPenyusunan direktori peluang usahaPengawasan masyarakat berdasarkan UU No. 9 tahun 1995 yang diikuti pemberian sanksi pidana.Pembebasan usaha kecil dari pungutan biaya berkaitan dengan perizinan, registrasi dll.
Mengefektifkan Perlindungan Usaha Kecil:
◐ Dokumen lelang memuat secara jelas ketentuan penggunaan produksi dalam negeri.
◐ Memberi kesempatan usaha nasional sebagai penyedia utama.
◐ Berkonsorsium dengan usaha asing.◐ Usaha nasional diberi peluang menggunakan
tenaga ahli asing.◐ Diperhatikannya spesifikasi, kualifikasi, dan
standar nasional, serta kemampuan/potensi nasional.
◐ Preferensi harga.
Memaksimalkan Penggunaan Produksi
Dalam Negeri:
Pembinaan Oleh Departemen Untuk Memaksimalkan Penggunaan Produksi
Dalam Negeri:
Menggali dan menghimpun masukan tentang komponen dalam negeri.Inventarisasi komponenMembangun sistem informasi.Menyediakan informasi produksi dalam negeri.Melakukan koordinasi antar instansi.
Mendorong Penggunaan Produksi Dalam Negeri:
Tetap diwajibkannya penggunaan SNI dalam spesifikasi teknis.Keikutsertaan perusahaan asing hanya untuk paket di atas Rp. 50 milyar.Tetap diberlakukan preferensi harga untuk barang/jasa produksi dalam negeri.
Menjamin Konsistensi Ketentuan-Ketentuan
Pengadaan
Created by IkakGP
1. UU No. 18/1999.2. PP No. 29/2000.3. Keppres 17/2000.4. Keppres 18/2000.5. Perda-perda.6. Kepmen-kepmen.7. Juknis Keppres 18: SKB Menkeu dan Bappenas.
1. UU No. 18/1999.2. PP No. 29/2000.3. Keppres 42/2002.4. Keppres 80/2003.5. Lampiran Keppres 80/2003 sebagai bagian tidak tepisahkan dari Keppres.6. Perda-Perda.7. Kepmen-Kepmen.
Konsistensi Ketentuan-Ketentuan Pengadaan Barang & Jasa
Konsistensi Ketentuan-Ketentuan Pengadaan Barang & Jasa
Menjadikan pokok-pokok ketentuan dalam petunjuk teknis Keppres 18 tahun 2000 menjadi Lampiran Keppres 80 Tahun 2003.Melarang ketentuan-ketentuan instansi/daerah yang bertentangan dengan prinsip pengadaan dalam Keppres.Membentuk lembaga pengembangan kebijakan pengadaan yang lintas departemen/sektor/tingkatan pemberintahan.
Peningkatan Profesionalitas Pengelola Proyek
Kewajiban Memiliki Sertifikat Ahli Pengadaan Pemerintah Bagi Pengelola
Proyek Dengan Masa Transisi s.d. Akhir Tahun 2007.
Penegasan Wewenang & Kewajiban Pengelola Proyek.
Menghilangkan Conflict Of Interest Dari Pengelola Proyek.
Sertifikat Keahlian Pengadaan
Created by IkakGP
Sebelum TA 2008:Penunjukan Pengguna Barang/Jasa (Pimpro/ Pengguna Anggaran Daerah/ Panitia/Pejabat Pengadaan Wajib Memiliki Tanda Bukti Keikutsertaan Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa
Mulai TA 2008:PPK/ Panitia/Pejabat Pengadaan Wajib Memiliki Sertifikat Keahlian Pengaadaan Barang/Jasa Yang Diterbitkan Oleh Tim Pengembangan Kebijakan Pengadaan
SWAKELOLA
DEFINISI
Swakelola adalah: “Pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan,
dikerjakan, dan diawasi sendiri“.
PERSIAPAN PENGADAAN SWAKELOLA
1.Kriteria Pekerjaan Swakelola
a. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan dan sesuai dengan fungsi dan tugas pokok pengguna barang/jasa; dan/atau
b. Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat setempat; dan/atau
c. Pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi, atau pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa; dan/atau
d. Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yang besar; dan/atau
e.Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya, atau penyuluhan; dan/atau
f. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa; dan/atau
g.Pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium, pengembangan sistem tertentu dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah;
h.Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi pengguna barang/jasa yang bersangkutan.
2.Jenis Swakelola
a. Swakelola oleh pengguna barang/jasa.b. Swakelola oleh instansi pemerintah
lain.c. Swakelola oleh kelompok masyarakat
penerima hibah.
3. Perencanaan Kegiatan Swakelolaa. Menetapkan sasaran, rencana
kegiatan, dan jadwal pelaksanaan.
b. Perencanaan teknis dan kebutuhan bahan, tenaga ahli, serta peralatan yang sesuai.
c. Penyusunan rencana biaya.
4.Penyusunan KAK/Tor a. Uraian kegiatan.
b. Waktu pelaksanaan.
c. Produk yang dihasilkan serta biaya.
5. Jadwal Pelaksanaan Swakelola
a. Jadwal waktu mulai sampai berakhirnya pelaksanaan pekerjaan swakelola.
b. Pertimbangan waktu yang cukup. 6.Penyusunan RAB
a. Biaya tidak boleh melampaui pagu.
b. Mengikuti ketentuan yang berlaku.
c. Dibutuhkan tenaga ahli/peralatan/bahan dapat dilakukan dengan kontrak/sewa.
7. Pelaksanaan dan Pelaporan Swakelola 1)Swakelola Oleh
Pengguna Barang/Jasa:a. Apabila membutuhkan bahan, alat, tenaga
ahli, maka harus dibentuk panitia/pejabat pengadaan yang melaksanakan pengadaan bahan/alat/tenaga ahli tersebut.
b. Jumlah total biaya untuk pembayaran upah tenaga borongan/tenaga ahli maksimal 50% dari total biaya proyek/kegiatan swakelola.
c. Pembayaran upah tenaga kerja secara harian/upah borongan.
d. Pembayaran gaji tenaga ahli secara kontrak individual konsultan.
2) Swakelola Oleh Instansi Pemerintah Lain:a. Apabila membutuhkan bahan, alat, tenaga
ahli, maka harus dibentuk panitia/pejabat pengadaan yang melaksanakan pengadaan bahan/alat/tenaga ahli tersebut.
b. Jumlah total biaya untuk pembayaran upah tenaga borongan/tenaga ahli maksimal 50% dari total biaya proyek/kegiatan swakelola.
c. Pembayaran upah tenaga kerja secara harian/upah borongan.
d. Pembayaran gaji tenaga ahli secara kontrak individual konsultan.
e.Dilakukan pencatatan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan swakelola.
f.Pengawasan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan oleh pelaksana yang ditunjuk oleh pengguna barang/jasa.
g.Laporan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan oleh pelaksana kepada pengguna barang/jasa setiap bulan.
h.Penguna melaporakan kepada atasannya (Menteri/Kepala LPND, Kepala Daerah atau pejabat yang disamakan).
Swakelola Oleh Penerima Hibah:
a. Pengadaan bahan/alat/tenaga ahli dilakukan oleh penerima hibah.
b. Jumlah total biaya untuk pembayaran upah tenaga borongan/tenaga ahli maksimal 50% dari total biaya proyek/kegiatan swakelola.
c. Penyaluran dana hibah secara bertahap :a. 50% organisasi pelaksanaan penerima hibah telah siap.b. 50% sisanya apabila pekerjaan telah mencapai 30%.
d. Laporan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan secara berkala kepada pengguna barang/jasa.
e. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh penerima hibah.