mekanisme kejang meidalena pbl blok 6
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 Mekanisme Kejang Meidalena Pbl Blok 6
1/10
Mekanisme Kejang
Meidalena Anggresia Bahen
102010056
A2
22 April 2011
-
8/2/2019 Mekanisme Kejang Meidalena Pbl Blok 6
2/10
Mekanisme Kejang
Meidalena Anggresia Bahen
Pendahuluan
Sistem saraf tersusun menjadi susunan saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan
korda spinalis dan system saraf tepi (SST), yang terdiri dari serat-serat saraf yang membawa
informasi antara SSP dan bagian ntubuh lain (perifer). SST kemudian dibagi lagi menjadi
divisi aferen dan eferen. Divisi aferen ( afferent berarti membawa ke ) membawa informasi
ke SSP, memberitahu SSP mengenai lingkungan eksternal dan aktivitas-aktivitas internal
yang diatur oleh SSP. Instruksi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen (efferent berarti
membawa dari ) ke organ efektor-otot atau kelenjar yang melaksanakan perintah untuk
menimbulkan efek yang diinginkan Sistem saraf eferen dibagi menjadi system saraf somatic,
yang terdiri dari serat-serat neuron motorik yang mempersarafi otot-otot rangka, dan serat-
serat sistem saraf otonom, yang mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Sistem
yang terakhir dibagi lagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis,
keduanya mempersarafi sebagian besar organ yang dipersarafi oleh sistem otonom.
Sistem saraf tersusun oleh tiga kelasneuron yaitu neuron aferen , neuron eferen, dan
antarneuron. Sistem saraf aferen terdiri dari neuron aferen, yang bentuknya berbeda dari
neuron eferen dan antarneuron. Neuron eferen juga berada terutama di sistem saraf perifer.
Badan sel neuron eferen berada di SSP, tempat banyak masukan prasinaps yang berlokasi
sentral berkonvergensi pada neuron tersebut untuk mempengaruhi keluaran ke organ efektor.
Sedangkan antarneuron (interneuron) terletak seluruhnya di dalam SSP. Sekitar 90% dari
semua neuron termasuk dalam kategori ini.1
Alamat korespondensi :
Meidalena Anggresia Bahen, Mahasiswa semester 1 Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510
Email : [email protected]
mailto:[email protected]:[email protected] -
8/2/2019 Mekanisme Kejang Meidalena Pbl Blok 6
3/10
Sistem Motorik : Otot dan saraf
Divisi eferen sistem saraf perifer adalah penghubung komunikasi dengan susunan
saraf pusat yang mengontrol aktivitas otot dan kelenjar. SSP mengatur organ-organ efektor
ini dengan menimbulkan potensial aksi di badan-badan sel neuron eferen yang akson-
aksonnya berakhir di organ-organ tersebut. Otot-otot jantung, otot plos, sebagian besar
kelenjar eksokrin, dan sebagian kelenjar endokrin dipersarafi oleh sistem saraf otonom, yan
dianggap merupakan cabang involunter divisi eferen perifer. Otot-otot rangka dipersarafi oleh
sistem saraf somatic, yaitu cabang volunteer divisi eferenperifer.
Setiap jalur saraf ototnom yang berjaln dari SSP ke suatu organ terdiri dari suatu
rantai yang terdiri dari dua neuron . Badan sel neuron pertama dirantai tersebut terletak diSSP. Aksonnya, serat praganglion, bersinaps, dengan badan sel kedua , yang terdapat didalam
suatu ganglion di luar SSP. Akson neuron kedua, serat pascaganglion, mempersarafi organ-
organ efektor.
Sistem saraf otonom terdiri dari dua divisi yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasi parasimpatis. Serat-serat saraf simpatis berasal dari daerah torkal dan lumbal korda
spinalis. Sebagian besar saraf praganglion simpatis berukuran sangat pedek, bersinaps dengan
badan sel neuron pascaganglion didalam ganglion yag terdapat di rantai ganglion simpatis
(symphatetic trunk) yang terletak di kedua sisi korda spinalis. Serat pascaganglion panjang
yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir di organ-organ efektor. Sebagian serat
praganglion melewati rabtai ganglion tanpa membentuk sinaps, dan kemudian berakhir di
ganglion kolateral simpatis yan terletak sekitar separuh jalan antara SSP dan organ-orga yang
dipersarafi, dengan serat pascaganglion menjalani jarak sisanya.
Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral SSP.
(Sebagian saraf kranialis mengandung serat parasimpatis). Serat-serat ini berukuran lebih
panjang dibandingkan dengan serat praganglion simptis karena serat serat itu tidak terputus
sampai mencapai ganglion terminal yang terletak didalam atau dekat organ efektor. Serat-
serat pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel sel organ yang bersangkutan itu
sendri.
Neuron motorik mempersarafi otot rangka
Otot rangka dipersarafi oleh neuron motorik, yang akson-aksonnya membentuk sistem
saraf somatic. Badan sel dari neuron-neuron motorik ini terletak di dalam tanduk
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
8/2/2019 Mekanisme Kejang Meidalena Pbl Blok 6
4/10
ventralkorda spinalis. Tidak eperti rantai dua-neuron pada serat saraf otonom, akson suatu
neuron motorik berjalan dari asalanya korda spinalis sampai tempat terakhirnya di otot
rangka. Bagian terminal akson neuron motorik mengeluarkan asetilkolin, yang menimbulkan
eksitasi dan kontraksi serat-serat otot yang dipersarafi. Neuron motorik hanya dapat
merangsang otot-otot rangka, berbeda dengan serat otonom, yang dapat merangsang atau
menghambat organ-organ efektor serat otonom. Inhibisi aktvitas otot rangka hanya dapat
dilakukan dalam SSP melalui pengaktifan masukan sinaps inhibitorik ke badan sel dan
dendrit dari neuron-neuron motorik yang mempersarafi otot tertentu.
Neuron motorik dipengruhi oleh banyak masukan prasinaps konvergen, baik yang
bersifat eksitatorik maupun inhibitatorik. Sebagian dari masukan ini adalah bagian dari jalur
refleks spinal yang berasal dari reseptor-reseptor sensorik perifer.Yang lain adalah bagian
dari jalur-jalur desendens yang berasal dari otak. Daerah-daerah di otak yang mengontrol
gerkan otot rangka meliputi daerah-daerah motorik korteks, nucleus basal, serebellum, dan
batang otak.
Neuron motorik dianggap sebagai jalur bersama terakhir (final common pathway)
karena satu-satunya jalan bagi setiap bagian lain di sistem saraf untuk dapat mempengaruh
aktivitas otot rangka dengan bekerja pada neuron motorik ini. Tingkat aktivitas di suatu
neuron motorik serta keluaran yang dihasilkannya ke serat otot rangka yang dipersarafi
bergantung pada keseimbangan relative antara EPSP dan IPSP yang ditimbulkan oleh
masukan-masukan prasinaps yang berasal dari berbagai daerah di otak.
Sistem somatic dianggap berada dibawah control kesadaran (volunter), tetapi bnayak
aktivitas otot rangka yang melibatkan postur, keseimbangan, dan gerakan-gerakan stereotipik
dikontrol di alam bawah sadar (involunter).1
Liquor Cerebrospinalis (LCS)
Liquor cerebrospinal (LCS) atau cairan serebrospinal (CSS) yang berada di ruang
subarakhnoid merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula
spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume intrakranial
kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml
(rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik
ekstra sel maupun intra sel. Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit
atau 500 ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
8/2/2019 Mekanisme Kejang Meidalena Pbl Blok 6
5/10
sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi.
Untuk mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan
serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari. Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat
merupakan proses dasar patologi suatu kelainan klinik.2
LCS mempunyai fungsi:
1. LCS menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. Unsur-unsur pokok pada LCSberada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi mempertahankan
lingkungan luar yang konstan terhadap sel-sel dalam sistem saraf.
2. LCS mengakibatkann otak dikelilingi cairan, mengurangi berat otak dalam tengkorakdan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak dari keadaan/trauma yang
mengenai tulang tengkorak
3. LCS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti CO2, laktat,dan ion Hidrogen. Hal ini penting karena otak hanya mempunyai sedikit sistem
limfatik. Dan untuk memindahkan produk seperti darah, bakteri, materi purulen dan
nekrotik lainnya yang akan diirigasi dan dikeluarkan melalui villi arakhnoid.
4. Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormon hormon dari lobusposterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari fineal dapat dikeluarkan ke LCS dan
transportasi ke sisi lain melalui intraserebral.
5. Mempertahankan tekanan intrakranial. Dengan cara pengurangan LCS denganmengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya
melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam
rongga subarakhnoid lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar
30%.3
Struktus Makroskopis
- Sistem VentrikelSistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV.
Ventrikel lateral terdapat di bagian dalam serebrum, amsing-masing ventrikel terdiri
dari 5 bagian yaitu kornu anterior, kornu posterior, kornu inferior, badan dan atrium.
Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di garis tengah yang berbentuk corong
unilokuler, letaknya di tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian korpus
unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan otak tengah dan
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
8/2/2019 Mekanisme Kejang Meidalena Pbl Blok 6
6/10
diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding hipothalanus. Disebelah
anteropeoterior berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus sylvii. Ventrikel
IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah ventral serebrum
dan dorsal dari pons dan medula oblongata.
- Meningen dan ruang subarakhnoidMeningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf yang
bersiaft non neural. Meningen terdiri dari jarningan ikat berupa membran yang
menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis. Meningen
terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater. Piameter merupakan
selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukan-
lekukan pada sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang
otak dan medula spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi
korpus vertebra. Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan
dengan piameter, tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arakhnoid dan
piameter disebut ruang subrakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-
pembuluh darah. Karena arakhnoid tidak mengikuti lekukan-lekukan otak, maka di
beberapa tempat ruang subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling
besar adalah siterna magna, terletak diantara bagian inferior serebelum danme
oblongata. Lainnya adalah sisterna pontis di permukaan ventral pons, sisterna
interpedunkularis di permukaan ventral mesensefalon, sisterna siasmatis di depan
lamina terminalis. Pada sudut antara serebelum dan lamina quadrigemina terdapat
sisterna vena magna serebri. Sisterna ini berhubungan dengan sisterna
interpedunkularis melalui sisterna ambiens. Ruang subarakhnoid spinal yang
merupakan lanjutan dari sisterna magna dan sisterna pontis merupakan selubung dari
medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang subarakhnoid dibawah L2 dinamakan
sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan serebrospinal diambil pada waktu
pungsi lumbal. Durameter terdiri dari lapisan luar durameter dan lapisan dalam
durameter. Lapisan luar dirameter di daerah kepala menjadi satu dengan periosteum
tulang tengkorak dan berhubungan erat dengan endosteumnya.
- Ruang EpiduralDiantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang
mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
8/2/2019 Mekanisme Kejang Meidalena Pbl Blok 6
7/10
- Ruang SubduralDiantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikit cairan,
mengisi suatu ruang disebut ruang subdural.3
Pembentukan LCS
Cairan serebrospinal dibentuk dengan kecepatan sekitar 500 miimeter per hari, yaitu
sebanyak tiga sampai empat kali volume total cairan diseluruh sistem cairan serebrospinal.
Kira-kira dua pertiga atau lebih cairan ini berasal dari sekresi pleksus koroideus di keempat
ventrikel, terutama di kedua ventrikel lateral. Sejumlah kecil cairan tambahan disekresikan
oleh permukaan ependim ventrikel dan membrane arakhnoid, dan sebagian kecil berasal dari
otak itu sendiri melalui ruang perivaskular yang mengelilingi pembuluh darah yang masuk ke
dalam otak.
Saluran utama aliran cairan, berjalan dari pleksus koroideus dan kemudian melewati
system cairan serebrospinal. Cairan yang disekresikan di ventrikel lateral, mula-mula
mengalir ke dalam ventrikel ketiga; kemudian setelah mendapat sejumlah kecil cairan dari
ventrikel ketiga., cairan tersebut mengalir ke bawah di sepanjang aquaduktus sylvii ke dalam
ventrikel keempat, tempat sejumlah kecil cairan ditambahkan. Akhirnya cairan ini, keluar
dari ventrikel keempat melalui tiga pintu kecil yaitu dua foramen Luschka, di lateral dan satu
foramen Magendie di tengah, dan memasuki sisterna magna, yaitu suatu rongga cairan yang
terletak di belakang medulla dan di bawah serebelum.
Sisterna magna berhubungan dengan ruang subarachnoid yang mengelilingi seluruh
otak dan medulla spinalis. Hampir seluruh cairan serebrospinal kemudian mengalir ke atas
dari sisterna magna melalui ruan subarachnoid yang megelilingi serebrum. Dari sini cairan
megalir ke dalam vili araknoidalis yang menjorok ke dalam sinus venosus sagitalis yangbesar dan sinus venosus lainnya di serebrum. Jadi, setiap cairan ekstra akan bermuara ke
dalam darah vena melalui pori-pori vili tersebut.
Sekresi Pleksus Koroideus.
Pleksus koroideus, merupakan pertumbuhan pembuluh darah seperti kembang kol
yang dilapisi oleh selapis tipis sel epitel. pleksus ini menjorok ke dalam kornu temporalis di
setiap ventrikel lateral, bagian posterior ventrikel ketiga, dan atap ventrikel keempat. Sekresi
cairan ke dalam ventrikel oleh pleksus koroideusterutama bergantung pada transport aktif
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
8/2/2019 Mekanisme Kejang Meidalena Pbl Blok 6
8/10
dari ion natrium melewati sel epitel yang melapisi bagian luar pleksus . Ion natrium
selanjutnya akan menarik sejumlah besar ion klorida, karena ion natrium yang bermuatan
positif akan menarik ion klorida yang bermuatan negatif. Kedua ion bersama-sama
meningkatkan jumlah natrium klorida yang aktif scara osmosis dalam cairan serebrospinal,
yang kemudian segera menyebabkan osmosis air melalui membrane, yang akan menyediakan
cairan untuk disekresikan.
Transpor yang kurang begitu penting memndahkan sejumlah kecil glukosa ke dalam
cairan serebropinal dan mengeluarkan ion kalium dan bikarbonat dari cairan serebrospinal ke
dalam kapiler. Oleh karena itu, karakteristik cairan serebrospinal sebagai berikut : tekanan
osmotik kira-kira sama dengan plasma; konsentrasi ion natrium juga kira-kira sama dengan
plasma; ion klorida kurang lebih 15% lebih besar dari plasma; ion kalium kira-kira 40% lebih
kecil; dan glukosa kira-kira 30% lebih sedikit.4
Absorpsi Cairan Serebrospinal Melalui Vili Arachnoidales
Vili arachnoidalis secara mikroskopik merupakan penonjolan ke dalam seperti jari
dari membran arachnoid melalui dinding sinus venosus ke dalam sinus tersebut. Kumpulan
besar vili ini membenuk struktur makroskopis yang disebut granulasi arachnoidalis yang
terlihat menonjol ke dalam sinus. Dengan menggunakan mikrokop elektron, terlihat bahwa
vili ditutp oleh sel endotel yang memiliki jalur vesicular yang langsung menembus badan sel.
Jalur tersebut cukup besar untuk memungkinkan aliran yang relative bebas dari (1) cairan
serebrospinal, (2) molekul protein terlarut, dan (3) bahkan partikel-partikel sebesar eritrosit
dan leukosit ke dalam darah vena.4
Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Cairan bergerak dari ventrikel lateral ke foramen interventrikular (Munro) menujubentrikel ketiga otak, tempat cairan semakin banyak karena ditambahkan oleh pleksus
khoroideus ventrikel ketiga.
b. Dari ventrikel ketiga, cairan mengalir melalui akuaduktus serebral (sylvius) menujuventrikel ke empat, tempat cairan ditambahkan kembali dari pleksus koroid.
c. Cairan mengalir melalui tiga lubang pada langit-langit ventrikel keempat kemudianbersirkulasi mengenai ruang subarachnoid di sekitar otak dan medulla spinalis.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
8/2/2019 Mekanisme Kejang Meidalena Pbl Blok 6
9/10
d. Cairan kemudian diabsorpsi di vili arachnoid (granulasi) ke dalam sinus vena padaduramater dan kembali ke aliran darah tempat asal produksi cairan tersebut.
e. Reabsorpsi cairan serebrospinalis berlangsung secepat produksinya dan hanyamenyisakan sekitar 125 ml pada sirkulasi. Reabsorpsi normal berada di bawah
tekanan ringan (10mmHg sampai 20mmHg), tetapi jika ada hambatan saat reabsorpi
berlangsung maka cairan akan bertambah dan tekanan intracranial akan semakin
besar.5
Mekanisme Kejang
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat
berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yangdisebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak.
6,7Status epileptikus
adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atau kejang berulang lebih dari 30 menit tanpa
disertai pemulihan kesadaran.8
Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan
aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangsang
sel neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut diduga
disebabkan oleh; 1] kemampuan membran sel sebagai pacemakerneuron untuk melepaskan
muatan listrik yang berlebihan; 2] berkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gama
amino butirat [GABA]; atau 3] meningkatnya eksitasi sinaptik oleh transmiter asam glutamat
dan aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang.7,9,10
Status epileptikus terjadi oleh karena
proses eksitasi yang berlebihan berlangsung terus menerus, di samping akibat inhibisi yang
tidak sempurna.11
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak dapat diterima yaitukejang-kejang disebabkan karena gangguan fungsi LCS. Kejang-kejang merupakan gangguan
kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh
lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. Dan kejang terjadi karean adanya
peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara
berurutan merangsang sel neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
8/2/2019 Mekanisme Kejang Meidalena Pbl Blok 6
10/10
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta : EGC; 2001.2. Adams RD. Disturbances of cerebrospinal fluid circulation, including hydrocephalus
and meningeal reaction, infection of the nervous system, in principal of neurology. 6th
ed. New York : McGraw Hill; 1997.h.623-642, 717-721.
3. Chusid JG. Corelatif neuroanatomy and functional neurology. 2nd ed. New York:Lange Medical Publication; 1990. h. 391-397.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC; 2007.5. Sloane E.Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC;20036. Schweich PJ, Zempsky WT. Selected topic in emergency medicine. Dalam: McMilan
JA, DeAngelis CD, Feigen RD, Warshaw JB, Ed. Oskis pediatrics. Philadelphia:
Lippincot Williams & Wilkins; 1999. h, 566-89.
7. Smith DF, Appleton RE, MacKenzie JM, Chadwick DW. An Atlas of epilepsy. Edisike-1. New York: The Parthenon Publishing Group; 1998. h. 15-23.
8. Roth HI, Drislane FW. Seizures. Neurol Clin 1998; 16:257-84.9. Westbrook GL. Seizures and epilepsy. Dalam: Kandel ER, Scwartz JH, Jessel TM, ed.
Principal of neural science. New York: MCGraw-Hill; 2000. h. 940-55.
10.Najm I, Ying Z, Janigro D. Mechanisms of epileptogenesis. Neurol Clin North Am;2001.h. 19:237-50.
11.Hanhan UA, Fiallos MR, Orlowski JP. Status epilepticus. Pediatr Clin North Am;2001. h. 48:683-94.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]