mekanisme cedera mengacu pada bagaimana proses orang mengalami cedera

Upload: tri-anggun-utami

Post on 04-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

A

TRANSCRIPT

Mekanisme cedera mengacu pada bagaimana proses orang mengalami cedera. Cedera mungkin disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, tembakan dan sebagainya. Kemampuan menganalisa mekanisme cedera akan membantu anda memperkirakan keadaan dan tingkatan dari cedera sebagai dasar prioritas keputusan anda untuk melakukan pengkajian lanjutan, penanganan kegawat daruratan dan transportasi.

Kinetika Trauma

Trauma sebagian besar disebabkan oleh hasil benturan dua obyek atau tubuh dengan yang lainnya. Kinetis, adalah cabang dari ilmu mekanika mengenai pergerakan dari suatu benda atau badan. Jadi mengerti akan proses kinetis sangat membantu dalam memahami mekanisme cedera dan trauma. Seberapa parah cedera seseorang tergantung pada kekuatan dan dengan benda apa ia berbenturan atau sesuatu yang membenturnya. Kekuatan ini tergantung pada energi yang ada benda atau tubuh yang bergerak. Energi yang terdapat pada tubuh yang bergerak disebut sebagai energi kinetis

Massa dan Kecepatan

Besarnya energi kinetis pada tubuh yang bergerak tergantung pada dua factor: Massa (berat) tubuh dan kecepatan tubuh. Energi kinetis dihitung dengan cara ini: Massa (berat dalam pounds), aktu kecepatan (speed in feet per second/ kecepatan dalam kaki perdetik) pangkat dua dibagi dua. Secara singkat rumusnya adalah : Energi Kinetis = (Massa x Kecepatan2)/2 Rumus ini mengilustrasikan bahwa bila massa benda yang bergerak adalah dua kali (double) lebih besar akan energi kinetis juga akan dua kali lebih besar. Anda bisa terluka dua kali lebih parah jika anda terkena 2 pound batu dibandingkan jika terkena 1 pound batu yang dilempar dengan kecepatan yang sama Namun kecepatan ternyata merupakan factor yang lebih berpengaruh daripada massa. Misalkan anda terkena lemparan batu dengan kecepatan 1 kaki per detik, kemudian terkena lemparan batu dengan jarak 2 kaki perdetik. Batu yang dilempar 2 kaki perdetik tidak akan menyebabkan dua kali lebih parah daripada satu kaki perdetik, tapi empat kali lebih parah karena factor kecepatan yang dipangkatkan dua.

Biomekanik Traumadalah proses / mekanisme kejadian kecelakaan pada sebelum, saat dan setelah kejadian. 1) Akselerasi Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma. Gaya perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi); sesuai dengan hukum Newton II (Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas jaringan tubuh yang menerima gaya perusak dari trauma tersebut.

2) Deselerasi Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma. Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ visera, dsb) masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding toraks/rongga tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.

Bagaimana Initial Assesment pada kegawatdaruratan ?1. PersiapanPersiapan pasien sebaiknya berlangsung dalam 2 fase yang berbeda. Fase pertama dalah fase pra rumah sakit (prehospital) dimana seluruh penanganan pasien sebaiknya berlangsung dalam koordinasi dengan dokter di rumah sakit. Fase kedua yaitu fase rumah sakit (hospital) dimana dilakukan persiapan untuk menerima pasien, sehingga dapat dilakukan resusitasi dalam waktu cepat.2. TriaseTriase adalah cara pemilihan pasien cara pemilihan pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada prioritas ABC.Prinsip-prinsip triase: derajat ancaman jiwa akibat cedera, beratnya cidera, kemungkinan terselamatkan, sumber daya termasuk kemampuan personel dan peralatan, waktu, jarak dan lingkungan. 3. Primary survey dan resusitasi- menjaga airway dengan proteksi servikal- breathing: ventilasi dan oksigenisasi- sirkulasi dengan control pendarahan- disability, pemeriksaan singkat neurologis- exposure/environtmentTambahan:- tentukan analisis gas darah dan laju pernafasan- monitor udara ekspirasi dengan monitoring CO2- pasang monitor EKG4. Pertimbangkan rujukan pasienSetelah primary survey dan resusitasi, dokter sudah mempunyai cukup informasi untuk mempertimbangkan rujukan. Pada saat keputusan diambil untuk merujuk, perlu komunikasi antara petugas pengirim dan petugas penerima rujukan.5. Secondary survey dan pengelolaanyaSecondary suvey adalah pemeriksaan kepala sampai kaki (head to toe examination) termasuk re-evaluasi tanda vital.Anamnesis: AMPLEA: alergi, M: medikasi, P: past illness, L: last meal, E: Event/environmentYang dinilai di ATLS hal 25, tableTambahan pemeriksaan: - foto vertebrae tambahan - CT kepala, vertebrae, toraks, abdomen - urografi dengan kontras - angiografi - foto ekstremitas - USG transesofagus - Bronchoscopy - esophagoscopy 6. Re-evaluasi PenderitaPenilaian ulang terhadap pasien, dengan mencatat, melaporkan setiap perubahan pada kondisi pasien, dan respon terhadap resusitasi. Pemakaian analgesia yang tepat diperbolehkan. Monitoring tanda vital dan jumlah urin mutlak.7. Transfer ke pelayanan definitfTentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan, kebutuhan pasien selama perjalanan, dan cara komunikasi dengan dokter yang dirujuk.

c. Bagaimana tatalaksana pada luka bakar sesuai dengan kedalaman kerusakan jaringan ?1. Luka Bakar TermalPerawatan untuk luka bakar derajat I Dinginkan luka bakar dengan air dingin sampai bagian yang terbakar tidak lagi terasa nyeri (sekurang-kurangnya 10 menit) Setelah luka bakar dingin, oleskan gel lidah buaya atau pelembab kulit untuk menjaga kulit tetap lembab serta mengurangi rasa gatal dan terkelupas. Jika ada, berika ibuprofen untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. Berikan asetaminofen untuk anak-anak.Perawatan untuk luka bakar derajat II yang kecil (BSA 20%) dan semua luka bakar derajat III Pantau pernapasan Lepaskan pakaian dan perhiasan yang tidak menempel pada area tubuh yang terbakar Tutup luka bakar dengan kassa steril atau bersih yang kering dan tidak lengket.lakukan perawatan untuk syok Cari pertolongan medis

Luka Bakar Kimiawi Sikat zak kimia yang berupa serbuk kering dari kulit Segera siram area tubuh yang terbakar dengan air dalam jumlah banyak selama 20 menit. Lepaskan pakaian dan perhiasan korban yang terkontaminasi sambil menyiram dengan air. Tutup area tubuh yang luka dengan kasa steril atau bersih yang kering Cari pertolongan medis

Luka Bakar Listrik Yakinkan area tersebut aman. Lepaskan, cabut atau matikan arus listrik. Jika hal tersebut tidak mungkin dilakukan telpon telepon 118 atau layanan medis darurat setempat. Pantau pernapasan dengan membuka jalan napas, periksa pernapasan, dan berikan perawatan sesuai yang diperlukan. Jika korban jatuh, periksa kemungkinan cedera medulla spinalis. Lakukan perawatan untuk syok dan luka bakar Telepon 118 atau layanan medis darurat.

Pembagian Zona Kerusakan1. Zona KoagulasiMerupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas dan terjadi kematian selular 2. Zona StasisZona ini mengalami kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga terjadi gangguan perfusi, diikuti perubahan permabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cidera, dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan 3. Zona HiperemiaDaerah ini ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler.Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan KedalamanSemakin dalam luka bakar, semakin sedikit apendises kulit yang berkontribusi pada proses penyembuhan dan semakin memperpanjang masa penyembuhan luka. Semakin panjang masa penyembuhan luka, semakin sedikit dermis yang tersisa, semakin besar respon inflamasi yang terjadi dan akan semakin memperparah terjadinya scar. Luka bakar yang sembuh dalam waktu 3 minggu biasanya tanpa menimbulkan hypertrophic scarring, walaupun biasanya terjadi perubahan pigmen dalam waktu yang lama. Sebaliknya luka bakar yang sembuh lebih dari tiga minggu sering mengakibatkan hypertrophic scars.1. Luka Bakar Derajat I : Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial) Kulit kering, hiperemik berupa eritema Tidak dijumpai bula Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari 2.

2. Luka Bakar Derajat II: Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagian lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai bula Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasiDasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal. Pembentukan scar Nyeri Luka bakar derajat II dibedakan atas :a. Derajat II Dangkal (Superficial) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat satu dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat dua superfisial setelah 12 sampai 24 jam. Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna pink dan basah. Jarang menyebabkan hypertrophic scar. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3 minggu.

b. Derajat II Dalam (Deep) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa (Moenadjat, 2001). Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tampak berwarna pink dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplai darah ke dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali; daerah yang berwarna pink mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah). Jika infeksi dicegah luka bakar akan sembuh dalam 3 sampai 9 minggu.

3. Luka Bakar Derajat III (Full Thickness Burn): Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam. Tidak dijumpai bula Apendises kuliit rusak Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan / kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka. 1. Bagaimana penangan awal di UGD terhadap kasus Tn. Agus ?Penanganan Luka Bakar di Ruang Emergency1. Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.2. Bebaskan pakaian yang terbakar.3.Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adanya trauma lain yang menyertai.4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat dipasang endotracheal tube. Tracheotomy hanya bila ada indikasi.5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasangan scalp vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.6. Dilakukan pemasangan Fooley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat jumlah urine/jam.7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastrik dekompresi dengan pengisapan intermitten.8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara intramuskuler.9. Timbang berat badan10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.11. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci debridement dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 : 3012. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar) dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di dapatkan permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka bakar yang relative superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitif penutup luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh sembuh dalam waktu 2 minggu dengan diameter > 3 cm.

Upaya penanganan pertama saat luka bakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan menutupi bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakan dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas.Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentika proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi akan tetap meluas.Pada luka bakar yang ringan, perinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epiterl untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka.Pada luka bakar luas dan dalam, pasien harus segera bawa kerumah sakit dalam perjalanan penderita sudah dilengkapi dengan infus dengan penutup kain yang bersih serta mobil ambulans atau sejenisnya yang bisa membawa penderita dalam posisi tidur (telentang/telungkup).Walaupun terdapat trauma penyerta, luka bakarlah yang paling berpotensi menimbulkan mortalitas dan morbiditas, pasien distabilkan terlebih dahuly di trauma center sebelum ditransfer ke unit luka bakar (Sjamsuhidajat, de Jong Wim, 2010).Pada fase akut dapat dilakukan pertolongan pertama untuk bantuan hidup dasar, yakni:1. Airway, yakni membebaskan jalan nafas agar pasien dapat tetap bernafas secara normal yaitu intubasi endotrakeal bila sulit tindakan krikotirodotomi untuk pemasangan pipa endotrakeal.2. Breathing, mengecek kecepatan pernafasan dan pemberian oksiegen 100% segera.3. Circulation, melakukan palpasi pada nadi untuk mengecek pulsasi yang pada orang normal berkisar antar 60 100x/ menit. Beri cairan RL, antibiotik karena ada fraktur basis cranii, pemasangan kateter.