mekanisme badal haji pada operasional penyelenggaraan...

97
Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji Ditjen PHU Kemenag RI Tahun 2015 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana Sosial (S.Sos) Oleh RACHMAT RISTANTO MUKTI NIM : 1112053100002 JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2017 M  

Upload: others

Post on 06-Nov-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

Mekanisme Badal Haji Pada Operasional

Penyelenggaraan Ibadah Haji Ditjen PHU Kemenag RI

Tahun 2015

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

RACHMAT RISTANTO MUKTI

NIM : 1112053100002

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1439 H / 2017 M

 

Page 2: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan

Ibadah Haji Ditjen PHU Kemenag RI Tahun 2015

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh :

RACHMAT RISTANTO MUKTI NIM : 1112053100002

Di bawah Bimbingan

Drs. H. Ahmad Kartono, M.Si

KONSENTRASI MANAJEMAN HAJI DAN UMRAH

PROGRAM STUDI MANAJEMAN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIEF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2017 M

 

Page 3: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 4: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

LEMBAR PERNYATAAN

Skripsi yang Berjudul :

Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan

Ibadah Haji Ditjen PHU Kemenag RI Tahun 2015

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu

peryaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya, gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Desember 2017

Rachmat Ristanto Mukti

 

Page 5: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

i

ABSTRAK

Rachmat Ristanto Mukti (1112053100002) “Mekanisme Badal Haji Pada

Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji Ditjen PHU Kemenag RI Tahun

2015”, di Bawah Bimbingan H.Ahmad Kartono, MSi

Badal haji yang secara istilah dalam fiqh islam adalah al-hajju‟anil qhair, yaitu

berhaji untuk orang lain, merupakan salah satu yang menimbulkan polemik

permasalahan dari penyelenggaraan ibadah haji, yangpada tahun 2015 mengalami

peningkatan drastis dari segi jumlah Jamaah yang dibadal hajikan salah satu

penyebabnya adalah musibah badai dan robohnya crane di Masjidil Haram

sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat dalam hal teknis pelaksanaan namun

sesuai dengan prinsip kaedah badal haji. Peran Pemerintah Indonesia sebagai

regulator, eksekutor dan kontroller dalam pelayanan ibadah haji.hanya melayani

badal haji untuk jamaah haji reguler, sebagai wujud sikap tanggung jawab dan

perlindungan kepada jamaah haji.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah tentang mekanisme penanganan

badal haji bagi Jemaah yang sakit dan Jemaah yang wafat sebelum wukuf dan apa

problematika dan langkah penyelesaian baal haji pada operasional

penyelenggaraan ibadah haji yang dilakukan dirjen PHU hal ini bertujuan untuk

mengetahui apa saja Problematika pelaksanaan badal haji, bagaimana mekanisme

pelaksanaannya, dan bagaimana pula hambatannya yang dilakukan oleh Ditjen

Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kemenag RI.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yang mana

metode ini menghasilkan data deskriptif berupa wawancara dan pengambilan

dokumentasi.

Dari hasil penelitian di temukan bahwa badal haji yang di selenggarakan oleh

Ditjen PHU terdapat problematika dan mekanisme penyelesaian berdasarkan

ketentuan yaitu pertama problematika pendataan jamaah haji yang dibadalkan,

kedua problematika pendataan petugas pelaksana badal haji,ketiga problematika

akad badal haji, keempat problematika hukum melaksanakan badal haji.

Kata Kunci : Mekanisme, Badal Haji, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan

Umroh

 

Page 6: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Alhamdulillahi Rabbil „alamiin, segala puji dan syukur senantiasa penulis

panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang-Nya

kepada setiap makhluknya serta menurunkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita

semua, sehingga tangan ini mampu menorehkan kata demi kata untuk menjadi

sebuah karya yang bermakna. Shalawat serta salam semoga senantiasa

dilimpahkan kepada Rasulullah SAW penerima Al-qur’an dan pembawa As-

sunnah yang berisi petunjuk, rahmat, serta kabar gembira bagi seluruh kaumnya.

Shalawat beserta salam mudah-mudahan Allah limpahkan pula pada keluarganya,

sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih

yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan

skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil, karena penulis yakin

tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr.Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr.Suparto, M.Ed, Ph.d selaku Wadek I, Dr. Hj.Roudhonah, MA selaku

Wadek II dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wadek III Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 

Page 7: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

iii

3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA dan Drs. Sugiharto, MA selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan studi di Konsentrasi Manajemen Haji

danUmrah.

4. Bapak Drs. H. Ahmad Kartono, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan banyak masukan kepada penulis dan telah ikhas

meluangkanwaktunya untuk membimbing serta memberikan arahan,

petunjuk, dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang selama

ini telah memberikan ilmu pengetahuannya, semoga ilmu yang telah

diberikan bermanfaat bagi penulis dan penulis pun dapat mengamalkan

kembali ilmu yang telah diberikan.

6. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

banyak membantu penulis dalam memberikan referensi buku-buku

dalammenyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Dr. H. Endang Jumali, Lc. MA, M.Siselaku Kepala Seksi

Pengembangan Materi Bimbingan Subdirektorat Bimbingan Jemaah haji

Direktorat Bina Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh

Kementerian Agama yang telah mengizinkan penulis dalam meneliti dan

memberikan waktu untuk wawancara.

 

Page 8: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

iv

8. Bapak Nurhanudin selaku Kepala Sub Bagian pengembangan Database

Haji yang telah memberikan waktu untuk pencarian data.

9. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu sabar mendidik penulis dari kecil

sampai sekarang dan tidak bosan-bosannya mengingatkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Bapak dan Ibuku tercinta terimakasih untuk

semua yang telah kalian berikan kepadaku dukungan materil, do’a

dansemangat, semoga Allah SWT membalas dengan limpahan kasih

sayang, keridhoan, kebarokahan dan kebaikan hidup didunia maupun

akhirat.

10. Siti Adawiyah Nurkomala yang selalu memberikan support moril dalam

penyelesaian penelitian ini dari awal sampai akhir.

11. Seluruh anggota kelas Manajeman Haji dan Umroh yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moril.

Penulis senantiasa berdoa semoga amal baik yang telah diberikan

mendapatkan ridha dari Allah SWT. Penulis serahkan semuanya dengan harapan

semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar khusus bagi penulis dan

umumnya bagi yang membacanya.

Wassalamualaikum. Wr.Wb

Jakarta, 21 Desember 2017

Rachmat Ristanto M

 

Page 9: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7

D. Metodologi Penelitian ........................................................................ 8

E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 12

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Problematika Badal Haji .................................................................. 15

1. Pengertian Problematika............................................................... 15

2. Faktor-Faktor Problematika ......................................................... 15

3. Langkah-langkah Pemecahan Problematika ................................ 16

4. Pengertian Badal Haji ................................................................... 18

5. Dasar Hukum Badal Haji ............................................................. 20

6. Kaidah Badal Haji ........................................................................ 22

B. Operasional Penyelenggaraan Haji .................................................. 26

1. Pengertian Manajeman Operasional ............................................. 26

2. Pengertian Penyelenggaraan / Pelaksanaan (Actuating) ............. 28

3. Elemen Pelaksanaan ..................................................................... 29

4. Langkah-Langkah Pelaksanaan .................................................... 30

5. Unsur-Unsur Penyelenggaraan Ibadah Haji ................................ 31

C. Ditjen PHU ....................................................................................... 31

BAB III GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH

A. Sejarah dan Perkembangan Ditjen PHU .......................................... 33

B. VISI dan Misi ................................................................................... 38

C. Struktur Organisasi .......................................................................... 41

 

Page 10: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Penanganan Badal Haji ................................................. 47

1.Pendataan jamaah yang akan di badal hajikan .............................. 47

2. Sumber dana pembiayaan badal haji ............................................ 48

3. Rekutmen Petugas Pelaksana badal haji ...................................... 48

4.Sertifikat Badal Haji ...................................................................... 49

5. Verifikasi penentuan jamaah yang dibadal hajikan ...................... 49

6. Pelaporkan Pelaksanaan Badal Haji ............................................. 50

B. Langkah–Langkah Penyelesaian Problematika Badal Haji............... 50

1.Identifikasi Masalah ............................................................................ 51

2.Akar Masalah dalam Pelaksanaan Badal Haji .................................. 56

3.Solusi Penyelesaian Problem/Masalah Badal Haji ........................... 59

BAB V PENUTUPAN A. Kesimpulan ...................................................................................... 64

B. Saran-Saran ...................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 68

LAMPIRAN ................................................................................................................... 72

 

Page 11: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kini badal haji sudah mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia, hal ini

dapat dilihat dari banyaknya lembaga swasta seperti KBIH atau Travel haji dan

Umrah yang menawarkan program badal haji. karena seiring dengan

meningkatnya jumlah permintaan pendaftaran calon jamaah haji, sehingga

harus menunggu hingga belasan bahkan puluhan tahun untuk bisa menjalankan

rukun Islam yang kelima tersebut. akibatnya rata-rata jamaah haji sekarang

adalah mereka yang berusia lanjut dan memiliki penyakit yang tergolong

resiko tinggi. Hal itu dapat dilihat dari rata-rata umur Jemaah haji pada tahun

2015 yang berada di atas 70 tahun dan sekitar 63 persen jamaah mempunyai

penyakit resiko tinggi. 1

Maka tak jarang setiap musim haji tiba, banyak jamaah haji Indonesia

yang gugur atau meninggal ketika dalam perjalanan maupun sedang

melaksanakan haji, seperti musibah badai dan jatuhnya crane di Makkah yang

menelan 12 korban jiwa dan Puluhan orang mengalami luka berat dan ringan.2

Walaupun mereka yang meninggal sudah termasuk tergolong mati syahid,

namun peran pemerintah sebagai wujud sikap tanggung jawab dan

perlindungan kepada jamaah haji, maka setiap tahunnya pemerintah Indonesia

menyiapkan tim badal haji, yang mana pada tahun 2015 pemerintah telah

membadalkan 224 jamaah untuk mereka yang tidak mampu meneruskan 1 KPHI (Komisi Pengawasan Haji Indonesia), Laporaran Hasi Pengawasan Penyelenggaraan Haji 1436 H/2015, Jakarta H. VIII-2. 2 Ibid, H. IX-34.

 

Page 12: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

2

2

perjalanan ibadah haji . Istilah mampu dalam Al-Quran disebut juga istita‟ah

adalah syarat untuk melaksanakan haji, seperti yang dijelaskan oleh firman

Allah SWT dalam al-Qur’an surat„Ali Imran ayat 97 yang berbunyi:

Artinya :

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam

Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;

mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi)

orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah.Barangsiapa

mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya

(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.3

Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa setiap muslim

yang telah istita‟ah atau kemampuan berhaji secara jasmani, ruhaniah,

pembekalan dan keamanan untuk menunaikan ibadah haji tanpa

menelantarkan kewajiban terhadap keluarga4, maka wajib hukumnya

untuk menunaikan rukun Islam yang terakhir ini. Siapapun yang tidak

memenuhi salah satu peryaratan yang telah ditentukan, yaitu : Islam,

berakal sehat, dewasa, merdeka, dan mampu.Maka tidaklah diwajibkan

3Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (tp. 2007), 62

4 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 tahun 2016 tentang Istihaah Kesehatan

Jemaah Haji

 

Page 13: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

3

3

untuk menunaikan ibadah haji. Kesepakatan ini telah disepakati oleh para

ulama, sebagaimana yang dikatakan Ibn Qudamah dalam al-Mugni “Kami

tidak menemukan adanya perselisihan mengenai hal ini semua.”.5

Haji merupakan ibadah yang hanya diwajibkan satu kali dalam

seumur hidup, Apabila seseorang sudah memenuhi syarat diwajibkan haji,

namun sudah meninggal dunia maupun yang masih hidup tapi tak mampu

lagi melaksanakan haji ke Makkah. Dalam hal ini dapat digantikan atau

dibadal hajinya. Seperti yang diuraikan oleh Kementrian Agama badal haji

ialah haji yang dilakukan oleh seseorang atas nama orang lain yang sudah

meninggal atau karena uzur baik jasmani maupun rohani yang tidak dapat

diharapkan kesembuhannya menurut medis, sakit tergantung dengan alat,

dan gangguan jiwa sehingga tidak dapat melaksanakan wukuf di

arafah6.Dengan dasar hadis Rasulullah :

Artinya :

Hadist riwayat Ibnu Abbas dari al-Fadl: "Seorang perempuan dari

kabilah Khats'am bertanya kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah,

ayahku telah wajib haji tapi dia sudah tua renta dan tidak mampu lagi

5 Mutawakil Ramli, Mari Memabrurkan Haji : Kajian dari Berbagai Mazhab (Bekasi

Gugus Press, 2002), hlm 11. 6Keputusan Dirjen PHU Nomor D/456/2015 tentang pedoman pelaksanaan safari wukuf

dan Badal Haji.

 

Page 14: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

4

4

duduk di atas kendaraan?". Jawab Rasulullah: "Kalau begitu lakukanlah

haji untuk dia!" (H.R. Bukhari).7

Namun terdapat perbedaan di kalangan ulama fiqh,kalangan ulama

mazhab mengenai badal haji.Para Ulama berbeda pendapat mengenai bisa

atau tidaknya haji itu diwakilkan.Secara garis besar ada dua pendapat:

yang pertama pendapat Ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah yang

membolehkan haji badal sedangkan yang kedua adalah pendapat ulama

Malikiyah yang cenderung tidak membolehkannya atau menganggap tidak

sah pelaksanaan haji badal kecuali menghajikan orang yang wafat ketika

hidupnya dia berwasiat untuk menunaikan ibadah haji dengan sepertiga

hartanya yang diwariskan.

Di Indonesia Perkembangan badal Haji atau menghajikan orang

lain kini sudah banyak dilakukan masyarakat Indonesia, Karena hukumnya

boleh dengan ketentuan bahwa orang yang menjadi wakil harus sudah

melakukan haji wajib bagi dirinya dan yang diwakili (dihajikan itu) telah

mampu untuk pergi haji tetapi dia tidak dapat melaksanakan sendiri karena

sakit yang tidak dapat diharapkan sembuhnya. (Udzur Syar'i) yang

menghilangkan istitha'ahnya (kemampuannya) atau karena meninggal

dunia setelah dia berniat haji.8 Hal tersebut tercantum dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

Nomer 14 Tahun 2012 khususnya pasal 43 terdapat tiga katagori jamaah

yang harus dibadalhajikan diantaranya jamaah yang wafat, sakit, dan

7Al-Abani, Mukhatsar Sahih Bukhari (Terjemahan), (Jakarta : Pustaka Azzam, 2001), h.

310 8http://haji.kemenag.go.id/v2/node/1641 diakses pada 10 juni 2017 pukul 13.20 WIB

 

Page 15: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

5

5

mengalami ketergantungan pada alat medis, serta jamaah yang mengalami

gangguan jiwa.

Selain itu badal haji juga merupakan satu dari beberapa persoalan

haji yang sampai sekarang masih kontroversional. Permasalahannya yaitu

kapan badal haji bisa dilaksanakan ?, siapa saja yang berhak membadalkan

dan dibadalkan?dan bagaimana bentuk pengawasannya? karena seorang

hanya dapat mewakili satu orang yang dibadalkan. Oleh sebab itulah

ibadah tersebut membutuhkan tata cara tersendiri dalam pelaksanaannya.

Hal ini merupakan tugas dari Kementerian Agama Republik Indonesia

untuk memberikan suatu bentuk penyelenggaraan ibadah haji serta

informasi-informasi yang berhubungan dengan pelaksanan ibadah

Haji.Menurut PP Nomor 79 Tahun 2012 tentang pelaksanaan UU Nomor

13 tahun 2008 pasal 3, penyelenggaraan ibadah haji diklarifikasikan dalam

dua kategori: Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler (PIHR) dan

penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK). Pemerintah Bertanggung

Jawab atas kebijakan penyelenggaraan ibadah haji regular secara

nasional.Disini penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai

penyelenggaraan haji yang diterapkan oleh Kementerian Agama,

khususnya mengenai praktek Badal Haji. Sehingga dibutuhkanperan

Kemenag dalam penyelenggaraan,pengawasan dan membuat regualasi-

regulasi untuk menentukanPelaksanaan teknis badal haji mulai dari

pendataan siapa saja yang boleh di badalkan, perekrutan pembadal haji

hingga pengawasannya,sehingga masyarakat nantinya dapat mengetahui

 

Page 16: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

6

6

prosedur pelaksanaan badal haji di Indonesia dan terhindar daripraktek

curang orang tertentu untuk mendapatkan keuntungan materi semata.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut

mengenai mekanisme pelaksanaan badal haji.yang dituangkan dalam

skripsi ini dengan judul“Mekanisme Badal Haji pada Operasional

Penyelenggaraan Ibadah Haji Ditjen PHU Kemenag RI Tahun

2015”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1 . Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Mekanisme penanganan badal haji

b. Problematika, dan penyelesaian badal haji

1. Rumusan Masalah

Perumusan masalah adalah sebuah masalah yang akan dicari

jawabannya dalam penelitian. Adapun Rumusan Masalah dalam penelitian

iniadalah :

a. Bagaimana mekanisme penanganan badal haji bagi Jemaah yang

sakit dan Jemaah yang wafat sebelum wukuf ?

b. Apa problematika dan langkah penyelesaian badal haji pada

operasional penyelenggaraan ibadah haji yang dilakukan dirjen

PHU ?

 

Page 17: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

7

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari pemaparan rumusan masalah yang dijelaskan di

atas, maka tujuan penelitan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui mekanisme penanganan badal haji bagi

Jemaah yang sakit dan Jemaah yang wafat sebelum wukuf.

b. Untuk mengetahui problematika dan langkah penyelesaian

baal haji pada operasional penyelenggaraan ibadah haji yang

dilakukan dirjen PHU.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil riset

terutama dibidang Manajeman Haji dan Umroh fokus pada teknik

analisis wacana.Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan data

yang dapat digunakan oleh mahasiswa di fakultas ilmu dakwah dan

ilmu komunikasi Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta,

MahasiswaJurusan Manajemen Dakwah Konsentrasi Haji dan Umroh.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Penulis

Penulis dapat menambah wawasan pengetahuan dari pengamatan

lapangan.

 

Page 18: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

8

8

2) PPIH Arab Saudi (Panitia Penyelenggaraan Ibadah haji Arab

Saudi)

Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan agar PPIH Arab Saudi

lebih maksimal dalam menangani jamaah yang berhak dibadal

hajikan dan selektif dalam merekrut petugas pelaksana badal haji.

3) Kementerian Agama Republik Indonesia

Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan agar pemerintah dapat

membuat regulasi tentang pelayanan badal haji bagi masyarakat.

4) Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah.

Memberi referensi kepustakaan jurusan Manajemen Haji dan

Umrah yang berhubungan dengan pelayanan badal haji.

D. Metodologi Penelitian.

1. Metode penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif yaitu prosedur yang menghasilkan dan deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.Pedekatan ini

diarahkan pada latar dan individu tesebut sercara holisyic (utuh).9

Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,

suatu data mengandung makna. Makna adalah data sebenarnya, data pasti

yang merupkan suatu nilai di balik data yang tampak.10

9 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,

2000) h. 4 10

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2010) h.3

 

Page 19: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

9

9

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Direktorat Jenderal Penyelenggaraan

Haji dan Umroh Kementerian Agama RI. Sedangkan Objek penelitianya

adalah “Mekanisme Badal Haji dalam Operasional Penyelenggaraan

Ibadah Haji” .

3. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yaitu : sumber data asli yang memuat informasi atau

data tertentu berupa Regulasi Badal Haji pada Kementrian Agama

Republik Indonesia. Dalam hal ini sumber primernya adalah :

1) Melakukan wawancara terkait mekanisme pelaksanaan badal

haji di Dijen PHU.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji.

3) Keputusan Menteri Agama tentang Penyelenggaraan Ibadah

Haji.

4) Peraturan Menteri Agama Nomor 14 Tahun 2012 tentang

penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler.

5) Peraturan Dirjen PHU nomor 456 Tahun 2015 tentang

pedoman pelaksanaan safari wukuf dan badal haji.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber data yang dibutuhkan untuk

mendukung sumber primer. Karena penelitian ini tidak terlepas dari

 

Page 20: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

10

10

kajian ushul fiqih, undang-undang, maka penulis menempatkan

sumber data yang berkenaan dengan kajian-kajian tersebut sebagai

sumber data sekunder. Sumber data sekunder yang dimaksud terdiri

dari:

1) Al-Qur’an dan Al-Hadits.

2) Buku-buku tentang Fiqh.

3) Dan sumber-sumber pendukung lainya.

4. Teknik Pengumpulan data

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti.11

Pada penelitian ini penulis

melakukan observasi di Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan

Umrah Kemenag RI khususnya di bagian Direktorat Bina Haji,

dengan waktu penelitian pada bulan Maret s.d November 2017.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk,

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambal bertatap muka

antara si pewawancara dengan informan, biasanya menggunakan alat

yang dalam istilah wawancara disebut interview guide (panduan

wawancara).

11 Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi penelitian Sosial (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003) h. 53

 

Page 21: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

11

11

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam

atau disebut juga wawancara tak terstuktur. Dalam hal ini,

wawancara bersifat luwes, susunan-susunan pertanyaan dan susunan

kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat berubah saat berlangsung

wawancara. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang

terjadi pada saat wawancara.

Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara

terhadap sumber-sumber yang berhubungan dengan data yang akan

diteliti

c. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi Dilakukan dengan cara mengumpulkan

data berdasarkan laporan keterangan pihak Direktorat Jenderal

Penyelenggara Haji dan Umrah seperti dukumen, peraturan-

peraturan dan sebagainya. Dari pengumpulan dokumentasi yang

telah diperoleh peneliti dapat memperoleh teknis pelaksanan dan

pelayanan badal haji Kementerian Agama RI.

5. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif, dimana penulis akan

mengedit data kemudian mengatagorisasikan atau mengklarifikasikan data

sesuai dengan masalah atau tema yang sedang dibahas, maka langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut :

 

Page 22: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

12

12

a. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data-data yang diperoleh

dengan memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi

yang meliputi kesesuaian keselarasan satu dengna yang lainnya,

keaslian, kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.12

Teknik ini digunakan penulis untuk memeriksa kelengkapan data-

data yang sudah penulis dapatkan, dan akan digunakan sebagai

sumber-sumber dokumentasi.

b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sumber

dokumentasi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh

gambaran yang sesuai dengan rumusan masalah, serta

mengelompokan data yang diperoleh.

c. Analyzing, yaitu dengan memberikan analisis lanjutan terhadap

hasil editing dan organizing data yang telah diperoleh dari

sumber-sumber penelitian, dengan menggunakan teori dan dalil-

dalil lainnya, sehingga kesimpulan. 13

6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat : Kantor Kementerian Agama Republik Indonesia

Hari/Tanggal : Selasa, 7 November 2017

Waktu : 10.15 - 10.30 WIB

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjuan yang sudah dilakukan beberapa

sumberkepustakaan, penulis menemukan skripsi yang dijadikan tinjauan

12

Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara,

1997), h. 158 13

Chalid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara,

1997), 195

 

Page 23: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

13

13

pustaka sebagai bahan perbandingan dan untuk menghindari adanya

penjiplakan dalam pembuatan skripsi yang akan peneliti susun. Adapun

tinjauan pustaka dalam penelitian ini diantaranya :

1. Moh.Syarif Hidayah, yang berjudul “Hukum Haji Badal (Studi

Komparasi Antara Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-Syafi’i)”.

Skripsi ini sama-sama membahas tentang badal Haji. Perbedaan

antara penulis dengan Moh Syarif Hidayah yaitu Saudara Moh

Syarif Hidayah melakuakan penelitian tentang hukum mana yang

lebih relevan diterapkan Antara Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-

Syafi’i. Sedangkan penulis membahas Problematika Pelaskanaan

Badal Haji oleh Dirjen Penyelenggaran Haji dan Umroh

Kementerian Agama RI.

2. Alan Amani, yang berjudul “Problematika Bimbingan Manasik

Haji di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat Pada

Tahun 2015” mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah

Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah dengan NIM :

1110053100022 Pada tahun 2016.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penyusunan penulis penelitian, maka sistematika

penulisan disusun dengan merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi

Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini terdiri dari Lima bab, yang terdiri dari :

 

Page 24: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

14

14

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan

masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta

sistematika penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan tentang pengertian Problematika, faktor-faktor

problematika, langkah pemecahan problematika, Pengertian Badal Haji,

kaedah badal haji dan Pengertian Operasional Penyelenggaraan Haji.

BAB III GAMBARAN DITJEN PENYELENGGARAAN HAJI

DANUMRAH

Membahas tentang gambaran umum Ditjen PHU, yang terdiri dari visi,

misi Ditjen PHU, tugas dan fungsi Ditjen PHU, struktur organisasi

Ditjen PHU, dan program kerja Ditjen PHU.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian sebagai jawaban dari

perumusan masalah, yaitu mekanisme penanganan badal haji bagi

jamaah haji sakit dan jamaah wafat sebelum wukuf, serta problematika

dan langkah penyelesaiannya oleh ditjen PHU pada penyelenggaraan

haji tahun 2015

BAB V PENUTUP

Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil

penelitian yang dilakukan penulis.

 

Page 25: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Problematika Badal haji

1. Pengertian Problematika

Secara bahasa kata problematika berasal dari bahasa Inggris

yaitu “Problematic” yang mempunyai makna persoalan atau

masalah.Sedangkan secara istilah problematika mempunyai arti sesuatu hal

yang belum dapat dipecahkan yang menimbulkan permasalahan.1

Sedangkan menurut Syukir dalam bukunya yang berjudul

“Dasar-dasar strategi Dakwah Islam” problematika adalah suatu

kesenjangan antara harapan dan kenyataan.2

3. Faktor-Faktor Problematika

Menurut Slamet dalam bukunya yang berjudul “Prinsip-Prinsip

Metodologi Dakwah”, faktor yang mempengaruhi adanya suatu

problematika atau masalah itu ada dua macam, yaitu faktor intern dan faktor

ekstern.

Faktor intern yang dimaksud adalah suatu masalah yang timbul

dari dalam program tersebut.Sedangkan yang dimaksud dengan faktor

ekstern adalah suatu masalah yang timbul dari luar program.3

Dari kedua faktor di atas akan diketahui akar dari problem atau

masalah yang dihadapi sehingga bisa mengambil sebuah kebijakan atau

keputusan untuk menghadapinya.

1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta ; Bulan Bintang, 2002), h.276.

2Syukir, dasar-dasar strategi dakwah Islami, (Surabaya, Al-Ikhlas, 1983), h.65.

3 Slamet, Prinsip-prinsip metodelogi dakwah, (Jakarta : Usaha Nasional, 1994), h. 78.

 

Page 26: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

16

16

3. Langkah-langkah memecahkan problematika

Dalam menghadapi masalah yang timbul di dalam suatu

organisasi atau lembaga perlu kejelian dalam menentukan jalan kelaur atau

keputusan, agar nantinya keputusan itu benar-benar menjadi sebuah jalan

keluar yang bermanfaat buat sebuah organisasi atau lembaga tersebut.

Dalam hal ini kita bisa menggunakan analisis situasi yang mewakili empat

langkah, yaitu :

a. Identifikasi masalah

b. Mencari akar masalah

c. Menetapkan solusi 1

Untuk memperjelas langkah-langkah tersebut di bawah ini

dikemukakan sebagai berikut :

a. Indentifikasi masalah

Untuk membantu lebih jelas dalam melihat masalah

apa yang sedang dihadapi, kita perlu mengindentifikasi seitap

komponen yang ada dalam masalah tersebut. Dengan

mengindentifikasi masalah lebih awal, maka akan membantu

kita untuk mengenali masalah tersebut lebih dini, sehingga

penanganan masalah pun bisa lebih baik, karena tidak dikejar

waktu dan tidak menunggu adanya krisis.2

1 Gomulya Berny, Problem Solving and Decicion Making For Improvement, (Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama, 2013), cet. Ke-4 h. 56 2Ibid, hlm .57.

 

Page 27: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

17

17

b. Mencari akar Masalah

Tidak semua masalah memiliki tingkat kepentingan

yang sama, meskipun seitap masalh yang terkumpul layak

mendapatkan prioritas, namun kita juga harus bisa

menentukan masalah mana yang harus dibenahi terlebih

dahulu dan merupakan akar dari masalah-masalah yang

timbul.

Ada tiga hal dalam penentuan akar masalah ,

yaitu waktu, dampak dan tren. Masalah yang semakin

mendesak maka akan memerlukan waktu yang cepat dalam

penangannya. Masalah dengan dampak yang sangat tinggi

juga akan menjadi prioritas dalam peyelesaiannya. Dan juga

jika tren masalah menunjukan semakin besar dan meningkat,

maka semakin menjadi prioritas.3

c. Menetapkan Solusi

Setelah berhasil melakukan tiga tahapan

sebelumnya, hal terakhir yang perlu dilakukan adalah

mencari solusi dari masalah-masalah yang telah terjadi dalam

pelaksanaan suatu kegiatan yang telah atau sedang

dijalankan.4

3 Ibid, hlm.61

4Ibid. hlm.62

 

Page 28: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

18

18

4. Pengertian badal Haji

Badal secara lughawi berarti mengganti, merubah atau menukar5.

Dengan demikian yang dimaksud haji badal adalah ibadah haji seseorang

yang pelaksanaannya diwakilkan atau istilah tersebut juga populer dengan

badal haji yang berarti melakukan ibadah haji untuk menggantikan atau

mewakili orang lain. Dengan kata lain, badal haji muncul berkaitan dengan

seseorang yang telah di kategorikan wajib haji (terutama dari segi

ekonomi) tapi tidak mampu melakukannya sendiri karena adanya

halangan yang dilegalkan oleh syari’at Islam.6

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa badal

haji dilakukan dalam salah satu dari 2 kondisi; yaitu ketika yang

diwakilkan masih hidup atau yang diwakilkan telah meninggal

dunia.

Menurut pendapat golongan Malikiyah, bahwa haji itu walaupun

dia ibadah yang tersusun dari dua unsur, badan dan harta, namun lebih

menonjol bidang badan dari bidang harta. Karenanya orang yang wajib

berhaji tidak dapat digantinya oleh orang lain, baik dia dalam keadaan

sehat ataupun sakit yang dapat diharap sembuh.

Imam Hambali berpendapat, bahwasanya haji dan umrah dapat

diganti, Karena apabila seseoranrg yang wajib mengerjakan haji dan

5Ahmad Warsun Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Prograsif, 1997), h. 65-66 6Abdul Halim, Ensiklopedi haji dan umrah/Abdul Halim, ed. 1. Cet. 1.,(Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2002),h. 13

 

Page 29: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

19

19

umrah, tidak sanggup menunaikannya, maka wajibalah ia menunjuk

pengganti dengan segera.

Golongan Syafi’iyah berpendapat, bahwanya haji itu dapat

diganti. Karenanya wajib atas orang yang tidak sanggup berhaji,

menggantikan dirinya dengan orang lain untuk mengerjakan hajinya itu,

baik dengan cara mengupah ataupun dengan cara memberikan biaya

secukupnya untuk ongkos haji. Ketidak sanggupan itu adakala karena

berpenyakitan, adakala karena tua, adakala karena sakit yang tidak dapat

disembuhkan lagi, berdasarkan keterangan dua orang dokter yang

kepercayaan atau dengan pengetahuan sendiri.7

Dan Menurut golongan hanafiyah, haji dapat diganti, karenanya,

barang siapa tidak sanggup mengerjakan haji sendiri, wajib menyuruh

orang lain menggantinya (mengerjakan atas namanya).Abu Hanifah

berpendapat tidak ada kewajiban haji bagi orang yang tidak mampu

menjalani haji sendiri, seperti lumpuh, orang tua yang tidak mampu naik

kendaraan maupun bagi orang yang sedang meninggal. Dan mereka itu

tidak wajib mewakili hajinya kepada orang lain. 8

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh para imam 3

mazhab tersebut dalam kondisi kedua yaitu ketika orang yang

diwakilkan telah meninggal dunia. Perbedaan pendapat diantara mereka

hanya terjadi dalam kasus apakan biaya pelaksanaannya diambil dari

harta peninggalan si mayit atau dari ahli warisnya. Imam Mazhab

7 Shieddieqy Hasbi, Pedoman Haji, ( Jakarta : N.V. Bulan Bintang, 2000), h. 196-203

8Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh „ala al-Mazahibal-Araba‟ah.(Bairut : dar al-fikr, 2002),

h.537.

 

Page 30: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

20

20

Syafi’i dan Hanbali menyatakan biaya pelaksanaannya dapat diambil

dari harta peninggalannya. Sedangkan para pengikut Imam Hanafi

menyatakan bahwa biayanya diambil dari ahli waris .9

5. Dasar Hukum Badal Haji

a. Berdasarkan Hadist Nabi SAW

إن أب شيد كبيس عهي عه ابه عببض عه انفضم أن امسأة مه ذثعم قبنج يب زظل للا

س بعيسي. فقبل انىب عه ظ ال يعخطيع أن يعخ ف انحج عى » -ملسو هيلع هللا ىلص- فسيضت للا فحج ».

Dari riwayat Ibnu Abbas dari al-Fadl: "Seorang perempuan dari

kabilah Khats'am bertanya kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah,

ayahku telah wajib haji tapi dia sudah tua renta dan tidak mampu lagi

duduk di atas kendaraan?". Jawab Rasulullah: "Kalau begitu lakukanlah

haji untuk dia!" (H.R. Bukhari, Muslim).

-زض هللا عىمب -عه ابه عببض يىت جبءث إن انىب فقبنج إن -ملسو هيلع هللا ىلص -أن امسأة مه ج

ورزث أن ححج ، فهم ححج حخ مبحج أفأحج ع ب قبل أم كبن عه » ى ب ، أزأيج ن عى وعم . حج

فبء أحق ببن ، فبلل ك ديه أكىج قبضيت اقضا للا « أم

Dari riwayat Ibnu Abbas ra: " Seorang perempuan dari bani

Juhainah datang kepada Nabi s.a.w., ia bertanya: "Wahai Nabi Saw,

Ibuku pernah bernadzar ingin melaksanakan ibadah haji, hingga beliau

meninggal padahal dia belum melaksanakan ibadah haji tersebut, apakah

aku bisa menghajikannya?. Rasulullah menjawab: Ya, hajikanlah

untuknya, kalau ibumu punya hutang kamu juga wajib membayarnya

9Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh „ala al-Mazahibal-Araba‟ah.(Bairut : dar al-fikr, 2002), h.537.

 

Page 31: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

21

21

bukan? Bayarlah hutang Allah, karena hak Allah lebih berhak untuk

dipenuhi"10

(H.R. Bukhari & Nasa'i).

ظمع زجال يقل نبيك عه شبسمت. قبل :مه -ملسو هيلع هللا ىلص-عه ابه عببض أن انىب شبسمت. قبل أخ ن أ

حج عه وفعك ثم حج عه شبسمت)زاي » قبل ال. قبل .حججج عه وفعك » قسيب ن. قبل

أبداد(

Riwayat Ibnu Abbas, pada saat melaksanakan haji, Rasulullah

s.a.w. mendengar seorang lelaki berkata "Labbaik 'an Syubrumah"

(Labbaik/aku memenuhi pangilanMu ya Allah, untuk Syubrumah), lalu

Rasulullah bertanya "Siapa Syubrumah?"."Dia saudaraku, wahai

Rasulullah", jawab lelaki itu."Apakah kamu sudah pernah

haji?"Rasulullah bertanya."Belum" jawabnya."Berhajilah untuk dirimu,

lalu berhajilah untuk Syubrumah", lanjut Rasulullah. (H.R. Ahmad, Abu

Dawud, Ibnu Majah dan lain-lain11

. (HR Abu Daud).

b. Berdasarkan Peraturan-Peraturan Pemerintah

1) PP no 79 tahun 2012 tentang Penyelenggaran ibadah Haji pasal 28 (b)

yaitu dalam hal Jemaah haji sakit, pemerintah memberi pelayanan

badal haji bagi Jemaah yang tidak dapat diberangkatkan ke Arafah.

2) PP no 79 tahun 2012 tentang Penyelenggaran ibadah Haji pasal 42 (c)

yaitu dalam hal Jemaah haji sakit, PIHK wajib memberi pelayanan

badal haji bagi Jemaah yang tidak dapat diberangkatkan ke Arafah.

10 Syekh Faishal bin Abd Aziz, Muhtazar Nailulauthar Himpunan Hadits Hukum, (Surabaya : Bina Ilmu, 1993), 1365. atau Shahih Al-Bukhari hadits nomer 1852 dan Abu Daud hadits no.1811. 11 Ibid, 1374 atau Sunan Abu Daud hadits no. 1811, Sunan Ibnu Majjah hadits no. 2903 dan Shahih Ibn Khuzaimah hadits no.3039.

 

Page 32: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

22

22

3) Peraturan Menteri Agama nomor 14 tahun 2012 tentang

penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler BAB X tentang pembinaan dan

pelayanan kesehatan Jemaah Haji. Pasal 43 (2) Jemaah haji

dibadalhajikan apabila :

a) meninggal dunia di asrama Haji embarkarsi, perjalanan

keberangkatan, atau di arab Saudi sebelum wukuf di Arafah

b) sakit dan tidak dapat disafariwukufkan

c) mengalami gangguan jiwa

6. Kaidah Badal Haji

a. Ibadah haji wajib bagi seorang muslim yang memenuhi lima syarat yaitu

islam, baligh, berakal, merdeka (bukan budak) dan mampu.

b. Badal haji hanya dapat dilaksanakan bagi mereka yang tidak mampu

melaksanakan ibadah haji. Ketidak mampuan ini menurut Imam An-

Nawawi dalam kitab al-idhah, mampu (istitha‟ah) meliputi dua

macam12

:

1) Mampu melaksanakan sendiri (istitha‟ah mubasyarah binasfsihi)

terutama terkait lima hal :

a) Kendaraan yang aman dan nyamandigunakan (al-rahilah)

b) Bekal yang cukup selama perjalanan, mulai dari berangkat

sampai kembali, dan bekal yang cukup untuk kebutuhan keluarga

yang dtinggalkan (al-zad)

12Keputusan Dirjen PHU Nomor D/456/2015 tentang pedoman pelaksanaan safari wukuf

dan Badal Haji.

 

Page 33: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

23

23

c) Aman dalam perjalanan, baik bagi jiwa maupun harta (aman al-

thariq)

d) Sehat secara fisik (shihhat al-badan)

e) Waktu atau hal lain yang memungkinkannya untuk berhaji

(imkan al-sayr).

2) Mampu melaksankan dengan bantuan orang lain (istitha‟ah al-

thashil bighairihi), yaitu mereka yang tidak mampu melaksanakan

haji sendiri, Karena meninggal dunia (al-mayyit), atau berusia lanjut

(uzur syar‟i), atau cacat/lumpuh sehingga tidak dapat bergerak, atau

sakit yang secara medis tidak mungkin dapat disembuhkan (tidak

bisa diharpkan kesembuhannya) dengan kesaksian dua orang dokter

yang ahli.

c. Status badal haji orang gila atau yang semacamnya (stress/depresi).

Hilang ingatan/gila bukanlah sesuatu yang secara medis tidak bisa

diharapkan sembuh. Menurut mazhab Syafi’I , Ahmad, dan Daud al-

Zhahiri, seseorang yang berkewajiban haji lalu hilang ingatan, tidak perlu

dibadalhajikan. Kalau ia meningggal dunia maka boleh dibadalhajikan.

Menurut Abu Hanifah, boleh dibadalhajikan, tetapi bila kemudian ia

sembuh maka kewajiban itu tidak gugur, dan bila ia meninggal dunia

maka badal hajinya dipandang cukup untuk menggugurkan

kewajibannya.

d. Orang yang melaksanakan badal haji perlu mendapatkan izin dari orang

yang tidak mampu menunaikan ibadah haji (ma‟dhub) tersebut jika dia

 

Page 34: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

24

24

masih hidup. Dan apabila orang tersebut sudah meninggal (al-mayyit)

maka orang yang melaksanakan badal haji itu harus mendapat izin dari

keluarga/ahli waris orang yang akan dibadalkan hajinya.

e. Pembiayaan/upah untuk melaksanakan badal haji harus diambil dari harta

orang yang akan dibadalkan hajinya. Apabila seseorang yang akan

dibadalkan hajinya telah meninggal dunia maka diambillah dari sebagian

atau keseluruhan harta peninggalannya. Menurut Imam An-Nawawi

dalam tulisan beliau yaitu Raudhatut Talibin. bahwa pelaksanaan badal

haji dapat juga dilakukan, walaupun yang akan dibadalkan hajinya tidak

memiliki harta peninggalan tersebut apabila keluarga di luar ahli waris

(tidak mempunyai hubungan saudara) memberi bantuan hartanya untuk

membadalkan haji orang tersebut, maka bantuan tersebut dianggap

sebagai sedekah jariyah, atau juga apabila keluarga / ahli waris yang

langsung melaksanakan badal haji tersebut selama memenuhi

persyaratan, di antaranya13

:

a) orang tersebut telah melaksanakan kewajiban haji atas

dirinya;

b) orang tersebut dibenarkan syara’ untuk melaksanakan badal

haji;

c) orang tersebut tidak ada halangan syara untuk

melaksanakan badal haji; dan

13 Jabatan Wakaf, Zakat Dan Haji Jabatan Perdana Menteri, Manual Pengurusan Badal Haji, cet. 2 (Kuala lumpur : Percetakan Nasional Malaysia Berhab, 2008) , h.12

 

Page 35: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

25

25

d) orang tersebut berniat untuk melaksanakan badal haji.

seperti : انحج )انعمسة( عه فالن احسمج ب )بب هلل حعبن ويج

Artinya : sengaja aku mengerjakan haji untuk si fulan dan

aku ihram dengannya karena Allah

f. Tidak menyalahi macam haji yang ditentukan bila dalam wasiat ada

ketentuan jenis haji yang akan dilakukan seperti qiran, ifrad, atau

tamattu.

g. Hanya membadalkan untuk satu orang.

h. Seseorang yang menerima upah badal haji perlu melaksanakannya

dengan dirinya sendiri (jika akad ijarah „Ainiyyah). Sekiranya dia sakit

atau mempunyai halangan untuk melaksanakannya, dia boleh

mewakilkannya kepada orang lain (jika akad ijarah zhimmiyyah) dan

mendapatkan izin dari orang yang dibadalkan/ahli waris.

i. Melakukan badal haji tersebut dari negeri ornag yang dibadalhajikan atau

tempat yang ditentukannya. Bila tidak, maka dari miqadnya sebagaimana

pendapat banyak ulama. Namun sebagai ulama tidak mensyaratkan itu.

Boleh saja dari miqat orang yang membadalhajikan bahkan dari Makkah

pun dibolehkan sebagaimana diungkapkan oleh Syeikh Abdurrahman al-

Sadiy.

j. Melakukan kontrak jasa (ijarah) untuk menunaikan badal haji, ada dua

pendapat ulama dalam persoalan boleh atau tidaknya melakukan kontrak

jasa untuk pelaksanaan badal haji. Hukumnya boleh. Ini adalah pendapat

 

Page 36: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

26

26

madzhab maliki, Syafii, Ibn al-Mundzir dna salah satu riwayat dari imam

Ahmad.

B. Operasional Penyelenggaraan Haji

1. Pengertian Manajeman Operasional

Untuk mengelola sebuah organisasi membutuhkan sebuah tata

kelola yang dapat mengatur secara keseluruhan di dalam organisasi

tersebut dan pelaksanaannya di lapangan, sehingga dikenal dengan

istilahmanajemen operasional terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan

operasi.

a. Manajemen

Manajemen adalah upaya mengatur dan mengarahkan

berbagai sumber daya, mencakup manusia (man), uang (money),

barang (material), mesin (machine), metode (methode), dan

pasar (market).14

Fungsi dari manajemen itu sendiri adalah

perencanaan, pengorganisasian, staffing, koordinasi, pengarahan

dan pengawasan dengan mengkordinasikan berbagai kegiatan

dan sumber daya untuk mencapai satu tujuan tertentu.15

Dan menurut Menurut James A.F. Stoner, manajemen adalah

suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,

dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta

14

H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta : Bumi

Aksara), 2006 h. 2.

15 Eddy Herjanto, Manajemen Operasi, (Jakarta : Grasindo), 2008, h. 3.

 

Page 37: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

27

27

penggunaan semua sumber daya yang adapada organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi telah ditetapkan sebelumnya. 16

b. Operasional

Operasional atau operasi adalah kegiatan untuk mengubah

masukan (input) menjadi keluaran (output) sehingga lebih

bermanfaat dari pada bentuk aslinya, atau dengan kata lain

kegiatan mengubah bentuk untuk menambah manfaat baru dari

suatu barang dan jasa-jasa.

c. Manajemen Operasiona

Jadi dapat dijelaskan, manajemen operasional yaitu salah

satu kegiatan manajemen fungsional, yang selalu berkaitan

dengan proses transformasi semua masukan (input) sumber

daya secara terpadu sehingga dapat menghasilkan nilai tambah

dalam bentuk keluaran (output) baik yang berupa produk

maupun jasa.17

Menurut Fogarty, manajemen operasi adalah

satu proses yang secara berkesinambungan (kontinu) dan

efektif menggunakan fungsi manajemen untuk

mengitegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam

rangka mencapai tujuan.18

Sementara Adam, Heizer, dan

Stevanson lebih menitikberatkan manajemen operasi sebagai

16

H.M. Anton Athoillah,Dasar-Dasar Manajemen, (Bandung : Pustaka Setia), 2010, h. 16. 27 17

Freddy Rangkuti, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama, 2004), h. 55 18

Hery Prasetya & Fitri Lukiastuti, Manajemen Operasi, (Yogyakarta : MedPress, 2009), h. 2.

 

Page 38: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

28

28

satu sistem yang bertujuan untuk menciptakan barang atau

menyediakan jasa.19

2. Pengertian Penyelenggaraan / Pelaksanaan (Actuating)

Penyelenggaraan atau biasa disebut dengan pelaksanaan, dalam

bahasa Inggris disebut dengan actuating merupakan salah satu dari empat

fungsi manajemen yang kita kenal dengan istilah POAC (planning,

organizing, actuating dan controlling). Pelaksanaan (actuating) merupakan

tindak lanjut yang dilakukan oleh organisasi yang telah memiliki

perencanaan dan melakukan pengorganisasian yang terstruktur sesuai

kebutuhan satuan kerja20

Dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat : 105 disebutkan :

ن إن ظخسد ٱنمؤمىن زظنۥ عمهكم قم ٱعمها فعيس ٱلل دة ٱنش هم ٱنغيب ع

فيىبئكم بمب كىخم حعمهن

Artinya : “Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya

serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan

dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang

nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

(QS. At-Taubah : 105).

Ayat tersebut diatas menjelaskan tentang salah satu fungsi

manajemen yang dikemukakan oleh George R. Terry yakni fungsi

pelaksanaan (actuating). Dimana fungsi ini adalah fungsi lanjutan atau

19

Eddy Herjanto, Manajemen Operasi, (Jakarta : Grasindo,2008), h.28 20

Hadari Nawawi, Manajemen Strategik, Organisasi Non-Profit Bidang Pemerintahan,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005) Cet. III, h.95

 

Page 39: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

29

29

tindak lanjut dari dua fungsi sebelumnya, perencanaan dan

pengorganisasian.

3. Elemen Pelaksanaan

Dalam fungsi pelaksanaan,ada 4 (empat) elemen atau sub-fungsi

yang perlu diperhatikan dalam proses manajerial,adalah sebagai beikut:

a. Leadership (Kepemimpinan)

Kepemimpinan adalah bagaimana seseorang bisa

memberikan pengaruh kuat kepada mereka yang disebut sebagai

pengikut.Sedangkan pemimpin adalahs seseorang yang

mempunyai pengaruh tentang itu. Ada beberapa karakteristik

dalam kepemimpinan:

1) Kepemimpinan menunjukan tentang keberadaan pengikut

2) Kepemimpinan melibatkan kepentingan kedua belah

pihak,pemimpin dan pengikutnya.

3) Kepemimpinan melibatkan sebuah otoritas yang tidak sama

antara pemimpin dan anggota kelompoknya.

4) Kepemimpinan menunjukan bahwa seorang pemimpin bisa

mempengaruhi para pengikutnya atau bawahannya selain juga

bisa memberikan arahan yang sah kepada mereka.

b. Communication (Komunikasi)

Komunikasi adalah proses berjalannya sebuah informasi atau

pemahaman dari satu orang selaku pemberi pesan kepada orang

lainnya sebagai penerima pesan. Ada dua jenis komunikasi,verbal

 

Page 40: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

30

30

dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang

melibatkan kosa kata melalui pembicaraan secara langsung (two

waycommunication),sedangkan nonverbal adalah komunikasi yang

tidak melibatkan kosa kata melalui pembicaraan secara

langsung,biasanya menggunakan simbol-simbol atau melalui

media seperti surat,TV,radio,surat kabar dan lain sebagainya.

c. Motivation (Motivasi)

Motivasi adalah proses membangkitkan semangat kerja

kedalam pikiran para anggota kelompok dengan tujuan

memberikan yang terbaik bagi perusahaan atau organisasi.21

d. Coordination (Koordinasi)

Serupa dengan komunikasi, subfungsi koordinasi

dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah hubungan baik antara

pemimpin dan anggota kelompok dengan agar tercapainya tujuan

bersama.

4. Langkah-Langkah Pelaksanaan

Fungsi pelaksanaan mengandung 2 langkah terpenting dalam

rangka melaksanakan sebuah kegiatan dalam organisasi, yang pertama

adalah penyusunan staf kerja (staffing) yang meliputi sumber daya

manusia (SDM) dan tenaga lain dari luar lembaga (relawan). Yang kedua

adalah pengarahan kerja (directing) ,yakni mengelompokkan SDM atau

anggota kelompok sesuai dengan kemampuan dan bakat, yang tentunya

21

P. C. Tripathi, P. N. Reddy, Principles of Management, (New Delhi : The McGram-

Hill Company, 2008), Edisi ke-4, h. 4

 

Page 41: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

31

31

secara tidak langsung akan menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien.

Tanpa adanya sebuah pengarahan, SDM atau anggota kelompok

cenderung bekerja sesuai dengan apa yang mereka lihat tanpa memandang

kepentingan utama sebuah lembaga. Pada proses pengarahan, biasanya

sebuah perusahaan atau lembaga menggunakan program Total Quality

Management (TQM).22

5. Unsur-Unsur Penyelenggaraan Ibadah Haji

Penyelenggaraan ibadah haji adalah sebuah kegiatan yang

memiliki mobilitas tinggi dan pergerakan dinamis tapi dibatasi oleh tempat

dan waktu dengan melibatkan lima komponen yang harus dipenuhi dalam

operasionalnya, yaitu adanya calon haji, pembiayaan, sarana transportasi,

hubungan antar-negara dan organisasi pelaksananya.23

C. Ditjen PHU

Ditjen PHU adalah direktorat jenderal pelaksanaan haji dan umroh di

bawah kementrian agama RI. Yang mempunyai tugas pokok melaksanakan

kebijakan teknis dalam bidang penyelenggaraan ibadah haji dan umroh sesuai

amanat undang-undang penyelenggaraan ibadah haji dan umroh No. 13 tahun

2008. Menteri Agama selaku penanggung jawab dan koordinator operasional

penyelenggaraan Ibadah haji secara nasional, ditjen PHU adalah dan secara

teknis menjadi tanggung jawab direktorat jenderal penyelenggaraan Haji dan

Umroh yang terdiri dari 4 jejaring eselon yakni eselon I (Direktur Jenderal

22

Hunger and Wheelen, Essesntial of Strategic Management, (Tampa, Florida, Addison

Wesley Longman Inc., 1997), h. 149 23

Ahmad Nidjam, Alatief Hanan, Manajemen Haji: Studi Kasus dan Telaah

Implementasi Knowledge Workers, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2001) Cet.I h.10

 

Page 42: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

32

32

PHU), eselon II (Sekertaris Direktur), eselon III (Bagian dan Sub Direktorat)

dan eselon IV (Seksi dan Sub Bagian) serta didukung oleh staff pelaksana

yang jumlahnya bervariasi untuk masing-masing unit kerja.

Secara singkat, organisasi pelaksana dalam hal ini adalah tanggung jawab

Menteri Agama yang dalam pelaksanaannya dilaksanakan oleh Direktorat

Jenderal Penyelenggara Haji dan Umroh dengan yang terdiri dari 4 jejaring

eselon yakni eselon I (Direktur Jenderal PHU), eselon II (Direktur), eselon III

(Bagian dan Sub Direktorat) dan eselon IV (Seksi dan Sub Bagian) serta

didukung oleh staff pelaksana yang jumlahnya bervariasi untuk masing-

masing unit kerja.

Adapun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing unit,

secara garis besar organisasi pelaksana haji dapat dibagi sebagai berikut:

1) Sekretarian Jenderal PHU

2) Direktorat Pembinaan Haji

3) Direktorat Pelayanan Haji

4) Direktorat Pengelolaan BPIH dan Sistem Informasi Haji

5) Dan yang terakhir adalah organsiasi terkecil dalam PIH, yakni

kelompok terbang (kloter) yang dalam setiap kloter didampingi

oleh Tim Pemandu Ibadah Haji Indonesia (TPIHI), Tim

Pembimbing Ibadah Haji (TPIH) dan Tim Kesehatan Haji

Indonesia (TKHI).24

24

Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta, FDK Press, 2008)

h.132-134

 

Page 43: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

33

BAB III

GAMBARAN UMUM DITJEN PHU KEMENAG RI

A. Sejarah dan Perkembangan Ditjen PHU

1. Penyelenggaraan Haji Pasca-Kemerdekaan

Pada pasca kemerdekaan tepatnya pada tahun 1948, pemerintah

Indonesia mengirimkan misi haji untuk bertemu dengan Raja Arab Saudi

saat itu.Misi tersebut mendapat sambutan hangat dari Raja Ibnu Saud. Misi

haji tersebut bertujuan untuk menjelaskan ke dunia Islam perihal politik

Indonesia yang tengah melarang umat Islam di Indonesia melaksanakan

ibadah haji sekaligus meminta dukungan terhadap perjuangan muslim

menentang kembalinya penjajahan.

Pada tanggal 21 Januari 1950, Badan Kongres Muslimin Indonesia

(BKMI) mendirikan sebuah yayasan yang secara khusus menangani

kegiatan penyelenggaraan haji, yaitu Panitia Perbaikan Perjalanan Haji

Indonesia (PPPHI) yang kemudian kedudukannya diperkuat dengan

dikeluarkannya Surat Kementerian Agama Republik Indonesia Serikat (RIS)

Nomor 3170 tanggal 6 Pebruari 1950, disusul dengan surat edaran Menteri

Agama RIS Nomor A.III/I/648 tanggal 9 Pebruari 1950 yang menunjuk

PPPHI sebagai satu-satunya wadah yang sah disamping Pemerintah untuk

mengurus dan menyelenggarakan haji Indonesia. Sejak saat itulah

 

Page 44: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

34

34

penyelenggaraan haji ditangani oleh Pemerintah, dalam hal iniKementerian

Agama, dibantu oleh instansi lain seperti Pamongpraja.1

Tahun itu merupakan tahun pertama rombongan haji Indonesia yang

diikuti dan dipimpin oleh Majelis Pimpinan Haji bersama dengan

Rombongan Kesehatan Indonesia (RKI).

PPPHI berada di setiap karesidenan, karena saat itu karesidenan

merupakan pemerintah daerah yang mengatur, mengolah dan menangani

segala urusan administratif masyarakat termasuk di dalamnya memudahkan

semua urusan yang berhubungan dengan penyelenggaraanibadah haji.2

Dengan dibentuknya Kementerian Agama sebagai salah satu unsur

kabinet Pemerintah setelah masa kemerdekaan, maka seluruh beban

PenyelengaranIbadah Haji (PIH) ditanggung pemerintah dan segala

kebijakan tentang pelaksanaan ibadah haji semakin terkendali. Dengan

semakin membaiknya tatanan kenegaraan Indonesia, pada tahun 1964

pemerintah mengambil alih kewenangan dalam PIH dengan membubarkan

PPPHI yang kemudian diserahkan kepada Dirjen Urusan Haji (DUHA)

dibawah koordinasi Menteri Urusan Haji.3

2. Penyelenggaraan Haji Masa Orde Baru

Tugas awal penguasa Orde Baru sebagai pucuk pimpinan negara

pada tahun 1966 adalah membenahi sistem kenegaraan. Pembenahan sistem

pemerintahan tersebut berpengaruh pula terhadap PIH dengan dibentuknya

1Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah, (Jakarta:

Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008), h. 5. 2 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta: FDK Pres, 2008), h. 52.

3Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah, h. 5.

 

Page 45: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

35

35

Departemen Agama yang merubah struktur dan tata kerja organisasi Menteri

Urusan Haji dan mengalihkan tugas PIH dibawahwewenang Dirjen Urusan

Haji, termasuk penetapan biaya, sistem manajemen dan bentuk organisasi

yang kemudian ditetapkan dalam Keputusan Dirjen Urusan Haji Nomor 105

tahun 1966. Pada tahun 1967 melalui keputusan Menteri Agama Nomor 92

tahun 1967, penetapan besarnya biaya haji ditentukan oleh Menteri

Agama.Pada tahun 1968, keputusan tentang besarnya biaya haji kembali

ditetapkan oleh Dirjen Urusan Haji dengan keputusan Nomor 111 tahun

1968. Dalam perjalanan selanjutnya, pemerintah bertanggung jawab secara

penuh dalam PIH mulai dari penentuan biaya haji, pelaksanaan ibadah haji

serta hubungan antara dua negara yang mulai dilaksanakan pada tahun 1970.

Pada tahun tersebut biaya perjalanan haji ditetapkan oleh Presiden melalui

Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1970. Dalam tahun-tahun berikutnya

PIH tidak banyak mengalami perubahan-perubahan kebijakan dan

keputusan tentang biaya perjalanan haji ditetapkan melalui Keputusan

Presiden.4

Pada tahun 1976, ditandai dengan adanya perubahan tata kerja dan

struktur organisasi PIH yang dilakukan oleh Dirjen Bimas Islam dan Urusan

Haji (BIUH). Sebagai panitia pusat, Dirjen BIUH melaksanakan koordinasi

ke tiap-tiap daerah tingkat I dan II di seluruh Indonesia. Dalam hal ini

sistem koordinasi dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh Dirjen

BIUH. Beberapa panitia penyelenggara didaerah juga menjalin koordinasi

4Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah, (Jakarta:

Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008), h. 5

 

Page 46: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

36

36

dengan Badan Koordinator Urusan Haji (BAKUH) ABRI, hal ini

dikarenakan BAKUH ABRI memiliki lembaga tersendiri untuk pelaksaan

operasional PIH.

Setelah tahun 1976, seluruh pelaksanaan operasional perjalanan

ibadah haji dilaksanakan oleh Dirjen BIUH. Pada tahun 1985, pemerintah

kembali mengikutsertakan pihak swasta dalam PIH, dimana pihak-pihak

swasta tersebut mempunyai kewajiban langsung kepada pemerintah. Dalam

perkembangan selanjutnya, lingkungan bisnis modern mengubah orientasi

pihak-pihak swasta tersebut dengan menyeimbangkan antara orientasi

pelayanan dan orientasi keuntungan yang selanjutnya dikenal dengan istilah

PIH Plus. Pada tahun 1987 pemerintah mengeluarkan keputusan tentang

PIH dan Umrah Nomor 22 tahun 1987 yang selanjutnya disempurnakan

dengan mengeluarkan peraturan PIH dan Umrah Nomor 245 tahun 1991

yang lebih menekankan pada pemberian sanksi yang jelas kepada pihak

swasta yang tidak melaksanakan tugas sebagaimana ketentuan yang berlaku.

Pembatasan jamaah haji yang lebih dikenal dengan pembagian kuota

haji diterapkan pada tahun 1996 dengan dukungan Sistem Komputerisasi

Haji Terpadu (SISKOHAT) untuk mencegah terjadinya over quota seperti

yang terjadi pada tahun 1995 dan sempat menimbulkan keresahan dan

kegelisahan di masyarakat, khususnya calon jamaah haji yang telah terdaftar

pada tahun tersebut namun tidak dapat berangkat.

Mulai tahun 2005 penetapan porsi provinsi dilakukan sesuai dengan

ketentuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) yaitu 1 orang per mil dari

 

Page 47: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

37

37

jumlah penduduk yang beragama Islam dari masing-masing provinsi,

kecuali untuk jamaah haji khusus diberikan porsi tersendiri.5

3. Penyelenggaraan Haji Pasca-Orde Baru

Melalui Keputusan Presiden Nomor 119 tahun 1998, pemerintah

menghapus monopoli angkutan haji dengan mngizinkan kepada perusahaan

penerbangan lain selain PT. Garuda Indonesia untuk melaksanakan

angkutan haji. Dibukanya kesempatan tersebut disambut hangat oleh sebuah

perusahaan asing, Saudi Arabian Airlines untuk ikut serta dalam angkutan

haji dengan mengajukan penawaran kepada pemerintah dan mendapapat

respon yang positif. Sejak era reformasi, setiap bentuk kebijakan harus

memenuhi aspek keterbukaan dan transaparansi, jika tidak akan menuai

kritik dari masyarakat. Pemerintah dituntut untuk terus menyempurnakan

sistem penyelenggaraan haji dengan lebih menekankan pada pelayanan,

pembinaan dan perlindungan secara opitmal.

Penyelenggaraan Haji menjadi tanggung jawab Menteri Agama yang

dalam pelaksanaan sehari-hari, secara struktural dan teknis fungsional

dilaksanakan oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan

Penyelenggaraan Haji (BIPH) yang ditetapkan berdasarkan Keputusan

Presiden Nomor 165 tahun 2000. Dalam perkembangan terakhir

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 2005 sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 63 tahun 2005, Ditjen BIPH

direstrukturasi menjadi dua unit kerjaeselon I, yaitu Ditjen Bimbingan

5 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah,thn 2010. h.

6.

 

Page 48: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

38

38

Masyarakat Islam (Bimas Islam) dan Ditjen Penyelenggaraan Haji dan

Umrah (PHU). Dengan demikian mulai operasional haji tahun 2007

pelaksana teknis PPIH dan pembinaan umrah berada dibawah Ditjen PHU.6

B. Visi dan Misi Ditjen PHU

Berpedoman pada keputusan Ditjen PHU Nomor: D/54 tahun 2010

tentang Visi dan Misi Ditjen PHU, disebutkan sebagai berikut:7

1. Visi

Terwujudnya pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada

jamaah haji dan umrah berdasarkan asas keadilan, transparan, akuntabel

dengan prinsip nirlaba. Penjabaran dari Visi Ditjen PHU tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembinaan, diwujudkan dalam bentuk bimbingan, penyuluhan

dan penerangan kepada masyarakat dan jamaah haji dan umrah.

Sedangkan pembinaan petugas diarahkan pada profesionalisme

dan dedikasinya.

b. Pelayanan, diwujudkan dalam bentuk pemberian layanan

administrasi dan dokumen, transportasi, kesehatan, serta

akomodasi dan konsumsi.

c. Perlindungan, diwujudkan dalam bentuk jaminan keselamatan

dan keamanan jamaah haji selama menunaikan ibadah haji dan

umrah.

6 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah, thn 2010, h.

6. 7 Kementrian Agama Republik Indonesia , Ditjen Penyelenggara haji dan Umrah, rencana

Strategis direktorat Jenderal Penyelenggaraan haji dan Umrah Tahun 2010-2014.

 

Page 49: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

39

39

d. Asas keadilan, bahwa penyelenggaraan ibadah haji harus

berpegang pada kebenaran, tidak berat sebelah dan tidak

memihak, tidak sewenang-wenang dalam penyelenggaraannya.

e. Transparan, bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam proses

penyelenggaraan haji dan umrah dapat diketahui oleh

masyarakat dan jamaah haji dan umrah.

f. Akuntabel dengan prinsip nirlaba, bahwa penyelenggaraan

ibadah haji dan umrah dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum dengan prinsip

tidak mencari keuntungan.

2. Misi

a. Meningkatkan kualitas penyuluhan, bimbingan dan pemahaman

anasik haji dan umrah.

b. Meningkatkan profesionalisme dan dedikasi petugas haji dan

umrah.

c. Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan ibadah haji

dan umrah melalui pembinaan haji khusus, umrah dan kelompok

bimbingan ibadah.

d. Meningkatkan pelayanan pendaftaran, dokumen, akomodasi,

transportasi dan katering sesuai standar pelayanan minimal

penyelenggaraan haji dan umrah.

 

Page 50: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

40

40

e. Memberikan perlindungan kepada jamaah sehingga diperoleh

rasa aman, keadilan dan kepastian melaksanakan ibadah haji dan

umrah.

f. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dana haji serta

pengembangan sistem informasi haji.

g. Meningkatkan kualitas dukungan manajemen dan dukungan

teknis lainnya dalam penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.

3. Tugas dan Fungsi Ditjen PHU

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 tahun

2010, Ditjen PHU memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:8

a. Tugas

Ditjen PHU mempunyai tugas merumuskan serta

melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang

penyelenggaraan haji dan umrah.

b. Fungsi

Sedangkan dalam melaksanakan tugas, Ditjen PHU memiliki

fungsi sebagai berikut:

1) Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan

haji dan umrah.

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan

haji dan umrah.

840 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 10 Tahun 2010 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agama RI, h. 56.

 

Page 51: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

41

41

3) Penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria di

bidang penyelenggaraan haji dan umrah.

4) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi

penyelenggaraan haji dan umrah.

5) Pelaksanaan administrasi Ditjen PHU.

C. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Hajidan

Umrah

Struktur organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan

Umroh tertulis dalam PMA No. 10 Tahun 2010 yang direvisi dengan PMA No.

80 Tahun 2013 pada pemecahan Direktorat Pelayanan Haji menjadi Direktorat

Pelayanan Dalam Negeri dan Direktorat Pelayanan Luar Negeri.

Adapun semenjak diterbitkannya PMA No 80 Tahun 2013 sutruktur

organisasi Ditjen PHU dapat dilihat pada bagan9:

Bagan 3.1 struktur organisasi Ditjen PHU :

9 Peraturan Menteri Agama No. 10 Tahun 2010 dengan perubahan sesuai Peraturan

Menteri Agama No. 80 Tahun 2013

Direktur jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh

Prof.Dr.H.Abdul Djamil, MA.

Direktorat Pembinaan Haji

dan Umrah

Direktur

Dr.MUHAJIRIN YANIS, M.pd

Direktorat Pelayanan Haji Luar

Negeri

Direktur

Hj.SRI ILHAM LUBIS, M.pd.

Direktorat Pelayanan Haji dalam Negeri

Direktur

Drs.H.AHDA BARORI AS,MM.

Direktorat Pengelolaan Dana

Haji Direktur

RAMADHAN HARISMAN,ST,MBA.

Sekretaris DITJEN PHU

Hasan Faozi,SE,Ak,M.SI.

Sumber : www2.kemenag,go.id

 

Page 52: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

42

42

Adapun susunan organisasi Dijen PHU dari eselon II sampai dengan

eselon IV adalah sebagai berikut :10

1. Sekretariat Ditjen PHU

a. Bagian Perencaaan dan Keuangan

1) Subbagian perencanaan dan evaluasi program

2) Subbagian pelaksanaan anggaran dan perbendaharaan

3) Subbagian verifikasi, akuntansi dan pelaporan keuangan

b. Bagian Organisai, Tata Laksana dan Kepegawaian

1) Subbagian organisasi dan tata laksana

2) Subbagian kepegawaian

3) Subbagian hukum dan peraturan perundang-undangan

c. Bagian Sistem Informasi Haji Terpadu

1) Subbagian pengelolaan sistem jaringan

2) Subbagian pengembanga databae haji

3) Subbagian informasi haji

d. Bagian Umum

1) Subbagian tata usaha

2) Subbagian rumah tangga

3) Subbagian perlengkapan dan barang milik negara

2. Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah

a. Subdirektorat bimbingan jamaah haji

1) Seksi pengembangan materi bimbingan

10

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 10 Tahun 2010 Tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementrian Agama RI, h. 56-73.

 

Page 53: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

43

43

2) Seksi operasi bimbingan

3) Seksi pembinaan kelompok bimbingan

b. Subdirektorat pembinaan petugas haji

2) Seksi rekruitmen petugas

3) Seksi pelatihan petugas

4) Seksi penilaian kinerja petugas

c. Subdirektorat pembinaan haji khusus

1) Seksi perizinan penyelenggaraan ibadah haji khusus

2) Seksi akreditasi penyelenggaraan ibadah haji khusus

3) Seksi pengawasan penyelenggaraan ibadah haji khusus

d. Subdirektorat pembinaan umrah

1) Seksi perizinan penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah

2) Seksi akreditasi penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah

3) Seksi pengawasan penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah

e. Subbagian tata usaha direktorat

3. Direktorat Pelayanan Haji

a. Subdirektorat pendaftaran haji

1) Seksi pendaftran haji reguler

2) Seksi pendaftran haji khusus

3) Seksi pembatalan pendaftaran haji

b. Subdirektorat dokumen dan perlengkapan haji

1) Seksi dokumen jamaah haji

2) Seksi pemvisaan

 

Page 54: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

44

44

3) Seksi perlengkapan jamaah haji

c. Subdirektorat akomodasi dan katering haji

1) Seksi akomodasi di Arab Saudi

2) Seksi katering jamaah haji

d. Subdirektorat transportasi dan perlindungan jamaah haji

1) Seksi transportasi udara

2) Seksi transportasi darat

3) Seksi perlindungan dan keamanan jamaah haji

e. Subbagian tata usaha direktorat

4.Direktorat Pengelolaan Dana Haji

a. Subdirektorat biaya penyelenggaraan ibadah haji

1) Seksi setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji

2) Seksi penyusunan program dan portofolio

3) Seksi akuntansi dan pelaporan setoran awal

b. Subdirektorat pelaksanaan anggaran operasional haji

1) Seksi perbendaharaan operasional haji

2) Seksi verifikasi

3) Seksi akuntansi dan pelaporan pelaksanaan

c. Subdirektorat pengembangan dan pengelolaan dana haji

1) Seksi pengembangan dana haji

2) Seksi administrasi aset haji

3) Seksi pengembangan sistem akuntansi

d. Subdirektorat fasilitasi badan pengelola dana abadi umat

 

Page 55: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

45

45

1) Seksi program dan portofolio

2) Seksi perbendaharaan, akutansi dan pelaporan

3) Seksi administrasi umum

e. Subbagian tata usaha direktorat

D. Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah Dari Masa ke Masa

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah sejak berdirinya

di tahun 1964 sudah mengalami 11 kali pergantian Direktur Jenderal, yaitu

sebagai berikut:

Tabel 3.1. Ditjen PHU dari Masa ke Masa

N

No.

Nama Jabatan Masa Bakti

1 Prof. KH. Farid Ma’ruf Menteri Urusan Haji 1964 – 1965

Dirjen Urusan Haji 1965 – 1973

2

.2

H. Burhani Tjokrohandoko Dirjen Urusan Haji 1973 – 1979

Dirjen Bimas Islam dan

Urusan Haji

1979 – 1984

2

3.

H. A. Qadir Basalamah

Dirjen Bimas Islam dan

Urusan Haji

1984 – 1989

4

4.

H. Andi Lolo Tonang, SH

Dirjen Bimas Islam dan

Urusan Haji

1989 – 1991

5

5.

Drs. H. Amidhan Dirjen Bimas Islam dan

Urusan Haji

1991 – 1995

6Drs. H. A. Ghazal Dirjen Bimas Islam dan 1995 – 1996

 

Page 56: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

46

46

6. Urusan Haji

7. Drs. H. Mubarok, M.Si

Dirjen Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji

1996 – 2000

8. Drs. H. Taufiq Kamil Dirjen Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji

2000 – 2005

9. Drs. H. Slamet Riyanto, M.Si

Dirjen Bimas Islam dan

Penyelenggaraan Haji

dan Umrah

2005 – 2006

DirjenPenyelenggaraan

Haji dan Umrah

2007 – 2012

10. Dr. H. Anggito Abimanyu,

M.Sc

DirjenPenyelenggaraan

Haji dan Umrah

2012- 2014

11 Prof. Dr. Abdul Djamil,

M.A.

Dirjen Penyelenggaraan

Haji dan Umrah

2014 – sekarang

Sumber : Buku Haji dari Masa ke Masa11

11

Haji Dari Masa Ke Masa, (Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Kementerian Agama RI, 2012) Cet. 1, h. 312

 

Page 57: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Penanganan Badal Haji

1. Pendataan jamaah yang akan di badal hajikan1 :

a. jamaah yang meninggal dunia di embarkasi sebanyak 15 orang

b. jamaah yang meninggal di Arab Saudi sebelum tanggal 9 Zulhijah

sebanyak 122 orang

c. jamaah yang yang uzur (sakit) yang tidak dapat di safari wukufkan

sebanyak 69 jemaah masing masing sebanyak 56 jemaah dirawat di

Rumah Sakit Arab Saudi , 10 jemaah di ICU BPHI, dan 3 jemaah di

HCU BPHI

d. jamaah yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 18 orang dan dirawat

di Psikiatri Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI)

Tabel 4.1 Jemaah yang Dibadal hajikan Tahun 2015

1 Keputusan Staf Teknis Haji Konsulat Jenderal Republic Indonesia Nomor 858 Tahun 2015

Tentang Pelaksanaan Badal Haji Bagi Jemaah Haji Indonesia Tahun 1436/2015

0

20

40

60

80

100

120

140

Wafat diembarkasi

wafat di ArabSaudi

Jemaah Sakit GangguanJiwa

 

Page 58: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

48

48

2. Sumber dana pembiayaan badal haji1

Semua pembiayaan badal haji Ditanggung oleh pemerintah, sumber

pembiayaan badal haji dari DIPA dan RKA PAOH, Bagi yang telah

melaksanakan badal haji diberikan uang badal haji sesuai ketentuan dari

Ditjen PHU. Masing-masing sebesar SAR 1.500,-

3. Rekutmen Petugas Pelaksana badal haji :

a. Petugas pelaksana haji adalah mereka yang telah memiliki

persyaratan yaitu2 :

1) mereka yang sudah berhaji dan membuat surat peryataan

2) telah lulus tes wawancara sehingga memiliki kompetensi

dalam penyelenggaraan ibadah itu sendiri.

3) Tidak sedang membadalhajikan orang lain.

b. Setelah memenuhi persyaratan Petugas haji yang mengajukan

permohonan kepada ketua PPIH Arab Saudi cq. Kepala Daker

masing-masing3 ;

1) Dari PPIH Daker Makkah 157 orang

2) Dari PPIH Daker Jeddah 51 orang

1 Wawancara Dengan Kepala Seksi Pengembangan Materi Bimbingan Subdirektorat

Bimbingan Jemaah Haji Direktorat Bina Haji Dirjen PHU, Tanggal 7 November 2017, Di Kantor

Kementerian Agama Republik Indonesia 2 Keputusan Dirjen PHU Nomor D/456/2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Safari Wukuf

Dan Badal Haji 3 Keputusan Staf Teknis Haji Konsulat Jenderal Republic Indonesia Nomor 858 Tahun 2015

Tentang Pelaksanaan Badal Haji Bagi Jemaah Haji Indonesia Tahun 1436/2015

 

Page 59: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

49

49

3) Dari PPIH Daker Madinah 16 orang

4. Sertifikat Badal Haji4

Mekanisme pemberian sertifikat badal haji yaitu :

a. Sertifikat badal haji dikeluarkan oleh Panitia penyelenggara ibadah haji

Arab Saudi (PPIH Arab Saudi) .

b. Sertifikart, ditandatangani kepala Daker Makkah, dan diketahui oleh

kepala bidang bimbingan ibadah atas nama PPIH Arab Saudi.

c. Sertifikat mencantumkan nama jemaah yang dibadalhajikan dan petugas

yang membadalkan

d. Sertifikasi disampaikan kepada Ketua Kloter untuk disampaikan kepada

keluarga/ahli warisnya dan

e. Bentuk sertifikat badal haji, ditentukan oleh PPIH arab Saudi.

5. Verifikasi penentuan jamaah yang dibadal hajikan.

Dalam teknis pelaksanaannya badal haji yang dilaksanakan oleh

kemenag bukan diperuntukkan bagi badal haji diluar jamaah yang ada di

daftar kemenag. Maka Kemenag melakukan verikasi dalam rangka

menentukan siapa saja yang akan dibadalhajikan meliputi :

a. peryaratan yang akan dibadalhajikan sesuai ketentuan PMA No. 14

tahun 2012 tentang penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler.

4 Keputusan Dirjen PHU Nomor D/456/2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Safari Wukuf

Dan Badal Haji

 

Page 60: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

50

50

b. Jemaah yang akan dibadalhajikan berdasarkan urutan kejadian, asal

daerah seuai kelompok terbang (kloter).

c. data yang diverifikasi selalu diupdate setiap hari, hingga menjelang

pelaksanaan wukuf.

d. konsolidasi data safari wukuf dan badal haji.

e. pemberitahuan hasil verifikasi dalam bentuk catatan koreksi dan

beberapa masukan dari tim kesehatan haji yang dituangkan dalam

bentuk berita acara paling lambat H-1

f. Pembahasan akhir hasil verifikasi sekaligus validasi data sebagai

bahan penetapan petugas, anggaran, dan sarana prasarana yang akan

digunakan untuk kegiatan badal haji pada (H-1)

g. pelaksana verifikasi dan validasi data dilakukan tim safari wukuf

dan badal haji yang ditetapkan oleh kepala Daker Makkah.

6. Pelaporkan Pelaksanaan Badal Haji

Melaporkan pelaksanaan badal hajinya, dan menandatangani

pertanggung jawaban hajinya serta menerima honor sebagai petugas sesuai

ketentuan.

B. Langkah – Langkah penyelesaian Problematika Badal Haji

Dalam menganalisis sebuah problematika ada tiga langkah yang harus

dilakukan agar sebuah problem atau masalah bisa mendapatkan solusi yang bisa

menjadi perbaikan kedepannya.Langkah-langkah tersebut adalah.Identifikasi

masalah, akar masalah dan solving atau solusi.

 

Page 61: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

51

51

1. Identifikasi Masalah

Dari penelitian yang penulis lakukan tentang pelaksanaan Badal Haji,

terdapat beberapa masalah yang perlu di identifikasi yaitu :

a. Problematika jemaah yang dibadal hajikan

Menurut hasil muzhakarah perhajian tentang badal haji bahwasanya

Badal haji diperbolehkan pada 2 (dua) kelompok, yaitu: al-ma’dlub dan

al-mayyit.5

1). Al-Ma’dlub, yaitu orang yang kondisi fisiknya tidak memungkinkan

untuk berangkat ke Tanah Suci, sehingga memerlukan jasa orang lain

untuk melaksanakan ibadah haji. AlMa’dlub yang memiliki kemampuan

finansial wajib/boleh dibadalkan jika tempat tinggalnya jauh dari Tanah

Haram Makkah dengan jarak lebih dari masafatul qashr. Sedangkan

alma’dlub yang sudah ada di Tanah Haram Makkah atau tempat lain yang

dekat dari Tanah Haram Makkah tidak boleh dibadalhajikan, melainkan

harus haji sendiri atau dibadalhajikan setelah meninggal. Tetapi jika

kondisinya benar-benar tidak memungkinkan untuk melaksanakan

sendiri, maka menurut sebagian pendapat, dia boleh dibadalhajikan di

saat dia masih hidup .

2) Al-Mayyit adalah haji yang tidak terlaksana atau tidak selesai karena

yang bersangkutan meninggal lebih dulu.

5Keputusan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Nomor D/333/2016 Tentang

Penyusunan Rumusan Hasil Mudzakarah Perhajian

 

Page 62: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

52

52

Sedangkan dalam teknis pelaksanaan badal haji oleh PPIH Arab Saudi,

Ada beberapa kriteria bagi jamaah yang akan diikutkan dalam

pelaksanaan badal haji. Kriteria tersebut antara lain :

1) meninggal dunia setelah masuk di asrama Haji embarkarsi,

2) meninggal di dalam perjalanan menuju Arab Saudi,

3) Meninggal di Arab Saudi sebelum pelaksanaan wukuf

4) Pasien dalam perawatan Khusus di Intensive care unit (ICU) dan

Intensive cardiac care unit (ICCU) dan penilaian medis oleh Tim

Kesehatan sampai tanggal 8-9 Dzulhijjah jam 24.00 WAS.

5) mengalami gangguan jiwa sesuai keterangan dokter

dengan kriteria tersebut maka Pemerintah hanya melayani dan

bertanggung jawab dalam pelaksanaan badal haji untuk Jemaah haji yang

terdaftar sebagai haji reguler6. Sedangkan dalam pekembanganya badal

haji kini sudah banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat

Indonesia.Mereka mendaftarkan orang tuanya atau keluarganya yang

sudah meninggal dunia untuk dibadal hajikan melalui lembaga swasta

seperti KBIH atau Travel Haji dan umroh yang menyediakan layanan

badal haji dengan harga yang relatif bervariasi.Bahkan ada lembaga

swasta yang mempromosikan program badal haji ke masyarakat dengan

harga yang cukup murah sehingga Badal haji swasta ini sudah mengarah

6 Wawancara Dengan Kepala Seksi Pengembangan Materi Bimbingan Subdirektorat Bimbingan

Jemaah Haji Direktorat Bina Haji Dirjen PHU, Tanggal 7 November 2017, Di Kantor Kementerian

Agama Republik Indonesia

 

Page 63: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

53

53

seperti bisnis. Apabila jumlah permintaan badal haji terus meninggkat

dan belum ada regulasi yang mengatur pengelolaan badal haji swasta ,

maka di khawatirkan nantinya tidak akan seimbang antara permintaan

badal haji dengan ketersediaan petugas badal haji yang ada di Arab Saudi.

Sehingga hal ini dapat menimbulkan masalah lantaran terdapat potensi

penipuan.

b. Problematika pendataan petugas pelaksana badal haji

Pendataan petugas badal haji dilakukan oleh petugas pelaksana harian

bimbingan ibadah PPIH daker mekah7. Adapun syarat-syarat yang harus

dipenuhi oleh orang yang membadalhajikan menurut kaedah badal haji,

yaitu8 :

1) Tidak menyalahi macam haji yang ditentukan bila dalam wasiat

ada ketentuan jenis haji yang akan dilakukan seperti qiran, ifrad,

atau tamattu.

2) Hanya membadalkan untuk satu orang.

3) Melakukan badal haji tersebut dari negeri orang yang

dibadalhajikan atau tempat yang ditentukannya. Bila tidak, maka

dari miqadnya sebagaimana pendapat banyak ulama. Namun

sebagai ulama tidak mensyaratkan itu. Boleh saja dari miqat orang

7 Wawancara Dengan Kepala Seksi Pengembangan Materi Bimbingan Subdirektorat

Bimbingan Jemaah Haji Direktorat Bina Haji Dirjen PHU, Tanggal 7 November 2017, Di Kantor

Kementerian Agama Republik Indonesia 8 Keputusan Dirjen PHU Nomor D/456/2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Safari Wukuf

Dan Badal Haji Bab IV No. 9

 

Page 64: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

54

54

yang membadalhajikan bahkan dari Makkah pun dibolehkan

sebagaimana diungkapkan oleh Syeikh Abdurrahman al-Sadiy.

4) Sedangkan imam al-Nawawiy dalam al-majmu menetapkan empat

syarat yaitu, dilakukan oleh orang yang sah melaksanakan ibadah

haji, dia telah berhaji, dipercaya ketaatan dan kesetiaanya dalam

memenuhi janji (amanah), dan mampu untuk melaksakannya.

Pesryaratan untuk petugas pelaksana badal haji, yang secara

teknis menjadi masalah adalah tidak ada yang bisa memastikan orang

tersebut hanya membadalkan satu orang saja, dan benar-benar

menjalankan haji. Hal tersebutlah yang sulit diawasi, dan menjadi

celah kejahatan bagi orang yang ingin mencari keuntungan tanpa

memikirkan kaedah ibadah badal haji tersebut. Oknum tersebut bisa

saja mendaftar petugas badal haji dilain tempat dan tidak benar-benar

menjalankan haji .

c. Problematika Akad badal haji

Akad badal haji boleh dilakukan baik untuk orang yang sudah

meninggal dunia maupun yang masih hidup.Sepanjang tidak mampu lagi

melaksanakan haji. Ketidakmampuan tersebut terutama disebabkan oleh

faktor usia yang sudah lanjut dan kesehatan yang tidak lagi

memungkinkan atau sudah meninggal dunia. Oleh sebab itu pemerinah

bertanggung jawab dalam melaksanakan badal haji untuk merealisasikan

niat Jemaah haji yang terdaftar sebagai haji regular. Pemenrintah

 

Page 65: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

55

55

memberikan suatu fasilitas badal haji sebagai solusi permasalahan yang

dihadapi oleh calon jamaah haji yang sudah meninggal dunia ataupun

memiliki udzur lain yang di luar kemampuannya. Dalam pelaksanaan

akad badal haji oleh PPIH Arab Saudi,menjadi problematika ketika sudah

atau belumnya memenuhi rukun akad yaitu sudah adanya pelaku, objek,

dan ijab Kabul.

d. Problematika hukum melaksanakan badal haji

Di kalangan para ulama fikih ada perbedaan pendapat dalam

memahami ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits Nabi saw sebagaimana

yang telah dijelaskan pada bab kedua sebelumnyadalam memaknai

pelaksanaan badal, mayoritas masyarakat indonesia yang bermazhab

imam Syafi’i membolehkan pelaksanaan badal haji disebabkan ini

diterima di kalangan mayoritas ulama (kecuali ulama-ulama bermazhab

Maliki)9.Badal haji ini menjadi masalah mengingat ada beberapa ayat al-

Qur’an yang menjelaskan bahwa seseorang hanya akan mendapat pahala

dari hasil usahanya sendiri. Hal ini ditegaskan dalam beberapa ada surat

al-Quran dan hadist yang menyebutkan :10

Surat an-Najm (53): 38- 39:

أن نيط نإلوعبن إال مبظع.]انىجم، شز أذس، اشزة أال حصز

9 H.M. Quraish Shihab, “Haji dan Umrah bersama M. Quraish Shihab”, (Tanggerang : Lentera Hati),

2012. h.353 10

http://www.fatwatarjih.com/2011/08/badal-haji.htmldiakses pada 9 desember 2017 pukul 10.20 WIB

 

Page 66: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

56

56

Artinya: “(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan

memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada

memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”[QS an-Najm

(53): 38-39]

Hadist riwayat muslim sebagai berikut 11

:

ذمبحببىبدمبوقطععمهبالمىثالثصدقتجسيتعهميىخفعببندا صبنحيدع [رواه مسلم]

Artinya : “Apabila mati anak Adam itu maka terputuslah amal-

amalnya kecuali tiga, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat,

anak shalih yang selalu mendo’akannya “ (H.r. Muslim ).

Maka pelaksanaan badal haji tidak menjadi wajib dilaksanakan

karena seseorang yang lain tidak dapat menangguhkan, ataupun

memberikan tambahan ibadah kepada orang yang telah meninggal

dunia.

2. Akar Masalah dalam Pelaksanaan Badal Haji

b. Penentuan waktu Pelaksanaan badal haji

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab kedua sebelumnya dalam

melakukan kegiatan badal haji sama halnya dengan melaksanakan haji

hanya secara teknis dan niatnya yang berbeda. dalam penentuan waktu

pelasanaan badal haji oleh PPIH Arab Saudi menetapkan siapa saja yang

11

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid III, Cet. X, (Jakarta: Darul Fikr, 2011), hlm.

394.

 

Page 67: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

57

57

berhak dibadalkan dan menetapkan petugas badal haji ketika pada masa

operasional haji, hal tersebut menurut peneliti menjadi akar masalah dalam

pelaksanaan badal haji karena dengan kondisi jumlah Jemaah yang

dibadalkan tidak menentu, sebelum sampai tanggal 9 Zulhijah/pelaksanaan

wukuf, yang menjadi syarat sah nya haji maka PPIH Arab Saudi pada

waktu itu juga harus menyiapkan petugas badal haji sesuai dengan jumlah

yang dibadalkan. Sehingga dalam pelaksanaan badal haji tidak

terkontrol/terkoordinir dengan baik, seakan tinggal menunggu laporan dari

petugas badal haji. Adapun tatacara pelaksanaan badal haji oleh PPIH

Arab sebagaimana tuntunan dalam manasik haji yaitu12

:

1) Mengambil miqad haji dan niat membadalhajikan ;

2) Wukuf di Arafah ;

3) Mabit di Muzdalifah ;

4) Melontar jumroh aqobah ;

5) Tahalul awal ;

6) Tawaf ifadah , dan sa‟i ;

7) Tahalul tsani ;

8) Mabit di Mina ;

9) Melontar jumrah ula, wustha, dan aqabah pada hari tasyrik, dan

10) Nafar awal

12Keputusan Dirjen PHU Nomor D/456/2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Safari Wukuf

Dan Badal Haji

 

Page 68: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

58

58

b. Prioritas penyelsesaian masalah badal haji

Dari berbagai masalah badal haji penelitian ini lebih memprioritaskan

penyelesaian masalah tentang teknis pelaksanaan badal haji seperti

pendataan Jemaah yang dibadalkan, rekrutmen petugas pelaksana badal

haji, sumber dana badal haji, akad badal haji, teknis pendistribusian

sertifikat badal haji, dan pelaporan pelaksanaan badal haji.

c. Tren masalah badal haji yang besar dan meningkat

Belakangan ini marak sekali praktek badal haji.Cara yang biasa

dilakukan, seseorang yang ingin dihajikan menitipkan upah badal haji

kepada jamaah haji yang berangkat ke Makkah. Di Makkah, sang

jamaah lantas menyuruh mukimin untuk menghajikan siapa yang

dimaksud, dengan imbalan. Tetapi hingga kini belum ada regulasi yang

menetapkan dan mengatur tentang badal haji yang di kelola oleh

masyarakat, pemerintah hanya melaksanakan badal haji untuk Jemaah

haji reguler saja . data yang peneliti dapat, pelaksanaan badal haji tahun

2015 lebih banyak dari 2 tahun sebelumnya, walaupun ditahun 2013-

2015 sedang mengalami pebaikan renovasi Masjidil Haram sehingga

Pemerintah Arab Saudi melakukan pengurangan kuota jamaah haji

Indonesia sebesar 20 persen atau sejumlah 42.200 (empat puluh dua ribu

dua ratus) orang. Dengan demikian kuota Jamaah Haji Indonesia

menjadi 168.800 jamaah dari semula 211.000 jamaah.

 

Page 69: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

59

59

Salah satu penyebab meningkatnya jamaah yang wafat di tahun 2015

yaitu terjadinya musibah badai dan robohnya crane di Masjidil Haram

yang menewaskan 12 jamaah haji Indonesia dan 46 jemaah yang luka-

luka hingga harus dirawat di Rumah Sakit Arab Saudi.13

Tabel 4.2 Jumlah Jemaah yang dibadal hajikan 2013-2015

Sumber : Komisi Pengawasan Haji Indonesia

3. Solusi Penyelesaian Problem/Masalah Badal Haji

a. Pendataan Jemaah yang dibadal hajikan

Untuk menentukan siapa saja yang berhak dibadal hajikan olek PPIH

Arab Saudi, jamaah yang dibadalhajikan datanya akan dicocokan sesuai data

siskohat dan untuk Jemaah yang sakit PPIH Arab Saudi harus

memprioritaskan untuk bisa mengikuti safari wukuf, namun apabila Jemaah

yang sakit tidak bisa meninggalkan rumah sakit karena penyakitnya

13

Laporan Hasil Pengawasan Penyelenggaraan Ibadah Haji di Arab Saudi Tahun 1436 H/2015 Oleh

Komisi Pengawasan Haji Indonesia

202

156

224

0

50

100

150

200

250

2013 2014 2015

Badal Haji

 

Page 70: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

60

60

termasuk resiko tinggi dan harus bergantung pada alat kesehatan yang ada

dirumah sakit maka Jemaah tersebut berhak dibadalhajikan. Sedangkan

untuk badal haji yang dilakukan masyarakat atau Swasta, maka pemerintah

sebagai regulator, eksekutor, dan controller dalam penyelenggaraan haji

berhak melayani, mengawasi dan membuat regulasi terhadap badal haji yang

di kelola oleh lembaga swasta.

b. Sumber dana biaya badal haji.

Sumber dana biaya badal haji saat itu bersumber dari dana DIPA

(Daftar Isian Pelaksana Anggaran) dan RKA PAOH (Rencana kerja

Anggaran Pelaksanaan Anggaran Operasional Haji)14

. Sedangkan

berdasarkan analisis peneliti tiap tahunnya pemerintah membadalkan

melebihi kuota yang disediakan yaitu 150 orang sehingga setiap pelaksanaan

badal haji dilakukan revisi anggaran. Hal tersebut sebenarnya tidak menjadi

masalah bagi pemerintah karena sudah memiliki dana cadangan apabila

melebihi yang ditargetkan. Tapi menurut peneliti sebaiknya pemerintah juga

melayani apabila ada ahli waris yang ingin membiayai badal haji sendiri

untuk keluargnya yang meninggal. Sehingga pemerintah sebagai perantara

yang diamanahkan dapat menjalankan akad badal haji dan memenuhi rukun

akad yaitu sudah adanya pelaku, objek, dan ijab kabul. Pelaku/transaktor

dalam pelaksanaan badal maksudnya adalah dua orang yang terlibat

14

Wawancara Dengan Kepala Seksi Pengembangan Materi Bimbingan Subdirektorat Bimbingan

Jemaah Haji Direktorat Bina Haji Dirjen PHU, Tanggal 7 November 2017, Di Kantor Kementerian

Agama Republik Indonesia

 

Page 71: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

61

61

langsung dalam transaksi.dua orang tersebut ialah ahli waris dan petugas

badal haji. Apabila ahli waris tidak ada, Dalam masalah badal haji tersebut,

maka peran Negara dapat disamakan dengan peran ahli waris, Ketika ahli

waris berkewajiban menghajikan atau membiayai haji mauruts-nya, maka

negara pun berkewajiban menghajikan/membiayai haji jemaah haji yang

wajib dibadalhajikan. Selain itu Pemerintah, juga perlu memikirkan terkait

biaya DAM, Karena apabila ada wasiat dari ahli waris sehingga terdapat

patokan biaya untuk dam dan petugas pembadal haji.Diharapkan, petugas

tersebut adalah yang benar-benar serius dan mampu melaksanakan badal

sesuai ketentuan syar’i.

c.Rekrutmen Petugas Pelaksana Badal haji.

Dalam proses rekrutmen petugas pelaksana badal haji, Kementerian

agama yang berperan sebagai regulator,eksekutor, dan kontrol dalam

penyelenggaraan haji, seharusnya membuat regulasi dan mengawasi

badal haji yang dilakukan oleh masyarakat atau swasta agar dalam

verikasi data pembadal dan orang yang dibadalkan sesuai dengan

kaedah badal haji. bahkan kerajaan Arab Saudi seharusnya membuat

suatu lembaga yang mewadahi orang yang akan diminta menjadi badal

haji, supaya data dan daftar orang yang melaksanakan badal haji lebih

sistematik, dan memudahkan proses pengawasan, rekrutmen, akad dan

pembayaran untuk pelaksanaan ibadah tersebut. Guna terhindar dari

segela bentuk kecurangan dalam rekrutmen badal haji maka sebaiknya

 

Page 72: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

62

62

membuat sistem Biometrik dalam proses perekrutan petugas pelaksana

badal haji, agar tercegah dari pemalsuan identitas.

d. Pelaksanaan Ibadah Badal Haji

Pemerintah juga perlu memikirkan terkait pelaksanaan ibadah badal

haji, dan mebuat regulasi terkait tata cara pelaksanaan badal haji, apakah

dalam pelaksanaan badal haji juga termasuk mengerjakan umroh atau

hanya haji saja. Jika ada petugas badal haji yang mengerjakannya

dengan cara haji tamatu maupun Qiran. Maka pemerintah perlu

menyiapak biaya DAM.

e. Sertifikat badal haji

Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dan bukti bahwa telah

membadalkan sehingga keluarga tidak perlu ragu. Sebagai bukti

Keluarga jamaah yang dibadalhajikan nantinya akan mendapatkan

sertifikast badal haji yang dikeluarkan oleh PPIH Arab Saudi. Sertifikat

tersebut akan Didistribusikan segera di sana (Arab Saudi).15

Akan

tetapi karena terlalu banyak sertifikat yang dikeluarkan maka

pendistribusiannya akan melaui embarkasi masing-masing Jemaah yang

dibadalkan.

15

Wawancara Dengan Kepala Seksi Pengembangan Materi Bimbingan Subdirektorat Bimbingan

Jemaah Haji Direktorat Bina Haji Dirjen PHU, Tanggal 7 November 2017, Di Kantor Kementerian

Agama Republik Indonesia

 

Page 73: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

63

63

f. Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Badal Haji16

Dalam pelaksanaan badal haji perlu dilakukan pengendalan dalam

rangka mengatur, mengerahkan, dan mengambil tindakan korektif,

mengawasi semua tindakan yang dilakukan agar mencapai tujuan yang

ditetapkan.Hasil pengendalian dibuat laproran sebagai bahan masukan

sekaligus evaluasi pelaksanaan kegiatan.

Pengendalian dilakukan sejak menyiapkan data jemaah, verifikasi,

hingga pelaksanaan kegiatan. Implementasi pengendalian kegiantan

sebagai saaran memberikan manfaat dan nialai tambah supaya kegiatan

berjalan efektif, efisien, dan dan ekonomis , proses pengendalian

kegiantan safari wukuf dilakukan secara komprehensif dna penuh

tanggung jawab.

Petugas pengendalian dapat dilakukan juga oleh inspektorat

jenderal kementerian Agama, Komisi Pengawasan Haji Indonesia

(KPHI), dan unsur pengawasan terkait sesuai ketentuan yang berlaku.

16Keputusan Dirjen PHU Nomor D/456/2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Safari Wukuf Dan Badal

Haji

 

Page 74: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh penulis serta pemaparan-

pemaparan dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan sebagai

berikut :

1. Mekanisme penanganan badal haji bagi Jemaah yang sakit dan Jemaah yang

wafat sebelum wukuf diawali dengan Pendataan jamaah yang dibadal

hajikan , pada tahun 2015 jemaah yang dibadal hajikan ada 254 jamaah yang

dibadal hajikan terdiri dari 15 jemaah yang meninggal di embarkasi , 122

jamaah yang meninggal di Arab Saudi, 69 jemaah yang sakit yang tidak

dapat disafari wukufkan dan 18 orang Jemaah yang mengalami gangguan

jiwa. Sumber dana untuk pembiayaan badal haji di tanggung oleh

pemerintah dari dana DIPA dan RKA PAOH. Kemudian PPIH Arab Saudi

melakukan Rekrutmen petugas badal haji , mereka adalah orang yang sudah

berhaji, lulus tes wawancara dan tidak sedang membadalhajikan orang lain .

sebagai bukti pemerintah telah melaksanakan badal haji, maka PPIH Arab

Saudi mengeluarkan Sertifikat Badal haji, sertifikat tersebut akan dibagikan

kepada masing-masing keluarga ahli warisnya.

 

Page 75: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

65

65

2. Problematika dan langkah penyelesaian badal haji pada operasional

penyelenggaraan ibadah haji yang dilakukan dirjen PHU meliputi :

a. Jemaah yang dibadal hajikan

Jemaah yang dibadalhajikan oleh pemeritah (Dirjen PHU) sudah sesuai

dengan Peraturan – peraturan pemerintah yang ada yaitu PP no 79 tahun

2012 tentang Penyelenggaran ibadah Haji dan PMA no14 tahun 2012

yaitu berhak dibadal hajikan adalah jamaah yang terdaftar sebagai haji

reguler. Akan tetapi sebaiknya pemerintah membuat regulasi tentang

badal haji yang dikelola oleh masyarakat atau swasta.

b. Pendataan petugas pelaksana badal haji

Rekrutmen dan pendataan petugas badal haji dilakukan oleh petugas

pelaksana harian bimbingan ibadah PPIH daker Makkah.Namun dengan

adanya musibah badai dan robohnya crane di Masjidil Haram yang

menimbulkan korban jiwa sehinggaperlu penanganan yang cepat dan

pelaporan terhadap korban-korban yang sudah meninggal atau yang

mengalami luka berat sehingga PPIH dapat mengidentifikasi jamaah yang

sakit akan di safari wukufkan atau dibadal hajikan. Dan rekrutmen

petugas badal haji sudah sesuai dengan jumlah jamaah yang dibadal

hajikan.

 

Page 76: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

66

66

c. Akad badal haji

Akad badal haji yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan

rukun akad yaitu adanya pelaku, objek, dan ijab Kabul. Sebagai

pencatatan dan bukti badal haji telah selesai dilaksanakan sempurna,

PPIH Arab Saudi Mengeluarkan sertifikat badal haji, namun terjadi

kendala dalam pendistribusiannya yang seharusnya segera diserahkan di

arab Saudi maka menjadi disalurkan melalui embarkasi masing-masing.

d. hukum melaksanakan badal haji

Hukum melaksanakan badal haji mayoritas ulama membolehkan

dilakukannya badal haji (kecuali ulama-ulama bermazhab Maliki) dengan

syarat yang dihajikan itu telah uzur atau meninggal dunia sebelum

pelaksanaan ibadah wukuf di Arafah.

 

Page 77: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

67

67

B. Saran-Saran

Dari data yang sudah dijelaskan di atas, dengan ini penulis memberikan beberapa

saran yang mungkin bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mendatang :

1. Pemerintah Indonesia (Kementerian Agama)membuat regulasi serta

mengawasi penyelenggaraan badal haji yang dikelola oleh masyarakat atau

swasta dan Dirjen PHU sebagai teknis pelayanan haji membuat sistem

biometrik dalam proses perekrutan petugas pelaksana badal haji.

2. Dirjen PHU berkoordinasidan bekerjasama dengan badan-badan sejenis

pelayanan haji (badal haji) seperti PIHK, KBIH, dan Ormas Islamdalam

verifikasi data pembadal hajiagar data-data pembadal haji yang di input

disistem biometrik menjadi valid.

3. Memaksimalkan pendistribusian sertifikat badal haji kepada keluarga ahli

waris melalui ketua kloter langsung di sana (Arab Saudi).

4. Perlu menyiapkan petugas badal haji lebih dari awal sebelum pelaksanaan

musim haji, minimal setengah dari kuota yang di yang tetapkan, agar

pelaksanaan badal haji berjalan dengan efektif dan efisien.

5. Meningkatkan jumlah upah badal haji yang termasuk didalamnya biaya DAM,

apabila petugas pelaksana badal haji melakukan pelanggaran dalam ibadah

haji atau melakukan haji dengan cara Tamattu atau Qiran.

 

Page 78: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

68

68

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Al-Abani, Mukhatsar Sahih Bukhari (Terjemahan),Jakarta : Pustaka Azzam, 2001.

al-Jaziri, Rahman, Kitab al-Fiqh „ala al-Mazahibal-Araba‟ah.Bairut : dar al-fikr,

2002.

Anshar , Zakaria, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah,

Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2008.

Athoillah, Anton, H.M.,Dasar-Dasar Manajemen, Bandung : Pustaka Setia, 2010.

Basyuni, Muhammad, M, Reformasi Manajemen Haji, Jakarta, FDK Press, 2008.

Berny, Gomulya, Problem Solving and Decicion Making For Improvement, Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama, 2013.

Departemen Agama RI, Modul Bimbingan Manasik Haji, Jakarta: Dirjen

Penyelenggara Haji dan Umrah, 2008

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, tp. 2007

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta ; Bulan Bintang, 2002.

Faishal, Syekh bin Abd Aziz, Muhtazar Nailulauthar Himpunan Hadits Hukum,

Surabaya : Bina Ilmu, 1993.

H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta :

Bumi Aksara, 2006.

Haji Dari Masa Ke Masa, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Kementerian Agama RI, 2012.

Halim, Abdul, Ensiklopedi haji dan umrah/Abdul Halim, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2002.

Hasan, Ali. M ,Perbandingan Mazhab, Jakarta : Rajawali Press, 1995.

Hasbi, Shieddieqy, Pedoman Haji ,Jakarta : N.V. Bulan Bintang, 2000.

Herjanto, Eddy, Manajemen Operasi, Jakarta : Grasindo, 2008.

 

Page 79: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

69

69

Hunger and Wheelen, Essesntial of Strategic Management, Tampa, Florida, Addison

Wesley Longman Inc., 1997.

Jawad Mughiyah, Muhammad, al-Fiqhu‟ala al-mazhibi al-khamsah. Alih bahasa

:Masykur. Afif Muhammad, Idrus al Khaff, Cet ke-2, Jakarta : PT Lentera

Basritama.

Kartono, Ahmad, Panduan Solusi Hukum Manasik dalam permasalahan Ibadah Haji.

Kementrian Agama Republik Indonesia , Ditjen Penyelenggara haji dan Umrah,

rencana Strategis direktorat Jenderal Penyelenggaraan haji dan Umrah Tahun

2010-2014.

Keputusan Dirjen PHU Nomor D/456/2015 tentang pedoman pelaksanaan safari

wukuf dan Badal Haji.

Keputusan Staf Teknis Haji Konsulat Jenderal Republic Indonesia Nomor 858 Tahun

2015 Tentang Pelaksanaan Badal Haji Bagi Jemaah Haji Indonesia Tahun

1436/2015

Keputusan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Nomor D/333/2016 Tentang

Penyusunan Rumusan Hasil Mudzakarah Perhajian.

Maleong, Lexy, J.Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,

2000.

Narbuko, Chalid dan Achmadi, Abu, Metodologi Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara,

1997.

Nawawi, Hadari, Manajemen Strategik, Organisasi Non-Profit Bidang

Pemerintahan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005.

Nidjam, Ahmad, dan Hanan, Alatief, Manajemen Haji: Studi Kasus dan Telaah

Implementasi Knowledge Workers, Jakarta: Zikrul Hakim, 2001.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 tahun 2016 tentang Istihaah Kesehatan

Jemaah Haji

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 10 Tahun 2010 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agama RI..

Prasetya, Hery dan Lukiastuti, Fitri, Manajemen Operasi, Yogyakarta : MedPress,

2009.

 

Page 80: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

70

70

Rangkuti , Freddy, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Ramli, Mutawakil, Mari Memabrurkan Haji : Kajian dari Berbagai Mazhab, Bekasi

Gugus Press, 2002.

Slamet, Prinsip-prinsip metodelogi dakwah, Jakarta : Usaha Nasional, 1994.

Shihab , Quraish , H.M, Haji dan Umrah bersama M. Quraish Shihab, Tanggerang :

Lentera Hati, 2012.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta, 2010.

Syukir, dasar-dasar strategi dakwah Islami, Surabaya, Al-Ikhlas, 1983.

Tripathi, P. C, dan Reddy P. N, Principles of Management, New Delhi : The

McGram-Hill Company, 2008.

Penelitian

Hidayah, Syarih, Moh, Skripsi berjudul “Hukum Haji Badal (Studi Komparasi Antara

Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-Syafi’I”,( Fakultas Syariah Uin Sunan

Kalijaga Yogyakarta,2006).

Amani, Alan, Skripsi Berjudul “Problematika Bimbingan Manasik Haji Di Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat Pada Tahun 2015”, (Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016).

Internet

http://www.fatwatarjih.com/2011/08/badal-haji.htmldiakses pada 9 desember 2017

pukul 10.20 WIB

http://haji.kemenag.go.id/v2/node/1641 diakses pada 10 juni 2017 pukul 13.20 WIB

 

Page 81: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 82: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 83: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 84: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 85: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 86: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 87: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 88: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 89: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 90: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 91: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 92: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

 

Page 93: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

HASIL WAWANCARA

Nama : Dr. H. Endang Jumali, Lc. MA, M.Si

Jabatan : Kepala Seksi Pengembangan Materi Bimbingan Subdirektorat

Bimbingan Jemaah haji Direktorat Bina Haji Direktorat Jenderal

Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama

Tempat : Kantor Kementerian Agama Republik Indonesia

Hari/Tanggal : Selasa, 7 November 2017

Waktu : 10.15 - 10.30 WIB

1. Bagaimana pola/mekanisme pengurusan Jemaah haji yang dibadalkan ?

Dalam mekanisme badal haji itu ada beberapa hal yang perlu tahu yaitu :

a. Identifikasi kepada calon yang di badalkan dari beberapa kriteria

1) pertama itu adalah mereka yang meninggal sebelum tanggal 9

Zulhijah

2) Yang kedua mereka yang meninggal di asrama haji

3) ketiga jemaah haji yang tidak bisa lepas dari intrumen

kesehatan atau alat kesehatan jadi masih ketergantungan alat

kesehatan, itu mekanismenya.

b. Setelah diindentifikasi dituangkanlah dalam surat keputusan ketua

PPIH Arab Saudi yang mengatakan atau menyebutkan bahwa nama-

nama tertera dalam SK ini adalah merupakan bagian dari yang di

badal hajikan.

2. Siapa Yang mengkoordinir/panitia badal haji ?

PPIH Arab Saudi yang ditetapkan oleh ketua PPIH Arab Saudi di bawah

koordinasi bidang bimbingan ibadah dan bimbingan kesehatan.

 

Page 94: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

3. Kapan dan dimana penetapan panitianya ?

Penetapannya di Arab Saudi, pada saat masa operasional.

4. Siapa yang bisa melaksanakan badal haji ?

Siapa yang melaksanakan badal haji ini adalah mereka yang telah memiliki

kriteria peryaratan yaitu : mereka yang sudah berhaji lalu memiliki kompetesi

dalam penyelenggaraan ibadah atau dalam pelaksanaan ibadah itu sendiri lalu

memiliki intrigitas dalam artian dia mampu melaksanakan itu, dan mereka-

mereka itulah yang masuk kriteria di SKkan pelaksana Badal.

5. Tanggung jawab siapa pelaksanaan badal haji ?

Sebetulnya yanga tanggung jawab adalah pemerintah, kita tanggung jawab

terhadap pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji karena di dalam SPM

(strandart pelayanan minimum) itu Mereka yang sudah terdaftar kemudian di

berangkatkan itu bisa mengikuti wukuf di Arafah kemudian setelah mengikuti

wukuf mereka dapat dipulangkan ketika mereka sudahvf5 masuk disana Arab

Saudi pemerintah memiliki kewajiban untuk mengikut sertakan seluruh

jamaah di Arafah , bagaimana yang sudah meninggal, tetap kewajiban kita

sebagai aparatur negara, maka dari itu adalah bagian yang tidak terpisahkan

untuk memberikan pelayanan badal haji. Nah pemerintah dalam hal ini

membentuk sebuah panitia yang disebut PPIH ( Panitia Penyelenggaraan

Ibadah Haji).

 

Page 95: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

6. Bagaimana ketentuan maqam/miqat pelaksanaan badal haji ?

Jadi ketentuan miqat tentang masalah badal itu, karena mereka sudah dalam

termasuk katagori ahlul mekkah atau ahlul balad , maka miqat ketika mau

melaksanakan badal haji. dilakukan dari tempat dimanan mereka ber tempat

tinggal. Kalau petugasnya dari Jeddah maka pada saat keberangkatan

miqatnya dari Jeddah. Dan kalau petugasnya dari makkah maka mengambil

miqatnya sendiri dari mekkah, bahkan pada saat keberangkatan ada yang

mengambil miqat dari rumah-rumahnya karena sudah termasuk ahlul balad/

muqimun.

7. Apakah pemerintah melaksanakan badal haji untuk jamaah haji khusus

?

Haji khusus itu diluar tanggung jawab kita, jadi badal haji untuk jamaah haji

khusus itu dilaksanakan oleh travelnya sendiri. Kita tidak termasuk dalam

katagori itu karena satu bahwa undang-undang , kemudian juga keputusan

Dirjen menyebutkan bahwa peserta badal yang diselenggarakan pemerintah

itu adalah jamaah haji regular. Jamaah haji reguler itu diluar jamaah haji

khusus. Di dalam Undang-undang Nomer .13 tahun 2008 dan PP Nomer 79

tahun 2012 diatur tentang Jemaah haji reguler.

8. Siapa yang mengeluarkan sertifikat/bukti badal haji ?

 

Page 96: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

Sertifikat badal haji dikeluarkan oleh panitia penyelenggara ibadah haji Arab

Saudi yang ditanda tangani oleh daerah kerja Makkah lalu diketahui oleh

kepala bidang ibadah bimbingan ibadah atas nama ketua PPIH.

9. Bagaimana pendistribusian sertifikat badal haji ?

Kalau tahun-tahun sebelumnya memang didistribusikan disana (Arab Saudi) ,

kemudian karena terlalu banyak dan ada hal lain maka pendistribusianya akan

melalui embarkasi.

10. Sumber dana pembiayaan badal haji ?

Sumber pembiayaan badal haji dari DIPA, RKA PAOH

11. Adakah Ahli waris jamaah haji sendiri yang membiayai badal haji

keluarganya ?

Ada juga, tapikan tidak termasuk katagori yang diselenggarakan oleh

pemerintah, tapi itu pun diluar konten, masalahnya ahli waris itu mereka yang

sudah meninggal dua atau tiga tahun sebelumnya sedangkan kita regulasinya

melaksanakan badal haji untuk jamaah di tahun yang berjalan

Interviewer

Dr. H. Endang Jumali, Lc. MA, M.Si

 

Page 97: Mekanisme Badal Haji Pada Operasional Penyelenggaraan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41481/1/RACHMAT... · Dalam ayat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa

Lampiran. Foto wawancara dengan Bapak Dr. H. Endang Jumali, Lc. MA, M.Si selaku

KASIE PENGEMBANGAN MATERI BIMBINGAN SUBDIREKTORAT BIMBINGAN

JEMAAH HAJI DIREKTORAT BINA Haji DIRJEN PHU