mekanikal gedung pertemuan 2 - copy

27
Prosedur Perencanaan Prosedur Perencanaan Undang-undang, Undang-undang, peraturan, dan standar peraturan, dan standar Ir. Irshan Zainuddin, Ir. Irshan Zainuddin, MSi MSi MEKANIKAL GEDUNG PERTEMUAN 2 PERTEMUAN 2

Upload: hadi-fahmi-wijaya

Post on 18-Nov-2015

259 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Mekanikal gedung

TRANSCRIPT

  • Prosedur Perencanaan Undang-undang, peraturan, dan standar Ir. Irshan Zainuddin, MSiMEKANIKAL GEDUNGPERTEMUAN 2

    *

  • Konsep Perencanaan Pekerjaan M/E Gedung antara lain1. Sistem Plumbing 2. Sistem Tata Udara & Ventilasi Mekanikal 3. Sistem Fire Fighting 4. Sistem Transportasi Dalam Gedung

  • PENGERTIAN PLAMBING

    Secara umum merupakan sistem penyediaan air minum dan penyaluran air buangan di dalam bangunan. Secara khusus, plambing merupakan sistem perpipaan dalam bangunan yang meliputi Penyediaan air minumPenyaluran air buangan dan venPenyediaan air panasPenyaluran air hujanPencegahan kebakaranPenyediaan gasAC

  • Fungsi PlambingSistem penyediaan air minumSistem penyaluran air buangan

    Sasaran Penyediaan Plambing Sanitasi, Kenyamanan pemakaiMenciptakan rasa amanMenciptakan kenikmatan dan rasa yang menyenangkan

  • Plumbing CodePlumbing code adalah ketentuan-ketentuan mengenai plambing, yang dijabarkan dalam tabel-tabel dan gambar-gambar, yang memudahkan pekerjaan dalam perencanaan plambing.Beberapa Plumbing Code Plumbing Manual, National Bureau of Standards, 1940The Uniform Plumbing Code for Housing and Home Finance Agency, 1948American standard Plumbing Code

  • Plumbing FixturePlumbing fixture adalah peralatan plambing, misalnya kloset urinal, lavatory, faucet, shower, floor drain.

    Fixture UnitFixture Unit adalah satuan beban dari suatu alat plambing. Setiap jenis alat plambing mempunyai nilai beban yang berbeda dengan jenis alat plambing lainnya.

  • Desain Plambing

    Perencanaan dan perancangan sistem plambing harus dilakukan sesuai tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri,

    Harus memperhatikan hubungan plambing dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta peralatan lainnya yang ada di dalam gedung tersebut (seperti pendingin udara, peralatan listrik, dan lain-lain

  • PROSEDUR PERENCANAAN

    Perencanaan sistem plambing untuk bangunan gedung harus dilakukan dalam 4 tahap yaitu: konsep rencana; Rencana dasar; Rencana pendahuluan; Rencana pelaksanaan.

    SNI 03-7065-2005 TATA CARA PERENCANAAN SISTEM PLAMBING

  • Konsep rencana Data dan informasi awalJenis/ penggunaan hunian dan jumlah penghuni; gambar rencana arsitektural gedung pada tahap konsep;jaringan air minum dan fasilitas pembuangan air buangan kota; peraturan yang berlaku umum maupun yang berlaku setempat

    Data dan informasi akhir 2 Data dan informasi akhir

  • Gambar tapak yang menunjukkan lokasi penyambungan dengan sumber air dan lokasi sistem pembuanganGambar tata letak alat plambing, jenis dan jumlahnyaPerkiraan anggaran pembangunan sistem plambing; Rencana pelaksanaan pembangunan, konsep membangun, pembagian paket pekerjaan; Dokumen persetujuan prinsip membangun Sumber air minumSistem pembuanganPerhitungan kasar, kebutuhan air minum per hari, banyaknya air buangan per hari, dan kebutuhan daya listrik untuk sistem plambing.

    Data dan Informasi Akhir

  • Rencana dasar Penyusunan rencana dasar Perhitungan kebutuhan air minum berdasarkan perkiraan total hunian; Penentuan jaringan utama, jalur pipa, dan diagram sistem plambing; Penentuan ukuran dan perkiraan berat tangki air bawah dan atau tangki air atas; Penentuan cara penumpuan dan penggantungan pipa utamaPenentuan alternatif sistem dan perlengkapannya, rencana dasar mesin-mesin utama yang diperlukan.

  • Gambar dan dokumenDiagram sistem plambingGambar denah ruang mesin dan tangki,Dokumen dalam bentuk laporan yang disiapkan Penjelasan alternatif sistem dan perlengkapannyaHasil perhitungan sistem plambing, ukuran kasar dan jalur pipa utamaPerkiraan berat pipa dan isinya untuk informasi bagi perencana struktur gedung; Kapasitas mesin-mesin yang diperlukan;

  • Rencana pendahuluan

    Perhitungan Perhitungan untuk menentukan ukuran semua pipa cabang; Perhitungan laju aliran air dalam pipa

  • Gambar dan dokumenGambar yang disiapkan sekurang-kurangnya meliputi: Diagram satu garis sistem penyediaan air minum, penyaluran air buangan, ven dan air hujan; Gambar denah jaringan pipa utama; Gambar denah ruang mesin dan tangki, yang menunjukkan ukuran kasar mesin dan tangki tersebut. Gambar detil potongan yang penting atau khusus. Dokumen dalam bentuk laporan yang disiapkan sekurang-kurangnya meliputi: Hasil perhitungan dan penentun ukuran seluruh pipa; Perkiraan biaya pendahuluan; Perkiraan beban terhadap struktur gedung; Perkiraan kebutuhan daya listrik.

  • Rencana pelaksanaan

    Perkiraan biaya pelaksanaan pembangunan sistem plambing; Spesifikasi lengkap; Persyaratan umum pelaksanaan.

  • PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 36 TAHUN 2005TENTANGPERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

  • Pasal 5Fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diklasifikasikan berdasarkan tingkat kompleksitas, tingkat permanensi, tingkat risiko kebakaran, zonasi gempa, lokasi, ketinggian, dan/ atau kepemilikan.Klasifikasi berdasarkan tingkat kompleksitas meliputi bangunan gedung sederhana, bangunan gedung tidak sederhana, dan bangunan gedung khusus.Klasifikasi berdasarkan tingkat permanensi meliputi bangunan gedung permanen, bangunan gedung semi permanen, dan bangunan gedung darurat atau sementara.Klasifikasi berdasarkan tingkat risiko kebakaran meliputi bangunan gedung tingkat risiko kebakaran tinggi, tingkat risiko kebakaran sedang, dan tingkat risiko kebakaran rendah.

  • BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.Bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi sosial dan budaya.Bangunan gedung tertentu adalah bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum dan bangunan gedung fungsi khusus, yang dalam pembangunan dan/atau pemanfaatannya membutuhkan pengelolaan khusus dan / atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan lingkungannya.Klasifikasi bangunan gedung adalah klasifikasi dari fungsi bangunan gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif dan persyaratan teknisnya.

  • Pasal 42Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.

  • Pasal 43Sistem air bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusinya.Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan gedung harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem air bersih pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

  • Pasal 43Sistem air bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem distribusinya.Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Perencanaan sistem distribusi air bersih dalam bangunan gedung harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem air bersih pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

  • Pasal 44Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.Pertimbangan jenis air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang dibutuhkan.Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya.Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

  • Pasal 45Sistem pembuangan kotoran dan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-masing bangunan gedung, yang diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pengelolaan fasilitas pembuangan kotoran dan sampah pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

  • Pasal 46Sistem penyaluran air hujan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan ke-tinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang berwenang.Sistem penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem penyaluran air hujan pada bangunan gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

  • Pasal 57Setiap bangunan gedung bertingkat harus menyediakan sarana hubungan vertikal antarlantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung tersebut berupa tersedianya tangga, ram, lif, tangga berjalan/eskalator, dan/atau lantai berjalan/travelator.Jumlah, ukuran, dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus berdasarkan fungsi bangunan gedung, luas bangunan, dan jumlah pengguna ruang, serta keselamatan pengguna bangunan gedung.

  • Pasal 58Setiap bangunan gedung dengan ketinggian di atas 5 (lima) lantai harus menyediakan sarana hubungan vertikal berupa lif.Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lif sebagai sarana hubungan vertikal dalam bangunan gedung harus mampu melakukan pelayanan yang optimal untuk sirkulasi vertikal pada bangunan, sesuai dengan fungsi dan jumlah pengguna bangunan gedung.Setiap bangunan gedung yang menggunakan lif harus menyediakan lif kebakaran.Lif kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa lif khusus kebakaran atau lif penumpang biasa atau lif barang yang dapat diatur pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat digunakan secara khusus oleh petugas kebakaran.Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan lif mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

  • TERIMA KASIH

    *