megamendung dan aplikasinya

19
Megamendung dan Aplikasinya Sejak dahulu Cirebon dikenal sebagai kota transit, dengan sebutan kota udang. Pada awalnya masyarakat Cirebon hidup dari hasil laut dan pengolahan tanah, sebagai nelayan dengan komoditi ikan-ikan laut, ikan asin, terasi, petis, garam, dll. Laut bagi masyarakat Cirebon selain tempat mata pencaharian juga sebagai media penghubung mereka dengan seluruh penjuru nusantara maupun bangsa-bangsa lain. Tidak mengherankan jika pedagang dan pendatang dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, juga pendatang dari Asia, China, Eropa, India dan Jepang telah menetap disana dan mengambil peranan penting dalam proses pembentukan masyarakat, dengan segala aspek kehidupannya baik ketatanegaraan, ekonomi, teknologi, social, dan budaya. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat Cirebon yang disertai perkembangan teklnologi inilah, kota Cirebon menjelma menjadi kota pelabuhan, perdagangan, industri dan juga sebagai kota pariwisata dan pertukaran budaya. Tidak banyak yang tahu bahwa daerah ini menyimpan banyak potensi. Daerah wisatanya tidak hanya sekedar gua-gua yang penuh legenda, kerajinannya pun tidak hanya lukisan kaca tetapi juga batik tulis yang berkembang di daerah Trusmi. Dengan posisi geografis seperti inilah kota Cirebon didiami oleh masyarakat dari berbagai macam ras dan agama. Bisa dikatakan Cirebon merupakan miniatur dari keberagaman masyarakat Indonesia. Prulalisasi dari mulai orang Jawa, China, Arab dan India membuat warna budaya Cirebon sangat khas dan berkembang sangat cepat. Namun dalam perkembangannya sekarang, kemajemukan tersebut pulalah yang menghambat masyarakat Cirebon dalam membangun potensi budayanya sendiri. Terlalu sering terjadi konflik disebabkan oleh kemajemukan tersebut, hal itu terutama disebabkan masing masing pendatang membentuk kantung-kantung 1

Upload: ilham-syah

Post on 23-Jun-2015

573 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

how to combine ethnic and modern style, please check this out...

TRANSCRIPT

Page 1: Megamendung dan Aplikasinya

Megamendung dan Aplikasinya

Sejak dahulu Cirebon dikenal sebagai kota transit, dengan sebutan kota

udang. Pada awalnya masyarakat Cirebon hidup dari hasil laut dan pengolahan

tanah, sebagai nelayan dengan komoditi ikan-ikan laut, ikan asin, terasi, petis,

garam, dll. Laut bagi masyarakat Cirebon selain tempat mata pencaharian juga

sebagai media penghubung mereka dengan seluruh penjuru nusantara maupun

bangsa-bangsa lain. Tidak mengherankan jika pedagang dan pendatang dari

Sumatera, Jawa, Sulawesi, juga pendatang dari Asia, China, Eropa, India dan

Jepang telah menetap disana dan mengambil peranan penting dalam proses

pembentukan masyarakat, dengan segala aspek kehidupannya baik ketatanegaraan,

ekonomi, teknologi, social, dan budaya.

Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat Cirebon yang disertai

perkembangan teklnologi inilah, kota Cirebon menjelma menjadi kota pelabuhan,

perdagangan, industri dan juga sebagai kota pariwisata dan pertukaran budaya.

Tidak banyak yang tahu bahwa daerah ini menyimpan banyak potensi. Daerah

wisatanya tidak hanya sekedar gua-gua yang penuh legenda, kerajinannya pun tidak

hanya lukisan kaca tetapi juga batik tulis yang berkembang di daerah Trusmi.

Dengan posisi geografis seperti inilah kota Cirebon didiami oleh masyarakat dari

berbagai macam ras dan agama. Bisa dikatakan Cirebon merupakan miniatur dari

keberagaman masyarakat Indonesia.

Prulalisasi dari mulai orang Jawa, China, Arab dan India membuat warna

budaya Cirebon sangat khas dan berkembang sangat cepat. Namun dalam

perkembangannya sekarang, kemajemukan tersebut pulalah yang menghambat

masyarakat Cirebon dalam membangun potensi budayanya sendiri. Terlalu sering

terjadi konflik disebabkan oleh kemajemukan tersebut, hal itu terutama disebabkan

masing masing pendatang membentuk kantung-kantung yang didiami oleh mereka

yang merasa satu latar belakang daerah. Tidak adanya tokoh pemersatu masyarakat

turut mempersulit kebudayaan Cirebon berkembang manjadi lebih moderen. Ini pula

terjadi dalam perkembangan batik Cirebon sendiri. Diungkapkan oleh Bapak Katura,

salah seorang sesepuh batik di desa Trusmi, telah terjadi perbedaan pandangan

antara pemilik showroom batik dengan pengrajin batik. Tuntutan pemilik showroom

(batik) untuk menekan harga batik dari pengrajin untuk mendapatkan keuntungan

setinggi-tingginya, membuat perkembangan pola ornamen batik hanya berputar dari

bentuk-bentuk yang telah ada.

Dari permasalahan diatas perlu adanya usaha untuk mengembangkan

ornamen-ornamen khas Cirebon kearah perkembangan yang lebih moderen tanpa

menghilangkan ciri khas dari bentuk dasarnya. Salah satunya adalah ornamen Mega

1

Page 2: Megamendung dan Aplikasinya

Mendung yang merupakan ornamen kebanggaan kota Cirebon. Motif Megamendung

yang digunakan oleh masyarakat Cirebon sebagai motif dasar batik sudah tidak

asing lagi bagi masyarakat Indonesia pecinta batik, begitupula bagi masyarakat

pecinta batik di luar negeri. Bukti ketenaran motif Megamendung berasal dari kota

Cirebon pernah dijadikan sebagai cover sebuah buku batik terbitan luar negeri yang

berjudul Batik Design karya Pepin Van Roojen seorang berkebangsaan Belanda.

Sedangkan pada kenyataannya, penggunaan batik Mega Mendung sangat terbatas

pengolahannya. Pelaku seni di Cirebon hanya mengadopsi ornamen mega mendung

dari bentukan yang telah ada sejak dahulu kala. Sedangkan pada kenyataannya

motif Mega Mendung sangat fleksibel, memungkinkan untuk diolah atau digabung

dengan bentuk-bentuk lain.

Penulis pada kesempatan ini akan mencoba mengolah motif mega mendung

untuk diolah menjadi bentukan yang lebih fleksibel dan moderen. Proses yang

dimaksud bisa berupa membentuk visual baru menggunakan motif mega mendung.

Ataupun menggabungkan motif mega mendung dengan bentuk moderen sehingga

dapat menghasilkan bentukan baru yang lebih unik. Maksud dari penelitian ini adalah

melihat kemungkinan-kemungkinan bentuk baru dari penggunaan motif mega

mendung, karena pada dasarnya motif tersebut sangatlah fleksibel untuk diolah.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah mem-beri gambaran kepada masyarakat

Cirebon bahwa motif mega mendung dapat dikembangkan lebih jauh, sehingga

dapat memperkaya kreasi dengan memanfaat-kan bentuk dasar motif mega

mendung.

Batik Cirebon

Pada dasarnya batik-batik yang dihasilkan oleh sentra-sentra kerajinan batik

di berbagai daerah pada umumnya bagus-bagus serta memiliki corak motif batik

yang beragam. Dengan demikian sifat khas dan keunikan batik-batik daerah tersebut

tidak bisa dikatakan batik yang satu lebih baik dari daerah lainnya. Keunikan motif

serta corak yang dihasilkan dari batik-batik di berbagai daerah merupakan kekuatan

dan kekayaan yang sangat luar biasa, khususnya bagi kebudayaan batik Indonesia.

Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik

seperti yang di miliki oleh bangsa Indonesia. Yang sangat membanggakan kita

semua adalah, pada tiap-tiap daerah memiliki desain serta motif-motif yang khas

dengan penamaan motif yang menggunakan bahasa daerahnya masing-masing.

Misalnya saja motif batik dari Aceh ada Pintu Aceh, Cakra Doenya, Bungong

Jeumpa. Dari Riau ada Itik Pulang Petang, Kuntum Bersanding, Awan Larat dan

2

Page 3: Megamendung dan Aplikasinya

Tabir. Batik dari Jawa diantaranya Jelaprang (Pekalongan), Sida Mukti, Sida Luhur

(Solo), Patran Keris, Paksinaga Liman, Sawat Penganten (Cirebon), dll.

Untuk mengetahui tentang bukti banyaknya kekayaan desain motif-motif batik

Indonesia contoh yang paling sederhana bisa dilihat di wilayah Jawa Barat, di

wilayah ini terdapat puluhan sentra batik diantaranya dari wilyah paling Timur ada

Cirebon, wilayah bagian Utara ada Indramayu, kemudian ke arah bagian Barat dan

Selatan terdapat Kabupaten Ciamis, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Kabupaten

Garut. Walaupun masih dalam satu propinsi dan kultur budaya yang sama (budaya

Sunda), namun bisa kita temui adanya perbedaan motif dan ragam hias batik yang

jauh berbeda antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya. Seperti pada daerah

Cirebon dengan Indramayu memiliki karakter dan desain motif yang berbeda, terlebih

lagi antara daerah Cirebon dan Garut memiliki perbedaan motif, corak serta ragam

hias yang sangat signifikan perbedaannya. Perbedaan itu dipengaruhi oleh kultur

budaya dan tingkat keahlian dari para pengrajin batiknya. Bahan-bahan yang

digunakan untuk membuat batik relatif sama baik dari bentuk canting, bentuk cap

maupun jenis lilinnya. Namun ketika proses produksi berjalan ada kalanya kondisi

unsur air tanah dengan kualitas PH yang berbeda-beda bisa mempengaruhi hasil

pewarnaan akhir. Demikian pula dengan sifat kesabaran dan keuletan pengrajin batik

di tiap-tiap daerah, juga akan bisa mempengaruhi kualitas akhir batik yang

dihasilkannya.

Daerah sentra produksi batik Cirebon berada di desa Trusmi Plered Cirebon

yang konon letaknya di luar Kota Cirebon sejauh 4 km menuju arah barat atau

menuju arah Bandung. Di desa Trusmi dan sekitarnya terdapat lebih dari 1000

tenaga kerja atau pengrajin batik. Tenaga kerja batik tersebut berasal dari beberapa

daerah yang ada di sekitar desa Trusmi, seperti dari desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali

dan Kalitengah.

Secara umum batik Cirebon termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran,

namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini

dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan

Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul

beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh

sebagian masyarakat desa Trusmi diantaranya seperti motif Mega Mendung,

Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong,

3

Page 4: Megamendung dan Aplikasinya

Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar

Menjangan, Simbar Kendo dan lain-lain.

Beberapa hal penting yang bisa dijadikan keunggulan atau juga merupakan

ciri khas yang dimiliki oleh batik Cirebon adalah sbb:

a. Desain batik Cirebonan yang bernuansa klasik tradisional pada umumnya

selalu mengikut sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian-bagian

motif tertentu. Disamping itu terdapat pula unsur ragam hias berbentuk awan

(mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan dengan motif utamanya.

b. Batik Cirebonan klasik tradisional selalu bercirikan memiliki warna pada

bagian latar (dasar kain) lebih muda dibandingkan dengan warna garis pada

motif utamanya.

c. Bagian latar atau dasar kain biasanya nampak bersih dari noda hitam atau

warna-warna yang tidak dikehendaki pada proses pembuatan. Noda dan

warna hitam bisa diakibatkan oleh penggunaan lilin batik yang pecah,

sehingga pada proses pewarnaan zat warna yang tidak dikehendaki meresap

pada kain.

d. Garis-garis motif pada batik Cirebonan menggunakan garis tunggal dan tipis

(kecil) kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua dibandingkan

dengan warna latarnya. Hal ini dikarenakan secara proses batik Cirebon

unggul dalam penutupan (blocking area) dengan menggunakan canting

khusus untuk melakukan proses penutupan, yaitu dengan menggunakan

canting tembok dan bleber (terbuat dari batang bambu yang pada bagian

ujungnya diberi potongan benang-benang katun yang tebal serta dimasukkan

pada salah satu ujung batang bambu).

e. Warna-warna dominan batik Cirebonan klasik tradisional biasanya memiliki

warna kuning (sogan gosok), hitam dan warna dasar krem, atau berwarna

merah tua, biru tua, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading.

f. Batik Cirebonan cenderung memilih sebagian latar kainnya dibiarkan kosong

tanpa diisi dengan ragam hias berbentuk tanahan atau rentesan (ragam hias

berbentuk tanaman ganggeng). Bentuk ragam hias tanahan atau rentesan ini

biasanya digunakan oleh batik-batik dari Pekalongan.

Masih dengan batik Cirebonan, namun mempunyai ciri yang berbeda dengan

yang sebelumnya yaitu kelompok batik Cirebonan Pesisiran. Batik Cirebonan

Pesisiran sangat dipengaruhi oleh karakter masyarakat pesisiran yang pada

4

Page 5: Megamendung dan Aplikasinya

umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh budaya asing.

Perkembangan pada masa sekarang, pewarnaan yang dimiliki oleh batik Cirebonan

lebih beraneka warna dan menggunakan unsur-unsur warna yang lebih terang dan

cerah, serta memiliki bentuk ragam hias yang bebas dengan memadukan unsur

binatang dan bentuk-bentuk flora yang beraneka rupa.

Pada daerah sekitar pelabuhan biasanya banyak orang asing yang singgah,

berlabuh hingga terjadi perkawinan etnis yang berbeda (asimilasi), maka batik

Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima pengaruh budaya dari luar yang

dibawa oleh pendatang. Sehingga batik Cirebon yang satu ini lebih cenderung untuk

bisa memenuhi atau mengikuti selera konsumen dari berbagai daerah (lebih kepada

pemenuhan komoditas perdagangan dan komersialitas), sehingga warna-warna batik

Cirebonan Pesisiran lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna. Produksi

batik Cirebonan pada masa sekarang terdiri dari batik Tulis, batik Cap dan batik

kombinasi tulis cap. Pada tahun 1990 – 2000 ada sebagian masyarakat pengrajin

batik Cirebonan yang memproduksi kain bermotif batik Cirebonan dengan teknik

sablon tangan (hand printing), namun belakangan ini teknik sablon tangan hampir

punah, dikarenakan kalah bersaing dengan teknik sablon mesin yang dimiliki oleh

perusahaan-perusahaan yang lebih besar. Pertumbuhan batik Trusmi nampak

bergerak dengan cepat mulai tahun 2000, hal ini bisa dilihat dari bermunculan

showroom-showroom batik yang berada di sekitar jalan utama desa Trusmi dan

Panembahan. Pemilik showroom batik Trusmi hampir seluruhnya dimiliki oleh

masyarakat Trusmi asli walaupun ada satu atau dua saja yang dimiliki oleh pemilik

modal dari luar Trusmi.

Motif Mega Mendung

Motif Megamendung yang digunakan oleh masyarakat Cirebon sebagai motif

dasar batik sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia pecinta batik,

begitupula bagi masyarakat pecinta batik di luar negeri. Bukti ketenaran motif

Megamendung berasal dari kota Cirebon pernah dijadikan sebagai cover sebuah

buku batik terbitan luar negeri yang berjudul Batik Design karya Pepin Van Roojen

bangsa Belanda.

Sejarah timbulnya motif Megamendung yang diadopsi oleh masyarakat

Cirebon yang diambil dari berbagai macam buku dan literature selalu mengarah

pada sejarah kedatangan bangsa China yang datang ke wilayah Cirebon. Tercatat

dengan jelas dalam sejarah bahwa Sunan Gunungjati menikahi Ratu Ong Tien dari

negeri China. Beberapa benda seni yang dibawa dari negeri China diantaranya

5

Page 6: Megamendung dan Aplikasinya

adalah keramik, piring, kain yang berhiasan bentuk awan. Bentuk awan dalam

beragam budaya melambangkan dunia atas bilamana diambil dari faham Taoisme.

Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna

transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan ini juga berpengaruh pada dunia

kesenirupaan Islam pada abad 16 yang digunakan oleh kaum Sufi untuk ungkapan

dunia besar atau alam bebas.

Nilai-nilai dasar dalam Megamendung

Nilai-nilai dasar dalam seni apapun termasuk dalam seni batik motif megamendung

bisa didekati dengan cara sbb:

a. Nilai Penampilan (appearance) atau nilai wujud yang melahirkan benda seni.

Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur. Nilai bentuk yang bisa dilihat secara

visual adalah motif megamendung dalam sebuah kain yang indah terlepas dari

penggunaan bahan berupa kain katun atau kain sutera. Sementara dalam nilai

struktur adalah dihasilkan dari bentuk-bentuk yang disusun begitu rupa berdasarkan

nilai esensial. Bentuk-bentuk tersebut berupa garis-garis lengkung yang disusun

beraturan dan tidak terputus saling bertemu.

b. Nilai Isi (Content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan (kognisi), nilai rasa,

intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau nilai hidup

(values) yang dapat terdiri dari atas moral, nilai sosial, nilai religi, dsb.

Pada bentuk Megamendung bisa kita lihat garis lengkung yang beraturan

secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian

melebar keluar (membesar) menunjukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa

dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam

kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang

keluar untuk mencari jati diri (belajar/menjalani kehidupan sosial agama) dan pada

akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam

penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) pada akhirnya kembali

ke asalnya (sunnatullah). Sehingga bisa kita lihat bentuk megamendung selalu

terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus keluar dan pada

akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus.

Terlepas dari makna filosofi bahwa Megamendung melambangkan kehidupan

manusia secara utuh sehinga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi

memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung megamendung harus bertemu

6

Page 7: Megamendung dan Aplikasinya

pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses

yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan.

Bilamana kita cermati, maka akan kita dapatkan bahwa bentuk

Megamendung banyak sekali variasinya. Ada yang berbentuk lancip pada ujungnya

dan ada yang berbentuk bulat tumpul pada ujungnya. Ada pula yang memiliki

lekukan berbentuk menyudut pada bagian bentuk lengkungannya. Dengan

sendirinya bagi pendesain batik pemula yang tidak terbiasa dengan proses membatik

dan tidak mengerti makna filosofi Megamendung, bilamana menggambar

Megamendung akan sedikit mengalami kesulitan serta kemungkinan akan terjadi

kesalahan. Yang harus diperhatikan lagi adalah motif Megamendung hampir mirip

dengan motif Wadasan. Akan tetapi tidak sama penempatannya dengan motif

Wadasan (perlu dipelajari secara khusus).

c. Nilai Pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat

pribadi seseorang, nilai ketrampilan, dan nilai medium yang dipakainya. Ungkapan

yang ditampilkan oleh senimannya berupa proses batik yang begitu indah dengan

memberikan goresan lilin lewat alat yang dinamakan canting terbuat dari bahan

tembaga tipis yang dibentuk secara hati-hati sehingga lilin panas yang melewati

ujung canting bisa mengalir dengan lancar. Paduan unsur warna yang harmonis

dengan penuh makna bagi siapa yang melihatnya. Unsur warna biru yang kita kenal

dengan melambangkan warna langit yang begitu luas, bersahabat dan tenang.

Ditambah lagi dengan ada yang mengartikan bahwa biru melambangkan kesuburan

sehinga warna batik Megamendung pada awalnya selalu memberikan unsur warna

biru diselingi dengan warna dasar merah.

Perkembangan dunia batik yang semakin berkembang ditambah dengan

permintaan batik yang demikian beragamnya, maka motif-motif Megamendung

banyak dimodifikasi dengan pendekatan berbagai macam, sbb:

1. Bentuk Motif

Bentuk motif Megamendung pada saat sekarang sudah banyak berubah dan

dimodifikasi sesuai dengan permintaan pasar diantaranya oleh komunitas perancang

busana (fashion designer). Tidak dipungkiri bahwa kelompok perancang busana

memberikan andil yang sangat besar bagi kemajuan dunia batik termasuk untuk

mengangkat motif Megamendung. Motif Megamendung sudah dikombinasi dengan

motif-motif bentuk hewan, bunga atau unsur motif lainnya. Sesungguhnya

keberadaan motif Megamendung yang digabungkan dengan motif lain sudah ada

7

Page 8: Megamendung dan Aplikasinya

sejak dahulu dan telah dibuat oleh seniman batik tradisional. Namun belakangan ini

setelah diangkat secara total oleh perancang busana maka motif batik

Megamendung semakin berkembang pesat.

2. Proses Produksi

Proses produksi batik Megamendung yang dahulunya dikerjakan secara batik

tulis dan batik cap, sekarang dikembangkan pula dengan proses produksi sablon

(print). Dengan demikian harga produksi bisa ditekan lebih murah. Walaupun kain

bermotif Megamendung yang dibuat dengan proses sablon tidak bisa kita namakan

batik, namun secara komersil motif Megamendung merupakan sasaran empuk bagi

produsen tekstil yang bisa menghasilkan banyak keuntungan.

3. Bentuk Produksi

Wujud benda produksi pada masa sekarang ini yang mengenakan motif

Megamendung tidak lagi dalam wujud kain batik. Motif Megamendung digunakan

sebagai hiasan dinding lukisan kaca, pada produk interior berupa ukiran kayu,

adapula yang dijadikan sebagai produk-produk sarung bantal, sprei, taplak meja

(household) dan lain-lain.

Pengolahan Bentuk

Seperti yang telah diungkapkan di atas, penggunaan motif Megamendung

memungkinkan kita untuk dapat mengolah beragam bentuk yang menarik. Alasan ini

didukung oleh begitu luwesnya cara pembuatan motif Megamendung, dimana

lengkungan garis, bentukan sudut, serta tebal tipisnya dapat dimanfaatkan untuk

membuat bentuk yang menarik. Secara konsepsi Megamendung adalah pegam-

baran dari alam yang sangat luas, sebagai pegambaran dari bentuk awan. Bentukan

awan yang luwes dalam tiap detiknya dapat berubah, hal ini disebabkan bahan dasar

dari awan adalah air yang menguap dan tertahan di udara, membentuk kumpulan

uap air yang siap akan turun lagi ke bumi berupa hujan. Disaat kecil kita bersama

teman-teman selalu membayangkan bentuk awan sebagai bentuk2 benda yang ada

di sekitar kita, bisa binatang, alat-alat rumah tangga, muka manusia, dll.

Dari pegambaran tersebut peneliti dapat menyimpulkan dengan meman-

faatkan kelebihan motif Mega mendung, baik sacara fisik maupun konsepsi, kita

dapat menghasilkan bentukan baru yang menarik tanpa menghilangkan ciri khas

Megamendung tersebut. Lengkungan pada Megamendung dapat kita manfaatkan

untuk bentuk yang lembut, elastis, fleksibel, dll. Bentuk tebal tipis dapat kita manfaat-

kan untuk menunjukan penegasan dari bentuk yang akan kita buat. Sedangkan ben-

8

Page 9: Megamendung dan Aplikasinya

tuk yang melancip dapat kita manfaatkan menjadi bentuk yang menyudut, keras,

perubahan arah orientasi, dll.

Pada gambar contoh yang dibuat oleh peneliti akan terlihat begitu mudahnya

membentuk rambut yang dipadukan dengan gambar muka wanita. Penggambaran

ini terinspirasi oleh kegiatan peneliti saat kecil ketika memperhatikan bentuk awan.

Lengkungan dan bentuk menyudut sangat pas untuk menggambarkan bentuk rambut

yang luwes. Sedangkan poin-poin pewarnaan pada bentuk rambut tersebut memberi

penegasan secara estetis, serta memberi keseimbangan bentuk secara keseluruhan.

Begitu pula pada gambar contoh yang kedua, peneliti menggabungkan bentuk realis

dari motor trail dengan debu yang dihasilkan oleh gesekan ban motor dengan tanah.

Debu tersebut merupakan bentukan tanah bercampur dengan udara yang secara

konsepsi merupakan bentuk yang luwes. Dengan menggunakan motif

Megamendung penggambaran tersebut sangat memungkinkan tanpa menghilang-

kan keunikan dan ciri khas dari motif tersebut.

9

Page 10: Megamendung dan Aplikasinya

Dengan menelaah serta mengamati kelebihan dari motif Megamendung

maka kita dapat menghasilkan bentuk baru yang lebih moderen tanpa

menghilangkan esensi dari motif tersebut. Keluwesan serta nilai estetis dari

Megamendung memudahkan kita untuk membuat komposisi yang pas dan bernilai

estetis tinggi, yang secara tidak langsung turut melestarikan kekayaan ornamen yang

dimiliki Indonesia. Semoga penulisan ini pula dapat memberi gambaran nyata untuk

10

Page 11: Megamendung dan Aplikasinya

masyarakat maupun pekerja seni di kota Cirebon khususnya maupun Indonesia

umumnya, bahwa ornamen Mega mendung sangat memungkinkan kita manfaatkan

untuk membuat bentuk yang lebih moderen. Penulis juga tidak menutup

kemungkinan dari kesalahan serta kekuranga dari penulisan ini, dan membuka

selebar-lebarnya kritik yang membangun untuk penulis. Sebagai penutup penulis

menyamapaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak

membantu dalam penulisan penelitian motif Megamendung ini, terimakasih.

• Penulis pengajar mata kuliah Desain Komunikasi Visual di STISITelkom

• Art Director di Hakuhodo Indonesia (2003-2008)

• Memenangkan beberapa penghargaan di ajang iklan nasional

• Sebagian tulisan dikutip dari tulisan H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds. (http://netsains.com/2009/02/motif-batik-megamendung-nilai-seni-dan-filosofinya/)

• Data Visual olahan bersama Pak Katura salah seorang Seniman Batik Tradisi di daerah Trusmi

(Batik Katura)

Motif Megamendung

11

Page 12: Megamendung dan Aplikasinya

Aplikasi

12

Page 13: Megamendung dan Aplikasinya

13

Page 14: Megamendung dan Aplikasinya

14