medpen sinusitis fixed

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Lat ar Bel aka ng Mas alah Sinusitis maksilaris subakut rhinogen adalah peradangan pada mukosa sinus maksilaris akibat penyebab dari factor rinogen yang gejala klinisnya berlangsung antara 1 – 3 bulan. ( Wilson, 1991; Vortel dan Chow, 1992; Brook dkk, 2000 ). Penatalaksanaan sinusitis maksilaris subakut rhinogen di Unit Rawat Jalan ( URJ ) THT RSU Dr Soetomo selama ini adala h dengan irigasi sinus maksilari s, antibi otika dan terapi kausal dari penyebab rinogen ( Mulya rjo dkk, 1994 ). Tindak an irigasi sinus maksil aris merupakan tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri dan membu tuhkan biaya tambahan. Meskipun jarang, tindakan ini dapat menyebabk an kompl ikasi misalnya pembengkak an pipi akibat ujung trokar menusuk  jaringan lunak pipi ( Lund, 1987 ).Selain itu tindakan irigasi sinus maksilaris hanya dapat dilakukan oleh Dokter Ahli THT, sehingga kasus sinusitis maksilaris subakut rhinogen di Puskesmas harus dirujuk ke Dokter Ahli THT. Dari beberapa kepustakaan disebut bahwa sinusitis maksilaris subakut rhinogen dapat diobati tanpa melakukan irigasi sinus maksilaris ( Becker dkk, 1989; Wilson, 1991; Facer dan Kern, 1993; Pedersen, 1996 ). Irigasi dilakukan untuk mempercepat hilangnya keluhan ( Thaler, 2001 ). Tampubolon (1988) berdasarkan penelitiannya pada 10 penderita sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang diterapi dengan irigasi dan antibiotik didapatkan kesembuhan 100%. Sedangkan pada 8 penderita sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang diterapi dengan antibiotik didapatkan kesembuhan 75%. Kuman anaerob banyak berperan pada sinusitis maksilaris subakut rhinogen. Oleh karena itu dipilih antibiotika yang efektif terhadap kuman anaerob, misalnya klindamisin (Vortel dan Chow, 1992; Mulyarjo, 1999). Oleh karena masih ada perbeda an pendapa t mengen ai terapi sinusit is maksilaris subakut rhinogen terutama tentang perlu tidaknya irigasi, maka peneliti bermaksud membandingkan 1

Upload: erikson-tobing

Post on 31-Oct-2015

132 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 1/26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sinusitis maksilaris subakut rhinogen adalah peradangan pada mukosa sinus maksilaris

akibat penyebab dari factor rinogen yang gejala klinisnya berlangsung antara 1 – 3 bulan.

( Wilson, 1991; Vortel dan Chow, 1992; Brook dkk, 2000 ). Penatalaksanaan sinusitis

maksilaris subakut rhinogen di Unit Rawat Jalan ( URJ ) THT RSU Dr Soetomo selama ini

adalah dengan irigasi sinus maksilaris, antibiotika dan terapi kausal dari penyebab rinogen

( Mulyarjo dkk, 1994 ). Tindakan irigasi sinus maksilaris merupakan tindakan invasif yangmenimbulkan rasa nyeri dan membutuhkan biaya tambahan. Meskipun jarang, tindakan ini

dapat menyebabkan komplikasi misalnya pembengkakan pipi akibat ujung trokar menusuk 

 jaringan lunak pipi ( Lund, 1987 ).Selain itu tindakan irigasi sinus maksilaris hanya dapat

dilakukan oleh Dokter Ahli THT, sehingga kasus sinusitis maksilaris subakut rhinogen di

Puskesmas harus dirujuk ke Dokter Ahli THT. Dari beberapa kepustakaan disebut bahwa

sinusitis maksilaris subakut rhinogen dapat diobati tanpa melakukan irigasi sinus maksilaris

( Becker dkk, 1989; Wilson, 1991; Facer dan Kern, 1993; Pedersen, 1996 ).

Irigasi dilakukan untuk mempercepat hilangnya keluhan ( Thaler, 2001 ). Tampubolon

(1988) berdasarkan penelitiannya pada 10 penderita sinusitis maksilaris subakut rhinogen

yang diterapi dengan irigasi dan antibiotik didapatkan kesembuhan 100%. Sedangkan pada

8 penderita sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang diterapi dengan antibiotik didapatkan

kesembuhan 75%.

Kuman anaerob banyak berperan pada sinusitis maksilaris subakut rhinogen. Oleh karena

itu dipilih antibiotika yang efektif terhadap kuman anaerob, misalnya klindamisin (Vorteldan Chow, 1992; Mulyarjo, 1999).

Oleh karena masih ada perbedaan pendapat mengenai terapi sinusitis maksilaris subakut

rhinogen terutama tentang perlu tidaknya irigasi, maka peneliti bermaksud membandingkan

1

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 2/26

hasil pengobatan sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang dilakukan irigasi dengan tanpa

irigasi

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan hasil terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang dilakukan

irigasi dengan tanpa irigasi?

1.3. Hipotesis Penelitian

Tidak ada perbedaan hasil terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang dilakukan

irigasi dengan tanpa irigasi

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Membandingkan hasil terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen dengan irigasi

atau tanpa irigasi.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mendapatkan hasil terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen yang dilakukan

irigasi.

2. Mendapatkan hasil terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen tanpa irigasi.

3. Membuktikan tidak adanya perbedaan hasil terapi sinusitis maksilaris subakutrhinogen yang dilakukan irigasi dengan tanpa irigasi.

1.5. Manfaat Penelitian

2

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 3/26

1. Mendapatkan alternative terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen yaitu

antibiotika, dengan demikian penderita terhindar dari tindakan invasive yang dapat

menimbulkan rasa nyeri dan tidak mengeluarkan biaya tambahan.

2. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas bahwa sinusitis maksilarissubakut rhinogen dapat diobati dengan pemberian antibiotika.

3. Sebagai masukan untuk SMF THT RSU Dr Soetomo dalam membuat standar terapi

sinusitis maksilaris subakut rhinogen.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sinus Maksilaris

Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal pertama yang mulai tumbuh pada janin

manusia sekitar hari ke -65 periode kehamilan. Meskipun sudah terbentuk waktu bayi

dilahirkan , sinus maksilaris tidak tampak pada X-FOTO sampai bayi berusia 4-5 bulan. Ukuran

rata – rata sinus maksilaris pada bayi baru lahir adalah 7 x 4 x 4 mm. Pertumbuhan sinus

maksilaris ini melalui dua fase . fase pertama terjadi sampai usia 3th dan fase kedua berlangsung

sejak umur 7 th sampai 18 tahun. Pertumbuhan fase kedua ini berhubungan erat dengan

 pneumatisasi prosesus alveolaris mengikuti erupsi gigi permanen. Ukuran sinus maksilaris pada

usia dewasa sekitar 34 x 33 x 23 mm dengan volume rata – rata 14,75 ml ( Becker dkk,1989;

amedee, 1993 ). Sinus maksilaris ( antrum of highmore ) terletak didalam korpus tulang maksila

dan merupakan sinus paranasalis terbesar. Sinus ini berbentuk piramid terbalik dimana dasarnya

dibentuk oleh dinding lateral cavum nasi dan puncaknya kearah lateral dekat prosesus

zigomatikus. Atap sinus maksilaris memisahkan sinus dengan orbita sedangkan lantai sinus

dibentuk oleh prosesus alveolaris dan prosesus palatina maksila. Pada anak – anak lantai sinus

terletak setinggi atau diatas dasar cavum nasi. Dinding anterior sinus maksilaris adalah fossa

3

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 4/26

canina yang memisahkan sinus dengan kulit pipi. Dinding posterior sinus maksilaris memisahkan

sinus dengan isi fossa infratemporal dan pterigomaksilaris ( evans , 1987, Ameedee 1993 )

Sinus maksilaris berhubungan dengan infundibulum di meatus medius melalui ostium

sinus yang terletak dianterosuperior dinding medial sinus ( Amedee, 1993 ). Pada posisi berdiri,letak ostium ini tidak menguntungkan fungsi drainase karena letaknya diatas, dekat atap

sinus( Becker dkk, 1989 ) pada penderita sinusitis maksilaris fungsi drainase akan berjalan baik 

 bila penderita berbaring pada sisi yang berlawanan dengan sinus yang terinfeksi ( Vortel dan

Chow , 1992 ). Ostium sinus maksilaris dikeloilingi oleh suatu membran yang mengakibatkan

ostium lebih besar daripada ostium yang sebenarnya. Banyak pembuluh darah dan saraf 

memasuki sinus maksilaris melalui bagian membran dari ostium ini. Diameter ostium ini pada

orang dewasa sekitar 3-4 mm ( Evans, 1987; amedee, 1993 )

Pada meatus medius terdapat daerah sempit dan rumit yang dinamakan komplek 

osteomeatal ( KOM ). Komplek ini terdiri dari prosesus unsinatus, infundibulum, hiatus

semilunaris, resesus frontal, sel – sel etmoid anterior dengan osteumnya serta ostium sinus

maksilaris. Pembengkakan mukosa dan obstruksi pada daerah tersebut dapat menimbulkan

gangguan fisiologis sinus ( Facer dan Kern, 1993 )

Aspek penting lain dari anatomi dinding medial sinus maksilaris adalah ketebalan tulang

didaerah meatus inferior. Tulang yang memisahkan meatus inferior dengan sinus maksilariscukup tebal dibagian inferior. Namun sangat tipis dibagian superior pada sudut antara konka

inferior dan dinding lateral cavum nasi. Pungsi ke antrum pada tindakan irigasi sinus maksilaris

sebaiknya diarahkan ke sudut ini ( Lund, 1987 ).

Mukosa sinus maksilaris merupakan kelanjutan dari mukosa cavum nasi. Mukosa ini

dilapisi oleh epitel pseudostratified columnar bersilia. Diantara sel – sel epitel tersebut terdapat

sel basal dan sel goblet yang memproduksi cairan mukus. Dibawah lapisan epitel terdapat lamina

 propria yang mengandung jaringan ikat longgar dan kelenjar sub mukosa yang memproduksi

 bcairan serus dan mukus. Cairan dari sel goblet dan kelenjar sub mukosa membentuk suatu

lapisan mukus ( mucous blanket ) yang mengandung lisosim, albumin, imunoglobulin ( Ig ) G

dan M, secretory Ig A, serta faktor-faktor komplemen. Lapisan mukus ini terdiri dari dua lapisan

dimana lapisan atas lebih kental berfungsi menangkap partikel-partikel inhalan dan kuman,

4

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 5/26

sedangkan lapisan dalam lebih encer dimana silia bergerak. Transport mukosilia sebagai aktifitas

silia ini bergerak kearah ostium sinus ( Amedee; 1991; Clerico; 2001; Stierna 2001 ).

Aktifitas silia pada sistem transport mukosiliar sangat efektif dalam membawa mukus,

 partikel-partikel inhalan yang tertangkap dan bakteri. Material-material tersebut dibawa kearahostium sinus dengan kecepatan 12 Hertz. Gerak silia ini dapat terganggu oleh produk-produk 

inflamasi ( Stierna; 2001 )

2.2 Sinusitis Maksilaris Rhinogen

2.2.1 Batasan

Sinusitis maksilaris rhinogen adalah keradangan pada mukosa sinus maksilaris yang

disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari rhinogen.

Klasifikasi sinusitis ditentukan berdasarkan lamanya gejala klinis ( Vortel danChow,1992; Brook dkk, 2000 ) bila gejala klinis berlangsung kurang dari 4 minggu digolongkan

sebagai sinusitis akut. Bila gejala klinis berlangsung antara 4 sampai 12 minggu digolongkan

sebagai sinusitis sub akut. Sedangkan bila gejala klinis berlangsung lebih dari 12 minggu

digolongkan sebagai sinusitis kronis.

Lund dan kennedy ( 1995 ) membagi sinusitis maksilaris berdasarkan respon terhadap

terapi medikamentosa. Bila respon terhadap terapi medikamentosa baik digolongkan sebagai

sinusirtis akut. Sedangkan bila respon terhadap terapi medikamentosa jelek digolongkan sebagaisinusitis kronis.

2.2.2 Etiopatogenesis 

5

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 6/26

Sinusitis maksilaris rhinogen dapat terjadi akibat faktor-faktor rhinogen antara lain

rhinitis akut/selesma,polip dan deviasi septum nasi. Orang yang menderita rhinitis akut tentunya

akan terjadi proses inflamasi dan udem didaerah cavum nasi serta pengeluaran sekret yang

 berlebihan. Udem yang terjadi didaerah sekitar ostium sinus maksilaris akan menyebabkan

oklusi dari ostium sinus maksilaris sehingga tekanan didalam rongga sinus menjadi negatif, hal

ini akan menyebabkan terjadinya transudasi cairan kedalam rongga sinus yang mana cairan

tersebut merupakan media yang baik bagi perkembangan kuman-kuman patogen sehingga

terjadilah sinusitis akut yang dalam perkembangannya bisa berlanjut menjadi sub akut bahkan

kronis. Hal ini berlaku juga pada penyakit-penyakit lain seperti polip/deviasi septum nasi

keduanya menyebabkan oklusi ostium sinus marginal maupun total obstruksi.

Selain oklusi ostium sinus, pergerakan dari silia dapat terganggu akibat produk-produk 

inflamasi dan udem menyebakan kedua dinding mukosa sinus menjadi bertemu dan menghambat

gerakan silia yang pada akhirnya fungsi ventilasi dan drainase sinus menjadi terganggu. Sekret

yang berlebihan pada proses inflamasi bisa menyebabkan sekret masuk kedalam sinus sehingga

terperangkap susah keluar apalagi lokasi ostium sinus maksilaris berada disuperior sinus.

Perubahan mukosa yang terjadi pada sinusitis akut ini sama seperti keadaan inflamasi

akut pada jaringan lain yaitu terjadi vasodilatasi, peningkatan aliran darah dengan ektravasasi

serum dan sel-sel polimorfonuklear ( PMN ). Keadaan ini menyebabkan mukosa menjadi oedem

dan hiperemi, terjadi pula peningkatan sekresi dari sel-sel goblet dan kelenjar submukosa. Akibat

invasi bakteri ke submukosa, terjadi infiltrasi lamina propia oleh sel-sel PMN,sel mast dan

limfosit. Mediator-mediator inflamasi yang dikeluarkan oleh sel-sel radang ini dapat

mengakibatkan terganggunya gerak silia. Bakteri sendiri dapat merusak lapisan sel epitel

mukosa sehingga tersisa sel basal dan membran basalis ( Wright, 1979; Cauwenberge,

1981a;White, 1991; stierna,2000 ) mukosa sinus yang udem dapat kembali normal apabila

inflamasi tidak berlangsung lama,ini disebabkan oleh karena terjadi resorpsi cairan interseluller 

kekapiler dan pembuluh limfe ( Wright, 1979 ). Selama drainase melalui ostium sinus tidak 

terganggu( adekuat ) proses inflamasi dapat mereda dengan pengurangan udem dan terjadi

regenerasi epitel sehingga fungsinya kembali normal ( Norstrand dan Goodmand, 1976 ). Pada

sinusitis akut fungsi silia dapat kembali normal setelah infeksi teratasi. Sedangkan pada sinusitis

kronis terjadi perubahan ultrastruktur yang berakibat disfungsi silia. Selain itu pada mukosa

6

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 7/26

terjadi proliferasi jaringan ikat serta metaplasi keepitel skuamus sehingga mengakibatkan

 perubahan yang irreversibel ( Stierna, 2001 )

2.2.3 Bakteriologi

Sinusitis maksilaris akut rhinogen pada umumnya diakibatkan oleh infeksi kuman aerob

gram positif namun apabila oklusi terusb berlanjut sehingga tekanan rongga sinus menjadi makin

negatif kuman-kuman anaerob dan gram negatif juga dapat berkembang biak. Adapun kuman-

kuman yang sering dijumpai antara lain streptococcus pneumonia ( 30-50% ), Hemophylus

influenza ( 20-40% ), moraxella cataralis ( 4% ) sisanya adalah escheriia colly, proteus vulgaris,

 pseudomonas aeuroginosa sedangkan kuman-kuman anaerob yang sering dijumpai antara lain

 bacteriodes gingivalis, peptococcus, fusobacterium dan vusobacterium nucleatum.

2.2.4 Kekerapan

Menurut vortel dan chow ( 1992 ) infeksi gigi menyebabkan 5-10% sinusitis maksilaris

akut dan 40% sinusitis maksilaris kronis. Ahmad dkk ( 1983 ) mendapatkan 71% kasus sinusitis

maksilaris rhinogen dari 200 penderita sinusitis maksilaris yang diteliti di RS DR KARIADI

Semarang. Pada tahun 1978, Sunoto mendapatkan 82% penderita dengan sinusitis maksilaris

rhinogen dari 45 penderita sinusitis maksilaris kronis yang diteliti di RS Dr Hasan SadikinBandung. Utami ( 1999 ) berdasarkan penelitiannya di RSUD Dr Soetomo Surabaya

mendapatkan sinusitis maksilaris rhinogen sebanyak 38% dari 69 kasus sinusitis maksilaris akut

dan sub akut.

2.2.5 Diagnosis

1. Anamnesa

Keluhan yang tersering adalah hidung berbau umumnya unilateral sesuai dengan

sinus yang terinfeksi. Keluhan lainnya adalah pilek kental,kuning kehijauan,hidung

 buntu,lendir ditenggorok,nyeri di pipi dan nyeri kepala. Kurang dari separoh

 penderita mengeluhkan adanya panas badan ( Shafer dkk, 1974; Dayal dkk, 1976,

mulyiarjo dkk, 1994 )

7

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 8/26

2. Pemeriksaan fisik 

Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior ditemukan sekret purulent di meatus medius

sangat mendukung diagnosis, namun tidak selalu didapatkan. Kadang ditemukan

konka nasi yang udem dan hiperemi. Pada palpasi didapatkan nyeri tekan pipi diderah

fosa kanina. Pada pemeriksaan faring didapatkan adanya sekret didinding faring

( post nasal driip )

3. Pemeriksaan penunjang

a. Transiluminasi

 pada sinus yang sakit akan tampak lebih gelap dari yang lain. Transiluminasi akan

mempunyai nilai diagnostik bila didapatkan perbedaan antara sisi kiri dan kanan

 b. Radiologis

 posisi foto untuk mendapatkan keadaan sinus maksilaris adalah occipitomental ( foto

waters ). Pada sinusitis maksilaris akan didapatkan gambaran radiologis berupa

 perselubungan,penebalan mukosa atau air fluid level ( gwaltney dkk, 1981; Vortel

dan chow, 1992 )

c. pungsi dan aspirasi

 pungsi dan aspirasi penting untuk mendapatkan material yang digunakan untuk 

 pemeriksaan mikrobiologis ( Revonta, 1980; Vortel dan Chow, 1992 )

2.2.6 Terapi

Terapi sinusitis maksilaris subakut rhinogen meliputi pemberian

antibiotik,simptomatik,irigasi dan menghilangkan faktor penyebab

1. Antibiotik 

8

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 9/26

Pemberian antibiotik sebaiknya sesuai dengan kuman penyebab yang didapatkan

 berdasarkan dari data empiris, karena pemeriksaan bakteri dari aspirasi sinus tidak rutin

dikerjakan. Antibiotik diberikan secara teratur dengan dosis adekuat selama 10-14 hari

( White, 1991; mulyarjo,1999 )

2. Simptomatik 

Pemberian obat-obatan dekongestan hidung sangat dipoerlukan baik lokal maupun oral,

obat-obatan dekongestan ini berfungsi untuk membuka ostium sinus maksilaris

Pemberian obat obatan anti inflamasi cukup diperlukan mengingat hasil dari proses

inflamasi ini sangat mengganggu gerak silia, selebihnya obat analgetik anti piretik 

dipakai untuk mengurangi gejala nyeri yang sering timbul pada sinusitis baik itu nyeri

 pipi maupun nyeri kepala

3. Irigasi

Irigasi sinus maksilaris umumnya dilakukan melalui meatus inferior. Tindakan ini tidak 

dianjurkan pada sinusitis maksilaris akut dengan febris yang belum mendapatkan terapi

antibiotik karena dapat menimbulkan resiko osteomielitis dan septikemia. Demikian juga

dengan penderita dengan diskontuinitas dasar orbita akibat trauma, irigasi sinus merupakan

suatu kontra indikasi. Komplikasi tindakan ini adalah nyeri dan bengkak di pipi akibatujung trokar masuk ke jaringan lunak pipi, perforasi dasar orbita, serta emboli udara

( Lunds, 1987 )

Irigasi sinus maksilaris pada sinusitis maksilaris akut diindikasikan bila dengan terapi

antibiotik 1 minggu atau lebih tidak timbul perbaikan gejala (Dayal, 1976;Becker,

1989;Wilson 1991;Facer dan Kern 1993,Pederson 1996 )

Irigasi dilakukan untuk mempercepat hilangnya keluhan ( Thaller, 2001) pada sinusitis

dengan penyebab kuman anaerob evakuasi pus dan memperbaiki ventilasi sinus adalah hal

yang penting sehingga perlu dilakukan irigasi sinus pada kasus akut ( Cauwenberge, 1981 )

 penggunaan antibiotika saja tanpa drainase pus tidak selalu menghasilkan eradikasi infeksi (

Brook dkk, 1996 ).

9

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 10/26

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

10

Faktor Rhinogen

Proses Inflamasi dan supuratif  pada sinus maksilaris

Sinusitis maksilaris subakutSinusitis maksilaris akutsembuhAntibioti  Mematikan IrigasiEvakuasi

Oklusi ostium sinus maksilaris

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 11/26

Penjelasan Kerangka Konseptual

Infeksi rhinogen (rhinitis alergi, deviasi septum) dapat menyebabkan terjadinya sinusitis

maksilaris akut rhinogen melalui proses inlamasi dan supuratif sinus maksilaris. Dikatakan akut

 jika terjadi kurang dari 4 minggu. Jika lebih dari 4 minggu – 3 bulan dikatakan subakut.

Untuk mendapatkan kesembuhan, pengobatan sinusitis maksilaris akut rhinogen meliputi

 pemberian antibiotic dan evakuasi pus di dalam sinus maksilaris. Evakuasi pus dapat kita

lakukan dengan cara irigasi sinus maksilaris. Dengan pemberian antibiotika, fungsi silia yang11

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 12/26

terganggu akan menjadi normal dan bila juga dilakuakn tidur miring pada sisi yang berlawanan

dengan sinus yang sakit, maka drainase sinus berfungsi baik.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh tindakan irigasi terhadap kesembuhan

 pasien sinusitis maksilaris subakut dentogen yang mendapat terapi medikamentosa. Adanya

kelompok yang mendapat intervensi berupa tindakan irigasi dan variable bebas yang dapat

12

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 13/26

dimanipulasi dengan sempurna oleh peneliti, maka penelitian ini termasuk eksperimental murni

(true experimental research).

Dilakukannya randomisasi alokasi perlakuan dan adanya kelompok kontrol, maka rancangan

 penelitian ini adalah randomized pre test-post test design. Dengan rancangan seperti ini akandapat diketahui dengan sangat baik perubahan yang terjadi akibat perlakuan (Pocock, 1986;

Pudjirahardjo, 1993; Zainuddin, 1999).

Untuk meningkatkan objektivitas penelitian dilakukan dengan teknik buta ganda (double

blind ). Kedua kelompok baik kelompok kontrol maupun perlakuan harus sama-sama mendapat

terapi medikamentosa. Perubahan yang terjadi pada kelompok perlakuan yang diberikan

tindakan irigasi akan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan tindakan

irigasi. Dengan demikian, akan dapat dipelajari dengan jelas pengaruh pemberian tindakanirigasi yang dilakukan bersama pemberian medikamentosa terhadap variable yang hendak 

diteliti.

Skema Rancangan Penelitian

13

P

S

Kel

I.1

Kel

I.2

Antibiotik +Irigasi

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 14/26

  (R)

Keterangan:

P : Populasi S : Sampel R : Randomisasi

Kel I : Kelompok yang diberi terapi antibiotic dan irigasi

Kel II : Kelompok yang diberi terapi antibiotic 1 : pengukuran pertama (awal) 2 : pengukuran kedua (akhir)

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Poli THT RSU Dr. Soetomo Surabaya. Waktu penelitian mulai bulan

Juli-Desember 2013.

4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi sasaran, target atau acuan (reference population) dari penelitian ini adalah semua

 penderita sinusitis maksilaris rhinogen subakut. Sedangkan populasi terjangkau (accessible

 population) adalah semua penderita sinusitis maksilaris rhinogen subakut yang datang berobat di

 poliklinik THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Juni-Desember 2013.

14

KelII.1

KelII.2

Antibiotik

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 15/26

4.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah penderita sinusitis maksilaris rhinogen subakut yang datang

 berobat di poliklinik THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Juni-Desember 2013 dan

telah memenuhi criteria penelitian sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Kriteria penerimaan sampel merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi agar 

dapat di ikut sertakan dalam penelitian, yaitu:

1. Usia 18 tahun ke atas

2. Belum mendapatkan terapi medikamentosa dan irigasi

3. Penderita kooperatif dan bersedia ikut dalam penelitian (menandatangani surat

 persetujuan bersedia mengikuti penelitian)

 b. Kriteria eksklusi

Kriteria penolakan merupakan berbagai keadaan atau penyakit tertentu yang

menyebabkan sampel harus ditolak meskipun telah memenuhi criteria inklusi, antaralain:

1. Deviasi septumyang berat, polip nasi, tumor kavum nasi dan kelainan lainnya yang

dapat menyebabkan gangguan pafda kompleks osteomeatal (berdasarkan

 pemeriksaan rhinoskopi anterior)

2. Wanita hamil atau menyusui

3. Menderita penyakit jantung, DM, TBC, gagal ginjal kronik (berdasarkananamnesis)

4.3.3 Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus: (Mardiyono,1995)

15

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 16/26

(Z£ √ 2PQ + Zβ √ P1Q1+P2Q2 )2

n1= n2 =

(P1-P2) 2

P = ½ (P1+P2)

Keterangan:

n : besar sampel

£ : 0,05 maka Z£ : 1,96

β : 0,20 maka Zβ : 0,84

P1: proporsi penderita yang sembuh dengan irigasi = 1 (Tampubolon 1988)

P2: proporsi penderita yang sembuh dengan irigasi = 0,75 (Tampubolon 1988)

n1=n2= (1,96 √ 2. 0,875. 0.125 + 0,48√ 1.0+0,75.0.25 )2

(1-0.75)2

= 26

Jadi besar sampel seluruhnya yang diperlukan adalah 52

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil secara consecutive sampling , selanjutnya dibagi dalam 2 kelompok 

(kelompok perlakuan dan kelompok kontrol). Alokasi pengelompokan sampel dilakukan secara

acak (random allocation) dengan menggunakan blok permutasi (random permuted blocks).

16

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 17/26

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.4.1 Variabel bebas

Tindakan irigasi sinusitis maksilaris (nominal)

4.4.2 Variabel tergantung

Hasil terapi (nominal)

4.4.3 Definisi Operasional Variabel

1. Sinusitis maksilaris rhinogen subakut adalah peradangan pada mukosa sinus maksilaris

akibat infeksi rhinogen yang gejala klinisnya berlangsung antara 4 minggu – 3 bulan.

Diagnosis sinusitis maksilaris rhinogen subakut ditegakkan berdasarkan:

a. gejala dan tanda klinis: hidung berbau, pilek, nyeri pipi, secret di meatus medius, post

nasal drip. Gejala hidung berbau harus ada. Gejala dan tanda klinis berlangsung

kurang dari 4 minggu.

 b. adanya cairan pada gambaran foto Water’s

c. adanya raktor rhinogen (rhinitis alergi, deviasi septum)

2. Tindakan irigasi sinus maksilaris adalah suatu tindakan untuk mengeluarkan cairan yang

terdapat pada sinus maksilaris dengan memompakan cairan PZ ke dalam sinus

maksilaris melalui suatu trokar.

3. Hasil terapi yang diberikan ditentukan dengan evaluasi klinis, yaitu dinyatakan:

17

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 18/26

a. sembuh : bila semua tanda dan gejala klinis (hidung berbau, pilek, nyeri pipi, secret

meatus medius, post nasal drip) tidak ada.

 b. tidak sembuh : bila tanda dan atau gejala klinis (hidung berbau, pilek, nyeri pipi,

secret meatus medius, post nasal drip) masih ada.

4.5 Instrument Penelitian

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

a. Lembar pengumpulan data

 b. Alat-alat untuk pemeriksaan THT (lampu kepala, speculum hidung, pinset bayonet,spatula lidah, kapas, larutan lidokain 2% efedrin 1%)

c. Alat-alat untuk tindakan irigasi (trokar, speculum hidung, pinset bayonet, spuit 50cc,

cairan PZ, cawan bengkok, larutan lidokain 2% efedrin 1%, silokain semprot 10%, kapas,

kasa sprootjes steril).

4.6 Prosedur Pengumpulan data

4.6.1 Persiapan

Menyusun usulan penelitian, alat penelitian, dan surat persetujuan bersedia ikut dalam

 penelitian.

4.6.2 Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan Data

1. Penderita yang telah memenuhi kriteria penelitian dijelaskan tentang tujuan penelitian,

 pemeriksaan dan pengobatan yang akan dilakukan. Jika bersedia mengikuti penelitian,

 penderita diminta menandatangani surat persetujuan.

18

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 19/26

2. Mengelompokkan penderita sesuai dengan hasil randomisasi blok yang telah dibuat

sebelumnya.

3. a. Pada kelompok tanpa irigasi, diberikan Klindamisin 3 x 300 mg/ hari selama 10 hari.

Penderita dianjurkan tidur miring pada sisi yang berlawanan dengan sinus yang sakit.

 b. Pada kelompok yang dilakukan irigasi, dilakukan irigasi sinus pada hari ke-1 dan

diberikan Klindamisin 3 x 300 mg/ hari selama 10hari. Penderita dianjurkan tidur miring

 pada sisi yang berlawanan dengan sinus yang sakit.

Teknik irigasi sinus maksilaris sebagai berikut:

1. Memberikan anestesi local di meatus inferior dan medius. Kapas yang telah dibasahi

dengan larutan lidokain 2% efedrin 1% dijepit dengan pinset bayonet. Kapas tersebutdiletakkan di meatus inferior dan medius setelah sebelumnya kavum nasi dibuka

dengan speculum hidung. Setelah 10 menit kapas diambil, kemudian disemprotkan

silokain 10% pada meatus inferior.

2. Melakukan pungsi dengan trokar di meatus inferior arah 30 derajat

3. Mencabut bagian tajam dan dihubungkan sarungnya dengan selang karet yang

terhubung dengan spuit 50 cc.

4. Dilakukan irigasi dengan caoiran PZ pelan-pelan. Mulut penderita dibuka, tahan

nafas, kepala menunduk dan irigasi diulang sampai bersih.

5. Menyemprotkan udara supaya sisa cairan di sinus habis. Penderita kita minta untuk 

 buang ingus.

6. Memasang kasa sprootjes kering untuk menghentikan perdarahan.

4. Penderita diminta dating kontrol pada hari ke11 untuk evaluasi hasil terapi, yang

meliputi anamnesis dan pemeriksaan klinis. Bila hari ke-11 merupakan hari libur, maka

evaluasi dilakukan pada hari kerja pertama berikutnya.

19

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 20/26

Penderita akan dikeluarkan dari penelitian (drop out ) apabila didapatkan tanda dan gejala sebagai

 berikut :

a. Terdapat reaksi alergi dari terapi medikamentosa yang diberikan

 b. Tidak datang kontrol

c. Menolak untuk ikut serta lebih lanjut sebagai subjek penelitian (mengundurkan diri)

4.7 Kerangka Operasional

20

Sinusitis Maksilaris Rhinogen Subakut

(anamnesis, pemeriksaan klinis, foto

Water’s)

Hari ke-1 Klindamisin 3 x 300 mg/hr

(10 hari)

Simptomatis:

Randomisasi

Irigasi sinus

Klindamisin 3 x 300 mg/hr

(10 hari)

Simptomatis:

Hari ke-11 Evaluasi:

- Anamnesis

- Pemeriksaan klinis

Evaluasi:

- Anamnesis

- Pemeriksaan

klinis

Analisis data

Laporan hasil

peneitian

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 21/26

4.8 Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang terkumpul diolah secara deskriptif dan inferensial. Untuk menguji

hipotesis penelitian digunakan uji Chi-square dengan alternative uji Exact Fisher bila syarat

uji Chi-suare tidak terpenuhi.

4.9 Jadwal Penelitian

 No Kegiatan 2013 2014

04 05 06 07 08 09 10 11 12 01 02 03

01 Pembuatan proposal X

02 Revisi dan presentasi proposal X X

03 Pengambilan sampel, perlakuan,

evaluasi

X X X X X X

04 Hasil dan analisa data X

05 Penulisan laporan penelitian X

06 Presentasi penelitianX

07 Revisi dan penyerahan hasil X

4.10 Anggaran Penelitian

Rincian Biaya :

Pembuatan dan revisi proposal Rp 100,000,00

Biaya perlakuan Rp 10.000.000,00

Pembuatan laporan hasil penelitian Rp 600.000,00

Presentasi hasil penelitian Rp 1.000.000,00

Lain-lain Rp 300.000,00

21

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 22/26

Rp

12.000.000,00

DAFTAR PUSTAKA

Alberti PW, 1976. Applied Surgical Anatomy of Athe Maxillary Sinus. Otolaryngol Clin NorthAm 9:3-19.

Amedee RG, 1991. Anatomy, physiology, and evaluation ofthe paranasal sinuses. In : Ballenger JJ, ed. Diseases of the nose, throat, ear, head, and neck. 14 th edition. Philadelphia : Lea andFebiger, 168 – 183.

Amedee RG, 1993. Sinus Anatomy and Function. In : Bailey BJ, ed. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Philadelphia: JB Lippincott, 342-349.

Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR, 1989. Ear, Nose and Throat Diseases. Stuttgart : GeorgThieme Verlag, 224-253.

Brook I, 1997. Clindamicyn, Metronidazol. In: Johnson JT, Yu VL. Infectious Diseases and AntiMicrobial Therapy of the Ears, Nose and Throat. Philadelphia : WB Saunders Company, 115 – 119.

Brook I, Yocum P, Frazier EH, 1996 A Bacteriology and beta lactamase activity in acute andchronic maxillary sinusitis. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 22, 418-423.

Brook I, Gooch WM, Jenkins SG, Pichichero ME, Reiner SA, Sher L, et al, 2000. MedicalManagement of acute bacteial sinusitis. Ann Otol Rhinol Laryngol 109 suppl 182, 2-20.

Cade J, 2002. Oral Cutaneus Fistulomery. http:www.emedicine.com/der.m/topic660.htm.Diakses pada tanggal 22-2-2013.

Wilson WR, Montgomerry WW, 1991. Infectious Diseases of the Paranasal Sinuses. In :Paparella MD, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL, et al,eds. Otolaryngology. 3 rd

edition. Philadelphia: WB Saunderds Company, 1843-1860.

Tampubolon DR, 1998. Uji Banding pengobatan sinusitis maksilaris tipe rhinogen dengan irigasidan tanpa irigasi. Karya akhir, Laboratorium/UPF Ilmu Penyakit THT FK Unair/RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

22

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 23/26

Lampiran

LEMBAR PENGUMPUL DATA

 No. urut penelitian : Jenis Kelamin :

 No. rekam medis : Pendidikan :

Tanggal mulai penelitian : Pekerjaan :

 Nama : Umur :

Alamat : No. Telepon :

Hari ke-1

Anamnesis

- Hidung berbau : kanan/kiri, lamanya : ……………..hari/minggu

- Pilek : kanan/kiri/-, warna secret : ……………………………...

- Buntu hidung : kanan/kiri/-

- Terasa lendir di tenggorok : +/-

23

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 24/26

- Nyeri pipi : kanan/kiri/-

- Sakit kepala : +/-

- Riwayat sakit gigi geraham atas : +/-

- Panas badan : +/-

- Riwayat Diabetes Mellitus, KP, gagal ginjal kronis : +/-

Pemeriksaan fisik 

- Hidung : konka nasi: udem: kanan/kiri/- hiperemi : kanan/kiri/-

Secret meatus medius : kanan/kiri/-

 Nyeri tekan pipi : kanan/kiri/-

Transiluminasi : SM ………./……………

- Faring : post nasal drip +/-

Pemeriksaan penunjang

Foto Water’s : perselubungan penuh / air fluid level 

Hasil irigasi sinus (pada kelompok dengan irigasi)

Pus : ……………. Fetor : ……………………. Mukoid : …………….. Darah : ………….

24

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 25/26

25

7/16/2019 MedPen Sinusitis Fixed

http://slidepdf.com/reader/full/medpen-sinusitis-fixed 26/26

26