material komposit

27
2-1 MATERIAL KOMPOSIT 2.1 Pengantar material komposit Material komposit juga dapat didefinisikan sebagai suatu campuran antara matriks/resin (bahan pengikat) dan serat (fiber) sebagai bahan penguatnya, dan campuran ini bersifat makroskopis.Kata kunci disini adalah makroskopis.ini berbeda dengan paduan atau alloy, yang penggabungan unsur-unsurnya dilakukan secara makroskopis pada bahan komposit, sifat-sifat unsur pembentuknya masih terlihat jelas, sedangkan pada paduan sudah tidak tampak lagi secara nyata.Keunggulan bahan komposit disini adalah penggabungan sifat-sifat unggul masing- masing unsur pembentuknya tersebut. Unsur utama bahan komposit adalah serat. Serat inilah yang terutama menentukan karakteristik bahan komposit,seperti : kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik lain. Serat lah yang menahan sebagian besar gaya- gaya yang bekerja pada bahan komposit.Sedangkan matriks

Upload: browniezboy

Post on 25-Oct-2015

101 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Composite Materials

TRANSCRIPT

2-1

MATERIAL KOMPOSIT

2.1 Pengantar material komposit

Material komposit juga dapat didefinisikan sebagai suatu campuran antara

matriks/resin (bahan pengikat) dan serat (fiber) sebagai bahan penguatnya, dan

campuran ini bersifat makroskopis.Kata kunci disini adalah makroskopis.ini berbeda

dengan paduan atau alloy, yang penggabungan unsur-unsurnya dilakukan secara

makroskopis pada bahan komposit, sifat-sifat unsur pembentuknya masih terlihat

jelas, sedangkan pada paduan sudah tidak tampak lagi secara nyata.Keunggulan bahan

komposit disini adalah penggabungan sifat-sifat unggul masing-masing unsur

pembentuknya tersebut.

Unsur utama bahan komposit adalah serat. Serat inilah yang terutama

menentukan karakteristik bahan komposit,seperti : kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat

mekanik lain. Serat lah yang menahan sebagian besar gaya-gaya yang bekerja pada

bahan komposit.Sedangkan matriks bertugas melindungi dan mengikat serat agar

dapat bekerja dengan baik.

Agar dapat menghasilkan sifat-sifat mekanik yang unggul, serat harus

memiliki kekuatan dan modulus elastisitas yang tinggi, sedangkan matriks harus ulet

dan tidak bereaksi terhadap serat. Serat dengan modulus elastisitas yang tinggi

mampu menahan beban yang cukup besar, sedangkan matriks berfungsi sebagai

penerus beban kepada serat dan melindungi serat dari kerusakan permukaan.

Kekuatan dan kekakuan dari material komposit menjadi berarti ketika

perpanjangannya (elongation) hingga terjadi perpatahan (fracture), lebih rendah dari

logam untuk harga kekuatan yang sebanding atau sama.

2-2

Keuntungan-keuntungan dari material komposit terlihat ketika modulus

elastisitas persatuan beratnya diperhitungkan. Menaikan harga modulus spesifik dan

kekuatan spesifik pada material komposit adalah cara untuk menurunkan berat

komponen. Hal ini merupakan unsur penting, terutama pada sarana transportasi yang

memiliki kecepatan yang tinggi, seperti pada badan pesawat terbang, dimana

penurunan berat material merupakan peningkatan efisiensi dan penghematan energi.

2.2 Klasifikasi Komposit

Bahan komposit dapat di klasifikasikan ke dalam beberapa jenis, tergantung

pada geometri dan jenis seratnya. Hal ini dapat dimengerti, karena serat merupakan

unsur utama dalam material komposit. Sifat-sifat mekanik bahan komposit , seperti

kekuatan, kekakuan keliatan dan ketahanan tergantung dari geometri dan sifat-sifat

seratnya

Secara garis besar, bahan komposit terdiri dari dua macam, yaitu bahan

komposit partikel (particulate composite) dan bahan komposit serat Composite).

Bahan komposit partikel terdiri dari partikel-partikel yang diikat oleh matriks. Bentuk

partikel ini dapat bermacam-macam, seperti bulat, kubik, tetragonal atau bahkan

bentuk-bentuk yang tidak beraturan secara acak, tetapi secara rata-rata berdimensi

sama. Sedangkan bahan komposit serat terdiri dari serat-serat yang diikat oleh

matriks. Bahan komposit serat ini juga terdiri dari dua macam, yaitu serat panjang

(continuos fiber) dan serat pendek (Short fiber atau whisker )

2-3

Gambar 2.1 Diagram klasifikasi bahan komposit yang umum dikenal 2.2.1 Bahan komposit serat

Bahan komposit serat adalah jenis bahan komposit yang umum dikenal, paling

banyak di pakai dan dibicarakan. Karena itu pengertian bahan komposit dalam tulisan

ini berarti bahan komposit serat.

Bahan komposit sangat efisien dalam menerima beban, karena tugas tersebut

dilimpahkan ke serat. Seratlah yang terutama bertugas menerima beban. Karena itu

bahan komposit sangat kuat dan kaku bila dibebani serat searah, sebaliknya sangat

lemah bila dibebani dalam arah tegak lurus serat. Karena itu ada dua hal yang

membuat serat dapat menahan gaya dengan efektif, yaitu bila:

1. Perekatan (bonding) antara serat dan matriks (disebut pula interfacial

bonding) sangat baik dan kuat, sehingga serat tidak mudah lepas dari matriks

(debonding)

Laminat Hibrid

Serat tidak kontinyu

Serat multi lapis

Komposit serat

Arah teraturSerat satu lapis

Komposit partikel

Arah acak

Arah acak

Serat kontinyu

Serat dua arah(woven)

Arah teratur

Serat satu arah(unidirectional)

Bahan komposit

2-4

2. Kelangsingan (aspect rasio), yaitu perbandingan antara panjang dan diameter

serat harus cukup besar. Hal ini disyaratkan agar tegangan geser yang terjadi

pada permukaan antara serat dan matriks kecil.

Tugas utama matriks adalah mmengikat serat bersama-sama. Hal ini dapat

dimengerti karena sekumpulan serat tanpa matriks tidak dpat menahan gaya dalam

arah tekan dan transversal. Matriks juga berguna untuk meneruskan gaya dari satu

serat ke serat lainnya, dengan menggunakan mekanisme tegangan geser.

Serat biasanya terdiri dari bahan yang kuat, kaku dang getas. Hal ini terjadi karena

seratlah yang terutama menahan gaya luar, sehingga serat haruslah kaku dan kuat.

Kekuatan serat terletak pada ukurannya yang sangat kecil, kadang-kadang

dalam ordo micron. Ukuran yang kecil tersebut menghilangkan cacat-cacat dan

ketidak sempurnaan kristal yang biasa terdapat pada bahan bentuk padatan besar.

Sehingga serat menyerupai kristal tunggal yang tanpa cacat, dengan demikian

kekuatannya sangat besar . Sebagai contoh, gelas padatan akan patah pada beban

beberapa ribu psi saja, tetapi serat gelas mempunyai kekuatan hingga 400.000 -

700.000 psi.

Hal yang sama terjadi bila serat dibuat dari bahan polimer. Dengan jalan

mengatur arah molekul-molekulnya, akan didapat serat dengan kekuatan yang besar.

ini terjadi pada serat aramid ( sebagai contoh Kevlar) dan karbon.

Pada dasarnya serat dibagi dua bagian, yaitu:

1. Serat alam (Natural fiber)

2. Serat buatan (Synthetic fiber)

Serat alam terbuat dari tanaman, hewan maupun sumber-sumber mineral lainnya,

Contoh serat alam (tumbuh-tumbuhan) serat yate (rami), serat eceng gondok, serat

2-5

pisang, serat kelapa, serat kayu, dan lain-lain, keuntungan serat alam diantaranya

murah dan mudah diperoleh.

Serat Pisang Abaka

Serat alam adalah serat yang terbuat dari tanaman, hewan maupun sumber

mineral lainnya. Penggunaan serat alam (khususnya serat pisang abaka) pada material

komposit bertujuan untuk mengurangi biaya produksi, seratnya ramah lingkungan dan

diharapkan mampu memberikan sifat-sifat mekanik yang lebih baik dari serat buatan

dan serat alam lainnya.

Serat Pisang abaka adalah salah satu jenis serat alam. Dimana serat pisang

abaka ini terdapat pada batang pisang abaka itu sendiri. Pisang abaka ini adalah

pisang yang khusus diambil seratnya dan hanya ada di Banyuwangi Selatan

(Perkebunan Banyu Lor). di Indonesia, yang dibudidayakan hanya ada di

Banyuwangi, di Sulawesi juga ada tetapi berada di hutan dan tidak dimanfaatkan.

Sedangkan di luar negeri, serat ini ada di Filipina.

Pemanenan batang abaka dilakukan dengan menebang batang pisang tersebut,

kemudian sekitar 10 sampai 15 upihnya diambil. Bagian tengah batang umumya

ditinggal karena kadar seratnyar rendah. Di Filipina pemanenan dilakukan dengan

proses dekortikasi yaitu menggunakan pisau bergerigi (dekortikator). Bagian terluar

upih dikuliti lalu dijepit di antara dekortikator, hasilnya berupa serat memanjang

kemudian dijemur.

Keunggulan dari serat pisang abaka ini yaitu

1. Tahan terhadap air garam.

2. Memiliki kekuatan dan daya simpan yang tinggi.

3. Sisa digunakan untuk tali temali pada kapal.

4. Murah.

2-6

5. Tidak membuat tanah rusak dan dapat merehabilitasi lahan kritis

6. Tidak perlu perawatan rumit

7. Bebas penjarahan

8. Barier area untuk pencegahan kebakaran hutan

9. Quick yielding

10. Tanaman produktif dan berkelanjutan

Kelemahannya yaitu:

1. kandungan kadar air yang tinggi sehingga bahan menjadi cepat busuk

2. Perolehan serat rendah, perolehan serat sekurang-kurangnya mencapai 1,5

persen dari bobot batang basah.

3. Transportasi pengangkutan bahan dari tempat panen ke tempat pengolahan

menjadi lebih mahal.

sedangkan serat buatan terbuat dari campuran baha kimia. Adapun jenis-jenis

serat buatan yang biasa digunakan adalah:

1. Serat Glass

2. Serat Aramid

3. Serat Boron

2-7

2.2.2 Bahan Matriks (Resin)

Matriks pada umumnya terbuat dari bahan yang lunak dan liat. Resin atau biasa

juga disebut matriks berguna sebagai pengikat antara dua material pengikat,

sebagai pelindung dan pendukung, serta dapat memberikan distribusi dan

pemindahan beban diantara material penguat, menyalurkan beban ke serat dan

menempatkan serat pada posisinya. Matriks mempunyai fungsi sebagai berikut:

mentransfer tegangan diantara serat, bertindak sebagai penghalang terhadap efek-

efek yang merugikan, serta melindungi serat dari abrasi mekanis.

Resin polymer (plastic) merupakan bahan umum yang biasa digunakan

sebagai matriks. Ada dua jenis resin, yaitu thermosetting dan thermoplastic.

Thermosetting adalah suatu polymer yang apabila dipanaskan akan menguap dan

tidak dapat dibentuk lagi, contoh thermosetting antara lain polyester, epoxy,

phenolics, dan polymide. Sedangkan thermoplastic adalah suatu polymer yang apabila

dipanaskan akan melunak dan dapat dibentuk lagi, contoh thermoplastic antara lain

polycarbonate (PC), nylon, acrylic, dan polypropelene (Ref 6: Hal 9).

Dibawah ini karakteristik beberapa resin

Tabel 2.1 Karakteristik resin (Ref 4: Hal 18).

2-8

Jenis polymer thermosetting :

a. Polyester

- Servis temperatur ± 80 ºc – 100 ºc.

- Paling murah.

- Viskositasnya rendah sehingga mudah

diproduksi.

- Pengkerutan (shrinkage) besar yaitu 4-8 %

sehingga tidak stabil secara geometri.

- Bersifat isolator, tahan terhadap cuaca tetapi

tidak pada temperature tinggi.

- Penyimpanan harus dilakukan pada ruangan

dingin, dan wadah tertutup.

- Akan stabil selama enam bulan dalam

penyimpanan dengan temperatur dibawah 250C..

- Resin polyester akan cure dengan

penambahan katalis yang sesuai dan dipanaskan atau pada temperetur ruang

dengan penambahan katalis dan accelerator yang sesuai.

b. Epoxy

- Tahan terhadap panas (150-1800).

- Daya adhesi yang baik.

- Tahan terhadap korosi.

- Tahan terhadap hidrolisa.

- Low shringkage, memungkinkan pembuatan

part dengan ukuran lebih presisi.

2-9

- Memiliki ketahanan yang baik terhadap air,

basa lemah dan basa kuat, hydrocarbon, asam lemah, solvent organik, tetapi

tidak tahan terhadap asam kuat, ethyl asetat, dan solvent yang mengandung

chlor(Ref 2: Hal 12).

2.3 Bahan Komposit

Gabungan antara serat dan matriks ini disebut bahan komposit. Bahan

komposit menggabungkan keunggulan dan kekuatan serat dengan massa jenis matriks

yang rendah. Hasilnya adalah suatu bahan yang ringan tetapi kuat dan kaku. Dengan

kata lain, bahan ini mempunyai harga “specific modulus” dan “specific strength” yang

lebih besar dibanding dengan bahan konvensional lainnya.

Tabel 2.1 Perbandingan kekuatan dan kekakuan serat dibanding bahan padatan

ref 6(hal 7).

Modulustarik

KekuatanTarik

Masa jenis Modulusspesifik

Kekuatanspesifik

bahan (E, Gpa) (σu, Gpa) (ρ, g/cm3) (E/ ρ) (σu/ ρ)

Serat

E-glass 72,4 3,5 2,54 28,5 1,38

S-glass 85,5 4,6 2,48 34,5 1,85

Grafit(HM) 390,0 2,1 1,90 126,0 1,1

Grafit(HS) 240,0 2,8 2,63 146,0 1,3

Boron 385,0 2,8 2,63 146,0 1,1

Silica 72,4 5,8 2,19 33,0 2,65

Tungsten 414,0 4,2 19,30 21,0 0,22

Beryllium 240,0 1,3 1,83 131 0,71

Aramid 130,0 2,80 1,50 87,0 1,87

2-10

Bahan konvensionalBaja 210,0 0,34-2,1 7,8 26,9 0,034-0,27

Alumunium 70,0 0,14-0,62 2,7 25,9 0,052-0,23

Gelas padat 70,0 0,7-2,1 2,5 28,0 0,28-0,84

Tungsten 350,0 1,1-4,1 19,30 18,1 0,057-0,21

Beryllium 300,0 0,7 1,83 164,0 0,38

Tabel 2.1 diatas memperlihatkan data-data bahan komposit tersebut

dibandingkan dengan bahan konvensional lainnya. Dari data specific modulus dan

specific strength-nya, terlihat bahwa bahan komposit lebih unggul dibanding bahan

metal. Keunggulan seperti inilah yang dimanfaatkan oleh industri-industri antariksa

dan industri pesawat terbang, karena pada struktur-struktur yang dipakai di dua jenis

industri tersebut diperlukan bahan-bahan yang ringan tetapi kuat dan kaku. Karena itu

perkembangan akhir-akhir ini menunjukan bahwa penggunaan bahan komposit di dua

jenis industri ini memperlihatlkan perkembangan yang sangat pesat.

Kelebihan dari komposit

Kekuatan dan kekakuan tinggi

Usia fatique relatif lebih tinggi dari alumunium

Tahan korosi

Mekanikal properties dapat diatur sedemikian rupa, sehingga

dihasilkan struktur yang optimal

2.4 Penguatan Serat ref 3(hal 221)

2-11

Bahan berkekuatan tinggi, dan teristimewa dengan perbandingan kuat-

terhadap-berat (strength-to-weight ratio) tinggi, dapat dibuat dengan mencampurkan

serat halus dalam matriks ulet. Serat harus mempunyai kekuatan dan modulus

elastisitas tinggi, sedang matriksnya harus ulet dan tak bereaksi (non reactive)

terhadap serat. Material komposit sangat kuat dan kaku bila dibebani searah serat dan

sebaliknya lemah bila dibebani dalam arah tegak lurus. Hal ini disebabkan serat yang

paling utama bertugas menerima beban. Serat dapat menahan gaya dengan efektif

apabila :

1. perekatan (bonding) antara serat dan matriks/interfacial bonding sangat baik

dan kuat, sehingga serat tidak mudah lepas dari matriksnya (debonding).

2. kelangsingan (aspect ratio) yaitu perbandingan antara panjang dan diameter

serat cukup besar. Hal ini dimaksudkan agar tegangan geser antara serat dan

matriks kecil

2.4.1 Ikatan Antara Serat Dan Matriks ref 10 (hal 2-3)

Masalah terpenting sekaligus tersulit sehubungan dengan pembuatan material

komposit adalah masalah ikatan (bonding). Ikatan yang baik antara serat dengan

matriks akan menghasilkan material komposit yang mempunyai kualitas baik. Ikatan

yang baik harus dicapai tanpa terjadi reaksi maupun kerusakan pada permukaannya.

Syarat awal dalam mendesain suatu komposit adalah mengetahui adanya

ikatan (bonding) antara bahan matriks dengan bahan penguatnya. Hal ini sangat

penting untuk diketahui, karena manyangkut masalah kekuatan komposit yang akan

dibuat.

2.4.2 Orientasi dan jumlah serat ref 7

2-12

Terdapat hubungan antara orientasi serat dengan jumlah serat yang dapat

diberikan dalam pembuatan suatu benda. Dengan meletakan serat kontinu dalam arah

paralel maka jumlah serat yang dipakai dapat mencapai 45-90% wt benda. Bila

separuh-separuh saling tegak lurus serat yang dipakai dapat mencapai 75%,

sedangkan jika orientasi seratnya acak maka jumlah seratnya hanya 15-50%.

Kekuatan komposit berhubungan dengan orientasi dari serat. Terdapat tiga

jenis orientasi serat yang umum ditemukan:

1. Serat satu arah (unidirectional)

Pada serat satu arah ini kekuatan maksimum akan diperoleh pada arah serat

2. Dua arah yang saling tegak lurus (bidirectional)

Kekuatan paling tinggi di kedua arah serat dan meningkatkan kekuatan patah

di kedua arah serat itu.

3. Orientasi acak (random)

Pada arah acak ini kekuatan tidak terpusat pada satu atau dua rah melainkan

seragam pada segala arah hanya nilai kekuatannya lebih rendah dari pada

orientasi satu dan dua arah.

Gambar dibawah ini menunjukan hubungan antar jumlah serat, orientasi dan kekuatan

serat.

2-13

Gambar 2.2 Hubungan antara jumlah serat, orientasi dan kekuatan ref 7

2.5 Proses Manufacturing Komposit ref 11 (hal 2-16))

Dalam pembuatan material komposit kita mengenal beberapa cara yang

tergantung dari kebutuhan kualitas dari material komposit itu sendiri.

Salah satu cara tersebut adalah :

Hand lay-up

Dalam proses pembuatan material komposit yang diperkuat oleh serat, metode

hand lay-up adalah metode yang termudah dan paling murah jika dibandingkan

dengan metode lainnya. Dimana dalam pelaksanaannya menggunakan tangan

manusia, sehingga kualitas produk/material yang dihasilkan tergantung pada keahlian

pekerja atau operator yang melakukan proses pembuatan material kompsit.

Karakteristik :

- Murah

- Butuh banyak tenaga

- Kualitas produk tergantung pada pekerja

2-14

- Prioritas (Void) besar

- Fraksi volume serat dapat mencapai ± 60%

- Ketebalan produk sulit diatur

- Sulit mempertahankan keseragaman produk

- Serat bisa lebih bervariatif

Gambar 2.3 Metoda hand lay-up11 (hal 2-17))

2.6 Modus Kegagalan Pada Material Komposit ref 6(hal 127)

Suatu struktur dikatan gagal bila struktur tersebut tidak dapat lagi berfungsi

dengan baik. Dengan demikian definisi kegagalan berbeda menurut kebutuhan yang

berlainan. Untuk penerapan struktur tertentu, deformasi yang kecil barang kali sudah

dianggap gagal, sedang pada struktur yang lain hanya kerusakan total dapat dianggap

gagal.

2-15

Dalam hal ini sangat mencolok terlihat pada bahan komposit. Pada bahan ini,

kerusakan internal mikroskopik (yang tidak dapat diamati mata) dapat terjadi jauh

sebelum kerusakan nyata terlihat. Kerusakan internal mikroskopik ini terjadi dalam

beberapa bentuk, seperti:

1. Patah pada serat (fiber breaking)

2. Retak mikro pada matriks (matrix microcrack)

3. Terkelupasnya serat matriks (debonding)

4. Terpisahnya lamina satu sama lain (delamination)

Bila serat yang patah semakin banyak, maka ada tiga kemungkinan

1. Bila matriks mampu menahan gaya geser dan meneruskannya ke serat

sekitarnya, maka serat yang patah akan semakin banyak sehingga timbul

retak. Bahan komposit akan patah getas (brittle failure), seperti pada

gambar 2.3a.

2. Bila matriks tidak mampu menahan konsentrasi tegangan geser yang timbul

diujung serat yang patah, serat dapat terlepas dari matriks (debonding), dan

bahan komposit rusak searaha serat, seperti tampak pada gambar 2.3b.

3. Kombinasi kedua tipe diatas, pada kasus ini patah serat terjadi disembarang

tempat, dibarengi dengan kerusakan matriks. Modus kerusakan berwujud

seperti sikat (brush type) seperti pada gambar 2.3c.

2-16

Gambar 2.4 Modus kerusakan pada bahan komposit akibat beban tarik

longitudinal (a) brittle failure (b) debonding (c) brush type ref 6(hal 129)

2.6.1 Jenis Perpatahan Pada Material Kompositref 1

Berdasarkan sumber perpatahan yang terjadi, jenis perpatahan material

komposit digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Perpatahan pada penguat/serat

Perpatahan ini diakibatkan serat tidak mampu menerima beban.Alur

perpatahan dimulai dari penguat/serat dan merambat kematriks. Perpatahan

ini terjadi jika regangan penguat/serat lebih rendah dari pada regangan

matriks, sehingga saat menerima beban, pertambahan panjang matriks tidak

diikuti oleh pertambahan panjang penguat/serat.

2. Perpatahan pada matriks (translaminar)

Adalah Kebalikan dari perpatahan pada penguat, yang jadi sumber

perpatahan adalah matriks. Perpatahan ini sangat mudah terjadi pada

matriks yang memiliki regangan rendah. Beban yang dapat diterima matriks

lebih rendah dari pada beban yang dapat diterima penguat, sehingga

pemberian beban yang melebihi kekuatan tarik maksimum matriks

mengakibatkan terjadinya retak dalam arah tegak lurus terhadap arah

pembebanan.

3. Perpatahan antara serat dan matriks (delamination)

Delaminasi (interlaminar) adalah perpatahan yang terjadi akibat terlepasnya

ikatan antar lapisan penguat. Penyebab patahan ini adalah gaya adhesi

antara penguat dan matriks yang lemah. Selain itu kemampuan matriks

untuk mengisi ruang antara serat juga mempengaruhi.

2-17

2.7 Modus Kegagalan Akibat Beban Tekan Transversal (Ref 6:Hal 135)

Komposit satu arah (lamina) yang dibebani dalam arah transversal atau serat

yang tegak lurus arah pembebanan biasanya gagal karena gaya geser (shear failure)

pada matriks yang dapat di ikuti dengan debonding atau terhimpitnya serat (fiber

crushing). Maka modulus kegagalan dalam kasus ini adalah :

1. Kegagalan geser pada matriks.

2. Kegagalan geser pada matriks yang di ikuti debonding maupun fiber crushing.

Gambar 2.8 Modus kegagalan lamina akibat beban tekan transversal(Ref 6: Hal 135)

2.8 Jenis Perpatahan Pada Material Komposit(Ref 1: Hal 34)

Berdasarkan sumber perpatahan yang terjadi, jenis perpatahan material komposit

digolongkan menjadi tiga yaitu:

1. Perpatahan pada penguat / serat (intralaminar) diakibatkan serat tidak mampu

menerima beban. Alur perpatahan dimulai dari penguat / serat dan merambat

ke matriks. Perpatahan ini terjadi jika regangan penguat lebih rendah dari

pada regangan matriks, sehingga saat menerima beban, pertambahan panjang

matriks tidak di ikuti oleh pertambahan panjang penguat.

2. Perpatahan pada matriks (translaminar) adalah kebalikan dari perpatahan

pada penguat, yang menjadi sumber perpatahan adalah matriks. Perpatahan

ini sangat mudah terjadi pada matriks yang memiliki regangan rendah. Beban

yang diterima matriks lebih rendah dari pada beban yang dapat diterima

penguat, sehingga pemberian beban yang melebihi kekuatan tarik maksimum

2-18

matriks mengakibatkan terjadinya retak dalam arah tegak lurus terhadap arah

pembebanan.

3. Delaminasi (interlaminar) adalah perpatahan yang terjadi akibat terlepasnya

ikatan antar lapisan penguat. Penyebab utama perpatahan ini adalah gaya

adhesi antara penguat dan matriks yang lemah. Selain itu kemampuan matriks

untuk mengisi ruang antara serat juga mempengaruhi.

.

Gambar 2.9 Mekanisme perpatahan pada laminat(Ref 1: Hal 35).