materi tanah

78
ieLma's blog Kamis, 23 Februari 2012 KONDISI HEWAN TANAH PADA EKOSISTEM RUMPUT FBS UNY A. Judul Kondisi Hewan Tanah pada Ekosistem Rumput di FBS UNY B. Tujuan Untuk mengetahui kondisi hewan tanah pada ekosistem rumput di FBS UNY C. Prosedur Kerja 1. Alat dan Bahan a. Plastik b. Cetok c. Ekstraktor panas d. Gelas beker e. Sampel tanah di 3 Plot 2. Langkah Kerja a. Menyiapkan alat dan bahan. b. Menentukan tiga plot yang akan diambil sampel tanahnya dan dilihat hewan-hewan yang ada di dalamnya. Diusahakan keadaan tanah di ketiga plot berbeda.

Upload: alellohia

Post on 24-Nov-2015

52 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ilmu tanah

TRANSCRIPT

ieLma's blog Kamis, 23 Februari 2012KONDISI HEWAN TANAH PADA EKOSISTEM RUMPUT FBS UNY

A. JudulKondisi Hewan Tanah pada Ekosistem Rumput di FBS UNY

B. TujuanUntuk mengetahui kondisi hewan tanah pada ekosistem rumput di FBS UNY

C. Prosedur Kerja1. Alat dan Bahana. Plastikb. Cetokc. Ekstraktor panasd. Gelas bekere. Sampel tanah di 3 Plot

2. Langkah Kerjaa. Menyiapkan alat dan bahan.b. Menentukan tiga plot yang akan diambil sampel tanahnya dan dilihat hewan-hewan yang ada di dalamnya. Diusahakan keadaan tanah di ketiga plot berbeda.c. Menentukan jarak tiap plot, 5 meter.d. Menggali tanah di tiap plot dengan ukuran kuadran luas 10x10 dan kedalaman masing-masing plot 15 cm (hingga ditemukan minimal dua lapisan tanah).e. Mengamati hewan apa saja yang ditemukan di tiap lapisan tanah pada masing-masing pot. Melakukan pengamatan hewan tanah dengan menggunakan metode sortir tanah. f. Selanjutnya mengambil sampel tanah di setiap plot untuk diekstraksi dengan menggunakan ekstraktor panas.g. Melakukan ekstrasi kering pada ketiga sampel tanah dengan waktu ekstraksi masing-masing 3 jam.h. Mengamati hewan-hewan hasil ekstraksi tanah secara langsung jika hewan tersebut berukuran makro.i. Mengamati hewan-hewan hasil ekstraksi tanah menggunakan mikroskop jika hewan tersebut berukuran mikro.

D. Rumusan masalahBagaimana kondisi kondisi hewan tanah pada ekosistem rumput di FBS UNY

E. Data Hasil PengamatanTabel pengamatan tiga plot di ekosistem rumputPlotLapisan TanahHewan yang ditemukanJumlah

I 1 Semut4 ekor

2 Hewan berwarna putih 2 ekor

II 1 Cacing 4 ekor

2 Hewan berwarna putih 2 ekor

III 1 Semut 2 ekor

2 - -

F. PembahasanLingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah satunya adalah mesofauna tanah. Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburannya (Rao, 1994).Bagi ekosistem darat, tanah merupakan titik pemasukan sebagian besar bahan ke dalam tumbuhan. Melalui akar-akarnya tumbuhan menyerap air, nitrat, fosfat, sulfat, kalium, tembaga, seng dan mineral esensial lainnya. Dengan semua ini, tumbuhan mengubah karbon dioksida (dimasukkan melalui daun) menjadi protein, karbohidrat, lemak, asam nukleat dan vitamin yang dari semuanya itu tumbuhan dan semua heterotrof bergantung. Bersamaan dengan suhu dan air, tanah merupakan penentu utama dalam produktivitas bumi (Kimball, 1999). Fauna tanah merupakan salah satu komponen tanah. Kehidupan fauna tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan perkataan lain keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah, oleh karena itu dalam mempelajari ekologi fauna tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur (Suin, 1997).Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah (Suin,1997). Beberapa fauna tanah, seperti herbivora, sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas akarnya, tetapi juga hidup dari tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Jika telah mengalami kematian, fauna-fauna tersebut memberikan masukan bagi tumbuhan yang masih hidup, meskipun adapula sebagai kehidupan fauna yang lain. Fauna tanah merupakan salah satu kelompok heterotrof (makhluk hidup di luar tumbuh-tumbuhan dan bakteria yang hidupnya tergantung dari tersedianya makhluk hidup produsen) utama di dalam tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Keberadaan mesofauna tanah dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. Dalam sistem tanah, interaksi biota tanah tampaknya sulit dihindarkan karena biota tanah banyak terlibat dalam suatu jaring-jaring makanan dalam tanah (Arief, 2001).Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui kondisi hewan tanah pada ekosistem rumput di FBS UNY, yaitu dengan melakukan pengamatan hewan-hewan pada kedalaman tertentu. Pengamatan tersebut dilakukan pada tiga plot. Pada plot pertama kami menemukan ada 4 ekor semut pada lapisan pertama, kemudian ditemukan pula hewan berwarna putih sebanyak 2 ekor. Pada plot ke dua ditemukan 4 ekor cacing di lapisan pertama, dan ditemukan hewan berwarna putih sebanyak 2 ekor. Selanjutnya pada plot ke tiga hanya ditemukan 2 ekor semut di lapisan pertama. Keberadaan hewan-hewan tanah sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Pengamatan hewan dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode sortir tangan dan ekstraksi hewan tanah dengan menggunakan metode ekstraktor panas. Metode sortir tangan adalah metode pengambilan cacing tanah yang paling baik dan hasilnya paling baik bila dibandingkan dengan metode yang lain. Metode ini dilakukan untuk hewan-hewan yang dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga dapat dilakukan secara langsung dengan sortir tangan. Kelemahan metode ini hanyalah karena metode ini membutuhkan banyak waktu dan tenaga dan ketelitian yang tinggi. Efisiensi metode ini telah dibuktikan oleh Raw, Nelson, dan satchel pada taun 1960 dan 1962.Pada metode ini tanah diambil pada kuadran (plot) yang telah ditentukan luasnya dari kedalamannya dan tanah itu dimasukan ke dalam suatu karung/plastik . namun untuk cacing tanah yang terdapat di dalamnya langsung disortir dan dihitung jumlahnya. Seperti pada pengamatan, kami menemukan cacing pada plot ke dua di lapisan tanah pertama. Pada plot II dengan ukuran luas 10x10 cm dan kedalaman 15 cm, kami menemukan 4 ekor cacing tepatnya pada lapisan pertama. Hal tersebut menunjukan tingkat kesuburan di lapisan tersebut cukup tinggi. Secara singkat dapat di jelaskan bahwa horizon O tersusun atas atau didominasi oleh bahan organik, pecahan-pecahan volumenya kecil sekali dan berwarna gelap dari horizon yang lain dan biasanya berada di atas horizonhorizon yang kondisinya menghambat perombakan bahan organik. Bila lapisan permukaan mencapai suatu ketebalan tertentu dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organik, maka horizon A akan terbentuk dan horizon B berada di bawah horizon A dimana partikel-partikel koloid di akumulasikan. Selain itu, dengan metode sortir pula kami menemukan semut dan hewan yang berwarna putih.Pengamatan juga dilakukan dengan metode dinamik dengan merangsang hewan tanah untuk berkumpul pada bejana koleksi dan kemudian diambil. Namun metode ini memiliki kekurangan karena yang akan terkumpul hanyalah hewan yang hidup dan aktif dan dapat mencapai tempat koleksi, sehingga hewan yang lemah tidak akan terambil. Kelemahan ini akan menyebabkan data yang di dapat akan rendah dri kenyataan yang sebenarnya (under estimate), selain itu pupa dan telur tidak akan di dapat. Cara pengambilan contoh tanah secara dinamik banyak macamnya. Pada metode ini hewan tanah dirangsang untuk meniggalkan sampel tanah. Rangsangan itu bisa berupa panas, listrik, zat kimia, atau kelembaban. Metode ini juga disebut metode kelakuan (behavioural) karena hewan tanah tadi menuju bejana koleksi sesuai dengan tanggapannnya terhadap rangsangan yang diberikan tadi. Pada metode dinamik dikenal metode ekstraksi kering, ekstraksi basah, ekstraksi kimia, dan ekstraksi listrik. Pada praktikum kali ini kami melakukan ekstraksi kering. Ekstraktor kering seperti pada alat corong Barlese Tullgren menggunakan panas untuk memaksa hewan tanah itu mennuju bejana koleksi. Pada pengukuran suhu sebelumnya, suhu tanah di ketiga plot tersebut sebesar 28C. Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah., dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah (Suin, 1997). Menurut Wallwork (1970), besarnya perubahan gelombang suhu di lapisan yang jauh dari tanah berhubungan dengan jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh pada permukaan tanah. Besarnya radiasi yang terintersepsi sebelum sampai pada permukaan tanah, tergantung pada vegetasi yang ada di atas permukaannya. Sedangkan pH tanah di ketiga plot tersebut adalah 7. Pengukuran pH tanah juga sangat diperlukan dalam melakukan penelitian mengenai fauna tanah. Suin (1997), menyebutkan bahwa ada fauna tanah yang hidup pada tanah yang pH-nya asam dan ada pula yang senang hidup pada tanah yang memiliki pH basa. Keadaan iklim daerah dan berbagai tanaman yang tumbuh pada tanahnya serta berlimpahnya mikroorganisme yang mendiami suatu daerah sangat mempengaruhi keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme. Faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme adalah reaksi yang berlangsung di dalam tanah, kadar kelembaban serta kondisi-kondisi serasi (Sutedjo dkk., 1996).Perbedaan jenis serta jumlah hewan tanah yang ditemukan pada masing-masing plot tersebut juga mungkin disebabkan oleh keberadaan vegetasi yang tumbuh pada tanah tersebut, karena keberadaan vegetasi juga mempengaruhi kelangsungan hidup organisme tanah yang berada di dalamnya.Pada praktikum kali ini hewan tanah yang dominan adalah cacing tanah. Sedangkan cacing tanah (Lumbricus terristris) itu sendiri merupakan contoh yang mewakili klas Chactopoda. Tubuhnya terbungkus oleh kutikula yang transparan guna untuk melindungi tubuh dari gangguan fisis atau khemis. Makanan cacing adalah bakteri, fungi, bahan-bahan tanaman yang mudah membusuk. Cacing tanah terdapat lubang-lubang, mempunyai pengaruh besar pada tanah-tanah yang ditumbuhi tanaman dan jarang dijumpai pada tanah yang kekurangan calcium, pada musim kering atau pada tanah asam.Salah satu organisme penghuni tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Secara umum, keberadaan aneka macam fauna tanah pada tanah yang tidak terganggu seperti padang rumput, karena siklus hara berlangsung secara kontinyu. Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam pembusukan zat atau bahan-bahan organik dengan cara : a. Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah bagi aktifitas bakteri dan jamurb. Melakukan pembusukan pada bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenis lignin c. Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humusd. Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atase. Membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah

G. KesimpulanBerdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada semua plot ditemukan hewan tanah, namun pada plot ketiga lapisan kedua tidak ditemukan hewan tanah. 1. Plot 1 Lapisan 1: semut (4 ekor) Lapisan 2: hewan berwarna putih (2 ekor)2. Plot 2 Lapisan 1: cacing (4 ekor) Lapisan 2: hewan berwarna putih (2 ekor)

3. Plot 3 Lapisan 1: semut (2 ekor) Lapisan 2: tidak ditemukan hewan

H. Daftar PustakaArief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta. Kanisius.

Barnes, B. V., Donald R. Z., Shirley R. D. and Stephen H. S. 1997. Forest Ecology. 4th Edition. John Wiley and Sons Inc. New York

Holmes W.E. and D.R. Zak. 1994. Soil microbial biomass dynamics and net nitrogen mineralization in Northern Hardwood ecosystems. Soil Sci. Soc. Am. J. 58:238-243. (e-book)

Killham K. 1999. Soil ecology. Cambridge University Press. United Kingdom

Kimball, J. W. 1999. Biologi. Jilid Tiga. Erlangga. Jakarta

Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Terjemahan Tjahjono Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press. Jakarta

Handayanto, E. 2007. BIOLOGI TANAH Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Yogyakata: Pustaka Adipura

http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/12/profil-tanah.html

Diposkan oleh ieLma 's Blog di 21.51 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestLabel: Laporan Praktikum Tidak ada komentar:Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Statistik pengunjung50711 My Profile

ieLma 's Blog Batang, Semarang, IndonesiaKeep your promise as it would measure your honesty,,,Lihat profil lengkapku FollowerKategori Artikel (3) Handout (3) Laporan Observasi (1) Laporan Praktikum (4) LKS (2) Makalah (7) Observasi (1) RPP (2) Arsip Blog 2012 (23) Maret (4) Februari (19) KULTUR JARINGAN/SEL HEWAN (animal tissue/cell cul... DAMPAK NEGATIF DARI PENGGUNAAN DAN HASIL TEKNOLOGI... PERBEDAAN KARAKTERISTIK VEKTOR KLONING PADA E. co... KONDISI HEWAN TANAH PADA EKOSISTEM RUMPUT FBS UNY HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN VEGETASI RUMPUT DENGAN K... KLASIFIKASI LAHAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN LA... KESUBURAN TANAH DAN PRODUKTIVITASNYA VERMICOMPOSTING MAU MATA SEHAT????? PENYEBAB KEMANDULAN PADA PRIA METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN INOVASI PEMBELAJARA... ETOGRAM DIAGRAM SEMUT PENGAMATAN MIMOSA PUDICA BATANG MERAH ETIKA LINGKUNGAN DAN DEEP ECOLOGY PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA SUKUNAN PERBEDAAN ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA SINTESIS ANTIBIOTIK DARI ASAM AMINO Alat Kontrasepsi Dalam Rahim HAKIKAT IPA DAN PEMBELAJARAN IPAlink Media Pembelajaran Metode Pembelajaran

Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.

http://ielmasblog.blogspot.com/2012/02/kondisi-hewan-tanah-pada-ekosistem.htmlASSALAMU 'ALAIKUM Ahlan Wa Sahlan Yaa Akhi Yaa UkhtiAHLAN WA SAHLAN Jumat, 12 April 2013PROFIL TANAH

1. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangTanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk. Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah. Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan Profil Tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.1.2 Tujuan dan KegunaanAdapun tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis dari tanah itu serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan acuan untuk pelaksanaan analisis dilaboratorium, serta sebagai bahan informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Profil TanahProfil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan secara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan kegiatan penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah pada Oksisol yang solumnya (tebal) pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3 3,5 meter (Kartasapoetra dan Mulyani, 1987).Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).Profil tanah yaitu urutan-urutan horizon tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan buli. Profil tanah dipelajari dengan mengenali tanah dengan lubang vertikal ke lapisan paling bawah. Warna, tekstur, ketebalan horizon dan kedalaman solum, sifat perakaran atau konkresi merupakan sifat-sifat penting tanah yang selanjutnya menjadi parameter pengukuran profil tanah (Tim Asisten dan Dosen, 2010).

2.2. Faktor-faktor Pembentuk TanahLima faktor yang mengontrol pembentukan dan perkembangan tanah (Jenny,1941), yaitu: bahan induk, iklim, organisme, relief dan waktu. Dalam kenyataannya ada interdependensi antar faktor, misalnya antara organisme dan iklim. Iklim dan organisme merupakan faktor pembentuk tanah yang aktif, sedangkan bahan induk adalah faktor pasif.Bahan Induk TanahTanah terbentuk dari bahan batuan yang mengalami fragmentasi dan proses pelapukan (fragmented rock material). Fragmented rock material dapat tetap di atas bedrock asal sebagai bahan yang relatif tidak padu (uncosolidated material) atau in situ, tapi kebanyakan telah tererosi dan ditransportasikan baik oleh air, angin, es atau gravitasi ke lain tempat membentuk deposit (debris mantles). Bahan-bahan deposit tak padu inilah (bukan solid bedrock) yang umumnya disebut sebagai bahan induk tanah (soil parent materials). Tanah bersama dengan debris atau bedrock yang terlapuk di bawahnya disebut sebagai regolith.Bahan yang merupakan asal tanah disebut sebagai BAHAN INDUK. Sedikit tanah yang berkembang secara langsung dari batuan di bawahnya. Kebanyakan tanah berkembang dari bahan-bahan dari tempat lain. Bahan-bahan di bagian bawah tanah biasan. Oleh karena batuan tersusun atas mineral-mineral yang beragam serta berbeda ketahanannya terhadap pelapukan, maka mineralogi bahan induk sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, tipe produk pelapukan, komposisi mineral dari tanah, dan kesuburan kimia tanah. IklimTanah bervariasi bergantung dari iklim. Suhu dan kelembaban menyebabkan perbedaan dalam pelapukan (weathering) dan pelindian (leaching). Sedangkan angin mendistribusikan pasir dan partikel lainnya terutama di daerah iklim arid. Jumlah, intensitas, waktu dan macam dari presipitasi mempengaruhi pembentukan tanah. Perubahan suhu musiman dan harian mempengaruhi kelembeban, aktifitas biologi, laju reaksi kimia dan tipe vegetasi.Faktor yang sangat berpengaruh atas pembentukan tanah. Iklim berpengaruh langsung terhadap pembentukan tanah melalui suhu dan curah hujan, dan secara tidak langsung melalui pengaruhnya atas vegetasi (organisme) dan berinteraksi dengan bentuk lahan (relief) dalam mempengaruhi hubungan air dan tanah.OrganismeOrganisme mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan tanah dengan berbagai macam cara. Penyebaran flora dan fauna tergantung sebagian besar kepada iklim, topografi, dan pengaruh bahan induk pengaruh organisme sulit dipisahkan dari pengaruh lainnya.Tetapi, pengaruh vegetasi tampak dalam perbedaan bahan organik antara hutan dan padang rumput. Pada hutan, input BO terbanyak pada permukaan tanah (mor humus), sedang pada rumput, penambahan BO juga terjadi pada tanah bawah dan tercampur dengan bahan mineral tanah (mull humus) oleh aktifitas fauna tanah.

ReliefAda 3 jalur utama pengaruh relief atas pembentukan tanah:a. pengaruh kelerengan atas jeluk tanahb. modifikasi pengaruh iklimc. mempengaruhi hubungan kelembabanWaktuPelapukan dan proses pembentukan tanah (pedogenesa) terjadi dalam waktu yang lama. Tahap awal terjadi pencampuran bahan organik dan perubahan kimia dan mineralogi pada bahan induk, selanjutnya perubahan kimia, mineralogi dan fisika tanah, sehingga membentuk horison yang jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu keadaan tanah yang tidak berubah dalam waktu yang lama.2.3. Sifat-sifat TanahA. WARNA TANAHWarna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief, 1979).Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat prinsip warnanya. Dalam menentukan warna cahaya dapat juga menggunakan Munsell Soil Colour Chart sebagai pembeda warna tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar atau matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting untuk diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan juga mineralogi tanah (Thompson dan Troen, 1978).Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah tertentu dalam tanah kebanyakan berwarna agak terang (light). Sebagai akibatnya, tanah-tanah itu berwarna agak kelabu terang, jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang sedikit mengalami perubahan kimiawi.Warna gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari bahan organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara praktis persentase bahan organik di dalam tanah diestimasi berdasarkan warnanya. Bahan organik di dalam tanah akan mengahsilkan warna kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida ataupun akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari warna-warna di atas.B. TEKSTURTekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu(Hakim et al, 1986).Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan besar, partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama perbandingan relatif suatu fraksi liat, debu dan pasir. Tekstur dapat menentukan tata air dalam tanah berupa akecepatanm infiltrasinya, penetrasi setta kemampuan mengikat air (Kartosapoetra, 1988).Jika beberapa contoh tanah ditetapkan atau dianalisa di laboratorium, maka hasilnya selalu memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung partikel-partikel yang beraneka ragam ukurannya, ada yang berukuran koloi, sangat halus, halus, kasar dan sangat kasar. Partikel-partikel ini telah dibagi ke dalam grup atau kelompok-kelompok atas dasar ukuran diameternya, tanpa memandang komposisi kimianya, warna, berat atau sifat lainnya. Kelompok partikel ini pula disebut dengan separate tanah. Analisa partikel laboratorium dimana partikel-partikel tanah itu dipisahkan disebut analisa mekanis. Dalam analisa ini ditetapkan distribusi menurut ukuran-ukuran partikel tanah (Hakim et al, 1986).Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode pipet dan metode hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Hakim et al, 1986).C. STRUKTURStruktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah seperti pasir , debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut dengan ped. Struktur yang daapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan akar.Tipe struktur terdapat empat bentuk utamanya yaitu :a. Bentuk lempungb. Bentuk prismac. Bentuk gumpald. Bentuk spheroidel atau bulatStruktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara, kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar. Struktur lapisan olah dipengaruhi oleh praktis dan di mana aerasi dan drainase membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang tinggi bagi produksi pertanian (Hakim et al., 1986)

III. METODOLOGI3.1. Letak Astronomi dan GeografisSecara astronomis lokasi pengamatan profil tanah terletak di desa Saule, Kecamatan Patallassang, Kabupaten Gowa dengan batas wilayah sebagai berikut:- Sebelah utara : pallaccina desa Pallantikang- Sebelah timur: balangpunia (gunung padang taring)- Sebelah selatan: desa borong plalang- Sebelah barat : bontolebaSecara Geografis lokasi pengamatan profil yaitu 119o 33 7,68 BT dan 05o 11 9,14 LS.3.2. Waktu dan tempatPraktek pengamatan profil tanah dilaksanakan di area persawahan desa Saule, Kecamatan Patallassang, Kabupaten Gowa pada tanggal 20 oktober 2012 pada pukul 10.00 sampai 13.00 WITA.3.3. alat dan bahanAlat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, linggis, skop, cutter, ring sample dan meteran.Bahan-bahan yang digunakan adalah kantong plastik, kertas label, pulpen, air, tanah, serta daftar isian profil.3.4. Prosedur KerjaSyarat-syarat penampang profilPengamatan profil dilaksanakan dengan syarat :1. Lubang penampang harus cukup besar supaya orang dapat dengan mudah duduk atau berdiri di dalamnya sehingga pengamatan dapat dilakukan dengan sempurna.2. Ukuran penampang pengamatan dipilih lubang penampang yang mendapat sinar matahari, di tempat miring penampang pengamatan dipilih pada dinding teratas. 3. Tanah bekas galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pengamatan.4. Penampang pewakil adalah tanah yang belum mengalami gangguan misalnya tanah timbunan.5. Jika berair, maka air yang berada di dalam penampang harus dikeluarkan sebelum pengamatan. 6. Pengamatan dilakukan pada lokasi sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi dan tidak terlalu sore).Sampel Tanah UtuhTahapan kerja pengambilan sampel tanah utuh yaitu :1. Meratakan dan membersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil kemudian meletakkan Ring Sample tegak lurus pada lapisan tanah tersebut.2. Menggali tanah disekeliling Ring Sample dengan sekop.3. Mengiris tanah dengan pisau sampai hampir mendekati Ring Sample.4. Menekan Ring Sample dengan papan sehingga tanah memenuhi ruang Ring Sample.Sampel Tanah TergangguTahapan kerja pengambilan sampel tanah terganggu yaitu :1. Mengambil tanah dengan sekop atau pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil.2. mengambil sampel tanah dan memasukannya ke dalam kantong plastik yang telah diberi label.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. HasilHasil yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan profil taanh di lapangan dapat dilihat pada tabel berikut ini :Parameter pengamatanLapisan

III

Kedalaman Lapisan (cm)50 cm35 cm

Batasan LapisanBerbaurBerbaur

Topografi Batas lapisanTidak teraturTidak teratur

Warna (munsell)Cokelat Cokelat kekuningan

TeksturLiatLiat berpasir

StrukturGranularGranular

KonsistensiLembab gemburBasah, agak lekat

KaratanAdaAda

Sumber: data primer 20124.2. PembahasanPada lapisan pertama kedalaman lapisan yaitu 50 cm sedangkan pada lapisan ke dua kedalaman lapisan yaitu 35 cm sedangkan pada area persawahan (tanah dangkal), lapisan I kedalamannya 0-25 cm, lapisan II kedalamannya 25-47 cm. Ini berarti tanah persawahan di desa saule lebih dalam daripada area persawahan umumnya. Hal ini terjadi karena tanah dalam mengalami pelapukan yang lebih hebat dari pada tanah dangkal. Namun, dalam hal perkembangan profil tanah tetap sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1982), bahwa perkembangan profil tanah dalam order Alfisol selalu maju seiring dengan perkembangan kejenuhan basa tinggi lebih dari 35 % pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.Batasan lapisan pertama dan kedua berbaur karena perbedaan warna antara lapisan pertama dan kedua hampir tidak dapat dibedakan dan biasanya disebabkan karena pencucian bahan organik lapisan pertama terbawa kelapisan kedua Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998), bahwa adanya perbedaan lapisan pada tanah disebabkan proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme atau proses humufikasi.Warna (munsell) lapisan pertama berwarna cokelat begitupun dengan lapisan kedua namun pada lapisan kedua warna lapisan cokelat kekuningan Hal ini disebabkan pada lapisan I, mengandung bahan organik yang lebih tinggi yang merupakan salah satu bahan yang mengendalikan warna pokok tanah. Selain itu juga banyak terdapat tumbuhan sehingga jika mati akan terurai. Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwowidodo (1991), bahwa tanaman yang mengalami penguraian akan memiliki warna tanah cenderung gelap. namun perbedaan warnanya hampir tidak bisa dibedakan. Tekstur pada lapisan pertama liat karena pada saat dipegang tanah ini lengket dan halus Hal ini disebabkan karena kandungan air pada tanah alfisol yang maksimum. Pada saat pengolahan akan sangat mudah tetapi bila sangat basah maka alat yang digunakan mudah lengket, sedangkan pada saat kering tanah tersebut akan sangat keras sehingga sukar untuk diolah. Tanah ini memiliki horizon B yang kaya akan liat. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1994), bahwa tanah yang berada pada horizon B cenderung mengandung tekstur tanah yang liat. sedangkan pada lapisan kedua liat berpasir, karena pada saat dipegang tanah ini lengket dan terdapat butiran-butiran pasir. Struktur pada lapisan pertama dan kedua granular.Konsistensi pada lapisan pertama lembab gembur dan pada lapisan kedua basah agak, lekat yang disebabkan volume air pada lapisan kedua berbeda dengan lapisan petama. Konsistensi tanah ditentukan dengan cara meremas segumpal tanah. Hal ini terjadi karena pada saat tanah tersebut diremas tanahnya lembab pada lapisan pertama dan pada lapisan kedua basah, agak lekat.Lapisan tanah dan kedua memiliki karatan Hal ini disebabkan karena tanah pada profil memiliki drainase yang baik karena tidak tergenang air, sehingga warnanya bercampur cokelat kemerah-merahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998) bahwa jika tanah memiliki sistem drainase yang baik, maka biasanya memberikan warna yang tidak terlalu gelap.

V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1. KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan dilapangan dapat disimpulkan bahwa pada lapisan pertama memiliki kedalaman 50 cm, lapisan kedua 35 cm, yang memiliki batas lapisan berbaur dan batas topografi masing-masing tidak teratur, warna pada lapisan pertama coklat sedangkan pada lapidan kedua coklat kekuningan, tekstur lapisan pertama liat sedangkan pada lapisan kedua liat berpasir, lapisan pertama dan kedua memiliki struktur masing-masing granular, konsistensi lapisan pertama lembab gembur sedangkan pada lapisan kedua basah agak lekat. Dan masing-masing lapisan memiliki karatan.5.2. SaranSebaiknya pada lahan tersebut jika selesai panen padi hendaknya jangan dibiarkan menganggur, sebaiknya ditanami sayur-mayur atau buah-buahan yang dapat menghasilkan keuntungan bagi pemilik lahan persawahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKABenito, 2011., ilmu tanah. http://benitohp.wordpress.com/2011/03/09/ilmu-tanah/. Diakses pada tanggal 9 maret 2011.

Foth, 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Foth., 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Hakim, N., Nyakpa Y.M., Lubis M.A., Nogroho G.S., Saul R.M., Diha A.M., Hong B.G., dan Bailey H.H., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung

Kartasapoetra. A. G., 1991. Pengantar Ilmu Tanah. PT Bhineka Cipta : Jakarta.Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah. CV Rajawali : Jakarta.Madi, 2012 laporan profil tanah. http://madi-cmos.blogspot.com/2012/02/laporan-profil-tanah.html. diakses pada tanggal 16 oktober 2011.Tim asisten dan dosen universitas hasanuddin. Penuntun praktikum dasar-dasar ilmu tanah. Makassar. 2012.Vivin, suryati, 2012., laporan profil tanah. http://vivinsuryati.blogspot.com/2010/12/laporan-profil-tanah.html.diakses pada tanggal 15 desember 2010

Diposkan oleh Andi Imha di Jumat, April 12, 2013 Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestLabel: DDIT Tidak ada komentar:Poskan KomentarPosting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) kalender!--Start: CutekiWidget-->

Cuteki e card birthday cars

Template Watermark. Gambar template oleh Juxtagirl. Diberdayakan oleh Blogger. http://andi-imha.blogspot.com/2013/04/profil-tanah.html About Bahan Kuliah Laporan Praktikum Tulisan Cerita

Melina RahmawatiBe you're self :)

Laporan Praktikum Pengamatan ProfilTanahLAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAHPENGAMATAN PROFIL TANAHDISUSUN OLEH :Nama : Melina RahmawatiNIM : D1B012016Kelas : Agribisnis DDosen : 1. Ir. Zurhalena M.P. 2. Ir. Endriani M.P.FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JAMBII. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangTanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karna interaksi antara, hidrosfer,atmosfer,litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organic yang dalam keadaan padat,gas, dan cair.Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan airTerdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan profil tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.1.2 Tujuan dan ManfaatTujuan praktikum ini adalah pengamatan langsung di lapangan mengenai Profil Tanah dan untuk mengamati lapisan- lapisan tanah.Manfaat praktikum adalah sebagai bahan informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.II. TINJAUAN PUSTAKATanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001)Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Berdasar definisi tanah, dikenal lima macam faktor pembentuk tanah, yaitu :1. Iklim2. Kehidupan3. Bahan induk4. Topografi5. Waktu.Dari kelima faktor tersebut yang bebas pengaruhnya adalah iklim. Oleh karena itu pembentukan tanah kering dinamakan dengan istilah asing weathering. Secara garis besar proses pembentukan tanah dibagi dalam dua tahap, yaitu proses pelapukan dan proses perkembangan tanah (Hardjowigeno, 1992).Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tetanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembapan tanah. Warna tanah dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni, tetapi campuran kelabu, coklat dan bercak, kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (Tan, 1995)Pengamatan warna tanah dengan indera menunjukkan warna tanah yang bervariasi, menggambarkan petunjuk tentang sifat-sifat tanah. Sifat tanah yang berkaitan dengan warna tanah kandungan bahan organik, kondisi drainase dan serasi. Warna tanah digunakan dalam menentukan klasifikasi tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon tanah, atas dasar warnanya yang muncul sebagai akibat gaya-gaya aktif dalam proses pembentukan tanah.Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam).Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk akibat penggarapan tanah disebut clod. Untuk mendapatkan struktur tanah yang baik dan valid harus dengan melakukan kegiatan dilapangan, sedang laboratorium elatif sukar terutama dalam mempertahankan keasliannya dari bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 1992).Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas type struktur, klas struktur dan derajat struktur. Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian menjadi bermacam-macam klas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 type tanah yaitu : type lempeng ( platy ), type tiang, type gumpal ( blocky ), type remah ( crumb ), type granulair, type butir tunggal dan type pejal ( masif ). Dengan pembagian klas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat kasar. Untuk semua type tanah dengan ukuran kelas berbeda-beda untuk masing-masing type. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan atas : tanah tidak beragregat dengan struktur pejal atau berbutir tunggal, tanah lemah ( weak ) yaitu tanah yang jika tersinggung mudah pecah menjadi pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah. Sedang/cukup yaitu tanah berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat dipecahkan, tanah kuat ( strong ) yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan (Koorevaar, 1987)Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan lempung membentuk agregat-agregat yang satu agregat denganagregat lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur horison-horison tanah sering berbeda satu dengan yang lainnya dan merupakan penciri yang penting darisifat tanah, sama halnya dengan tekstur dan warna tanah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan porositas, tersedianya unsur hara kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan. Struktur tanah yang sempurna mampu memperbaiki sistemaerasi dan gerakan air (Bale, 2001).Proses pelapukan adalah berubahnya bahan penyusun didalam tanah dari bahan penyusun batuan. Sedangkan proses perkembangan tanah adalah terbentuknya lapisan tanah yang menjadi ciri, sifat, dan kemampuan yang khas dari masing masing jenis tanah. Contoh proses pelapukan adalah hancurnya batuan secara fisik, sedangkan contoh untuk peristiwa perkembangan tanah adalah terbentuknya horison tanah, latosolisasi (Darmawijaya, 1990 ).Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:1. PasirApabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.1. Pasir BerlempungApabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.1. Lempung BerpasirApabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.1. LempungApabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.1. Lempung BerdebuApabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.1. DebuApabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.1. Lempung BerliatApabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.1. Lempung Liat BerpasirApabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.1. Lempung Liat BerdebuApabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.1. Liat BerpasirApabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.1. Liat BerdebuApabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.1. LiatApabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan (Hardjowigeno, 1992).Tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapatdalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnyadipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandunganbahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimanakandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi olehbentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanahyang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu-abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besiditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih terang (Hardjowigeno, 1992)Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.Macam macam Konsistensi Tanaha. Konsistensi BasahTingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:(1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.(4) Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.b. Konsistensi LembabPada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai berikut:(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.(4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.(5) Sangat Teguh/Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.c. Konsistensi KeringPenetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori sebagai berikut:1. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).2. Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.3. Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.4. Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.5. Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul) (Sarief, 1986)Penelitian mengenai sifat tanah bertujuan untuk meneliti sifat-sifat tanah di lapangan dan mengklasifikasikannya ke dalam suatu ordo, maka kita dapat melakukan suatu pengamatan melalui profil tanah, Dengan mengamati profil tanah, kita dapat menganalisa tekstur, struktur, konsistensi, warna tanah, bahan organik, aktivitas fauna, perakaran yang terdapat dalam tanah, dan sebagainya pada suatu wilayah.tentunya Pengamatan pada profil tanah tidak dapat dilakukan secara individual. Dikarenakan dalam suatu pengamatan, setiap orang akan berbeda dalam mengkelaskan (misal tekstur dan struktur), dibutuhkan sensitivitas/kejelian setiap orang dalam menginterpretasikan suatu sifat tanah (Pipit, 2011).Pengamatan tanah dengan indera memiliki fungsi agar kita dapat mengetahui dan merasakan struktur tanah, tekstur tanah maupun warna tanah. Dengan demikian, kita juga dapat membedakan jenis-jenis tanah tersebut. Peranan untuk kegiatan sehari-hari dapat diaplikasikan di bidang Pertanian, Sipil, Geologi, Geografi dan segala bidang yang berhubungan dengan tanah.III. METODOLOGI3.1 Tanggal PraktikumDilaksanakan pada hari rabu, tanggal 13 November 2013, pukul 08.00-10.00 WIB, dilahan ilmu tanah Universitas Jambi.3.2 Materi PraktikumPengamatan Profil Tanah3.3 Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah contoh tanah jenis tertentu dan air.Alat yang digunakan yaitu meteran, buku munsell soil color chart, cutter, cangkul, pisau lapang, botol yang berisi air, lembar pengamatan, dan alat tulis.3.4 Prosedur Kerja1. Menggali lubang, membuat lubang penampang harus besar, agar orang dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya agar pemeriksaan berjalan lancar.2. Beri batas tiap-tiap horizon dan ukur masing-masing horizon dengan menggunakan meteran.3. Ambil sampel tanah pada tiap-tiap horizon dengan menggunakan pisau lapang, lalu amati :1. Warna Tanaha. Diambil sedikit tanah gumpal, lalu dilembabkan dengan air secukupnya (permukaannya tidak mengkilap)b. Diletakkan di bawah lubang kecil pada buku Munsell Soil Color Chartc. Dicatat notasi warna (Hue, Value, Chroma) dan nama warna. Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.2. Tekstur Tanaha. Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng, kemudian dibahasi dengan air hingga tanah dapat ditekan.b. Contoh tanah dipijit dan diraba agar bisa merasakan besar halusnya tanah.Jika :(a) Rasa berat, halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik dan mudah digulung kemungkinan besar teksturnya LIAT(b) Rasa agak licin, agak lekat, dapat dibentuk bola agak teguh dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, kemungkinan tekstur tanahnya LEMPUNG BERLIAT(c) Rasa tidak kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, kemungkinan tekstur tanahnya LEMPUNG(d) Rasa kasar sangat jelas, tidak melekat, tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, kemungkinan tekstur tanahnya PASIR(e) Rasa kasar agak jelas, sedikit sekali melekat, dapat dibuat bolam dan mudah hancur,kemungkinan tekstur tanahnya LEMPUNG BERPASIR3. Struktur Tanaha. Sebongkah tanah diambil dari horison tanah, kemudian dipecah dengan cara menekannya dengan jari atau dijatuhkan dari ketinggian tertentub. Pecahan tanah yang terbentuk secara alami menjadi agregat mikro yang merupakan kelas struktur tanah4. Konsistensia. Contoh tanah dalam berbagai kandungan air (Konsistensi basah, konsistensi kering dan konsistensi lembab) diamati dengan cara dipijit dengan ibu jari dan telunjuk.b. Pengamatan dimulai dari konsistensi kering, lembab dan basah dengan cara menambah air dengan botol yang berisi air pada contoh tanahnyaIV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HasilLapisan12345

Dalam (CM)0-1313-2626-4646-70>70

BatasKejelasanAbrutClearGradualDiffuse

TopografiSmoothWavySmoothSmooth

WarnaMatrix (Lembab)Dark Brown7,5 YR 3/2Cokelat Terang7,5 YR 5/6Strong Brown7,5 YR 4/6Strong Brown7,5 YR 5/8Strong Brown7,5 YR 5/8

TeksturGranulairGumpalGumpalGumpal BersudutGumpal Bersudut

Kerikil/BatuLempung BerpasirLempung Liat BerpasirLiat BerpasirLiatLiat

Konsis-tensiLembabGembur, Agak LekatTeguh, LekatTeguh, LekatTeguh, Sangat LekatSangat Teguh, Sangat Lekat

4.2 PembahasanBerdasarkan hasil dari pengamatan yang dilakukan pada percobaan profil tanah di lapangan, saya dapat membahas bahwa terlihat adanya lapisan yang terdiri dari lapisan I, lapisan II, lapisan III, lapisan IV dan lapisan V. Pada pengamatan profil tanah, lapisan I memiliki kedalaman 0-13 cm, lapisan ke II memiliki kedalaman 13-26 cm, lapisan III memiliki kedalaman 26-46 cm, lapisan IV memiliki kedalaman 46-70 cm dan lapisan V memiliki kedalaman > 70 cm. Sedangkan batas lapisan-lapisanya, pada lapisan I kejelasan Abrut dan topografi Smooth, lapisan II kejelasan Clear dan topografi Wavy, lapisan III kejelasan Gradual dan topografi Smooth, lapisan IV kejelasan Diffuse dan topografi Smooth dan pada lapisan V tidak diketahui, ini disebabkan karna adanya perbedaan kedalaman tanah pada tiap lapisan dalam proses pencucian dimana pada saat hujan, air tersebut akan mengalir turun ke lapisan bawah bersama mineral tanah dengan kecepatan tinggi sehingga menyebabkan adanya perbedaan horizon. Perbedaan lapisan tanah disebabkan oleh:Topografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah. Perbedaan topografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. Tanah pada daerah lereng infiltrasi kurang dibandingkan kehilangan melalui runcff. Sedangkan pada daerah datar/rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih banyak untuk proses genesis tanah.Warna tanah dipengaruhi kandungan bahan organik, mineral, drainase, kandungan air, dan aerasi. Pada pengamatan profil tanah ditemukan perbedaan warna dari setiap lapisan, lapisan I berwarna Dark Brown, lapisan II berwarna Cokelat Terang, lapisan III berwarna Strong Brown, lapisan IV berwarna Strong Brown dan lapisan V juga berwarna Strong Brown.Tekstur tanah ialah perbandingan tanah yang menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (2mm). Pada pengamatan profil tanah, diperoleh data lapisan I berupa Lempung Berpasir, lapisan II berupa Lempung Liat Berpasir, lapisan III berupa Liat Berpasir, lapisan IV berupa Liat, dan lapisan V berupa Liat. Tekstur tanah penting untuk diketahui, karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika kimia, dan kimia tanah. Hal ini dikarenakan adanya proses pencucian.Konsistensi tanah adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang bekerja di dalam massa tanah dengan kandungan air yang berbeda-beda. Konsistensi ditetapkan dalam keadaan basah, lembab dan kering, dan pada pengamatan kali konsistensi yang diamati pada keadaan lembab. Pada lapisan I konsistensinyan adalah Gembur dan Agak lekat, lapisan II konsistensinya adalah Teguh dan Lekat, lapisan III konsistensinya adalah Teguh dan Lekat, lapisan IV konsistensinya adalah Teguh dan Sangat Lekat, dan lapisan V konsistensinya adalah Sangat Teguh dan Sangat Lengket.V. KESIMPULANProfil tanah disusun oleh lapisan-lapisan tanah atau lebih dikenal dengan horison-horison. Horison yang menyusun solum tanah adalah horison A ( A1, A2, A3 ) dan horison Bahan-bahan ( B1, B2, B3 ) serta ditambah dengan horison C dan horison Reaksi yang kedua horison ini tidak kami ketemukan dalam praktikum dan tanah terdiri dari hasil pelapukkan batuan yang bercampur dengan bahan organik.Proses perkembangan atau penyusunan tanah yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan sifat-sifat tanah pada suatu daerah. Sifat fisik tanah pada setiap lapisan / horison dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, porositas tanah, warna tanah, drainase tanah, serta keadaan perakaran dan lingkungan.Berdasarkan hasil pengamatan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa :a. Lapisan I mempunyai kedalaman 0-13 cm dan memiliki batas kejelasan aburt, topografi batas lapisan smooth, warna dark brown, tekstur lempung berpasir, konsistensi lembab gembur dan agak lekatb. Lapisan II mempunyai kedalaman 13-26 cm dan memiliki batasan kejelasan clear, topografi batas lapisan wavy, warna cokelat terang, tekstur lempung liat berpasir, konsistensi lembab teguh dan lekat.c. Lapisan III mempunyai kedalaman 26-46 cm dan memiliki batasan kejelasan gradual, topografi batas lapisan smooth, warna strong brown, tekstur liat berpasir, konsistensi lembab teguh dan lekat.d. Lapisan IV mempunyai kedalaman 46-70 cm memiliki memiliki batasan kejelasan diffuse, topografi batas lapisan smooth,warna strong brown, tekstur liat, konsistensi lembab teguh dan sangat lekat.e. Lapisan V mempunyai kedalaman > 70 cm memiliki warna strong brown, tekstur liat, konsistensi lembab sangat teguh dan sangat lekat.f. Faktor- faktor pembentukan tanah yaitu kemiringan, material asal, organisme hidup, waktu, dan iklim.Share this: Twitter Facebook Google Leave a Reply Top of Form

Bottom of Form

Pages About About Me :) Bahan Kuliah Agroklimatologi Dasar-Dasar Agronomi Dasar-Dasar Ilmu Tanah Dampak Defisiensi HaraMakro Metode Ilmiah Sosiologi Pedesaan danPertanian Macam-Macam Sistem Pertanian Teknologi Informasi Multimedia Hardware dan SistemOperasi Laporan Praktikum Agroklimatologi Dasar-Dasar Ilmu Tanah Laporan Praktikum Pengamatan ProfilTanah Tulisan Cerita Cerita dan TulisanMotivasi Cerita Humor Cerita Inspiratif Cerita IslamJam dan Kalender

Animasi Cartoon

Top of Form

Bottom of Form

Melina melinarahmaw15Follow me on Twitter @Melly_nhaMy Tweets

My MusicArchives December 2013Meta Register Log in Entries RSS Comments RSS WordPress.comBlog at WordPress.com. The Strange Little Town Theme. Follow Follow Melina RahmawatiTop of FormGet every new post delivered to your Inbox.Bottom of FormPowered by WordPress.comhttp://melinarahmaw15.wordpress.com/teknologi-informasi-multimedia/dasar-dasar-ilmu-tanah/laporan-praktikum-pengamatan-profil-tanah/diana blog Kamis, 03 Januari 2013Mikrobiologi Tanah

PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2012Identifikasi dan Isolasi Mikroorganisme Tanah di Daerah PerakaranTanaman Putri Malu (Mimosa pudica)

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara mengisolasi mikroorganisme pada tanah akar Putri Malu (Mimosa pudica) dan menghitung jumlah sel melalui metode Colony Form unit (CFU) serta mengidentifikasi mikroorganisme pada tanah akar putri malu (Mimosa pudica). Metode: Sampel tanah yang diambil sebanyak satu ikat yang berada di depan Pura Universitas sebelas Maret. Sterilisasi alat dan bahan menggunaka autoclave dengan sterilisasi alat selama satu jam dan bahan menggunakan sterilisasi selama 30 menit. Pembuatan media NA dengan konsentrasi 3.2%. Dalam enumerasi dilakukan pengenceran 10-6. Isolasi dengan agar cawan tuang kemudian pertumbuhan bakteri diamati dengan menggunakan metode CFU per gram tanah. Identifikasi bakteri dengan menggunakan pengamatan berupa morfologi dan uju pewarnaan gram. Hasil: isolasi mikroba tanah pada perakaran tanaman Putri Malu dilakukan dengan cara media agar cawan tuang dengan menggunakan pengenceran 10-6. Pada cawan A, pengamatan pertama ditumbuhi koloni sebanyak 17, 1 X 107 CFUs/gram tanah dan pengamatan kedua sebanyak 20,4 X 107 CFUs/gram tanah. Pada cawan B, pengamatan pertama ditumbuhi koloni sebanyak 13,9 X 107 CFUs/gram tanah dan pengamatan kedua sebanyak 16,9 X 107 CFUs/ gram tanah. Bakteri yang ditemukan dalam percobaan ini adalah terdapat 3 koloni yang berbeda yaitu koloni berwarna putih, orange berlendir, dan hijau berlendir. Bakteri yang morfologi koloninya berwarna putih dan dalam pewarnaan gram menghasilkan warna merah sehingga termasuk bakteri gram negatif, bentuk basil yang diidentifikasi adalah Rhizopus sp. Pada bakteri yang mempunyai koloni berwarna orange, bentuk koloninya bulat dan bakteri yang koloninya berwarna hijau berlendir, bentuk koloninya bulat, kedua bakteri tersebut termasuk bakteri gram negatif karena pada pewarnaan gram menghasilkan warna merah. Dari kedua uji tersebut dapat diidentifikasi sebagai bakteri penambat N non simbiotik.

A. Tujuan1. Mengetahui cara mengisolasi mikroorganisme pada tanah akar Putri Malu (Mimosa pudica)2. Menghitung jumlah sel melalui metode Colony Form unit (CFU)3. Mengidentifikasi mikroorganisme pada tanah akar Putri Malu (Mimosa pudica)B. Tinjauan PustakaRasti saraswati, dkk (2007:10) menyatakan tanah merupakan suatu sistem kehidupan yang kompleks yang mengandung berbagai jenis organisme dengan beragam fungsi untuk menjalankan berbagai proses vital bagi kehidupan terestrial. Mikroba bersama-sama fauna tanah melaksanakan berbagai metabolisme yang secara umum disebut aktivitas biologi tanah. Perannya yang penting dalam perombakan bahan organik dan siklus hara menempatkan organisme tanah sebagai faktor sentral dalam memelihara kesuburan dan produktivitas tanah. Menurut Rasti Saraswati (2008:42), populasi mikroba tanah yang terdiri atas alga biru-hijau, fitoplankton, bakteri, cendawan, dan aktinomiset pada permukaan dan lapisan olah tanah mencapai puluhan juta setiap gram tanah, yang merupakan bagian integral dan pembentuk kesuburan tanah pertanian. Menurut Rasti saraswati, edi husen dan simanungkali (2007:10-11), bakteri adalah organisme prokariotik bersel tunggal dengan jumlah kelompok paling banyak dan dijumpai di tiap ekosistem terestrial. Walaupun ukurannya lebih kecil daripada aktinomisetes dan jamur, bakteri memiliki kemampuan metabolik lebih beragam dan memegang peranan penting dalam pembentukan tanah, dekomposisi bahan organik, remediasi tanahtanah tercemar, transformasi unsur hara, berintegrasi secara mutualistik dengan tanaman, dan juga sebagai penyebab penyakit tanaman. Cendawan (fungi) adalah mikroorganisme eukariotik yang berbentuk filamen. Cendawan biasanya terdapat pada tempat-tempat yang banyak mengandung substrat organik. Peran cendawan dalam suatu ekosistem biasanya sebagai perombak bahan organik, agen penyakit, simbion yang menguntungkan, dan agen agregasi tanah. Metode agar cawan merupakan cara yang biasa digunakan untuk menghitung total cendawan karena baik untuk mikroorgaisme berspora dan cendawan lebih cepat tumbuh. Actinomycetes termasuk bakteri yang berbentuk batang, gram positif, bersifat anaerobik atau fakultatif. Struktur Actinomycetes berupa filament lembut yang sering disebut hifa atau miselia, sebagaimana yang terdapat pada fungi, memiliki konidia pada hifa yang menegak. Actinomycetes merupakan bakteri yang bereproduksi dengan pembelahan sel, rentan terhadap pinicilin tetapi tahan terhadap zat antifungi (Rollin and Joseph, 2000).Actinomycetes selalu ditemukan pada substrat alam, seperti tanah dan kompos, air kolam, bahan makanan, dan di atmosfer. Laut dalam, bukan merupakan habitat yang baik bagi Actinomycetes. Actinomycetes hidup dan memperbanyak diri dalam tanah dan kompos (Purwadisastra, 1973).Streptomyces merupakan genus yang paling banyak ditemukan di tanah dan kompos (Waksman, 1967). Pada tanah yang kering dan panas (hangat), banyak ditemukan Actinomycetes, seperti Streptomyces, kelompok mikroorganisme ini menyebabkan bau musty, yaitu bau seperti tanah yang baru dibajak (Budiyanto, 2004).Menurut Ambarwati dan Azizah Gama T (2009 : 103), keberadaan Actinomycetes dalam tanah Sebanyak 22 genus Actinomycetales telah berhasil diisolasi dari sampel tanah yang berasal dari 12 tempat di Yunnan dan 91% diindikasikan sebagai Streptomyces. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa pada tanah yang lebih kering, lebih tandus dan lebih dingin, lebih banyak ditemukan Streptomyces.Habitat Streptomyces adalah di tanah, bahkan 70% mikroorganisme yang ada di tanah adalah Streptomyces (Rao, 2001). Di tanah yang subur seperti daerah rhizosfer jumlah Streptomyces akan lebih banyak. Actinomycetes merupakan bakteri yang memiliki morfologi mirip fungi karena dapat membentuk filamen. Sedangkan menurut Coyne (1999) Actinomycetes dapat dibedakan dengan fungi berdasarkan dua karakter penting, yaitu1. Actinomycetes tidak memiliki nukleus sejati sehingga digolongkan sebagai prokariot.2. Actinomycetes membentuk hifa yang berdiameter 0,5-1,0 m, hifa ini lebih kecil dari hifa fungi yang berdiameter 3,0 8,0 m.Rasti saraswati, Edi husen dan Simanungkalit (2007 : 10), keberadaan mikroba di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah. Ungkapan Beijerinck (the Father of Microbial Ecology) Every-thing is everywhere and the milieu selects menjelaskan besarnya peran faktor lingkungan dalam seleksi mikroba; lingkungan yang memilih, jenis mikroba mana saja yang dapat hidup dan berkembangbiak dalam suatu ekosistem tanah tertentu. Perbedaan berbagai atribut mikroba pada berbagai kondisi tanah disebabkan antara lain oleh perbedaan jenis dan kandungan bahan organik, kadar air, jenis penggunaan tanah dan cara pengelolaannya. Sedangkan menurut Budiyanto (2004), populasi mikroorganisme dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jumlah dan jenis zat hara dalam tanah, kelembaban, tingkat aerasi, suhu, pH dan perlakuan pada tanah, seperti pemupukan atau terjadinya banjir.Saraswati et al. (2004:169-189) secara umum menggolongkan fungsi mikroba menjadi empat, yaitu (1) meningkatkan ketersediaan unsur hara tanaman dalam tanah, (2) sebagai perombak bahan organik dalam tanah dan mineralisasi unsure organik, (3) bakteri rizosfer-endofitik untuk memacu pertumbuhan tanaman dengan membentuk enzim dan melindungi akar dari mikroba patogenik, (4) sebagai agensia hayati pengendali hama dan penyakit tanaman. Berbagai reaksi kimia dalam tanah juga terjadi atas bantuan mikroba tanah (Yoshida 1978 : 445-463). Mikroba berguna (effective microorganisme) sebagai komponen habitat alam mempunyai peran dan fungsi penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi. Dalam aliran .pertanian input organik., mikroba diposisikan sebagai produsen hara, tanah dianggap sebagaimedia biosintesis, dan hasil kerja mikroba dianggap sebagai pensuplai utama kebutuhan hara bagi tanaman. Di Amerika Serikat,mikroba tanah dipandang sangat penting, sehingga menjadi salah satu indikator dalam menentukan indeks kualitas tanah (Karlen et al. 2006 : 484-495). Semakin tinggi populasi mikroba tanah semakin tinggi aktivitas biokimia dalam tanah dan semakin tinggi indeks kualitas tanah.Rasti Saraswati dan Sumarno (2008 : 42), proses dekomposisi dan mineralisasi hara yang berasal dari bahan organik dalam tanah dan fiksasi nitrogen oleh rhizobia merupakan kegiatan mikroba tanah yang berperan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah. Di samping itu, mikroba sebagai perantara dalam reaksi kimia dan proses fisik secara metabolik di atas permukaan dan dalam tanah dapat mengurangi dampak negatif kontaminasi logam berat.Pengambilan contoh tanah rizosfir/rizoplan menurut Rasti saraswati, edi husen dan simanungkalit (2007:7)1. Rizosfir merupakan porsi tanah yang langsung dipengaruhi oleh akar tanaman, sedangkan rizoplan adalah permukaan akar dengan tanah yang melekat kuat pada permukaannya. Batas rizosfir dimulai dari permukaan akar sampai ke batas dimana akar tidak lagi berpengaruh langsung terhadap kehidupan mikroba (bisa mencapai 5 mm).2. Tetapkan tanaman yang akan digali dan bersihkan permukaan tanah di bawah tajuk dari daun atau serasah.3. Gali tanah di bawah tajuk di sekitar perakaran secara perlahan-lahan dengan sendok tanah atau spatula. Kemudian pisahkan akar dari bongkahan tanah besar dan membiarkan sebanyak mungkin tanah yang melekat pada akar.4. Potong bagian tajuk tanaman di dekat pangkal akar lihat pada gambar kemudian masukkan akar beserta tanah yang melekat ke dalam plastik, beri label, dan selanjutnya masukkan ke dalam kotak es.Gambar. Akar beserta tanah yang melekat kuat diambil sebagai contoh tanah rizosfir atau rizoplan (CR)5. Pengambilan contoh rizosfir/rizoplan kedua dari jenis tanaman yang berbeda dilakukan setelah semua peralatan bersih dan steril dengan cara seperti dijelaskan pada bagian alat dan bahan di atas.

Putri Malu (Mimosa pudica)Tanaman putri malu tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan terlantar, dan tempat - tempat terbuka yang terkena sinar matahari. Tumbuhan asli Amerika tropis dapat di temukan pada ketinggian 1-1200 m, cepat berkembangbiak, tumbuh memanjat atau berbaring, tinggi 0,3 - 1,5 m. (Dalimartha. S, 2003).Mimosa pudica termasuk dalam famili leguminosa. Pada akar-akarnya terdapat bintil yang berkembang sebagai akibat penetrasi bakteri pengikat nitrogen (spesies Rhizobium) ke dalam rambut akar. Bakteri tersebut memasuki akar terutama melalui rambut akar. Sambil memperbanyak diri, bakteri tersebut membentuk benang infeksi dengan terkurungnya dalam selubung dari bahan seperti gum (Fahn, 1991).Adapun ciri ciri umum bakteri Rhizobium adalah merupakan gram negatif, bersifat aerob, berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,5 0,9 m x 1,2 3 m. Bakteri ini termasuk dalam famili Rhizobiaceae. Bakteri ini banyak terdapat di dalam daerah perakaran tanaman legume dan membentuk hubungan simbiotik inang khusus (Yuwono.T, 2006).

C. Alat dan BahanAlatalat yang dibutuhkan dalam percobaan ini meliputi dua buah cawan petri yang digunakan sebagai tempat media dan untuk tempat media isolasi bakteri. Satu buah pipet mikro yang digunakan untuk mengambil dan mengukur volume larutan pada pengenceran. Satu buah pipet tetes untuk mengambil aquades dalam proses pengenceran. Satu buah batang L digunakan untuk meratakan tetesan pengenceran pada media. Satu buah bunsen yang digunakan mensterilkan alat pada proses inkubasi. Satu buah rak tabung reaksi yang digunakan untuk menempatkan tabung reaksi. Empat buah tabung reaksi yang digunakan sebagai tempat pengenceran. Satu buah gelas ukur 10ml yang digunakan untuk mengukur volume aquades. Satu buah gelas beker 100ml untuk mengukur volume aquades . Dua buah gelas beker yang digunakan untuk wadah melarutkan bubuk NA. Satu buah autoclave yang digunakan untuk mensterilkan alat dan bahan. Tiga buah kertas buram yang digunakan untuk membungkus cawan petri. Karet gelang secukupnya yang digunakan untuk mengikat mulut erlenmeyer. Tiga buah objeck glass yang digunakan untuk menempatkan preparat yang akan diamati. Tiga buah deg glass yang digunakan untuk menutup preparat pada objeck glass. Satu buah mikroskop yang digunakan untuk mengamati preparat yang telah dibuat. Satu buah mikroskop yang digunakan untuk mengamati preparat. Enam buah pipet tetes untuk memindahkan larutan dalam ukuran tetes. Satu buah kain lap yang digunakan untuk mengeringkan alat yang telah dicuci. Kapas dan alumunium foil secukupnya yang digunakan untuk menutup mulut erlenmeyer sebelum di sterilkan. Plastik tahan panas secukupnya yang digunakan untuk melapisi alat dan bahan yang akan disterilkan pada autoclave.Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini meliputi 1 gram tanah pada akar putri malu (Mimosa pudica) yang digunakan sebagai tempat hidup mikroorganisme, 0.45 gram bubuk NA untuk membuat media NA, Alkohol 70 % secukupnya digunakan untuk dekolorisasi pada saat pewarnaan. Aquades 14 ml yang digunakan dalam proses pembuatan media, pengenceran menggunakan aquades 19.8 ml dan pencucian saat pewarnaan juga menggunakan aquades. Masing-masing 1,5 ml larutan gentian violet, iodium, safranin yang digunakan dalam proses pewarnaan. D. Cara KerjaSterilisasi Alat Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan ini. Kemudian membungkus cawan petri pada posisi terbalik dengan kertas buram lalu memasukkan ke dalam plastik dan mengikat dengan karet gelang dan menutup mulut tabung reaksi dengan kapas dan alumunium foil, mengikat dengan karet gelang. Semua alat-alat tersebut di masukkan kedalam plastik tahan panas. Lalu memasukkan ke dalam autoclave dengan penataan yang rapi. Kemudian mensterilakan alat dengan autoclave selama 1 jam dengan suhu 121C dan tekanan 7.55 kg. Setelah berbunyi dering jangan langsung diambil tunggu hingga suhu turun menjadi angka 0. Kemudian keluarkan alat dari autoclave.Pembuatan media NA dan Sterilisasi BahanSiapakan alat dan bahan yang digunakan. Menimbang NA bubuk sebanyak 0.45 gram atau 3,2% dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian larutkan bubuk NA dengan 14 ml akuades dalam gelas beker. Lalu menghomogenkan larutan NA dengan magnetic stirrer. Kemudian memindahkan larutan NA ke dalam Erlenmeyer, kemudian menutupnya dengan kapas dan alumunium foil, lalu mengikat dengan karet gelang. Media NA dalam percobaan ini menggunakan konsentrasi 3.2%.Sterilisasi media dengan autoklave selama setengah jam seperti halnya prosedur pada sterilisasi alat. Setelah bel berbunyi dari autoklaf kemudian mematikan sumber listrik serta mununggu hingga suhu turun menuju angka 0 barulah autoklaf dapat di buka.Setelah itu media yang telah dibuat dalam Erlenmeyer didekatkan pada api bunsen agar selalu terjaga kesterilannya. Kemudian mengambil cawan petri yang sudah disterilisasi kemudian sterilisasi dengan api bunsen yang menyala, kemudian menuang media NA yang sudah dibuat ke dalam cawan petri, putarputar media tersebut dekat api bunsen, kemudian menunggu hingga media membentuk agar lalu membungkus media agar cawan menggunakan kertas buram dengan posisi cawan yang berbalik. Isolasi dan enumerasiMenyiapkan tanah sampel sebanyak 1 gram. Kemudian mengencerkan tanah pada akar tanaman Putri Malu (Mimisa pudica) sampai tingkat konsentrasi mencapai 106 dengan menggunakan akuades sebanyak 19,8 ml yaitu dengan mengambil 1 gram tanah diencerkan dalam 9 gram aquades dan kemudian mengambil 1 mL dari larutan tadi lalu encerkan dengan 9 mL aquades. Kemudian ambil 0.1 mL hasil larutan tadi dengan menggunakan mikropipet lalu encerkan dengan aquades sebanyak 9.9 mL. Setelah itu ambil lagi dari larutan tadi sebanyak 0.1 mL kemudian encerkan dengan 9.9 mL aquades. Hasil pengenceran tadi adalah 10-6.Kemudian mengambil media NA yang telah disiapkan, kemudian mendekatkanya pada api Bunsen dengan cara diputar-putar. Lalu mengambil 1 ml air hasil pengenceran dengan menggunakan pipet mikro, kemudian meneteskan air sampel sebanyak pada cawan petri yang sudah ada media NA, ratakan menggunakan batang L. Lalu bungkus cawan petri dengan menggunakan kertas buram kemudian memasukannya dalam inkubator selama 24 jam. Lalu amati dan hitung jumlah sel bakteri pada setiap sampel.1 mL

0.1 mL

0.1 mL

1 gram tanah sampel

9 aquades

9 aquades

9.9 aquades

9.9 aquades

Gambar: enumerasi seri pengenceran 10-6

Identifikasi bakteri dari tanah pada perakaran tanaman Putri malu (Mimosa pudica) dilakukan dengan berbagai macam kriteria yaitu dengan pengamatan, meliputi morfologi bakteri dan uji pewarnaan gram. Pada pengamatan morfologi bakteri dilakukan pengenalan warna, pinggiran, dan bentuk koloni. Setelah diperoleh koloni yang terpisah dapat dilakukan berbagai uji pewarnaan gram (Nurjannah. 2001:78)Pembuatan preparatMempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Membersihkan object glass sehingga bebas lemak. Dengan ose membuat goresan tipis dari biakan bakteri pada permukaan yang telah dibersihkan. Menggeringkan goresan dikeringkan dengan api. Mefiksasi dengan cara menyentuhkan permukaan object glass tiga kali berturut-turut pada ujung api bunsen. Setelah didinginkan preparat siap untuk di cat.Pewarnaan preparatMenyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. menggenangi preparat yang sudah jadi dengan larutan zat warna gentianviolet selama 1-2 menit. membuang sisa cat dengan menyiramkan aquades. Menggenangi preparat dengalarutan iodium selama 30 detik sampai 1 menit. Melakukan decolorisasi preparat dengan alkohol. menggenangi preparat dengan larutan safranin selama 1-2 menit. Mencuci dengan aquades dan keringkan. Kemudian mengamati dibawah mikroskop.

E. Data PengamatanIsolasi mikroorganisme dari substrak cair dengan metode pengenceran dan penghitungan CFUHariSebaranCawan petriVolume sebaranKeterangan Jumlah koloni

1.NA 10-6A0.1 mLKoloni putih 171

NA 10-6B0.1 mLKoloni putih139

2.NA 10-6A0.1 mLKoloni putihKoloni hijau berlendirKoloni orange berlendir19653

NA 10-6B0.1 mLKoloni putih berlendirKoloni hijau berlendirKoloni orange berlendir16162

Identifikasi bakteri dari morfologi dan pewarnaan gramNoGambarKeteranganBentuk

Gram positifGram negative

1+Bentuknya basil.Warna: merahMorfologi:Koloni warna putih dan bulat.

2+Bentuk cocus.Warna: merahMorfologi:Koloni berwarna orange berlendir dan koloninya berbentuk bulat.

3+Bentuk: cocusWarna: merahMorfologi:Koloni warna hijau berlendir dan bulat.

F. PembahasanPengambilan tanah pada akar tanaman Putri malu (Mimosa pidica) pada percobaan ini dilakukan dengan cara random yang berada di depan pura Universitas Sebelas Maret sebanyak satu tanaman.Mikroba tanah dapat diisolasi dan ditumbuhkan pada medium buatan. Beberapa medium yang banyak digunakan adalah agar ekstrak tanah (soil extract agar), trypticase soy agar (TSA), dan nutrient agar (NA). (Rasti S, Edi husen dan simanungkalit, 2007:10). Pada peneltian ini, medium yang digunakan adalah nutrient agar (NA) karena media ini merupakan media yang tidak selektif sehinga bakteri anaerob juga bisa tumbuh pada media ini.Isolasi pada percobaan ini dengan menggunakan isolasi pada agar cawan dengan metode tuang. Metode tuang diperlukan pengenceran. Pada percobaan ini menggunakan pengenceran 10-6. Jumlah mikroba yang tumbuh pada medium ini akan dihitung oleh colony forming units (CFU).Plate count / viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspense akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspense tersebut.berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFUs) per gram tanah.Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya pada penelitian ini menggunakan pengenceran dengan tingkat 10-6 dengan teknik Spread Plate dengan menggunakan batang L. Cara menghitung sel relative / CFUs per gram tanahCFUs / gram tanah = jumlah koloni X factor pengenceranBerikut perhitungannya dari data pengamatan yaituPada cawan petri (A)1. NA 10-6 Pengamatan pertama dilakukan setelah 2 hari pengenceran:Koloni = 171Fp= 1/10-6SP= 1 gram tanahCFUs / ml = jumlah koloni X factor pengenceran= 171 x 106 CFUs / 1 gram tanah= 171 000 000 CFUs / 1 gram tanah= 17, 1 X 107 CFUs / ml2. Pengamatan pertama dilakukan setelah 4 hari pengenceran:Koloni = 204Fp= 1/10-6SP= 1 gram tanahCFUs / ml = jumlah koloni X factor pengenceran= 204 x 106 CFUs / 1 gram tanah= 204 000 000 CFUs / 1 gram tanah= 20, 4 X 107 CFUs / gram tanahPada cawan petri B1. NA 10-6 Pengamatan pertama dilakukan setelah 2 hari pengenceran:Koloni = 139Fp= 1/10-6SP= 1 gram tanahCFUs / ml = jumlah koloni X factor pengenceran= 139 x 106 CFUs / 1 gram tanah= 139 000 000 CFUs / gram tanah= 13,9 X 107 CFUs / ml2. Pengamatan pertama dilakukan setelah 4 hari pengenceranKoloni = 169Fp= 1/10-6SP= 1 gram tanahCFUs / ml = jumlah koloni X factor pengenceran= 169 x 106 CFUs / 1 gram tanah= 169 000 000 CFUs / 1 gram tanah= 16,9 X 107 CFUs / gram tanahTabel perbandingan jumlah koloni pada cawan petri A dan BCawan PetriJumlah koloni bakteri

Pengamatan pertamaPengamatan kedua

A17, 1 X 107 CFUs / gram tanah20, 4 X 107 CFUs / gram tanah

B13,9 X 107 CFUs / gram tanah16,9 X 107 CFUs / gram tanah

Pada tabel 1 terlihat bahwa pada cawan petri A terdapat perbedaan jumlah koloni pada pengamatan pertama dengan kedua menunjukan bahwa pengamatan kedua punya jumlah koloni lebih banyak dibandingkan pengamatan pertama. Perbedaan ini menunjukan bakteri mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakan sehingga jumlah koloni bisa bertambah. Pada cawan petri B menunjukan hal yang sama dengan cawan petri A yaitu pada pengamatan pertama tumbuh jumlah koloni lebih banyak dibanding dengan pengamatan kedua.Identifikasi bakteri dalam percobaan ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan menggunakan bentuk morfologinya dan uji pewarnaan gram.Pada percobaan ini diperoleh bakteri dengan koloni bentuknya bulat dan berwarna putih, dan ketika diuji dengan pewarnaan gram ternyata berwarna merah sehingga menunjukan bakteri tersebut termasuk bakteri gram dan bentuknya basil. Bakteri dalam genus Rhizobium merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil, aerob, tidak berspora, koloninya berwarna putih berbentuk sirkular, merupakan penambat nitrogen yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar legume, bersifat host spesifik satu spesies Rhizobium cenderung membentuk nodul akar pada satu spesies tanaman leguminose. Rhizobium menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis selulose. (Tarigan, 1988).Dari data di atas dapat diambil kesimpulan jika dalam penelitian ini ditemukan bakteri yang berkoloni putih dan bulat, bentuknya basil, dan termasuk bakteri gam negative adalah Rhizobium sp.

Gambar 1. Bakteri Rhizobium sp hasil pewarnaan gram.Pada bakteri yang morfologi koloninya berwarna orange berlendir dan bentuk koloninya bulat, ketika diidentifikasi dengan pewarnaan gram menunjukan warna merah sehingga bakteri gram negatif. Pada bakteri dengan koloni bakteri yang berwarna hijau berlendir dan koloninya bulat juga termasuk bakteri gram negatif karena dalam pewarnaan gram berwarna merah.Koloni bakteri yang tumbuh pada media NA menampakkan warna yang beragam mulai dari kuning, putih, berlendir, bening dan coklat. Demikian pula bentuk koloninya beragam, mulai dari circulair dan irregular. Bakteri tersebut diidentifikasi sebagai bakteri penambat N non simbiotik (Hesti, 2006: 56).Berdasarkan referensi di atas maka dapat ditarik kesimpulanbakteri yang berkoloni orange berlendir dan hijau berlendir termasuk bakteri penambat N non simbiotik

Gambar dari referensi

Gambar dari penelitian dari kiri ke kanan adalah cawan petri A dan B

G. KesimpulanCara isolasi mikroorganisme pada tanah akar Putri Malu (Mimosa pudica) dengan menggunakan agar cawan dengan metode tuang. Metode tuang dengan pengenceran 106.Jumlah mikroba yang tumbuh pada medium ini akan dihitung oleh colony forming units (CFU). Pada cawan A, pengamatan pertama ditumbuhi koloni sebanyak 17, 1 X 107 CFUs/ gram tanah, dan pengamatan kedua sebanyak 20,4 X 107 CFUs/ gram tanah. Pada cawan B, pengamatan pertama ditumbuhi koloni sebanyak 13,9 X 107 CFUs/gram tanah, dan pengamatan kedua sebanyak 16,9 X 107 CFUs/gram tanah. Bertambahnya jumlah koloni menunjukan bahwa bakteri mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakan.Identifikasi bakteri yang terdapat pada tanah perakaran tanaman Putri Malu (Mimosa pudica) menggunakan bentuk morfologi koloni dan dengan menggunakan pewarnaan gram.Hasil dalam penelitian ini ditemukan bakteri yang berkoloni putih dan bulat, bentuknya basil, dan termasuk bakteri gam negative adalah Rhizobium sp. Pada bakteri yang morfologi koloninya berwarna orange berlendir dan bentuk koloninya bulat, ketika diidentifikasi dengan pewarnaan gram menunjukan warna merah sehingga bakteri gram negatif. Pada bakteri dengan koloni bakteri yang berwarna hijau berlendir dan koloninya bulat juga termasuk bakteri gram negatif karena dalam pewarnaan gram berwarna merah. Kedua bakteri tersebut tersebut diidentifikasi sebagai bakteri penambat N non simbiotik. Daftar PustakaAmbarwati dan Azizah Gama T . 2009. Isolasi Actinomycetes Dari Tanah Sawah Sebagai Penghasil Antibiotik. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2.Budiyanto, M.A.K. 2004. Mikrobiologi Terapan. Malang : UMM Press.Coyne, M., 1999. Soil Microbiology: An exploratory approach. USA :An International Thomson Publishing Company. Karlen D.L., E.G. Hurley, andA.P.Mallarino. 2006. Crop rotation on soil quality at three northern corn/soybean belt location. J. Agron.Nurhayati, Hesti. 2006. Isolasi Dan Seleksi Bakteri Penambat Nitrogen Non Simbiotik Dari Lahan Kering Masam.Malang: UIN press (Sktripsi)Nurjannah. 2001. Isolasi, Identifikasi, Dan Penentuan Jumlah Bakteri Asal Tambak Tanah Gambut. Buletin Teknik Pertanian Vol. 6. Nomor 2Purwadisastra, R., A., 1973. Evaluasi Actinomycetes Penghasil Antibacterial-Antibiotics didalam Kompos. Diakses: Kamis, 29 November 2012 di http://digilib.bi.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbbi-gdl-sl-1973-rutarianip-1044&node=1654&start=1Rao, N., S. 2001. Soil Microbiology. USA :Fourth Edition of Soil Microorganisme and Plant Growth. Science Publishers, Inc. Enfield (NH).Rasti Saraswati dan Sumarno . 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah Sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Jurnal iptek tanaman pangan vol. 3 no. 1Rasti saraswati, edi husen dan simanungkalit. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Rollins, D. M., & Joseph, S. W. 2000. Actinomycetes Summary. University of Maryland Saraswati, R., T. Prihatini, dan R.D. Hastuti. 2004. Teknologi pupuk mikroba untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan keberlanjutan sistem produksi padi sawah.. Dalam: FahmuddinAdus et al. (Eds.) Tanah sawah dan teknologi pengelolaannya. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.Tarigan, Jeneng.1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta:DekdikbudWaksman, S. A. 1967. The Actinomycetes. New York: The Ronald Press Company. Yoshida, T. 1978. Microbial metabolism in rice soils. Philippines, Los Banos, In: Soil and Rice. IRRI.Diposkan oleh Diana Fatihatul di 05.20 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest1 komentar:1. Faisol Hezim7 Desember 2013 10.50thanks gan, berguna banget ini blog.... :),|.|,=>fairulfh.blogspot.comBalasMuat yang lain...Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Arsip Blog 2013 (50) Juli (8) Juni (11) Mei (2) April (13) Februari (14) Januari (2) Laporan Museum Sangiran Mikrobiologi Tanah 2012 (5) Mengenai Saya

Diana Fatihatul Lihat profil lengkapku

Template Simple. Gambar template oleh gaffera. Diberdayakan oleh Blogger. http://dianafatihatul.blogspot.com/2013/01/mikrobiologi-tanah.html