materi pda test

20
TUJUAN PENGUJIAN PDA TEST Tujuan pengujian tiang dengan Pile Driving Analyzer ( PDA ) adalah untuk mendapatkan data tentang : 1. Daya dukung aksial tiang. 2. Keutuhan / integritas tiang. 3. Efisiensi enerji yang ditransfer. Jenis fondasi tiang yang dapat diuji dengan ‘PDA’ tidak terbatas pada tiang pancang saja. ‘PDA’ juga dapat digunakan untuk tiang yang dicor di tempat seperti tiang bor, tiang franki dan jenis fondasi tiang lainnya. 1. Daya Dukung Aksial Tiang Penentuan daya dukung aksial tiang didasarkan pada karakteristik dari pantulan gelombang yang diberikan oleh reaksi tanah ( lengketan dan tahanan ujung ). Korelasi yang baik antara daya dukung tiang yang diberikan dari hasil ‘PDA’ dengan cara statis yang konvensional telah diakui, yang membawa pada pengakuan ‘PDA’ sebagai metode yang sah dalam ASTM D- 4945-1996. Meski demikian, harus dicatat korelasi yang ditujukan dalam grafik didasar-kan pada hasil pengujian jika daya dukung batas ( ultimate ) dicapai baik dengan ‘PDA’ maupun dengan pengujian statis yang konvensional. Keutuhan Tiang Kerusakan pada fondasi tiang dapat terjadi karena beberapa hal antara lain pada saat pengangkatan tiang atau selama pemancangan tiang. Untuk tiang bor, pengecilan penampang dan longsornya tanah adalah kerusakan yang paling umum dijumpai. Kerusakan ini dapat dideteksi dengan ‘PDA’. Berdasarkan ‘F’ ( gaya ) dan ‘V’ ( kecepatan ) yang terekam dari gelombang selama perambatannya sepanjang tiang, lokasi dari kerusakan dapat dideteksi dan luas penampang sisa dari tiang dapat diperkirakan.

Upload: dani

Post on 06-Dec-2015

202 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

TUJUAN  PENGUJIAN PDA TEST

Tujuan  pengujian  tiang  dengan  Pile  Driving Analyzer  ( PDA  ) adalah  untuk mendapatkan  data  tentang  :

1.    Daya  dukung  aksial  tiang.

2.    Keutuhan  /  integritas  tiang.

3.    Efisiensi  enerji  yang  ditransfer.

Jenis  fondasi  tiang  yang  dapat  diuji  dengan  ‘PDA’  tidak  terbatas  pada tiang pancang  saja.  ‘PDA’  juga  dapat  digunakan  untuk  tiang  yang  dicor  di tempat seperti  tiang  bor,  tiang  franki  dan  jenis  fondasi  tiang lainnya.

1.       Daya  Dukung  Aksial  Tiang

Penentuan  daya  dukung  aksial  tiang  didasarkan  pada  karakteristik  dari pantulan   gelombang  yang  diberikan  oleh  reaksi  tanah  ( lengketan  dan tahanan  ujung ).

Korelasi yang  baik  antara  daya  dukung  tiang  yang  diberikan  dari hasil ‘PDA’ dengan  cara  statis  yang  konvensional  telah diakui,  yang  membawa   pada pengakuan ‘PDA’ sebagai metode yang sah  dalam  ASTM  D-4945-1996.

Meski  demikian, harus  dicatat korelasi  yang  ditujukan  dalam  grafik  didasar-kan pada  hasil  pengujian  jika  daya  dukung  batas  (  ultimate )  dicapai  baik dengan  ‘PDA’  maupun  dengan  pengujian  statis  yang  konvensional.

Keutuhan  Tiang

Kerusakan  pada  fondasi  tiang  dapat  terjadi  karena  beberapa  hal  antara  lain  pada  saat  pengangkatan  tiang  atau  selama pemancangan  tiang.  Untuk  tiang bor, pengecilan penampang dan longsornya  tanah  adalah  kerusakan  yang   paling  umum  dijumpai.  Kerusakan  ini  dapat  dideteksi  dengan  ‘PDA’.

Berdasarkan  ‘F’  ( gaya )  dan ‘V’ ( kecepatan )  yang  terekam  dari  gelombang  selama  perambatannya  sepanjang  tiang,  lokasi  dari  kerusakan  dapat  dideteksi  dan  luas penampang  sisa  dari  tiang  dapat  diperkirakan.

Jika  hanya  keutuhan  tiang  saja  yang  dibutuhkan,  sebuah  sub-sistem  dari  ‘PDA’  yang  disebut  ‘ Pile Integrity  Tester ‘  lebih  ekonomis  untuk  digunakan  dari  pada  ‘PDA’.

Efisiensi  Palu  Pancang

‘PDA’ mengukur  enerji  pemancangan  actual  yang  ditranfer  selama  pengujian.  Karena  berat  palu  pancang  dan  tinggi  jatuh  palu  pancang  dapat  diketahui, maka  efisiensi  enerji  yang  ditransfer   dapat  dihitung.

PERALATAN PDA TEST

Peralatan untuk  pengujian  ‘PDA’  terdiri  dari  :

1.   Pile Driving  Analyzer   ( PDA ),

2.    Dua  (2)  strain  transducer.

3.    Dua  (2)  accelerometer

4.    Kabel  Penghubung.

Peralatan dapat  dimasukkan dalam  kotak  perjalanan  yang  cukup  kuat.  Setiap  set  ‘PDA’  dan  perlengkapannya  membutuhkan  satu  atau  dua  kotak  yaitu berukuran sekitar 600 mm x 500 mm x 400 mm: dengan  berat  sekitar 30 kg.

PROSEDUR  PENGUJIAN PDA TEST

Pengujian  dinamis  tiang  didasarkan  pada  analisis  gelombang  satu  dimensi yang  terjadi  ketika  tiang  dipukul  oleh  palu.

Regangan dan  percepatan  selama  pemancangan  diukur  menggunakan  strain transducer  dan  accelerometer.  Dua  buah  strain  transducer  dan  dua  buah accelerometer  dipasang  pada  bagian  atas  dari  tiang  yang  diuji  ( kira-kira 1,5- x diameter  dari  kepala  tiang ).

Pemasangan  kedua  instrument  pada  setiap  pengukuran  dimaksudkan  untuk menjamin  hasil rekaman  yang  baik  dan  pengukuran  tambahan   jika  salah  satu  instrument  tidak  bekerja  dengan  baik.

Pengukuran  direkam  oleh  ‘PDA’  dan  dianalisis  dengan  ‘ Case Method’ yang  sudah umum  dikenal,  berdasarkan  teori  gelombang  satu  dimensi.  Latar  belakang  teoristis  pengujian  dinamis  tiang  dapat  dibaca  pada  lampiran  A.

Pemasangan  Instrumen

Pengujian  dinamis  dilaksanakan  untuk  memperkirakan  daya  dukung  aksial  tiang.

Karena  itu,  pemasangan  instrument   dilakukan  sedemikian  rupa  sehingga  pengaruh  lentur  selama  pengujian  dapat  dihilangkan  sebanyak  mungkin.

Untuk  itu  harus  dilakukan  adalah  :

1.      Strain  transducer  harus  dipasang  pada  garis  netral  dan  accelerometer  pada  lokasi  berlawanan secara  diametral.

2.      Posisi dari  palu  pancang  harus  tegak  lurus  terhadap  garis  strain  transducer.

Persiapan  Pengujian PDA TEST

Persiapan  pengujian  terdiri  dari  :

1.    Penggalian tanah permukaan  sekeliling  kepala  tiang,  apabila  kepala  tiang

sama  rata  permukaan  tanah.

2.    Pengeboran  lubang  kecil  pada  tiang  untuk  pemasangan  strain  transducer  dan  accelerometer.

3.    Pemasangan  instrument.

Informasi  yang  diperlukan dalam PDA test.

1.    Gambar  yang  menunjukan  lokasi  dan  identifikasi  tiang.

2.    Tanggal  pemancangan.

3.    Panjang  tiang  dan  luas  penampang tiang.

4.    Panjang  tiang  tertanam.

pedoman pengujian

Pengujian  ‘PDA’  dilaksanakan  berdasarkan  prosedur  yang  tercantum  dalam ASTMD-4945-1996.

Waktu Pengujian PDA test

Pengujian ‘PDA’  dapat  dilakukan  selama  pemancangan  untuk  memonitori perkembangan daya dukung tiang  sejalan  dengan  tiang  masuk  makin  dalam, kenerja  dari  sistem   pemancangan  atau  memonitor  tegangan  pada  saat pemancangan yang  ekstrim.

Tetapi  umumnya  ‘PDA’  digunakan  untuk  menentukan  daya  dukung jangka  panjang  tiang  fondasi.  Untuk  tujuan  ini,  pengujian  ‘PDA’  sebaiknya  dilakukan  beberapa  hari  setelah  pemancangan,  setelah  gaya  lengketan  tanah  mulai  bekerja.

Metode uji beban loading test untuk test struktur betonA+A-

PrintEmail

Uji pembebanan (load test) adalah merupakan suatu metode pengujian yang bersifat setengah

merusak atau merusak secara keseluruhan komponen komponen bangunan yang diuji. Pengujian yang

dimaksud dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satu diantaranya adalah metode uji beban

(Load Test).

Tujuan load test pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa tingkat keamanan suatu

struktur atau bagian struktur sudah memenuhi persyaratan peraturan bangunan yang ada,

yang tujuannya untuk menjamin keselamatan umum. Oleh karena itu biasanya load test

hanya dipusatkan pada bagian-bagian struktur yang dicurigai tidak memenuhi persyaratan

tingkat keamanan berdasarkan data-data hasil pengujian material dan hasil pengamatan.

Uji pembebanan biasanya perlu dilakukan untuk kondisi-kondisi seperti berikut ini:

1. Perhitungan analistis tidak memungkinkan dilakukan karena keterbatasan informasi detail dan

geometri struktur.

2. Kinerja struktur yang sudah menurun karena adanya penurunan kwalitas bahan, akibat

serangan zat kimia, ataupun karena adanya kerusakan fisik yang dialami bagian-bagian

struktur,akibat kebakaran, gempa, pembebanan yang berlebihan dan lain-lain.

3. Tingkat keamanan struktur yang rendah akibat jeleknya kwalitas pelaksanaan ataupun akibat

adanya kesalahan pada perencanaan yang sebelumnya tidak terdeteksi.

4. Struktur direncanakan dengan metode-metode yang non-stardard, sehingga menimbulkan

kekhawatiran mengenai tingkat keamanan struktur tersebut.

5. Perubahan fungsi struktur, sehingga menimbulkan pembebanan tambahan yang belum

diperhitungkan dalam perencanaan.

6. Perlukannya pembuktian mengenai kinerja suatu struktur yang baru saja di renovasi karena

ada perubahan fungsi bangunan.

Uji pembebanan dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu :

×

1. Pengujian ditempat ( in.situ ) yang biasanya bersifat non-destructive.

2. Pengujian bagian-bagian struktur yang diambil dari struktur utamanya.  Pengujian

biasanya dilakukan dilaboratorium dan sifat merusak.

Pemilihan jenis uji pembebanan ini tergantung pada situasi dan kondisi tetapi biasanya cara kedua

dipilih jika cara pertama tidak praktis (tidak mungkin) untuk dilaksanakan. Selain itu pemilihan jenis

pengujian bergantung pada tujuan diadakannya load test.

Kalau tujuannya hanya ingin mengetahui tingkat layanan struktur, maka pilihan pertama tentunya

yang paling baik. Tetapi ingin mengetahu kekuatan batas dari suatu bagian struktur, yang nantinya

akan digunakan sebagai kalibrasi untuk bagian-bagian struktur lainnya yang mempunyai kondisi yang

sama, maka cara kedualah yang pilih.

1. Pengujian Pembebanan di tempat (In-Situ Load test)

Tujuan utama dari pembebanan adalah untuk mengetahui apakah bagian struktur pada saat diberi

beban kerja (working load) memenuhi persyaratan banguan yang ada yang pada dasarnya dibuat agar

keamanan masyarakat umum terjamin. Perilaku struktur tersebut dinilai berdasarkan pengukuran

lendutan yang terjadi. Selain itu penampakan struktur pada saat retak-retak yang terjadi selama

pengujian masih dalam batas-batas yang wajar

Bagian struktur yang akan memikul bagian struktur yang akan diuji dan beban ujinya juga harus

dipertimbangkan/dilihat apakah kondisinya baik dan kuat Selain itu "scaffolding" juga harus

dipersiapkan untuk mengantisipasi beban-beban yang timbul jika terjadi keruntuhan bagian struktur

yang diuji.

Beban pengujian harus direncanakan sedemikian rupa sehingga bagian struktur yang dimaksud benar-

benar mendapatkan beban yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini kadang kala sulit

direncanakan, terutama untuk pengujian struktur lantai. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara

bagian struktur yang diuji dengan bagian struktur lain yang ada disekitarnya. Sehingga Timbul apa

yang disebut pengaruh pembagian pembebanan ("Load sharing effect"). Pengaruh ini juga bisa

ditimbulkan oleh elemen-elemen nonstruktual yang menempel pada lagian struktur yang akan diuji,

sebagai contoh "ceiling board", Elemen non struktural ini dapat berfungsi mendistribusikan beban

pada komponen-komponen struktur dibawahnya yang sebenarnya tidak saling berhubungan. 

Untuk menghindari terjadinya distribusi beban yang akan diinginkan maka bagian struktur yang akan

diuji sebaiknya diisolasikan dari bagian struktur yang ada disekitarnya

2. Pengujian bagian-bagian struktur yang diambil dari struktur utamanya.  Pengujian

biasanya dilakukan dilaboratorium dan sifat merusak.

Uji merusak biasanya ditempuh jika pengujian ditempat (in-situ) tidak mungkin dilakukan atau jika

tujuan utama pengujian adalah mengetahui kapasitas suatu bagian struktur yang nantinya akan

dijadikan sebagai acuan dalam menilai bagian-bagian struktur lainnya yang identik dengan bagian

yang diuji. Pengujian jenis ini biasanya memakan waktu dan biaya yang besar, terutama untuk

pemindahan dan penggantian bagian struktur yang akan diuji dilaboratorium. Namun, walaupun

begitu hasil yang bisa diharapkan dari pengujian jenis ini tergolong sangat akurat dan informatif.

l2010

PDA TestPengujian Beban pada Tiang Pancang Baja

PDA test bertujuan untuk memverifikasikan kapasitas daya dukung tekan pondasi tiang pancang terpasang. Dari hasil-hasil pengujian akan didapatkan informasi besarnya kapasitas dukung termobilisir dengan faktor keamanan 2, dan dipakai untuk menilai apakah beban kerja rencana dapat diterima oleh tiang terpasang.Pelaksanaan

Pengujian dilaksanakan sesuai ASTM D-4945, yang dilakukan dengan memasang dua buah sensor yaitu strain transduser dan accelerometer transduser pada sisi tiang dengan posisi saling berhadapan, dekat dengan kepala tiang. Kedua sensor tersebut mempunyai fungsi ganda, masing-masing menerima perubahan percepatan dan regangan. Gelombang tekan akan merambat dari kepala tiang ke ujung bawah tiang (toe) setelah itu gelombang tersebut akan dipantulkan kembali menuju kepala tiang dan ditangkap oleh sensor. Gelombang yang diterima sensor secara otomatis akan disimpan oleh komputer. Rekaman hasil gelombang ini akan menjadi dasar bagi analisa dengan menggunakan program TNOWAVE-TNODLT, di mana gelombang pantul yang diberikan oleh reaksi tanah akibat kapasitas dukung ujung dan gerak akan memberikan kapasitas dukung termobilisasi (mobilized capacity). Hasil Pengujian Angka penurunan yang diambil sebagai immediate displacement (perpindahan sesaat) saat beban mencapai kapasitas dukung dengan faktor keamanan (FK) = 2, dan tidak menyatakan penurunan konsolidasi. Beban kerja yang diharapkan per-tiang adalah 140 ton.

Dari hasil uji pembebanan dinamis meliputi kapasitas dukung termobilisasi, yang besarnya ditentukan oleh beban dan energi, maka kapasitas dukung termobilisasi dengan FK=2 yang dihasilkan dinilai memenuhi target beban rencana dengan penurunan (displacement) dan masih dalam batas yang aman.

Pertanyaan diatas harus cukup hati-hati dalam menjawabnya, karena beberapa hal :

1. Test daya dukung tekan suatu tiang masih banyak teori yang dipakai misalkan dalam analisa daya dukung tiang tekan hasil loading test saja, minimal menurut peraturan yang berlaku di Indonesia, paling tidak SF yang diijinkan dari beberapa metode yang ada harus memenuhi 3 metode. Ini dikarenakan metode dengan loading test tekan saja bisa terjadi banyak sekali “bias”, “bias” ini bisa dihindari karena jika batas settlement ijin dari loading test yang dilakukan telah melebihi batas yang telah ditentukan, misalnya di Indonesia, untuk Diameter tiang < 80 cm batasnya adalah 25 mm, dan D >= 80 cm batasnya adalah 4% dari Diameter tiang. Sementara untuk kapasitas ultimatenya masih banyak “bias”, salah satu alasan kenapa masih banyak “bias” dalam perhitungan kapasitas fondasi ini lebih terkait karena variable tanah yang sangat beragam, sehingga keberagaman ini yang menyulitkan untuk mengetahui kapasitas tiang secara pasti. “the product of nature are always complex” begitu kata Karl Terzaghi.

2. Secara strandar PDA sudah diakui (ASTM D 4945) dan ada korelasi dengan hasil statik aksial loading test dan sudah seringkali diseminarkan korelasinya, dan cukup reliable. Akan tetapi yang menjadi perhatian utama dalam pengetesan PDA adalah kualitas data dari data acquisition-nya.

Berikut ini yang sangat menentukan kualitas data dari PDA Test,

1. Alat yang digunakan harus dalam kondisi prima, baik komputer, kabel, dan sensor yang dipakai mempunyai sertifikasi kabilbrasi yang update. (Kalibrasi alat minimal 2 tahun sekali).

2.  Testing Engineer harus mengerti dasar teori tentang PDA test dan mengerti tentang kapasitas aksial tiang pondasi dalam, serta memahami penggunaan parameter yang digunakan dalam PDA test.

3. Kondisi kepala tiang uji harus rata, kondisi dari kepala tiang hingga dasar tiang terhadap tanah harus rata dan bagus (beton tidak keropos), umur beton sudah memenuhi syarat > 28 hari, dan hasil test tekan betonnya sudah sesuai dengan spesifikasi design.

4. Berat hammer yang digunakan harus antara (1- 2 %) dari daya dukung ultimate, dengan ukuran hammer yang proporsional dengan ukuran tiang.

5. Untuk pengetesan yang menggunakan drop hammer harus menggunakan ladder/selongsong yang tepat untuk menjaga eksentrisitas tumbukan hammer. Tumbukan yang tidak sentris menyebabkan kualitas data PDA tidak representative, sering kita kenal istilah GIGO, garbage in garbage out.

6. Safety saat pelaksanaan test harus sangat diutamakan baik terhadap sensor dari kemungkinan rusak karena impact dari hammer dan sebagainya, dan juga safety dari alat pendukung saat pelaksaan test, terutama semua orang/pekerja yang terlibat pada saat pengetesan.

7. Laporan hasil PDA test harus dibawah pengawasan oleh geotechnical engineer yang berpengalaman dan mengerti betul tentang batasan yang ada dalam PDA test, dibuktikan dengan sertifikasi dari PDI, inc.

8. Safety Factor minimal pada PDA test adalah 2.25 dari daya dukung design.

9. Semua prosedur pengetesan PDA test harus memenuhi standard yang telah ditentukan oleh ASTM D- 4945 terbaru.

Saya sendiri pernah membandingkan hasil loading test tekan instrumented test pile (VWSG) dengan hasil PDA test, dengan kualitas data yang menurut saya representative dan hasilnya cukup memuaskan saya, nilai unit friksi dan end-bearing dari hasil PDA setelah di plot dengan hasil Instrumented test pile VWSG cukup konsisten baik daya dukung ultimatenya dan nilai unit friksinya, sehingga saya beranggapan jika test PDA dilakukan dengan baik dan benar hasil dari test ini sangat reliable bahkan bisa mengukur nilai friksi actual pada tiang sehingga memungkinkan juga untuk melakukan optimasi pada tiang.

PDA (Pile Driving Analyzer) - Case Method

PDA Test termasuk salah satu jenis pengujian dinamik dengan menggunakan metoda wave analysis dan sering disebut dengan re-strike test sesuai dengan sifat pengujiannya yang melakukan re-strike atau pemukulan ulang pondasi tiang yang diuji.

PDA Test pelaksanaannya mengacu pada ASTM D-4945 (Standard Test Method for High-Strain Dynamic Testing of Deep Foundations) :"This test method is used to provide data on strain or force and acceleration, velocity or displacement of a pile under impact force. The data are used to estimate the bearing capacity and the integrity of the pile, as well as hammer performance, pile stresses, and soil dynamic characteristics, such as soil damping coefficients and quake values. This test method is not intended to replace Test Method D 1143."

Analisa data PDA dilakukan dengan prosedur Case Method, yang meliputi pengukuran data kecepatan (velocity) dan gaya (force) selama pelaksanaan pengujian (re-strike) dan perhitungan variabel dinamik secara real time untuk mendapatkan gambaran tentang daya dukung pondasi tiang tunggal.

Dari PDA Test  dengan menggunakan "Case Method" kita akan dapat mengetahui :

daya dukung pondasi tiang tunggal integritas atau keutuhan tiang dan sambungan efisiensi dari transfer energi pukulan hammer/alat pancang dsb

CAPWAP ((Case Pile Wave Analysis Program)

Analisa lanjutan yang dilakukan bersama dengan pengujian PDA adalah analisa CAPWAP yang merupakan salah satu metoda signal matching analysis (SMA).

Analisa ini menggunakan data yang diperoleh dari pengujian PDA untuk memberikan hasil analisa yang lebih detail.

Dari analisa CAPWAP kita akan mengetahui lebih rinci data yang diperoleh dari pengujian PDA Test, dengan tambahan informasi :

tahanan ujung pondasi tiang tunggal tahanan friksi pondasi tiang tunggal simulasi statik loading test dsb

Bagan Pemasangan Instrumen Data dan Parameter Pengujian PDA Test

Yang diperhatikan pada waktu pemasangan instrumen strain transducer dan accelerometer (minimal masing-masing 2 buah) adalah posisinya harus sedemikian rupa sehingga pengaruh lentur (kelentingan) tiang dapat diminimalkan.

Karena jika terjadi lenturan (bending) selama pelaksanaan re-strike, maka data yang diperoleh akan mengalami distorsi sehingga analisa yang dilakukan tidak akan akurat.

Data Pemancangan yang Diberikan Kepada Penguji

Sebelum pelaksanaan pengujian, data berikut ini harus diberikan kepada penguji PDA, dan menjadi tanggung jawab Kontraktor yang melaksanakan pemancangan untuk memberikan data yang benar :

nomor identifikasi pondasi tiang tanggal pemancangan bentuk dan dimensi penampang tiang panjang total tiang panjang tertanam pondasi tiang konfigurasi sambungan tiang (jika menggunakan

tiang sambungan) data hammer yang digunakan untuk melaksanakan

pengujian PDA (re-strike)

klik gambar untuk memperbesar

Penghentian re-strike dan perekaman data dilakukan setelahhammer telah memberikan energi transfer maksimum yang mampu

dilakukannya

Refusal dan Ultimate

Pada pengujian dengan PDA Test akan diperoleh hasil daya dukung yang bersifat salah satu dari dua kondisi berikut :

refusal ultimate

Pengertian daya dukung yang bersifat refusal adalah daya dukung yang terdeteksi/terdata dan dianalisa merupakan daya dukung yang diperoleh dari kondisi pondasi tiang yang belum sepenuhnya termobilisasi.

Kondisi belum sepenuhnya termobilisasi adalah kondisi di mana pondasi tiang belum mencapai kapasitas tertinggi atau ultimate-nya

Kondisi ini dapat disebabkan karena pada saat pengujian/re-strike dilakukan, energi yang ditransfer tidak cukup besar untuk memobilisasi seluruh kemampuan tahanan atau daya dukung pondasi tiang yang diuji.Pengertian daya dukung yang bersifat ultimate adalah daya dukung yang diperoleh dari kondisi pondasi tiang yang sudah termobilisasi sepenuhnya.

Dengan demikian angka daya dukung yang dihasilkan dari analisa PDA dan CAPWAP pada kondisi ini adalah benar-benar daya dukung ultimate atau batas yang dimiliki oleh pondasi tiang yang diuji.

Kondisi ultimate ditentukan oleh salah satu dari :

telah bergeraknya tiang pancang akibat beban tertentu (beban ultimate) yang berarti terlampauinya tahanan friksi dan ujung dari pondasi tiang

telah terlampauinya kemampuan material tiang pancang itu sendiri yang jika diteruskan dengan beban yang lebih berat akan mengakibatkan kegagalan pada bahan/material tiang pancang

Kedua kondisi tersebut (refusal atau ultimate) dapat diterima selama daya dukung yang diperoleh masih memenuhi syarat faktor keamanan yang dituntut dari

desain yang ditetapkan.

Contoh Hasil Pengujian PDA Test (Case Method) dan CAPWAP

Dari beberapa data yang diambil pada waktu pelaksanaan pengujian PDA, pada umumnya akan diambil satu grafik dan data yang paling baik dalam mewakili dan menggambarkan kekuatan atau daya dukung pondasi tiang yang diuji.

Penentuan data tersebut pada umumnya diambil data dari transfer energi atau energi

tersalurkan (EMX) yang paling besar/maksimum selama pelaksanaan re-strike dan terdata dalam program yang digunakan.

Berikut ini contoh hasil pengujian PDA Test dan CAPWAP (klik untuk memperbesar gambar) :