materi mata kuliah belajar dan pembelajaran bab i belajar dan pembelajaran

11
La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam kurun waktu yang cukup panjang, apa yang kita pahami sebagai "belajar" tidak lebih besar maknanya dari sekadar "bersekolah". Ketika kita bicara mengenai "wajib belajar" misalnya, maka yang kita maksudkan sebenarnya adaiah "wajib sekolah". Dengan demikian "belajar" adalah urusan "anak sekolahan", bukan urusan orangtua, bukan urusan orang dewasa, bukan pula urusan orang yang sudah bekerja, dan bukan urusan masyarakat. "Belajar" itu urusan anak-anak, dan urusan dunia persekolahan. Karena "belajar" identik dengan "bersekolah", maka mereka yang sudah selesai "bersekolah", di anggap telah selesai "belajar". Lalu kita hadiahi "Surat Tanda Tamat Belajar". Tidak perlu belajar lagi. Finish to Study. Sekarang waktunya bekerja, mencari nafkah, tidak usah repot-repot memikirkan pelajaran-ulangan-ujian lagi. Pemahaman semacam ini mungkin tidak sepenuhnya kita sadari, namun beroperasi secara nyata dalam masyarakat kita. Contohnya, para sarjana yang harus membaca sejumlah buku referensi untuk menyelesaikan skripsi di dunia persekolahan dulu, ketika sudah diwisuda mulai berhenti membaca buku. Jika di dunia persekolahan dulu ada pelajaran mengarang atau menulis karya ilmiah, maka setelah lulus dari sekolah/universitas kemampuan mengungkap- kan gagasan secara tertulis tidak lagi dikembangkan secara sadar dan sungguh-Sungguh. Karena kemampuan membaca dan menulis tidak lagi berkembang, maka kemampuan analisis, kemampuan berpikir kritis dan evaluatif juga mengalami penurunan kualitas dari waktu ke waktu. Akibatnya, ketika usia kaum terpelajar itu bertambah, kemampuan belajar mereka dari hidup dan kehidupan justru menyusut dan semua ditandai oleh menurunnya daya kreatif, ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan di sekitarnya termasuk tuntutan pekerjaan yang mensyaratkan sejumlah kompetensi baru. Pada tingkat individu, ketidakmampuan belajar secara mandiri membuat kita terancam kehilangan kemandirian dan kreatifitas. Sebab makin banyak perusahaan mencari pekerja yang berpengetahuan [knowledge worker] dan menyerahkan proses-proses kerja yang sederhana kepada mesin-mesin canggih [komputerisasi] yang lebih efisien dan tidak bisa mogok kerja. Sementara pada tingkat organisasi, ketidakmampuan belajar mengakibatkan kita kehilangan daya saing di kancah globalisasi. Kita memasuki milenium baru, abad baru, dimana kreativitas dan inovasi, yang merupakan buah-buah hasil pembelajaran yang sesungguhnya, telah menjadi faktor penentu sukses di samping [sesudah] integritas.

Upload: -nining-syafitri

Post on 25-Dec-2014

448 views

Category:

Education


13 download

DESCRIPTION

This material is from Pak La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd. for FKIP students of Dayanu Ikhsanuddin University who program Belajar dan Pembelajaran Subject, about The definition of Learning.

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran

La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kurun waktu yang cukup panjang, apa yang kita pahami sebagai "belajar"

tidak lebih besar maknanya dari sekadar "bersekolah". Ketika kita bicara mengenai "wajib

belajar" misalnya, maka yang kita maksudkan sebenarnya adaiah "wajib sekolah". Dengan

demikian "belajar" adalah urusan "anak sekolahan", bukan urusan orangtua, bukan urusan

orang dewasa, bukan pula urusan orang yang sudah bekerja, dan bukan urusan masyarakat.

"Belajar" itu urusan anak-anak, dan urusan dunia persekolahan.

Karena "belajar" identik dengan "bersekolah", maka mereka yang sudah selesai

"bersekolah", di anggap telah selesai "belajar". Lalu kita hadiahi "Surat Tanda Tamat Belajar".

Tidak perlu belajar lagi. Finish to Study. Sekarang waktunya bekerja, mencari nafkah, tidak

usah repot-repot memikirkan pelajaran-ulangan-ujian lagi.

Pemahaman semacam ini mungkin tidak sepenuhnya kita sadari, namun beroperasi

secara nyata dalam masyarakat kita. Contohnya, para sarjana yang harus membaca sejumlah

buku referensi untuk menyelesaikan skripsi di dunia persekolahan dulu, ketika sudah diwisuda

mulai berhenti membaca buku. Jika di dunia persekolahan dulu ada pelajaran mengarang atau

menulis karya ilmiah, maka setelah lulus dari sekolah/universitas kemampuan mengungkap-

kan gagasan secara tertulis tidak lagi dikembangkan secara sadar dan sungguh-Sungguh.

Karena kemampuan membaca dan menulis tidak lagi berkembang, maka kemampuan analisis,

kemampuan berpikir kritis dan evaluatif juga mengalami penurunan kualitas dari waktu ke

waktu. Akibatnya, ketika usia kaum terpelajar itu bertambah, kemampuan belajar mereka dari

hidup dan kehidupan justru menyusut dan semua ditandai oleh menurunnya daya kreatif,

ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan di sekitarnya termasuk tuntutan pekerjaan

yang mensyaratkan sejumlah kompetensi baru.

Pada tingkat individu, ketidakmampuan belajar secara mandiri membuat kita

terancam kehilangan kemandirian dan kreatifitas. Sebab makin banyak perusahaan mencari

pekerja yang berpengetahuan [knowledge worker] dan menyerahkan proses-proses kerja

yang sederhana kepada mesin-mesin canggih [komputerisasi] yang lebih efisien dan tidak bisa

mogok kerja. Sementara pada tingkat organisasi, ketidakmampuan belajar mengakibatkan

kita kehilangan daya saing di kancah globalisasi. Kita memasuki milenium baru, abad baru,

dimana kreativitas dan inovasi, yang merupakan buah-buah hasil pembelajaran yang

sesungguhnya, telah menjadi faktor penentu sukses di samping [sesudah] integritas.

Page 2: Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran

La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran

2

A. Konsep Dasar Belajar

1. Makna Belajar (what is learning)

Hampir setiap hari kita sering mendengarkan orang berdiskusi, berbicara dan melihat

orang membaca buku, lalu menghafal, mengamati sampai tahap meneliti dan refleksi bahkan

para orang tua tidak lupa terus-menerus menasehati anak-anak mereka untuk senantiasa

rajin kesekolah ataupun kuliah tapi banyak diantara mereka tidak menyadari bahwa

sebenarnya mereka telah melakukan dan menyuruh untuk belajar. Namun apakah

sesederhana ini makna dari belajar, tentu tidak.

Bila kita membuka sejumlah kamus, buku-buku psikologi pendidikan, dan buku-buku

yang judulnya mengandung kata "learning", maka kita mungkin akan menemukan berbagai

pengertiannya secara etimologis, dalam Kamus konteporer Brown, (2007:7 Principles of

Language Learning and Teaching) “Learning is acquiring or getting of knowledge of a subject

or skill by study, experience, or instruction. Dalam kamus Bahasa Indonesia “Belajar adalah

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Sedangkan Dalam kamus oxford belajar

memiliki arti to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study

(Hilgrad dan Bower, 1983:7).

Jadi menurut arti kamus tersebut di atas, belajar yang baik adalah mengalami dan

terlibat langsung secara individu, dan dalam mengalami itu si pembelajar mempergunakan

seluruh panca inderanya guna memperoleh apa yang dikehendakinya dalam hal ini

penguasaan pengetahuan dan keahlian yang lebih komprehensif.

Secara terminologi “Belajar” (to learn) dijelaskan lebih comprehensif oleh para ahli

berikut ini.

1. Learning is a change in an individual caused by experience (Slavin, 2003, p.138)

2. Learning is a change in the individual, due to the interaction of that individual, and

his environment, which fills a need and make him more capable of dealing

adequately with his environment. (Burton, 1963, p.3)

3. There is a remarkable agreement upon the definition of learning as being reflected

in a change in behavior as result of experience. (Haggard, 1963, p.20).

4. Learning is shown by a change in behavior as a result of experience, (Cronbach,

1963, p.71)

5. Learning is essentianlly change due to experience), learning as process (which

emphasizes what happens during the course of a learning experience in attaining a

given learning product or outcome), and learning as product (which emphasizes the

end result or outcome of the learning experience), and learning as function (which

emphasizes certain critical aspects of learning, such as motivation, retention, and

transfer, which presumably make behavioral changes in human learning possible.

(Haris and Schwahn, 1961, p.1-2).

Page 3: Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran

La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran

3

6. Learning is a change in human disposition or cability, which can be retained, and

which is not simply ascribable to the process of growth. (Gagne, 1965, p.5).

7. Learning is the process by which an activity orginates or is a changed through

reacting to an encountered situation, provided that the charateristic of the change

8. Harold Spears, (1955, p. 94) menjelaskan learning is to observe, to read, to

initiate, to try something themselves, to listen, to follow instruction.

Dari beberapa penjelasan belajar tersebut diketahui bahwa setiap aktivitas yang

dilakukan individu, pebelajar, siswa ataupun aktivitas yang terjadi dalam kelompok dan

organisasi memiliki orientasi yang sama yaitu belajar menghasilkan perubahan; perubahan

aktual maupun potensial yang terjadi karena usaha yang dilakukan baik secara sederhana

maupun kompleks dan mendapatkan pengalaman yang terbaik melalui latihan dan interaksi

dengan lingkungan yang pada akhirnya perubahan tersebut membuat individu dapat

berproses, tumbuh, bangkit, dan berkompetensi sesuai dengan pengetahuan dan penglaman

yang telah diperolehnya. Belajar juga diarahkan pada perolehan informasi serta melibatkan

beberapa bentuk latihan dan penguatan proses hubungan antara pengalaman dan perilaku

dalam interaksinya dengan lingkungan yang membawa perubahan sehingga terbentuk

karateristik dan penguatan jati diri pembelajar.

B. Esensi dan Ciri-Ciri Belajar

1. Esensi Belajar

Dari gambaran semua pengertian tersbut di atas, baik Pengertian belajar secara

etimologis maupun terminologis terkandung satu kata yang paling esensi dari

pengertian belajar (Learning) yaitu “change” (perubahan). Dengan demikian setiap

penjelasan di atas mengharapkan setiap individu yang melakukan aktivitas baik secara

perorangan maupun individu harus berakhir pada sebuah perubahan (Change), yakni

perubahan behaviour berupa perubahan pengetahuan dan sikap (knowledge dan attitude)

yang didapat melalui sebuah pengalaman.

Crow and crow, (1963), menyatakan bahwa “Learning involves change”. It is

concerned with the acquisition of habits, knowledge, and attitude. It is enables the individual

to make both personal and social adjustments.

Esensi belajar juga diungkapkan Gagne, (1972, p.3-4) sebagai “a single process”.

Yang terdiri dari 5 (lima) domain;

1. Motor skill, which are developed through practice;

2. Verbal information, the major requirement for learning beings its presentation within

an organized, meaningful context.

3. Intelectual skills, the learning of which appears to requires prior learning of

prerequisite skills;

Page 4: Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran

La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran

4

4. Cognitive strategies, the learning of which requires repeated occasions in which

challenges to thinking are presented.

5. Attitudes, which are learned most effectivelly through the use of human models and

“vicarious reinforcement.”

Andrias Harefa (2003, p. ) menjelaskan bahwa ada empat esensi dari belajar;

Pertama, perubahan pada aspek pengetahuan (knowledge) manusia, yakni dari kurang atau

tidak tahu menjadi tahu atau lebih berpengetahuan. Kedua, perubahan pada aspek sikap dan/

atau kemauan (attitude). Misalnya dari tidak mau menjadi mau, dari kurang serius menjadi

serius, dari tidak percaya diri menjadi percaya diri, dari perilaku yang satu ke perilaku yang

lain dan sebagainya. Ketiga, keterampilan (skills), dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak

kreatif menjadi kreatif (melakukan sesuatu). Keempat, perubahan pada aspek kinerja, unjuk

kerja, atau performance. Pengertian ini lebih terfokus pada hasil atau dampak proses belajar.

Dari penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa jika orang menjadi lebih

berpengetahuan, lebih berkemauan, dan lebih terampil mengerjakan sesuatu, maka tentulah

ia menunjukkan competencies dan performance yang lebih baik dan bermanfaat. Dengan kata

lain individu akan tumbuh dari keadaannya yang potensial (huaman being) menjadi manusia

yang aktual (being human), penuh karya dan dedikasi;

2. Ciri-Ciri Belajar

Berdasarkan penjelasan definisi dan esensi belajar tersebut di atas, kita dapat

menguraikan ciri-ciri belajar secara sepesifik seperti pendapat di bawah ini;

Baharudin dan Esa (2007) menyebutkan ada 4 ciri-cir belajar yakni:

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini

berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu

adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil

menjadi terampil;

b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku

yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-

rubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur

hidup;

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar

sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial;

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau Pengalaman; Pengalaman

atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Senada dengan pendapat di atas, Udin S Wirnatapura (2007; p.1.9) menyebutkan

tiga ciri-ciri belajar. Pertama; belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan

perilaku pada diri individu yang terjadi bukan hanya aspek pengetahuan tetapi juga

Page 5: Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran

La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran

5

pada aspek afektif, dan psiokomotirik; Kedua, perubahan harus buah dari pengalaman;

ini diakibatkan adanya interaksi dengan lingkungan; Ketiga, perubahan perilaku relatih

menetap. Perubahan perilaku akibat obat-obatan, minuman keras, dan lainnya tidak

dapat dikategorikan sebagai hasil belajar. Seorang atlet memecahkan rekor karena

minum obat kuat atau doping tidak dapat dikategorikan hasil belajar, sebab perubahan

tersebut tidak bersifat menetap.

Ciri-ciri lain belajar di ungkapkan oleh (2007:8 Principles of Language Learning and

Teaching) bahwa belajar merupakan “retention information” Retention implies storage

system, memory, cognitive organization, and involves some form of practice, perhaps

reinforced practice, active, conscious focus on and acting upon events outside or inside the

organism.

Berdasarkan gambaran tersebut di atas dapat dikatakan bahwa ciri-ciri belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, belajar hanya

dialami oleh sisiwa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses

belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan

sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, manusia, hewan,

tumbuh-tumbuhan atau hal-hal lain yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar

tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, ciri-ciri belajar menunjukan;

1. Ada individu atau Student yang bertindak sebagai pembelajar yang mengalami

perubahan; perubahan tersebut mengarah kepada perilaku positif;

2. Ada Tujuan (Goal) yang dicapai dari pengalaman dari interaksi antara individu dan

lingkungan yang tidak hanya mengarah pada perubahan mental tetapi juga harus

mengarah pada self konfidensi;

3. Ada proses internalisasi pada diri pembelajar yang mengarah pada perubahan

kemauan merubah diri untuk memiliki competencies;

4. Perubahan dapat terjadi kapanpun (whenever) dan dimanapun (whereever) dan

anyplace (semberang tempat).

5. Adanya kemajuan dalam memahami ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang

mengkristal dalam diri individu.

Disamping ciri-ciri spesifik yang diungkapkan di atas, ada juga ciri-ciri atau

karateristik Umum pendidikan, belajar dan perkembangan yang digambarkan oleh

Dimyati dan Mudjiono (2002; p.8) yang mengadopsi ciri-ciri umum belajar dari Monks,

Knoers, Sitti Rahayu (1989); Biggs & Telfer, 1987; Winkel, 1991. Serta ciri -ciri belajar

tradisional dan akselerasi belajar yang diungkapkan oleh Dave Meir (2002). Kedua

pendapat tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini;

Page 6: Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran

La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran

6

Tabel 1.1. Ciri-Ciri Umum Pendidikan, Belajar dan Perkembangan

No. Unsur-Unsur Pendidikan Belajar Perkembangan1. Pelaku Guru sebagai pelaku

mendidik dan siswayang terdidik

Siswa yangbertindak belajaratau pebelajar

Siswa yangmengalamiperubahan

2. Tujuan Membatu siswa untukmenjadi pribadimandiri yang utuh

Memperoleh hasilbelajar danpengalamanhidup

Memperolehperubahan mental

3. Proses Proses interaksisebagai faktoreksternal belajar

Internal pada diripembelajar

Internal pada diripembelajar

4. Tempat Lembaga Pendidikansekolah dan luarsekolah

Semberangtempat

Semberang tempat

5. Lama waktu Sempajang hayat dansesuai lembaga

Sepanjang hayat Sempanjang hayat

6. Syaratterjadi

Guru memilikikewibawaanpendidikan

Motivasi belajarkuat

Kemauan mengubahdiri

7. Ukurankeberhasilan

Terbentuk pribaditerpelajar

Dapatmemecahkanmasalah

Terjadi perubahanpositif

8. Faedah Bagi MasyarakatmencerdasakanBangsa

Bagi pembelajarmempertinggimartabat pribadi

Bagi pembelajarmemperbaikikemajuan mental

9. Hasil Pribadi sebagaipembangun yangproduktif dan kreatif

Hasil belajarsebagai dampakpengajaran danpengiring

Kemajuan ranahkognitif, afektif danpsikomotorik.

Pendapat lain yang menjelaskan tentang ciri-ciri belajar, digambarkan oleh Dave

Meier (2002, p.36) bahwa belajar seharusnya Luwes (tidak kaku), gembira (tidak muram

san serius), Banyak jalan ( tidak satu jalan), mementingkan tujuan (mementingkan

sarana), mengutamakan kerja sama (Bukan bersaing), lebih manusiawi (tidak hanya

mengutamakan perilaku), multi indrawi (tidak Verbal), bersifat mengasuh (tidak

mengontrol), lebih mementingkan aktivitas, perpaduan Mental, emosional dan fisik

(tidak semata-mata kognitif), berdasarkan hasil (bukan waktu).

1. Perubahan yang terjadi secara sadar. Ini berarti, bahwa seseorang yang

belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau paling tidak individu

akan merasakan setelah terjadi perubahan dalam dirinya. Suatu misal

menyadari pengetahuannya bertambah dan kecakapnnya juga mengalami

pertambahan dan kebiasaannya. Jadi perubahan secara sadar ini jika

dipulangkan kepada seseorang yang perubahan tingkah lakunya karena mabuk

atau dalam keadaan tidak sadar, tidaklah termasuk perubahan perubahan

dalam pengertian belajar.

Page 7: Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran

La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran

7

2. Perubahan belajar yang bersifat kontinu dan fungsional. Ini berarti perubahan

berlangsung terus menerus dan tidak statis. Jadi jika terjadi satu perubahan

maka akan terjadi perubahan berikutnya. Misalnya jika anak belajar menulis

maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat

menulis. Perubahan tersebut akan berlangsung terus hingga kecakapan

menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat

menulis dengan pulpen dapat menulis dengan kapur. Kecakapan ini akan terus

berlangsung terus hingga dapat menulis surat dan mengerjakan soal-soal dan

sebagainya.

3. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Dalam perbuatan belajar,

perubahan-perubahan itu itu senantiasa bertambah dan terfokus demi

memperoleh sesuatu yang lebih baik lagi dari pasa sediakala. Ini menandakan

banyak pula usaha belajar itu dilakukan, berarti semakin banyak pula

perubahan positif yang didapatnya. Sedangkan perubahan persifat aktif adalah

perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena upaya

individu itu sendiri.

4. Perubahan belajar bukan bersifat sementara. Perubahan belajar karena proses

belajar bersifat menetap (permanen), tingkah laku yang terjadi setelah belajar

akan bersifat permanen, itu sesungguhnya yang disebut belajar. Misalnya

kecakapan seseorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak

mudah menghilang, melainkan terus menerus dimilikinya, bahkan akan

semakin berkembang jika secara kontinuetas melatih diri.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Maknanya, bahwa perubahan

tingkah laku itu terjadi karena pada tujuan yang ingin dicapai. Perbuatan

belajar terarah karena perubahan tingkah laku benar-benar disadari. Misalnya

seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya ia telah menatapkan target

sementara yang akan dicapai sesudah belajar mengetik, dengan demikian

perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang

telah ditetapkan.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek belajar. Perubahan yang dimaksud adalah

perubahan keseluruhan tingkah laku berupa sikap, keterampilan dan

pengetahuan. Contoh jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka

perubahan yang paling menonjol dalam keterampilannya naik sepeda. Ia telah

mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara

kerja sepeda, pengetahuan jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat

sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan

Page 8: Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran

La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran

8

membersihkan sepeda dan sebagainya. Jadi perubahannya saling berkaitan

erat dengan aspek lainnya.

C. Tujuan Hakiki Belajar

1. Tujuan Umum Belajar

Setiap individu yang telah melakukan belajar, tentu tidak hanya mengharapkan

perubahan berjalan begitu saja akan tetapi mereka juga ingin mencapai tujuan belajar seperti

apa yang telah direncanakan, dicita-citakan. Jika kita kembali pada isi pendahuluan, bahwa

belajar adalah hanya semata-mata bersekolah atau kuliah tentu dapat diketahui tujuan belajar

mereka adalah hanya semata-mata agar lulus ujian dan mendapatkan gelar sarjana. Atau kita

akan mendapatkan jawaban secara umum yakni untuk menambah wawasan dan

pengetahuan. Lain halnya jika ditanyakan pada individu yang sudah bekerja, tidak sedikit dari

mereka menjawab agar memudahkan mengerjakan pekerjaan; agar dapat meningkatkan

karier; dan agar dapat lebih sukses. Bagi saya ini adalah tujuan belajar dari seorang generasi

penghafal, generasi apa adanya atau generasi individualistik. Karena itu seharusnya tujuan

belajar harus penuh makna bukan hanya untuk dirinya, akan tetapi untuk masyarakat, bangsa

dan negera seperti apa yang tertuang dalam tujuan pendidikan itu sendiri.

Menurut Maslow (1970, p.150) tujuan belajar adalah “to be self-actulization, full use

of talents, capacities, potentilities, etc.”

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, setiap individu pebelajar harus senantiasa

bersungguh-sungguh dalam belajar agar seluruh potensi yang ada dalam diri mereka dapat

teroptimalkan sehingga mempermudah mereka dalam mengaktulisasikan dirinya, dan menata

bakat dan kapasitas agar dapat menjadi individu yang mandiri dan full of performance.

Sementara itu, Andrias Harefa (2003, pp. 42-43) mendistribusi 7 jawaban mengapa

mesti belajar, yang saya terjemahkan sebagai tujuan dari belajar;

1) Being responsible; (Kita belajar agar kita mampu mempersiapkan diri untuk

menerima tanggung jawab atas hidup kita, atas pilihan-pilihan kita)

2) Being adaptable; (Kita belajar agar kita mampu menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar kita);

3) Being faithful; (Kita belajar agar kita menginsyafi kesalahan, bertobat, mengakui

keterbatasan dan berharap hanya kepada Sang Pencipta semata);

4) Being ourselves; (Kita belajar agar kita dapat membentuk karakter pribadi sebagai

anak manusia yang unik, autentik, dan tak terbandingkan);

5) Bein servant; (Kita belajar agar kita dapat melayani sesama manusia yang

memerlukan kita);

6) Being re-creator; (Kita belajar agar kita dapat menciptakan ulang masa depan kita)

7) Being human; (Kita belajar agar kita menjadi lebih manusiawi).

Page 9: Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran

La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran

9

Kedua pendapat di atas, dapat disetarakan dengan tujuan pendidikan nasional tahun

2003, Pasal 3 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menajadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang

maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis dan bertanggungjawab.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang

menunjukan bahwa peserta didik telah melakukan perbuatan belajar yang meliputi perilaku

yang kompleks; dan tujuan belajar mengharapkan setiap individu seharusnya tidak hanya

menjadi manusia yang berpengetahuan, bersikap, memiliki keterampilan dan punya

performance yang baik akan tetapi mereka senantiasa harus siap merubah diri menjadi

makhluk sosial yang mandiri, penuh karakter, lebih manusiawi yang tidak melupakan akan

kebesaran sang pencipta yang pada akhir menjadi manusia pembelajar yang bertaqwa,

bertanggungjawab dan demokratis, baik bagi dirinya, masyarakat dan lingkungannya.

2. Peserta didik sebagai Tujuan

Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar, belajar-mengajar. Dalam

kegiatan tersebut sisawa mengalami tindak mengajar, dan merespon dengan tindak

mengajar. Pada mulanya siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru

tetang sasaran belajar, maka siswa mulai mengetahui apa arti dan tujuan yang dicapai dalam

belajar.

Mengenai tujuan belajar bagi siswa dan guru, Sadirman, A.M. (2001; p.26)

menyatakan bahwa tujuan belajar siswa yang eksplisit adalah diusahakan dicapai dengan

tindakan instruksional, yang lazim disebut atau dinamakan dengan instructional effects, yang

biasa berbentuk pengethauan dan keterampilan. Sedang tujuan-tujuan yang merupakan hasil

sampingan yaitu: tercapai karena siswa “menghidupi” (to live in) suatu sistem lingkungan

belajar tertentu seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokrasi,

menerima pendapat orang lain. Jadi guru dalam mengajar sudah memiliki rencana dan

menetapkan strategi belajar-mengajar untuk mencapai tujuan instructional.

Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain instruksional guru

merumuskan tujuan khusus belajar atau sasaran belajar siswa. Rumusan tersebut disesuaikan

dengan perilaku yang hendaknya dapat dilakukan siswa. Sebagai ilustrasi, misalnya guru

merumuskan sasaran belajar “siswa dapat menyebutkan ciri khas suatu prosa dan puisi.’

Sasaran tersebut berfaedah bagi guru untuk membelajarkan siswa.

Dalam melukiskan kesejajaran tindak guru mencapai sasaran belajar, dan tindak siswa

yang belajar untuk mencapai tujuan belajar sampai lulus dan mencapai tingkat kemadirian.

(1) Guru menyusun acara pembelajaran dan berusaha mencapai sasaran belajar, suatu

perilaku yang dapat dilakukan oleh peserta didik. (2) Siswa melakukan tindak belajar, yang

Page 10: Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran

La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran

10

meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akibat belajar

tersebut siswa mencapai tujuan belajar tertentu. Dengan makin meningkatnya kemampuan

maka secara keseluruhan siswa dapat mencapai tingkat kemadirian.

Bagan di bawah ini melukiskan kesejajaran tindak guru mencapai sasaran belajar, dan

tindak belajar untuk mencapai tujuan belajar. Bagan ini diadopsi dari Dimyati dan Mudjiono

(2002; p.24).

Acara PembelajaranSasaran belajar-Pokok bahasan-Evaluasi

Sesuai program pendidikan

1 Sasaran Sasaran Sasaran SasaranGuru Belajar Belajar Belajar Belajar

01 02 03 04 Lulusdinyatakan

Belajar Belajar Belajar Belajar mencapai01 02 03 04 tingkat

Prestasi &kemandirian

2 Kemampuan Kemampuan Kemampuan KemampuanSiswa Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat

01 02 03 04

Pencapaian tujuan-tujuan belajarUntuk mencapai kemandirian

Kegiatan Belajar

Dari segi guru, guru memberikan informasi tentang sasaran belajar. Bagi siswa,

sasaran belajar tersebut merupakan tujuan belajarnya sementara. Dengan belajar, maka

kemampuan siswa meningkat. Meningkatnya kemampuan mendorong siswa untuk mencapai

tujuan belajar yang baru. Bila semua siswa menerima sasaran belajar dari guru dengan baik,

maka makin lama siswa dapat membuat program, rencana belajar sendiri dalam mencapai

tujuan belajarnya., semakin matang program dan rencana belajar peserta didik, maka

semakin meningkat pula kemampuan siswa tersebut dan selanjutnya semakin tinggi

kemandirian seorang peserta didik, ini artinya ranah kognitif, afektif dan psikomotorik peserta

didik semakin berfungsi.

Page 11: Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Bab I Belajar dan Pembelajaran

La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd/Belajar dan Pembelajaran

11