materi manajemen perjalanan

56
www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com 1 MANAJEMEN PERJALANAN Manajemen adalah suatu penyusunan suatu rencana dan persiapan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara garis besar, Manajemen perjalanan terdiri dari tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan laporan kegiatan. 1. Perencanaan Sebelum melakukan suatu kegiatan sebaiknya kita menentukan hal-hal sebagai berikut: a. What : kegiatan apa yang akan kita lakukan b. Where : dimana kegiatan tersebut akan dilakukan c. When : kapan kegiatan akan dilaksanakan d. Who : siapa yang akan mengikuti kegiatan tersebut e. Why : tujuan yang akan dilakukan dengan adanya kegiatan tersebut f. How : bagaimana kegiatan tersebut akan dilakukan Pengumpulan informasi juga merupakan tahap penting dalam perencanaan perjalanan. Pengembangan dari informasi yang ada meliputi: a. Kondisi medan Kondisi meliputi keadaan cuaca, kondisi medan, rute yang dipilih. b. Waktu pelaksanaan Tetapkan waktu pelaksanaan agar tidak mengganggu kegiatan lainnya. Perkirakan juga alokasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan tersebut. Hal ini penting untuk menentukan logistik yang diperlukan c. Pembagian tugas Untuk lebih memudahkan, perlu koordinasi dalam suatu kelompok dalam penentuan tugas. d. Logistik dan obat Logistik disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat. Misalnya dari alokasi waktu yang kita buat, kita akan memerlukan logistik seberapa banyak. Obat-obatan yang harus dibawa adalah obat untuk pertolongan pertama. Misalnya: antiseptic, pembalut kasa, plester, oralit, obat penghilang nyeri, obat sakit perut, dan anti biotik. Obat juga sebaiknya sesuai dengan kebutuhan saat pelaksanaan kegiatan. Misalnya : krim pelindung kulit (medan dengan paparan sinar matahari). Apabila memiliki penyakit yang bisa kambuh, sebaiknya membawa obat pribadi tersebut. e. Akses perjalanan Bagaimana cara mencapai tempat tujuan, dengan alat transportasi apa hingga estimasi waktunya f. Perijinan Menghubungi pihak berwajib untuk mendapatkan ijin, apabila ada syarat khusus yang ditetapkan di suatu tempat alangkah baiknya untuk mengikuti perintah tersebut. g. Perlengkapan alat Alat navigasi, carrier dan cover carrier, Sepatu atau sandal outdoor, peralatan masak, peralatan tidur, peralatan mandi, pakaian ganti, kaos kaki, topi lapangan, ponco/rain coat, alat tulis, survival kit (korek, senter, tali, jarum dan benang dll). h. Pembiayaan dan administrasi

Upload: iman-hakim-wicaksana

Post on 19-Jan-2016

307 views

Category:

Documents


88 download

DESCRIPTION

mounteneringperjalanangunung

TRANSCRIPT

Page 1: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

1

MANAJEMEN PERJALANAN

Manajemen adalah suatu penyusunan suatu rencana dan persiapan untuk mencapai tujuan

tertentu.

Secara garis besar, Manajemen perjalanan terdiri dari tahap perencanaan, persiapan,

pelaksanaan dan laporan kegiatan.

1. Perencanaan

Sebelum melakukan suatu kegiatan sebaiknya kita menentukan hal-hal sebagai berikut:

a. What : kegiatan apa yang akan kita lakukan

b. Where : dimana kegiatan tersebut akan dilakukan

c. When : kapan kegiatan akan dilaksanakan

d. Who : siapa yang akan mengikuti kegiatan tersebut

e. Why : tujuan yang akan dilakukan dengan adanya kegiatan tersebut

f. How : bagaimana kegiatan tersebut akan dilakukan

Pengumpulan informasi juga merupakan tahap penting dalam perencanaan perjalanan.

Pengembangan dari informasi yang ada meliputi:

a. Kondisi medan

Kondisi meliputi keadaan cuaca, kondisi medan, rute yang dipilih.

b. Waktu pelaksanaan

Tetapkan waktu pelaksanaan agar tidak mengganggu kegiatan lainnya. Perkirakan juga

alokasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan tersebut. Hal ini penting

untuk menentukan logistik yang diperlukan

c. Pembagian tugas

Untuk lebih memudahkan, perlu koordinasi dalam suatu kelompok dalam penentuan

tugas.

d. Logistik dan obat

Logistik disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat. Misalnya dari alokasi waktu

yang kita buat, kita akan memerlukan logistik seberapa banyak.

Obat-obatan yang harus dibawa adalah obat untuk pertolongan pertama. Misalnya:

antiseptic, pembalut kasa, plester, oralit, obat penghilang nyeri, obat sakit perut, dan

anti biotik. Obat juga sebaiknya sesuai dengan kebutuhan saat pelaksanaan kegiatan.

Misalnya : krim pelindung kulit (medan dengan paparan sinar matahari). Apabila

memiliki penyakit yang bisa kambuh, sebaiknya membawa obat pribadi tersebut.

e. Akses perjalanan

Bagaimana cara mencapai tempat tujuan, dengan alat transportasi apa hingga estimasi

waktunya

f. Perijinan

Menghubungi pihak berwajib untuk mendapatkan ijin, apabila ada syarat khusus yang

ditetapkan di suatu tempat alangkah baiknya untuk mengikuti perintah tersebut.

g. Perlengkapan alat

Alat navigasi, carrier dan cover carrier, Sepatu atau sandal outdoor, peralatan masak,

peralatan tidur, peralatan mandi, pakaian ganti, kaos kaki, topi lapangan, ponco/rain

coat, alat tulis, survival kit (korek, senter, tali, jarum dan benang dll).

h. Pembiayaan dan administrasi

Page 2: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

2

Baik untuk transportasi maupun perijinan

i. Kesiapan fisik, mental, dan pengetahuan serta etika perilaku perjalanan

2. Persiapan

a. Pengkoordinasian anggota kelompok

b. Checking (semua rencana)

c. Pemberangkatan

Semua barang yang telah di check dimasukkan dalam carrier. Urutan packing yang

baik adalah :

1. kelompokkan barang sesuai kategori .dikelompokkan menurut fungsinya, lalu

letakkan bersama-sama menurut tingkat kebutuhannya.kemudian di masukkan

kedalam kantong plastik

2. longgarkan tali carrier, masukkan trash bag untuk pelindung air kemudian

matras dilingkarkan didalam carrier

3. Letakkan barang-barang yang berat di bagian atas dan barang-barang yang

ringan di bagian bawah seperti alat tidur, alat ganti, alat masak, dan logistik. ini

penting dilakukan agar berat seluruh beban jatuh di pundak, bukan di pinggang

atau punggung. Bagilah berat itu secara merata di sebelah kiri dan kanan,

jangan menyiksa salah satu bahu dengan berat yang tak seimbang.

4. Letakkan barang-barang yang dibutuhkan dalam perjalanan di bagian atas

seperti survival kit, obat-obatan, dan alat navigasi

5. Manfaatkan ruangan yang ada seefektif mungkin.

6. Kencangkan tali carrier dan sesuaikan dengan tubuh kita

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan hendaknya sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya. Tetap waspada akan hal yang tidak diinginkan seperti perubahan cuaca

atau kecelakaan. Selalu bersiap untuk melaksanakan plan B

4. Laporan kegiatan

Meliputi evaluasi kegiatan dan catatan perjalanan. Segala hal-hal yang terjadi saat

pelaksanaan harus dicatat agar dikedepannya bisa menjadi lebih baik

Manajemen logistik

Manajemen logistik tergantung dari alokasi waktu, kebutuhan tubuh, dan sesuai perencanaan.

Biasanya kebutuhan energi seseorang bisa dihitung dengan rumus: berat badan x 24 kalori.

Adapun kebutuhan karbohidrat sehari adalah 60-70%, protein sekitar 12-15% dan lemak

sebanyak 20-25%. Secara keseluruhan jumlah kebutuhan seseorang berkisar 2500 s/d 3500

kalori per hari.

Page 3: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

3

NAVIGASI DARAT

Sebagai seorang Tim Bantuan Medis, ketika dihadapkan dengan suatu berita kecelakaan

pesawat di suatu daerah terpencil, kita harus mampu melakukan usaha pencarian dan

penyelamatan korban kecelakaan tersebut. Dibutuhkan suatu ketrampilan khusus dalam

melakukan tindakan tersebut yakni kemampuan navigasi darat. Kemampuan ini sangat

dibutuhkan agar tidak salah dalam menentukan posisi jatuhnya pesawat ataupun tersesat dalam

perjalanan menuju lokasi kejadian.

Kemampuan navigasi darat adalah kemampuan menentukan posisi dan arah perjalanan

baik di medan sebenarnya maupun di peta serta kemampuan merekam dan membaca gambaran

permukaan fisik bumi. Hal tersebut ditunjang dengan kemampuan menggunakan peralatan

pedoman arah seperti peta dan kompas serta perlengkapan lainya seperti protaktor/ busur

derajat, penggaris, dan alat tulis.

I. Peta Topografi

Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian

sama dari lintang dan garis bujur. Koordinat geografis pada peta dinyatakan dalam

satuan derajat, menit dan detik.

A. Koordinat Peta

Cara mengubah koordinat derajat menjadi menit dan detik, dengan cara

mengalikannya dengan 60.

Contoh:

5,123o = 5o + 0,123o = 0,123 x 60

= 5o 7,38’ = 7,38’

= 5o7’22,8” = 7’ + 0,38’

= 0,38’ x 60

= 22,8”

B. Skala Peta

Penulisan skala :

1. Skala Angka

contoh :

Skala 1 : 25.000 berarti 1 cm dipeta = 25.000 cm (250 m) di medan sebenarnya.

2. Skala Garis

Page 4: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

4

contoh:

Setiap bagian blok dipeta mewakili 5 km pada medan sebenarnya.

C. Garis Kontur

Garis kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik berketinggian

sama dari permukaan laut yang digunakan untuk mengetahui letak suatu tempat dari

permukaan laut dan juga untuk mengetahui jarak di lapangan yang sebenarnya.

Garis kontur yang berbentuk ‘U’ menandakan pegunungan, sedangkan yang

berbentuk ‘V’ terbalik menandakan lembah/jurang. Perbedaan ketinggian antara 2 garis

ketinggian apabila tidak tertulis dipeta adalah 1:2000 skala peta (m).

D. Tanda Medan

Selain dengan tanda pengenal pada peta topografi, kita juga bisa menggunakan

bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok di lapangan dan mudah dikenali

dipeta, seperti puncak gunung/bukit, lembah, jembatan, tanjung/teluk, sungai,dll.

II. Kompas

Kompas adalah perangkat navigasi disamping peta yang berfungsi sebagai

petunjuk arah kutub-kutub magnetik bumi.

a. Bagian-bagian Kompas

- Jarum magnetik, menunjukkan arah utara dan selatan

- Skala penunjuk / skala lingkaran mendatar, menunjukkan pembagian derajat

sistem mata angin.

- Badan kompas atau bagian penyangga.

b. Jenis Kompas

1. Kompas Orienteering, kurang akurat untuk membidik tetapi banyak

membantu dalam pembacaan dan perhitungan di peta.

2. Kompas Bidik, memudahkan membidik namun perlu dilengkapi dengan busur

dan penggaris untuk membacanya.

Cara Penggunaan :

- Buka kompas dan tutupnya tegak lurus ke atas

- Tarik cincin ibu jari jauh-jauh ke bawah

- Masukkan ibu jari ke dalam cincin dan jari telunjuk menekan kotak kompas

- Dekatkan prisma ke mata dan arahkan ke sasaran yang dicari, garis rambut

pada tutup kompas berada satu garis dengan sasaran

Page 5: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

5

- Baca melalui prisma nilai skala yang ditunjuk pada kompas, ini adalah sudut

kompas

III. Teknik-teknik Pada Kompas

a. Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta secara benar sesuai

dengan keadaan di medan.

Langkah-langkah orientasi peta:

- Carilah tempat terbuka untuk dapat melihat tanda-tanda medan.

- Letakkan peta pada bidang datar

- Samakan arah utara peta dan kompas

- Samakan tanda-tanda medan tadi dengan tanda-tanda yang ada dalam peta.

b. Resection

Resection adalah menentukan posisi kita pada peta dengan menggunakan

tanda-tanda medan yang ada.

Langkah-langkah resection:

- Lakukan orientasi peta

- Pilih tanda medan yang mencolok, setidaknya dua buah

- Bidik dua tanda medan tersebut dari posisi kita dan catat sudut kompasnya

- Pindahkan sudut kompas pada peta dan tarik garis lurus sehingga didapatkan

titik perpotongan dari dua garis tersebut dan disitulah posisi kita berada

c. Intersection

Intersection adalah menentukan posisi suatu titik pada peta dengan

menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan.

Langkah-langkah intersection:

- Lakukan orientasi medan dan orientasi peta

- Bidik objek yang kita amati

- Pindahkan sudut kompas yang kita dapatkan ke peta

- Bergerak ke posisi atau tanda medan lain, bidik dan pindahkan sudut

kompasnya ke peta

- Tarik garis lurus dan perpotongan garis tersebut adalah titik yang kita cari

d. Azimuth – Back Azimuth

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang

pengamat. Azimuth digunakan untuk menentukan suatu titik dari posisi kita

berada, sedangkan Back Azimuth digunakan untuk menentukan posisi kita

dengan bantuan tanda-tanda medan.

Perhitungan Back Azimuth adalah dengan menggunakan Azimuth. Jika

sudut azimuth kurang dari 180o maka back azimuthnya ditambah 180o,

Page 6: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

6

sedangkan jika sudut azimuthnya lebih dari 180o maka back azimuthnya

dikurang 180o.

e. Menentukan Arah Tanpa Kompas

Dalam sebuah perjalanan kita tidak bisa mengetahui apa yang akan

terjadi salah satunya adalah kompas yang tiba-tiba tidak berfungsi. Pada saat

seperti ini kita tidak bisa selalu mengandalkan peralatan saja, namun masih ada

alam yang dapat membantu kita, antara lain:

1. Tanda-tanda alam :

- Kuburan islam menghadap ke utara

- Masjid menghadap kiblat atau barat laut

- Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukkan arah timur, karena

pada pagi hari matahari belum terik

2. Jarum Arloji

Untuk daerah di sebelah utara khatulistiwa, jarum kecil diarahkan ke

matahari, garis pembagi sudut antara jarum kecil dengan angka 12 akan

menunjukkan arah utara. Begitu pula dengan daerah di sebelah selatan

khatulistiwa, tetapi yang didapat adalah arah selatan.

3. Perbintangan

- Rasi bintang Crux (bintang salib/gubuk penceng) menunjukkan arah

utara dengan memperhatikan tiga bintang utama yang terdekat.

- Rasi bintang Orion menunjukkan arah utara dengan memperhatikan tiga

buah bintang di bagian atas.

- Rasi bintang Waluku (bajak) dan bintang Kutub menunjukkan arah

utara. Keistimewaan bintang ini, sekalipun bintang lainnya berputar di

langit pada malam hari, tetapi bintang Kutub tetap berada di utara.

Page 7: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

7

SIMPUL

Kriteria simpul yang baik:

- Mudah untuk dibuat dan serbaguna

- Mudah dilihat kebenaran lilitannya

- Aman, dengan ikatan/lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun bertumpuk pada saat

dibebani

- Mudah dilepas/diurai setelah dibebani

- Mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin

Jenis-jenis simpul yang sering digunakan:

1. Simpul 8

a. Simpul 8/Figure Eight Knot

Merupakan simpul yang paling banyak digunakan, hampir 90%. Digunakan untuk

menyambung tali ke carabiner atau ke harness langsung.

Kelebihannya antara lain mudah dipelajari dan dicek kebenarannya, serta mempunyai

kekuatan 75-80%, lebih kuat dari bowline.

Kelemahannya agak susah dilepas, apalagi jika sudah terikat dengan kuat.

Page 8: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

8

b. Simpul 8 Anyam

c. Simpul 8 Double

2. Simpul 9

Digunakan sebagai simpul di ujung tali, biasa digunakan sebagai penambat. Salah satu

simpul terkuat dan sangat dianjurkan untuk pembebanan berat. Kekuatan 75-85%.

Page 9: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

9

3. Simpul Bowline

Digunakan sebagai penambat langsung. Kelebihan mudah dilepas, sedangkan

kekurangannya adalah kekuatannya hanya 70-75%.

a. Bowline Single

b. Bowline Double

4. Simpul Pangkal/Clove Hitch

Digunakan untuk awalan dan akhiran dalam pembuatan tandu menggunakan webbing.

Sebagai penahan yang dapat digeser sehingga dapat mendekati atau menjauhi anchor

sesuai kondisi yang diinginkan penambat.

Page 10: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

10

Dapat menjerat dan mampu menahan beban dengan baik pada bidang vertikal.

5. Simpul Jangkar/Girth Hitch

Dapat digunakan untuk mengikat anchor yang alami atau buatan. Selain itu, digunakan

untuk menganyam webbing dalam pembuatan tandu darurat.

6. Simpul Butterfly/Alpine Butterfly

Berfungsi sebagai middle knot, breaking strength 65%, merupakan salah satu simpul yang

tidak terkunci pada pembebanan lintasan tali. Digunakan juga untuk mengamankan tali

yang sudah cacat.

Page 11: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

11

7. Simpul Playboy

Digunakan dalam pembuatan double anchor (Y anchor)

8. Simpul Double Fisherman

Digunakan untuk menyambung tali yang sama besar, kekuatan 65-75%.

Page 12: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

12

9. Simpul Pita

Berfungsi sebagai penyambung tali pita/webbing, memiliki friksi yang terbaik dalam

penyambung tali.

Page 13: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

13

ANCHORING

Anchor/jangka/tambat merupakan bagian penting dalam instalasi alat-alat

rappelling. Anchor adalah bagian dimana tali berawal (diikatnya, tentunya dengan

menggunakan simpul yang sesuai dengan kondisi saat itu) dan sebagai penopang utama

tubuh rappeller.

Ada dua jenis anchor :

1. Natural Anchor, contohnya pohon besar, lubang-lubang di tebing, atau tonjolan-tonjolan

batu.

2. Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan pada tebing menggunakan peralatan

panjat seperti piton, chox, friends.

Syarat-syarat suatu tempat ataupun benda bisa digunakan untuk anchor, antara lain:

1. Lokasinya sesuai dan aman (tidak ada reruntuhan batu atau es)

2. Bisa untuk nature dan artificial anchor

3. Tinggi anchor antara lutut sampai dada (optional tergantung kenyamanan)

4. Kemungkinan antar tali untuk menyilang kecil (ropes crossovers)

5. Anchor lebih dari satu (optional)

Instalasi anchor mungkin agak sulit dijelaskan secara tertulis. Akan jauh lebih baik jika teori

dan praktek dilakukan dalam satu kesempatan. Contoh pemasangan anchor adalah sebagai

berikut;

Page 14: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

14

a) Fixed rope with intermediate anchors

b) Two-point equalized anchor

c) Boulders used as anchors

d) Hero-loop

e) Examples of piton placements

f) Chockstones

Page 15: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

15

g) Chock placements

h) Self-equalizing anchors

Page 16: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

16

SURVIVAL GUNUNG HUTAN – JUNGLE SURVIVAL

1.1 Pengertian Survival

Survival : Berasal dari kata “Survive” yang artinya mampu mempertahankan hidup.

Sedangkan “Survival” artinya berhasil/mampu mempertahankan hidup dari

keadaan yang kurang mengutungkan (kritis/Buruk) demi kelangsungan hidup.

Survivor : Orang yang sedang melakukan kegiatan Survival, bisa perorangan ataupun

kelompok

1.2 Misi Survival

A. English Version

a. Size Up The Situation

b. Undue Haste Makes Waste, Use All Your Senses

c. Remember Where you are

d. Vanquish Fear And Panic

e. Improvise

f. Value Living

g. Act Like The Natives

h. Live By Your Wits, but for now Learn Basic Skills

B. Indonesian Version

a. Sadarilah Sungguh-Sungguh Situasimu

b. Usahakan Untuk Tenang dan Tabah

c. Rasa Takut dan Putus Asa Harus di Kuasai

d. Vitalitas Harus di Tingkatkan

e. Ingatlah Dimana Kau Berada

f. Variasi Alam Bisa Dimanfaatkan

g. Adat Istiadat Setempat Perlu Ditiru

h. Latihlah Dirimu dan Belajarlah Selalu

1.3 Masalah Yang Sering Dihadapi Dalam Survival

A. Masalah Alam (Cuaca, Keadaan Medan dll)

a. Faktor Dingin

Penurunan suhu tubuh lebih dari 350 dapat menyebabkan kematian. Penurunan suhu

tubuh dari suhu normal ini biasa disebut Hypothermia/Hipotermia

Cirri-ciri Hypothermia :

Badan menggigil kedinginan

Bibir, ujung jari dan telinga terasa dingin dan membiru (pucat)

Page 17: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

17

Kaku dan terasa sulit saat berbicara (kondisi ini menunjukan penderita

mengalami tahap kritis/parah)

Pencegahannya :

Mengganti energy melalui metabolisme tubuh

Membuat bivak/shelter

Menyalakan/membuat perapian (api unggun)

Usahakan untuk mencari pertolongan secepatnya

b. Faktor Panas

Menurut beberapa ahli “panas jarang menyebabkan kematian tetapi bukan berarti

tidak ada kematian yang disebabkan oleh panas”.

Gangguan yang disebabkan panas diantaranya :

Sunstroke (Sengatan Sinar Matahari)

Sunburn (Terbakar Matahari)

Sunblink (Buta Akibat Pantulan Matahari)

Combustio (Luka Bakar)

Heat Exhaustion (Kelelahan/Keletihan Karena Panas)

c. Dan Faktor-Faktor Lainnya

B. Masalah Diri Sendiri

a. Faktor Fisik

b. Faktor Mental

Adapun faktor keberhasilan survival diantaranya adalah sebagai berikut :

Kebulatan tekad untuk tetap hidup

Kepercayaan diri

Akal sehat dan inisiatif

Disiplin dalam rencana kegiatan

Alat survival yang memadai

c. Faktor Pengetahuan Dan Keterampilan

C. Masalah Makhluk Hidup Lainnya

a. Faktor Diri Sendiri

Prinsip yang perlu untuk di ingat :

Hadapi situasi dengan tenang dan bijaksana

Istirahat untuk menghilangkan rasa cemas, takut dan panik

Perhatikan kondisi tubuh

Ingat pengetahuan yang dimiliki

b. Faktor Manusia

Page 18: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

18

Masalah yang berpengaruh adalah menghadapi manusia/penduduk asli, perlu di

ingat :

Hormati adat istiadat setempat

Ikuti kebiasaan yang berlaku

Selalu bertindak dengan sopan.

c. Faktor Binatang

Kenali sifat-sifat binatang, segera lakukan tindakan untuk menghindari hal-hal

yang mengancam jiwa kita

d. Faktor Tumbuhan

Jangan memakan tumbuhan yang ada sebelum yakin bahwa tumbuhan tersebut

mengandung racun

1.4 Pedoman Survivor

Pedoman ini sangatlah penting saat kita menghadapi keadaan yang sulit *contoh ; tersesat

A. S = Stop and seating (Berhenti Duduklah dan Jangan Panik)

B. T = Thingking (Gunakan Akal Sehat dan Selalu Sadar Akan Keadaan yang sedang di

hadapi)

C. O = Observe (Amati Keadaan Sekitar)

D. P = Planning and Preparing (Buat Rencana dan Persiapan Mengenai Tindakan/Usaha

Yang Akan Dilakukan).

1.5 Survival Style

Gaya kegiatan survival dibedakan menjadi 2, yaitu :

A. Survival Dinamis (Bergerak Mencari Jalan Keluar)

a. Membuat rencana kegiatan dan pembagian tugas

b. Mengadakan orientasi medan (Bab Navigasi)

c. Mengadakan penjatahan makan/minum

d. Membuat jejak dan mencari perhatian (tanda-tanda/isyarat)

e. Mencari pertolongan

f. Diusahakan untuk berkomunikasi dengan dunia luar (regu/individu diluar hutan)

B. Survival Statis (Tinggal Ditempat)

g. Membuat bivouac/bivac/bivak

h. Mencari air

i. Mencari makanan

j. Membuat api

k. Membuat jerat/trap

l. Mengatur penjatahan makan/minum

m. Membuat tanda-tanda/isyarat

Page 19: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

19

Adapun langkah penting (3M) sebelum menentukan Gaya Kegiatan Survival, yaitu ;

1. Mengkoordinasi Anggota

2. Melakukan Pertolongan Pertama

3. Melihat Kemampuan dan Keadaan Anggota

Page 20: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

20

BAB II

TEKNIS KEGIATAN

Kegiatan Survival tidak hanya dilakukan dengan dasar kemampuan Fisik dan Mental yang

kuat, dalam Kegiatan Survival-pun ada teknis kebutuhan yang akan menunjang Kegiatan

Survival yang akan kita lakukan.

Teknis Kegiatan Survival yang akan dibahas dalam buku saku ini adalah Teknis Kegiatan

Survival Gunung Hutan atau Jungle Survival.

2.1 Bivac

Bivac adalah tempat perlindungan yang nyaman dalam keadaan darurat untuk melindungi

diri dari faktor-faktor alam dan lingkungan yang mana digunakan untuk satu orang atau lebih.

Bahan untuk membuat bivac/bivoac/bivak di bagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai berikut :

Alam :

Pohon yang utuh maupun yang tumbang

Dedaunan

Gua

Lubang Tanah

Dan Lainnya

\

Buatan :

Poncho Plastik

Jas Hujan

Flysheet

Dan Lainnya

Berbagai bentuk, macam dan cara membuat bivac tergantung daripada selera dan

kreatifitas masing-masing, keadaan alam dan lingkungan, jumlah orang dan bahan yang ada

untuk membuatnya.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat bivac adalah sebagai berikut :

Pilih lokasi yang baik (usahakan ditempat yang datar)

Jangan terlalu merusak alam sekitar

Cukup dekat dengan sumber air

Hindari daerah aliran air

Bukan pada jalur lintasan binatang buas atau sarang nyamuk/serangga

Tidak berada dibawah pohon, tebing, atau benda yang berkemungkinan roboh (rapuh)

Memiliki rangka dan kontruksi (bahan) yang kuat

Bivac jangan sampai bocor

Tidak tergenang air bila hujan

Terlindung langsung dari angin

Page 21: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

21

* lihat di Bab Gambar

2.2 Air

Air merupakan prioritas utama dalam Kegiatan Survival. Seseorang tidak mendapatkan air

sama sekali dalam waktu 3 hari maka ia akan terancam kematian.

Adapun Air yang tidak perlu dimurnikan, seperti air hujan langsung. Kita bisa

menampung air hujan dengan poncho atau daun yang lebar dan mengalirkannya ke tempat

penampungan (botol air atau yang lainnya)

Contoh air yang tidak perlu dimurnikan (dapat diminum langsung) antara lain adalah

sebagai berikut :

Mata air

Air tidak berbau

Air tidak berwarna

Air dari tumbuhan beruas-ruas

Air dari tumbuhan merambat

Sedangkan Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu (tidak dapat diminum langsung)

antara lain adalah sebagai berikut :

air yang tergenang

air didaerah berbatu/berkapur

air dari batang pohon pisang

air laut

atau air yang berbau tidak sedap

2.3 Makanan

Seorang Survivor bisa bertahan cukup lama tanpa makanan maksimal sekitar 2-3 minggu,

hal ini jika dibandingkan dengan tidak ada air sama sekali. Untuk sekedar mengganjal perut

selama dalam perjalanan seorang Survivor bisa makan tumbuhan/makanan apa saja, selama

tumbuhan/makanan tersebut aman untuk dikonsumsi. *sumber makanan dapat diperoleh dari

tumbuhan dan hewan (lihat Bab Botani dan Zoologi Praktis)

Untuk memanfaatkan bahan yang tersedia kita perlu Memasak agar bahan makanan baik

itu dari hewan atupun tumbuhan dapat kita makan tanpa menyebabkan keracunan. Jadi bahan

makanan yang tersedia di alam (natural food) bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Tujuan Memasak :

Sterilisasi bahan makanan

Membuat bahan makanan mudah dimakan dan dicerna

Menambah kenikmatan rasa

Page 22: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

22

2.4 Api

Api sangat berguna dalam Kegiatan Survival, selain untuk penerangan ketika malam tiba

adapun manfaat dari perapian adalah sebagai berikut ;

Menjauhkan binatang buas

Sebagai penghangat badan

Memasak

Dan lainnya

* lihat di Bab Gambar

2.5 Jerat / Trap

Jerat atau Trap(jebakan) akan sangat berguna untuk mendapatkan binatang yang akan

dijadikan sebagai bahan makanan dalam Kegiatan Survival.

* lihat di Bab Gambar.

2.6 Survival Kits

Agar Survivor tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan Survival, perlu dilengkapi

alat-alat Survival yang memadai.

A. Jungle Survival Kits (Pro)

1. 2 Buah Senjata Tajam *contoh ; Bayonet dan Parang

2. Waterproof Matches (Korek Api Anti Air)

3. Batu Api / Geretan

4. Lilin dan Atau Parafin

5. Peta dan Kompas

6. Poncho / Jas Hujan / Raincoat

7. Jarum, Peniti, kancing dan Benang

8. Benang Sol dengan Jarumnya

9. Tali Temali

10. Kail dan Senar

11. Flash Light (Senter)

12. Peluit

13. Cermin Kecil

14. Obat Pribadi

15. Alat Kosmetik / Sunblock (Penangkal Panas)

16. Topi Rimba

17. Sarung Tangan

Page 23: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

23

18. Suryakanta

19. Tablet Garam, Norit

20. Kantung Plastik (Besar MaupunKecil)

21. Kantung / Botol Tempat Air Atau Kondom

B. Jungle Survival Kits (Mini)

1. Senjata Tajam *contoh ; Parang

2. Korek Api

3. Lilin dan Atau Parafin

4. Peta dan Kompas

5. Poncho / Jas Hujan / Raincoat

6. Jarum, Peniti, kancing dan Benang

7. Benang Sol dengan Jarumnya

8. Mini Flash Light / Flash Light (Senter)

9. Peluit

10. Obat Pribadi

11. Kantung / Botol Tempat Air Atau Kondom

*Benda yang ditulis dengan huruf tebal berarti benda tersebut sangat penting dalam Kegiatan

Survival.

Untuk Survival Kits hendaknya disesuaikan dengan lingkungan atau medan yang di

tempuh agar kita bisa mengefisiensikan kegunaan atau kapasitas tempat dimana kita akan

membawa Survival Kits tersebut.

Page 24: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

24

BAB III

TIPS DAN TRIK SURVIVAL

3.1 Bivac

Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai Bivac yaitu gua, lekukan tebing

atau batu yang cukup dalam, lubang-lubang dalam tanah dan sebagainya. Apabila memilih

gua agar kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian satwa. Gua yang akan

ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk mengetahui ada tidaknya racun

adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala dalam gua tadi artinya tak ada racun

atau gas berbahaya di sekitarnya.

3.2 Air

Cara lain untuk mendapatkan air, dapat pula dengan cara membaca jejak binatang yang

biasanya menuju arah mata air atau mengikuti kelompok burung yang terbang disekitar kita.

*lihat di Bab Gambar

Berikutnya air dapat diperoleh dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang

sehingga yang tersisa tinggal bawahnya (bongkahnya) lalu buat lubang ditengahnya maka air

akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan. *air harus dimurnikan terlebih

dahulu.

Untuk mengatasi rasa haus yang berlebihan dapat dijaga dan diusahakan agar mulut tetap

lembab dan basah dengan cara menelan air liur, menghisap ujung kerah baju. Dalam mengatur

makanan disesuaikan dengan persediaan air yang ada. Jangan minum alkohol sebagai penahan

haus ini akan sangat berbahaya. Meminum air seni merupakan tindakan yang salah. Jangan

merokok karena mengakibatkan keringnya tenggorokan dan kehausan

3.3 Api

Untuk menyalakan perapian sebaiknya kita hindari tanah yang lembab. Jika kita hanya

bisa mendapatkan kayu bakar yang basah kita bisa mengiris kulit luarnya terlebih dahulu dan

usahakan potong kayu bakar dengan ukuran yang kecil jika kita menggunakannya untuk

penyulut.

Susunlah kayu bakar dari mulai ukuran yang terkecil hingga ukuran\yang besar.

3.4 Makanan

Pertolongan pertama untuk keracunan akibat makanan bisa menggunakan air garam,

minyak kelapa, dan susu

Makanlah makanan berkalori tinggi untuk menghindari keletihan yang berlebih.

3.5 Gangguan Binatang

Page 25: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

25

Mengatasi Gangguan Binatang

Nyamuk : Bunga kluwih yang dibakar, kulit jeruk, membakar kain kemudian dimatikan

sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk, oleskan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk

Disengat Lebah : oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali,

tempelkan tanah basah/liat diatas luka sengatan, jangan dipijit, tempelkan pecahan genting

panas diatas luka, olesi dengan vetsin untuk mencegah pembengkakan

Gigitan Lintah : Teteskan air tembakau, garam atau sari jeruk mentah pada lintahnya.

Untuk membuang atau mengangkat lintah upayakan dengan patahan kayu hidup yang ada

kambiumnya.

Page 26: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

26

BAB IV

BOTANI DAN ZOOLOGI PRAKTIS

Mempelajari Botani dan Zoologi Praktis dianggap sangat penting untuk mengenal jenis

tumbuhan dan hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan darurat (Survival Food) atau

obat-obatan serta mengenal jenis tumbu-tumbuhan dan hewan yang harus dijauhi karena

beracun, berbisa atau dapat mengancam keselamatan jiwa.

5.1 Botani Praktis

A. Tumbuhan Yang Dapat Dimakan

Bagian yang dapat dimakan dan memberikan cukup energy adalah umbi, umbi batang

dan umbi akar, buah biji dan daun.

a. Ciri-ciri tumbuhan yang dapat dimakan

Bagian tumbuhan yang masih muda (Pucuk/Tunas)

Tumbuhan yang tidak mengandung getah

Tumbuhan yang tidak berbau

Tumbuhan yang tidak berbau kurang sedap

Tumbuhan yang dimakan oleh hewan mamalia

b. Langkah-langkah yang perlu dilakukan apabila akan memakan tumbuhan

Makan tumbuhan yang sudah dikenal

Makan tumbuhan jangan satu jenis tumbuhan saja

Perhatikan apakah hewan sekitarnya dapat memakan tumbuhan tersebut atau

tidak

Hindari dan berhati-hatilah pada tumbuhan atau buah-buahan yang berwarna

mencolok

Hindari tumbuhan yang mengeluarkan getah berwarna putih/getah seperti

sabun

Hindari tumbuhan yang rasanya tidak enak (Pahit dan Asam)

Tumbuhan yang akan dimakan dicoba dulu dengan mengoleskan pada tangan

atau dicicipi terlebih dahulu, tunggu beberapa menit kemudian apabila terasa

gatal dan menyengat, sebaiknya tumbuhan tersebut jangan dimakan

Apabila pemeriksaan atau pengenalan awal dirasa cukup aman, maka cicipi

dulu setiap bahan makanan yang didapat sedikit demi sedikit

Berhati-hatilah terhadap biji-bijian yang berwarna merah/merah tua.

B. Tumbuhan Obat

a. Dapat Dimakan Atau Diminum

Page 27: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

27

Brotowali (Anamitra Cocculus), tumbuhannya merayap, terdapat dihutan,

dikampung. Batangnya direbus, rasanya pahit. Digunakan untuk anti demam,

anti malaria, pembersih luka dan bisa juga digunakan untuk penambah nafsu

makan.

Keji Beling/Ngokilo (strobilateses), tumbuhan semak yang bisa dijumpai di

hutan. Daunnya dimasak untuk obat sakit pinggang dan infeksi/keracunan pada

pencernaan.

Sembung/Sembung Manis (Blumen Balsmifira), jenis rumput-rumputan yang

bisa dijumpai di padang rumput yang banyak anginnya. Daunnya diseduh

dengan air panas, digunakan untuk sakit panas (demam) dan sakit perut.

b. Tumbuhan Obat Untuk Luka Luar

Getah Pohon Kamboja, untuk menghilangkan Bengkak. Gosok getah pada

bagian tubuh yang bengkak biarkan 24 jam kemudian bersihkan dengan minyak

kelapa lalu air hangat, bisa juga untuk terkilir

Air rebusan Brotowali untuk mencuci luka, juga air Batang Randu (Kapuk

Hutan)

Daun Sambiloto ditumbuk halus untuk anti sengatan kalajengking.

C. Tumbuhan Beracun

a. Getah Pohon Paku putih dapat menyebabkan kebutaan

b. Getah Jambu Monyet menyebabkan gatal-gatal

c. Buah Aren mentah juga menyebabkan gatal-gatal

d. Kecubung menyebabkan kerusakan saraf otak bahkan kematian bila dimakan

e. Daun Pulus menyebabkan gatal-gatal dan demam

D. Tumbuhan Berguna Lainnya

a. Tumbuhan penyimpan air : tumbuhan beruas (Bambu, Rotan dan lainnya)

tumbuhan merambat dan sebagainya

b. Indikator air bersih : Tespong, Selada Air

c. Pengusir ular dan serangga : Kayu Lemo

5.2 Zoologi Praktis

Hewan memiliki tempat (habitat) yang beragam, semakin tinggi permukaan tanah maka

jenis hewan yang ada akan semakin sedikit. Jika tersesat di gunung dan ingin mencari

makanan (hewan) kemungkinan terbesar menemukan hewan bukanlah ke arah puncak gunung

melainkan arah kaki gunung.

Sama halnya dengan prilaku setiap jenis hewan, ada beberapa waktu perubahan prilaku

hewan yang bisa kita manfaatkan untuk menangkap hewan tersebut diantaranya adalah saat

Page 28: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

28

musim kawin, hewan-hewan biasanya kurang peka terhadap sekelilingnya. Saat seperti inilah

waktu yang baik untuk menangkap hewan tersebut.

Adapun waktu perubahan prilaku hewan yang berbahaya bagi kita diantaranya saat belut

yang berpindah tempat di sungai untuk bertelur, saat ular telah berganti kulit atau saat

menjaga telurnya. Pada saat seperti ini hewan biasanya akan bertambah ganas.

A. Binatang Berbahaya

Adapun beberapa contoh Binatang yang berbahaya antara lain:

Nyamuk di daerah malaria

Lalat dayak/lalat kerbau (besarnya 2 kali lalat biasa) terdapat dihutan Kalimantan,

Sulawesi, Irian Jaya. Bekas gigitannya bengkak dan gatal, bisa menyebabkan infeksi.

Lebah, sengatannya beracun, dalam jumlah besar/banyak dapat mematikan.

Kelabang, kalajengking. Bekas sengatannya sakit, bengkak. Untuk mengurangi rasa

sakit dapat dengan ammonia, tembakau dan sambiloto.

Pacet, lintah. Menghispa darah, untuk melepaskannya siram dengan air tembakau.

Ular berbisa : ular Hijjau, ular bakau, ular tanah, ular sendok/kobra, ular belang dll.

Umumnya jenis ular berbisa dapat diketahui dengan melihat bentuk kepala (segi tiga),

leher relatif kecil, terdapat lekukan antara mata dan hidung, mempunyai gigi bisa.

B. Binatang Yang Berguna

Hampir semua mamalia dan burung dapat dimakan dagingnya

Ular, kadal, kura-kura dapat dimakan.

Lebah bisa diambil madu dan larvanya.

Cacing dan siput hutan dapat dimakan.

Page 29: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

29

BAB V

GAMBAR

5.1 BIVAC

Page 30: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

30

5.2 API / PERAPIAN

Page 31: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

31

5.3 TRAP

Page 32: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

32

5.4 SURVIVAL KITS

Waterproof Matches

Kompas

Waterproof Matches

Parafin

Jas Hujan Poncho

Page 33: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

33

Bayonet Flash Light

Peluit Peniti

Page 34: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

34

VERTICAL RESCUE

VR merupakan salah satu teknik penyelqmatan paling berbahaya dan membutuhkan kemampu

an khusus. Setiap anggota tim harus dapat saling bekerja sama dan mengenal baik alat yang di

gunakan maupun medan yang dihadapi. Sebagai sebuat tim, harus sering mekatih kerjasama m

enghadapi berbagai situasi dan kondisi. Faktor - faktor yang ada di medan juga menjadi penen

tu keselamatan korban.

Sebelum melakukan VR perlu dipersiapkan :

1. menentukan tujuan penyelamatan

2. mempertimbangkan faktor resiko

3. menyusun rencana penyelamantan

4. menentukan rencana antisipasi

Alat - alat yang harus dibawa saat melakukan VR :

Tali Karmantel

Tali yang digunakan tipe statik dan berdiameter 11 mm dan dicek dahulu sebelum digu

nakan

Webbing

Hal - hal penting saat menggunakan webbing saat operasi VR :

Dilarang membawa webbing di leher sebab bisa menyebabkan luka serius sampa

i fatal (tercekik saat pemanjat jatuh).

Bawalah webbing di harness ataupun melingkari leher dan 1 lengan secara disgo

nal.

Selalu cek simpul untuk melihat tanda - tanda terlalu kencang atau longgar.

Panjang minimum webbing sepanjang 100 mm.

Selalu periksa webbing secara teratur dan seksama untuk mengetahui adanya ker

usakan. Jangan gunakan webbing yang rusak.

Helm

Ringan, pas di kepala, berstandart keselamatan (minimal helm caving atau climbing)

Sarung tangan

Sarung kulit yang pas di tangan kontrol tali saat belaying dan menahan tali serta

mencegah panas dari gesekan.

Sepatu

Soll sepatu masih bagus, bergigi, nyaman, dan pas di kaki.

Pakaian

Melindungi penyelamat dan jangan terlalu longgar (supaya tidak tbelit tali).

Karabiner

Karabiner yang digunakan bertipe screw dengan kekuatan minimum 2.500 kg dan bah

annya sebaiknya besi. Lebar bukaan karabiner yang digunakan dalam VR berdiamet se

kitar 25 mm. Penggunaan karabiner screw bisa digantikan dengan karabiner snap deng

an memasang 2 buah secara berkebalikan arah.

Maillons Rapide

Mirip seperti karabiner dalam kegunaan dan bahannya. Bisa menahan beban hingga 6.

000 kg, berbentuk segitiga sehingga sanga efektif menahan 3 beban sekaligus.

Page 35: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

35

Peluit dan pisau

Gerigi

Digunakan untuk 1 bilayer dan memposisikan penyelamat di tebing atau tempat yang t

idak stabil. Gerigi akan melewatkan tali (dapat menaikkan dan menurunkan) dan secar

a otomatis menahan pergerakan tali saat handle nya ditutup. Bekerja pada tali berdiam

eter 10 - 11 mm.

Peralatan keselamatn individu

Descender

Digunakan untuk menurunkan beban, namun dapat minimbulkan friksi karena cincin b

esar akan memilin tali.

P3K individu

I`D Self-Breaking Descender

o Jenis descender yang tingkat efisiensinya menengah. Fungsinya sebagai alat be

lay, mengontrol besarnya friksi, dan menegangkan tali yang melewatinya.

Pulley

Digunakan untuk mengurangi friksi, mengubah arah pergerakan beban, atau mengangk

ut beban secara horizontal/diagonal.

Pulley yang digunakan bercirikan :

Ukuran 4 kali diameter tali yang digunakan.

Roll pulley harus mudah digerakkan tanpa menggerakkan tali.

Tali harus diletakkan di antara roll pulley dan pucuknya.

Skrup pully tidak terbentur atau tersangkut benda apapun.

beban yang ditahan pully bisa lebih dari 1.500 kg.

Stretchers

Korban yang terluka parah akan diangkut dengan stretcher khusus VR demi kenyamanan, pe

rlindungan, dan keamanan.

Alat - alat tambahan saat melakukan VR pada malam hari :

Lampu helm dan sumber cahaya cadangan individu

Penerangan yang dapat menerangi area VR

Batang fosfor atau sejenis penanda anggota ataupun peralatan yang ada di tempat VR

Terpal pembatas tempat - tempat berbahaya

Simpul yang digunakan :

Figure of eight

Alpine Butterfly

Clove Hitch

Double Fisherman

Hal - hal yang mendasari operasi VR :

Lokasi korban

Memastikan lokasi korban

Menjangkau korban

Menentukan dan memberitahukan kondisi korban ke anggota lainnya

Merancang rencana operasi vr sesuai kondisi

Page 36: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

36

Memberitahukan rencana operasi vr ke seluruh anggota tim

Akses

Membuat jalur penyelamatan secepatnya untuk jalur pembuka

Terus memantau dan memberitahukan kondisi korban

Stirep kenkepala tim

Mengubah rencanq operasi vr secepat dan setepat mungkin menyesuaikan perubahan

situasi dan kondisi medan vr

Secara teratur mempertahankan kondisi korban ke kondisi terbaiknya

Stabilisasi

Menjaga medan sekitar korban supaya tidak memperburuk kondisi korban

Melakukan life saving first aid kepada korban

Memindahkan dan memfiksasikan korban ke tandu untuk evakuasi

Mempersiapkan jalur evakuasi

Memberitahukan operasi tahap terakhir vr ke seluruh anggota tim

Transport

Memastikan semua sistem terpasang dengan benar dan kuat

Melakukan pengecekan akhir sebelum melakukan operasi vr

Memindahkan korban ke tempat aman

Mengedukasi korban bila memungkinkan

Selalu mengawasi pergerakan dan kinerja alat serta tim

Kepala tim harus memberikan perintah sesuai situasi dan kondisi medan. Perintah yang diberi

kan harus mengarahkan tim dan korban ke tempat dan kondisi medan yang aman. Perintah kep

ala tim juga berfungsi mengarahkan kerja tim. Selama proses evakuasi perintah tim dipindahk

an ke anggota yang menjaga stretcher.

Diterjemahkan dari : Australian Emergency Manual

Page 37: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

37

PENGENALAN SAR DASAR

A. Tujuan Pengetahuan SAR

Agar diperoleh pengertian yang benar oleh setiap insan dan potensi SAR untuk

memudahkan dalam setiap pelaksanaan SAR.

1. Pendahuluan

a. Definisi SAR

SAR merupakan singkatan dari Search And Rescue yang mempunyai arti

usaha untuk melakukan pencarian, pertolongan dan penyelamatan terhadap

keadaan darurat yang dialami baik manusia maupun harta benda berharga

lainnya yang dikhawatirkan hilang atau menghadapi musibah atau bencana.

b. Hakekat SAR

SAR merupakan kegiatan kemanusiaan yang dilakukan secara suka rela dan

tanpa pamrih dan merupakan kewajiban moril bagi setiap individu yang

terlatih untuk melakukan pertolongan secara tepat dan efisien dengan

memanfaatkan sumber daya/ potensi yang ada, baik sarana dan prasarana

maupun manusia yang ada kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja, tanpa

membedakan kebangsaan, ras, kepercayaan, kedudukan, dan asal-usul

mereka yang membutuhkan pertolongan.

Hal tersebut berdasar kepada sifat-sifat operasi SAR, yaitu : 1)

Kemanusiaan, 2) Netral, 3) Cepat, Cermat, Cekatan, 4) Tepat dan Aman, 5)

Koordinatif, serta 6) Borderless.

c. Tujuan SAR

1) Menyelamatkan jiwa manusia dan harta benda serta barang yang

ditimpa musibah kecelakaan/ bencana sebanyak mungkin dengan cara

yang effisien dan efektif.

2) Memberi rasa aman, rasa pasti, dan rasa tidak was-was pada orang

yang terkena musibah.

3) Memenuhi dan melaksanakan kewajiban internasional dalam rangka

kerja sama dan hubungan antar bangsa dan keluarga dunia.

d. Wewenang SAR

SAR mempunyai wewenang sebatas pada usaha pencariaan, petolongan,

serta evakuasi, sampai korban musibah diserahkan kepada pihak yang lebih

berwenang.

e. Sasaran SAR

Sasaran utamanya adalah keselamatan jiwa manusia, baru kemudian

keselamatan harta benda.

B. Pelaksanaan Operasi SAR

Page 38: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

38

Operasi SAR harus dilaksanakan secara cepat: segera setelah diketahui adanya keadaan

darurat atau bencana; dan andal: dilaksanakan oleh personel berketrampilan yang telah

memperoleh pendidikan dan pelatihan.

Dalam dunia pelayaran dan penerbangan, penyelenggaraan operasi SAR menggunakan

suatu system SAR, terdiri dari 5 tahap kegiatan ditunjang dengan 5 komponen dengan

memperhatikan 3 keadaan darurat (emergency phase)

1. Tingkat Keadaan Darurat

Keadaan darurat suatu musibah dibagi menjadi 3 tingkat :

a. Tingkat Meragukan (Uncertainly Phase – INCERFA), ketika ada dugaan

adanya musibah yang terjadi.

“Sebuah pesawat terlambat melaporkan kedatangan melebihi batas waktu

perkiraan kedatangan”

b. Tingkat Mengkhawatirkan (Alert Phase – ALERFA), merupakan kelanjutan

dari tingkat INCERFA atau jika dikketahui dalam keadaan

mengkhawatirkan karena adanya ancaman terhadap keselamatannya

“Diketahui pesawat dalam keadaan mengkhawatirkan atau adanya

ancaman.”

c. Tingkat Memerlukan bantuan (Distress Phase – DISTRESFA), telah

diketahui secara pasti bahwa ada yang membutuhkan pertolongan -> operasi

segera dilakukan.

“Diketahui bahwa penumpang memerlukan bantuan karena pesawat

mengalami kerusakan dan harus melakukan pendaratan darurat.”

C. Tahap operasi SAR

1. TAHAP MENYADARI (AWARENESS STAGE)

Yaitu saat diiketahui/ disadari terjadinya keadaan darurat/ musibah. Tindakan

yang dilakukan, nama pesawat/ kapal, posisi dan waktu kejadian, cuaca, dll.

2. TAHAP TINDAKAN AWAL (INITIAL ACTION STAGE)

Yaitu saat dilakukan suatu tindakan awal sebagai respon adanya musibah.

Tindakan yang harus dilakukan adalah evaluasi informasi kejadian, penyiagaan

fasilitas SAR, pencariaan awal dan lanjut, penunjukan SMC (SAR Mission

Coordinator), dll.

3. TAHAP PERENCANAAN OPERASI (PLANNING STAGE)

Yaitu pembuatan rencana operasi yang effektif, meliputi penentuan titik duga,

perhitungan luas area pencarian, pemilihan dan penggunaan unsur SAR, metode

dalam pelaksanaan, koordinasi dengan unsur-unsur terkait, dll.

Page 39: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

39

4. TAHAP OPERASI SAR (OPERATION STAGE)

Yaitu saat dilakukannya operasi pencarian dan pertolongan. Tindakan yang

dilakukan antara lain adalah briefing SRU, pemberangkatan SRU, pelaksanaan

pencarian/ penolongan oleh SRU, penggantian SRU, penarikan SRU, debriefing.

5. TAHAP AKHIR PENUGASAN (MISSION CONCLUSION STAGE)

Yaitu saat Operasi SAR dinyatakan selesai dan seluruh unsur SAR dikembalikan

ke kesatuan induk / organisasinya masing-masing. Kegiatan yang dilaksanakan

adalah pengembalian unsur, evaluasi hasil acara, dan pembuatan laporan.

D. Komponen penunjang SAR

1. ORGANISASI, merupakan struktur organisasi SAR yang meliputi aspek

pengerahan unsur komando, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup

penugasan, dan tanggung jawab untuk penanganan musibah.

2. FASILITAS, adalah komponen berupa unsur, peralatan/peralatan, serta fasilitas

pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi SAR.

3. KOMUNIKASI, adalah komponen berupa penyelenggaraan komonikasi sebagai

sarana pemantauan musibah / kejadian, komamndo pengendalian serta membina

kerja sama / koordinasi selama operasi berlangsung.

4. PERAWATAN DARURAT, adalah komponen berupa penyediaan fasilitas

perawatan darurat yang bersifat sementara dalam mendukung terhadap korban.

5. DOKUMENTASI, adalah pendataan laporan / kegiatan analisa serta data

kemampuan yang akan menunjang effisiensi pelaksanaan operasi dan

pengembangan kegiatan misi SAR yang akan dating.

6. ORGANISASI MISI OPERASI SEARCH AND RESCUE

Page 40: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

40

7. SC ( SAR COORDINATOR )

Dijabat oleh seorang pejabat karena fungsi dan wewenangnya mampu

memberikan dukungan kepada kantor SAR untuk menggerakkan unsur-unsur SAR

8. SMC ( SEARCH MISSION COORDINATOR )

Dijabat oleh seseorang yang karena memiliki kemampuan / kwalifikasi yang

ditentukan. Dan tugasnya adalah melaksanakan evaluasi kejadian, perencanaan

serta koordinasi pencarian. Tugas ini berlaku untuk satu kejadian SAR.

9. OSC ( ON SCENE COMANDER )

Dijabat oleh seseorang yang ditunjuk SMC untuk mengkoordinasikan serta

mengendalikan unsur SAr dilapangan, OSC ini ada bila SMC merasa perlu

untuk kelancaran tugas.

10. SRU (SEARCH RESCUE UNIT)

Adalah unsur SAR/ fasilitas personil SAR yang secara nyata melaksanakan

operasi SAR.

a. Tugas Utama SRU (Search and Rescue Unit) :

1) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh SMC atau OSC.

SRU wajib patuh terhadap tugas yang diberikan oleh SMC atau OSC.

Apabila keadaan menghendaki adanya perubahan, maka hanya dapat

dilakukan setelah konsultasi dan disetujui oleh SMC atau OSC.

Penyimpangan atau melawan wewenang dari SMC atau OSC sama

SC

SMC

OSC

SRUSRU

SC

SMC

OSC

SRU

SRU

OSC

SRU

SRU

Page 41: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

41

sekali tidak dibenarkan dan SMC atau OSC wajib menarik kembali

SRU yang tidak disiplin

2) Melaksanakan prosedur pencarian secara benar

Berbagai petunjuk pelaksanaan tugas harus dikerjakan secara seksama

ddengan kewaspadaan dan ketelitian yang baik.

3) Melapor segala kegiatan secara berkala kepada SMC atau OSC pada

waktu yang ditetapkan sambil konsultasi mengenai berbagai keperluan

dan kepentingan guna kelancaran operasi pencarian

4) Memasang rambu-rambu (Marker) pada daerah pencarian guna

membantu kelancaran serta ketepatan usaha dalam sistem pencaria.

a) Dapat berupa :

(1) Rambu tanda :

(2) String line (berikut tags/tanda-tanda)

(3) Ribbon (ikatan pita atau tali raffia)

(4) Rambu tertulis

(5) Petunjuk ketinggian suatu tempat

(6) Petunjuk ketinggian suatu tempat

(7) Catatan Petunjuk Lapangan atau CPL yang berisi :

(a) Tanggal, nomor regu, jumlah anggota

(b) Keterangan tugas

(8) Keterangan tugas yang dilakukan

(a) Petunjuk tempat-tempat yang berbahaya (tanah

longsor, jurang dsb)

(b) Petunjuk diketemukan jejak, tanda-tanda dsb, yang

diperkirakan/dipastikan milik korban

SAR

1000 m

SAR

1500 m

CAMP SAR I

25m

Air

15 m

Page 42: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

42

(c) Keterangan tambahan pada CPL oleh regu

berikutnya yang melewati tempat terdapatnya CPL.

Keterangan ini dapat ditambahkan bila dianggap

perlu oleh SRU guna melengkapi keterangan yang

sudah ada.

5) Memberikan pertolongan pertama pada korban bila diperlukan.

Pertolongan harus diberikan dengan pengetahuan serta kesadaran

kemanusiaan yang tinggi.

6) Melaksanakan evakuasi korban, baik dalam keadaan sehat, sakit

ataupun sudah meninggal.

7) Dapat melakukan hubungan komunikasi radio baik dan jelas sesuai

prosedur standar operasi radio yaitu dengan menggunakan HT. Juga

mengerti kode yang telah disepakati bersama untuk keadaan darurat.

8) Membuat laporan kerja secara tertulis bila diminta oleh SMC atau

OSC

b. Perlengkapan Wajib SRU

Selain membawa perlengkapan standar untuk menjelajah rimba dan gunung,

anggota SRU wajib membawa beberapa perlengkapan yang dikategorikan

sebagai perlengkapan wajib bila akan bergabung dalam suatu operasi SAR.

Peralatan itu berupa :

1) Perorangan

a) Ponco atau jas hujan

b) Golok tebas

c) Peluit

d) Tempat air

e) Senter dan bola lampu serta baterai cadangan secukupnya

f) Makanan untuk 4 hari (bila rencana mengikuti SAR selama 3

hari).

2) Regu

a) Tenda

b) Peta, kompas, altimeter, penggaris busur

c) Peralatan masak (Kompor + bahan bakar, nesting)

d) Peralatan Rock Climbing (karmentel, harness, jumar, piton,

hammer, descender, sling dsb)

e) Alat komunikasi (HT, dsb)

f) Benang (untuk string line) sejumlah 4 kelos @ 500 m

g) Tali rafiah 500 gr

h) Obat-obatan dan peralatan P3K

i) Jerigen air 5 lt

j) Senter besar/lampu penerangan (neon baterai, lampu badai)

Page 43: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

43

EXPLORER SEARCH AND RESCUE (ESAR)

A. Pendahuluan

Pada awal tahun 1980-an beberapa kelompok pendaki gunung mencoba

mengembangkan Explorer Search And Rescue (ESAR). Sistem ini berasal dari Amerika

Serikat yang diperuntungkan bagi para penjelajah daerah-daerah berhutan, padang

kering dan sungai. Pada tahun-tahun sebelumnya sistem SAR laut dan udara masih

menjadi rujukan untuk melakukan pencarian orang hilang di gunung. Yang

membedakan ESAR dengan induknya SAR secara keseluruhan terletak pada rinci

operasionalnya. Dalam ESAR dikenal limat tahap pencarian atau operasi.

B. Maksud dan Tujuan

Menolong sesama hidup merupakan salah satu bukti dari pengamatan rasa cinta alam.

Sehingga sebagai makhluk hidup yang mengaku dekat dengan alam, Explorer Search

And Rescue amatlah dibutuhkan, khususnya untuk menolong sesame hidup. Lebih

dipersempit lagi ruang lingkup operasionalnya dalam menolong korban di gunung dan

hutan.

Materi ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang teknik operasional dalam ESAR

sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Sebab ESAR memerlukan dan menuntut personil

yang siap, cepat dan tanggap. Personil ESAR diharapkan mampu menjalankan

kewajibannya dengan baik, yang bukan berasal dari kata tugas, melainkan dari

panggilan moral, hati nurani dan sebuah arti kesetiakawanan terhadap sesama.

C. Teknik-teknik Pencarian

Dalam pencarian terdiri dari empat unsur yang dapat dijadikan standar dalam

menentukan keterampilan tertentu yang dibutuhkan bagi suatu operasi SAR :

No. Unsur Pengetahuan

1 Locate (menentukan

lokasi korban)

Pengetahuan tentang

navigasi darat, data

peristiwa, keadaan

korban, keadaan medan

dll.

2 Reach (mencapai korban) Keterampilan mendaki

gunung, RC, hidup di

alam, mencari jejak,

penguasan peta dan

kompas, dll

3 Stabilize (menentramkan

korban)

Pengetahuan dan

keterampilan PPPK,

gawat darurat

Page 44: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

44

4 Evacuate (membawa

kembali korban)

Sama dengan reach serta

penguasaan P3K.

Teknik pencarian disini merupakan teknik pencarian yang dilakukan di darat. Walaupun

tidak secara khusus untuk di darat, teknik ini juga yang membedakan antara SAR dan

ESAR. Teknik pencarian ini bertumpu pada lima tahap.

1. Tahap Awal (Preliminary Mode)

Yaitu mengumpulkan informasi-informasi awal, saat dari mulai tim-tim pencari

diminta bantuannya sampai kedatangannnya di lokasi. Melakukan perencanaan

pencarian awal, perhitungan-perhitungan, mengkoordinasikan regu pencari,

membentuk pos pengendali perencanaan, mencari identitas subjek, perencanaan

operasi dan evakuasi.

2. Tahap Pemagaran (Confinement Mode)

Yaitu memantapkan garis batas untuk mengurung orang yang dinyatakan atau

dikhawatirkan hilang agar berada di dalam areal pencarian (search area). Untuk

lebih jelasnya akan dibahas dalam bagian tersendiri

3. Tahap Pengenalan (Detection Mode)

Yaitu pemeriksaan-pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang dicurigai. Apabila

dirasa perlu, dilakukan pencarian dengan cara menyapu (sweep searches). Bisa

juga dilakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang diketemukan tanda-

tanda atau barang-barang yang ditinggalkan oleh survivor. Untuk lebih jelasnya

akan dibahas dalam bagian tersendiri.

4. Tahap Pelacakan (Tracking Mode)

Yaitu mengikuti dan melacak jejak yang ditinggalkan oleh survivor atau pelacakan

terhadap barang-barang yang tercecer dari survivor. Tracking bisa benar-benar

dilakukan oleh orang-orang yang terlatih dan berpengalaman serta mempunyai

kemampuan melacak yang tinggi antara lain membaca jejak, medan peta kompas,

mengerti maksud dan tujuan korban, makna dari benda-benda yang terjatuh dan

sengaja ditinggal korban atau dengan menggunakan anjing pelacak. Dari beberapa

pengalaman, pelcakan dengan anjing pelacak masih belum bisa dilakukan secara

baik untuk kondisi alam Indonesia. Hal ini dikarenakan factor alam yang sulit dan

ekstrim serta cepat berubah

5. Tahap Evakuasi (Evacuation Mode)

Yaitu memberikan pertolongan pertama dan membawa survivor ke titik

penyerahan untuk perawatan lebih lanjut. Tiga hal pokok yang harus dilakukan

pencari apabila berhasil menemukan survivor dalam keadaan hidup :

a. Memberikan pertolongan pertama bila diperlukan. Dalam hal ini personil

harus benar-benar memiliki kemampuan pertolongan pertama karena kalau

Page 45: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

45

salah menangani akan mengakibatkan korban bertambah parah bahkan bisa

meninggal.

b. Meyakinkan pada survivor bahwa Ia akan selamat.

c. Mengabarkan ke pangkalan pengendali tentang kondisi dan lokasi

ditemukannya survivor

1) Bila survivor dalam keadaan meninggal :

a) Tidak boleh merubah posisi survivor sebelum ada perintah dari

SMC

b) Menjaga survivor dari segala gangguan yang mungkin terjadi

c) Melaporkan ke pangkalan untuk dievakuasi

d. Teknik yang digunakan dalam evakuasi :

1) Memapah

2) Memandu

3) Bantuan helicopter

4) Modifikasi dari teknik yang ada

6. Tahap Pemagaran (Confinement Mode)

Dasar pemikirannya adalah menjebak survivor dalam area yang jelas dan kita

dapat mengetahui batasan-batasannya, sehingga :

a. Area tersebut dapat dilakukan pencarian atau disapu.

b. Sebagai petunjuk bagi survivor untuk menuju tempat yang dapat diketahui

tim pencari.

c. Kerja awal dari tahap ini adalah memagari kemungkinan gerak dari

pencarian yang padat yang mungkin diperlukan bila areal pencarian menjadi

terlalu luas.

a. Metode Confinement :

1) Trail Blocking (razia pada jalan setapak)

Yaitu menempatkan tim kecil pada jalan masuk ke areal

pencarianuntuk menjaga kemungkinan korban melalui daerah tersebut.

Mencatat nama-nama yang keluar masuk areal pencarian tersebut.

2) Road Blocks (razia pada jalan keluar)

Pada dasarnya sama dengan trail blocks, hanya saja disini masyarakan,

pamong desa dapat diminta bantuan untuk melakukan pengawasan

kemungkinan korban keluar melalui desa mereka atau dengan

meminta bantuan petugas keamanan atau tenaga yang lainnya.

3) Look Outs

Mengadakan “pengintaian” dengan menempatkan regu-regu kecil di

ketinggian untuk dapat mendeteksi dan mengawasi daerah-daerah

sekitar yang lebih rendah untuk mendeteksi dan mengawasi bila ada

yang bergerak, membuat asap, tanda-tanda dari survivor jika berada di

sekitar daerah itu. Juga menggunakan tanda-tanda yang menyolok

Page 46: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

46

untuk menarik perhatian survivor, misalnya bunyi-bunyian, lampu,

sinar, api, asap, dll.

4) Camp In

Yaitu mendirikan pos-pos di lokasi yang strategis, misalnya saja

persimpangan jalan ataua pertemuan aliran sungai. Dari Camp In ini

tim pencari dapat bergerak melakukan pencarian di daerah sekitar.

5) Track Traps (jalur jebakan)

Yaitu jalur setapak atau tempat-tempat tertentu yang kemungkinan

besar akan dilalui oleh korban karena tempat tersebut secara alamiah

dan naluri, besar kemungkinannya akan dipilih atau dilewati korban,

missal jalur air, mata air, goa, tempat datar dsb. Tim pencari dapat

membuat jebakan buatan, missal dengan menggemburkan tanah

disekitar jalur. Periksalah secara berulang area itu secara berkala untuk

melihat jejak korban.

6) String Lines

Yaitu pembatas buatan berupa jalur benang atau tali yang ditarik

mengikuti jalur tertentu yang diharapkan akan membatasi ruang gerak

korban. Bila string line jalur tertentu yang diharapakan akan

membatasi ruang gerak korban. Bila string line tersebut diketemukan

oleh korban, ia akan dituntun menuju tempat tertentu missal jalan

setapak, camp in dsb (lihat gambar). Secara khusus akan efektif bila

dilakukan pada daerah-daerah terbuka dimana cara pandangnya baik.

Bila daerahnya berpohon dan bersemak lebat, dapat lebih sempurna

dengan menggunakan Tagged String Lines (Bentangan tali yang

bertanda). Tags (tanda-tanda) pada string lines akan menarik perhatian

survivor untuk bergerak mengikuti tali itu dan keluar menuju tempat

yang ditunjukkan oleh tanda-tanda itu. (lihat gambar)

Tujuan menggunakan string line adalah menjadikan ruang-ruang atau

kotak-kotak search areah menjadi sektro yang terkuasai untuk

pencarian tim pencari. Setelah Initial Confinement (pemagaran awal),

tambahan string line dapat dipergunakan untuk membagi-bagi area itu.

String line dapat digunakan untuk pemagaran dan untuk menandai

SAR

Jalan Keluar

Page 47: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

47

sector pencarian. Pemisahan lebih lanjut ini bertujuan untuk

mempersemput areal pencarian yang dilakukan oleh tim pencari.

7. Tahap Pengenalan (Detection Mode)

Detection adalah usaha untuk mencari korban atau benda yang tercecer/terjatuh

atau sengaja ditinggalkan survivor. Pada keadaan inilah pasukan atau tenaga dari

tim ESAR terutama diperlukan atau digunakan.

Metode detection, dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Penamaan dari ketiga

kategori di bawah ini telah digunakan dalam ESAR untuk beberapa tahun ini,

diambil karena hal ini secara umum bertalian terhadap tahapan dari

pengembangan operasi pencarian. Tipe I umumnya mendahului tipe II, tipe II

muncul sebelum tipe III

a. Tipe I Search

Yaitu pemeriksaan tidak resmi yang segera dilakukan terhadap areal yang

dianggap paling memungkinkan. Penamaan lain untuk tipe ini adakah

Reconnaisance atau Hayt Searching/pencarian terburu-buru.

Metode ini digunakan pada :

1) Tahap pencarian awal

Memeriksa ulang daerah dimana diduga survivor berada

a) Sasaran metode ini :

(1) Pemeriksaan yang segera atas area yang spesifik dimana

survivor diduga berada

(2) Memperoleh informasi mengenai areal pencarian

Teknik yang digunakan

Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang yang mampu bergerak cepat

untuk memeriksa daerah pencarian. Bila menemukan barang yang tercecer

dan bila SMC (SAR Mission Coordinator) menghandaki barang tersebut

dibawa, maka sebuah marker akan dipasang dan ditempatkan di lokasi

penemuan.

b. Tipe II Search

Kriterianya adalah efisiensi, pemeriksaan yang cepat dan sistematis atas area

yang luat, dengan metode penyapuan yang akan menghasilkan hasil akhir

yang tinggi dari setiap pencari per jam kerjanya. Nama lain dari tipe ini

adalah open grids (pencarian grid renggang/penyapuan renggang).

Metode ini digunakan pada :

1) Tahap awal operasi pencarian, terutama bila jangka waktu orang yang

bertahan hidup diperkirakan sangat pendek

Page 48: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

48

2) Bila areal pencarian luas dan tidak ada areal tertentu yang dapat

dicurigai dan tidak tersedia cukup tenaga pencari yang dapat

mengcover keseluruhan area.

3) Sasaran metode ini adalah pencarian yang tepat dan cepat pada areal

yang luas.

Teknik yang digunakan :

Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang , yang sejajar dengan jarak yang

cukup lebar antara 10 sampai 20 meter dengan arah yang telah ditentukan.

Ada baiknya ada seorang pemimpin tim yang bergerak mengawasi

penyapuan, tugasnya :

1) Memperhatikan apakah penegang kompas dapat menjaga sudut

kompas yang sejajar

2) Mengatasi hal-hal yang muncul mendadak

3) Memriksa penemuan-penemuan yang ditemukan oleh tim

Ada cara umum untuk mencegah regu pencari saling tumbang tindih satu

sama lain atau tidak bisa menjaga jarak yang telah ditentukan diantara

mereka yaitu dengan memakai pita atau ribbon dan menggunakan kompas.

Pada metode I dan II pada selang waktu tertentu regu berhenti untuk

memperhatikan sekilat sekitarnya serta memanggil survivor sambil menanti

kemungkinan jawaban. Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe

II (lihat gambar).

Keterangan :

1) Tim terdiri dari 6 orang memriksa kedua tepi sungai kecil.

2) A & B, personil ujung kiri dan kanan memasang, marker (cataatan

petunjuk lapangan), dan string line/ribbon.

3) C adalah petugas kompas/kompas man yang selalu memeriksa bahwa

pencarian sesuai arah kompas.

4) X adalah pimpinan SRU yang mondar-mandir sekitar barisan sambil

memeriksa dan memastikan jarak personil terjaga dan juga melihat

A 15m D C

E B

Z

15m

Page 49: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

49

situasi sekitar medan, apakah perlu ada perubahan arah atau sistem

pencarian.

5) Z adalah navigator, yang bertugas membantu kompas man untuk

memastikan agar sudut pencarian tidak melenceng.

Bila alat komunikasi cukup, maka idealnya X, A, dan B masing-masing

membawa HT.

b. Tipe III Search

Kriterianya adalah kecermatan, pencarian dengan sistematika yang ketat atas

area yang lebih kecil menggunakan metode penyapuan yang cermat.

Dinamakan juga close grids (pencarian grid rapat/penyapuan rapat).

Metode ini digunakan pada :

1) Besarnya kemungkinan objek yang ditemukan dalam areal pencarian

pada metode tipe II, lebih rendah dari apa yang diharapkan

2) Bila areal pencarian terbatas dan tenaga yang tersedia mencukupi

Sasaran metode ini adalah pencarian yang cermat atas areal yang spesifik

Teknik yang digunakan

Penyapuan dengan jarak yang sempit. Jumlah anggota tim 3-9 orang dengan

jarak kira-kira antar personil 3 sampai 5 meter. Pita-pita atau string line

banyak digunakan untuk mengontrol dalam memberi tanda yang jelas antara

areal yang sudah dicari dan yang belum. Contoh pencarian dan penyapuan

pada metode tipe III (lihat gambar).

Tim yang menggunakan kompas man untuk pencarian dan penyapuan.

C = Kompas man

Tiga tim menggunakan kompas sebagai unit control dalam penyapuan.

C O O O O C

Page 50: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

50

C = Kompas man

Tiga tim pada penyapuan sejajar menggunakan ribbon (potongan tali

rafiah/pita) sebagai unit control dalam penyapuan. (lihat gambar)

C O O O C C O O O C O O O

O O O O O O O O O O O O O O O

TIM 1 TIM 2 TIM 3

TIM 1 TIM 2 TIM 3

Page 51: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

51

B. Sikap Mental Selama Pencarian

Cepat tanggap. Pentingnya cepat tanggap untuk mencegah :

7. Sangat cepatnya meluasnya area pencarian yang potensial

8. Meningkatnya kesuliatan pencarian berkaitan dengan mobilitas dan reaksi

Dalam melakukan pencarian jangan terlalu terburu-buru, hendaknya dilakukan dengan

kecermatan dan ketelitian. Hal ini untuk menghindari kemungkinan survivor tidak

terdeteksi saat dilakukan penyapuan.

Pencarian adalah hal yang menarik. Bila pencarian kita anggap sebagai hal menarik,

maka hasilnya akan lebih efektif. Kesungguhan, perhatian penuh dan sikap agresif

dalam mengawasi merupakan komponen yang berharga bagi kerja pencarian.

Pentingnya mencari jejak atau barang yang tercecer. Penemuan jumlah jejak dan barang

yang tercecer di dalam area, diperkirakan lebih banyak dari survivor. Penemuan juga

dapat merupakan pemasukan yang penting bagi penyempitan area pencarian.

C. KOMPONEN PENUNJANG

GUNA KEBERHASILAN PELAKSANAAN DIATAS BILA DIDUKUNG

DENGAN KOMPONEN PENUNJANG DIBAWAH INI :

1. ORGANISASI, merupakan struktur organisasi SAR yang meliputi aspek

pengerahan unsur Komando, Komando dan Pengendalian, Kewenangan, Lingkup

Penugasan, dan Tanggung jawab untuk penganganan musibah

2. FASILITAS, adalah komponen berupa unsur, peralatan / peralatan, serta fasilitas

pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam OPERASI SAR

3. KOMUNIKASI, adalah komponen berupa penyelenggaraan komunikasi sebagai

sarana pemantauan musibah / kejadian, komando pengendalian serta membina

kerja sama / koordinasi selama operasi berlangsung

4. PERAWATAN DARURAT, adalah komponen berupa penyediaan fasilitas

perawatan darurat yang bersifat sementara dalam mendukung terhadap korban.

5. DOKUMENTASI, adalah pendataan laporan/kegiatan analisa serta data

kemampuan yang akan menunjang effesiensi pelaksanaan operasi dan

pengembangan kegiatan misi SAR yang akan dating

Page 52: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

52

KOMUNIKASI MARABAHAYA

(Emergency Communication)

A. Pendahuluan

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (komunikasi, ide,

gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan

secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada

bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan

dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya

tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut

komunikasi nonverbal.

Dalam penggolongan berkomunikasi ada beberapa macam, ada komunikasi

verbal non verbal, ada langsung tak langsung, serta dengan atau tanpa alat bantu.

Komunikasi verbal adalah jenis komunikasi yang penyampaiannya

menggunakan kata-kata, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang

didengarnya. Sedangkan, komunikasi non-verbal adalah jenis komunikasi yang

penyampaiannya tidak menggunakan kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami

isinya oleh penerima berdasarkan gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi

muka pengirim komunikasi. Pada komunikasi non-verbal mengandalkan indera

penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul.

Komunikasi langsung adalah komunikasi yang langsung disampaikan kepada

penerima saat itu juga, sedangkan tak langsung terdapat delay, missal dengan kurir.

Sedangkan komunikasi tanpa alat berarti kita langsung berhadapan dengan

penerima pesan, sedangkan dengan alat bias dengan telepon radio, surat dsb.

Marabahaya (bencana) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda, dan dampak psikologis.

B. Peran Komunikasi di saat Marabahaya

Dalam Keadaan mara bahaya komunikasi sangatlah penting. Pada saat sebelum bencana

sampai saat pasca bencana. Pada saat sebelum bencana dapat digunakan untuk

memberikan peringatan kepada masyarakat tentang adanya ancaman bencana tersebut

juga dapat mengerakkat masyarakat untuk mengungsi bilamana diperlukan. Setelah

bencana dapat berfungsi dalam pengoorrdinasian para relawan yang membantu

dilapangan.

Dalam bencana yang besar biasanya Sarana komunikasi yang ada ikut hancur dengan

fasilitas yang lain.saat itulah dibutuhkan sarana komunikasi yang siap apakai dalam

Page 53: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

53

waktu singkat. Kita dapat memanfaatkan telepon satelit maupun dengan radio

komunikasi dua arah. Kendala kalau kita pakai telepon satelit selain handet yang mahal

kita perlu beli pulsa untuk bisa berkomunikasi. Maka sebetulnya yang paling bias

diandalkan adalah komunikasi radio, apalagi di Indonesia banyak yang punya perangkat

baik yang ikut organisasi ( ORARI dan RAPI ) maupun yang tidak.

Dalam penggunaan Radio komunikasi, kita dapat mengunakan frekuensi HF, VHF

Maupun UHF, sesuai dengan perangkat yang ada.

Dalam penggunaan frek HF kita akan dapat range jangkauan yang cukup jauh Karena

gelombang tersebut mempunyai lamda yang lebih panjang dari VHF dan UHF. Tetapi

perangkat yang besar (HT HF kurang maksimal, karena jarang yang memiliki) sehinga

kurang leluasa untuk dipakai oleh team yang mobile dengan berjalan, selain itu

harganya mahal. Sehingga yang paling sesuai adalah VHF atau UHF yang mempunyai

perangkat yang lebih murah dan banyak dimiliki masyarakat. Untuk mengatasi jarak

jangkauan yang lebih dekat, (lebih kurang 4 km dengan antenna bawaaan pada kondisi

LOS) maka bias diakali dengan pemasangan RADIO PANCAR ULANG ( RPU ) atau

lebih popular dengan sebutan Repeater.

Dengan menggunakan RPU kita dapat berhubungan dengan jarak yang lebih jauh

tergantung posisi dan kekuatan RPU tersebut. Dalam keadaan bencana kita dapat

menggunakan atau mendirikan RPU yang portable, atau dengan crossband repeater yang

ada pada beberapa perangkat RIG dual band.

C. Tata cara Komunikasi Marabahaya

Saat terjadi Dalam berkomunikasi bencana ada beberapa yang perlu diperhatikan.

Antara lain :

1. Persiapkan terlebih dahulu berita yang akan disampaikan secara tertulis agar runut,

efektif dan effisien

2. Usahakan selalu berbicara tepat dimuka mike agar supaya suara/berita dapat

diterima dengan jelas, usahakan berbicara dengan nada yang baik, jelas dan

perlahan.

3. Usahakan selalu berbicara tepat dimuka mike agar supaya suara/berita dapat

diterima dengan jelas, usahakan berbicara dengan nada yang baik, jelas dan

perlahan.

4. Catatlah waktu kejadian, lokasi kejadian dan bantuan yang dibutuhkan

5. Usahakan selalu berbicara tepat dimuka mike agar supaya suara/berita dapat

diterima dengan jelas, usahakan berbicara dengan nada yang baik, jelas dan

perlahan.

6. Hindarkan perasaan emosi di udara karena dapat mengeruhkan situasi/keadaan dan

membawa kesan negatif terhadap Amatir Radio.

Page 54: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

54

7. Hindarkan menggunakan kata-kata atau istilah yang sulit dimengerti dan tidak lazim

8. Sampaikan berita dengan sopan, bijaksana dan relevan dengan situasinya, jangan

membuat lelucon

9. Isi berita sekurang-kurangnya harus menyabutkan tentang :

a. Peristiwa yang terjadi : jelas menyatakan kejadian dan situasi benar-benar

dalam kondisi darurat seperti kebakaran, kebanjiran, gunung meletus,

kecelakaan dan lain-lain;

b. Waktu kejadian : jelas menunjukkan waktu setempat (waktu Indonesia Barat,

waktu Indonesia Tengah, waktu Indonesia Timur)

c. Tempat kejadian : jelas menunjukkan alamat lengkap tempat kejadian,

Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kota dan lain-lain

d. Pengirim berita : nama pengirim berita,

e. Penanggung jawab berita anggota masyarakat : anggota team juga dapat

bertindak sebagai penanggung jawab berita bila berada pada tempat dan betul-

betul mengetahui, menyaksikan peristiwa/ keadaan darurat

f. Anggota masyarakat sepert Kepala Desa, Ketua RT, Tokoh masyarakat atau

beberapa orang lainnya dengan saksi-saksi yang jelas, dapat bertindak sebagai

penanggung jawab berita.

10. Apabila anda merelay berita tersebut, maka catatlah dulu kemudian kirimkan kata

demi kata dengan lafal yang jelas

11. Jangan menjadi relay bila tidak diminta

12. Sebutkan identitas anda dengan jelas pada awal dan akhir pembicaraan

13. Sebutkan lokasi anda dengan benar dan jelas

14. Jangan mencoba menjadi relay station bila anda tidak diminta untuk hal tersebut

15. Kirimkan berita dengan benar dan hanya sesuai dengan dasar fakta

16. Jika anda menggunakan stasiun jinjing jangan berpindah-pindah dari posisi

transmit/receive yang terbaik

17. Stasiun yang tidak membawa berita apapun tidak perlu mengudara agar frekuensi

terjada dalam keadaan clear

Selain itu pada penggunaan HT ada yang perlu diperhatikan

D. Power / daya listrik

1. Daya listrik ada hal paling penting dalam hal ini. Tanpa listrik / battery, HT anda

tak akan berfungsi sama sekali sebagai alat komunikasi.

Tips: belilah battery case yang bisa diisi dengan battery biasa; kemudian siapkanlah

battery alkaline dalam jumlah cukup untuk komunikasi aktif selama 72 jam. Battery

alkaline lebih lama tahan disimpan, dan lebih tahan lama ketika digunakan.

Baik juga menyiapkan battery rechargable cadangan yang sudah terisi penuh,

namun batt case dan batt alkaline lebih praktis dalam hal ini (batt bisa dipinjamkan/

diberikan ke rekan lain dst).

Page 55: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

55

2. Antena HT

Antena standard cukup baik jika anda masih memiliki fasilitas repeater yang bisa

diakses dalam kondisi darurat. Namun dalam kondisi terburuk, repeater terpaksa

mati karena kerusakan, HT tersebut hanya bermanfaat untuk komunikasi jarak

pendek (2-3km) dan monitoring.

Dengan antena yang baik, anda juga bisa menghemat penggunaan battery, dengan

low power sudah bisa menjangkau jarak yang lebih jauh.

Tips:siapkan antena after market cadangan, disarankan antena teleskopik 5/8

lambda, panjang kurang lebih 90-120m, dan disimpan bersama-sama dengan batt

cadangan.

3. Spesifikasi radio

Pilihlah radio dengan output power minimal 4-5watt. Akan lebih baik lagi jika anda

memiliki HT yang tahan benturan, tahan percikan air/ hujan (waterproof), atau

bahkan tahan jika ditenggelamkan (submersible). Ada HT jenis tertentu yang jika

jatuh ke air akan terapung, mantab kan?

Tips:Jika HT anda belum tahan air, belikan plastik zip ganda (bisa dibeli di

supermarket atau toko hardware), untuk menyimpan HT, bahkan juga dompet dan

jam tangan, jika terpaksa harus berbasah-basah.

Dalam komunikasi kadang pengucapan beberapa huruf terlihat sama, hal ini bias

dikarenakan cara pelfafalan seseorang maupun karena transmisi yang jelek. Untuk

membantu supaya berita tetap dapat diterima dengan jelas maka dibuatlah standar

pengejaan seperti yang biasa dipakai kalangan radio amatir dan kalangan aparat

(TNI dan POLISI). Disini akan dibeberkan dari kalangan radio amatir yaitu sbb:

A Alpa K Kilo U Uniform

B Bravo L Lima V Victor

C Charlie M Mike W Whiskey

D Delta N November X X-Ray

E Echo O Oscar Y Yankee

F Foxtrot P Papa Z Zulu

G Golf Q Quebec

H Hotel R Romeo

I India S Sierra

J Juliette T Tango

Page 56: materi manajemen perjalanan

www.rs-mojosongo.com www.ewingsa.wordpress.com

56