materi lingkungan

59
A. Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkungan global maupun lingkup nasionalsebagian besar bersumber dari perilaku manusia. Berbagai kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan bersumber pada

Upload: ivharrt

Post on 30-Jun-2015

2.761 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: materi lingkungan

A.

Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat

langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia melakukan

pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi umat manusia berakar

dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang peduli pada norma-norma

kehidupan atau mengganti norma-norma yang seharusnya dengan norma-norma ciptaan

dan kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa

menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa

bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti

lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam.

Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang

mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia

Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi

sekarang ini, baik pada lingkungan global maupun lingkup nasionalsebagian besar

bersumber dari perilaku manusia. Berbagai kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan

bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya

mementingkan diri sendiri (egoisme)

Kasus illegal logging, illegal fishing, eksploitasi pasir, Kasus pencemaran

lingkungan yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia, PT Inti Indorayon Utama, PT

Newmont, illegal logging, okupasi lahan kawasan hutan, hingga kasus-kasus korupsi

birokrasi dan kasus lingkungan yang terkait dengan liberalisasi perdagangan global,

semuanya berkaitan dengan masalah etika. Masalah moral. Terutama berkaitan dengan

kerakusan dan kelicikan manusia, perusahaan (korporasi) maupun negara dalam

mengeksploitasi alam.

Keraf (2002) mengatakan bahwa krisis lingkungan global bersumber pada

kesalahan fundamental-filosofis dalam pemahaman atau cara pandang mengenai dirinya,

alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Kesalahan cara pandang ini

bersumber dari etika antroposentrisme yang memandang manusia sebagai alam semesta.

Manusia, dalam pandangan etika yang bermula dari Aristoteles hingga filsuf-filsuf Barat

modern, dianggap berada di luar dan terpisah dengan alam. Alam sekedar alat pemuas

Page 2: materi lingkungan

manusia. Cara pandang seperti ini melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif tanpa

kepedulian sama sekali terhadap alam.

Oleh karena itu krisis lingkungan dewasa ini, menurut Naess(1993) dalam Keraf

(2002) hanya dapat diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku

manusia terhadap alam secara fundamental dan radikal. Perubahan dari etika

antroposentrisme ke etika biosentrisme dan ekosentrisme. Keraf (2002) menegaskan

bahwa gagasan Naess ini adalah revitalisasi cara pandang dan perilaku masyarakat adat

dalam interaksinya dengan alam. Etika lingkungan hidup yang diperjuangkan biosentrisme

dan ekosentrisme sebetulnya telah dipraktekkan oleh masyarakat suku asli di seluruh

dunia, tetapi tenggelam di tengah dominasi cara pandang dan etika Barat modern.

Alam sebetulnya mempunyai hak untuk eksis. Itulah hak asasi alam. Tidak hanya

manusia yang berhak untuk eksis di bumi. Oleh karena itu perlu ada sinergi antara alam

dan manusia. Sehingga, Keraf (2002) mengharapan adanya gerakan bersama berbagai

pihak untuk mewujudkan etika lingkungan hidup yang dapat ”merawat” bumi menjadi

tempat yang nyaman bagi semua kehidupan.

B. MEMAHAMI MAKNA ETIKA LINGKUNGAN

Isu-isu kerusakan lingkungan menghadirkan persoalan etika yang rumit. Karena meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui sungguh memiliki nilai dan berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan perusakan. Keadaan ini memunculkan banyak pertanyaan. Apakah manusia sudah melupakan hal-hal ini atau manusia sudah kehilangan rasa cinta pada alam? Bagaimanakah sesungguhnya manusia memahami alam dan bagaimana cara menggunakannya?

Perhatian kita pada isu lingkungan ini juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana keterkaitan dan relasi kita dengan generasi yang akan datang. Kita juga diajak berpikir kedepan. Bagaimana situasi alam atau lingkungan di masa yang akan datang? Kita akan menyadari bahwa relasi kita dengan generasi akan datang, yang memang tidak bisa timbal balik. Karenanya ada teori etika lingkungan yang secara khusus memberi bobot pertimbangan pada kepentingan generasi mendatang dalam membahas isu lingkungan ini. Para penganut utilitirianisme, secara khusus, memandang generasi yang akan datang dipengaruhi oleh apa yang kita lakukan sekarang. Apapun yang kita lakukan pada alam akan mempengaruhi mereka. Pernyataan ini turut memunculkan beberapa pandangan tentang etika lingkungan dengan kekhususannya dalam pendekatannya terhadap alam dan lingkungan.

Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya dibedakan menjadi dua yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal. Selain itu etika lingkungan juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan. Etika pelestarian adalah

Page 3: materi lingkungan

etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk.

Yang dimaksud Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang. Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta alam.

Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.B.1 Etika Ekologi Dangkal

Etika ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu etika antroposentris yang menekankan segi estetika dari alam dan etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus. Etika ekologi dangkal yang berkaitan dengan kepentingan estetika didukung oleh dua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurut mereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika. Sedangkan etika antroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi penerus mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia.

Etika yang antroposentris ini memahami bahwa alam merupakan sumber hidup manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :

1. Manusia terpisah dari alam,2. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab

manusia.3. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya4. Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia5. Norma utama adalah untung rugi.6. Mengutamakan rencana jangka pendek.7. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya dinegara

miskin8. Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi

B. 2 Etika Ekologi DalamBagi etika ekologi dalam, alam memiliki fungsi sebagai penopang kehidupan.

Untuk itu lingkungan patut dihargai dan diperlakukan dengan cara yang baik. Etika ini juga disebut etika lingkungan ekstensionisme dan etika lingkungan preservasi. Etika ini menekankan pemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi juga demi alam itu sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan bersama.

Etika lingkungan ini dibagi lagi menjadi beberapa macam menurut fokus perhatiannya, yaitu neo-utilitarisme, zoosentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme. Etika

Page 4: materi lingkungan

lingkungan neo-utilitarisme merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy Bentham yang menekankan kebaikan untuk semua. Dalam konteks etika lingkungan maka kebaikan yang dimaksudkan, ditujukan untuk seluruh mahluk. Tokoh yang mempelopori etika ini adalah Peter Singer. Dia beranggapan bahwa menyakiti binatang dapat dianggap sebagai perbuatan tidak bermoral.

Etika lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankan perjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini juga disebut etika pembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich. Menurut etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral. Menurut The Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senang dan menderita mewajibkan manusia secara moral memperlakukan binatang dengan penuh belas kasih.

Etika lingkungan Biosentrisme adalah etika lingkungan yang lebih menekankan kehidupan sebagai standar moral. Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut Kenneth rasa senang atau menderita bukanlah tujuan pada dirinya sendiri. Bukan senang atau menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk hidup atau kepentingan untuk hidup. Kepentingan untuk hidup yang harus dijadikan standar moral. Sehingga bukan hanya manusia dan binatang saja yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan. Menurut Paul Taylor, karenanya tumbuhan dan binatang secara moral dapat dirugikan dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidup mereka sendiri, seperti bertumbuh dan bereproduksi.

Etika Lingkungan Ekosentrisme adalah sebutan untuk etika yang menekankan keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu dalam ekosistem diyakini terkait satu dengan yang lain secara mutual. Planet bumi menurut pandangan etika ini adalah semacam pabrik integral, suatu keseluruhan organisme yang saling membutuhkan, saling menopang dan saling memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan menjadi bagian dalam tata kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya, John B. Cobb, etika ini mengusahakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan keseluruhan dalam ekosistem.Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :

1. Manusia adalah bagian dari alam2. Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak

boleh diperlakukan sewenang-wenang3. Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-

wenang4. Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk5. Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai6. Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati7. Menghargai dan memelihara tata alam8. Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem9. Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem

mengambil sambil memelihara.

Page 5: materi lingkungan

Demikian etika lingkungan dapat digolongkan kedalam dua kelompok yaitu etika

lingkungan dalam dan etika lingkungan dangkal. Keduanya memiliki beberapa perbedaan

– perbedaan seperti diatas. Tetapi bukan berarti munculnya etika lingkungan ini memberi

jawab langsung atas pertanyaan mengapa terjadi kerusakan lingkungan. Namun paling

tidak dengan adanya gambaran etika lingkungan ini dapat sedikit menguraikan norma-

norma mana yang dipakai oleh manusia dalam melakukan pendekatan terhadap alam ini.

Dengan demikian etika lingkungan berusaha memberi sumbangan dengan beberapa

norma yang ditawarkan untuk mengungkap dan mencegah terjadinya kerusakan

lingkungan

C. PROBLEMATIKA LINGKUNGAN DAN ALTERNATIF SOLUSINYA

1. KRISIS LINGKUNGAN DAN ETIKA ANTROPOSENTRISME

Krisis lingkungan terjadi dimana-mana. Degradasi kualitas sumberdaya alam semakin

mengerikan. Celaknya, manusia modern tidak mampu menahan laju dengadasi lingkungan ini.

Hukum lingkungan tidak berdaya dalam mencegah dan menangulangi pencemaran dan

kerusakan lingkungan, disebabkan karena cara pandang yang salah terhadap alam. Etika

antroposentrisme menurut Keraf (2002) cenderung mangantarkan perilaku manusia yang

ekspolitatif terhadap alam dapat dilihat dari beberapa fakta berikut :

a. Kepentingan politik dan kekuasaan masih lebih mendominasi proses peradilan. Bencana

lumpur panas Lapindo bisa menjadi salah satu contoh. Hingga setahun lebih kasus yang

menyengsarakan masyarakat Porong, Sidoarjo ini, proses peradilannya belum jelas.

Dugaan kuat karena pemilik PT. Lapindo Brantas adalah pejabat tinggi di negeri ini. Dalam

sistem kapitalisme, ketika pengusaha menjadi penguasa maka tidak jarang kepentingan

publik akan dikorbankan. (Mukhamadun, Jurnal Respublika, Nopember 2006). Kondisi

seperti ini mengakibatkan belum adanya law enforcement dan law of justice (penegakan

hukum dan penegakan keadilan).

Semestinya harus ada proses hukum yang fair atas kasus seperti ini, sehingga proses

hukum dan denda dilakukan sebagaimana UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup pasal 41 – 46. Sesuai dengan prinsip “polluters must pay” pihak-pihak yang terbukti

dalam peradilan melakukan tindakan pencemaran atau kerusakan lingkungan harus

membayar ganti rugi dan melakukan reklamasi. Namun hinga saat ini ribuan masyarakat

Page 6: materi lingkungan

Porong yang kehilangan tempat tinggal, kehilangan pekerjaan serta anak-anak mereka

tidak bisa sekolah, belum mendapatkan keadilan.

b. Mafia Peradilan dan Tekanan Pemodal. Keraf (2002) mengatakan bahwa perusahaan-

perusahaan asing multinasional banyak sekali menerapkan standar ganda sekaligus

menggunakan superioritas ekonomi dan politik untuk melindungi kepentingan bisnisnya di

negara-negara sedang berkembang. Hal ini menjadi salah satu penyebab utama krisis

lingkungan hidup. Kasus-kasus kejahatan lingkungan seringkali endingnya tidak

membawa rasa keadilan Contoh ketidakadilan yang dirasakan oleh masyarakat adalah

bebasnya bos PT Newmont. Pengadilan Negeri Manado memutuskan, PT Newmont

Minahasa Raya (PT NMR), anak perusahaan dari Newmont Mining Corporation, dan

Presiden Direkturnya, Richard Ness, tidak bersalah atas seluruh dakwaan pencemaran

dan pelanggaran atas peraturan yang berlaku. Putusan pengadilan yang didasarkan pada

bukti-bukti hukum pada selama masa persidangan hampir 21 bulan tersebut, menyatakan

Teluk Buyat tidak tercemar. Diputuskan juga, PT NMR selama ini, perusahaan telah

mematuhi seluruh ketentuan perizinan dan memiliki peraturan yang diperlukan selama

delapan tahun masa operasinya, dari tahun 1996 hingga 2004 (Riau Pos, 25 April 2007).

Keputusan kontroversial ini diduga akibat masih adanya mafia peradilan dan

tekanan dari asing. Padahal, Jaksa Penuntut Umum menuduh PT NMR dan presiden

direkturnya telah mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan saat melakukan

kegiatan tambangnya, di daerah dekat Teluk Buyat di Kabupaten Minahasa Selatan,

Sulawesi Utara. Dari penelitian Tim Terpadu antar departemen yang dikoordinir oleh

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) diketahui beberapa sumber pencemaran yang dapat

dicurigai sebagai jalur pencemaran (pathways) logam berat yang mengkontaminasi warga

disana. Air minum dan konsumsi ikan merupakan jalur utama yang dicurigai. Penelitian

Tim Terpadu menemukan bahwa salah satu sampel air sumur bor milik Newmont

mengandung logam arsen melampaui baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan. Dari

sumur bor inilah, Newmont mensuplai air minum dengan truk tanki bagi warga Pante

Buyat hingga Desember 2003. Sejak Januari 2004, warga Pante Buyat disuplai dengan

saluran air pipa. Sampel air yang diuji oleh Tim Terpadu menemukan bahwa air pipa

mengandung logam berat Mangan melampaui Peraturan Menteri Kesehatan. Warga Pante

Buyat kesulitan mendapatkan air bersih sejak Newmont beroperasi tahun 1996

(www.walhi.or.id).

Page 7: materi lingkungan

c. Konflik kepentingan berbagai sektor akibat kerakusan dan kelicikan. Diijinkannya 13

perusahaan pertambangan beroperasi di kawasan lindung melalui PP 2/2008, dengan

model pertambangan terbuka bisa menjadi contoh. Pihak pertambangan hanya

berpedoman PP 2/2008, Perpu Nomor 1 Tahun 2004 dan Keppres Nomor 41 Tahun 2004,

tanpa memperhatikan prinsip-prinsip konservasi seperti dalam UU Nomor 5/1990 tentang

Konservasi Sumberdaya alam dan Ekosistemnya, juga UU Nomor 23/1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Eksploitasi tambang dalam kawasan Hutan Lindung

dipastikan akan berdampak negatif bagi lingkungan. Kolong-kolong dengan air asam eks

pertambangn timah di Dabo Singkep, Bangka dan Belitung semestinya menjadi pelajaran.

Namun dengan alasan kepentingan ekonomi sesaat, eksploitasi di kawasan lindung ini

terus berlanjut. Kebijakan ini akan menekan peranan hutan sebagai penyeimbang

hidrologis, ekologis, dan keragaman hayati. Fungsi hutan sebagai pendukung

perekonomian masyarakat pun akan hilang menyusul penguasaan kawasan itu oleh pihak

swasta. Disamping itu hilangnya fungsi daerah resapan air akan terjadi seiring dengan

hilangnya hutan yang menjadi lapisan penutup tanah. Fungsi hutan sebagai tempat hidup

keragaman hayati dan penyeimbang iklim juga akan terganggu.

Contoh konflik kepentingan berbagai sektor, yang mengakibatkan ketidakpastian hukum

hingga berakibat langsung pada kerusakan lingkungan adalah seperti yang terjadi pada

kawasan pesisir. Konflik pengelolaan sumber daya alam di Indonesia menurut Safitri

(2005) banyak berawal dari tidak jelasnya penguasaan. Dalam sektor perikanan misalnya,

batas wilayah tangkapan nelayan lokal, kewenangan pemda dan kewenangan pusat tidak

jarang menimbulkan masalah. Nelayan lokal merasa semakin terhimpit karena harus

bersaing dengan nelayan asing yang dilengkapi peralatan canggih. Disamping itu akses

nelayan semakin dibatasi akibat pengaplingan wilayah pesisir dan laut oleh berbagai

badan usaha. Menurut Menteri Perikanan dan Kelautan (2003) di Indonesia terdapat 14

sektor pembangunan didukung 20 Undang-Undang, dan 5 konvensi internasional yang

meregulasi pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sementara itu banyak kewenangan instansi

yang didukung perundang-undangannya masing-masing. Undang-Undang yang sudah

ada bersifat sangat sektoral dan terpilah-pilah sehingga pengelolaannya tidak efektif, tidak

memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada stakeholders dan investor. Dan

sebagaimana kita ketahui koordinasi antar sektor dan antara pemerintahan pusat dan

daerah sangat lemah sehingga acap kali terjadi tumpang tindihnya kebijakan dan

Page 8: materi lingkungan

perencanaan pengelolaan sumberdaya pesisir. Tentu hal ini dapat memicu konflik dalam

pengelolaan sumber daya pesisir (www.dkp.go.id).

Menurut Prof Dr Emil Salim, mantan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan

Hidup (1983-1988 dan 1988-1993), kebijakan yang terkait dengan lingkungan di Indonesia

sangat lemah, antara lain akibat lemahnya koordinasi antarsektor. "Koordinasi antara

kehutanan, prasarana wilayah, lingkungan hidup, pertanian, pertambangan, dan kelautan

sangat memprihatinkan. Kebanyakan berpikir sektoral, sementara lingkungan hidup

memerlukan pendekatan holistis lintas sektor. Akibatnya, kondisi lingkungan hidup

menurun. Masalah penyelundupan kayu dan illegal logging tak teratasi, pencurian ikan

dan pasir berlangsung terus. Tak masuk akal apabila aparat pemerintah tak bisa

mendobraknya," ungkap Emil (Kompas, 9/8, 2005).

Kalau kita jujur, ternyata aktor-faktor pendorong kerusakan lingkungan di atas sangat berkaitan

dengan etika. Lebih lanjut kita bisa melihat bahwa etika yang salah akan menjadi driving factor

kerusakan lingkungan. Misalnya :

a. Etika Developmentalisme dan Liberalisasi Ekonomi. Pembangunan memang tidak saja

menghasilkan manfaat, melainkan juga membawa resiko. Pembangunan mempengaruhi

dan dipengaruhi oleh lingkungan. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup

membentuk system ekologi yang disebut ekosistem (Soemarwoto, 1994). Sementara itu

McNeely (1992) menyatakan bahwa perangsang ekonomi ternyata jauh lebih condong

mengakibatkan eksploitasi sumberdaya hayati daripada melestarikannya. Kerusakan

hutan akibat eksplotasi kayu dan barang-barang tambang terbuka seperti eksploitasi

batubara bisa menjadi contoh. Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia memang luar biasa

besar. Kekayaan alam itu jelas mengundang investor asing terutama di sektor

pertambangan. Hanya saja, investasi besar di bisnis pertambangan juga menuai

kerusakan lingkungan yang luar biasa dahsyatnya. Oleh karena itu menurut Sale (1996)

kalau tidak ada langkah-langkah kongkrit pelestarian alam oleh berbagai negara maka

eksistensi bumi bisa terancam. Kerusakan lingkungan akan diperparah dengan adanya

liberalisasi perdagangan. Keraf (2002) menyebutkan adanya keterkaitan erat antara

liberalisasi perdagangan dengan kerusakan lingkungan di negara-negara berkembang.

Negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia biasanya mengambil jalan termudah dalam

menghadapi persaingan global, dengan cara menggadaikan kekayaan alamnya untuk

dieksploitasi.

Page 9: materi lingkungan

Keraf (2002) juga menegaskan bahwa etika developmentalisme telah mengilhami ide

utang luar negeri. Utang luar negeri telah mengantarkan dunia ketiga termasuk Indonesia

pada kerusakan sumberdaya alam dan lungkungan yang sangat parah.

Eksploitasi di sektor pertambangan, bisa dijadikan contoh buruknya pengelolaan

lingkungan hidup. Dengan besarnya potensi tambang ditambah aturan-aturan yang liberal,

Indonesia dengan mudah menarik investor asing untuk menanamkan modalnya.Tahun

1967 PT Freeport Indonesia (FI) memulai dengan Kontrak Karya generasi I (KK I) untuk

konsesi selama 30 tahun. Pemerintah Indonesia (dalam rangka menarik investor asing)

memberikan insentif bebas pajak dan royalti yang tidak terlalu besar, maka tercatat 16

perusahaan asing ikut dalam KK II. Pada tahun 1988, secara tak terduga FI menemukan

deposit emas yang sangat besar di Grasberg, diperkirakan mencapai 72 juta tons.

Kemudian mereka mengajukan pembaharuan KK selama 30 tahun dan bisa diperpanjang

dua kali 10 tahun. FI mendapat KK V bersama 6 perusahaan tambang lainnya. Berbeda

dengan KK I, produk utama FI adalah emas, bukan hanya tembaga. Namun menurut

Econit, royalti yang diberikan FI ke pemerintah tidak berubah, hanya 1 - 3,5 %, sehingga

penerimaan pemerintah dari pajak, royalti dan deviden FI hanya US$ 479 juta (SWA

Sembada, 1997).

Padahal aktifitas PT FI telah mengakibatkan kerusakan lingkungan yang sangat parah. Di

areal per-tambangan Freeport, kurang lebih 13 ribu

hektar hutan rusak akibat tailing, tidak terhitung jumlah mangrove yang

dirusak untuk pelabuhan dan pembangkit tenaga listrik, hutan yang rusak

untuk pembangunan jalan, dan kawasan ekosistem alpin yang hilang untuk selamanya

karena menjadi tempat tumpukan batuan limbah. Belum lagi sisa-sisa lubang (pit),

tumpukan batuan limbah, dan lokasi lain yang akan rusak untuk selamanya. Lebih dari 4

milyar ton batuan limbah yang bersifat asam ditumpuk di lembah Cartenz dan Aghawagon.

Tanda-tanda telah terjadinya aliran air asam tambang telah ditemukan oleh Tim Audit

Lingkungan PT. Freeport (www.walhi.or.id).

Liberalisasi di sektor migas juga makin terasa sejak disahkan UU Migas No. 22 tahun

2001. Liberalisasi akan semakin sempurna dengan disahkannya UU Penanaman Modal

Asing (UU PMA) akhir Maret lalu. RUU ini dibuat untuk menggantikan UU Nomor 1 Tahun

1967 tentang PMA (yang diubah dengan UU Nomor 11 Tahun 1970) dan UU Nomor 6

Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (yang diubah dengan UU Nomor

12 Tahun 1970). Dalam RUU ini, investasi sebagai penopang pembangunan dimaknai

Page 10: materi lingkungan

sebagai proses ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi semata. Tentu hal ini sangat

berbahaya bagi kelestarian lingkungan.

b. Sikap dan perilaku destruktif. Djajadiningrat (2001) mengatakan bahwa keutuhan

lingkungan banyak tergantung pada kearifan manusia dalam mengelola sumberdaya alam.

Individu, kelompok masyarakat, pengusaha damn pemerintah semstinya peduli terhadap

kelestarian lingkungan hidup dan fungsi lingkungan hidup. Namun acapkali sikap hidup

manusia justru sangat destruktif terhadap lingkungannya. Misalnya kebiasaan membuang

sampah tidak pada tempatnya. Kebiasaan buruk ini bisa berdampak pada lingkungan

kesehatan, pemandangan yang tidak menarik, mengakibatkan tersumbatnya saluran air

dan lain-lain. Kebiasaan pengelola HPH (sekarang IUPHHK-HA) melakukan penebangan

hutan tanpa mengindahlkan prinsip pengelolaan hutan lestari telah mengakibatkan laju

deforestari yang luar biasa. Setidaknya 2,5 juta ha/th hutan terdegradasi

(www.dephut.go.id)

Contoh lain adalah kebiasaan membakar hutan dan lahan dalam proses penyiapan lahan

perkebunan, pertanian dan hutan tanaman industri. Kebiasaan buruk ini terbukti telah

mengakibatkan bencana kabut asap yang sangat berbahaya bagi akifitis penerbangan,

transportasi darat, kesehatan, pendidikan, dll. Akibat kebakaran hutan tahun 1997

misalnya, telah mengakibatkan rusaknya hidupan liar, habitat alamiah, dan hancurnya

ekosistem. Bahkan WWF, menyebut tahun 1997 sebagai tahun terperangkapnya dunia

oleh kebakaran (Glover, 2002).

Kebiasaan pengusaha pertambangan terbuka (open mining) yang tidak sungguh-sungguh

melakukan reklamasi juga mengakibatkan kerusakan lingkungan dan pencemaran yang

sangat parah. Seperti eksploitasi pasir di Kepri, pertambanagn Timah di Dabo-Singkep,

Pertambangan Batubara di Kalimantan Selatan, Pertambangan Emas dan Tembaga di

Papua.

2. ALTERNATIF SOLUSI

Menyadari berbagai problematika lingkungan di atas, Keraf (2002) memberikan beberapa

alternatif solusi sebagai berikut :

a. Perubahan cara pandang terhadap alam secara filosofis dan radikal.

Disadari bahwa etika antroposentrisme telah menjadikan alam hanya sekedar alat

pemuas, hanya sekedar obyek eksploitasi manusia. Dan ternyata hal ini menimbulkan

Page 11: materi lingkungan

kerusakan. Oleh karena itu dalam buku Etika Lingkungan, Keraf (2002) menuntut adanya

perubahan radikal dalam masyarakat modern. Etika Antroposentrisme harus dirubah

menjadi etika biosentrisme dan bahkan etika ekosentrisme. Namun etika baru ini tidak bisa

direalisasikan manusia modern yang masih “tercemari” paradigma lama yang

antroposentris. Sehingga perlu perubahan mendasar dan diaktualisasikan dalam wujud

gerakan bersama membangun kultur baru yang ecosophy. Yakni gerakan bersama

merawat bumi sebagai sebuah rumah tangga untuk menjadikannya sebagai tempat yang

nyaman bagi semua kehidupan.

b. Politik Lingkungan yang Dilandasi Etika Lingkungan.

Komitmen politik Global yang telah disepakati dalam KTT Bumi tahun 1992 di Rio de

Janeiro berupa paradigma pembangunan berkelanjutan semestinya juga ditindaklanjuti

dengan paradigma keberlanjutan ekologi. Karena jika hanya terfokus pada paradigma

pembangunan berkelanjutan, dikhawatirkan dunia akan kembali terjebak pada etika

developmentalisme yang terbukti sangat eksploitatif dengan alasan pembangunan.

Developmentalisme menurut Wolgang Sach dalam Keraf (2002) telah menjebak banyak

negara di dunia. Hasli yang diperoleh adalah kehidupan yang tetap memprihatinkan di

negara dunia ketiga. Yang tercipta kemudian jurang yang menganga antara segelintir

orang yang kaya dengan mayoritas rakyat yang miskin, kehancuran lingkungan, dan

tergusurnya budaya lokal. Oleh karena itu, disinilah urgensinya Pengelolaan Lingkungan

dilandasi atas ideologi yang benar serta paradigma keberlanjutan ekologi yang luas

sebagai alternatif dari konsep pembangunan berkelanjutan.

c. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance).

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) akan menentukan

sejauhmana tujuan penyelenggaraan pemerintahan itu bisa dicapai dan diwujudkan.

Konsep ini diharapkan bisa mencegah munculnya conflict of interest antar penyeleggara

pemerintahan. Selanjutnya diharapkan juga akan menekan korupsi birokrasi. Sehingga

akan menyelamatkan sumberdaya alam. Konsep ini mensyaratkan beberapa hal. Pertama

pemerintahan harus berjalan secara efektif. Kedua pemerintah itu sendiri harus tunduk

pada aturan yang berlaku. Selama tidak ada kepastian hukum , selama itu pula tidak

mungkin bisa dijamin ada pemerintahan yang baik. Ketiga, pemerintah berdiri tegak

sebagai wasit dan penjaga aturan hukum demi menjamin kepentingan bersama seluruh

Page 12: materi lingkungan

rakyat. Keempat, perlu dijamin lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah

berfungsi secara maksimal dan efektif. Sehingga fungsi social kontrol bisa optimal.

d. Penegakan Hukum Lingkungan

Penegakan Hukum Lingkungan merupakan aspek penting yang perlu dibahas tersendiri.

Aspek ini sangat terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Langkah yang

harus ditempuh adalah : pertama, reformasi legislasi. Peraturan perundangan yang tidak

pro lingkungan dan tidak pro publik harus ditinjau ulang. Undang-undang Sumberdaya Air,

Undang-undang Penanaman Modal Asing, PP 2/2008 dll, semestinya ditinjau kembali

untuk kepentingan penyelamatan sumberdaya alam dan lingkungan. Karena bila substansi

peraturan perundangan tidak menjamin kepentingan lingkungan hidup dan tidak pro

rakyat, maka akan terjadi pembangkangan rakyat (civil disobedience) dalam mematuhi

peraturan perundang-undangan tersebut. Kedua, reformasi pengadilan (judical reform).

Prinsip independensi pengadilan, prinsip profesionalitas, prinsip akuntabilitas, prinsip

partisipasi, prinsip transaparansi dan prinsip aksesibilitas harus dapat duwujudkan.

Ketiga, reformasi apartur penegak hukum (enforcement apparatur reform). Dan keempat

adalah reformasi budaya hukum (legal culture reform).

e. Kembali ke Alam, Belajar dari Etika Masyarakat Adat.

Etika lingkungan hidup yang diperjuangkan biosentrisme dan ekosentrisme sebetulnya

telah dipraktekkan oleh masyarakat suku asli di seluruh dunia, tetapi tenggelam di tengah

dominasi cara pandang dan etika Barat modern. Menurut The World Conservation Union

(1997) dalam Keraf (2002), dari sekitar 6000 kebudayaan di dunia, 4000-5000 diantaranya

adalah masyarakat adat. Ini sebuah jumlah yang besar, yang tidak boleh dianggap remah.

Kendati dalam kerangka dominasi ekonomi dan kemajuan IPTEK selalu termarjinalisasi

dan bahkan diabaikan. Hal yang fundamental dari perspektif etika lingkungan adalah

kesamaan pemahaman dari semua masyarakat adat di seluruh dunia yang memandang

dirinya, alam, kehidupan dan relasi diantara keduanya dalam perspektif religius,perspektif

spiritual. Inilah kesadaran oaling berharga dan paling tinggi.

Dalam perspektif itu, agama dipahami dan dihayati oleh masyarakat adat sebagai sebuah

cara hidup, dengan tujuan untuk menata seluruh manusia dalam relasi yang harmonis

Page 13: materi lingkungan

antara manusia dan alam. Keraf (2002) kembali berharap adanya revitalisasi cara

pandang dan perilaku masyarakat adat dalam interaksinya dengan alam.

3. OPSI

Alternatif solusi yang ditawarkan oleh Keraf (2002) untuk menyelesaikan problematika

lingkungan seakan hanya sebuah ide utopia. Mengapa demikian? Keraf (2002) di akhir buku

Etika Lingkungan, hanya menawarkan konsep kembali pada kearifan lokal masyarakat adat.

Mampukah masyarakat adat menghadapi globalisasi kapital? Karena tren peradaban dunia

justeru makin kapitalistik. Etika antroposentrisme makin mendominasi kehidupan umat

manusia. Ideologi developmentalisme kian menemukan momentumnya, saat para pengusaha

“hitam” menjadi penguasa. Terjadilah konspirasi antara penguasa dan pengusaha dengan

korporasinya.

Namun demikian, konsep etika lingkungan yang ditawarkan oleh Keraf (2002) jika

dilaksanakan secara komprehensip baik pada tataran individu, publik maupaun negara tetap

memberi secercah harapan bagi upaya penyelamatan sumberdaya alam dan lingkungan. Oleh

karena itu opsi yang harus diambil adalah pilihan yang berlandaskan pada etika ekonomi

sekaligus etika ekologi. Konsep valuasi ekonomi sumberdaya alam, yang menilai secara

komprehensip sumber daya alam (Fauzi,2004) kiranya bisa menjadi jalan tengah (conflict

resolution) antara penganut etika antroposentrisme versus etika ekosentrisme.

DAFTAR PUSTAKA

Djajadiningrat, S.T, 2001. Pemikiran, Tantangan, dan Permasalahan Lingkungan. Studio Tekno

Ekonomi ITB. Bandung.

Djojohadikusumo, S.1993. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan.

LP3ES. Jakarta

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta

Glover, D, dan Timothy Jessup. 2002. Mahalnya Harga Sebuah Bencana. Diterjemahkan oleh Ario

Trenggono. Penerbit ITB. Bandung.

Page 14: materi lingkungan

Keraf, S.A. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas. Jakarta

McNeely, J.A. 1992. Ekonomi dan Keanekaragaman Hayati. Yayasan Obor Indonesia.

Jakarta .Terjemahan

Mukhamadun, 2006. Lumpur Lapindo Akar Masalah dan Alternatif Solusinya dalam Perspektif

Hukum Lingkungan. Jurnal Hukum Respublika Vol.6 No.1, Nopember 2006.hal 12-20

Sale, K.1996. Revolusi Hijau. Diterjemahkan oleh Matheos Nalle. Yayasan Obor Indonesia.

Jakarta.

Soemarwoto, O, 2001. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Baru Lingkungan Hidup.

Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Syafitri, M. at al. 2005. Dibawah Satu Payung Pengelolaan Sumber Daya Alam. Suara Bebas-

Yayasan Kehati. Jakarta.

Harian Kompas, 9 Agustus 2005

Harian Ekonomi Neraca, 14 Februari 2007

Harian Riau Pos, 25 April 2007

Sigi, SCTV, Ahad 1 April 2007

Majalah Swasembada, 1997

Secara harafiah, ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Menurut Haeckel (1868) dalam Suarna (2003) memberi batasan tentang ekologi sebagai hubungan yang menyeluruh antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik dengan abiotiknya. Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem.

Dalam suatu ekosistem (satu unit sistem ekologi), selalu ada keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar untuk menjaga agar ekosistem tersebut dapat terus berlangsung. Ekosistem akan mengalami pertumbuhan apabila energi yang masuk lebih besar dari energi yang keluar. Sebaliknya, ekosistem akan mengalami kemunduran apabila energi yang masuk lebih kecil dari energi yang keluar.

Menurut hukum termodinamika II menyatakan bahwa energi yang ada itu tidak seluruhnya dapat dipakai untuk melakukan kerja, atau dengan kata lain tidak mungkin mencapai efisiensi 100%. Dengan makna yang sama, entropi secara universal akan selalu bertambah. Kita dapat menurunkan entropi di suatu tempat tetapi berbarengan dengan itu akan terjadi kenaikan entropi di suatu tempat secara lokal. Misalnya pembuangan limbah dari rumah tangga ke sungai dapat

Page 15: materi lingkungan

menurunkan entropi sehingga keteraturan di rumah tangga menjadi naik, tetapi meningkatkan entropi atau menurunkan keteraturan di sungai.

2. Etika Lingkungan

Etika Lingkungan Hidup hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini berlaku, yang dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan hubungan antara manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk bukan manusia, kendati bukan pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek moral (moral subjects), sehingga pantas menjadi perhatian moral manusia. ‘Kesalahan terbesar semua etika sejauh ini adalah etika-etika tersebut hanya berbicara mengenai hubungan antara manusia dengan manusia’ Albert Schweitzer. Dalam perkembangan selanjutnya, etika lingkungan hidup menuntut adnya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia. Yaitu dengan memasukkan lingkungan atau alam semesta sebagai bagian dari komunitas moral.

ANTROPOSENTRISME

Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.

BIOSENTRISME DAN EKOSENTRISME

Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan etika untuk mencakup komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya (ekosentrism).

TEOSENTRISME

Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada teosentrism, konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk di daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan dalam suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).

3. Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Page 16: materi lingkungan

Pada hakekatnya pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat manusia. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang. Dalam kaitan ini, eksplorasi maupun eksploitasi komponen-komponen sumberdaya alam untuk pembangunan, harus seimbang dengan hasil/produk bahan alam dan pembuangan limbah ke alam lingkungan. Prinsip pemeliharaan keseimbangan lingkungan harus menjadi dasar dari setiap upaya pembangunan atau perubahan untuk mencapai kesejahteraan manusia dan keberlanjutan fungsi alam semesta.

Sistem masukan dan keluaran dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan, dapat dikontrol dari segi sains dan teknologi. Penggunaan perangkat hasil teknologi diarahkan untuk tidak merusak lingkungan alam, serta bersifat ‘teknologi bersih’, dan mengutamakan sistem daur ulang. Arah untuk menjadikan produk ramah lingkungan, dan menekan beaya eksternal akibat produksi tersebut harus menjadi orientasi bagi setiap usaha pemanfaatan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat. Mekanisme pengaturan keseimbangan sistem masukan dan keluaran akan ditentukan oleh kepedulian atau komitmen sumberdaya manusia, sistem yang berlaku, infrastruktur fisik, sumberdaya lain yang dibutuhkan. Dengan prinsip keterlanjutan, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan perlu disusun dalam arah strategis untuk menyelamatkan aset lingkungan hidup bagi generasi mendatang. Upaya peningkatan kesejahteraan manusia harus seiring dengan kelestarian fungsi sumberdaya alam, agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga dan potensi keanekaragaman hayati tidak akan menurun kualitasnya.

4. Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

Tata ruang adalah wujud struktural pola pemanfaatan ruang, baik yang direncanakan maupun tidak, sedangkan yang dimaksud ruang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan dan penghidupan. Kegiatan manusia dan makhluk hidup lainnya membutuhkan ruang untuk berbagi lokasi pemanfaatan ruang.

Lingkungan hidup sebagai media hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan unsur alam yang terdiri dari berbagai proses ekologi merupakan satu kesatuan yang mantap. Sehingga perencanaan dan pengelolaannya harus memperhatikan lingkungan hidup yang sesuai dengan dasar dari pembangunan berkelanjutan.

Perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup harus di dasarkan pada prinsip Pembangunan Berkelanjutan (PB) yang berwawasan lingkungan. Komitmen untuk mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial dalam melaksanakan Pembangunan Berkelanjutan harus dilakukan secara konsisten, melalui pendekatan holistik. Dengan demikian, setiap usaha untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan, perlu didasari dengan semangat kebersamaan, kemitraan, keberlanjutan dan akuntabilitas pada semua fihak yang terkait dengan Pembangunan Berkelanjutan. Kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keberlanjutannya merupakan tugas bersama dari pemerintah, swasta dan masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH), dan bertumpu pada kemitraan pemerintah dan masyarakat. Upaya untuk memperluas jangkauan kepedulian dan kesadaran lingkungan hidup perlu terus ditumbuhkan, agar dapat mengikat komitmen semua fihak yang terkait guna terwujudnya Pembangunan Berkelanjutan. Untuk itu

Page 17: materi lingkungan

diperlukan panduan integrative untuk dapat secara nyata memasukkan pertimbangan lingkungan ke dalam seluruh perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Indonesia.

Etika Lingkungan dan Persfektif FilsafatDirangkaikan kembali oleh Supli Effendi RahimBandara KLIA 5 Desember 2008B i s m i l l a h . T u h a n t e l a h m e n c i p t a k a n s e g a l a s e s u a t u d i b u m i s e c a r a seimbang dan mencukupi. Ketika nabi Adam pertama kali diturunkan k e b u m i , i a t e r p i s a h d e n g a n i s t r i n y a . N a b i A d a m , m e n u r u t r i w a y a t terdampar di India, istrinya Hawa di Jeddah. Mereka dipertemukan di j a b a l R a h m a h M e k k a h . P a d a m a s a i t u t e n t u l i n g k u n g a n t i d a k a d a masalah. Semua ada dalam keadaan seimbang.Lingkungan mulai mengalami kerusakan yang hebat terjadi jauhsesudah nabi Adam tidak ada lagi di permukaan bumi. Manusia yang b e r t a m b a h b a n y a k j u m l a h d a n k e a h l i a n n y a m e n j a d i k a n b u m i a j a n g untuk berbuat kerusakan. Kerusakan itu tentu tidak saja di darat tetapid i l a u t . T i d a k s a j a d i d a t a r a n r e n d a h , k e r u s a k a n t e r j a d i d i b u k i t d a n gunung. Kerusakan bahkan terjadi hingga ke dasar laut. Pendek katakerusakan terjadi di utara, selatan, timur, barat dan bahkan di kutub-kutub bumi. Kerusakan yang paling besar sebetulnya adalah akhlak atau etika manusia. Manusia mulai menyembah selain Allah. Lebih dariitu manusia menjadi rakus.B a n y a k n a b i d a n r a s u l d i u t u s u n t u k m e m p e r b a i k i

akhlak manusia.T i d a k k u r a n g d a r i 2 0 0 . 0 0 0 n a b i d a n r a s u l d i t u r u n k a n d a n d i u t u s k e s e l u r u h b a n g s a d a n k a u m d i s e l u r u h d u n i a . B a n y a k a j a r a n n a b i d a n rasul itu selain masalah akidah (tauhid) tetapi tidak kalah pentingnya adalah masalah akhlak/etika termasuk terhadap lingkungan. Di antaraajaran nabi Muhammad tentang etika lingkungan adalah bahwa semuam a k h l u k h i d u p d a n t i d a k h i d u p s e t i a p s a a t t a s b i h k e p a d a A l l a h . J a d i menganggu atau merusaknya sesungguhnya menganggu hubungan”mereka” kepada Allah. Al-qur’an melarang keras berbuat kerusakandi bumi. Nabi melarang kencing di lubang semut dan air tergenang.Tulisan ini memaparkan serba-serbi yang berhubungan dengan etika lingkungan dan filsafat.Apa itu Etika Lingkungan ?Isu-isu kerusakan lingkungan menghadirkan persoalan etika yangr u m i t . K a r e n a m e s k i p u n p a d a d a s a r n y a a l a m s e n d i r i s u d a h d i a k u i sungguh memiliki nilai dan berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi

pencemaran dan perusakan. Keadaan ini memunculkan banyakpertanyaan. Apakah manusia sudah melupakan hal-hal ini ataum a n u s i a s u d a h k e h i l a n g a n r a s a c i n t a p a d a a l a m ? B a g a i m a n a k a h sesungguhnya manusia memahami alam dan bagaimana caramenggunakannya? Perhatian kita pada isu lingkungan ini juga memunculkan pertanyaantentang bagaimana keterkaitan dan relasi kita dengan generasi yang a k a n d a t a n g . K i t a j u g a d i a j a k b e r p i k i r k e d e p a n . B a g a i m a n a s i t u a s i alam atau lingkungan di masa yang akan datang? Kita akan menyadaribahwa relasi kita dengan generasi akan datang, yang memang tidakbisa timbal balik. Karenanya ada teori etika lingkungan yang secarakhusus memberi bobot pertimbangan pada kepentingan generasimendatang dalam membahas isu lingkungan ini. Para penganututilitirianisme, secara khusus, memandang generasi yang akan datangdipengaruhi oleh apa yang kita lakukan sekarang. Apapun yang kitalakukan pada alam akan mempengaruhi mereka. Pernyataan ini turutmemunculkan beberapa pandangan tentang etika lingkungan dengankekhususannya dalam pendekatannya terhadap alam dan lingkungan. Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnyad i b e d a k a n m e n j a d i d u a y a i t u

Page 18: materi lingkungan

e t i k a e k o l o g i d a l a mdanetikaekologi dangkal. S e l a i n i t u e t i k a l i n g k u n g a n j u g a d i b e d a k a n l a g i sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan. Etika pelestar ianadalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alamuntuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaandimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untukkepentingan semua mahluk. Y a n g d i m a k s u d E t i k a e k o l o g i d a l a m a d a l a h p e n d e k a t a n t e r h a d a p lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagaikeseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsurm e m p u n y a i a r t i d a n m a k n a y a n g s a m a . E t i k a E k o l o g i i n i m e m i l i k i prinsip yaitu bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaand a n k a r e n a i t u m e m i l i k i h a k u n t u k m e n u n t u t p e n g h a r g a a n k a r e n a h a r g a d i r i , h a k u n t u k h i d u p d a n h a k u n t u k b e r k e m b a n g . P r e m i s n y a a d a l a h b a h w a l i n g k u n g a n m o r a l h a r u s m e l a m p a u i s p e s i e s m a n u s i a dengan memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebihluas disini maksudnya adalah komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta alam. Sedangkan Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadaplingkungan yang menekankan bahwa lingkungan sebagai sarana untukkepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika ekologidangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan

humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik yang kemudian diikutidan dianut oleh banyak ahli lingkungan. Kebanyakan para ahlilingkungan ini memiliki pandangan bahwa alam bertujuan untukmemenuhi kebutuhan hidup manusia.Etika Ekologi DangkalE t i k a i n i d a p a t d i g o l o n g k a n m e n j a d i d u a y a i t u e t i k a a n t r o p o s e n t r i s y a n g m e n e k a n k a n s e g i e s t e t i k a d a r i a l a m d a n e t i k a a n t r o p o s e n t r i s y a n g m e n g u t a m a k a n k e p e n t i n g a n g e n e r a s i p e n e r u s . E t i k a e k o l o g i dangkal yang berkaitan dengan kepentingan estetika didukung olehdua tokohnya yaitu Eugene Hargrove dan Mark Sagoff. Menurutmereka etika lingkungan harus dicari pada aneka kepentinganmanusia, secara khusus kepentingan estetika. Sedangkan etikaantroposentris yang mementingkan kesejahteraan generasi penerusmendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukanuntuk generasi penerus manusia. E t i k a y a n g a n t r o p o s e n t r i s i n i m e m a h a m i b a h w a a l a m m e r u p a k a n sumber hidup manusia. Etika ini menekankan hal-hal berikut ini :1. Manusia terpisah dari alam,2. Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidakmenekankan tanggung jawab manusia.3. Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya4. Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentinganmanusia5. Norma utama adalah untung rugi.6. Mengutamakan rencana jangka pendek.7. Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah pendudukkhususnya dinegara miskin8. Menerima secara positif pertumbuhan ekonomiEtika Ekologi DalamB a g i e t i k a e k o l o g i d a l a m , a l a m m e m i l i k i f u n g s i s e b a g a i p e n o p a n g k e h i d u p a n . U n t u k i t u l i n g k u n g a n p a t u t d i h a r g a i d a n d i p e r l a k u k a n dengan cara yang baik. Etika ini juga disebut etika lingkunganekstensionisme dan etika lingkungan preservasi. Etika ini menekankanpemeliharaan alam bukan hanya demi manusia tetapi juga demi alamitu sendiri. Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusiadan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memeliharaalam demi kepentingan bersama. E t i k a l i n g k u n g a n i n i d i b a g i l a g i

Page 19: materi lingkungan

m e n j a d i b e b e r a p a m a c a m m e n u r u t fokus perhatiannya, yaitu neo-utilitarisme, zoosentrisme, biosentrisme

dan ekosentrisme. Etika lingkungan neo-utilitarisme merupakanpengembangan etika util itarisme Jeremy Bentham yang menekankankebaikan untuk semua. Dalam konteks etika lingkungan makakebaikan yang dimaksudkan, ditujukan untuk seluruh mahluk. Tokohy a n g m e m p e l o p o r i e t i k a i n i a d a l a h P e t e r S i n g e r . D i a b e r a n g g a p a n bahwa menyakit i binatang dapat dianggap sebagai perbuatan tidakbermoral. Etika lingkungan Zoosentrisme adalah etika yang menekankanperjuangan hak-hak binatang, karenanya etika ini juga disebut etikapembebasan binatang. Tokoh bidang etika ini adalah Charles Brich.Menurut etika ini, binatang mempunyai hak untuk menikmatikesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus dicegahdari penderitaan. Sehingga bagi para penganut etika ini, rasa senang dan penderitaan binatang dijadikan salah satu standar moral. MenurutThe Society for the Prevention of Cruelty to Animals, perasaan senangd a n m e n d e r i t a m e w a j i b k a n m a n u s i a s e c a r a m o r a l m e m p e r l a k u k a n binatang dengan penuh belas kasih.E t i k a l i n g k u n g a n B i o s e n t r i s m e a d a l a h e t i k a l i n g k u n g a n y a n g l e b i h m e n e k a n k a n k e h i d u p a n s e b a g a i s t a n d a r m o r a l . S a l a h s a t u t o k o h penganutnya adalah Kenneth Goodpaster. Menurut Kenneth rasasenang atau menderita bukanlah tujuan pada dirinya sendiri.

Bukansenang atau menderita, akhirnya, melainkan kemampuan untuk hidupatau kepentingan untuk hidup. Kepentingan untuk hidup yang harusdijadikan standar moral. Sehingga bukan hanya manusia dan binatangsaja yang harus dihargai secara moral tetapi juga tumbuhan. MenurutP a u l T a y l o r , k a r e n a n y a t u m b u h a n d a n b i n a t a n g s e c a r a m o r a l d a p a t dirugikan dan atau diuntungkan dalam proses perjuangan untuk hidupmereka sendiri, seperti bertumbuh dan bereproduksi. E t i k a L i n g k u n g a n E k o s e n t r i s m e a d a l a h s e b u t a n u n t u k e t i k a y a n g menekankan keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme dalamekosistem. Setiap individu dalam ekosistem diyakini terkait satud e n g a n y a n g l a i n s e c a r a m u t u a l . P l a n e t b u m i m e n u r u t p a n d a n g a n etika ini adalah semacam pabrik integral, suatu keseluruhano r g a n i s m e y a n g s a l i n g m e m b u t u h k a n , s a l i n g m e n o p a n g d a n s a l i n g memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus terjadi dan menjadib a g i a n d a l a m t a t a k e h i d u p a n e k o s i s t e m . K e m a t i a n d a n k e h i d u p a n haruslah diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkanmahluk saling memangsa diantara semua spesies. Ini menjadi alasanm e n g a p a m a n u s i a b o l e h m e m a k a n u n s u r - u n s u r y a n g a d a d i a l a m , s e p e r t i b i n a t a n g m a u p u n t u m b u h a n . M e n u r u t s a l a h s a t u t o k o h n y a , John B. Cobb, etika ini mengusahakan keseimbangan antaraSA

PEMBANGUNAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undangundang Dasar 1945. Dalam melaksanakan pembangunan nasional perlu memperhatikan tiga pilar pembangunan berkelanjutan secara seimbang, hal ini sesuai dengan hasil Konperensi PBB tentang

Page 20: materi lingkungan

Lingkungan Hidup yang diadakan di Stockholm Tahun 1972 dan suatu Deklarasi Lingkungan Hidup KTT Bumi di Rio de Janeiro Tahun 1992 yang menyepakati prinsip dalam pengambilan keputusan pembangunan harus memperhatikan dimensi lingkungan dan manusia serta KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg Tahun 2002 yang membahas dan mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup.Bagi Indonesia mengingat bahwa kontribusi yang dapat diandalkan dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa serta modal pembangunan adalah dari sumberdaya alam, dapat dikatakan bahwa sumberdaya alam mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik pada masa lalu, saat ini maupun masa mendatang sehingga, dalam penerapannya harus memperhatikan apa yang telah disepakati dunia internasional. Namun demikian, selain sumberdaya alam mendatangkan kontribusi besar bagi pembangunan, di lain pihak keberlanjutan atas ketersediaannya sering diabaikan dan begitu juga aturan yang mestinya ditaati sebagai landasan melaksanakan pengelolaan suatu usaha dan atau kegiatan mendukung pembangunan dari sektor ekonomi kurang diperhatikan, sehingga ada kecenderungan terjadi penurunan daya dukung lingkungan dan menipisnya ketersediaan sumberdaya alam yang ada serta penurunan kualitas lingkungan hidup. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan adanya krisis pangan, krisis air, krisis energi dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir seluruh jenis sumberdaya alam dan komponen lingkungan hidup di Indonesia cenderung mengalami penurunan kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu.Dalam pelaksanaan pembangunan di era Otonomi Daerah, pengelolaan lingkungan hidup tetap mengacu pada Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan juga Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Undang-undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dalam melaksanakan kewenangannya diatur dengan Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Dalam pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah Propinsi mempunyai 6 kewenangan terutama menangani lintas Kabupaten/Kota, sehingga titik berat penanganan pengelolaan lingkungan hidup ada di Kabupaten/ Kota. Dalam surat edaran Menteri Dalam Negeri No 045/560 tanggal 24 Mei 2002 tentang pengakuan Kewenangan/Positif List terdapat 79 Kewenangan dalam bidang lingkungan hidup.Sejalan dengan lajunya pembangunan nasional yang dilaksanakan permasalahan lingkungan hidup yang saat ini sering dihadapi adalah kerusakan lingkungan di sekitar areal pertambangan yang berpotensi merusak bentang alam dan adanya tumpang tindih penggunaan lahan untuk pertambangan di hutan lindung. Kasus-kasus pencemaran lingkungan juga cenderung meningkat. Kemajuan transportasi dan industrialisasi yang tidak diiringi dengan penerapan teknologi bersih memberikan dampak negatif terutama pada lingkungan perkotaan.Sungai-sungai di perkotaan tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga. Kondisi tanah semakin tercemar oleh bahan kimia baik dari sampah padat, pupuk maupun pestisida. Masalah pencemaran ini disebabkan masih rendahnya

Page 21: materi lingkungan

kesadaran para pelaku dunia usaha ataupun kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dengan kualitas lingkungan yang baik.Dengan kata lain permasalahan lingkungan tidak semakin ringan namun justru akan semakin berat, apalagi mengingat sumberdaya alam dimanfaatkan untuk melaksanakan pembangunan yang bertujuan memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan kondisi tersebut maka pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan ditingkatkan kualitasnya dengan dukungan penegakan hukum lingkungan yang adil dan tegas, sumberdaya manusia yang berkualitas, perluasan penerapan etika lingkungan serta asimilasi sosial budaya yang semakin mantap. Perlu segera didorong terjadinya perubahan cara pandang terhadap lingkungan hidup yang berwawasan etika lingkungan melalui internalisasi kedalam kegiatan/proses produksi dan konsumsi, dan menanamkan nilai dan etika lingkungan dalam kehidupan sehari-hari termasuk proses pembelajaran sosial serta pendidikan formal pada semua tingkatan.Dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan, sektor Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup perlu memperhatikan penjabaran lebih lanjut mandat yang terkandung dari Program Pembangunan Nasional, yaitu pada dasarnya merupakan upaya untuk mendayagunakan sumberdaya alam yang dipergunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal sertapenataan ruang.Hasil KTT Pembangunan Berkelanjutan (World Summit on Sustainable Development - WSSD) di Johannesburg Tahun 2002, Indonesia aktif dalam membahas dan berupaya mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup, maka diputuskan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang dengan bersendikan pada pembangunan ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup yang berimbang sebagai pilar-pilar yang saling tergantung dan memperkuat satu sama lain. Pembangunan berkelanjutan dirumuskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Dengan demikian pengertian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Konsep ini mengandung dua unsur :

* Yang pertama adalah kebutuhan, khususnya kebutuhan dasar bagi golonganmasyarakat yang kurang beruntung, yang amat perlu mendapatkan prioritas tinggi dari semua negara.* Yang kedua adalah keterbatasan. Penguasaan teknologi dan organisasi sosial harusmemperhatikan keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada saat ini dan di masa depan.

Page 22: materi lingkungan

Hal ini mengingat visi pembangunan berkelanjutan bertolak dari Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 yaitu terlindunginya segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; tercapainya kesejahteraan umum dan kehidupan bangsa yang cerdas; dan dapat berperannya bangsa Indonesia dalam melaksankan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian, visi pembangunan yang kita anut adalah pembangunan yang dapat memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan generasi mendatang. Oleh karena itu fungsi lingkungan hidup perlu terlestarikan.Kebijakan pembangunan Nasional menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan yang memadukan ketiga pilar pembangunan yaitu bidang ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.Dalam penerapan prinsip Pembangunan Berkelanjutan tersebut pada Pembangunan Nasional memerlukan kesepakatan semua pihak untuk memadukan tiga pilar pembangunan secara proposional. Sejalan dengan itu telah diupayakan penyusunan Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan melalui serangkaian pertemuan yang diikuti oleh berbagai pihak.Konsep pembangunan berkelanjutan timbul dan berkembang karena timbulnya kesadaran bahwa pembangunan ekonomi dan sosial tidak dapat dilepaskan dari kondisi lingkungan hidup.

PEMBANGUNAN NASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTANPembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undangundang Dasar 1945. Dalam melaksanakan pembangunan nasional perlu memperhatikan tiga pilar pembangunan berkelanjutan secara seimbang, hal ini sesuai dengan hasil Konperensi PBB tentang Lingkungan Hidup yang diadakan di Stockholm Tahun 1972 dan suatu Deklarasi Lingkungan Hidup KTT Bumi di Rio de Janeiro Tahun 1992 yang menyepakati prinsip dalam pengambilan keputusan pembangunan harus memperhatikan dimensi lingkungan dan manusia serta KTT Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg Tahun 2002 yang membahas dan mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup.Bagi Indonesia mengingat bahwa kontribusi yang dapat diandalkan dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa serta modal pembangunan adalah dari sumberdaya alam, dapat dikatakan bahwa sumberdaya alam mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik pada masa lalu, saat ini maupun masa mendatang sehingga, dalam penerapannya harus memperhatikan apa yang telah disepakati dunia aazainternasional. Namun demikian, selain sumberdaya alam mendatangkan kontribusi besar bagi pembangunan, di lain pihak keberlanjutan atas ketersediaannya sering diabaikan dan begitu juga aturan yang mestinya ditaati sebagai landasan melaksanakan pengelolaan suatu usaha dan atau kegiatan mendukung pembangunan dari sektor

Page 23: materi lingkungan

ekonomi kurang diperhatikan, sehingga ada kecenderungan terjadi penurunan daya dukung lingkungan dan menipisnya ketersediaan sumberdaya alam yang ada serta penurunan kualitas lingkungan hidup. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan adanya krisis pangan, krisis air, krisis energi dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa hampir seluruh jenis sumberdaya alam dan komponen lingkungan hidup di Indonesia cenderung mengalami penurunan kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu.Dalam pelaksanaan pembangunan di era Otonomi Daerah, pengelolaan lingkungan hidup tetap mengacu pada Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan juga Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Undang-undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Dalam melaksanakan kewenangannya diatur dengan Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Dalam pengelolaan lingkungan hidup Pemerintah Propinsi mempunyai 6 kewenangan terutama menangani lintas Kabupaten/Kota, sehingga titik berat penanganan pengelolaan lingkungan hidup ada di Kabupaten/ Kota. Dalam surat edaran Menteri Dalam Negeri No 045/560 tanggal 24 Mei 2002 tentang pengakuan Kewenangan/Positif List terdapat 79 Kewenangan dalam bidang lingkungan hidup.Sejalan dengan lajunya pembangunan nasional yang dilaksanakan permasalahan lingkungan hidup yang saat ini sering dihadapi adalah kerusakan lingkungan di sekitar areal pertambangan yang berpotensi merusak bentang alam dan adanya tumpang tindih penggunaan lahan untuk pertambangan di hutan lindung. Kasus-kasus pencemaran lingkungan juga cenderung meningkat. Kemajuan transportasi dan industrialisasi yang tidak diiringi dengan penerapan teknologi bersih memberikan dampak negatif terutama pada lingkungan perkotaan.Sungai-sungai di perkotaan tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga. Kondisi tanah semakin tercemar oleh bahan kimia baik dari sampah padat, pupuk maupun pestisida. Masalah pencemaran ini disebabkan masih rendahnya kesadaran para pelaku dunia usaha ataupun kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dengan kualitas lingkungan yang baik.Dengan kata lain permasalahan lingkungan tidak semakin ringan namun justru akan semakin berat, apalagi mengingat sumberdaya alam dimanfaatkan untuk melaksanakan pembangunan yang bertujuan memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan kondisi tersebut maka pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan ditingkatkan kualitasnya dengan dukungan penegakan hukum lingkungan yang adil dan tegas, sumberdaya manusia yang berkualitas, perluasan penerapan etika lingkungan serta asimilasi sosial budaya yang semakin mantap. Perlu segera didorong terjadinya perubahan cara pandang terhadap lingkungan hidup yang berwawasan etika lingkungan melalui internalisasi kedalam kegiatan/proses produksi dan konsumsi, dan menanamkan nilai dan etika lingkungan dalam kehidupan sehari-hari termasuk proses pembelajaran sosial serta pendidikan formal pada semua tingkatan.Dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan, sektor Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup perlu memperhatikan penjabaran lebih lanjut mandat yang terkandung dari Program Pembangunan Nasional, yaitu pada dasarnya merupakan upaya untuk mendayagunakan sumberdaya alam yang dipergunakan sebesar besarnya untuk

Page 24: materi lingkungan

kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal sertapenataan ruang.Hasil KTT Pembangunan Berkelanjutan (World Summit on Sustainable Development - WSSD) di Johannesburg Tahun 2002, Indonesia aktif dalam membahas dan berupaya mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup, maka diputuskan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang dengan bersendikan pada pembangunan ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup yang berimbang sebagai pilar-pilar yang saling tergantung dan memperkuat satu sama lain. Pembangunan berkelanjutan dirumuskan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya. Dengan demikian pengertian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Konsep ini mengandung dua unsur :

Yang pertama adalah kebutuhan, khususnya kebutuhan dasar bagi golonganmasyarakat yang kurang beruntung, yang amat perlu mendapatkan prioritas tinggi dari semua negara.

Yang kedua adalah keterbatasan. Penguasaan teknologi dan organisasi sosial harusmemperhatikan keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada saat ini dan di masa depan.

Hal ini mengingat visi pembangunan berkelanjutan bertolak dari Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 yaitu terlindunginya segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; tercapainya kesejahteraan umum dan kehidupan bangsa yang cerdas; dan dapat berperannya bangsa Indonesia dalam melaksankan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian, visi pembangunan yang kita anut adalah pembangunan yang dapat memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan generasi mendatang. Oleh karena itu fungsi lingkungan hidup perlu terlestarikan.Kebijakan pembangunan Nasional menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan yang memadukan ketiga pilar pembangunan yaitu bidang ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.Dalam penerapan prinsip Pembangunan Berkelanjutan tersebut pada Pembangunan Nasional memerlukan kesepakatan semua pihak untuk memadukan tiga pilar pembangunan secara proposional. Sejalan dengan itu telah diupayakan penyusunan Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan Berkelanjutan melalui serangkaian pertemuan yang diikuti oleh berbagai pihak.Konsep pembangunan berkelanjutan timbul dan berkembang karena timbulnya kesadaran bahwa pembangunan ekonomi dan sosial tidak dapat dilepaskan dari kondisi lingkungan hidup.

Page 25: materi lingkungan

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM OTONOMI DAERAH

Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijaksanaan dan program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan kelembagaan,sumberdaya manusia dan kemitraan lingkungan, disamping perangkat hukum dan perundangan,informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan (interdependensi) dan keseluruhan (holistik) dari esensi lingkungan telah membawa konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi terintegrasikan dan menjadi roh dan bersenyawa dengan seluruh pelaksanaan pembangunan sektor dan daerah.

Kebijakan Nasional dan Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dalam bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas dari pemerintah pusat kepada daerah:

Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup. Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan. Membangun hubungan interdependensi antar daerah. Menetapkan pendekatan kewilayahan.

Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup titik tekannya ada di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara eksplisit PROPENAS merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Program itu mencakup :

1. Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguatan sistem informasi. Sasaran yang ingin dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data spasial, nilai dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap daerah.

2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam.

Page 26: materi lingkungan

Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara dan mineral. Sasaran yang akan dicapai dalam program ini adalah termanfaatkannya, sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri secara efisien dan berkelanjutan. Sasaran lain di program adalah terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dan eksploitatif

3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup.

Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.

4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.

Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan hukum untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan berkeadilan. Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh perangkat hukum dan perundangan serta terlaksannya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten.

5. Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini adalah tersediaanya sarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan sampai penga

http://geo.ugm.ac.id/archives/125

Akar Kerusakan Lingkungan Hidup Seperti telah dijelaskan di depan bahwa sebagiab besar kerusakan lingkungan hidup saat ini disebabkan oleh aktifitas manusia. Mengapa aktifitas manusia dapat menyebabkan kerusakan lingkungan? Karena manusia merupakan pelaku dan pengelola lingkungan

Page 27: materi lingkungan

yang memiliki sistem nilai dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Terjadinya kerusakan lingkungan antara lain karena sistem nilai yang ada mendudukan manusia bukan bagian dari alam (Yusuf, 1991). Dalam hal ini manusia berperan sebagai penakluk, pengatur, dan superior. Timbulnya masalah lingkungan merupakan implikasi dari adanya kesenjangan antara sisi spiritual dalam hal ini mentalitas dengan sisi pembangunan fisik itu sendiri. Pembangunan yang sedang berlangsung memiliki resiko yang harus didukung oleh kualitas lingkungan yang ada.Menurut Chiras (1991), kerusakan lingkungan hidup yang terjadi disebabkan oleh suatu siklus dari beberapa pandangan filosofis manusia yang diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Beberapa filsafat manusia yang dianggap sebagai akar kerusakan lingkungan hidup antara lain; 1. Filsafat religi/agama, yang disalah kaprahkan ke dalam kehidupan sehari-hari, yang dalam ajarannya menganjurkan makhluk hidup untuk melangsungkan generasinya dengan cara memberikan keturunan sebanyak mungkin.2. Filsafat imperialisme biologis, yang mengemukakan bahwa setiap makhluk hidup termasuk manusia akan selalu berjuang untuk mempertahankan dirinya dan anak-anaknya agar dapat tetap hidup dan berkembang biak demi kelanjutan spesiesnya. Bagi manusia hal ini berimplikasi terhadap penimbunan harta kekayaan sebagai bekal hidup anak cucunya kelak dikemudian hari yang artinya harus mengeksploitasi sumberdaya alam sebanyak-banyaknya.3. Filsafat derived self, atau menempatkan diri pada orang lain, yang berpandangan bahwa dirinya harus memiliki kemampuan yang lebih baik dari orang lain. Usaha tersebut dilakukan melalui eksploitasi materi untuk membentuk status buldingnya.4. Filsafat I versus not I , yang mempertentangkan manusia dengan alam. Filsafat ini beranggapan bahwa alam harus ditaklukkan, bahkan manusia lain perlu ditaklukkan juga. Melihat dunia di sekelilingnya bukan merupakan bagian dari dirinya melainkan terpisah dari dirinya, sehingga apapun yang dilakukan terhadap lingkungan dianggap biasa saja. Dalam perwujudannya menimbulkan perang, kerusakan lingkungn hidup, harta benda dan jiwa. 5. Filsafat ekonomi, berpandangan bahwa manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhannya diperlukan biaya yang minimal untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.dan dalam tempo sesingkat mungkin.6. Filsafat sumber alam yang melimpah, yakni anggapan bahwa di bumi ini telah tersedia segala bahan kebutuhan hidup manusia yang sangat melimpah. Implikasinya dalam memanfaatkan sumberdaya alam tersebut tidak terfikirkan untuk memulihkan kembali atau kehabisan.Filsafat-filsafat/pandangan-pandangan yang berkaitan dengan akar kerusakan lingkungan hidup tersebut melahirkan suatu mental yang disebut dengan mental frontier (Gunawan, 2003). Mental frontier memandang bahwa manusia merupakan bagian dari alam yang superior diantara makhluk-makhuk yang lain. Ciri utama amental frontier adalah; a). Bumi merupakan sumber daya yang tidak terbatas, b) hidup akan lebih baik jika kita terus menumpuk kekayaan material, c) biaya proyek hanya ditentukan oleh material, pekerja, dan energi, d) alam selalu tersedia, e) teknologi dan peraturan baru dapat memecahkan masalah lingkungan hidup, f) dalam lingkungan alam manusia merupakan bagian dan yang berkuasa atas alam, dan g) setiap usaha manusia akan selalu menghasilkan limbah. Akumulasi dari pandangan-pandangan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dapat

Page 28: materi lingkungan

menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Uraian tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.E. Pembinaan Etika Lingkungan HidupBerdasarkan uraian di atas terlihat bahwa akar permasalahan kerusakan lingkungan hidup disebabkan oleh falsafah manusia yang diterapkan dalam memanfaatkan sumberdaya alam kurang benar. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan kerusakan lingkungan tersebut perlu diubah filsafat/pandangan manusia dalam memanfatkan sumberdaya alam yang sangat terbatas ini. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan hidup yaitu pembinaan etika lingkungan .bagi seluruh masyarakat.

Etika LingkunganSebagaimana pengertian etimologis dari etika yaitu ”adat istiadat” atau kebiasaan” maka lebih jauh dapat dijelaskan bahwa etika berkaitan dengan tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma.Kaidah norma atau aturan ini sesungguhnya ingin mengungkapkan, menjaga dan melestarikan nilai tertentu yang dianggap baik dan penting oleh masyarakat. Secara lebih luas, etika dapat dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus hidup, dan bertindak sebagai orang yang baik. Kaidah dan norma inilah yang membuat masyarakat primitif yang masih ada di daerah pelosok dan terpencil di Indonesia ini, seperti suku Baduy di Banten, suku-suku di Irian Jaya dapat tetap menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup di sekiar mereka. Jauh berbeda dengan masyarakat moderen yang kaidah dan norma dan aturannya dianggap lebih oleh masyarakat primitif, yang justru menimbulkan permasalahan bagi kehidupan mereka sendiri.Berkaitan dengan hal tersebut, seorang filsuf Norwegia Arne Naess, yang juga seorang ahli ekologi, mengungkapkan bahwa krisis lingkungan dewasa ini hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal ( Soni Keraf, 2002). Dibutuhkan pola hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang perorang, tetapi masyarakat secara keseluruhan.Etika lingkungan merupakan suatu bagian untuk mengisi kekurangan sisi spiritual dari pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut tahapannya, etika lingkungan dapat terwujud dalam lima tahapan (Nugroho dalam Gunawan, 2003) sebagai berikut;1. Egoisme; merupakan tataran etika yang paling rendah yakni yang berdasarkan pada ke-aku-an disebut juga individualisme.2. Humanisme; merupakan solidaritas sesama manusia. Hal ini sudah ada kepedulian terhadap orang lain selain dirinya sendiri.3. Sentientisme; kesetiakawanan terhadap pengada insani (berperasaan). Dalam hal ini sudah ada solidaritas dan pengakuan terhadap makhluk lain yaitu hewan selain sesama manusia.4. Vitalisme; kesetiakawanan terhadap sesama pengada insani, baik yang berperasaan maupun yang tidak berperasaan (tumbuh-tumbuhan).5. Altruisme; merupakan etika lingkungan yang paling tinggi, yakni solidaritas kepada semua pangada baik yang insani maupun ragawi, sebagai sesama ciptaan tuhan dii bumi ini karena ketergantungan diri kepada semua yang ada baik makhluk hidup maupun benda mati.

Page 29: materi lingkungan

Menurut JuJun S. Suriasumantri (1990), apabila berbicara mengenai etika tentu tidak terlepas dari filsafat seperti tampak pada diagram gambar 4.

Masalah yang sangat besar dan segera perlu ditangani oleh bangsa Indonesia saat ini adalah masalah yang timbul sabagai akibat semakin besarnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang terus bertambah besar, semakin meningkatkan kebutuhan sandang, pangan, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan lapangan kerja, keamanan, dan lain sebagainya. Di seluruh dunia tekanan akibat semakin banyaknya jumlah penduduk semakin dirasakan. Manusia sejak jaman purbakala telah memanfaatkan dan menggunakan alam lingkungan dalam usaha untuk memenuhi kehidupannya yang lebih enak, kecukupan, dan sejahtera. Penggunaan nalar dan akalnya telah mendudukan manusia sebagai penakluk dan pengatur alam sekitar bagi kemudahan hidupnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad ini begitu dahsyat dan menakjubkan, sehingga seakan-akan seluruh masalah didunia dapat dipecahkan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibarengi dengan pertumbuhan industri secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang jumlahnya cukup banyak, telah mengakibatkan semakin rusaknya lingkungan dan semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup. Manusia melupakan bahwa sumberdaya alam yang ada di planet bumi ini sebagai daya dukung untuk memberikan kehidupannya sangat terbatas. Akhir-akhir ini malapetaka yang berupa banjir, kekeringan, pencemaran air, pencemaran tanah, polusi udara, keracunan oleh pestisida, kenaikan suhu akibat pemanasan global telah banyak diberitahukan oleh media massa. Hal tersebut merupakan ancaman yang serius bagi kelangsungan kehidupan kita yang menghendaki hidup sejahtera di bumi ini.Laporan hasil studi ”The Club of Roma” tahun 1971, memprediksi bahwa sekitar tahun 2050 sistem kehidupan di bumi akan menghadapi ”total collape” kalau kelima faktor pendukung kehidupan manusia tetap berkembang secara eksponensial seperti sekarang ini. Kelima faktor tersebut yaitu pertumbuhan penduduk, peningkatan produksi pangan, peningkatan produksi industri, penggunaan sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Oleh karena itu kita harus waspada dan mulai sekarang berusaha mengatasi krisis/lingkungan tersebut dengan merencakan kehidupan yang lebih memperhatikan keseimbangan lingkungan.Timbulnya krisis lingkungan ini disebabkan oleh adanya konsep tentang, hubungan antara manusia dengan lingkungan alam yang salah. Konsep yang datang dari Barat adalah konsep; ”Manusia Penakluk Alam/Manusia Melawan Alam”, sedangkan konsep yang datang dari Timur, adalah: Manusia dalam Keserasian dan Keseimbangan Alam. Konsep tentang ”Manusia Penakluk Alamat” telah menjadi dasar pelaksanaan hubungan antara manusia dengan lingkungannya selama berabad-abad.1. Masalah kerusakan lingkungan pada hakekatnya adalah masalah kemanusiaan yang erat hubungannya dengan sistem nilai, adat istiadat dan agama dalam mengendalikan eksistensinya sebagai pengelola lingkungan hidup. Oleh karena itu cara mengatasinya tidak hanya dengan melakukan usaha yang bersifat teknis semata, melainkan yang lebih utama haruslah ada usaha yang bersifat educatif dan persuasif. Dengan demikian akan dapat dilakukan usaha kearah perubahan sikap dan perilaku yang sudah lama berurat dan

Page 30: materi lingkungan

berakar dalam masyarakat. Usaha atau kegiatan yang dimaksud yaitu Pembina Etika Lingkungan pada Masyarakat. Berdasarkan uraian di atas maka pada kesempatan Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IGI ke XI di Padang ini penulis membuat makalah dengan judul: ”Pembinaan Etika Lingkungan sebagai Salah Satu Alternatif Menjaga Kelestariam Lingkungan”. Secara berturut-turut makalah ini akan membahas tentang; (1). Hubungan Manusia dengan Lingkungan Hidup, (2). Kerusakan lingkungan hidup, (3) Akar Permasalahan Lingkungan Hidup, (4) Pembinaan Etika Lingkungan Hidup.

B. Hubungan Manusia dengan Lingkungan Hidup1. Pengertian dan Unsur-Unsur Lingkungan Hidup.Menurut Undang-Undang No; 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan segala benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilaku yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam lingkungan hidup, secara garis besar terdapat tiga komponen/unsur penting yaitu: (a) unsur fisik (abiotik, (b) unsur hayati (biotik), dan (c) unsur budaya.

a. Unsur fisik (abiotik)Unsur fisik yang terdapat dalam lingkungan hidup terdiri atas tanah, air, udara, sinar matahari, senyawa kimia dan sebagainya. Fungsi unsur fisik dalam lingkungan hidup adalah sebagai media untuk berlangsungnya kehidupan.Tanah merupakan unsur fisik lingkungan hidup yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Hubungan makhluk hidup dengan tanah sangatlah erat, karena mereka berasal dan hidup dari dan di atas tanah. Kelangsungan hidup manusia di antaranya tergantung dari tanah dan sebaliknya tanah pun memerlukan perlindungan manusia untuk keberlanjutannya sebagai tanah yang memiliki fungsi.Air merupakan sumber penghidupan manusia. Secara alamiah sumber-sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan mempunyai daya regenerasi yaitu selalu dalam sirkulasi dan lahir kembali mengikuti daur hidrologi. Air selalu berada dalam daur hidrologi, sehingga jumlahnya relatif tetap. Kebutuhan manusia akan air menjadi sangat berarti jika dihubungkan dengan: (1) pertambahan jumlah penduduk, (2) kebutuhan pangan, (3) peningkatan industri, dan (4) kelangsungan ekosistem. Udara nerupakan sumber kehidupan yang utama bagi semua makhluk hidup. Bumi kita terbungkus oleh gas yang secara keseluruhan di sebut atmosfer. Atmosfer terdiri atas berbagai macam gas, antara lain nitrogen, oksigen, karbondioksida, uap, dan lain-lain. Nitrogen dan oksigen menempati hampir 99% dari seluruh gas yang ada.Sinar matahari merupakan energi utama untuk menggerakkan dan mengubah segala kehidupan yang ada di muika bumi. Jika unsur ini tidak ada, maka semua kehidupan yang terdapat di muka bumi akan terhenti.. Jadi makhluk hidup sangat tergantung dari keberadaan unsur fisik tersebut.

b. Unsur Hayati (biotik)Unsur hayati dalam lingkungan hidup terdiri atas semua makhluk hidup yang terdapat di bumi mulai dari tingkatan rendah sampai tingkatan tinggi, dari bentuk yang paling kecil

Page 31: materi lingkungan

hingga yang paling besar. Sebagai contoh, adalah mnusia, hewan, tumbuhan, dan jasad renik. Unsur hayati inilah yang saling berhubungan sehingga membentuk jalinan mulai dari yang sederhana hingga yang sangat rumit.Dalam jaringan makanan, unsur hayati memiliki tingkatan mulai dari produsen sampai dengan konsumen tingkat tinggi sebagaimana yang terurai dalam susunan ekosistem yaitu; (1) Produsen, merupakan organisme autotrofik yang mengolah makanan sendiri melalui tumbuhan berklorofil (hijau daun) dengan bantuan sinar matahari dan bahan anorganik. Kelompok produsen ini adalah tumbuh-tumbuhan, (2) Konsumen, merupakan organisme yang tidak dapat mengolah makanan sendiri melainkan tergantung kepada organisme lainnya. Konsumen tingkat selanjutnya adalah organisme yang memangsa organisme lainnya sebagai predator dan seterusnya sampai dengan tingkat tertinggi, (3) Pengurai, adalah organisme yang hidup dengan cara menguraikan bahan organik yang berasal dari jasad organisme yang telah mati, contohnya yaitu bakteri dan jamur.

c. Unsur budayaDi samping lingkungan fisik alamiah, manusia memiliki lingkungan lain sebagai corak pelengkap dalam kehidupan yang disebut dengan lingkungan budaya. Lingkungan budaya merupakan abstraksi yang berwujud nilai, norma, gagasan dan konsep dalam memahami dan menginterpretasikan lingkungan. Unsur budaya dalam lingkungan hidup adalah merupajan sistem nilai, gagasan, keyakinan yang dimiliki manusia dalam menentukan perilakunya sebagai makhluk sosial (masyaratkat). Unsur budaya ini dikembangkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan pokok dan mempermudah dalam kehidupannya. Sebagai contoh, untuk melawan dinginnya udara, maka manusia menciptakan baju untuk melapisis badan dan sumber penghangat lainnya. Selain itu untuk memepercepat produksi maka diciptakan mesin. Unsur budaya dalam lingkungan hidup merupakan faktor yang dapat merusak lingkungan dan dapat menentukan keseimbangan tatanan lingkungan dimana manusia sebagai pemegang kendali. Lingkungan yang telah mendapat dominasi dari intervensi manusia biasa dikenal dengan lingkungn binaan dan lingkungan budaya. Kehadiran lingkungan budaya ini dapat menjadi potensi gangguan bagi keseimbangan, keselarasan, dan kelestarian yang semula terdapat dalam lingkungan alam. Kemampuan manusia dalam berinovasi dan discoveri menunjukkan eksistensinya pada lingkungan sabagai makhluk yang telah mampu berprestasi dalam beradaptasi, berinteraksi, dan memanfaatkan lingkungan dan bahkan pada tingkatan tertentu dapat memanipulasi lingkungan.

2. Hubungan Perilaku Manusia dengan Lingkungan BinaanDi halaman depan telah dijelaskan bahwa unsur-unsur lingkungan hidup dibedakan menjadi 3 yaitu: (1) Lingkungan abiotik, (2) Lingkungan biotic, dan (3) Lingkungan budaya (cultural). Ketiga komponen lingkungan hidup tersebut secara skematis dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian yang saling berkaitan (interaksi) dan saling ketergantungan (interdependensi). Komponen Lingkungan abiotik bersinggungan dengan komponen lingkungan biotic membentuk lingkungan biofisik (a-b), komponen lingkungan abiotik bersinggungan dengan komponen lingkungan cultural membentuk lingkungan fisiko-cultural (a-c), demikian pula komponen lingkungan biotic bersinggungan dengan komponen lingkungan cultural membentuk lingkungan bio-cultural (b-c). Untuk memperjelas pemahaman interaksi tersebut perhatikan gambar

Page 32: materi lingkungan

berikut ini.

Gambar 1 : Ketiga Komponen Lingkungan Hidup Saling Berinteraksi. Membentuk Satu Kesatuan Utuh. (Tanjung, 1995; dalam Gunawan, 2001)

Secara garis besar ketiga komponen lingkungan hidup tersebut dapat diringkas menjadi dua bagian, yaitu komponen bio-geofisikal (lingkungan alam) dan komponen lingkungan sosial-budaya yang menjadi inti hubungan manusia dengan lingkungannya (hubungan perilaku manusia dan lingkungan binaan). Hubungan perilaku manusia dan lingkungan binaan tersebut dapat digambarkan secara skematis seperti ditunjukkan pada Gambar. 2 Pada gambar 2 tersebut, terlihat bahwa lingkungan binaan yang terwujud merupakan hasil perpaduan (integrasi) lingkungan sosio-biogeofisikal. Hasil positif dari lingkungan sosio-biogeofisikal dapat menciptakan kondisi keserasian lingkungan hidup. Namun sebaliknya hasil negatif dari lingkungan sosio-biogeofisik dapat menciptakan kerusakan lingkungan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa baik tidaknya kondisi lingkungan hidup sangat dipengaruhi oleh perilaku manusia.Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa kajian filsafat dibagi menjadi tiga bidang yaitu; (1) logika, yang mempertanyakan apakah sesuatu benar atau salah dengan produk sebagai ilmu yangb ersifat ilmiah, (2) etika, yangmempertanyakan apakah suatu perilaku manusia itu baik atau buruk, (3) estetika, yang mempertanyakan apakah sesuatu indah atau tidak indah dengan produk seni Penilaian baik atau buruk akan menjadi norma terhadap lingkungan. Norma itu mungkin saja berasal dari norma masyarakat dalam bentuk kebudayaan, dari norma ilmiah yang bersumber dari keilmuan, dan dari norma wahyu yang bersumber dari kitab suci (agama). Berikut ini contoh norma-norma yang bersumber dari beberapa agama yang dapat menjadi pegangan dalam pemanfaatan lingkungan:secara arif.

”Kerusakan lingkungan hidup merupakan akibat dari ketidak taatan, keserakahan dan ketidakpedulian (manusia) terhadap karunia besar kehidupan” (Budha)

”Kita harus, mendeklarasikan sikap kita untuk mengehentikan kerusakan, menghidupkan kembali menghormati tradisi lama kita (Hindu)”

”Kami melawan segala terhadap segala bentuk eksploitasi yang menyebabkan kerusakan alam yang kemudian mengancam kersakannya,” (Kristiani)

Manusia adalah pengemban amanah, ”berkwajiban untuk memelihara kutuhan CiptaanNya, integritas bumi, serta flora dan faunanya, baik hidup liar maupun keadaan alam asli” (Muslim)

Apabila norma-norma tersebut telah menjadi pegangan hidup dalam suatu masyarakat atau penduduk, maka akan terbentuklah suatu etika lingkungan dalam kehidupan masyarakat tersebut. Etika lingkungan merupakan perwujudan dari kesadaran manusia terhadap makna, peran,

Page 33: materi lingkungan

dan fungsi lingkungan hidup ini melalui jalur penalaran ekologis yang meletakkan manusia sebagai komponen ekosistem (Soeriatmaja, 1990). Jadi etika lingkungan adalah satu sistem nilai yang menjadi pedoman perilaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan hidupnya. Sebagai contoh , seseorang ingin merokok, bertanya kepada diri sendiri, ”apakah merokok itu baik atau buruk untuk diri sendiri dan untuk lingkungan”. Jawabnya ada dalam hati nurani orang yang bersangkutan. Sesungguhnya yang diminta pada tata nilai lingkungan adalah kepedulian yang diwujudkan dalam perilaku yang konsisten.Perubahan yang radikal dan fundamental di dalam mengubah cara pandang masyarakat dunia terhadap persoalan lingkungan memang sangat dibutuhkan, emngingat persoalan lingkungan sudah begitu mengkhawatirkan.Perbahan yang radikal dan fundamental bisa melalui perubahan pendidikan nasional dan pegakan hukum tanpa diskriminasi. Dengan demikian fokus perhatian etika lingkungan terletak pada bagaiman perilaku manusia yang seharusnya terhadap lingkungan hidup. Ada beberapa prinsip untuk menegakkan etika lingkungan ini.Pertama, sikap hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta secara keseluruhan. Setiap anggota komunitas sosial mempunyai kewajiban untuk menghargai kehidupan bersama (kohesivitas sosial), demikian pula setiap anggota komunitas ekologis harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan dalam komunitas ekologisKedua, prinsip tanggung jawab yang dimiliki manusia terhadap alam semesta maupun terhadap keberadaan dan kelestarian setiap bagian dan benda di alam semesta ini. Tanggung jawab itu tidak hanya individual melainkan kolektif berupa prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya.Ketiga, prinsip demokrasi. Keanekaragaman dan pluralitas adalah hakikat alam, hakekat kehidupan itu sendiri. Setiap kecenderungan reduksionistis, anti keanekaragaman dan anti pluralitas berarti bertentangan dengan alam dan anti kehidupan.Keempat, prinsip keadilan yang berbicara tentang akses yang sama bagi semua kelompok dan anggota masyarakat dalam ikut menetukan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian alam dan dalam ikut menikmati pemanfaatan sumberdaya alam. Pemanfaatan yang diskriminatif dan kapitalis seperti saat ini berarti penghinaan buat pasal 33 UUD 1945.Pada akhirnya, etika lingkungan hidup harus dipahami sebagai refleksi kritis terhadap norma, prinsip, dan nilai moral yang selama ini dikenal dalam komunitas manusia. Termasuk apa yang berdampak pada lingkungan hidup. Pendekatan penyelesaiannya pun tidak dapat parsial tetapi harus komprehensif, seperti perubahan yang mendasar terhadap sistem pendidikan nasional yang saat ini jauh dari akar kebutuhan obyektif masyarakat. Jelas disini bahwa masalah lingkungan bukanlah masalah teknis semata.Dalam pemecahan masalah krisis lingkungan terutama dipusatkan pada hal-hal yang menyangkut perubahan sikap dan nilai individu, untuk itu diperlukan; 1. Setiap individu di mana saja ia berada harus dijadikan ”Word Conscious”. Ia harus meraba bahwa ia adalah anggota dari masyarakat dunia. Kelaparan yang menimpa suatu daerah di Papua atau bahkan di Afrika misalnya, harus dirasakan juga kesedihannya oleh orang Jawa atau Sumatra, seakan-akan kelaparan tersebut terjadi di daerahnya sendiri.2. Suatu etika baru harus diajarkan dalam pemanfaatan sumberdaya alam.

Page 34: materi lingkungan

3. Sikap yang harmonis dengan lingkungan alam dan buka sikap untuk menaklukan alam. Mereka harus merasa bagian dari alam.4. Setiap orang dalam memanfaatkan lingkungan alam harus memperhatikan dan mengingat kepentingan generasi yang akan datang.5. Setiap orang harus mampu menghayati makna hidup di dunia ini sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.Dalam upaya mengurangi kerusakan lingkungn hidup, khususnya yang disebabkan oleh kegiatan manusia, perlu dikembangkan etika lingkungan dalam kehidupan masyarakat. Adapun pengembangan etika lingkungan hidup tersebut dapat melalui pelembagaan yang ada di masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan, misalnya melalui kegiatan PKK, penyuluhan di RT/RW, karang taruna, pengajian baik bapak-bapak maupun ibu-ibu. Disamping itu .pembinaan etika lingkungan dapat melalui pendidikan formal yaitu menghidupkan kembali mata kuliah/mata pelajaran Pendidikan Kependudukan Lingkungan hidup pada setiap jenjang pendidikan sekolah dari TK sampai Perguruan Tinggi dan pendidikan luar sekolah. Khusus mengenai Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) yang diajarkan di sekolah perlu mendapatkan perhatian khusus karena akhir-akhir ini (PKLH) dapat dikatakan dilupakan oleh semua jenjang pendidikan.

F. PenutupMemahami semakin meningkatmya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasi oleh manusia dapat dipastikan akan semakin meningkatkan kerusakan lingkungan hidup di bumi ini, yang akhirnya akan menurunkan tingkat kesejahteraan dan kualitas kehidupan kita. Kerusakan lingkungan ini terjadi terjadi karena manusia dalam menggunakan teknologi untuk memanfaatkan sumberdaya alam kurang mempunyai kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Oleh karena itu kondisi ini perlu segera diatasi apabila kita tidak menginginkan kerusakan lingkungan ini lebih parah lagi. Salah satu cara untuk mengendalikan kerusakan lingkungan tersebut antara lain, yaitu dengan pembinaan etika lingkungan pada masyarakat, agar dapat mengubah sikap dan perilaku manusia yang semula kurang ramah, kurang bertanggung jawab, dan kurang peduli terhadap lingkungan menjadi, menjadi manusia yang bertanggung jawab, peduli, ramah dan arif terhadap lingkungan. Sehingga kita nanti dapat memberikan warisan lingkungan yang lestari pada anak cucu kita di masa-masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

----------- 1997. Undang-Undang No. 23 tahun 1997. Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Sekretariat Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Page 35: materi lingkungan

----------- 1988. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Jakarta: Sekretariat Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Chiras, Daniel D (1991) Environmental Science: Action for a Sustainable Future. California: The Benyamin /Cummings Pub .Co. Inc

Mochamad, dkk. 1993. Lingkungan Hidup Berkeadilan (Bunga RampaiPembangunan Berwawasan lingkungan. Jakarta: Puspitasari Indah

Otto Soemarwoto. 1989. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan

Ruslan, H. Prawiro. 1988. Ekologi Lingkungan Pencemaran, Semarang: Satya Wacana

Soeriatmadja. 1990. Etika Lingkungan dan Pengembangan Pemukiman. Bandung: ITB

Suriasumantri, J.S. (1990). Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar HarapanKeraf, A. Sonny. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: KompasTotok Gunawan. 2003. Lingkungan Hidup dan Pembangunan BerwawasanJakarta: Depdiknas

http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id=61