materi dasar rafting

31
BAB I SEJARAH ARUNG JERAM Banyak orang menyebutkan arung jeram ( Rafting ) ditemukan di Amerika, dan banyak pula menyebutkan arung jeram ditemukan di Eropa. Terlepas dari itu semua, yang pasti arung jeram timbul karena kebutuhan, kebutuhan pada awalnya untuk menyelamatkan diri atau untuk menyerang orang lain, seperti pada saat Perang Dunia II. Waktu itu tentara Amerika merancang suatu jenis perahu yang bentuknya seperti keranjang untuk digunakan sebagai sarana perang. Perahu ini disebut basket boat. Di Indonesia, rafting sesungguhnya sudah ada sejak dahulu kala. Lihat saja misalnya masyarakat tradisional yang hidup di tepi sungai-sungai besar. Penduduk telah lama memanfaatkan rakit sebagai sarana angkutan untuk menyeberang sungai atau untuk mengarungi sungai. Mengarungi di sini tentu dimaksudkan menjelajahi sungai dari hulu di gunung atau pedalaman menuju hilir atau muara tempat pemusatan kegiatan-kegiatan yang lebih besar. Dewasa ini keinginan serta kesenangan manusia semakin meningkat dan kompleks, khususnya dalam memanfaatkan alam. Kegiatan berupa sekedar kegiatan angkutan konvensional lalu berkembang menjadi kegiatan wisata guna melayani keinginan dan kesenangan manusia untuk berpetualang atau untuk lebih dekat dengan alam. Sarana berarung jeram pun meningkat, dari sekedar rakit rangkaian bambu menjadi perahu karet ( raft ) yang menggunakan alat dan sarana serba canggih. Sejak dipopulerkan di Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an menjadi kegiatan dan gaya hidup, baik sebagai wahana penelitian alam atau rekreasi, arung jeram kemudian mewabah ke seluruh dunia. Di Indonesia sendiri olahraga ini masuk sejak ide rally sungai di Sungai Citarum dicetuskan, dengan bersaranakan perahu pendarat sisa Perang Vietnam. Dari sini kegiatan arung jeram kemudian merambah ke sungai-sungai lain di Nusantara. Semantara itu di Amerika sendiri berdiri AWA ( American White Water Afiliation ) yang menitikberatkan kegiatannya pada pengembangan standar keamanan dan aturan operasi olahraga ini. Di Indonesia saat ini kegiatan arung jeram berkembang secara “menebak-nebak” kepastian keamanan dan tujuannya. Kegiatan ini sempat diberi sebutan “olahraga arus deras”,“petualangan sungai”,”wisata perahu karet”, ”susur sungai” dan lain sebagainya. Operator komersial yang bercabang ke seluruh dunia juga berperan dalam perkembangan arung jeram. Kini semua istilah dan tujuan tidak lagi mempunyai perbedaan yang berarti, khususnya setelah era Kejuaraan Nasional Arung Jeram dimulai, pada akhir tahun 1994. Sejak itu informasi mengenai standar keamanan dan kenyamanan disebarluaskan dalam masyarakat. Sejak awal tahun 1990-an kegiatan arung jeram di Indonesia kembali marak dengan terbakukannya river boat yang dibuat secara profesional untuk kegiatan ini, sejalan dengan

Upload: iput-syarhil-musthofa

Post on 19-Jun-2015

4.457 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

materi dasar rafting buat temen2 yang mau belajar teknik rafting dg benar.. heheini dapet dari mas Agung FAJY, thx bgd ya FAJY

TRANSCRIPT

Page 1: Materi Dasar Rafting

BAB I

SEJARAH ARUNG JERAM

Banyak orang menyebutkan arung jeram ( Rafting ) ditemukan di Amerika, dan banyak pula menyebutkan arung jeram

ditemukan di Eropa. Terlepas dari itu semua, yang pasti arung jeram timbul karena kebutuhan, kebutuhan pada awalnya untuk

menyelamatkan diri atau untuk menyerang orang lain, seperti pada saat Perang Dunia II. Waktu itu tentara Amerika merancang suatu

jenis perahu yang bentuknya seperti keranjang untuk digunakan sebagai sarana perang. Perahu ini disebut basket boat.

Di Indonesia, rafting sesungguhnya sudah ada sejak dahulu kala. Lihat saja misalnya masyarakat tradisional yang hidup di

tepi sungai-sungai besar. Penduduk telah lama memanfaatkan rakit sebagai sarana angkutan untuk menyeberang sungai atau untuk

mengarungi sungai. Mengarungi di sini tentu dimaksudkan menjelajahi sungai dari hulu di gunung atau pedalaman menuju hilir atau

muara tempat pemusatan kegiatan-kegiatan yang lebih besar.

Dewasa ini keinginan serta kesenangan manusia semakin meningkat dan kompleks, khususnya dalam memanfaatkan alam.

Kegiatan berupa sekedar kegiatan angkutan konvensional lalu berkembang menjadi kegiatan wisata guna melayani keinginan dan

kesenangan manusia untuk berpetualang atau untuk lebih dekat dengan alam. Sarana berarung jeram pun meningkat, dari sekedar rakit

rangkaian bambu menjadi perahu karet ( raft ) yang menggunakan alat dan sarana serba canggih.

Sejak dipopulerkan di Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an menjadi kegiatan dan gaya hidup, baik sebagai wahana

penelitian alam atau rekreasi, arung jeram kemudian mewabah ke seluruh dunia. Di Indonesia sendiri olahraga ini masuk sejak ide

rally sungai di Sungai Citarum dicetuskan, dengan bersaranakan perahu pendarat sisa Perang Vietnam. Dari sini kegiatan arung jeram

kemudian merambah ke sungai-sungai lain di Nusantara.

Semantara itu di Amerika sendiri berdiri AWA ( American White Water Afiliation ) yang menitikberatkan kegiatannya

pada pengembangan standar keamanan dan aturan operasi olahraga ini. Di Indonesia saat ini kegiatan arung jeram berkembang secara

“menebak-nebak” kepastian keamanan dan tujuannya. Kegiatan ini sempat diberi

sebutan “olahraga arus deras”,“petualangan sungai”,”wisata perahu karet”, ”susur sungai” dan lain sebagainya. Operator

komersial yang bercabang ke seluruh dunia juga berperan dalam perkembangan arung jeram. Kini semua istilah dan tujuan tidak lagi

mempunyai perbedaan yang berarti, khususnya setelah era Kejuaraan Nasional Arung Jeram dimulai, pada akhir tahun 1994.

Sejak itu informasi mengenai standar keamanan dan kenyamanan disebarluaskan dalam masyarakat.

Sejak awal tahun 1990-an kegiatan arung jeram di Indonesia kembali marak dengan terbakukannya river boat yang dibuat

secara profesional untuk kegiatan ini, sejalan dengan mulai masuknya kegiatan komersial sebagai wisata alam. Pembakuan yang

dibuat AWA dan pelaksanaan operasi operator komersial kiranya telah menjadi standar kegiatan ini di seluruh dunia. Imbas positif

bagi petualang, pehobi ataupun bagi kegiatan komersial adalah standar dan sarana memadai yang menjadikan kegiatan ini dapat

berlangsung secara aman, nyaman dan memuaskan, menjadi kenyataan.

Page 2: Materi Dasar Rafting

BAB II

SEBELUM BELAJAR BERARUNG JERAM

Seperti kita ketahui, sudah cukup banyak korban kecelakaan arung jeram di sungai-sungai di Indonesia baik yang dialami

oleh perkumpulan penjelajah alam dan pecinta alam maupun oleh operator-operator arung jeram. Kebanyakan kecelakaan itu terjadi

karena skill yang dimiliki sumber daya manusianya masih kurang, karena kelelahan dan karena kecerobohan suber daya manusianya.

Ada juga yang keberaniannya cukup tinggi tetapi tidak diimbangi dengan kemampuan.

Beberapa tahun yang lalu peralatan untuk berarung jeram sangat sulit didapat di Indonesia, dan kalaupun ada harganya

sangat mahal. Oleh karena itu sering dalam suatu pengarungan sungai peralatan yang dipakai hanya seadanya saja, seperti misalnya

menggunakan perahu yang bukan jenis river boat, pelampung yang seadanya atau pelampung agin yang ditiup. Bahkan cukup banyak

pengarung jeram yang tidak memakai helm. Hal-hal tersebut ini sering berakibat fatal. Sebenarnya ada kunci pokok untuk

menghindari bahaya-bahaya tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber daya manusianya harus mempunyai skill atau keahlian yang cukup baik dalam mengemudikan perahu, tindak

keamanan, penyelamatan, membaca situasi dan kondisi alam, mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi,

mampu dan tegas dalam mengambil keputusan. Khususnya, seorang pemandu arung jeram harus mampu memimpin dan memandu

peserta yang ada dalam perahu. Syaratnya adalah, sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan arung jeram harus mampu saling

memberi rasa aman dan nyaman serta kepuasan pada semua peserta arung jeram.

2. PERALATAN

Peralatan yang digunakan untuk berarung jeram sekarang ini sudah semakin baik dan modern. Peralatan arung jeram ada

beberapa jenis dan ukuran, sesuai dengan keinginan pemakai. Pada waktu ini sebenarnya tidak ada lagi alasan untuk menyalahkan

peralatan bila terjadi kecelakaan. Kriteria dan peralatan arung jeram yang layak pakai ( standard ) seperti pada bahasan “Pengenalan

Peralatan“.

Page 3: Materi Dasar Rafting

BAB III

PENGENALAN PERALATAN

A. PERALATAN PRIBADI

1. PELAMPUNG

Pelampung juga banyak macamnya, tetapi semua pelampung mempunyai fungsi yang sama.Pelampung yang dipakai untuk

arung jeram adalah pelampung dengan bahan baku didalamnya dari busa yang kedap air, busa bagian depan lebih tebal dari busa

bagian belakang, karena apabila seorang hanyut di sungai dalam keadaan tidak sadar atau lemas, maka otomatis orang tersebut akan

terapung tengadah atau muka di permukaan air.

- Fungsi pelampung : pelampung berfungsi membantu peserta arung jeram dalam keamanannya, karena pelampung akan membantu

peserta yang jatuh di air terapung ke permukaan. Fungsi sekundernya adalah sebagai pelindung/body protector terhadap benturan baik

berupa rintangan sungai maupun ( dayung ) sesama peserta. Selain itu ada juga pelampung yang dilengkapi dengan pelindung kepala

bagian belakang atau tengkuk.

- Cara menggunakan pelampung : sama seperti menggunakan rompi, tetapi kalau pelampung harus dikencangkan dalam

pemakaiannya, dengan memasang buckle-buckle ( gesper pengencang ) dan mengencangkannya, karena kalau pelampung terlalu

longgar dalam pemakaiannya maka pelampung tidak berfungsi maksimal.

2. HELM ( HELMET )

Helm juga ada beberapa macam, seperti yang terbuat dari fiber glass, plastik dan lain-lain.

- Sifat-sifat helm :

Helm fiber glass, sangat ringan tetapi bisa berbahaya. Apabila terbentur pada/oleh

benda keras helm fiber glass mudah pecah, pecahannya sangat gampang melukai apalagi kalau helm pecah pada waktu dipakai.

Helm plastik, lebih aman karena tidak mudah pecah dan seandainya pecah, pecahannya tidak hancur. Biasanya helm plastik kalau

pecah hanya retak-retak saja. Untuk saat ini para operator arung jeram kebanyakan memakai helm ini.

- Fungsi helm : untuk melindungi kepala peserta arung jeram apabila bagian kepala peserta terbentur batu atau benda keras.

- Cara menggunakan helm : dalam menggunakan helm jangan terlalu kencang, karena pengarungan memakan waktu cukup lama yang

bisa mengakibatkan kepala sakit karena terjepit helm yang terlalu kencang. Atau jangan terlalu longgar karena bisa mengganggu

gerakan atau pandangan dalam pengarungan.

3. SEPATU

Jenis sepatu yang baik untuk dipakai berarung jeram adalah jenis sepatu yang dapat melindungi telapak kaki dari

kemungkinan tertusuk duri/benda tajam lainnya tetapi tidak mengganggu bila digunakan untuk berenang. Biasanya digunakan sandal

gunung seperti merk Eiger, Alpina, Boogie dan lain sebagainya.

4. PAKAIAN

Jenis pakaian yang tepat untuk dipakai berarung jeram adalah jenis pakaian yang memungkinkan kita tetap dapat leluasa

bergerak. Pakaian disini adalah meliputi baju dan celana. Jangan sekali-kali memakai celana jean, karena disamping tidak mudah

kering

juga tidak memungkinkan kita untuk bergerak dengan leluasa. Usahakan menggunakan baju yang biasa untuk berenang di

kolam renang.

Page 4: Materi Dasar Rafting

5. SURVIVAL KIT

Perlengkapan survival harus selalu melekat pada badan, tetapi usahakan tidak mengganggu gerakan kita. Biasanya terdiri

dari Korek api tahan air, pisau lipat, obat-obatan pribadi dan lain sebagainya. Survival kit biasanya digunakan untuk perjalanan

panjang terutama pada sungai-sungai yang belum pernah diarungi oleh para peserta pengarungan atau pengarungan dalam rangka

kegiatan Ekspedisi.

6. DAYUNG ( PADDLE )

Ada beberapa jenis dayung yang bisa digunakan untuk arung jeram, yaitu antara lain: dayung dari kayu, dari aluminium

dan plastik, dari fiber glass dan lain sebagainya.

- Sifat-sifat dari dayung-dayung tersebut adalah :

Dayung kayu, lebih berat dan kekuatannya kurang dibandingkan dengan dayung yang dibuat dari bahan lain.

Dayung fiber glass, dayung ini cukup ringan tetapi mudah pecah dan pecahannya sangat tajam, bisa melukai si pemakai atau orang

yang ada di sekitarnya.

Dayung aluminium dan plastik, dayung ini cukup ringan, terapung di air dan lebih kuat dari dayung lainnya yang tersebut diatas.

Sampai saat ini para operator arung jeram di seluruh dunia kebanyakan menggunakan dayung ini.

Untuk pengarungan dengan perahu karet, berdasarkan pemakaiannya dikenal dua macam dayung yaitu :

a. Dayung Paddle

Dayung ini digunakan untuk pengarungan dengan perahu berawak banyak, jadi masing-masing awak perahu menggunakan

satu dayung. Ukuran panjang dayung disesuaikan dengan ukuran tubuh dan kekuatan awak perahu serta ukuran perahu. Panjang

dayung umumnya berkisar antara 150 cm 170 cm.

b. Dayung Oar

Ukuran dayung oar lebih panjang dari dayung paddle, hal ini dikarenakan dayung oar memerlukan rangka ( frame )

sebagai pegangannya. Rangka ini dipasang melintang diatas tabung perahu. Sepasang dayung oar ( kanan-kiri ) digerakkan oleh satu

orang.

- Fungsi dayung : untuk menggerakkan dan mengarahkan atau mengemudikan perahu.

- Cara menggunakan dayung : celupkan daun dayung ke dalam air dan kayuhkan ke depan atau belakang sesuai dengan keinginan

pemakai.

7. FLIP LINE

Flip line adalah tali yang panjangnya kira-kira setengah meter sampai dua meter dan kedua ujungnya disimpul dengan

sebuah carabiner.kegunaan dari flip line adalah sebagai berikut:

a. Alat bantu untuk melepaskan perahu yang tersangkut dibatu.

b. Alat bantu untuk membalikkan perahu bila perahu terbalik.

c. Alat bantu untuk melepaskan perahu yang dalam keadaan wrap ringan.

8. PELUIT

Dalam pengarungan peluit banyak fungsinya ,misalnya sebagai alat komunikasi ke perahu lain dan sebagainya

Page 5: Materi Dasar Rafting

Obat pribadi harus dibawa oleh pengarung yang mempunyai penyakit yang diderita misalnya

maag, migrain dan sebagainya.

10. PERALATAN TAMBAHAN

Peralatan tambahan meliputi :

a. Topi

b. Kacamata

c. Sunblock

d. Peralatan mandi

B. PERALATAN KELOMPOK

1. PERAHU ( BOAT )

Perahu yang digunakan untuk arung jeram ada berbagai jenis dan berbagai bentuk, serta dengan

berbagai kekuatan yang berbeda pula, seperti tercermin dalam berbagai merk yang banyak dipakai orang,

seperti Avon, Riken, High Side, Monentum dan lain sebagainya. Di Indonesia digunakan perahu Boogie.

Umumnya perahu terbuat dari bahan hypalon, polyster nylon dan PVC (Polyvynil Chloride)

Perahu dibagi atas dua golongan yang berbeda karakternya yaitu :

Berbagai merk yang banyak dipakai orang, seperti Avon, Riken, High Side, Monentum dan lain

sebagainya. Di Indonesia digunakan perahu Boogie. Umumnya perahu terbuat dari bahan hypalon, polyster

nylon dan PVC (Polyvynil Chloride)

Perahu dibagi atas dua golongan yang berbeda karakternya yaitu :

a. Non Self Bailing

Perahu ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air, sehingga air yang masuk ke

dalam perahu akan menggenangi perahu. Karena itu, perahu jenis ini harus dilengkapi dengan ember untuk

membuang air. Perahu jenis ini disebut bucket boat.

b. Self Bailing

Perahu ini dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air di sekeliling lantainya, sehingga membuat air yang masuk

akan keluar dengan sendirinya. Selain itu keuntungan lainnya dengan adanya lubang-lubang self bailing ini adalah dapat dijadikan

sebagai pegangan untuk membantu naik ke atas perahu ketika perahu dalam posisi terbalik (flip).

2. TALI LEMPAR ( THROW BAG )

Tali lempar adalah sesuatu yang penting dari peralatan-peralatan penyelamatan. Adapun tali lempar dapat difungsikan

dalam banyak hal dalam melakukan kegiatan penyelamatan, seperti menolong orang yang hanyut atau perenang (penyelamatan

peserta ), atau penyelamatan peralatan, seperti menyelamatkan Perahu Wrap, perahu tertahan di hole, perahu hanyut dan lain

sebagainya.

3. TAS KEDAP AIR (DRY BAG)

Tas kedap air biasanya diikatkan di bantalan perahu. Tas ini juga digunakan untuk menyimpan barang-barang yang tidak

boleh basah, seperti repair kit, P3K, Kamera, dompet dan lain sebagainya. Tas ini banyak jenis dan ukurannya, tergantung seberapa

Page 6: Materi Dasar Rafting

besar dan banyak barang-barang yang akan dibawa. Usahakan membawa barang-barang yang diperlukan untuk di sungai saja, agar

beban perahu tidak terlalu besar.

4. PERALATAN REPARASI PERAHU (REPAIR KIT)

Repair kit adalah peralatan untuk memperbaiki perahu. Peralatan ini sangat Penting dibawa dalam suatu pengarungan,

terutama dalam ekspedisi, agar tidak menganggu dalam perjalanan pengarungan. Karena bila perahu bocor, seorang pemandu akan

merasa sangat kesal, kalau perjalanan pengarungannya harus berhenti sampai di tempat perahu bocor atau kalau dipaksakan untuk

melanjutkan perjalanan pengarungan akan mendapatkan masalah baru karena perahu yang bocor akan menjadi ancaman atau bahaya

kecelakaan/musibah bagi semua peserta dan pemandu. Jika membawa peralatan reparasi perahu maka masalah tersebut dapat diatasi

dengan menambal/memperbaiki perahu atau peralatan yang lain yang mengalami kerusakan.

5. PERLENGKAPAN P3K (FIRST AID KIT)

First Aid Kit adalah obat-obatan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan. Obat-obatan ini sangat penting dan harus ada

da lam setiap pengarungan. Untuk pertolongan pertama sangatlah sulit bila obat tidak ada. Dan yang wajib juga dibawa adalah obat-

obatan pribadi bagi setiap peserta yang mempunyai penyakit tertentu.

6. WEBBING DAN CARABINER

Bisa dipakai untuk mengikatkan barang-barang bawaan dan carabiner sebagai pengaitnya.

7. POMPA ( PUMP )

Pompa yang digunakan untuk mengisi tabung udara harus selalu dibawa pada setiap pengarungan untuk menjaga apabila

udara dalam tabung berkurang/kempes. Ada dua jenis pompa yaitu pompa injak dan pompa tangan.

8. ALAT NAVIGASI

Peralatan navigasi berupa peta, kompas, protaktor, mistar dan sebagainya

peralatan ini berguna sekali dalam pengarungan yakni membantu mengetahui medan

sungai yang sedang atau akan diarungi, mengetahui gradien dan daerah bantaran

sungai, tanda-tanda medan dan lain sebagainya.

9. JAM

Untuk mengetahui waktu kapan dimulai pengarungan, kapan saat istirahat

berapa lama waktu pengarungan dan sebagainya.

10. LOGISTIK

Yang dimaksud logistik disini adalah persediaan makan atau konsumsi yang akan dibawa selama pengarungan, akan lebih baik

jika yang dibawa adalah yang cepat bila dimasak, prakits dibawa, dan banyak mengandung kalori.

11. ALAT PEMETAAN

Jika dalam pengarungan suatu sungai, jeram yang ada akan dipetakan maka

peralatan ini harus dibawa saat pengarungan.

12.PERALATAN PENYELAMATAN (RESCUE KIT)

Peralatan penyelamatan meliputi:

Page 7: Materi Dasar Rafting

13. PERALATAN TAMBAHAN

Peralatannya meliputi:

a. Alat komunikasi

b. Dokumentasi

c. Tenda atau peralatan kemping dan lainya

BAB IV

MORFOLOGI SUNGAI

A. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN SUNGAI … ?

Sungai yang dimaksud di sini adalah sungai berarus deras, berbatu-batu dan memiliki jeram serta gelombang, karena

sungai seperti itulah yang layak untuk digunakan sebagai tempat berarung jeram. Seseorang yang ingin menjadi pengarung jeram,

penting untuk mengetahui sifat dan dinamika sungai.

Apabila membayangkan sungai-sungai, yang mudah diingat adalah sungai itu lebar atau sempit, alirannya cepat atau

lambat, kemiringannya curam atau landai, berkelok-kelok atau lurus dan sebagainya. Bagi seseorang yang akan menggeluti kegiatan

arung jeram perlu mengetahui sifat-sifat sungai lebih dalam lagi, hal ini terutama berkaitan dengan faktor keselamatan sang pengarung

jeram.

Secara umum sungai adalah tempat mengalirnya air serta sedimen yang berasal dari daerah hulu di pegunungan sampai

akhirnya bermuara ke hilir di lautan, baik yang berarus deras maupun yang berarus tenang.

Sedangkan fungsi sungai itu sendiri adalah tempat menampung dan mengalirkan air serta sedimen dari daerah hulu sampai

ke hilir. Sumber airnya dapat berasal dari hujan atau lelehan salju serta dari sumber-sumber yang lain.

B. PEMBAGIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

Sungai mengalir dari daerah hulu atau pegunungan sampai daerah hilir atau lautan melewati beberapa daerah yang dapat

dibagi menjadi tiga daerah aliran sungai, yaitu :

1. Daerah aliran sungai hulu

Ciri-cirinya dangkal dan sempit, seringkali mengalir di daerah lembah yang curam dan dalam. Tingkat kecuramannya

tinggi sekali sehingga banyak dijumpai air terjun. Kebanyakan sungai ini tidak dapat diarungi.

2. Daerah aliran sungai peralihan

Ciri-cirinya cukup dalam dan lebar, banyak dijumpai riam yang diselingi lubuk sungai. Daerah ini sangat ideal untuk

ORAD, tapi hati-hati kedangkalan dan air terjun yang berbahaya masih dijumpai.

3. Daerah aliran sungai hilir

Ciri-cirinya lebar dan dalam, aliran airnya tenang dan berkelok-kelok menyerupai huruf ' V '. Bukan daerah yang ideal

untuk ORAD.

C. KARAKTERISTIK SUNGAI

Karakteristik sungai merupakan karakter dari sungai yang terdiri dari volume air ( Debit Air Sungai ) yang mengalir di

sungai serta kemiringan sungai ( Gradient ) yang dimiliki oleh sungai tersebut.

1. DEBIT SUNGAI ( VOLUME AIR )

Debit sungai adalah besarnya aliran air persatuan waktu, ukuran yang umumnya digunakan adalah satuan volume per detik

( m3/det ) atau cubik feet second ( cfs ).

Page 8: Materi Dasar Rafting

Besarnya volume air sungai sangat tergantung dari besarnya daerah aliran sungai ( DAS ) yang dialirinya dan juga jumlah curah hujan

yang turun pada daerah aliran sungai tersebut.

Data untuk volume air perlu untuk diketahui sehingga dapat memastikan apakah sungai tersebut dapat diarungi atau tidak.

Layak atau tidaknya sungai itu dapat diarungi dapat dilihat dari volume airnya, jika volume air berkisar antara 800 cfs atau 25 m3/det

sampai 10.000 cfs atau 300 m3/det maka sungai tersebut layak untuk diarungi.

Ukuran volume air ( Debit Sungai ) dapat juga untuk mengetahui ukuran besar kecilnya sungai, yaitu antara lain :

Sungai kecil berkisar antara 800 cfs atau 25 m3/det sampai 5000 cfs atau 125 m3/det.

Sungai besar berkisar antara 5000 cfs atau 125 m3/det sampai 10.000 cfs atau 250 m3/det.

Sungai besar sekali adalah sungai dengan volume air lebih dari 10.000 cfs atau 250 m3/det.

Untuk mengetahui volume air dapat melihat tinggi muka air ( biasanya terletak di tempat-tempat dekat jembatan ).

Kemudian disesuaikan dengan lebar sungai atau dapat meminta informasi pada Dinas Pengairan setempat mengenai debit volume

bulanan, sehingga dapat diketahui waktu-waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan pengarungan.

2. KEMIRINGAN SUNGAI ( GRADIENT )

Tingkat kemiringan sungai menunjukkan nilai rata-rata penurunan dalam meter sepanjang jarak tertentu ( Km ). Tingkat

kemiringan sungai dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat kecepatan aliran, yaitu antara lain :

Sungai dengan kecuraman 0 - 4 m/Km umumnya berarus tenang, tidak mempunyai daerah berbahaya seperti riam/jeram.

Sungai dengan kecuraman 5 - 10 m/Km umumnya beriam-riam dan cukup ideal sebagai medan ORAD.

Sungai dengan kecuraman 10 - 15 m/Km umumnya berbahaya untuk diarungi dengan perahu karet, akan tetapi masih memungkinkan.

Sungai dengan kecuraman 15 - 20 m/Km umumnya sudah tidak memungkinkan untuk diarungi dengan perahu karet, akan tetapi masih

memungkinkan diarungi dengan kayak yang lincah.

Sungai dengan kecuraman di atas 20 m/Km umumnya tidak mungkin lagi untuk diarungi, karena mempunyai air terjun atau riam

ganas yang panjang dan sambung-menyambung.

Kecuraman sungai di daerah hulu rata-rata lebih tinggi dari sungai di daerah hilir. Semakin ke hilir sungai akan semakin

landai sebelum kemudian bermuara ke laut. Gradient sungai dapat dihitung dengan bantuan garis kontur yang memotong sungai pada

peta topografi, yaitu antara lain :

Untuk peta dengan skala 1 : 50.000 beda tinggi antara dua garis kontur adalah 2 cm = 1 Km sebenarnya.

Untuk peta dengan skala 1 : 25.000 beda tinggi antara dua garis kontur adalah 4 cm = 1 Km sebenarnya.

Jarak antara dua garis kontur dapat dihitung dengan menarik lurus benang, misalkan : 10 cm di peta untuk peta dengan skala 1 :

50.000 berarti jarak sebenarnya adalah 5 Km, karena setiap 1 cm di peta berarti jarak sebenarnya adalah 500 meter atau 0,5 Km.

Kemudian selisih ketinggian dihitung dengan mengurangi ketinggian yang terbesar dikurangi dengan ketinggian yang terendah,

misalkan : ketinggian terbesar adalah 1.500 m di atas laut dan ketinggian terendah adalah 1.485 m di atas laut berarti beda

ketinggiannya adalah 1.500 m 1485 m = 15 m. E. BENTUKAN YANG ADA DISUNGAI

3.LEBAR SUNGAI

Lebar penampang sungai mempengaruhi kecepatan arus, hal ini juga

mempengaruhi laju perahu. Dimana bila penampangnya lebar kecepatan arus akan

lambat berbeda dengan penampang sungai yang sempit arus akan bergerak cepat.

D. ARUS

Arus sungai adalah arah yang di tuju oleh aliran air dan penyebab adanya aliran air adalah perbedaan tinggi. Besar kecilnya

arus sungai dipengaruhi oleh volume air, sedangkan kecepatan aliran air dipengaruhi oleh gradient dan ukuran sungai. Pada volume

Page 9: Materi Dasar Rafting

yang sama, sungai dengan ukuran yang sempit atau gradient yang lebih besar akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan sungai dengan ukuran lebar atau lebih landai. Sedangkan sifat atau jenis arus dipengaruhi oleh kondisi bentukan

yang dilewati oleh aliran air. Adapun macam-macam jenis arus yang perlu diketahui adalah:

1. Arus Utama ( Mainstream)

Arus Utama paling mudah dikenali karena arus ini merupakan arus yang paling besar, jika arus sungai tersebut terbagi-bagi

menjadi beberapa aliran. Dari kondisi ini tentunya Arus Utama mempunyai kekuatan paling besar dibandingkan arus-arus yang lain

yang merupakan pemisahan dari arus ini. Pada bagian aliran sungai yang lurus, Arus Utama biasanya terletak di tengah. Pada belokan,

arus ini berada pada sisi luar. Arus

Utama dapat terlihat berupa lidah air yang paling besar. Dalam melakukan pengarungan biasanya kita memilih Arus Utama sebagai

jalur pengarungan, karena arusnya paling besar dan paling cepat, sehingga dapat mempercepat laju perahu.

2. Gelombang Berdiri ( Standing Wave )

Kemiringan dasar sungai yang cukup besar menyebabkan arus menjadi kuat. Tetapi karena benturan dengan arus lambat

yang mengalir datar dibawahnya menyebabkan air menjadi naik membentuk gelombang ke atas secara tetap. Gelombang ini biasanya

berangkai. Diawali dari yang terbesar dan tinggi berangsur-angsur rendah dan datar kembali. Gelombang Berdiri yang mencapai

ketinggian 3 m disebut Haystack. Gelombang yang curam dan terpecah di bagian puncaknya mempunyai daya balik yang tinggi,

sedangkan gelombang yang relatif tumpul/datar merupakan jalur yang aman.

3. Arus Balik ( Reverse Stream/Stopper/Holes )

Menggambarkan suatu arus yang berputar ke atas dengan sendirinya karena adanya perubahan bidang jatuh yang cukup

drastis. Secara umum Arus Balik ( Reverse Stream ) dibedakan menjadi tiga, yaiu :

a. Hole, adanya batu yang berada di bawah permukaan air dan menghalangi arus air, mengakibatkan arus menjadi naik dan pada

permukaan berikutnya berputar ke belakang dari bawah.

b. Hydraulic, arus air yang turun secara vertikal menyebabkan arus berputar dari bawah, dan daya putarnya lebih kuat dari

yang pertama. Hydraulic yang disebabkan oleh bentukan hasil buatan manusia seperti dam pengontrol banjir dan power generator

disebut Weirs. Hydraulic yang berada di bawah dam tersebut biasanya melintang sepanjang sungai. Jika arus turun secara vertikal

dengan letak cukup tinggi maka bentukan yang akan terjadi disebut dengan air terjun ( Waterfalls ).

c. Back Curling, dasar sungai yang cukup terjal menyebabkan arus menjadi sangat kuat, tetapi dasar berikutnya yang tiba-

tiba landai akan menyebabkan arus menjadi tertahan, akibatnya menjadi berbalik membentuk putaran di atasnya. Sekilas mirip dengan

gelombang berdiri, tetapi mepunyai daya balik yang lebih kuat.

4. Pusaran Air ( Eddies )

EDDY

Eddy adalah dimana air berhenti atau mengalir ke hulu ( up stream ).

EDDY TERBENTUK KARENA :

Adanya arus yang menabrak rintangan seperti batu atau benda-benda lain dan tidak dapat melewati rintangan itu akan

terjadi kekosongan atau kekurangan air serta perbedaan tekanan air. Oleh sebab itu maka air dari arah lain akan mengalir ke atas (up

stream) untuk menyamakan permukaan dengan daerah lain, jadi semakin deras arus yang mengalir akan semakin kuat eddy yang

ditimbulkan.

Page 10: Materi Dasar Rafting

KEGUNAAN EDDY :

Sebagai tempat berhenti ( stop )

Sebagai break atau rem/mengurangi kecepatan

Menolong untuk membelokkan perahu/manuver

Diantara eddy dan arus akan terbentuk garis pembatas yang disebut eddy line atau ada yang menyebutnya dengan eddy fences.

MACAM- MACAM EDDY

Midstream Eddies

Eddy yang terletak di tengah sungai, seperti ada rintangan atau batu di tengah sungai, maka akan terbentuk eddy di tengah sungai di

balik rintangan itu.

Shortline Eddies

Eddy yang terletak di pinggir sungai, seperti adanya tikungan, tonjolan atau cekungan pinggir sungai.

Selain pembagian macam-macam eddy di atas, ada pembagian jenis eddy berdasarkan deras arus

Berikut ini adalah beberapa jenis eddy yang diklasifikasikan berdasarkan kuatnya arus :

Powerful Eddy

Eddy yang timbul akibat halangan yang besar dan arus air yang kuat.

Mild Eddy

Eddy yang timbul akibat arus lemah walaupun halangannya besar. Jadi semakin kuat arus yang mengalir maka semakin kuat dan besar

eddy yang ditimbulkan.

5. Hole

Hole adalah permukaan air yang berbentuk lobang dan ada sirkulasi air di belakang lobang tersebut.

Hole terbentuk karena arus yang melintas suatu rintangan dan mengakibatkan terjadinya terjunan air. Terjunan air akan membentuk

sirkulasi air dan permukaan air terlihat seperti lobang.

Akibat dan Kegunaan Hole

Apabila hole terlalu besar, maka hole itu akan sangat berbahaya karena bisa membalikkan perahu atau perahu akan tertahan

di lobang itu.

Hole yang sangat besar dan sirkulasi air dari segala arah disebut toilet bowl, karena bentuk dan sifat fisikanya seperti air

kloset sewaktu di-flushing. Hole ini sangat berbahaya, perahu atau awaknya yang terjatuh dan terperangkap di dalamnya sangat sulit

dikeluarkan.

Apabila tidak terlalu besar, hole berfungsi :

a. Hole akan sangat bagus untuk dilintasi dan bisa juga untuk permainan sperti surf boat.

b. Untuk mengurangi kecepatan.

c. Membantu manuver.

Page 11: Materi Dasar Rafting

6. Cushion

Bebatuan yang timbul diatas permukaan air akan menghalangi aliran arus sungai. Air akan menabrak bebatuan, berbalik,

pecah di kanan-kirinya dan menimbulkan beberapa bentuk gerakan air ( arus ) dalam usahanya untuk terus mengalir ke arah hilir.

Gerak arus sungai berupa ombak dan riak yang terbentuk di depan batuan yang timbul di atas permukaan air disebut Cushion.

7. Pillow

Jika permukaan bebatuan dekat dengan permukaan air, maka sebagian dari arus sungai yang bergerak ke hilir akan menaiki

bebatuan ini dan melewati bagian atasnya serta membentuk “benjolan air” yang disebut Pillow.

8. Belokkan ( Bends )

Pada belokan sungai arus yang cepat dan aliran yang dalam terdapat pada lingkaran luar belokan sungai, hal ini diakibatkan

oleh adanya kekutan sentrifugal, sehingga aliran permukaan yang lebih cepat mengarah dan menumpuk sepanjang tepi belokan bagian

luar. Dan aliran arusnya lebih sempit dari bagian dalam dan alternatif untuk melaluinya sebaiknya pada bagian dalam. Perahu yang

terlanjur masuk aliran bagian tepi luar belokan kemungkinan akan menabrak dan terhempas.

9. Lidah Air ( Tongue of the Rapid )

Jika dua alur yang terhambat batu dan membentuk huruf “ V “ yang mengarah ke hilir akan terbentuk lidah air. Bila

terdapat lebih satu lidah air maka yang terbesar merupakan arus utama yang sebaiknya dipilih. Biasanya lidah air diikuti oleh

gelombang berdiri.

E. BENTUKAN YANG ADA DISUNGAI

Bentukan lain yang dapat ditemui di sungai tidak kalah pentingnya untuk diketahui, karena dari bentukan tersebut akan

berpengaruh dalam keselamatan maupun kenyamanan dalam pengarungan. Bentukan-bentukan tersebut antara lain :

10. Batuan ( Rock, Boulders )

Letak batuan atau tonjolan batu yang ada di sungai yang tidak beraturan akan mengakibatkan turbulansi aliran sungai.

Disamping itu letak batuan yang tidak beraturan akan menyulitkan dalam melakukan pengarungan terutama dalam manuver.

Banyaknya batuan yang ada di sungai akan mengakibatkan laju perahu terhambat, perubahan arah perahu yang tidak dikehendaki,

bahkan dapat berakibat perahu tersangkut ( Wrap ).

11. Penyempitan Penampang Sungai ( Contriction, Bottle Neck )

Adanya penyempitan lebar penampang sungai menyebabkan arus menjadi lebih cepat. Hal ini juga menyebabkan laju

perahu lebih cepat dari yang dikehendaki. Sehingga jika setelah ada penyempitan ada suatu hambatan akan menyulitkan pengarungan.

12. Pendangkalan Sungai ( Shallows )

Jika penampang sungai melebar akibatnya akan membuat permukaan air menjadi turun. Jika terjadi pendangkalan yang

dapat mnyulitkan dalam pengarungan, maka yang perlu diingat adalah permukaan air dengan ombak yang besar menunjukkan aliran

sungai yang dalam.

13. Hambatan ( Strainer )

Hanbatan yang dimaksud adalah suatu rintangan yang terjadi karena adanya pohon tumbang yang menghalangi/melintang

di atas aliran sungai. Keadaan ini perlu dihindari dalam pengarungan, karena menyebabkan perahu akan tersangkut pada hambatan

tersebut.

14. Undercut

Page 12: Materi Dasar Rafting

Merupakan suatu bentukan yang terjadi karena terkikisnya dinding sungai hingga membentuk rongga. Arus yang mampu

membentuk rongga ini biasanya sangat kuat sehingga jika perahu melewati arus ini akan menyebabkan awak perahu terbentur dinding

sungai atau perahu akan terbalik dan terjebak dalam rongga. Undercut sebisa mungkin

untuk dihindari, karena undercut adalah “ Momok “ yang paling menakutkan dalam kegiatan arung jeram. Undercut … ?

Tidak lah yau … !

E. JERAM

JERAM

Jeram adalah arus (air yang mengalir yang diakibatkan oleh kemiringan sungai) yang melintasi suatu rintangan.

TERBENTUKNYA JERAM

Jeram terbentuk karena :

Volume air/tinggi permukaan air

Kemiringan sungai ( Gradient )

Rintangan ( Obstacles )

Jadi, semakin besar volume air dan makin curam kemiringan sungai serta makin banyak rintangan, maka jeram yang

terbentuk akan makin besar dan sulit.

Rintangan bermacam-macam bentuknya, seperti batu, dinding sungai, bongkah dasar sungai, tikungan, tiang jembatan dan

masih banyak lagi.

SKALA TINGKAT KESULITAN JERAM ( GRADE )

Dengan mengetahui sifat dan dinamika sungai diatas, maka kita akan segera dapat mengantisipasi hal-hal yang mungkin

terjadi dalam setiap pengarungan. Kondisi yang menyatakan bahwa suatu jeram sungai itu sulit atau tidak dapat ditunjukkan dengan

skala tingkat kesulitan jeram ( Grade ). Untuk saat ini ada 2 macam skala yang dikenal dalam arung jeram, yaitu :

Skala Internasional

Angka ukuran skala yang digunakan I - VI, skala ini dipakai di sungai-sungai di Amerika Utara dan Eropa.

Skala Western

Skala ini diperkenalkan oleh penguasa Grand Canyon, yaitu Doc Marston. Ukuran skala yang dipakai berkisar 1-10, skala

ini dipakai hanya disungai-sungai bagian barat Amerika, salah satunya Sungai Colorado.

Skala tingkat kesulitan jeram banyak bentuk dan variasinya (terutama di Rusia dan Eropa), tetapi yang paling dikenal

dalam arung jeram adalah 2 skala tersebut diatas. Sedangkan skala yang biasa dipakai di Indonesia adalah Skala Internasional.

Page 13: Materi Dasar Rafting

TABEL SKALA TINGKAT KESULITAN JERAM

F. ORIENTASI SUNGAI

Yang dimaksud dengan orientasi sungai adalah tindakan untuk mengenal medan sungai yang anda arungi dengan baik. Hal

ini penting karena dengan orientasi sungai yang baik anda dapat mengetahui dimana anda berada, memperkirakan tempat-tempat

untuk bermalam selama perjalanan, jeram-jeram berbahaya, tempat start dan finish yang baik dan lain sebagainya.

Sebagaimana navigasi darat, peta harus dibaca dengan cermat dan dicocokkan dengan medan sebenarnya ( jika memang

perlu, lakukan resection ). Semakin sering melakukan orientasi medan, semakin baik pengetahuan anda terhadap medan yang

dihadapi. Bawalah selalu peta dan kompas, simpan dalam tempat yang kedap air, dan letakkan pada tempat yang mudah diambil.

Yang paling baik adalah peta dengan skala kecil seperti peta dengan skala 1 : 25.000, sayangnya peta dengan skala seperti

ini hanya meliputi sebagian daerah pulau Jawa ( umumnya skala terkecil untuk pulau Jawa adalah skala 1 : 50.000 ), sementara daeah

luar pulau Jawa berskala besar seperti skala 1 : 250.000 dan beberapa daerah masih belum ada petanya. Sekalipun bukan yang terbaik

peta topografi dengan skala 1 : 50.000 telah memberikan gambaran medan yang cukup memadai tentang kemiringan relatif suatu

sungai ( gradient ) dan daerah bantaran sungai ( river-basin ). Dua hal penting yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan ada

atau tidaknya jeram-jeram yang berarti dari suatu sistem sungai.

BAB V

TEKNIK DASAR ARUNG JERAM

A. DAYUNGAN

Page 14: Materi Dasar Rafting

Untuk dapat belajar arung jeram/mengemudikan perahu, kita harus dapat mendayung dengan baik. Adapun teknik

mendayung dalam arung jeram dikenal dua teknik pendayungan yaitu teknik pendayungan dengan OAR dan teknik pendayungan

dengan PADDLE atau kadang-kadang gabungan dari keduanya, masing-masing teknik mempunyai kelebihan serta kekurangan dalam

fungsinya untuk mengemudikan perahu pada medan yang berbeda.

1. Teknik OAR

Cara duduk :

Posisi duduk pendayung OAR berada ditengah perahu yang dilengkapi dengan rangka untuk tempat duduk dan pegangan

dayung.

Cara mendayung :

Dalam teknik mendayung dengan OAR hanya dikenal dua macam kayuhan yaitu dayung maju dan dayung mundur. Jika

menginginkan perahu bergerak ke depan maka digunakan dayung maju, sedangkan dayung mundur digunakan untuk menghentikan

perahu yang sedang bergerak maju atau memang menginginkan perahu bergerak mundur. Jika ingin membelokkan perahu ke kanan

maka tangan kiri mendayung maju dan tangan kanan mendayung mundur dan sebaliknya jika ingin membelokkan perahu ke kiri.

Teknik OAR tidak dianjurkan untuk pendayung yang masih pemula, karena teknik ini merupakan kerja individu yang

memerlukan skill yang tinggi untuk melakukannya. Kelemahan dari teknik ini adalah sulit untuk mengarungi sungai yang

sempit atau berbatu-batu, sedangkan kelebihannya adalah mampu memberikan pengaruh yang lebih besar, terutama dalam

dayung mundur.

2. Teknik PADDLE

Teknik PADDLE merupakan teknik mendayung yang memerlukan kerjasama team yang kompak, karena setiap awak

perahu dituntut mempunyai pengertian dan peran yang sama dalam mengendalikan laju perahu. Sebuah team yang berpengalaman

dapat mengatasi hampir semua tingkat kesulitan dalam arung jeram. Teknik PADDLE ini jadi lebih memungkinkan untuk

pengarungan sungai yang terlalu sempit dan berbatu dari pada teknik OAR dan jika mengalami kondisi darurat bisa dipecahkan

bersama.

Beberapa jenis dayungan yang dipakai dalam arung jeram yang disesuaikan dengan fungsinya dan perlu dipahami oleh

awak perahu adalah sebagai berikut :

Dayung Maju ( Forward Stroke )

Gunanya

Menggerakan perahu ke depan

Caranya

Dimulai dengan mendorong bilah dayung ke muka dengan tangan sebelah luar, kemudian masukkan dayung dalam-dalam

ke air, dilanjutkan dengan mempertahankan bilah dayung pada sudut yang benar hingga mendekat ke perahu dan berhenti setelah

sejajar dengan pantat, keluarkan bilah dayung kemudian putar sejajar dengan permukaan air, ulangi kembali ke posisi semula dan

seterusnya.

Dayung Mundur ( Backward Stroke )

Gunanya

Menurunkan kecepatan perahu atau menggerakkan perahu ke belakang.

Caranya

Page 15: Materi Dasar Rafting

Merupakan kebalikan dari dayung maju. Celupkan bilah dayung ke dalam air hingga jauh ke belakang pantat kemudian

dorong ke depan sambil menarik pegangan dan gerakan ini berakhir ketika dayung berada pada posisi awal dayung maju.

Dayung Tarik ( Draw Stroke )

Gunanya

Dayungan ini sering dipakai oleh pemandu arung jeram untuk menghindari tabrakan antara bagian belakang perahu dengan

batu atau rintangan dengan menggeser perahu mendekati posisi yang diinginkan.

Caranya

Menancapkan dayung jauh ke samping dan menariknya ke arah perahu.

Dayung Tolak ( Pry Stroke )

Gunanya

Membantu melengkapi dayung tarik untuk mengendalikan perahu ke posisi yang diinginkan.

Caranya

Kebalikan dari dayung tarik, yaitu memasukkan dayung ke dalam air dari dekat perahu/pantat dan menolaknya jauh ke

samping perahu.

Dayung Pancung ( Cross-Bow Draw )

Gunanya

Dayungan yang biasa dilakukan oleh para pendayung depan apabila ingin menggeser perahu ke samping.

Caranya

Pendayung depan melakukan dayung tarik dari sisi depan perahu memotong moncong perahu.

B. ABA-ABA DAN KOMUNIKASI DI ATAS PERAHU

Dalam suatu pengarungan harus ada satu pemimpin yang disebut trip leader, yang memimpin semua pemandu dalam

pengarungan. Di dalam pengarungan harus ada kerjasama. Kerjasama yang dilakukan adalah kerjasama antara trip leader dengan

semua pemandu dan sebaliknya.

Di dalam perahu juga harus ada kerjasama, yaitu antara peserta dengan pemandunya. Apabila kerjasama tidak bagus, maka

jalannya perahu akan tidak bagus pula. Maka di dalam perahu dituntut hanya ada satu pemandu atau pemimpin.

Page 16: Materi Dasar Rafting

Pemimpin atau pemandu tersebut akan memberi perintah kepada peserta atau crew di dalam perahu, dalam bentuk aba-aba. Apabila

pemandu memberi aba-aba kurang bagus, maka jalan perahu pun akan tidak bagus. Begitu pula dengan crew-nya, apabila crew

tidak melaksanakan perintah dari pemandu dengan baik, maka jalan perahupun akan tidak bagus.

Adapun aba-aba itu adalah sebagai berikut :

MAJU KANAN PANCUNG

KANAN MAJU KIRI PANCUNG

KIRI MAJU STOP

MUNDUR PINDAH BELAKANG

KANAN MUNDUR PINDAH DEPAN

KIRI MUNDUR PINDAH KANAN

KANAN TARIK PINDAH KIRI

KIRI TARIK dan sebagainya.

Jadi aba-aba itu sangatlah penting. Oleh sebab itu aba-aba harus dijelaskan sejelas-jelasnya kepada peserta sebelum

memulai kegiatan. Juga penting sekali memilih aba-aba yang mudah diucapkan dan mudah didengar, mengingat jeram akan

menyulitkan pendengaran karena kerasnya suara riak air sungai.

Dalam memberi aba-aba, pemandu harus mengucapkannya dengan keras dan tegas.

Kapan aba-aba digunakan … ?

ABA-ABA " MAJU "

Gunanya

Untuk menggerakkan perahu ke depan atau menambah kecepatan.

Caranya

Semua peserta mendayung maju dengan bersamaan dan pemandu hanya mempertahankan ferry angles atau arah perahu ke

tempat yang kan dituju.

ABA-ABA " MUNDUR "

ABA-ABA " KIRI MUNDUR "

Gunanya

Untuk membelokkan perahu ke kiri.

Caranya

Pemandu memberikan aba-aba kiri mundur dan semua peserta yang berada di sebelah kiri mendayung mundur dan atau

semua peserta yang berada di sebelah kanan mendayung maju. Lebih bagus lagi mendayung bersamaan.

ABA-ABA " KANAN MUNDUR "

Gunanya

Untuk membelokkan perahu ke kanan.

Caranya

Page 17: Materi Dasar Rafting

Pemandu memberikan aba-aba kanan mundur dan semua peserta yang berada di sebelah kanan mendayung mundur dan

atau semua peserta yang berada di sebelah kiri mendayung maju.

ABA-ABA " STOP "

Gunanya

Aba-aba stop bukan berarti aba-aba untuk menghentikan gerak perahu, melainkan aba-aba untuk menghentikan gerak

dayungan peserta. Aba-aba ini sering dipergunakan oleh seorang pemandu untuk mempermudah dalam membuat manuver, terutama

di arus-arus yang deras atau mengistirahatkan peserta apabila peserta terlihat kelelahan.

Caranya

Semua peserta menghentikan gerak dayung dan dayung tidak menyentuh air atau berada di permukaan air.

ABA-ABA " PINDAH KIRI atau PINDAH KANAN "

Gunanyaa

Untuk menghindari perahu flip ( terbalik ) atau wrap, perahu membungkus batu.

Caranya

Apabila pemandu berteriak pindah kiri, semua peserta yang berada di sebelah kanan pindah ke sebelah kiri dan peserta

yang berada di sebelah kiri tetap di sebelah kiri. Begitu pula sebaliknya, apabila pemandu berteriak pindah kanan, semua peserta yang

berada di sebelah kiri pindah ke sebelah kanan dan peserta yang berada di sebelah kanan tetap di sebelah kanan.

Sebagai contoh, pemandu akan berteriak pindah kiri apabila perahu akan menabrak batu, dinding sungai atau rintangan

lainnya dengan sisi kiri perahu. Apabila peserta tidak pindah ke kiri maka pada sisi kiri perahu akan terangkat karena dorongan air

yang cukup deras di sisi kanan, dan sisi kanan ini akan semakin tertekan oleh air yang akhirnya perahu akan terbalik atau wrap, begitu

pula sebaliknya pemandu akan berteriak pindah kanan apabila perahu akan menabrak rintangan dengan sisi kanan perahu dan semua

peserta harus pindah ke sebelah kana secepat mungkin.

Jadi apabila perahu menabrak rintangan pada sisi kiri perahu, maka di sisi kiri harus ditambah beban dan sisi yang satunya

lagi dikurangi bebannya.

Untuk mudah diingat, yaitu apabila perahu menabrak dengan sisi kiri, semua peserta pindah ke sebelah kiri. Apabila

menabrak dengan sisi kanan, semua peserta pindah ke sebelah kanan atau pindah ke sisi yang bertabrakan. Perlu diingat, hal ini

dilakukan apabila perahu menabrak dengan sisi kanan atau kiri, dan kalau perahu menabraknya dengan bagian depan atau belakang

perahu itu tidak terlalu masalah, hanya saja peserta bisa terhentak keluar perahu.

BAB VI

TEKNIK PENGARUNGAN

RIVER RUNNING SYSTEM

System pengarungan ini biasanya diterapkan pada pengarungan sungai yang berklasifikasi tiga atau lebih. Diusahakan

dalam satu pengarungan diturunkan minimal dua atau lebih perahu, maksudnya perahu yang satu dengan yang lain saling menjaga.

Cara ini juga merupakan suatu persyaratan dalam melakukan suatu ekspedisi di sungai-sungai yang dianggap berbahaya. Tetapi kalau

sungai berklasifikasi tiga dan sudah sering diarungi atau sudah dikenal benar karakternya, maka sungai itu bisa diarungi dengan satu

perahu, tetapi di dalam perahu harus ada satu orang atau lebih sebagai rescuer.

Dalam suatu pengarungan ada dua perahu yang mempunyai peranan penting, yaitu :

1. PERAHU PERTAMA ( LEAD BOAT )

Page 18: Materi Dasar Rafting

Perahu ini dikemudikan oleh pemandu yang cukup bagus karena pemandu ini mempunyai tugas untuk menjaga perahu

yang ada di belakangnya. Bila perahu mengalami kecelakaan atau ada peserta yang jatuh, pemandu ini biasanya sudah cukup mahir

melakukan penyelamatan meskipun peserta yang ada di dalam perahu sendiri yang terjatuh. Pemandu itu sendiri sudah mampu dengan

cepat melakukan penyelamatan.

2. PERAHU TERAKHIR ( SWEEP BOAT )

Perahu ini dikemudikan oleh pemandu yang terbaik dan pemandu ini juga disebut trip leader. Trip leader memimpin pengarungan. Ia

bertanggung jawab atas semua kejadian atau masalah-masalah yang terjadi dalam pengarungan. Pemandu ini pula yang membawa

semua peralatan penting dalam pengarungan, seperti pompa, kotak PPPK, repair kit dan sebagainya. Peralatan yang lain, seperti rescue

kit dan dry bag harus dibawa oleh masing-masing pemandu. Maksud dari sweep boat harus membawa peralatan itu adalah karena

pemandu sweep boat adalah perahu terakhir, jadi kalau ada masalah, misalnya perahu kempes atau bocor, ada peserta yang terluka

diperahu yang lain dan

sebagainya, perahu yang menghadapi masalah dapat menunggu perahu terakhir karena peralatan ada di perahu terakhir.

Kalau peralatan ditempatkan di perahu yang lain dan ada masalah dengan salah satu peserta, maka perahu terakhir akan kesulitan

untuk mendapatkan atau memberikan pertolongan kepada peserta tersebut karena harus mengejar perahu yang membawa peralatan

yang diperlukan.

atau ada peserta yang jatuh, pemandu ini biasanya sudah cukup mahir melakukan penyelamatan meskipun peserta yang ada

di dalam perahu sendiri yang terjatuh. Pemandu itu sendiri sudah mampu dengan cepat melakukan penyelamatan.

SALING MENUNGGU

Maksud dari saling menunggu adalah untuk memastikan bahwa perahu yang di belakang ada yang menjaga. Dalam suatu

pengarungan sungai yang belun pernah diarungi atau suatu ekspedisi, harus selalu berhenti sebelum jeram untuk scouting dan

merencanakan pengarungan dan berhenti pula di sesudah jeram untuk menjaga perahu yang lain yang akan mengarungi jeram tersebut.

Biasanya pemandu yang menjaga ini akan mnghentikan dan menambatkan perahunya di tepi sungai, kemudian mengambil peralatan

penyelamatan dan mencari tempat untuk menjaga keamanan perahu yang akan mengarungi jeram. Begitu pula dengan perahu yang

lain, bila telah melewati jeram, selalu melakukan hal seperti itu.

BAB VII

KOMUNIKASI

KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam melaksanakan kegiatan pengarunagan sungai, baik untuk mencegah

kejadian yang tidak diinginkan ataupun mengatasi sutau kejadian yang telah terjadi.

Ada beberapa hal yang dapat dipakai untuk berkomunikasi, seperti :

1. Suara yang besar dan lantang.

2. Pluit/whistle/siulan.

3, Signal ( hand signal atau dengan peralatan lain ).

Untuk dapat menggunakan signal-signal tersebut di atas, harus ada hukum atau patokan yang sama bagi setiap anggota

team. Hukum atau patokan signal tersebut haruslah mudah dilakukan dan mudah dimengerti.

Sesuai dengan pedoman buku-buku rescue atau penyelamatan dan perkembangan ilmu rescue, signal-signal itu berbeda-

beda. Yang penting, signal dapat dimengerti oleh semua anggota team. Jadi ada kemungkinan signal tidak dimengerti oleh team lain,

atau team yang satu tidak mau signalnya diketahui oleh team yang lain.

Page 19: Materi Dasar Rafting

Contoh Pluit Signal ( Whistle ) :

Bunyi pluit satu kali berarti perhatian.

Bunyi pluit dua kali berarti go ( mulai atau melanjutkan perjalanan ).

Bunyi pluit tiga kali berarti need help atau butuh pertolongan. Semua pemandu yang mendengar signal ini harus berhenti dan

menambatkan perahu, kemudian mendatangi tempat pluit berbunyi dengan membawa peralatan penyelamatan ( rescue kit ).

Dalam mengunakan sehari-hari hand signal tidak berfungsi kalau tidak diawali dengan signal pluit atau suara keras, karena tidak mungkin memberikan hand signal kepada orang yang tidak melihat.

Contoh beberapa bentuk Hand Signal :

Stop

Page 20: Materi Dasar Rafting
Page 21: Materi Dasar Rafting

BAB IX

RESCUE

A. SELF RESCUE

Di samping pemandu harus menguasai self-rescue, peserta pun harus dibekali dengan teknik penyelamatan diri sendiri

( self rescue ). Jadi setiap peserta harus memiliki kemampuan self rescue sebab sebelum diselamatkan atau menyelamatkan orang lain,

dia harus bisa menyelamatkan diri sendiri dahulu.

Satu cara yang paling tepat untuk menyelamatkan diri di sungai adalah dengan berenang yang baik dan benar sesuai dengan situasi air.

TEKNIK SELF RESCUE

1. CARA BERENANG DI JERAM :

Berusaha tetap tenang.

Berenang gaya punggung ( tengadah )

Page 22: Materi Dasar Rafting

Kaki diangkat ke permukaan air.

Kaki di depan ( hilir ).

Pandangan ke hilir.

Tangan ke samping digerakkan ( dikayuhkan ) untuk berenang ke tempat yang akan di tuju ( guiding ).

Putar kepala ke kanan atau ke kiri kalau ada ombak ( agar air tidak masuk ke hidung ).

Bernafas di lembah gelombang.

2. CARA BERENANG DI OMBAK

Pada waktu berenang usahakan untuk berenang ke pinggir sungai atau ke eddy terdekat dan hindari hole atau rintangan,

seperti pohon tumbang dan lain sebagainya.

3. CARA BERENANG DI HOLE

Di dalam hole ada beberapa faktor yang membentuk hole tersebut. Misalnya, ada bagian air jatuh dengan permukaan deras,

ada air berputar ( sirkulasi ) dan ada arus deras di dasar hole. Jadi kalau kita masuk di hole, maka kita harus berenang sebagai berikut :

a. Berenang biasa mencari permukaan air jatuh.

b. Setelah terasa di air yang jatuh badan dibulatkan, lutut dan dagu bersatu dan tangan memegang lutut.

c. Setelah merasa berada di arus deras di bawah sirkulasi, berenang kembali menuju permukaan.

4. CARA NAIK PERAHU SETELAH JATUH DARI PERAHU

Pegang ring atau tali yang ada di sisi perahu dan hentakkan badan ke atas perahu. Atau dengan cara memasukkan bagian

badan dan kepala ke dalam air terlebih dahulu, kemudian hentakkan badan ke atas perahu. Cara ini adalah cara yang paling baik

karena gerak hentakan akan lebih kuat dan panjang.

6. BERENANG KALAU ADA HALANGAN ( LOG )

Di sungai biasanya sering terjadi suatu hal di luar dugaan, misalnya ada kayu tumbang melintang di sungai. Dalam hal ini

kita harus bisa :

Berenang menghindari kayu ( halangan ).

Stop sebelum mencapai kayu tersebut.

Berenang di atas kayu tersebut.

B. PERAHU TERBALIK

Hal ini dapat terjadi karena sumber daya manusianya yang kurang memadai atau bisa juga karena kondisi jeramnya yang

cukup besar. Dalam kondisi perahu terbali, untuk mengembalikannya kembali ke posisi semula dilakukan dengan cara :

Orang terdekat dengan perahu berusaha naik ke atas perahu.

Mengaitkan carabiner yang ada di flip line pada bagian perahu (D-ring).

Kemudian berdiri di atas tabung pada sisi yang berlawanan dengan D-ring yang dikaitkan flip line.

C. PENGGUNAAN TALI LEMPAR ( THROW BAG )

Tali lempar adalah sesuatu yang terpenting dari peralatan-peralatan penyelamatan Adapun tali lempar dapat difungsikan

dalam banyak hal dalam melakukan kegiatan penyelamatan, seperti menolong orang yang hanyut atau perenang ( penyelamatan

peserta ), atau penyelamatan peralatan, seperti menyelamatkan perahu wrap, perahu tertahan di hole, perahu hanyut dan lain

sebagainya.

Page 23: Materi Dasar Rafting

Cara-cara melempar tali lempar ada tiga, yaitu :

1. Melempar dari atas

Cara ini biasanya dipakai untuk menyelamatkan korban yang cukup jauh, karena lemparan seperti ini akan menghasilkan

lemparan lurus dan kuat (lemparan cukup jauh), dengan cara mengambil ancang-ancang beberapa langkah atau sambil sedikit berlari

dengan ayunan lemparan dari belakang atas ke depan.

2. Melempar dari samping

Cara ini biasanya digunakan untuk menolong perenang lebih dari satu, seperti kalau perahu terbalik atau wrap dan peserta

akan hanyut, pada saat ini teknik lemparan ini dipakai karena terjatuhnya tali ini tidak akan lurus melainkan membentuk gelombang-

gelombang.

3. Melempar dari bawah

Cara ini biasanya digunakan untuk menolong korban yang tidak terlalu jauh, karena lemparan ini akan akurat apabila

dilemparkan tidak terlalu keras. Bila lemparan dari bawah ini di lemparkan dengan keras, maka sering terjadi lemparan melambung ke

atas dan terjatuh tidak jauh dari si pelempar.