masyarakat muslim makassar:

83
MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi tentang Pola-pola Integrasi Sosial antara Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang Oleh Nurman Said NIM: 973083/SJ DISERTASI .. Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Dok.tor dalam Ilmu Agama Islam· YOGYAKARTA 2007 MILIK PERPUSTAKAAN j lTE-r K.\ll.t JA l NO.INV <::eooo 's<{I rl I @. '6r-·1 TANGGAL:

Upload: hoangxuyen

Post on 30-Dec-2016

231 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi tentang Pola-pola Integrasi Sosial antara

Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang

Oleh Nurman Said

NIM: 973083/SJ

DISERTASI ..

Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Dok.tor

dalam Ilmu Agama Islam·

YOGYAKARTA 2007

MILIK PERPUSTAKAAN P>~CASAllJANL j lTE-r ::·~AN K.\ll.t • JA l

NO.INV <::eooo 's<{I rl I @. '6r-·1 TANGGAL:

Page 2: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

PERNY ATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nam.a NIM Jenjang

: Drs. Nurman Said, MA : 973083/83 : Doktor

menyatakan, bahwa disertasi ini secara keseluruhan adalah basil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sum.hem.ya.

Y ogyakarta, S September 2007

/

ii

Page 3: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

DEl'ARTEMEN A<iAMA

llNl\'ERSITAS ISLAl\1 NEGERI Sl'NAN KAUJAGA

PROGRAM PASCASAIUANA

Promotor Prof. Dr. H. Sunyoto Usman ( )

Pro motor Dr. H. M. Thoha Hamitn ( )

v

C:\Data\S3\nut:i dim1s\Tl>k.rtf

Page 4: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

NOTADINAS

Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

.Assalamu 'alaikum wr. wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap

naskah disertasi berjudul:

MASY ARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi tentang Pola-pola lntegrasi Sosial antara

Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang

yang ditulis oleh:

Nama NIM Program

: Drs. Nurman Said. M.A. : 973083/83 : Dok.tor

sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 10 Maret 2007, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke program pascasrjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Dok.tor (83) dalam rangka memperoleh gelar Dok.tor daJam

bidang Ilmu Agama Islam.

W assalamu 'alaikum wr. wb.

VI

Page 5: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

NOTADINAS

Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Assalamu 'alaikum wr. wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul:

yang ditulis oleh:

Nama NIM Program

MASY ARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi tentang Pola-pola Integrasi Sosial antara

Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang

Drs. Nurman Said, MA 973083/S3 Doktor

sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 10 Maret 2007, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam

Wassalamu 'alaikum wr. wb.

Y ogyakarta, 4 September 2007

Vil

Page 6: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

NOTADINAS

Assalamu alaikum wr. wb.

Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan K.alijaga Yogyakarta

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul:

MASY ARAKAT MUSLIM MAKASSAR: (Studi tentang Pola-pola Integrasi Sosial antara Muslim Pagama

dan Muslim Sosorang)

yang ditulis oleh:

Nama NIM Program

: Drs. Nurman Said, MA : 973083/83 : Doktor

sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 10 Maret 2007, saya bependapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan K.alijaga Y ogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam.

Wassalamu alaikum wr. wb.

Vlll

Y ogyakarta, 1 Juni 2007 Pro~ota Penilai,

Thoha ~:im, Ph.D.

Page 7: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

NOTADINAS

Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Assalamu 'alaikum wr. wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul:

yang ditulis oleh:

Nama NIM Program

MASY ARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi tentang Pola-pola Integrasi Sosial antara

Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang

: Drs. Nurman Said, MA : 973083 : Doktor

sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal l 0 Maret 2007, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (83) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang

Ilmu Agama Islam

Wassalamu 'alaikum wr. wb.

Yogyakarta, 28 Agustus 2007

lX

Page 8: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

NOTADINAS

Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Assalamu alaikum wr. wb.

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul:

yang ditulis oleh:

Nama NIM Program

MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi teotang Pola-pola Integrasi Sosial aotara

Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang

: Drs. Nurman Said, MA : 973083 : Doktor

sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 10 Maret 2007, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (83) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam

Wassalamu alaikum wr. wb.

Yogyakarta, 28 Agustus 2007

Anggota Penilai,

f. Dr. H. Djam'annuri, MA

x

Page 9: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

NOTADINAS

Kepada Yth., Direktm Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Assalamu 'alaikum wr. wb.

Disampaikan dengan honnat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul:

yang ditulis oleh:

Nam.a NIM Program

MASY ARAKAT MUSLIM MAKASSAR: Studi tentang Pola-pola lntegrasi Sosial antara

Muslim Pagama dengan Muslim Sossorang

: Drs. Nunnan Said, MA : 973083 : Doktor

sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal l 0 Maret 2007, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Agama Islam

Wassalamu 'alaikum wr. wb.

Yogyakarta, 28 Agustus 2007

Anggota Penilai,

~~ Drs. Yudian Wahyudi, MA, Ph.D

Xl

Page 10: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

;;.< -· -·

<?

.r~

s: ·r

~ ·~

{ ~

~ ~ ~

r ~

.r: (..

~ .c.

-<:;

-~ ~);

&.)

;r: ~~v

r G

~ ~§

t: t·

~·...:

.. .

{ ei

~ -

<;..

("'

l-!

"l.

·C.

l.-t'"

~

1:-~

s::.

t: ~

l:..

\. •

i .!

-.e

· ~

--

1: }

-l

" -t

c:.

t ·t'

~.:..

\-~

(: •l

t -

. ~. ~1-~·

't

( ".

r ~ r f

~ i

". -

i ~

' C

-•

• r: ~

c-. ~·

~ t.'

~.

·-~

1. ~· ~ l '

1 k-

G

)._

c;

' ..

".

-.

~

t:"

• •

~t~.;-tft'

1{ ..

~ t1

~ ..

~1··

.t

i ~

~ $

· s::.

<i•

.. \.

c_.

~ r:

~· \;.

f:'

~ fe

, 1

'"'

~ t.

';t;

,.

~

Ll-.!

~

c. Q

r'

• 1

1e,t

i!it

f ~i~iii'~

v -

f c.

-"-·

~

'°T.c

.. t!

~ "-

t-1

®

~

~ i.

t ~-

~ f 1

~ {

~ 1 ~

rt. £

~ {

I '

t l:

·t'

~ L~ -

~c;.:

\.~

oi !

C:.

J;. '\T

l ~Q

~ f

1' ~

t ·~·

f. ¥:.

~ r

-i-

~ ·t;

f

\: -i

~: C

.·-.!

~ .•

. J,

. .c

-1

J: J

;t

(;_

--

'\T

(;_

t'"

-""

.

'f -

.IC"'

••

·-

• -

·~ ~

(:

{ ~

• ~

C-

_:.

. ~ i ~

· [• ~

\: \: ~

t:-

r t:[~~t1f~ r~·

~ ·b'tr~~~.

~· r -~ ~

-.c.

.t c

. •.

1 ·~

c. e

:&·

r ~

.\ ~ 1

i l r

~ ~ i ~

r &·

t s

} t ~

~

~ 11

· .

t;..

. --c.

C

\. L

-~·

t~ +

~· ~

1...

1 t-

1 .~

1 {

~f ~

.:. (

~ ~ ·

t' t

l ·~

~·. ~

~ 1

r ·~

-_

-.!

·~ x

1.. ~

s: f

C-

t.

"t f'

\-~

·~ f

Zr ~

~ t ~ ~ ~

~ \;;,

f.

\. ·t

f;

1 &· ~

~ ~

~ ('<

' ~ ~

§ ~

~ ~

fl.

r 1

~ ~·

r 'l

l ~·

.~

·-

~ &·

" ,f:

f

~ t'

lt..

~ 'f

ci ~

~ ~ J

l >

'-

..,

'"" ~.

f.

-. .

. .

~ ~

-i..

1 ~ ~

.. t:!. f" ~

C.· \

Page 11: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

9-\; <J pagama r-1-- ~ ¥1....;;:.,.'JI U')\.JI 0i Jl ~ ~\ l.il ~

~ r~ <,?..ill ~./~1 ¥1....:>.-'JI oW :W>l.i 4l'J,) ~_ri 9-t r:;-- sossorang r-1--J

~fi ~l_,AJI ~I; J l..y.. ~ 4'1.,AJI U')\.JI Y. .r"~· ~I...;;:.,. 'JI J ~IJ .:>l)\rl

~I <J _pv y. W"' <$.r"LS:il ~ 4ilj o..b-} ;_,,-)rl (.JJ ·.r"lS:.,. ~ ..b-IJ

~ ~,)~'JI olJW.1 ..,..t....i Js- o_,>-\rl (.JJ Js- ..L,;aall parailcatte <,?~I

.~_,All ¥1....;;:.,. 'JI r:;--WI ~I; ~I~ ~ .r"lS:.,. j.Ai j.-.- ~~'JI or )r4 J Jfal

J1 J~ sossorang ~J pagama ~ ~ ~..UI ..:.i~WIJ ~Lil.I JI.:-- J')b:.I

~I j>-1.:i ~..UI ~I .~I J ~I ~ ft-!. <,?.ill ¥\....:>..'JI ~\.Jal.i.,:J.I ~ U')\.JI

J} ~ 4/t....;;,,. 'JI j _,;jl Jl ~ 4/1....;;:.,. 'JI ,) J..b- ~,.ul Jl o J jlJ ~I Jl ~

~b.:t ~\fl Js- ut... Jl.;t'l ~..UI ~\J-JIJ r-:'°WI J';i.::.:.'JI rl.;>-'l ~WI .~I

r1-9 ~ l>l .r"lS:... ~ J) ~ ~_#I ¥1....;;:.,.'JI ~l.i')\.JI .or-:-11 ~'JJ~I Jl

,fa_ ~_ri ~\j <J sossorang r-1- ,)l)i ~J ~\j <J sossorang r-1-J pagama

(pangngadakkang) ~1.)WI ..,..t....i Js- WI ¥1....;;:.,. 'JI ~\J.-11 Jl \j )i; l~l ~

~Ip ~..UI ~Yo J ~bWI ~Yo i:>i Js- J--'l ~I l.i.J. ·rA'-:>- <J L... ~ ~i <,?.ill

~1f"'i r:;-- ~r-5' r~'il J~1 ·.)""'~· <.i"~'il ~ ~.,Ji ol:>- <J ~

j.Ai ol:>- <J r+f41 rjA ~.,-11 ¥1....;;:.,.'JI ~1.:iw4 ~}I ~l}I ~ pangngadaklcang

~\J-31 4J _} Jl I~ <)-1 \.i,,. <J I*') J ~I ,)l)i ~ j.-.- ~_,JI .r"lS:.,.

0-al.!... .~..UI r-:'°l.All J';i.::.:.I Jl ~\ ~ ~ u; }I ~1.rJI ~ o ~I ¥I....:>.. 'ii ~~WI (.lyi ~ r:;-- ~,au; i:>i ,fa_ .r"~ ~~'JI ~I ~ ~}I ~l_;ll

.~..UI ~.)~)'I oljWIJ ';ye\11 o'lJ oy.ij ,apW'JI U..uJ.IJ ,14.il.,AJI ~ ,¥~'/I

Jl sossorang r-1--J pagama r-1-- L@ ~I ':J5 JJbJ ..::J~WI e..1;\11 o.l. ~ y.

·I*'=! e:_il}I J';i.::.:. "jl ~l.-

xm

Page 12: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

Title of Dissertation

Writer Student Number

ABSTRACT

: The Muslim Community of Makassar: A Study on the Patterns of Social Integration between Pagama Muslims and SOssonmg Muslims

: Nurman Said : 973083/83

This study aims at illustrating the relation between religious understanding and its implementation ifi ofie side attd the patterns of social integratiofi among the muslim community of Makassar that is between those who are categorized true muslims known as pagama and those who do not consistently practice Islamic teachings known as sossorang (nominal) muslims in the other side. Exploring this social-religious phenomenon, this study tries to gather information regarding the position of the religious understanding and its practices as exposed in the daily life of the people of Makassar as significant data needed by the writer to be able to identify the nature of their religious accomplishment as muslims. Working on this matter, the writer tries to examine the tendencies of social inclination of each group regarding their religious understanding and its implementations or practices as manifested in the patterns of social integration between the religious muslims (pagama) and the nominal one (sossorang). Technique of colJecting data was done through both observation and interview. Information collected through observation was done either by taking part in certain social activities carried out by the community known as participant observation or by observing the processes of social integration of the community without being involved in the activities. In addition to this technique, the researcher conducted depth interview with numbers of respondents, most of which were purposively selected from researched community and some others with several informants who understand the nature of social life of the people of Makassar. All collected data were analyzed by applying functional theory assuming community as an organism where each social unit has its own function in the community and has to support each other on the basis of social consciousness of mutual assistance. As religious-social study, this research made use of several academic approaches namely theological, historical, and social approaches. Theological or religious approach was used to understand the tendency of religious understanding and practices of the community as the fundamental element in the life of the people ofMakassar. Historical approach was used to understand the reality of the religious-social behavior of the people of Makassar as historical facts closely related with the dynamic of the social life in accordance with the dynamic of human's life. Sociological approach was used to understand the religious behavior of the community of Makassar as social expression of their social life.

The Conclusion of this research indicates that integrative-social relations between the religious muslims (pagama) in one side and the nominal muslims (sossorang) in the other one indicates the necessity of fostering social integration among the Makassar as the manifestation of their cultural system through which every individual and group in the community of Makassar have to maintain harmonious relations among their fellow ethnic based on the sense of brethren as one big family of Makassar as explicitly stated in the Makassar term parailcatte supported by the sense of brotherhood based on the

Page 13: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

likeness or the uniformity of their faith as muslim known as ukbuwwab Jslimiyab (lslamie brotlierliOOO) liavc Made the MW.ssat as one oomMwiiy who bave a very strong sense of social solidarity among them. The different tendencies of religious understandings and practices employed by the pagama muslims in one side and the sossorang Muslims iii am.otbtt sidt has oomribUted to the polarit.ation of social telatioii between them in their social life. Fanaticism of religious group in the community of Makassar has promoted the tendency of exclusivism which in tum may lead to the process of improving social discrepancy among different groups in the respected community. The spirit of tolerance needed to enable each member of the community to accept and respect different religious understanding and practices based on Islamic teachings has not been fully implemented in their social life and therefore need to be introduced to them continuously and systematically. The social relation coloring the interaction between the pagama muslims and the sossorang one or between the same member of respective groups has to be seen as the expression of their commitment to implement their cultural system known as panngadaklrang that bas been rooted deeply in their social life. This research implies that both cultural identity and religious identity complement and strengthen each other in everyday life of the people of Makassar. The acceptance of Islam as an integrated component of panngadakkang in addition to the commitment to the tradition practiced by the Makassar from one generation to another in their daily life have made the individuals as well as the social groups of this sub-ethnic group of the Bugis able to develop social activities on the basis of strong social solidarity among them regardless their different inclinations of religious understandings and

. practices. Social solidarity that bas strongly tied the relations among different groups in the muslim community of Makassar bas manifested in various patterns of social integration among them covering kinship pattern, economic interdependency pattern, patron-client pattern, and the resemblance of Islamic faith. Both groups, the pagama muslims and the sossorang muslims have tried to accept and respect each other regardless their different religious understandings and practices by making use of these patterns of social integrations.

.. I

Page 14: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Penulisan Konsonan

\ : a ,) :d JI> :4 !\ :k

~ :b ~ : dz j, : ~ J : I

~ : t ) : r ~ : ~ ~ :m

~ : ts j :z t . ' iJ :n . .

[. :j "" : s t : gh J :w

c. : Q. J' : sy J : f _,. :h

t : kh ,.,,, : ~ J :q -. . , .

~ :y

2. Penulisan Vokal Panjang dan Diptong

a - a panJang 1- au

i .

panjang , -= 1 jl • u

ii panjang ~I-.

- u a1

XIV

Page 15: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

AG AGH BPS DDI Dg. DVI1I DPR DPRD Dr. G GH Golkar GUPPI H HMI IA1N ICMI IMM IMMIM IRM K. KPSI K.H. Lk. M M.Ts. MA MAI MI MPR MUI NU Pr. Prof. PTAI RK RT RW saw SI STAI STAIN Sulsel swt

DAFfAR SINGKATAN

Anre Gurutta (Bugis); Anrong Gunmta (Makassar) Ann Gunilla Haji (Bugis); Anrong Gunmla Haji (Makassar) Badan Pusat Statistik Damd Dakwah wal Irsyad (Arab: Dir al-Da'wah wa al-Irsyid) Daeng Dami Islam/f entara Islam Indonesia Dewan Perwakilan Rakyat DeWaD Perwaldlan Rakyat Daerab Doktor Gurutta (Bugis); Gurunta (Makassar} Gurutta Hiiji (Bugts); Gunmta Haji (Makassar) Golongan Karya Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam Haji Himpunan Mahasiswa Islam Institut Agama Islam Negeri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia lkatan Mahasiswa Muhammadiyah lkatan Masjid M~lah Indonesia Muttahidah Ikatan Remaja Muhammadiyali Kiyai Komite Penegakan Syari'at Islam Kiyai Haji Laki-laki Masehi Madi'a$8b Tsanawiyah Madrasah Aliyah Madrasah al-' Arabiyah al-Is18miyah MadtiiSali lbtidaiyah Majelis Permusyawaratan Rakyat Majelis Ulama Indonesia Nahdattil Ulama Perempuan Professor l>erguruan Tinggt Agama Islam Rukun Keluarga Rukun Tetangga Ruktiii Warga ~alli allib alaib wa sallam Syarikat Islam Sekolah Tiiiggi Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sulawesi Selatan su~iiiiiiliu wa ta'ilii

xv

Page 16: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

TKA Taman Kanak-Kanak Al-Qur'an 1NI Tenmra NasiOnaI Indonesia TP A Taman Pendidikan Al-Qur'an UIN Universitas Islam Negeri UMI Universitas Muslim Indonesia Unhas Universitas Hasanuddin YKSS Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan

XVI

Page 17: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang

telah memberikan kekuatan kepada penulis sehingga bisa merampungkan karya tulis ini

untuk. diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dalam rangka memenuhi

syarat memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Agama Islam. Tanpa izin-Nya, usaha

penulis untuk merampungkan karya ilmiah ini tidak akan bisa terwujud. Salawat dan

salam tidak lupa pula penulis persembahkan kepada Rasulullah Muhammad saw atas

jasanya yang tidak ternilai dalam berusaha memberikan pencerahan bagi umat manusia.

Penulis sangat menyadari makna kehadiran beliau dalam sejarah umat manusia

khususnya dalam mendorong peradaban yang bersendikan ilmu pengetahuan.

Proses penulisan disertasi ini berikut berbagai tahapan kegiatan yang

menyertainya menghabiskan waktu yang cukup lama. Keterlibatan sejumlah pihak

dalam mendukung setiap usaha penulis, mulai dari pelaksanaan studi awal, penulisan

proposal penelitian, studi pustaka, penelitian lapangan untuk. menghimpun data yang

diperlukan, analisis, penulisan laporan basil penelitian hingga penyuntingan dalam

format disertasi, penulis rasakan sebagai anugerah yang sangat berharga. Tanpa bantuan

sejumlah pihak yang memberikan dukungan kepada penulis niscaya disertasi ini sulit

terwujud. Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan disertai

ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. H. Sunyoto Usman yang telah

menuntun dan membimbing penulis merambah wilayah kajian yang pada awalnya

penulis rasakan seperti belantara yang sangat asing. Kesediaan beliau meluangkan waktu

yang sangat berharga untuk membimbing berikut kesabaran dalam menuntun penulis

xvn

Page 18: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

dalam melakukan penelitian, menganalisis data, dan menulisnya dalam bentuk disertasi

telah memberikan pelajaran sangat berharga bagi penulis dalam memasuki dunia

akademik yang meniscayakan ketekunan dan kemampuan intelektual yang memadai.

Tidak kalah pentingnya, bimbingan yang sangat berharga penulis dapatkan dari Dr. H. M

Thoha Hamim yang dalam banyak hal lebih memposisikan diri sebagai teman berdiskusi

sambil mengasah kepekaan intelektual penulis agar bisa melaksanakan penelitian

kemudian menuliskannya dalmn bentuk karya ilmiah seperti dalam bentuknya sekarang

ini sungguh-sungguh merupakan pengalaman sangat berharga bagi penulis yang tidak

mungkin bisa dilupakan. Kepada keduanya, penulis menyampaikan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya diiringi doa semoga amal beliau diberi pahala bertipat ganda oleh Yang

MahaKuasa.

Dukungan yang tidak temilai dari Pimpinan Fakultas Ushuluddin IAIN, kini UIN,

Alauddin berturut-turut Ors. H. Nihaya M., M. Hum., Prof. Dr. H. Hamka Haq, MA.,

Prot Dr. H. M. Galib M., MA., Dan Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. serta segenap

kawan-kawan penulis yang terdiri atas staf pengajar dan karyawan di lembaga

pendidikan ini memberikan kekuatan yang luar biasa kepada penulis untuk

merampungkan studi program doktor dengan baik. Nam~ setumpuk aktivitas

institusional dan kemasyarakatan berikut "kelalaian" penulis dalam memanfaatkan waktu

secara baik menyebabkan usaha merampungkan studi terbengkalai hingga nyaris

berujung pada kegagalan. Penulis merasakan hal ini sebagai "dosa institusional"

terhadap pimpinan Fakultas dan kawan-kawan di tempat penulis bekerja. Karena itu

penulis ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan terima kasih

berikut permohonan maaf karena mungkin telah "mengecewakan" mereka. Hal yang

sama penulis sampaikan pula kepada seluruh kawan di UIN Alauddin yang tidak pemah

XVlll

Page 19: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

berhenti memberikan dorongan kepada penulis agar terus berusaha mengupayakan

langkah-langkah penyelesaian studi.

Penulis ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan penghargaan

disertai ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. H. Abel. Muin Salim yang

saat menjadi rektor tidak hanya memberikan izin tetapi juga memberikan dukungan yang

sangat berharga sehingga memungkinkan penulis bisa menempuh pendidikan jenjang

doktor (SJ), suatu kesempatan yang demikian berharga bagi setiap orang yang menjalani

kehidupan di dunia akademik. Tanpa dukungan beliau, penulis sulit membayangkan

apakah bisa sampai pada tahapan pendidikan seperti sekarang ini. Ungkapan yang sama

pula penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Azhar Arsyad, MA yang dalam masa

kepemimpinan beliau tetap memben"kan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan studi yang telah penulis jalani meski telah mengbabiskan waktu yang

relatif lama.

Ketika melakukan penelitian, penulis bertemu dengan sejumlah orang baik

sebagai pribadi maupun dalam kapasitas mereka sebagai pejabat yang demikian tulus

memberikan bantuan tidak temilai guna melancarkan usaba pengumpulan data guna

mendukung proses penulisan disertasi ini. Tanpa bantuan mereka penulis pasti akan

menghadapi kesulitan dalam usaha menghimpun data dan akibatnya sangat mengganggu

proses penulisan disertasi ini. Penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih

sebesar-besamya kepada kepala dan staf perpustakaan yang sering penulls kunjungi

untuk membaca buku-buku baik yang berkaitan dengan teori-teori ilmu sosial yang

berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, maupun buku-buku serta dokumen

lainnya yang memuat informasi awal yang penulis butuhkan sebagai bahan untuk

memperoleh gambaran awal menyanglrut latar belakang serta kondisi masyarakat yang

XIX

Page 20: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

menjadi obyek penelitian. Karena itu penulis patut menyampa1"kan ucapan terima kasih

kepada Kepala beserta Staf Perpustakaan Abdul Rasyid Daeng Lurang, Sunggwninasa,

Gowa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk membaca sejumlah

koleksi mereka yang berkaitan dengan masyarakat Sulawesi Selatan. Hal yang sama

penulis ingin sampaikan pula kepada pengelola Balai Penelitian Sejarah dan Budaya

Sulawesi Selatan yang setia melayani keperluan penulis tatkala membutuhkan dokumen

yang berkaitan dengan penelitian ini. Tidak. lupa pula penulis menyampailcan terima

kasih kepada Kepala beserta Staf pada Perpustakaan Wilayah Sulawesi Selatan yang

cukup membantu penulis dalam memenuhi kebutuhan literatur yang mendukung

penelitian dan penulisan disertasi ini. Tentu saja tidak. bisa penulis lupakan jasa Kepala

serta Staf Perpustakaan UIN Alauddin Makassar yang senantiasa memberikan

kemudahan kepada penulis setiap saat membutuhkan buku atau dokumen lainnya yang

penulis butuhkan guna memperlancar proses penelitian dan penulisan disertasi ini.

Penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terlma kasih kepada Kepala beserta

semua staf Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atas pelayanan yang tutus

kepada penulis setiap saat membutuhkan literatur baik untuk kepentingan pengembangan

wawasan keilmuan maupun dalam rangka penulisan disertasi ini. Hal yang sama pula

penulis sampaikan kepada pengelola Perpustakaan Program Pascasarjana UIN Sunan

Kalijaga yang telah memberikan pelayanan yang sangat berharga bagi penulis, baik

ketika masih bergumul dengan tugas-tugas kuliah maupun pada saat menulis disertasi ini.

Semoga pelayanan yang tutus dari mereka mendapat imbalan yang setimpal dari Allah

swt.

Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih tidak terhingga

kepada Pimpinan Departemen Agama RI yang menyediakan beasiswa tennasuk bantuan

xx

Page 21: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

penulisan disertasi yang telah membantu penulis mengatasi sebagaian kesulitan biaya

yang secara umum menjadi problema krusiat bagi mahasiswa Program Pascasarjana.

Tanpa dukungan beasiswa berikut bantuan penulisan disertasi dari Depatemen Agama RI

tersebut, penulis pasti menghadapi kesulitan dalam menekuni dan menyelesikan program

studi jenjang doktor ini.

Penulis menyampaikan penghargaan disertai ucapan terima kasih sebanyak­

banyaknya kepada Rektor UIN Sunan Kalijaga beserta seluruh unsur pimpinan clan staf

lembaga pendidikan tinggi ini atas semua k.ebaikan yang telah di"berikan kepada penulis

sejak menjalani kuliah sampai saat menempuh masa-masa sulit merampungkan disertasi

ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang sama pula penulis sampaikan kepada

Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga beserta segenap unsur pimpinan clan

staf institusi ini atas segala bantuan pelayanan yang diberikan guna mendukung upaya

penyelesaian studi penulis.

Usaha untuk menuntaskan program studi jenjang dok.tor yang penulis jalani pada

Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga tidak dapat dilepaskan dari dukungan dari

sejumlah pribadi yang tidak mungldn bisa disebutkan seluruhnya pada kesempat.an yang

sangat terbatas ini. Sejumlah nama yang patut disebutkan di sini lantaran jasa mereka

yang demikian besar bagi penulis dalam menyelesaikan studi jenjang doktor pada

Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga yakni Prof. Akhmad Minhaji, Ph.D. yang

tidak hanya memberikan dorongan bagi penulis untuk menuntaskan studi yang ftyaris

terhenti, tetapi juga telah menjadi host bagi penulis saat-saat awal berada di Yogyakarta

untuk menempuh pendidikan jenjang 83, Dr. Atiandi Mochtar yang senantiasa

memberikan petunjuk dan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan studi,

Muhammad Shabri AR yang menjadi teman berdiskusi dalam memperluas wawasan

akademik, baik pada saat masih menjalani kuliah maupun pada saat menulis disertasi ini.

XXl

Page 22: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

Hal yang sama penulis sampaikan kepada M. lrfan yang selalu siap memberikan bantuan

setiap saat penulis membtituhkannya. Jasa-jasa mereka tidak mungkin penulis lupakan.

Semoga mendapat imbalan berlipat ganda dari Allah swt.

Dukungan tidak ternilai bagi penulis datang dari kedua orangrua tercinta.

Kesabaran dalam mendidik dan membesarkan penulis sehingga tumbuh menjadi manusia

dewasa, sangat menentukan perjalanan akademik hingga sampai pada jenjang pendidikan

83. Dukungan doa yang tidak pemah putus dari ibunda Hj. Maryam Abady serta

ayahanda Muhammad Said menjadi "energi" yang sangat kuat dalam membangkitkan

semangat penulis untuk memasuki dunia akademik dengan berbagai problematika yang

ada di dalamnya. Dukungan doa mereka sungguh-sungguh memberi kekuatan bagi

penulis saat "berjuang" menaldukkan berbagai kendala yang merintangi usaha

penyelesaian studi jenjang S3. Dukungan yang sama datang dari ibu menua penulls Hj.

Marwah yang senantiasa memberikan semangat berikut doa yang tidak pemah putus.

Penulis merasa sangat beruntung memiliki keluarga yang memiliki komitmen luar biasa

dalam mendukung perjalanan akademik penulis yang tidak hanya datang dari orangtua

penulis di atas, tetapi juga dari saudara-saudara penulis. Semoga Allah swt. membalas

ketulusan hati mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Last but nt>t the least, penulis ingin mengungkapkan "kebanggaan" menjadi

suami dari istri tercinta Rahmatiah Raut: serta menjadi ayah dari tiga buah hati tersayang

masing-masing Emily Nur Saidy, Hamdy Nur Saidy dan Humaidy Nur Saidy yang telah

menunjukkan dukungan berupa ketabahan dan kesabaran luar biasa untuk menerima

resiko hidup dalam "keterbatasan" ak.ses terhadap berbagai kebutuhan hidup standai'

sebagai akibat logis dari upaya memberikan dukungan optimal kepada penulis guna

menyelesaikan studl dengan baik. Pengorbanan dalam bentuk kesabaran yang mereka

tunjukkan tersebut telah menjadi sumber motivasi bagi penulis untuk berdiri tegak

sambil terus mengayunkan langkah hingga mampu mencapai posisi seperti sekarang ini.

Kepada merekalah penulis persembahkan disertasi ini.

xxii

Page 23: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

Meskipun penulis telah berusaha mempersembahkan kemampuan terbaik yang

penulis miliki guna merampungkan disertasi in~ namun disadari sepenuhnya jika karya

ilmiah ini hanyalah merupakan produk manusia yang tidak luput dari berbagai

kekurangan dan keterbatasan. Terlepas dari semua i~ penulis berharap kiranya karya

ilmiah ini bisa mengisi satu ruang tertentu dalam khazanah intelektual keagamaan Islam

yang masih perlu dikembangkan terus-menerus, khususnya menyangkut hubungan

agama dengan realitas sosial. Semoga disertasi ini bermanfaat.

AUih a'lam bi al-pwib

Y ogyakarta, 5 September 2007

NurmanSaid

XX.111

Page 24: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:
Page 25: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

DAFTARISI

HALAMAN JUDUL ............................................. : ............................ ~······ ...... . PERNYATMN KEASLIAN .......................................................................... . PENGESAHAN" REKTOR ....................................................... : ................... . DEW AN PENGUJI .................................. : ..................................................... .

l

ii iii IV

PENGESAHAN PROMOTOR ................................................................ . . . .. . . ' v NOTADIN'AS ............................................................................................. . ABSTRAK .......................... · .......................................... ; ........ ··· PEOOMAN TRANSLrrERASI ..................................................................... .

. . DAFTAR·SIN'.GKATAN ..... :: ........................................................................... . KATA PENGANTAR .............................................. ; ..................................... . DAFI'AR ISI ....... _ .. , .................................................... : ................................. .

vi xii xiv xv XVII

xxiv

~~ I J)~~tJAN .. ~ .... ~................................................. 1 A. Lam Belakang Masal.ah . • • • • • • • • . • • • • • • • • • • • • • • . • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • 1 B. RlllDusan. Masai.ab. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ii D. Tmjauan Pustaka ................................................... ··~···· 13 E. Kerangka Teori dan Pendekatan ..................................... 18 F. Metod.e Penelitlan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 G. SiSteiriatika PenwiSan................................................ ... 36

BAB ii oAMBARAN UMUM MASY ARAKAt MAKASSAR ...... ....... 40 A. Pengertian dan ~ Lingkup Masyarakat Makassar . .. .. . . . .... 40 B. Adat-istiadat (Panngadakkang) ........................ ~... •• . • • . • .•. 48 C. Pandangan ltidup Orang Makassar ............ ... .. . .. ... ... .. ....... 62 D. Struktur Sosial Masyarakat Makassar................................. 71

DAB iii PERSPEKtiF MASY ARA.KAT MUSUM MAKASSAR .. .. ........ 84 A. Islamiasi M~ ............... ... ......... .... .. ... .. .. .. .. ....... 84 B. Persentuban Islam dengan K.epercayaan Lokal . . . . • . . . • . • . . . . . • . .. 97 C. Islam dan Identitas Budaya Makassar . . .. . . . .. . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . 109

1. Kesetiaan kepada Panngadakkang . . • . . . • . . • . • . • . . • • . • . . • . . . • • • • 111 2. Keunggulan Islam terhadap Kepercayaan Lokal • . . . . • • . . • . . .. 114 3. Pe~ Identitas Kesukuan. •....•.•.......•.•....•.•.....•.•..• 116

o. Tnmsmisi Peillikirtm Islam ..... .. .. .. . . .. . . . . .. .. .. .. • . .. .. . .. .. .. . .. . 11 s 1. Lembaga-lembaga Pengkaderan Ulama . . . .. . . . . . • . . . . . .. . . . .. . 125 2. Genealogi Pemikiran Islam Ulama-ulama Bugis . . . . •. . . . • . ... 133

XXIV

Page 26: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

BAB iV V ARiAN KEAGAMAAN MASY ARAl<At MOStiM MAKASSAR ......... ...... ............. ........... .................. ....... 146 A. Polarisasi Pemabaman dan Pengamalan Ajaran Islam . . . . . . . . . . . . 146 :B. Mulim Pagama . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . i 69 C. Muslim Sossorang . .. . . . .. . . . . . . . .. . .. .. . . .. . . .. . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . .... 20 l

BAB V POLA-POLA INTEGRASI SOSIAL KOMUNITAS MUSLIM MAKASSAR................................................... 228

A. Hubungan Kekerabatan . . ... .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. ... ..... 228 B. Ketergantungan EkonomJ. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. .. . . . . . . . . . .. .. ... 266 C. Hubungan Patron-Klien................................................. 279 D. Kesamaan Keyakinan Agama .. .. . . .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. ... 297

BAB VI PENUTUP .. .. .. . . . .. .. . . . .. .. .. .. .. .. .. . . . .. .. .. .. . .. . . . .. . . . . .. . . . . .. . . . .. 318 A. Kesimpulan . . . . .. . . . . . . . . . . • . . . . . . . .. . . .. . . . .. . . .. . . .. . .. . . . .. . .. . .. . .. . 318 B. Implikasi Penelitian ....... "......................................... ... 323

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 325 LAMPIRAN...................... ......................................................... 330 DAFT AR RIWA Y AT HID UP PENULIS......... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . 332

xxv

Page 27: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

A. Latar Belakang Masalah

BABI

PENDAHULUAN

Masyarakat muslim Makassar, seperti halnya masyarakat Bugis pada umumnya,

dikenal sebagai penganut Islam yang "fanatik". Fanatisme keberagamaan masyarakat

Bugis-Makassar diakui oleh Christian Pelras yang menggambarkan semangat

keberagamaan orang-orang Bugis tergolong sangat kuat seperti halnya beberapa suku

yang juga dikenal sebagai penganut Islam yang taat seperti suku Minang, Sunda dan

Banjar. 1 Penerimaan syariat Islam menjadi salah satu bagian penting dalam

panngadalckang (Makassar) atau panngaderreng (Bugis), sistem kebudayaan Bugis­

Makassar, menjadikan Isiam sebagal saiah satu s1tnboi ldentitas pentlng budaya Bugis.

Dengan demkian maka tidaklah mengherankan jika orang Bugis, pada umumnya,

menganggap bahwa secara normatif seorang Bugis haruslah beragama Islam. Karena itu

- jika ada orang Bugis yang tidak menganut agama Islam dianggap menyalahi

kecendenmgan umum (main stream) dan dianggap bukan lagi seorang Bugis dalam arti

yang sesungguhnya. Pandangan ini dipegang secara merata di kalangan orang Bugis

sebagai konsekuensi dari penerimaan Islam (sara' [Bugis-Makassar] atau syaii'ab

[Arab]) sebagai bagian integral dari panngadalckang. Karena itulah agama non-Islam

kurang berkembang di kalangan masyarakat Bugis sebab dianggap menyalahi kelaziman.

Jika di lingkungan masyarakat Bugis terdapat penganut agama non-Islam, umumnya,

mereka tidak berasal dari Suku Bugis melainkan suku lain baik yang merupakan

1 Christian Petras, The Bugis (Oxford: Blackwell Publisher's, 1996), him. 4.

1

Page 28: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

2

penduduk asli Sulawesi Selatan seperti suku Toraja,2 ataupun dari kalangan pendatang

yang berasal dari luar Sulawesi Selatan seperti Maluku, Minahasa, Cina, Jawa, Bali,

Fiores, Papua dan Bataic yang secara umum diidentlkkan sebagal non-musiim.

Realitas kehidupan sosial keagamaan masyarakat Makassar menunjuk:kan

karakteristik yang menarik untuk dikaji guna mendapatkan gambaran yang jelas,

khususnya menyangkut kaitan antara tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam

yang mereka ya.kini dengan pola-pola integrasi sosial yang mereka jalankan dalam

kehidupan sehari-hari. Pemahaman yang tepat tentang hal ini akan berguna untuk

menjelaskan seberapa jauh pengaruh pemahaman keagamaan dalam menentukan bentuk-

bentuk interaksi sosial antarkomunitas muslim Makassar. Di samping itu, usaha-usaha

pemberdayaan masyarakat sebagai bagian penting dalam proses pembangunan

meniscayakan perlunya analisis sosiologis terhadap realitas sosial yang dapat dijadikan

bahan pertimbangan bagi kepentingan-kepentingan praktis yang berhubungan dengan

upaya untuk merumuskan serta mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang terkait

dengan kehidupan masyarakat. 3 Karena itu maka persoalan pertama yang bendak

ditelusuri secara mendalam adalah kecenderungan serta tingkat pemahaman dan

pengamalan ajaran Islam di kalangan masyarakat Makassar yang menjadi obyek

penelitian. Upaya berikutnya adalah mengkaji secara cennat pola-pola hubungan

timbal-balik yang dipraktikkan oleh masing-masing komunitas tersebut dalam menjalani

aktivitas sehari-hari sebagai sesama komunitas Makassar.

2 Suku Toraja adalah salah satu suku penduduk asli Sulawesi Selatan yang umumnya menganut kepercayaan Alukta atau biasa disebut Alu/c Todolo (Ajaran Leluhur). Sebagian lainnya menganut agama Kristen (Protestan clan Katolik) clan hanya sebagian kecil menganut agama Islam.

3 Lihat Sunyoto Usman, Sosiologi: Sejarah, Teori dan Metodologi (Y ogyakarta: CIReD, 2004),hlm. 10.

Page 29: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

3

Pemahaman terhadap kedudukan agama sebagai salah satu suniber nilai yang

berfungsi unruk membimbing dan mengarahkan perilaku sosial penganutnya perlu dikaji

secara mendalam. Penelitian ini bennaksud unruk meneliti secara meridalam pola-pola

integrasi sosial antara dua kelompok dalam masyarakat muslim Makassar yang memiliki

tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang berbeda, yakni antara komunitas

muslim yang secara umum di kalangan masyarakat muslim Makassar dikenal dengan

sebutan tu pagama (Bugis: to pagama) berarti orang yang taat beragama unruk

selanjutnya disebut pagama di satu sisi, dengan komunitas muslim lainnya yang dikenal

dengan sebutan muslim sossorang (muslim keturunan) di sisi yang lain. Penelitian

terhadap perilaku sosial keagamaan ini bertujuan unruk menjelaskan posisi pemahaman

dan pengamalan agama dalam mempengaruhi perilaku sosial masyarakat muslim

Makassar.

Hubungan yang selama ini terbina secara baik antara muslim pagama dengan

muslim sossorang di kalangan masyarakat Makassar mendorong munculnya pertanyaan

menyangkut posisi perbedaan tingkat pemahaman dan pengamalan agama terhadap

perilaku sosial yang bersanglrutan. Hal ini cukup menarik unruk dikaji sebab memiliki

ciri khusus yang menunjukkan adanya perbedaan dengan keadaan yang secara umum

dipahami berdasarkan pertimbangan: ( l) emosi keagamaan yang cukup kuat tidak

jarang menjadi pemicu sikap intoleran terhadap perbedaan keyaki~ (2) perbedaan

tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran agama secara umum berjalan seiring dengan

perbedaan tingkat kehidupan sosial-ekonomi yang sampai batas tertentu dapat menjadi

pemicu terjadinya kecemburuan sosial di kalangan masyarakat. Bagi muslim pagama,

pengamalan ajaran Islam yang bemuansa sinkretistik sebagaimana yang biasa diamalkan

oleh muslim sossorang merupakan penyimpangan yang dapat merusak kemurnian ajaran

Page 30: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

4

Islam. Sebaliknya, bagi muslim sossorang, pengabaian terbadap tradisi keagamaan yang

telah tumbuh dan mengakar dalam kehidupan masyarakat dari satu generasi ke generasi

berikutnya merupakan pengingkaran terhadap warisan leluhur yang dapat beraktbat

bencana yang merugikan masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, penolakan terhadap

tradisi keagamaan yang telah dipraktikkan secara tunm-temurun merupakan sikap yang

berlebih-lebihan, sehingga orang-orang yang menganjurkan unruk menghilangkan tradisi

keagamaan tersebut dipandang sebagai penganjur "agama baru" yang dapat merusak

"agama" yang sudah mapan dalam masyarakat. Terlepas dari perbedaan pandangan

keagamaan tersebut, tampaknya, relasi sosial antarwarga Makassar tetap terpelihara

secara baik sebagaimana terlihat pada keakraban yang terjalin baik di kalangan

masyarakat Makassar. Perbedaan kecenderungan pemahaman keagamaan di kalangan

mereka, selama ini, tidak sampai mengganggu hubungan sosial antark.omunitas di

kalangan masyarakat Makassar.

Perbedaan tingkat kehidupan sosial-ekonomi antara muslim pagama dengan

muslim sossorong berpeluang memicu terjadinya kesenjangan sosial yang pada

gilirannya dapat mendorong timbulnya kecemburuan sosial antark.omunitas dalam

masyarakat Makassar. Jika dalam masyarakat terdapat kelompok yang secara psikologis

mudah tersinggung karena beban hidup yang mengbimpit maka hal ini bisa memicu

terjadinya konflik antarkelompok dalam masyarakat tersebut. Kekhawatiran ini,

tampaknya, tidak berlaku di kalangan masyarakat Makassar yang selama ini telah

terbiasa dengan perbedaan tingkat kehidupan sosial-ekonomi. Pertanyaan yang perlu

dijawab berkaitan dengan kenyataan ini adalah bagaimana hubungan antara tingkat

pemahaman dan pengamalan agama dengan pola interaksi sosial antarwarga di kalangan

masyarakat muslim Makassar.

Page 31: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

5

Proses-proses sosial yang terjalin antara muslim pagama dengan muslim

sossorang di blangan masyarabt Makassar, secara umum, dapat digambarkan sebagai

hubungan yang lebih mencerminbn hubungan sating menerima (assosiatij) dibanding

hubungan sating menolak (dissosiatij). Semangat tolong-menolong yang mewamai

kehidupan sehari-hari masyarakat muslim Makassar sebagaimana tercennin pada

berbagai kegiatan yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa penting seperti kelahiran,

khitanan, selamatan, pemikahan dan kematian merupakan bukti kuat yang menunjukkan

tingginya ibtan solidaritas sosial antarindividu maupun antarkelompok dalam

masyarakat Makassar. Semangat kekeluargaan di kaJangan masyarakat Mabssar yang

sangat kuat boleh jadi merupakan fak.tor signifikan yang sangat berperan dalam

membentuk hubungan antarindividu maupun antarkelompok di kalangan masyarakat

Makassar. Meskipun demikian, hat ini sama sekali tidak menafikan kemungkinan

terjadinya hubungan yang kurang harmonis yang dapat berbentuk ketegangan

antarindividu atau antarkelompok di kalangan masyarakat Makassar sebagai akibat

adanya perbedaan pandangan yang sewaktu-waktu dapat memicu terjadinya ketegangan

sosial dalam masyarakat.

Hubungan sosial yang cenderung mengedepankan sibp sating menerima

antarkomunitas sosial dibanding sikap sating menolak di kalangan masyarakat muslim

Mabssar mejadi fokus utama penelitian ini. Apakah semangat sating menerima tersebut

memiliki kaitan dengan pemahaman dan penghayatan keagamaan, ataukah justru

merupakan sikap yang dibentuk oleh sistem budaya yang menjadi acuan kehidupan

sosial masyarakat Bugis? Untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan ini maka

penelitian ini berusaha untuk mengkaji secara mendalam kaitan antara faktor-faktor

keagamaan dengan perilaku sosial masyarakat muslim Makassar sebagaimana yang

Page 32: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

6

terwujud dalain kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu, penelitian ini berusaha pula

wtuk mengidentifikasi dan selanjutnya menjelaskan ciri-ciri integrasi sosial berikut

saluran-saluran integrasi sosial yang digunakan dalam menjalankan ak.tivitas sosial

mereka, khususnya dalam berhubungan antara satu dengan lainnya.

Penelitian ini mengasumsikan kelompok muslim pagama sebagai orang-orang

yang memiliki kesadaran beragama yang tinggi sebagaimana terwujud dalam ketaatan

menjalankan ibadah ritual sehari-hari. Orang-orang yang dapat dikategorikan sebagai

muslim pagama, umumnya, memiliki keterkaitan dengan salab satu organisasi sosial

keagamaan seperti Mubammadiyah, Nabdatul Ulama (NU), Syarikat Islam (SI), Darud

Dakwah wal-Irsyad (Arab: Dir al-da 'wab wa al-irsyid) yang biasa ditulis DDI atau

organisasi kemasyarakatan Islam lainnya. Keterkaitan ini dapat berbentuk keterlibatan

sebagai pengurus atau sebagai anggota dari organisasi . kemasyarakatan tersebut, atau . .

sebagai simpatisan karena kesamaan pandangan keagamaan. Tidak sedikit penduduk

muslim Makassar yang secara tunm-temurun telah menjadi anggota atau simpatisan

organisasi kemasyarakatan Islam tertentu misalnya anggota atau pengurus NU atau

Muhammadiyah. Keterlibatan mereka ke dalam perhimpunan tersebut secara umum

disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu: pertama, mengikuti tokoh informal yang

merupakan panutan mereka; kedua, pengaruh lingkungan sosial seperti keluarga dan

masyarakat; ketiga, basil dari pendidikan formal yang dibina oleh lembaga pendidikan

keagamaan di bawah organisasi kemasyarakatan Islam tertentu; keempat, ketertarikan

pada pola pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang dikembangkan oleh organisasi

kemasyarakatan Islam tertentu; dan kelima, keterlibatan langsung ataupun tidak langsung

ke dalam ak.tivitas yang dikelola oleh salah satu organisasi k~asyarakatan yang

menjalankan ak.tivitasnya di lingkungan tempat tinggal mereka.

Page 33: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

7

Berbeda halnya dengan mereka yang dikategorikan sebagai kelompok muslim

sossorang yang dipersepsikan sebagai orang-orang yang secara turun-temurun telah

menganut agama Islam namun tidak menjalankan aktivitas ritual secara konsisten dalam

kehidupan sehari-hari. Keterbatasan alcses untuk memperoleh bimbingan dan pengajaran

tentang seluk-beluk ajaran agama Islam meajadi penyebab utama munculnya orang­

orang yang dikelompokkan sebagai muslim nominal tersebut. Meskipun demikian

mereka diketahui memiliki emosi keagamaan yang sangat kuat sebagaimana terlihat pada

pembelaan diri mereka secara emosional jika dianggap bukan penganut Islam. Bagi

mereka, Islam adalah identitas keagamaan yang tidalc dapat dipisahkan dengan identitas

kebugisan. Manifestasi simbolik dari keberagamaan mereka lebih banyalc mengambil

bentuk upacara-upacara keagamaan yang terkait dengan siklus kehidupan (life cycle)

seseorang seperti kegiatan yang berkaitan dengan kelahiran, pemikahan, dan kematian.

Demikian juga dengan upacara-upacara keagamaan yang bersifat tradisi seperti

peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., kunjungan ke tempat-tempat yang

dikeramatkan seperti kuburan raja-raja yang dihonnati, dan semacamnya. Pemahaman

keagamaan mereka lebih mengedepankan hal-hal yang bemuansa congregational

ceremony dibanding pengamalan individu. Kelompok ini tidak tertarik: untuk ikut

terlibat di dalam salah satu organisasi sosial kemasyarakatan Islam, meskipun mereka,

umumnya, merasa lebih diterima oleh orang-orang NU karena sikap apresiatif para

ulama atau tokoh organisasi kemasyarakatan Islam ini terhadap praktik-praktik

keagamaan yang bemuansa tradisi bahkan cenderung sinkretistik.

Orang-orang Muhammadiyah yang dikenal lebih menekankan pemahaman dan

pengamalan ajaran Islam yang mereka yakini bebas dari unsur-unsur yang bersifat tahyul

(ta/liyu/J, khurafat (khurifit) dan bid'ah (bid'ah) menampi1kan corak keberagamaan

Page 34: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

8

yang bersifat puritan. Kecenderungan ini mendorong mereka untuk menolak praktik­

praktik keagamaan bemuansa sinkretistik. yang dilakukan oleh kelompok muslim

sossorang karena mereka anggap telah mencampuradukkan Islam dengan unsm-unsur

non-Islam. Sikap seperti ini tidak diduk.ung oleh ulama-ulama "tradisional" yang

memilih lebih bersikap toleran terhadap praktik-praktik keagamaan yang telah

melembaga secara turun-temurun dalam kehidupan masyarakat muslim Makassar.

Perbedaan sikap di kalangan kelompok muslim ini, sampai batas tertentu, tidak jarang

mengundang munculnya sikap fanatisme kelompok yang berpeluang mengganggu

hubungan sosial antarkomunitas di kalangan masyarakat muslim Makassar. SaJah satu

bentuk "ketegangan" yang terjadi karena perbedaan pandangan keagamaan tersebut

adalah munculnya perdebatan sekitar persoalan khilafiyah seperti boleh tidaknya tahlilan

terhadap orang yang meninggal, makan di rumah duka yang tertimpa musibah kematian,

kunjungan ke tempat-tempat yang dikeramatkan, dan semacamnya.

Penolakan terhadap gagasan-gagasan ''pemurnian" ajaran Islam dari unsm-unsm

"non-Islam", sejauh ini, tidak sampai menisak hubungan antarkornunitas rnuslim

Makassar. lkatan persaudaraan yang terbangun kuat di kalangan masyarakat Makassar

terbukti efektif menanamkan kesadaran pentingnya rnemelihara hubungan yang baik di

antara sesama warga Makassar. Perbedaan kecenderungan pemahaman dan pengamalan

keagamaan di kalangan masyarakat umumnya dipandang sebagai wilayah yang

menyangkut urusan pn'badi setiap orang, dan oleb karenanya harus disikapi secara wajar

dan proporsional. lkatan solidaritas yang sudah terbangun di kalangan warga Makassar

sebagai satu keluarga besar berdasar etnisitas, tampakny~ berhasil mendorong semangat

kebersamaan yang cukup efektif. Adanya jargon-jargon budaya yang menyiratkan

semangat persaudaraan sesama warga Bugis seperti: saribattang (sekandung), abbulo

Page 35: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

9

sibatang (serumpun bambu), parai/ratte (sesama keluarga), samhori' sampa'rasangang

(sekampung), dan semacamnya, merupakan idiom penting yang menunjukkan ekspresi

rasa kesetiakawanan sosial di kalangan masyarakat Makassar. Hal yang sama juga

dikenal di kalangan Bugis seperti ungkapan sempugi' (sesama Bugis),pada idi' (sesama

keluarga), pada elo' (sekehendak), sipatuo (saling menghidupkan), sipatokkong (saling

menopang). Atas dasar pandangan ini maka setiap individu dalmn komunitas Makassar

memandang keharusan memelihara hubungan persaudaraan di antara sesama warga

Makassar merupakan hal yang sangat penting. Itulah sebabnya maka orang..orang

Makassar seperti halnya juga orang-orang Bugis selalu berusaha mengukuhkan pertalian

mereka sebagai satu keluarga etnis dengan memanfaatkan simpul-simpul budaya tertentu

seperti bahasa, upacara-upacara tradisional, dan semacamnya untulc menjadi perekat

dalam hubungan antarsesama mereka. Hal ini terbukti sangat efektif dalam

mempertegas ikatan solidaritas sosial di kalangan masyarakat Bugis-Makassar sehingga

dikenal sebagai salah satu etnis di Indonesia yang memiliki rasa setia kawan yang tinggi.

Semangat kebersamaan ini kemudian mendapat penguatan dari ajaran Islam yang

menekankan perlunya setiap individu muslim membina kehidupan bersama atas dasar

persaudaraan (ukhuwwah), baik atas dasar kesamaan iman sebagai muslim, maupun atas

dasar kesamaan etnis dalam bentulc keluarga Makassar.

Penerimaan Islam di kalangan warga Makassar menandai awal pembentukan

komunitas muslim Makassar dengan berbagai variabel yang berkaitan dengan tingkat

pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Sebagaimana yang telab disinggung sebelumnya bahwa secara umum, terdapat dua

kelompok masyarakat muslim Makassar berdasarkan kecenderungan tingkat pemahaman

dan pengamalan agama yang mereka anut itu. Kelompok yang pertama dikategorikan

Page 36: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

10

sebagai komunitas penganut agama Islam taat yang disebut muslim pagama, sedang

kelompok kedua adalah kelompok yang dikategon1can sebagai komunitas penganut Islam

nominal yang dalam bahasa Makassar disebut muslim sossorang. Masing-masing

komunitas ini memiliki ciri-ciri khusus yang secara umum berbeda antara satu dengan

yang lainnya. Kehidupan keagamaan komunitas muslim pagama ditandai oleh ketaatan

menjalankan ibadah formal seperti shalat dan puasa, sedang kehidupan keagamaan

muslim sossorang ditandai oleh ketaatan menjalankan kegiatan ritual yang bercorak

sinkretistik. Terlepas dari perbedaan itu, dalam kebidupan pergaulan sehari-hari,

hubungan sosial kedua komunitas tersebut, secara umum, berlangsung secara baik.

Realitas kehidupan sosial yang dipraktikkan oleh umat Islam sering tidak berjalan

seperti apa yang dituntut oleh ajaran Islam itu sendiri lantaran hadimya sejumlah variabel

non-keagamaan yang justru memberikan pengaruh yang jelas terhadap pola perilaku

sosial umat Islam yang bersangkutan. Tidak jarang faktor-faktor non-keagamaan seperti

politik, ekonomi dan budaya justru memberi pengaruh yang sangat kuat dalam

pembentukan pola hubungan interaksi sosial antarkomunitas dalam satu lingkungan

sosial masyarakat muslim. Suasana kehidupan sosial yang mengedepankan kerja sama

untuk sating mendukung upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi, politik dan budaya

sangat berpengaruh dalam mendukung terjadinya proses interaksi sosial yang saling

menerima dalam satu lingkungan sosial tertentu. Sebaliknya, suasana kehidupan yang

diwarnai oleh hubungan yang saling berkompetisi, membuka peluang terjadinya

persaingan yang tidak sehat dan pada saatnya dapat mendorong terjadinya interaksi

sosial yang tidak kooperatif. Hubungan sosial koperatif yang berjalan efektif di kalangan

masyarakat muslim Makassar yang melebihi hubungan yang bersifat kompetitif:

merupakan hal yang sangat menarik untuk dikaji secara mendalam. Studi ini berusaha

Page 37: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

11

untulc menganalisis faktor-faktor keagamaan di samping juga faktor-faktor non­

keagamaan yang berpengaruh dalam membentulc pola hubungan assosiatif di kalangan

masyarakat muslim Makassar yakni antara komunitas muslim yang dikategorikan

sebagai muslim pagama di satu sisi dengan komunitas muslim sossorang di sisi yang

lain.

B. Rumusan Masalah

Masalah utama yang hendak dijawab oleh penelitian ini adalah "Bagaimana pola­

pola integrasi sosial antara komunitas muslim pagama dengan komunitas muslim

sossorang di kalangan masyarakat Makassar?" Untulc menemukan jawaban terhadap

masalah in~ maka penelitian diarahkan untulc menjawab pertanyaan-pertanyaan berilrut

ini:

1. Apa kaitan pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial masyarakat muslim

Makassar?

2. Sejauh mana pengaruh pemahaman keagamaan terhadap perilaku sosial

masyarakat muslim Makassar?

3. Bagaimana bentulc pola-pola integrasi sosial antara komunitas muslim pagama

dengan komunitas muslim sossorang!

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan secara jelas kaitan antara

pemahaman keagamaan masyarakat muslim Makassar yang terdiri atas kelompok

muslim pagama di satu sisi dengan kelompok muslim sossorang di sisi yang lain dalam

menjalani kehidupan sosial sehari-hari sebagai bagian integral dari masyarakat Makassar.

Page 38: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

12

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang bisa dijadikan salah

satu referensi menyangkut hubungan sosial antarkomunitas di kalangan masyarakat

muslim Makassar berikut faktor-faktor dominan yang berpengaruh dalam proses

hubungan antarkomunitas tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut maka penelitian ini

berusaha menjelaskan karak.teristik hubungan sosial antara komunitas muslim pagama

dengan komunitas muslim sossorang melalui berbagai bentuk aktivitas sosial sehari-hari

di kalangan masyarakat Makassar. Pemahaman terhadap karakteristik pola-pola

hubungan sosial ini memiliki makna yang sangat penting bagi pihak-pihak yang terlibat

secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penetapan kebijakan yang terkait

dengan kehidupan sosial keagamaan masyarakat muslim Makassar.

Pemahaman yang tepat terhadap pola-pola hubungan sosial di kalangan

masyarakat muslim Makassar, selain menjadi sangat penting dalam menjelaskan kaitan

antara pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial masyarakat yang bersangkutan,

juga dapat menjadi bahan bandingan terhadap hal serupa dalaln masyarakat yang

memiliki kesamaan-kesamaan tertentu dengannya. Atas dasar ini maka penelitian ini

diharapkan dapat menyediakan bahan-bahan yang turut memperkaya basil penelitian

yang sudah ada menyangkut kehidupan sosial masyarakat muslim Makassar.

Berdasarakan tujuan penclitian yang dikemukakan di atas, maka studi ini

diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis di samping juga manfaat praktis. Manfaat

teoritis penelitian ini adalah tersedianya basil kajian akademik yang lahir dari satu

rangkaian proses studi yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk mengungkapkan

kaitan antara pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial di kalangan masyarakat

muslim Makassar. Hasil penelitian ini dapat diajukan sebagai salah satu referensi untuk

merumuskan asumsi dasar dalam usaha memahami fenomena sosial keagamaan

Page 39: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

13

masyarakat muslim Makassar sebagai salah satu suku di Indonesia yang dikenal secara

umum sebagai kelompok yang memiliki fanatisme keagamaan yang tinggi di samping

juga memiliki solidaritas sosial yang kuat.

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah tersedianya

bahan-bahan pustaka yang dapat menjawab tuntutan perlunya pemahaman yang benar

terhadap proses-proses sosial, khususnya faktor-faktor yang mendorong terjadinya

integrasi sosial yang demikian kuat di kalangan masyarakat muslim Makassar tanpa

mempersoalkan perbedaan kecenderungan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam.

Pemahaman tersebut diharapkan dapat menjadi bahan yang sangat berguna bagi siapa

saja yang berk.epentingan terhadap usaha-usaha pengembangan masyarakat, khususnya

pihak-pihak pemegang otoritas penentu kebijakan yang terkait dengan kehidupan

masyarakat muslim Makassar.

D. Tinjauan Putaka

Perhatian peneliti keagamaan terhadap fenomena sosial keagamaan masyarakat

muslim Makassar, tampaknya, masih relatif kurang. Hal ini terbukti pada kenyataan

sulitnya menemukan basil-basil penelitian yang dilakukan secara sungguh-sungguh

mengenai realitas kehidupan sosial keagamaan masyarakat tersebut. Kurangnya

penelitian keagamaan yang secara khusus dilakukan untuk menjelaskan bagaimana

proses interaksi sosial antara komunitas muslim pagama di satu sisi dengan komunitas

muslim sossorang di sisi yang lain menjadikan penelitian ini sebagai salah satu dari

penelitian yang tergolong awal dalam menjelaskan fenomena hubungan antarkomunitas

sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat muslim Makassar.

Page 40: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

14

Studi yang dilakukan oleh Clifford Geertz pada tahun 1950-an terhadap

religiusitas masyarakat Jawa sebagaimana yang ditulis dalam karyanya The Religion of

Java (1960) merupakan salah satu penelitian yang penting dalam menjelaskan hubungan

antarkomunitas muslim di Indonesia. Meskipun penelitian Geertz ini dilakukan di

Mojokuto (Pare, Kediri), namun, sampai batas tertentu, dapat dijadikan bahan bandingan

yang sangat berguna dalam melihat hubungan antara kecendenmgan pemahaman

keagamaan dengan perilaku sosial masyarakat muslim Makassar sebagaimana halnya

juga dengan beberapa komunitas muslim lainnya di Indonesia. Penelitian yang

dilakukan oleh Geertz ini sangat menolong peneliti dalam menentukan mode of approach

dalam melihat proses interaksi sosial yang terjadi di kalangan masyarakat muslim

Makassar. Model varian keagamaan priyayi, santri dan abangan yang dikemukakan oleh

Geertz, 4 dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melihat proses interaksi sosial

antara berbagai komunitas yang memiliki perbedaan kecendenmgan pemahaman dan

pengamalan ajaran Islam di kalangan masyarakat muslim Makassar. Dalam penelitian

ini Geertz berusaha menjelaskan bagaimana bentuk interaksi yang terjadi antara masing-

masing sub-komunitas muslim akibat perbedaan tingkat pemahaman ajaran Islam yang

mereka anut yang dalam pengamatannya lebib banyak mengambil bentuk konflik

sehingga tidak jarang menimbulkan ketegangan di antara sesama komunitas muslim

terse but.

Penelitian yang diJakukan oleh Achmad Fedyani Saifuddin terhadap pola-pola

interaksi sosial antarkomunitas muslim di Kecamatan Alabio, Kabupaten Hulusungai

Utara, Kalimantan Selatan, s menjelaskan faktor-faktor keagamaan yang berpengaruh

4 Clifford Geertz. The Religion of Java (New York: The Free Press, 1969). hlm. 5. s Achmad Fedyani Saifuddin, Konjlik dan lntegrasi: Perbedaan faham dalam agam.a

Islam (Jakarta: Rajawal~ 1986).

Page 41: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

15

dalam proses interaksi sosial di kalangan masyarakat muslim di Alabio. Achmad

Fedyani Saifuddin mengemukakan bahwa konflik dan integrasi sosial di kalangan

masyarakat muslim di Alabio merupakan hal yang sangat terkait dengan perbedaan

interpretasi mengenai perangkat-perangkat ajaran Islam dan implementasinya dalam

kehidupan sebari-hari. Selain itu, konflik-kontlik ataupun integrasi sosial yang terjadi

tidak terlepas dari kaitannya dengan proses-proses sosial dalam struktur sosial

masyarakat yang bersangkutan sebagai manifestasi dari kebudayaan yang hidup dan

berkembang dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan.6

Terdapat sejumlah studi yang khusus dilakukan oleh beberapa peneliti untuk

menjelaskan bagaimana proses interaksi sosial terjadi di kalangan masyarakat muslim

Bugis. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati Djamas tentang varian keagamaan

orang Makassar di Desa Timbuseng, Kabupaten Gowa yang dilaksanakan pada tahun

198211983 menunjukkan adanya dua kelompok masyarakat berdasarkan tingkat

pemahaman dan pengamalan agama mereka sehari-hari. Kelompok pertama adalah

muslim nominal yakni mereka yang terdiri atas orang-orang yang mengaku beragama

Islam namun masih terikat pula kepada tradisi dan kepercayaan yang berasa1 dari leluhur

mereka. Kelompok kedua adalah muslim taat yakni mereka yang memiliki kesadaran

untuk menjalankan ajaran Islam secara munti dalam kehidupan sehari-hari dan berusaha

meninggalkan praktik-praktik keagamaan yang bercorak talJayul, khurifit dan bid'a/J. 7

Tampaknya, basil penelitian Nurhayati Djamas tersebut sangat berguna sebagai salah

satu bahan anaHsls untuk menentukan asumsl-asumsi dasar yang dapat cilajadilcan tltlic

tolak untuk menelusuri secara lebih mendalam varian keagamaan masyarakat muslim

6 Ibid., hlm. 99. 7 Nurhayati Djamas, "Varian Keagamaan Orang Makassar: Studi Kasus di Desa

Timtmsefig Kabtip8tefi Gi>Wil" aatam SUdjimgi (ed.), Agan.a di11i MQSyili'iJkilt (Jakafta: Badafi Penelitian dan Pengembangan Departemen Agarna RI, 1992/1993), him. 302-316.

Page 42: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

16

Makassar. Kesamaan etnis sebagai komunitas Makassar merupakan salah satu faktor

penting yang memberi jaminan tentang adanya unsur-unsur kebudayaan yang bersifat

fundamental di kalangan sesama warga Makassar. Kenyataan ini menjadi salah satu

faktor dalam membentuk kecenderungan pemahaman dan pengamalan ajaran agama di

kalangan mereka secara tunm-temurun. Karena itu pebedaan kecenderungan

pemahaman dan pengamalan keagamaan di kalangan masyarakat muslim Makassar

diterima sebagai keniscayaan budaya masyarakat

Sama dengan apa yang telah dilakukan oleh Nurhayati Djamas, salah satu

penelitian yang juga dtlakukan untuk menjelaskan hubungan sosial antarkomunitas di

kalangan masyarakat muslim Bugis adalah studi yang dilak.ukan oleh M. Atho"

Mudzhar terhadap komunitas Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang

disingkat Sidrap, Sulawesi Selatan. Penelitian yang berjudul "Mesjid dan Bakul

Keramat Konflik dan Integrasi dalam Masyarakat Bugis Amparita'' ini berusaha

menjelaskan fenomena konflik dan integrasi yang di antara komunitas yang memiliki

kecendenmgan penghayatan dan pengamalan keagaman yang berbeda, dalam

antarsesama komunitas muslim, maupun antara muslim dengan komunitas non-muslim.8

Hasil penelitian menyimpuJkan bahwa konflik · dan integrasi yang terjadi di kalangan

masyarakat Bugis Amparita tergolong komplcks scbab melibatkan berbagai faktor yang

antara satu dengan yang lainnya sating terkait Munculnya konflik atau integrasi · bisa

saja bermula dari faktor keagamaan, namun kemudian dalam perkembangan berikutnya

melibatkan faktor-taktor non-keagamaan, misalnya faktor sosial, ekonomi, politik atau

budaya. Atau sebaliknya, konflik yang terjadi berawal dari faktor-faktor non-

keagamaan, lalu berkembang melibatkan sentimen keagamaan sehingga terkesan

1 M. Atho' Mudzhar, Pendekatan Studi Islam daJam Teorl dan Praktik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1988), him. 228-231.

Page 43: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

17

menjadi konflik keagamaan. Namun demikian, Jain halnya dengan proses integrasi yang

terjadi di kalangan masyarakat Bugis Amparita. Tampaknya, proses integrasi sosial ini

lebih mudah dijelaskan jika tidak dikaitkan sama sekali dengan sentimen keagamaan.

Apakah hal ini merupakan manifestasi dari kesadaran yang telah dibangun oleh masing­

masing su~komunitas keagamaan di kalangan masyarakat Bugis Amparita untuk tidak

menjadikan alasan perbedaan kecenderungan pemahaman keagamaan sebagai

penghalang dalam membina hubungan sosial di antara sesama masyarakat Bugis

Amparita, M. Atho' Mudzhar melihatnya sebagai konsekuensi dari adanya sejumlah

elemen perekat yang bersifat non-k.eagamaan seperti adanya kesamaan pandangan

pragmatis yang terkait dengan perilaku kehidupan sehari-hari seperti kepercayaan

terhadap Bulu Lowa (Gunung Lowa), warisan kebudayan lama, lingkungan alam, mata

pencaharian, afiliasi kecenderungan politik, kekerabatan, pendidikan dan aktivitas

sosial.9 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alasan keagamaan memiliki potensi

yang sangat signifikan terhadap terjadinya ketegangan sosial di antara penganut

keyaidnan yang berheda. Namun demildan potensi konfiik atas dasar perbedaan

keyakinan itu bisa dikesampingkan jika terdapat kekuatan-kekuatan perekat lainnya yang

berfungsi secara efektif dalam mengintegrasikan kelompok-kelompok yang memiliki

perbedaan kecenderungan penghayatan keagamaan tersebut. Hasil penelitian M. Atho'

Mudzhar ini menunjukkan bahwa konflik dan integrasi yang terjadi antarkomunitas

Bugis Amparita tergolong kompleks sebab melibatkan berbagai faktor, baik yang bersifat

keagamaan maupun non-keagamaan.

Meskipun komunitas muslim Makassar memiliki akar budaya yang sama dengan

komunitas muslim Bugis, namun perwujudan solidaritas sosial mereka cenderung

9 Ibid, him. 230.

Page 44: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

18

berbeda. Jika hubungan sosial antarkomunitas di kalangan masyarakat Bugis lebih

bercorak kompetitit: maka lain halnya dengan hubungan sosial antarkomunitas di

kalangan masyarakat Makassar yang lebih bercorak kooperatif. Masyarakat Bugis yang

terdiri atas sejumlah subkomunitas yang semula berbentuk kerajaan-kerajaan Bugis

ditambah lagi dengan lingkungan sosial yang lebih variatif dengan berbagai

kecendenmgan masing-masing menyebabkan ikatan solidaritas sesama Bugis tidak

sekuat ikatan solidaritas sosial yang terbangun di kalangan masyarakat Makassar.

Corak kehidupan sehari-hari masyarakat Makassar yang lebih menunjukkan pola­

pola yang relatif homogen dibandingkan dengan masyarak.t Bugis, memungkinkan

mereka untuk mengembangkan komunikasi secara lebih efektif dan intensif. Kesamaan

bahasa Makassar sebagai salah satu simbol budaya yang sangat menonjol terbukti

mampu menjadi salah satu kekuatan perekat yang sangat penting dalam pergaulan hidup

sehari-hari masyarakat Makassar. Lain bafnya dengan masyarakat Bugis yang meskipun

memiliki bahasa Bugis sebagai alat komunikasi antarsesama warga Bugis, namun

luasnya wilayah Bugis ditambah lagi dengan banyaknya dialek Bugis yang digunakan

dalam pergaulan sehari-hari masyarakat Bugis menyebabkan hubungan antarsesama

Bugis terasa kurang akrab dibanding dengan hubungan antarsesama komunitas

Makassar.

E. Kenngka Teori dan Pendekataa

Penelitian ini berusaha untuk memahami hal-hal pokok yang berkaitan dengan

proses integrasi sosial yang terjadi di kalangan masyarakat muslim Makassar khususnya

antara komunitas muslim pagama di satu sisi dengan muslim sossorang di sisi yang lain

sebagai akibat langsung dari perbedaan kecendenmgan pemahaman dan pengamalan

Page 45: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

19

keagamaan mereka. Tuntutan untuk membina hubungan sosial yang baik antarsesama

penganut Islam sebagaimana yang diisyaratkan dalam sejumlah ayat al-Qur'an maupun

badis Rasulullah saw. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengamalan ajaran

Islam secara keseluruhan. Sangat banyak petunjuk normatif di dalam Islam yang

mengharuskan para penganutnya untuk membina dan mengembangkan hubungan sosial

yang harmonis, tidak hanya terbatas di kalangan sesama muslim saja, tetapi juga dengan

sesama manusia tanpa melihat perbedaan·perbedaan yang ada sebagai konsekuensi

kehidupan historis manusia. Adalah menarik untuk diteliti seberapa jauh pengaruh

ajaran Islam terhadap perilaku sosial penganut·penganutnya. Apakah realitas kehidupan

sosial mereka, khususnya menyangkut pola-pola integrasi yang dilakoninya tumbuh dan

berakar pada pemahaman ajaran agama yang dianutnya. Ataukah justru perilaku sosial

tersebut merupakan hal yang lebih menunjukkan kesadaran kultural yang tidak terkait

dengan ajaran agama yang dianutnya.

Proses integrasi sosial, pada dasarnya, adalah proses penyesuaian untuk sating

menerima keadaan, pandangan dan tindakan dalam satu tatanan kehidupan sosial yang

harmonis. Proses penyesuaian ini dapat terjadi bila didukung oleh kesadaran dari

masing·masing komponen dalam suatu komunitas untuk bersama·sama membina

hubungan timbal·balik yang baik atas dasar norma·nonna sosial yang disepakati.

Norma·norma itu dapat tumbuh dan berakar pada ajaran·ajaran agama atau sistem

kepercayaan, serta dapat pula tumbuh dan berakar pada sistem budaya yang hidup dan

melembaga dalam kehidupan sehari·hari masyarakat secara turun·temurun.

Kebutuhan akan pentingnya membina integrasi sosial muncul sebagai

konsekuensi dari keinginan sejumlah individu dalam satu kelompok sosial untuk sating

berinteraksi sebagai keharusan untuk memenuhi kebutuhan·kebutuhan hidup yang tidak

Page 46: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

20

mungkin dipenuhi sendiri tanpa keterlibatan orang lain. Atas dasar ini maka setiap

individu ti<tak dapat mengasingkan diri dari kehidupan sosial. Sebatiknya, setiap

individu berusaha memposisikan diri secara tepat dalam lingkungan sosialnya sehingga

membentuk kelompok sosial yang terbina atas dasar sating membutuhkan. Dengan

demikian, maka masing-masing individu berusaha untuk menjalin hubungan dengan

individu lainnya, baik dalam lingkup yang kecil maupun dalam lingkup yang besar.

Menurut Charles Horton Cooley, sebagaimana yang dikutip oteh Peter M. Blau bahwa

integrasi antara individu-individu dalam ketompoknya terletak pada hubungan-hubungan

tangsung antara orang-orang dalam kelompok yang sama. Demikian juga interaksi

antarkelompok dalam masyarakat dengan cara yang sama terletak pada pertalian-

pertalian antara ketompok yang muncul dalam hubungan langsung antara orang-orang

yang tennasuk dalam kelompok-kelompok yang terlibat dalam proses sosial tersebut.10

Proses terjadinya integrasi sosial berawal dari munculnya kesepakatan untuk

mengadakan interaksi dengan orang lain yang kemudian melahirkan komunikasi dalam

bentuk kontak sosial antarindividu dalam satu kelompok maupun antarkelompok dalam

satu lingkungan sosial. Jika proses interaksi ini tejadi berulang-ulang, maka masing-

masing individu maupun kelompok yang terlibat di dalamnya secara bersama-sama akan

melahirkan sistem nonna yang berfungsi sebagai acuan bagi masing-masing anggota dari

masing-masing kelompok dalam melakukan aktivitas sosial dalam lingkungan sosial

mereka. Konsensus yang tahir dari kebutuhan untuk membina kehidupan bersama dalam

suasana sating menghargai dan sating menguatkan akan berjatan efektif setama para

anggota dari masing-masing kelompok yang berbeda merasakan manfaat secara

fungsionat hubungan sosial yang mereka jalani sebagai manifestasi dari kehidupan sosial

10 Peter M. Blau, Inequality and Heterogeneity: A Primitive Theory of Social Structure (New York: The Free Press, 1977), hbn. 10.

Page 47: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

21

mereka. Dengan demikian maka untuk menumbuhkan hubungan sosial yang diinginkan

bersarna diperlukan adanya komitmen yang kuat untuk menjunjung tinggi nonna-nonna

yang menjadi acuan dasar dalam membina kehidupan sosial secara baik. Komitmen itu

hanya bisa tumbuh dari kesamaan persepsi di samping kesamaan sikap terhadap norma­

nonna yang telah disepakati tersebut. Tanpa kehadiran nonna-nonna yang menjadi

acuan kehidupan bersama, sulit diharapkan tercipta proses interaksi sosial yang dapat

menjamin terciptanya tatanan kehidupan bersama yang dibingkai oleh semangat

persaudaraan yang kuat sebagai sesama anggota dalam satu komunitas sosial.

Komitmen untuk merajut hubungan yang harmonis di kalangan sesama warga

Makassar selain berakar pada nilai-nilai budaya dan agama yang menyatu dalam sistem

panngadalrkang, juga terkait erat dengan kenyataan sating membutuhkan dalam wujud

sating ketergantungan dalam upaya memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesadaran sating

membutuhkan ini muncul sebagai konsekuensi dari realitas sosial yang menunjukkan

bahwa masyarakat terdiri atas berbagai kelompok sosial dengan fungsi dan peran

sosialnyanya masing-masing. Dalam masing-masing kelompok.pun terdapat sejumlah

individu yang masing-masing memiliki kedudukan tersendiri yang berbeda dari yang

lainnya. Kenyataan ini mengharuskan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai

bagian dari kelompoknya untuk mendukung terciptanya tatanan kehidupan sosial yang

terbina atas dasar semangat tolong-menolong. Ini berarti kelangsungan hidup satu

masyarakat tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa kehidupan sosial senantiasa

diwamai oleh hubungan saling mendukung antarindividu atau bahkan antarkelompok

dalam satu masyarakat. Semangat persaudaraan di kalangan sesama masyarakat

Makassar ditambah lagi dengan kesadaran perlunya saling tolong-menolong dalam

kehidupan sehari-hari mendorong mereka untuk menjalin hubungan baik dengan sesama

Page 48: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

22

warga tanpa dihalangi oleh perbedaan-perbedaan status sosial, tingkat kehidupan

ekonomi maupun kecenderungan pemahaman keagamaan.

Perbedaan kecenderungan pemahaman keagamaan, tidak dapat disangkal, sering

menjadi pemicu terjadinya hubungan sosial yang kurang harmonis dalam masyarakat.

Kelompok masyarakat yang mengik.uti kecenderungan pemahaman keagamaan yang

puritanistik kadang-kadang demikian mudah menuduh kelompok masyarakat yang

mengikuti kecenderungan tradisional sebagai orang-orang yang tidak tahu agama,

bahkan tidak jarang dianggap sebagai orang-orang yang merusak kemumian agama.

Lebih mengberankan Jagi jika orang yang tidak sepaham dengannya dikategorikan

sebagai orang-orang yang berusaba merusak agama dengan cara memasukkan unsur­

unsur non-Islam ke dalam agama Islam. Sebaliknya, kalangan penganut agama yang

mengikuti kecendenmgan pemahaman keagamaan yang bersifat tradisional menganggap

bahwa cara terbaik dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama adalah dengan

mengikuti kecenderungan pemahaman dan pengamalan keagamaan yang telah

berlangsung secara turun-temurun di dalam masyarakat dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Mereka ini menganggap bahwa pemahaman dan pengamalan keagamaan

yang diajarkan oleb kelompok puritan merupakan penyimpangan dari ajaran agama yang

sudah berakar dalam masyarakat. Lebih dari itu, mereka menganggap orang-orang yang

mengajarkan model pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang berbeda dengan

model pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang sudah diprak.tikkan secara turun­

temunm merupakan penganut agama bant yang, pada dasarnya, berbeda dengan agama

yang sudah menjadi anutan masyarakat secara pennanen. Pandangan keagamaan seperti

ini dapat ditemukan di kalangan masyarakat muslim Makassar.

Page 49: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

23

Penerimaan Islam sebagai bagian tidak terpisahkan dari sistem panngadaklcang

menjadikan masyarakat Makassar, umumnya, berpandangan bahwa keislaman adalah

identik dengan kebugisan.11 Pandangan ini mensyaratkan agar setiap orang Makassar

dan Bugis pada umumnya yang sudah dewasa berakal ( 'iqil biligb), yakni sekitar usia

12 tab~ haruslah menjalankan ajaran pokok agama Islam dalam kehidupannya sehari-

hari. Ajaran pokok tersebut meliputi ibadah fonnal yang umum yaitu ~alit lima kali

sehari semalam, berpuasa pada bulan suci Ramacjin, serta membayar zakat fitrah (zakih

al-fitr). Berdasarkan pandangan umum ini maka tidaldah mengherankan jika muncul

kesan di kalangan masyarakat awam bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang

dianut oleh orang-orang Bugis yang meliputi Bugis, Makassar dan Mandar. Adapun

orang-orang Toraja pada umumnya menganut agama atau kepercayaan Alukta dan

sebagian lainnya menganut agama Kristen dan Islam. Namun karena proses Islamisasi di

kalangan warga Makassar tidak merata maka secara umum dilihat dari segi tingkat

pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari dikenal

dua kelompok masyarakat sebagaimana telah dikemukakan terdahulu yakni mereka yang

tergolong memiliki tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang dikategorikan

bailc yang di kalangan masyarakat Bugis dan Makassar dikenal sebagai tupagama atau

topagama di satu sisi, dan mereka yang tergolong sebagai muslim nominal lantaran lahir

sebagai orang Makassar dan mewarisi agama Islam dari orang tua mereka, namun tingkat

pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari relatif

sangat rendah yang di kalangan masyarakat Bugis dikenal sebagai muslim sossorang

atau biasa juga disebut sebagai "muslim KTP" (Kartu Tanda Penduduk). Masing-masing

11 Mattulada, Latoa: Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politi/c Orang Bugis (Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1995), him. 383.

Page 50: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

24

kelompok ini mengembangkan pola pemahaman dan pengamalan agama yang berbeda

antara satu kelompok dengan yang lainnya. Perbedaan ini, sesungguhny~ berpotensi

menjadi faktor yang dapat memicu terjadinya jarak sosial antarkomunitas di kalangan

masyarakat muslim Makassar. Sejaub mana perbedaan pemabaman dan pengamalan

ajaran Islam ini mempengaruhi proses integrasi sosial antarkomunitas muslim Makassar

merupakan hat yang menarik untuk dikaji secara mendalam untuk mengetahui hubungan

perbedaan kecenderungan pemahaman keagamaan tersebut dengan ikatan sosial yang

telah terbina begitu kuat di kalangan masyarakat Makassar.

Mereka yang digolongkan sebagai orang-orang pagama, umumn~ memiliki

tingkat kehidupan ekonomi, pendidikan dan sosial yang relatif lebih baik dibandingkan

dengan kelompok sossorang. Meskipun tidak semua orangpagamo tergolong benmtung

menjalani kehidupan ekonomi yang lebih baik berdasarkan kenyataan masih terdapat

sejumlah diantaranya yang secara ekonomi tergolong miskin, kelompok ini umumnya

dapat dikategorikan memilild alcses terhadap kegiatan ekonomi yang lebih baik. Mereka

pada umumnya memilild penghasilan yang tetap, baik sebagai petani pemilik lahan

pertanian atau perkebunan, pedagang, pegawai negeri atau swasta serta pengusaha.

Kehidupan ekonomi yang terbilang baik tersebut memungkinkan mereka untuk

memberikan perhatian memadai kepada pemenuhan kebutubann spiritual dengan jalan

berusaha menunaikan kewajiban agama yang membutubkan kemampuan ekonomi

memadai, misalny~ membayar 7.8kat, memberi infaq atau sadaqah, tennasuk berusaha

menunaikan ibadah haji yang hanya diwajibkan kepada orang-orang yang memiliki

kemampuan ekonomi yang memungkinkan yang bersangkutan menunaikannya. Dilihat

dari sisi pendidikan, umumny~ kelompok pagama memiliki tingkat pendidikan yang

lebih baik dari kelompok sossorang. Pada umumny~ orang-orang yang memiliki tingkat

Page 51: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

25

pendidikan relatif baik memiliki kesadaran beragama yang memungkinkan yang

bersangkutan untu1c menganut agama at.as dasar pengetahuan yang diperoleh baik dengan

cara belajar sendiri ataupun dengan cara menempuh pendidikan agama secara formal.

Jika dilihat dari perspektif kehidupan sosial, kelompok muslim pagama,

umumnya, terdiri atas orang-orang yang berada pada lapisan sosial menengah ke atas.

Hal ini merupakan konsekuensi dari proses Islamisasi yang bermula dari kalangan

bangsawan kerajaan-kerajaan Bugis. Atas jasa merekalah, Islam kemudian berkembang

di kalangan lapisan masyarakat umum. Tidak sedikit dari keluarga kerajaan tergolong

orang-orang yang mendedikasikan dirinya untuk menjadi penganjur Islam di tengah-

tengah masyarakat Bugis. Syekh (Arab: Syaikh) Yiisuf al-Makassari (w. 1699) salah

seorang ulama besar asal Makassar adalah anggota keluarga kerajaan Gowa yang

menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mendalami ajaran Islam kemudian

mengajarkannya kepada umat Islam di berbagai tempat di tanah kelahirannya di Gowa,

di Banten, di Sailan dan di Afrika Selatan.12 Nama lain dari keluarga kerajaan Bugis

yang sangat bersemangat menganjurkan pengamalan ajaran Islam di kalangan

masyarakat Bugis khususnya di lingkungan Kerajaan Bone adalah La Maddaremmeng

(Raja Bone ke-13) yang memerintah tahun 1631-1640. Beliau dikenal sebagai penguasa

reformis Kerajaan Bone yang berusaha menghapus perbudakan dalam wilayah

kekuasaannya karena tidak sesuai dengan ajaran Islam. Beliau bahkan berusaha untuk

menerapkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bone. Demikian

halnya di Tana Wajo tatkala diperintah oleh Arung Matoa Wajo (antara tahun 1821-

1825) upaya peneguhan syariat Islam dalam bentuk pembersihan dari unsur-unsur syirik,

12 Lihat Mattulada, Menyusurl Jejak Kehadiran Makassar da1am Sejarah (1510-1700) (Makassar: Bhakti Baru-Berita Utama, 1982), cet. ke-1, hlm. 124-133. Lihatjuga Abu Hamid, Syekh Yusuf: Seorang Ulama, Su.ft don Pejuang (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), h1m. 112.

Page 52: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

26

perbaikan masjid, pengharusan bagi wanita untulc memakai kerudung serta beberapa

ketentuan lainnya menyangkut pelaksanaan syariat Islam mendapat perhatian sangat

besar dari beliau. 13 Semua ini menunjukkan bagaimana proses Islamisasi dijalankan

secara sruktural dengan menggunakan otoritas politik secara top-down yang dimulai dari

keluarga kerajaan. Peranan yang dhnainkan oieh penguasa daiam mendukung proses

islamisasi di kalangan masyarakat Bugis memberi dorongan yang kuat bagi kalangan

bangsawan Bugis-Makassar untulc menjadikan diri mereka sebagai teladan dalam

pemahaman dan pengamalan ajaran Islam. Selain itu, adanya penghargaan yang

diberikan oleh masyarakat terhadap orang-orang yang memiliki tingkat pemahaman dan

pengamalan ajaran Islam yang baik mendorong para penguasa serta pemuka masyarakat

untulc berusaha memahami dan menjalankan ajaran Islam secara baik. Karena itulah

maka identitas keislaman sangat kuat di kalangan kaum bangsawan Bugis.

Berdasarkan keterangan di atas maka komposisi masyarakat muslim Makassar

menurut tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dikaitkan dengan latar

belakang kehidupan sosial mereka dapat digambarkan sebagai berikut:

13 Mattulada, Latoa, hlm. 385.

Page 53: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

27

Sketsa di atas menunjukkan adanya perbedaan antara komunitas pagama yang

umumnya terdiri atas orang yang memiliki tingkat kehidupan yang lebih baik

dibandingkan dengan komunitas sossorang. Perbedaan ini, sesungguhnya, dapat

menjadi sumber kecemburuan sosial yang pada gilirannya dapat menyulut terjadinya

konflik sosial yang berpeluang merusak hubungan antarkomunitas di dalmn masyarakat.

Terjadinya konflik, umumnya, merupakan akibat langsung dari perbedaan dan

pertentangan kepentingan, pendapat, ide dan paham. Dilihat dari sudut perbedaan

kepentingan, misalnya, menurut Marek dan Snyder sebagaimana dikutip oleh Denis C.

Pirages bahwa perpecahan dapat terjadi karena kelangkaan posisi dan sumber-sumber

yang diperebutkan. Makin sedikit posisi yang diperoleh, maldn tajam pula konflik dan

persaingan di antara peserta konflik. 14 Disebabkan karena perbedaan kepentingan, faham

dan ide merupakan keniscayaan dalam kehidupan masyarakat, malca sudah pasti konflik

menjadi sesuatu yang seiaiu hac:Hr sepanjang peijaianan kehidupan masyarakat tersebut.

Karena itu maka tidak bisa dihindarkan terjadinya konflik di dalam masyarakat. Namun

dalam melihat konflik yang terjadi di dalam masyarakat perlu dibedakan antara konflik

dengan kekerasan (violence), dengan konflik yang tidak menggunakan kekerasan (non­

violence). 15

Meskipun hubungan antarkomunitas di kalangan masyarakat muslim Makassar

tidak sepenubnya bebas dari konflik antarindividu maupun antarkelompok, namun hal

tersebut sangat jarang terjadi. Adanya kesadaran untuk sating memahami dan menerima

keadaan masing-masing individu ataupun kelompok menjadi faktor utama dalam

14 Denis C. Pirages, StabUitas Politik dan Pergolakan Koriflik (Jakarta: FIS-UI, 1982), him. 7.

15 Haryanto, Elite, Mossa dan Konjlik Ci ogyakarta: PAU-Studi Sosial UGM, 1993), him. 67.

Page 54: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

28

menjalin hubungan antarindividu maupun antarkelompok di kalangan masyarakat

Makassar. Kesadaran ini merupakan konsekuensi logis dari pandangan masyarakat yang

berakar pada nilai-nilai budaya panngadalckan&l'panngaderreng. Kesadaran untulc

menjalin hubungan yang harmonis di kalangan sesama warga Makassar tumbuh di atas

keinginan untulc saling menerima keadaan, pandangan dan tindakan dalam satu tatanan

kehidupan bersama yang diliputi semangat saling menghargai sebagai manusia yang

dahun istilah Bugis disebut sipakatau. Sepanjang semangat sipakotau ini dijadikan

rujukan utama di dalam berhubungan dengan orang lain maka bisa dipastikan terjadinya

hubungan yang saling menghargai antarsesama manusia tanpa mempedulikan perbedaan

yang terjadi sebagai akt'bat dari perbedaan cara pandang terhadap kehidupan (world

view) tennasuk perbedaan paham dan kecenderungan pengamalan keagamaan.

Hubungan sosial yang didasarkan atas semangat saling menghargai merupakan

modal penting dalam kehidupan bersama. Semangat sating menghargai sebagai sesama

warga masyarakat ~in dalam berbagai kegiatan sehari-bari masyarakat Makassar.

Kesetiaan terhadap nonna-norma sosial dan budaya yang sudah melembaga dalam

kehidupan masyarakat yang bersangkutan merupakan kekuatan pengikat dalam menjalin

berbagai aktivitas sosial baik antara individu satu dengan individu lainnya dalam satu

komunitas yang sama maupun antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya di

dalam masyarakat Proses terjadinya integrasi sosial berawal dari munculnya

kesempatan untulc mengadakan interaksi dengan orang lain yang kemudian melahirkan

komunikasi dalam bentuk kontak sosial antarindividu maupun antarkelompok yang

terlibat dalam kontak sosial tersebut. Proses interaksi yang terjadi berulang-ulang secara

terus menerus antara masing-masing individu dalam satu kelompok atau antara masing­

masing kelompok dalam satu komunitas akan melahirkan norma-nonna yang menjadi

Page 55: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

29

acuan atau penuntun bagi masing-masing anggota dari masing-masing individu atau

kelompok dalam melakukan tindakan sosial. Konsensus yang lahir dari kebutuhan untuk

membina kehidupan bersama dapat berfungsi secara baik selama para anggota dari

masing-masing kelompok yang berbeda merasakan manfaatnya secara :fungsional dalam

membina tata hubungan sosial di kalangan mereka. Dengan demikian maka untuk

memelihara dan membina proses interaksi sosial yang baik sebagaimana yang diinginkan

bersama diperlukan adanya nilai-nilai yang bersifat fundamental yang menjadi dasar bagi

setiap individu maupun kelompok dalam membangun sikap serta tindakan-tindakan

sosial dalam kehidupan sehari-hari. Sistem nilai budaya dan agama merupakan sumber

nilai yang sangat penting di kalangan masyarakat Makassar. Kedua sistem nilai yang

sudah mengajar kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Makassar tersebut

menempati kedudukan istimewa dalam pembentukan pola-pola integrasi sosial di

kalangan masyarakat muslim Makassar.

Dalam rangka memahami pola-pola integrasi sosial yang terjadi di kalangan

masyarakat muslim Makassar, penelitian menggunakan kerangka pikir yang

dikemukakan oleh Sunyoto Usman yang mensyaratkan tiga a1asan utama yang menjadi

dasar terjadinya proses integrasi sosial tersebut. Ketiga alasan utama yang dimaksud

adalah:

1. Adanya nilai-nilai sosial :fundamental yang disepakati sebagai acuan normatif dan

praktis dalam berinteraksi dengan sesama warga masyarakat.

2. Adanya kesadaran untuk memelihara kesetiaan ganda kepada masing-masing unit

sosial (cross-cutting affiliations) sebagai wadah menjalin serta memelihara

hubungan sosial sambil tetap memelihara kesetiaan kepada masing-masing unit

sosial tersebut (cross-cutting loyalities).

Page 56: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

30

3. Adanya tuntutan untuk bekerja sama sebagai konsekuensi sating ketergantungan

antarindividu maupun antarkelompok dalam masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan masing-masing.16

Dalam rangka memahami pola-pola dan saluran integrasi sosial di kalangan

masyarakat musiim Mak.assar secara proporsionai, peneiltl menggunakan beberapa

pendekatan. Pendekatan teologis digunakan untuk memahami kecenderungan

pemahaman dan pengamalan keagamaan masyarakat Makassar dalam hubungannya

dengan perilaku sosial mereka sehari-hari. Dengan menggunakan pendekatan ini,

peneliti berusaha untuk memahami atau mengidentifikasi apakah terdapat kaitan antara

paham keagamaan yang dianut tersebut dengan pola-pola dan saluran-saluran integrasi

yang digunakan dalam menjalin hubungan sosial dengan seseorang atau sekelompok

orang yang memiliki pemahaman keagamaan yang berbeda dalam lingkungan sosial

mereka. Untuk maksud tersebut maka peneliti merasa perlu berusaha untuk memahami

secara tepat kecenderungan-kecendenmgan pemahaman keagamaan di kalangan

masyarakat muslim Makassar.

Sebagai suatu studi terhadap perilaku sosial keagamaan di kalangan masyarakat

muslim Makassar maka penelitian ini menggunakan pula pendekatan sosiologis dengan

jalan memanfaatkan kerangka pikir sosiologis yang telah dikembangkan oleh sejumlah

sosiolog unmk melihat kaitan antara pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial.

Dengan menggunakan pendekatan sosiologis penelitian ini berusaha untuk memahami

pengaruh timbal-balik antara agama di satu sisi dengan realitas sosial masyarakat muslim

Makassar di sisi yang lain. Teori fungsionalisme struktural digunakan sebagai landasan

teori dalam menganalisis dan memahami pola relasi sosial yang diteliti berdasarkan

16 Sunyoto Usman, Pembangunan don Pemberdaya.an Masyarakat (Y ogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 79-80.

Page 57: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

31

kenyataan kuatnya semangat kebersamaan yang terjalin di kalangan masyarakat

Makassar. Di samping itu, penelitian ini menggunakan pula sejumlah teori sosiologi

untulc memahami pengaruh timbal balik antara pemahaman keagamaan dengan perilaku

sosial kelompok komunitas keagamaan. Selain itu, pendekatan sosiologis juga

digunakan untulc melihat bagaimana kontribusi pemahaman dan pengamalan keagamaan

terhadap proses sosial yang terjadi dalam masyarakat Makassar.

Pendekatan antropologis digunakan dalam penelitian ini untulc memahami posisi

pemahaman keagamaan sebagai manifestasi dari cara pandang manusia dalam merespons

lingkungan seki1amya dengan seperangkat pennasalahannya. Pandangan ini lahir dari

pemahaman peneliti bahwa pemahaman keagamaan tidak bisa dilepaskan sepenuhnya

dari nilai-nilai budaya yang telah tumbuh dan melembaga dalam kehidupan masyarakat.

Dengan kata lain, paham keagamaan yang tumbuh dan berkembang di kalangan

komunitas keagamaan tertentu merupakan hasil dari ikhtiar manusia untuk memahami

kehendak Tuhan. Hasil dari upaya untulc memahami ajaran agama ini harus dipandang

sebagai budaya keagamaan. Pemahaman yang tepat terhadap budaya keagamaan ini

dapat diWU:judkan melalui studi yang dilakukan secara cermat dengan menggunakan

pendekatan antropologis.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus (case study) yang bertujuan untulc mengkaji

secara mendalam hubungan tingkat pemahaman keagamaan dengan perilaku sosial

masyarakat muslim Makassar dalam kehidupan sehari-hari, khususnya menyangkut

kesadaran untulc memelihara integrasi sosial di kalangan mereka. Sebagai sebuah studi

kasus, penelitian ini berusaha untulc mengkaji secara mendalam sejumlah fakta sosial

Page 58: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

32

yang menjadi obyek penelitian dengan menggunakan tehnik simultaneous cross­

sectionol yaitu dengan mengamati proses-proses sosial dalatn bentuk interaksi sosial

yang diperankan oleh sejumlah subyek penelitian dalam tenggang waktu selama 2003 -

2006.

Untuk memperoleh data yang diperlukan sebagi bahan kajian studi ini, maka

peneliti menggunakan dua bentuk tehnik pengumpulan data, yaitu:

1. Studi Pustaka

Studi Pustaka digunakan untuk memperoleh informasi yang terkait dengan obyek

penelitian ini yang berasa1 dari hasil-hasil penelitian yang ada baik dalatn bentuk

buku maupun dalam bentuk dokumen lain. Dalam hal ini penulis berusaha

menghimpun informasi tentang sejarah kehidupan sosial keagamaan masyarakat

Makassar. Penelitian terhadap bahan-bahan pustaka ini dimaksudkan untuk:

a. Mendapatkan informasi awal menyangkut berbagai hat tentang obyek

penelitian yang dalam hat ini kehidupan sosial keagamaan masyarakat B~

pada umumnya, serta masyarakat Makassar, khususnya, melalui studi terbadap

sejumlah bahan pustaka mengenai masalah kehidupan sosial keagamaan

masyarakat muslim Makassar. Bahan pustaka yang dimaksud dapat berupa

laporan penelitian baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.

b. Menelusuri teori-teori sosial yang dikemukakan oleh beberapa pemikir sosial

keagamaan untuk menentukan asumsi-asumsi awal yang diperlukan untuk

merumuskan kerangka teori yang akan dijadikan acuan dasar dalam memahami

serta menganalisis data berkaitan dengan problema penelitian.

Page 59: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

33

2. Studi Lapangan

Sebagai studi empirik, penelitian ini membutuhkan data primer yang umumnya

diperoteh di tapangan dengan cara menghimpun data metatui tehnik pengumpulan

data sebagai berikut:

a. Obsenasi

Dalam melaksanakan observasi, peneliti menggunakan tehnik pengamatan

tertibat (participant obsenation) di samping juga pengamatan tidak tertibat

(non-participant observation). Tehnik pengamatan terlibat digunakan untuk

memperoteh informasi yang obyektif dan mendalam tentang berbagai kegiatan

sosial keagamaan masyarakat yang diteliti dengan pertimbangan bahwa melalui

cara ini penetiti berharap bisa menangkap secara tepat informasi yang

diperlukan sebagai bahan kajian studi ini. Adapun pengamatan tidak terlibat

digunakan untuk memahami aktivitas sosiat masyarakat yang tidak memertukan

keterlibatan langsung peneliti ke dalam aktivitas sosial masyarakat yang diteliti.

Hat-hat yang mungldn sutit dikemukakan oleh informan melatui wawancara

dapat diperoleh dengan cara mengamati secara teliti aktiviras sosial keagamaan

masyarakat baik dengan cara metibatkan diri secara langsung da1am kegiatan

yang menjadi obyek penelitian maupun dengan cara mengamati dari luar

sehingga dapat diperoleh infonnasi yang jelas mengenai hat-hat yang pertu

diketahui sebagai bahan analisis yang diperlukan guna mendukung studi ini.17

Dengan demikian penetiti berusaha untuk ik.ut terlibat dalam berbagai aktivitas

sosial keagamaan seperti ritus-ritus yang terkait dengan sildus kehidupan,

17 Lihat James P. Spradley dan David McCurdy, Anthropology: Cultural Perspectves (New York: John Wiley and Sons, 1975), hlm. 43-71.

Page 60: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

34

peringatan hari-bari besar Islam maupun kegiatan-kegiatan sosial masyarakat

seperti gotong-royong membangun masjid, mendirikan rumah, dan

semacamnya.

b. Wawancara

Tehrulc pengumpulan data melalui wawancara peneliti lakukan untulc

memperoleh infonnasi yang lebih mendalam dari sejumlah orang, baik dengan

mereka yang menjadi obyek penelitian ini, maupun dengan pihak-pihak tertentu

yang dapat memberikan informasi yang dipertukan guna mendukung penetitian

ini. Karena tehnik wawancara ini dimaksudkan untulc memperoleh infonnasi

yang lebih detail dan mendalam, maka tehnik wawancara yang diguanakan

adalah interview mendalam (depth interview).

3. Metode Penentaan Wilayall Penetitian

Berhubung wilayah hunian masyarakat muslim Makassar tersebar di sejumlah

kabupaten yang demikian 1uas yakni meliputi tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan

maka penelitian ini membatasi diri pada dua desa yang sengaja dipilih di dua

kabupaten yang penduduknya seluruhnya merupakan sub etnis Makassar yang

beragama Islam. Masing-masing desa yang dipilih memiliki karakteristik yang

mencenninkan kondisi umum dari wilayah yang menjadi hunian masyarakat

muslim Makassar. Pada umumnya masyarakat Makassar mendiami wilayah

dataran rendah yang sebagian merupakan wilayah yang subur untuk kegiatan mata

pencaharian dengan mengandalkan pengolahan tanah sebagai petani sawah atau

kebun. Atas dasar ini maka dipilihlah salah satu desa yang penduduknya hampir

Page 61: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

35

seluruhnya menekuni pekerjaan sebagai petani. Adapun wilayah hunian tainnya

merupakan dataran rendah yang bersentuhan langsung dengan pantai menjadika.n

penduduknya sebagian besar menjatani mata pencabarian sebagai nelayan. Dari

wilayah dengan ciri seperti ini dipilih satu desa sampel wilayah penelitian yang

dijadikan tempat penelitian. Wilayah penetitian dengan ciri pekerjaan

penduduknya sebagai petani sawah atau kebun dipilih dari salah satu desa di

Kabupaten Gowa yaitu Desa Pattallassang, K.ecamatan Pattallassang, sedang

wilayah penelitian dengan ciri utama pekerjaan penduduknya sebagai petani dan

nelayan adalah satah satu desa di K.abupaten Jeneponto yaitu Desa Arungkeke,

Kecamatan Arungkeke.

4. Metode Penentuan Sampel Responden

Pemilihan sampel responden dilakukan secara proporsional seperti halnya

dengan penentuan sampet wilayah penetitian. Penentuan responden ditetapkan atas

dasar pertimbangan yang wajar sehingga layak dianggap representasi dari populasi

penelitian. Tehnik pemilihan responden yang penetiti gunakan adatah melalui

snowballing sample yakni berusaha mencari responden dengan memanfaatkan

informasi dari responden yang sedang diwawancarai. Guna memperoteh data yang

diinginkan maka peneliti berusaha mewawancarai sejumlah informan dari berbagai

unsur dalam masyarakat secara berimbang baik berdasarkan latar belakang sosial,

pendidikan, ekonomi serta tingkat pemahaman dan pengamalan keagamaan

mereka. Untuk melengkapi dan memperjelas informasi yang diperoleh dari basil

wawancara dengan para responden, peneliti juga berusaha untuk mewancarai

Page 62: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

36

sejumtah infonnan ahli yang sengaja dipilih menurut kapasisitas keahtiannya

menyangkut hal-hal tertentu yang terkait dengan penelitian ini.

5. Anatisis Data

Tehnik analisis data yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan fakta-

fakta sosiat keagamaan yang diteliti adalah anatisis kuatitatif deskriptif. Setiap data

yang dihimpun dari berbagai sumber dikategorisasikan menurut sifat dan bentuknya

untuk mempennudah upaya memahaminya. Fakta-fakta sosiat yang diteliti tidak

hanya dideskripsikan secara eksplisit melainkan juga dikaji secara mendalam guna

menemukan makna substansiat fakta-fakta sosial tersebut.

Dalam menganalisis data peneliti menggunakan tehnik analisis komparatif

datam pengertian data yang diperoleh dianatisis dengan cara memperbandingkannya

satu sama lain. Dengan menggunakan tehnik analisis ini, penulis melakukan analisis

dalam dua tangkah pokok, yaitu:

1. Memperbandingkan setiap data yang diperoleh untuk. menentukan kategori data

terse but.

2. Memperbandingkan dan mengintegrasikan kategori-kategori dan sifat-sifatnya

guna merumuskan hipotesis sebagai proses menuju perumusan teori.

G. Sistematika Penotisan

Disertasi ini terdiri atas enam bab yang masing-masing memuat uraian yang

dibagi ke datam beberapa sub-bab berdasarkan wilayah cakupan pembahasannya

masing-masing. Tiap-tiap sub-bab membahas satu tema yang terkait erat dengan pokok

Page 63: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

37

pembahasan yang dijetaskan datam bab yang bersangkutan. Pembahasan sub-bab

dimaksudkan untuk mengbadirkan gambaran yang lebih jelas tentang ide utama yang

didiskusikan pada masing-masing bab.

Bab pertama yang berisi pendahuluan memuat sejumlah informasi menyangkut

penetitian ini. Uraian bab ini pada dasamya berusaha menjawab sejumtah pertanyaan

seperti: mengapa penelitian ini perlu dilakukan, apa yang menjadi permasalahan utama

yang hendak dijawab oteh penetitian ini, apa kerangka teori yang digunakan untulc

memahami permasalahan yang diteliti, pendekatan apa yang digunakan dalam

menganatisis permasatahan yang ditetiti serta bagaimana tebnik yang digunakan untuk

menghimpun, mangkategorisasi dan menganalisis data yang diperoleh. Semua informasi

ini dikemukakan untuk memberikan gambaran umum menyangkut proses persiapan,

penelitian dan penulisan disertasi ini dengan harapan dapat membantu para pembaca

datam memahami karya ilmiah ini.

Bab kedua memuat uraian tentang masyarakat Makassar sebagai satu suku yang

memi1iki sistem budaya tersendiri yang menjadi acuan normatif bagi mereka dalam

menjalani kehidupan sehari-hari baik secara individual maupun secara kolektif. Sistem

budaya tersebut merupakan satah satu faktor utama yang membentuk cara pandang

manusia Makassar terhadap lingkungannya termasuk mengenai asal-usul genelogis

orang-orang Makassar yang berimplikasi pada pengelompokan sosiat yang menempatkan

mereka ke dalam unit-unit sosial yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Bab ketiga mendiskusikan sejarah panjang proses pembentulcan masyarakat

muslim Makassar sejak kedatangan Islam pertama kali di wilayah mereka sampai kepada

usaha-usaha sistematis yang dilakukan oteb para ulama atau ustadz dalam membina

kehidupan beragama di kalangan masyarakat Makassar. Proses islamisasi masyarakat

Page 64: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

31

Makassar yang mempertemukan Islam di satu sisi dengan kepercayaan dan kebudayaan

lokal yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Makassar di sisi yang lain

menimbutkan berbagai bentuk respons masyarakat mutai dari penerimaan secara baik

hingga penolakan secara total. Bentuk-bentuk respons itu bisa disaksikan daJam

kehidupan keagamaan sehari-hari masyarakat Makassar. Tertepas dari berbagai bentuk

respons masyarakat tersebut, peranan penting ulama atau ustadz dalam membina

kehidupan beragama masyarakat mustim Makassar tidak bisa dipandang sebelah mata.

Justru semangat keberagamaan yang demikian kuat di kalangan masyarakat muslim

MakaS!iar menjadi buk:ti kuat betapa besar jasa mereka dalam mengawal proses

islamisasi di kalangan masyarakat Makassar. Perbedaan pola pembinaan dan metode

pembinaan yang diterapkan oleh masing-masing utama atau ustadz memberikan peluang

kepada terjadinya perbedaan kecendenmgan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam

masyarakat muslim Makassar sebagaimana dapat dilihat dalam kehidupan mereka sehari­

hari.

Bab keempat menjetaskan ragam pola pemahaman dan pengamatan ajaran Islam

di kalangan masyarak.at Makassar. Untuk memahami ragam serta pola pemahaman

tersebut maka pada bab ini dikemukakan latar belakang terjadinya potarisasi pemahaman

dan pengamalan ajaran Islam di kalangan masyarakat muslim Makassar sebagai

konsekuensi dari perbedaan a1cses terhadap proses pembinaan pemahaman dan

pemahaman ajaran Islam yang dilaksanakan oleh para ulama atau ustadz. Sealain itu,

perbedaan kecenderungan pemahaman dan pengamatan ajaran Islam masyarakat

Makassar juga dibentuk oleh perbedaan metode serta perbedaan kecenderungan

pema:haman keagamaan yang diperkenatkan oleh ulama atau ustadz yang bersangkutan

dalam membina pengikut-pengikut mereka. Orang-orang Makassar yang beruntung

Page 65: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

39

memperoleh alcses yang lebih besar untulc mendapatkan bimbingan dalam kehidupan

keagamaan menjadi kelompok muslim yang dikategorikan sebagai muslim pagama,

sedang mereka yang hanya memiliki akses yang sangat terbatas . atau bahkan tidak

memiliki alcses sama sekali untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran

Islam menjadi kelompok muslim sossorang. Masing-masing kelompok ini

mengembangkan cara kehidupan beragama yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Bab kelima menguraikan secara mendalam pola-pola integrasi sosial yang

berlangsung antara berbagai kelompok dalam masyarakat muslim Makassar khususnya

antara muslim pagama di satu sisi dengan muslim sossorang di sisi yang lain.

Pembahasan tentang pola-pola integrasi sosial di kalangan masyarakat muslim Makassar

metiputi po ta kekerabatan yang terkait erat dengan sistem budaya yang telah berakar kuat

di kalangan mereka, pola ketergantungan ekonomi sebagai konsekuensi adanya

perbedaan akses terhadap sumber-sumber ekonomi yang ada, pola patron-klien yang

terjadi sebagai akibat dari adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat serta pola

kesamaan keyakinan agama sebagai mustim. Masing-masing pola integrasi sosial di atas

mempertemukan kelompok muslim pagama di satu sisi dengan muslim sossorang di sisi

yang lain.

Bab keenam yang merupakan bagian penutup berisi poin-poin utama yang

merupakan temuan penelitian yang dikemukakan dalam bentuk kesimputan. Temuan

penelitian ini merupakan jawaban terhadap permasalahan penelitian. Melengkapi bagian

ini dikemukakan pula rekomendasi sebagai implikasi dari temuan penelitian.

Page 66: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

A. Kesimpulan

BAB VI

PENUTUP

Komunitas muslim Makassar memiliki fanatisme yang kuat terhadap adat­

istiadat dan agama (Islam). Perilaku sosial mereka terkait erat dengan fanatisme

k.ultural serta fanatisme keagamaan tersebut. Sistem budaya panngadakkang telab

membentuk pandangan dunia (worldview) manusia Makassar menjadikan mereka

sebagai salab satu etnis yang memiliki identitas budaya yang sangat kuat. Hal ini

menjadi sumber motivasi yang mempengaruhi sikap maupun perilaku sosial sehari­

hari. Di sisi lain, semangat keberagamaan yang tertanam dalam benak setiap orang

Makassar mendorong terjadinya proses akulturasi antara budaya dengan agama

yang melabirkan dua varian keberagamaan yakni kelompok yang berusaba

melaksanakan ajaran agama secara mumi - menurut apa yang mereka yakini -

sebagai upaya untuk mengukuhkan identitas keberagamaan mereka dan kelompok

yang menerima Islam secara formal namun tetap berusaba mempertabankan

keyakinan atau tradisi keagamaan pra-Islam yang sudab melembaga dalam

kehidupan orang-orang Makassar secara turun-temurun. Kelompok pertama

disebut muslim pagama, sedang kelompok kedua disebut muslim sossorang.

Kelompok muslim pagama di Pattallassang yang sebagian besar terdiri atas

penganut tarekat Naqsyabandiyah dan tarekat Khalwatiyab, seperti juga orang­

orang Muhammadiyab, memiliki kesadaran untuk menjadikan ajaran agama yang

mereka yakini masing-masing sebagai sumber motivasi dalam menjalankan

aktivitas sosial mereka sehari-hari. Perbedaan kecenderungan pemahaman dan

318

Page 67: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

319

pengamalan ajaran agama yang mereka yakini memberikan pengaruh dalam

merefleksikan perilaku sosial mereka. Pengikut tarekat Naqsyabandiyah bersikap

lebih terbuka dan toleran dalam menjalankan aktivitas sosial mereka sebagai

implikasi dari pandangan yang mengidentifikasi jamaah mereka sebagai bagian

integral dari kelompok mayoritas muslim yakni ahlussunnah waljama'ah. Pengikut

tarekat Khalwatiyah cenderung mengembangkan pola hubungan sosial yang

tertutup ( eksklusit) dalam berhubungan dengan kelompok muslim lainnya. Pola

perilaku sosial ini merupakan implikasi dari ajaran Khalwatiyah yang bersifat

tertutup yakni cenderung membatasi wilayah cakupan interaksi sosial mereka dalam

lingkungan jamaah Khalwatiyah yang terdiri atas orang-orang yang telah menerima

baiat sebagai pengikut tarekat tersebut. Adapun orang-orang Muhammadiyah,

termasuk juga orang-orang yang diidentifikasi sebagai kelompok Salafi, cenderung

mengembangkan perilaku sosial yang terkesan pogresif dalam mengaplikasikan

pemahaman keagamaan mereka dalam kehidupan sosial sehari-hari sehingga turut

''mempertajam" batas-batas sosial (social boundaries) sebagai akibat perbedaan

paham keagamaan dalam masyarakat

Kelompok muslim pagama di Arungkeke umumnya terdiri atas orang­

orang Muhammadiyah dan NU dan sebagian lainnya adalah orang yang tidak

menjadi anggota dari salah satu organisasi keagamaan tersebut tetapi memiliki

pemahaman tentang Islam yang relatif baik. Komposisi penduduk Arungkeke

menurut afiliasi organisasi keagamaan yang sebagian besar adalah pengikut

Muhammadiyah menyebabkan tingkat persaingan antarkelompok di kalangan

masyarakat tidak terasa. Jika di kalangan masyarakat muslim Pattallassang terjadi

polarisasi kelompok antarmuslim pagama berdasarkan perbedaan kecenderungan

Page 68: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

320

pemahaman keagamaan masing-masing, maka di kalangan masyarakat muslim

Arungkeke polarisasi tersebut terjadi antara kelompok muslim pagama di satu sisi

dengan kelompok muslim sossorang di sisi yang lain. Dengan demikian maka

hubungan sosial antarkelompok muslim di Arungkeke dilihat dari perspektif

kedalaman pemahaman dan penghayatan ajaran agama merupakan refleksi dari

persinggungan antara keinginan untuk mengamalkan ajaran Islam secara baik yang

diperankan oleh kelompok muslim pagama di satu sisi dengan keinginan untuk

mempertahankan keyakinan dan tradisi keagamaan lokal yang diperankan oleh

muslim sossorang di sisi yang lain.

Pengaruh pemahaman keagamaan terhadap perilaku sosial masyarakat

Makassar dapat dikelompok:kan ke dalam tiga kategori utama. Pertama, pengaruh

yang lahir dari kesadaran untuk menjalankan ajaran Islam secara total (kBffab)

dalam k.ehidupan sehari-hari termasuk dalam menjalankan aktivitas sosial.

Implikasinya adalah munculnya kecenderungan yang terkesan eksklusif sehingga

cenderung menghambat proses interaksi sosial secara intensif antarsesama warga

yang berasal dari kelompok masyarakat muslim lainnya. Mereka yang termasuk ke

dalam k.elompok ini adalah pengikut Muhammadiyah dan kelompok Salafi. Kedua,

pengaruh yang lahir dari kesadaran untuk menjalankan ajaran agama tanpa

meninggalkan praktik-praktik keagamaan maupun kebiasaan masyarakat yang

diwariskan secara turun-temurun sepanjang tidak bertentangan secara tegas dengan

ajaran dasar Islam. Dalam kategori ini terdapat dua kecenderungan yang berbeda

yakni (1) kelompok yang lebih membatasi diri dalam menjalankan aktivitas sosial

dengan kelompok lainnya sebagaimana yang dikembangkan oleh pengikut tarekat

Khalwatiyah, dan (2) kelompok yang agak terbuka menjalankan aktivitas sosial

Page 69: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

321

dengan kelompok muslim lainnya sebagaimana yang dikembangkan oleh pengikut

tarekat Naqsyabandiyah. Ketiga, pengaruh yang tidak didasarkan atas kesadaran

untuk menjalankan ajaran Islam tetapi semata-mata didasarkan atas pemahaman

sebagai bagian dari kebiasaan (tradisi) yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat Orang-orang yang termasuk dalam kategori ini, umumnya, tidak

memiliki pemahaman yang baik tentang ajaran Islam. Oleh karena itu maka

perilaku sosial mereka sama sekali tidak didasarkan atas ajaran Islam. Mereka yang

tergolong ke dalam kategori ketiga inilah yang di dalam masyarakat Makassar

disebut sebagai muslim sossorang.

Keberadaan kelompok-kelompok sosial berdasarkan perbedaan

kecenderungan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam tersebut memberikan

pengaruh terhadap pola-pola relasi sosial antarkelompok dalam komunitas muslim

Makassar. Kenyataan ini membuka peluang terjadinya pengkotakan masyarakat ke

dalam berbagai unit sosial yang secara potensial berpeluang mendorong munculnya

persaingan bahkan pertentangan dalam bentuk konflik kepentingan yang bisa

mengganggu hubungan sosial antarkelompok dalam masyarakat yang bersangkutan.

Kekhawatiran ini tidak terjadi di kalangan masyarakat muslim Makassar di

Arungkeke maupun di Pattallassang, khususnya antara kelompok muslim pagama

di satu sisi, dengan kelompok muslim sossorang di sisi yang lain. Relasi sosial

yang selama ini terjalin antara muslim pagama dengan muslim sossorang

menunjukkan hubungan yang lebih bersifat apresiatif untuk memelihara hubungan

kekerabatan antarsesama warga masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor non­

keagamaan yang diperkuat oleh ikatan kesamaan keyakinan agama yang

mengajarkan persaudaraan dan persamaan derajat umat manusia. Faktor-faktor

Page 70: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

322

non-keagamaan yang menjadi pijakan utama bangunan kehidupan sosial

masyarakat Makassar adalah sistem kebudayaan (cultural system) panngadakkang.

Setiap individu dalam masyarakat Makassar terikat ke dalam satu sistem

kebudayaan yang telah berakar kuat dan melembaga dalam kehidupan sehari-hari

orang-orang Makassar secara turun-temurun. Kesadaran sebagai warga Makassar

mengharuskan setiap orang dalam komunitas ini untuk memelihara siri' (harga diri)

di samping juga memelihara ikatan solidaritas sosial dalam bentuk kasih sayang

yang disebut pacce.

Ketergantungan ekonomi merupakan salah satu alat perekat yang terbukti

berhasil menjadi 'jembatan" yang menghubungkan antara orang-orang yang

tergolong kaya yang sebagian besar merupakan orang-orang yang memiliki

kesadaran beragama yang tergolong baik sebagaimana ditunjukkan melalui ketaatan

menjalankan kewajiban pokok ajaran Islam dengan orang-orang yang tergolong

miskin yang umumnya merupakan orang-orang yang "kurang" taat melaksanakan

ajaran pokok Islam seperti ~iit, puasa dan zakat Orang-orang kaya membutuhkan

orang-orang miskin untuk bekerja membantu majikannya mengurus berbagai hal

yang berkaitan dengan usaha serta harta milik mereka. Atas dasar ini, orang-orang

yang tergolong kekurangan merasa memperoleh bantuan dari majikan mereka.

Hubungan saling membutuhkan antara orang-orang yang tergolong muslim pagama

dengan orang-orang yang tergolong muslim sossorang merupakan alat pengikat

hubungan sosial yang efektif dalam masyarakat Makassar.

Sama halnya dengan hubungan berdasarkan ketergantungan ekonomi,

sejumlah orang dalam masyarakat terikat ke dalam hubungan patron-klien atas

dasar saling membutuhkan. Orang-orang yang memiliki status sosial yang tinggi

Page 71: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

323

memelukan sejumlah orang lain yang dapat memberikan dukungan kepada mereka

bilamana diperlukan. Dukungan tersebut bisa berbentuk tenaga, suara (politik),

bahkan uang untuk suatu kepentingan tertentu. Sebaliknya, orang-orang yang

berada pada lapisan sosial yang rendah membutuhkan perlindungan dari orang­

orang yang memiliki status sosial yang terhonnat dalam masyarakat. Tidak sedikit

orang dalam masyarakat masyarakat Makassar berusaha menjalin hubungan yang

baik dengan orang lain lantaran merasa hubungan tersebut memberikan manfaat

yang tidak sediki dalam kehidupan sosial.

Semua instrumen perekat sosial yang dikemukakan di atas menjadi semakin

kuat karena mendapat dukungan kesamaan keyakinan agama. Hal itu semakin kuat

jika diikuti oleh kesamaan kecenderungan pemahaman dan pengamalan ajaran

Islam. Orang-orang tergolong sebagai muslim pagama memiliki pandangan bahwa

seorang muslim terhadap sesamanya muslim haruslah berusaha menjalin hubungan

yang baik dalam bentuk sating rnenghargai dan saling tolong-rnenolong. Atas dasar

pandangan ini maka setiap muslim yang baik haruslah berusaha rnenjalin hubungan

yang baik pula dengan sesama muslim, terlepas apakah orang tersebut tergolong

pagama atau muslim sossorang. Di sisi yang lain, orang-orang yang tergolong

sebagai rnuslim sossorang lebih terdorong untuk menjalin hubungan sosial yang

baik dengan sesama warga Makassar sebagai konsekuensi dari keharusan adat­

istiadat untuk sating rnenghonnati dan sating rnenghargai.

B. lmplikasi Penelitian

Hubungan sosial yang terbangun secara baik antara muslim pagama dengan

muslim sossorang sebagaimana yang dikemukakan di atas merupakan modal sosial

Page 72: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

324

yang sangat penting dalam menggerakkan pembangunan untulc mewujudkan

kebahagiaan clan kesejahteraan hidup masyarakat. Kemampuan masyarakat

Makassar untulc menjaga dan mengembangkan pola-pola integrasi sosial yang jauh

dari konflik negatif perlu dikaji lebih mendalam untulc dijadikan bahan

pertimbangan dalam upaya mempersempit peluang terjadinya konflik sosial yang

dapat merusak tatanan kehidupan sosial masyarakat. Kurangnya perhatian yang

selama ini diberikan kepada usaha-usaha untulc menggali nilai-nilai budaya lokal

membuka peluang bagi suburnya semangat "ignoransi" terhadap kearifan lokal

yang telah melembaga dalam masyarakat secara turun temurun. Nilai-nilai

persaudaraan clan solidaritas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

sebagai bagian dari kearifan lokal yang diperkuat oleh penghayatan terhadap ajaran

persaudaraan clan persamaan dalam Islam, tidak dapat dimungkiri merupakan

sumber inspirasi yang sangat potensial dalam membangun suasana kehidupan

harmonis antarwarga dalam masyarakat. Atas dasar ini maka penelitian ini

menganggap perlu meminta perhatian para penentu kebijakan publik serta pemikir

sosial kemasyarakatan untulc meningkatkan upaya menjadikan kearifan budaya

serta ajaran agama sebagai modal sosial yang strategis bagi usaha-usaha

memantapkan proses integrasi sosial.

Page 73: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Hamid, Manusia Bugis Makassar: Suatu Tinjauan Historis terhadap Pola Tingkah La/cu don Pandangan Hidup Manusia Bugis Makassar, Jakarta: Inti ldayu Press, 1985.

Ahimsa-Putra, Heddy Shri, Minawang: Hubungan Patron-Klien di Sulawesi Selatan, Yogyakana: Gajali Mada University Press, t 988.

Andaya, Leonard Y., Worisan Arung Palakka: Sejarah Sulawesi Selatan Abad Ke-17, terj. Nurhadi Sirimorok, Makassar: lninnawa, 2004.

Arief, Aburaerah, Kamus Makassar - Indonesia, t.t.p.: Yayasan Perguruan Islam Kapita DDI, 1995.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Oowa, Kabupaten Gowa dalam Angka Tahun 2004, Sungguminasa: BPS Kabupaten Gowa, 2005.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Jeneponto dalam Angka Tahun 2004, Bontosunggu: BPS Kabupaten Jeneponto, 2005.

Blau, Peter M., Inequality and Heterogeneity: A Primitive Theory of Social Structure, New York: The Free Press, 1977.

Burbani, Danawir Ras, "Sejarah Peikembangan Pendidikan di Sulawesi Selatan", Laporan Penelitian, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam tahun 1984.

Chabot, Hendrik Th., ''Bontoramba, Sebuah Desa Goa, Sulawesi Selatan" dalam Koentjanmhlgrat (ed.), Masyarakat Desa di Indonesia, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1984: 194-212.

Chehab, Tharik, Asal-Usu/ Para Wali, Susuhunan, Sultan don Sebagainya di Indonesia, u.p •• t.p., 1975.

Departemen Agama RI, Al-Qur'indan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'in Tahun 1990/1991.

Departemen P dan K, Upacara Tradisional Daerah Sulawesi Selatan, Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan, 198111982.

Djamas, Nurbayati, "Varian Keagamaan Orang Bugis Makassar: Studi Kasus di Desa Timbuseng, Oowa", Laporan Penelitian, Ujung Pandang: PLPilS Unhas, i9g:J.

Friedericy, H.J., "De Standen bij de Boeginezen en Makassaren" dalam Bijdragen tot de Taal-; Land- en VQ/kenktmdet 90 (19JJ).

Geertz, Clifford, The Religion of Java, New York: The Free Press (Paperback Edition), 1969.

Getteng, Abd. Rahman, "Muhammadiyah dan Pengembangan Pendidikan Islam di Sulawesi Selatan'', Disertasi, IAIN SyarifHidayatullah Jakarta, 1996.

325

Page 74: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

326

Goldziher, Ignaz, Introduction to Islamic Theology and Law, trans. Andras dan Ruth Hamoii; New Jersey: Ptinceron University PreSS; 198 I;

Al-Hafidh, M. Radhi et a., "Karya Tulis Ulama di Sulawesi Selatan", Laporan Basil Penelitian, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama - IAIN Alauddin, t98i/i982.

Hamid, Abu, "Selayang Pandang tentang Islam dan Kebudayan Orang Bugis­Makassat'' dalam Andi Rasdiyanah Amir (ed.); Bugis MokliSsar diilam Peta Jslamisasi Indonesia, Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1982.

__ _. "Sistem Kebudayaan dan Peranan Pranata Sosial dalam Masyarakat Orang Makassar", (Laporan Penelitian Ufihas Ujtiiig Pandafig, 1982).

__ _. "Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren di Sulawesi Selatan" dalam Taufik Abdullah (ed.), Agama dan Perubahan Sosial, Jakarta: Jambatan, i983.

__ _, Syekh Yusuf Seorang Ulama Sufi dan Pejuang, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994.

Hamzah, Aminah P. dkk., Monogroft Kebudayoan Bugis di Sulawesi Selatan, Ujung Pandang: Pemda Tk. I Sulawesi Selatan, 1984.

Haryanto, Elite, Massa dan Konjlik, Y ogyakarta: PAU - Studi Sosial UGM, 1992.

Harvey, Barbara Sillars, Pemberontakan Kahar Mudzakkar dari Tradisi Ice DllTJJ, terj. Tim Ptistaka Utama Grafiti; Jakarta: Ptistaka Utama Grafiti, 1989.

Junus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara, 1995.

Khalli.f, 'abd at-Wahhib, Jlmu Ushul Fiqh, terj. Zuhri dan Ahmad Qarib, Semarang: Dina Utama, 1994.

Koentjaraningrat, ''Konsep Desa di Indonesia" dalam Koentjaraningrat (ed.), Masyarakiit Desa di Indonesia Masa Im. Jakattii~ Yayasan Peneroit Falrultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1967: 346-370.

Lampe, Musni et al., Perubahan Nilai Upacara Tradisional pada Masyarakat Makassar di SUiawesi &Iman, Makassart Depattemen Pendidikafi Nasional; Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan NilaiONilai Budaya Sulawesi Selatan, 2000.

Ligvoet, A., "Transcriptie van bet Dagboek der Vorsten van Gowa en Tallo, met Vertalung en Aanteerkeningen" daJam BKI dee) V, 1880.

Lubis, Nabi1ah, Syeth Yiisuf al-Ti} al-Kbalwatl al-Makt1$Sail: Menytngkap lt111'ari Segala Rahasia, Bandung: Mizan, 1997.

Mappangara, Suriadi dan Irwan Abbas, Sejarah Islam di Sulawesi Selatan, Makassar: Biro KAPP sekretanat Daenm Propinsi Sulawesi setatm Bekerjasama dengan Lamacca Press, 2003.

Marzuki, Laica, Siri': Bagian Kesadaran Hu/cum Rakyat Makassar (Sebuah Telaah Filsaftil Hiiltiim, Ujtiiigpandang: Hasanuddiii University Press, 1995.

Page 75: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

327

Mattulada, "Islam di Sulawesi Selatan" dalam Taufik Abdullah (ed.), Agama dan Peruhahmi SiJsial, Jakatta: Penetbit Djmnbatan, 1970.

__ _, "Kebudayaan Bugis-Makassar'' dalam Koentjaraningrat (ed.), Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1984.

__ __. Latoa: Suatu Lukisan Ana/its terhadap Antropologi Politik Orang Bugis, Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1995.

Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah (1510-1700), Ujung Pandang: Bhakti Baru - Berita Utama, 1982.

__ __, "Perubahan Sosial dan Kebudayaan Suku•Suku Bangsa di Sulawesi Selatan" dalam E.K.M. Masinambow (ed.), Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta: Asosiasi Antropologi Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia, 1977.

__ _, Sejarah Masyaralrat dan Kebudayaan Sulawesi Selatan, Makassar: Lembaga Penerbitan Unhas, 1998.

__ _, ''Sulawesi Selatan Pra-lslam", Yapema, No. 12, Th. III (Maret 1979).

Mudzhar, M. Atho', Pende/catan Studi Islam dalam Teori dan Pralctek, Yogyakarta: PUStaka Pelajar, 1998.

Mukhlis (ed.), Dinamika Bugis Makassar, Jakarta: PT. Sinar Krida, 1986.

___ et al., Sejarah Kebudayaan Sulawesi, Jakarta: Proyek lnventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Depdikbud, 1995.

___ dan Edward Poelinggomang, Batara Gowa: Messianisme dalam Gera/can di Tanali Makassar, Ujung Pandaiig: Toyota Foundatio°' 1985.

Myerhoff, Barbara G., Linda A. Camino dan Edith Turner, "Rites of Passage: An Overview", dalam Mircea Eliade et al. (eds), The Encyclopedia of Religion, voi. Xi, New York: Simon and Schuster Macmillan, 1955: 380-386.

Nasikun dick, "Agama dan Perubahan Sosial: Studi tentang Hubungan antara Islam, Masyarakat, dart StrUktur Sosial-Politik Indonesia", Laopran Penelitian; Pusat Antar Universitas-Studi Sosial Universitas Gadjah Mada Y ogyakarta, 1992/1993.

Nasikun, Sistem Sosia/ Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 1988.

Niebuhr, Richard, Christ and Culture, New York: Harper and Row, 1951.

Pals, Daniel L., Seven Theories of Religion, New York: Oxford University Press, 1996.

Petras, Christian, "Religion, Tradition, and the Dynamics of lslamisation in South Sulawesi", Archipel, 21 (1981).

__ _,The Bugis, Oxford: Blackwell Publisher's, 1996.

Pirages, Denis C., Stabilitas Politik dan Pergola/ran Konflilc, Jakarta: FIS-Ul, 1982.

Rahim, Abdul dan Anwar Ibrahim, Nilai Demo/crasi dalam Budaya Bugis Makassar, Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, 2004.

Page 76: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

328

Rahim, Abdul dan Ridwan Borahima, Sejarah K.erajaan Tallo (Suatu Transkripsi Uimara ), Ujung Pandang: Pemda Tk:. I Sul-Se I kerjasama P3NBS Sul-Sel, 1974.

Rahman, Ahmad, "Profil Keturunan Arab (Studi tentang Kehidupan Sosial Keagamaan KetUM\Bn Arab di Ujung Pandang)" da1am M. Yusf'ie Abady (ed.), LiijJOron Hasil Penelitian Studi Sosial dan Keagamaan di Sulawesi Selatan, Seri II (Agama dan Kehidupan Sosial), Ujung Pandang: Balai Penelitian Lektur Keagamaan, 1988/1989.

Rahman Rahim, A. Nilai-nilai Utama Kebudayaan Bugis, Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1992.

Raja, Aminuddin, "Profil Ulama di Sulawesi Selatan Abad XX" Laporan Penelitian, Proyek IAIN Alauddin Tahun Anggaran 1994/1995.

Rasdiyanah Amir, Andi, "Integrasi Sistem Pangngaderreng (Adat) dengan Sistem Syari'at sebagai Pandangan Hidup Orang Bugis dalam Lontara Latoa", Disertasi, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1995.

Razak Daeng Patunru, Abdur, Sejarah Gowa, Ujung Pandang: YKSS, 1993.

Saifuddin, Ahmad Fediyani, Konjlik dan lntegrasi: Perbedaan Faham dalam Agama Islam; Jakarta: Rajawali; 1986.

Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo (Peny.), Sosiologi Pedesaan (Kumpulan Bacaan), Yogyakarta: Ga<\jah Mada University Press, 1999.

Saransi, Ahmad, Tradisi Masyaralcat Islam di Sulawesi Selatan, Makassar: Biro KAPP Setda Sulsel bekerja sama Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Tradisi Masyarakat Sulawesi Selatan; 2003.

Sewang, Ahmad M, lslamisasi Kerajan Gowa (Abad XVI sampai Abad XVII), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Spradley, James P. dan David McCurdy, Anthropology: Cultural Perspectives, New York: John Wiley and Sons, 1975.

Tibi, Bassam, Islam and the Cultural Accommodation of Social Change, Terjemahan ke Inggris oleh Clare Krojzl. Boulder, San Fransisco, & Oxford: Westview Press, 1990.

Tudjimah, Syelch Yusu/Makassari: Riwayat danAjarannya, Jakarta: UI Press, 1997.

Usman, Sunyoto, Pembangunan clan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

--~ Sosiologi: Sejarah, Teori clan Metodologi, Yogyakarta: DIReD, 2004.

Walinga, M. Hatta, "K. H. Muhammad As'ad: Hidup dan Perjuangan", Skripsi, Fakultas Adah IAIN Alauddin Ujung Pandang, 1981.

Wojowasito, S, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Jilid II, Jakarta-Yogyakarta: KalittUi~o, 1957.

Wolhoff, G. J. dan Abdurrahim, Sejarah Gowa, Makassar: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan dan Tenggara, 1959.

Page 77: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

329

Yamin, Muhammad, Gadjah Mada, Jakarta: Balai Pustaka, 1945.

Zainal Abidin Farid, AndL Lontara Sebagai Sumber Sejarah Terpendam (Masa 1500-1800), Ujung Pandang: Lembaga Penelitian Hukum Fakultas Hukum Unhas, 1970.

__ __,Capita Selecta Kebudayaann Sulawesi Selatan, Ujung Pandang: Hasanuddin University Press, 1999.

Page 78: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

Lampiran:

DAFTAR RESPONDEN

Abd Malik Dg Lewa (70) Arungkeke

Abd. Rahman Nur (M) Arungkeke

Abdul Jabbar, H (52) Sungguminasa

Abu Yusuf(Jl) Arungkeke

Abubakar Paka, H. ( 58) Makassar

Amir (3S) Arungkeke

Anwar (52) Arungkeke

Basir (56) Pattallassang

Borahima (49) Arungkeke

Cegeie, H. (63) Arungkeke

Daeng Beta (62) Arungkeke

Daeng Sunga (61) Pattailassang

Daeng Gappa (65) Pattallassang

Daeng Gassing (53) Arungkeke

Daeng Jarre (58) Arungkeke

Daeng Nai; (00) .Pattaiiassang

Daeng Nawing (62) Pattallassang

Daeng Ngemba (61) Arungkeke

Daeng Ngittung (50) Pattallassang

f>aeng Nompo (49) Arungkeke

Daeng Ramang (53) Arungkeke

baeng Sija (59) Pattaiiassang

Darul Aqsa, Haji (42) Makassar

Fathi Raja, H. (62) Arungkeke

Gaffar, Abd. (52) Bontosunggu

Halim, H. (59) Arungkeke

Hasan Basri, H. (50) Arungkeke

Haruna Dg Lurang (SS) :Pattaiiassang

330

Hasanuddin (47) Pattallassang

Hatta Dg. Raja (SJ) Arungkeke

Ibrahim ( 48) Pattallassang

Ibrahim Dg Nuntung (60) Pattaliassang

Jafar (38) Sungguminasa

Jamaiuddin (47) Arungkeke

Jufri(53)Arungkeke

iuma' (43) Arungkeke

Jumriati (42) Pattallassang

Jumari (JS) Pattallassang

Kilo, Haji (62) Pattallassang

:Kuiie Dg Muntu (S2) f>attaiiassang

Kulle, Haji (56) Arungkeke

Labbakkang, H. (61) Arungkeke

Mahadi Gassing (57) Arungkeke

Makmur (S l) Paccinnongang

Masseng (57) Pattallassang

Minggu (52) Pao-Pao Muhammad Ishaq (63) Arungkeke

Muhammad Nasir (63) Pattallassang

Muhammad Ramli (44) Arungkeke

Muhammad Rusdi (52) Arungkeke

Muhsin Dg Ago (54) Pattallassang

Mukhtar Waiiatie (60) Makassar Mustafa Dg Beta (57) Arungkeke

Najamuddin (45) Pattallassang

Nawing (62) Songkolo

Raja, Haji (57) Arungkeke

Page 79: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

Ramli Nur, M. (55) Arungkeke

Saleh Dg i..ewa (SS) Pattallassang

Saribanong (47) Pattallassang

Sufii, M. (43) Arungkeke

Sunnari (44) Arungkeke

Syamsinar Dg Cora (32) Pattallassang

Syamsuddin (40) Arungkeke

Syarifudding (57) Arungkeke

Tona, Haji (57) Pattallassang

331

Usman Dg Lipung (44) Pattallassang

Page 80: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri Nama Tanggal Lahit Tempat Lahir NIP Partgkat/Golongart Jabatan Alamat Rumah

Alamat Kantor

Na.ma Ayah Namalbu Nama Istri NamaAfiak

B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal:

: Drs. Nurman Said, MA : 6 Maret 1959 : Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan : 150232980 : Pembina Tiiigkat I I IV-b : Lektor Kepala : Kompleks Pao-Pao Permai Blok C-3/13

StiliggumifuiSi4 Gow~ 92113 Tip. (0411) 885277 : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin

JI. Sultan Alauddin No 63 Makassar : Muruunmad Said : Hj. Maryam Abady : Rahmatiah Rauf: SE : 1. Emily Nut saidy

2. Hamdy Nur Saidy 3. Humaidy Nur Saidy

a. Sekolah J;)asar Negeri 6 Tahun tamat 1971 b. PGAN 4 Tahun tamat 1975 c. PGAN 6 Tahun tamat 1977 d; Sarjana Muda Ilmu DakWali Faktiltas Usliuluddifi IAIN Alauddifi Cabaiig

Palopo tahun 1981 e. Sarjana Ilmu Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin tahun

1986 f. Magister Studi Islam, Institute of Islamic Studi~ McGill University, Canada

tahun 1993

2. Pendidikan Non-Formal: a. Penataran Kepemimpinan Mahasiswa IAIN Alauddin di Makassar tahun 1979 b. Penatanm Pembina I>aetiih Generasi Muda disekmggarakafi oleli Kan.wit Depag

Prop. Sulawesi Selatan di Makassar tahun 1979 c. Latihan Kepemimpinan Mahasiswa IAIN se Indonesia Timur di Makaassar

talitiii 1979 d. Latihan Penuntun Pemuda Propinsi Sulawesi Selatan di Makassar tahun 1981 e. Pendidikan Dasar Militer bagi Resimen Mahasiswa Wolter Monginsidi tahun

1981 f. Latihan Kepemimpinan Mahasiswa IAIN se-Jawa dan Sulawesi di Jakarta

tahun 1983 g; Latilian Pemtika Pemuda dalam rangka Program Kapal Pemuda Asia Tenggara

dan Jepang tahun 1984 di Jakarta h. Pembibitan Caton Dosen IAIN se-Indonesia (Pre-departure Course for

overseas Study) taliun Juli 1988 - Maret 1989 di Semarang

332

Page 81: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

333

i. Latihan Prajabatan bagi CPNS di Makassar tahun 1988 j. Ktimis Kependudtikmi ttan Lmgktiiigan Hidup Kerjasama Kementenan

Kependudukan dan Lingkungan Hidup dengan Universitas Hasanuddin di Makassar tahun 1988

k. Englisn for Academic PUrpOse (EAP-11) dilakSa.nakafi oleh World University Service of Canada dan UGM di Y ogyakarta tahun 1989/1990

1. Penataran Tutor Program Penyetaraan D-11 Guru Pendidikan Agama Islam SDIMI ttan n-m Guru Pendidikafi Agama Islam SLTPIM.Ts. Sulawesi Selata.n di Makassar tahun 1994

m. Pelatihan Metodologi Penelitian bagi Tenaga Edukasi IAIN Alauddin dan PT AIS Wilayali vm di Makassat talitifi 1994

n. Penataran P-4 Tingkat Nasional Pola 144 Jam tahun 1995 di Makassar o. Penataran Metodologi Pengajaran tahun 1999 P• Workshop Desai.Ii Pembelajaran UIN Atauddifi Makassar taliun 2005

C. Riwayat Pekerjaan l. Calofi PegaWai Negeti Sipil (CPNS) talitifi 1987-1988 2. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1988 - sekarang 3. Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat IAIN/UIN Alauddin 1988- sekarang 4. Wakil Kepala rusat Pengkajian Islam dan Masyatakat (PPIM) IAIN Alatiddifi

tahun 1995-1997 5. Ketua Program Pembelajaran Bahasa Asing Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin

tahtifi 1999-2000 6. Ketua Penyunting (Editor in Chief) Jumal Al-Filer Fakultas Ushuluddin IAIN

Alauddin Makassar tahun 2001-2004. 7, Pembantu Dekmi Bidang KemahaSiswaan Faktilw Ushtiluddm IAIN Alauddifi

Makassar tahun 2000-2004 8. Angota Senat Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin Makassar tahun 2000-2004 9" Afiggota SCiiat IAIN Alatiddifi Makassat talitifi 2001 - 2005 10. Koordinator Lembaga Indonesia Timur untuk Studi Agama dan Sosial (Lintas)

Makassar.

D. Preastasi/Penghargaan 1. Juara terbaik II Lomba Karya Tulis Ilmiah Keagamaan Mahasiswa Perguruan

Tiriggi Agama ISiam se-Iiidonesia taliilii 1986. 2. Alumni terbaik Jurusan Perbadingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin

Tahun Wisuda 1986. 3. Dosen terbaik Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin

tahun akademik 1996/1997.

E. Pengalaman Organisasi

1. Organisasi I Kegiatan Kepemudaan a. Pengurus OSIS PGAN 6 Tahun Palopo tahun 1975-1976 b. Pengurus Remaja Masjid Al•Mujahidin Palopo tahun 1979-1981

Page 82: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

334

c. Ketua DPD II KNPI Kabupaten Luwu 1979-1982 d. Pengurus Remaja MaSjid Al-lklilasli di Makassar taboo 1983-1986 e. Peserta Program Kapal Pemuda ASEAN-Jepang tahun 1984 f. Sekretaris Alumni Pertukaran Pemuda Indonesia-Luar Negeri (PCMI)

Sulawesi selatim 1985-1987. g. W akil Serkretaris BKPRMI Sulawesi Selatan 1985-1987

2. Organisasi Kemahasiswaan a. Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin

Cabang Palopo tahun 1979-1980. b. Ketua Umum Pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

Alauddin Cabafig Patopo tiil'itifi 1980-1981" c. Ketua Umum Pengurus HMI Cabang Palopo Periode tahun 1979-1980 d. Pengurus Resimen Mahasiswa Batalyon IAIN tahun 1981-1982 e. Pen.gurus Majelis Pemlimrum Kegiatim MaliaSiswa (MPKM) IAIN Alauddin

tahun 1984-1986

3. Organisasi Kemasyarakatan a. Pengurus ICMI Orsat Alauddin tahun 1993-1995 b. Pengurus MUI Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2002-2005; 2006-2011 c. Pengurus KAHMI Kota Makassar periode tahun 2004-2008 & Sek:retaris Jendetal lkaun Keluarga Alumni IAIN/UIN Alauddifi pefiooe

tahun 2005-2007

F. Karya Ilmiah

1. Buku: a. Pembinaan Generasi Muda Melalui Kegiatan Minat dan Ba/rat (1986),

(Booklet Lornba Katya Ilmiali MaliasiSWa) b. Al...(Jhazali's Works and Their Influence on Islam in Indonesia (1996), (Tesis

MA Diterbitkan Oleh Depag) e; Small Enterpriaes m Makiissar: Post-KriSmon Stagnation or Success? (2005),

Laporan Penelitian Bersama Dr. Sarah Turner (Canada) d. Sinergi .Agama dan Sains: Jkhtiar Membangun Pusat Peradaban Islam

(2005)~ (Editor);

2. Artikel: a. "Pendekatan Filosofis dalam Studi Agama" dalam Uswah (1993). b. "lbn Taymiyah's Attitude toward Sufism" dalam WartaAlauddin (1993). c. "Transmisi Pemikiran Islam di Kalangan Ulama Bugis" dalam Samiang Katu

(ed.)~ Islam di Sulawesi &latiiil (1996) d. "The Significance of Al-Ghazali's Works for Indonesian Muslim: A

Prelminary Study" dalam Studia lslamika, vol. 3, No. 3 (1996). e; "Beberapa Pendapat Mufassit tentimg Penyaliban Isa its." dalain Jziiriiil

Ushuluddin, vol. 3, No. 2 (1999).

Page 83: MASYARAKAT MUSLIM MAKASSAR:

335

f. "Signifikansi Karya-karya Al-Ghazali terhadap Perkembangan Pemikiran Islam di Indonesia" dllam Dody s. Ttufia dan IsmatU Ropi (eds~); Pranata Islam di Indonesia (2002).

g. "Religion and Cultural Identity among the Bugis" dalam INTER-REUGJO (2004).

h. "The Early Indonesian Islam (A Preliminary Remark)" dalam Al-Hikmah (2004).

t "Agree to Disagree: Mengayuh di Selah K.ara.ng dan Badal Petbedaati" Wihun Waspada Santing dan Hadi Daeng Mapuna (eds.), HB. Amiruddin Maula: Bersatu di Atos Keragaman (2004).

j; "Memimpin Secara Bijak: Melacak Akar Kepemimpinan berdasark:.afi Kearifan Budaya Lokal Bugis-Makassar" dalam Annin Mustamin Toputiri dan A.S. Kambie (eds.) Kearifan Lokal Kepemimpinan Sulawesi Selatan: Ttt1f1Sftirmasi Nilai dan AJariiil Kepemimpimn Kuna di Sulawesi &liitiiil dalam Kehidupan Bernegara (2006).

k. "Some Notes on the Problem of Teaching for Tolerance in Indonesia" in Recep Kaymakcrui ruid Oddbjom Leirvik (eds;), Teaching for Tolerante in Muslim Majority Societies (2007).

3. Penelitian: a. "Pengaruh Modemisasi terhadap Kehidupan Keagamaan Generasi Muda di

Palopo" (Risalah Sarjana Muda Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin Cabang Palopo, 1981).

b; "Murld-Mutid Jesus" (Sklipsi Satjana Fakultas Ushuluddin IAIN Alauddin Makassar, 1986).

c. "Al-Ghaz.ali's Works and Their Influence on Islam in Indonesia" (Thesis MA, Institute oflslmnic StudieS; McGill University, Monttea4 Canada, 1993)~

d. ''Tarekat Khalwatiyah Samman dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Masyarakat di Pate'ne, Maros" (1995)

e. ''lfiteraksi Sosial di Kalangan Masyarakat Muslim Matwar'' (2001) f. ''Gender and Employment: A Study of the Role of IAIN Makassar in the

Development of Human Resources in South Sulawesi ftom 1991-2000". g. ''The Sifting FottUnes of Small scale Enterprises iii Makassar' (2003) h. "Kehidupan Sosial Keagamaan di Bulukumba, Sulawesi Selatan" (2007)

Y ogyakarta, 5 September 2007

Nunnan Said