masalah pajak wanita kawin

8
ujian tengah semester sEMINAR perpajakan JUMINTEN DAN MASALAH PAJAK WANITA KAWIN Disusun oleh: Ridhollah Muhammad Arie (21) Kelas 9B Reguler 134060018088 DIPLOMA IV AKUNTANSI

Upload: ridhollah-muhammad-arie

Post on 23-Nov-2015

62 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Sebuah cerita

TRANSCRIPT

JUMINTEN DAN MASALAH PAJAK WANITA KAWIN

ujian tengah semestersEMINAR perpajakanJUMINTEN DAN MASALAH PAJAK WANITA KAWIN

Disusun oleh:Ridhollah Muhammad Arie (21)Kelas 9B Reguler134060018088

DIPLOMA IV AKUNTANSISEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARATANGERANG SELATAN2014JUMINTEN DAN MASALAH PAJAK WANITA KAWINOleh: Ridhollah Muhammad Arie"Yah, hari ini aku dapat A2 dari bendahara kantor." Itulah kata pertama yang diucapkan Juminten kepada suaminya yang baru saja pulang dari kantor. Juminten adalah seorang pegawai kementerian perdagangan yang telah bekerja selama tiga tahun. Sedangkan Jumono, suaminya, merupakan seorang dosen perpajakan pada Universitas RiverSide. Keduanya baru menikah pada bulan Juli 2013. "Mana A2-nya? Coba Ayah lihat", tanya Jumono sambil menaruh tas kerjanya kemudian duduk di ruang tamu. A2 atau formulir 1721 A2 merupakan formulir bukti potong yang diberikan oleh bendahara tempat seseorang bekerja yang menandakan bahwa seorang tersebut yaitu pegawai negeri sipi, TNI, atau Polri sudah membayar pajak dari penghasilan yang diperoleh setiap bulan dalam satu tahunnya. Selain 1721 A2, terdapat formulir 1721 A1 yang digunakan karyawan swasta sebagai bukti potong pajak penghasilannya. Kedua formulir ini dijadikan dasar seseorang pegawai/karyawan dalam melaporkan surat pemberitahuan tahunannya (SPT) bagi yang tidak memiliki penghasilan lain atau sebagai penambah penghasilan dan kredit pajak bagi seseorang yang juga memiliki pekerjaan/usaha selain sebagai pegawai.Tak lama kemudian, Juminten membawakan Formulir 1721 A2 yang diperoleh dan menyerahkan kepada suaminya. "Udah bener gak si Yah perhitungannya?Ayah kan jago klo pajak, lah wong setiap hari ketemu itu di kampus," tanya Juminten kepada suaminya. Jumono masih terdiam, dia masih sibuk memperhatikan isi Formulir A2 istrinya. Hal pertama yang menjadi perhatian Jumono ketika melihat A2 istrinya adalah NPWP Juminten. "Itu NPWP kamu yang lama ya?". Juminten membenarkan pertanyaan Jumono dan bertanya kembali, "emang kenapa Yah?" Jumono kemudian menjelaskan kepada istrinya bahwa terdapat beberapa perbedaan ketentuan dalam perlakuan pajak wanita yang telah menikah atau biasa disebut dalam peraturan perpajakan sebagai wanita kawin. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan perbedaan perhitungan pajak yang akan dikenakan baik kepada istri maupun suami. Setelah mendengar penjelasan mengenai jenis wanita kawin, Juminten berkata kepada Jumono, "Yah, buatin perbandingan perhitungan pajak dong buat yang NPWP gabung ayah atau NPWP sendiri-sendiri, tapi bukan yang hidup berpisah atau perjanjian pisah harta. Itu kan kita nggak." "Hmmm, boleh, coba ambilin kertas sama pulpen di meja ayah, kopinya sekalian ya." balas Jumono. Mendapatkan kertas dan pulpen serta menengguk secangkir kopi yang dibawa Juminten, Jumono kemudian membuat coretan di atas kertas untuk memberi contoh perbandingan perhitungan pajak wanita kawin seperti yang diminta. "Tuh udah!" kata Jumono ketika menyelesaikan perhitungannya. "Ih Ayah lama ngitungnya, aku hampir ketiduran nungguin," sungut Juminten. "Ayah ngitungnya manual lho, kalkulatornya kan rusak," balas Jumono.

"Yah, PTKPnya beda sama punya aku dulu ya?" tanya pertama Juminten ketika melihat hasil perhitungan suaminya. "Iya," jawab singkat Jumono. Setelah membaca seluruh hasil perhitungan tersebut, Juminten kemudian berfikir bahwa lebih baik kewajiban perpajakannya digabung dengan suaminya. "Wah, klo dipisah pajaknya lebih gede terus ngitungnya juga jadi ribet " tukas Juminten. "Iya, tapi penghasilan kamu yang diangap final itu klo kamu jadi pegawai dari satu pemberi kerja aja, klo selain itu, misal kamu pengusaha atau jadi pegawai dan pengusaha, penghasilan kamu digabung sama penghasilan Ayah, terus pajak ayah dihitung dari gabungan penghasilan kita, sama kaya perhitungan ayah yang satunya, tapi yang lapor SPT ayah sendiri," balas Jumono. "Yah, coba bandingin yang hidup berpisah sama pisah harta juga dong, penasaran jadinya," pinta Juminten. "Hmmm,sebenarnya sama aja si cara hitungnya. Kalo yang pisah harta, perhitungannya sama kaya yang tadi ayah buat yang bagian NPWP dipisah. Tapi, kalo hidup berpisah, pake perhitungan ayah yang bagian NPWP digabung," jawab Jumono. "Bedanya, penghasilan sama pajak kita nggak digabung, terus kamu lapor SPT sendiri nanti sesuai penghasilan sendiri," lanjutnya. Juminten kemudian berfikir dan bertanya kembali kepada suaminya, "Yah, mau tanya yang tentang pisah harta." "Apa?" jawab suami singkat. Juminten kemudian menanyakan kepada suaminya perihal jika dalam perjanjian pisah harta dibuat juga kesepakatan untuk merahasiakan penghasilan masing-masing. "Nah, klo gtu gimana Yah?padahal pas hitung pajak, penghasilan mereka harus digabung dulu, ketahuan dong jadinya" tanya Juminten. "Wah, bener juga, gimana ya?" jawab Jumono bingung. "Kayaknya harus ada penyesuaian peraturan untuk masalah ini, soalnya konsep pengenaan pajak kita menganggap keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis, artinya penghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluarga digabungkan sebagai satu kesatuan yang dikenai pajak," lanjut Jumono. "Haduh bingung," balas Juminten. "Ya sudah nanti aja itu dipikirin lagi, jadi pajak aku gimana sekarang Yah?lebih besar dong bayarnya?""Nggak, kalo untuk lapor tahun ini masih sama kaya tahun lalu kamu lapor, kamu lapor sendiri ayah lapor sendiri, penghasilanya belum digabung." jawab Jumono. "Sebelum lihat ketentuan wanita kawin yang ayah jelaskan dari tadi, kita harus lihat status kawin kita. Kita kan nikah baru pertengahan tahun kemarin, berarti kamu belum dianggep sebagai wanita kawin buat lapor pajak tahun 2013, status kawin itu ditetapkannya pada awal tahun pajak, ayah juga sama," lanjut Jumono. "Tapi kalo masalah pajak yang lebih besar, harusnya kita bangga kalau bisa berkontribusi lebih besar untuk negara." "Iyaaaaa," jawab Juminten bersemangat. "Eh tapi tahun depan kita udah punya anak Yah, ini di perut tinggal 6 bulan lagi keluar, berati kontribusi negara yang lebih besar di tahun depan ditunda dulu buat beli susu, kita gabung aja pajaknya," usul Juminten dengan tersenyum. Mendengar usulan istrinya, Jumono kemudian menyarankan kepada sang istri untuk menghapuskan NPWP lamanya, dan jika tetap ingin memiliki NPWP, Juminten disarankan untuk meminta NPWP anggota keluarga di tempat Kantor Pelayanan Pajak tempat Jumono terdaftar. Dengan NPWP anggota keluarga, kewajiban perpajakan suami istri dianggap tidak terpisah. NPWP yang didapat juga akan bernomor sama, yang membedakan hanya tiga angka dibelakang yang menandakan anggota keluarga. "Ya sudah, sekarang bunda ambilin makan ayah ya, udah jam 10 malam taunya, pantes perut ayah kriuk-kriuk dari tadi." pinta Jumono lemas sambil mengakhiri diskusi keduanya tentang pajak.Keesokan harinya di tengah istirahat bekerja, Juminten memutuskan untuk datang ke KPP mengurus penghapusan NPWP lama dan pembuatan NPWP barunya. "Ah mumpung masih awal tahun, urus sekarang aja deh," kata Juminten di dalam hati. Sesampainya di KPP, Juminten mengurus terlebih dahulu penghapusan NPWP-nya. Juminten memulai pengurusan penghapusan NPWP tersebut dengan mengisi formulir penghapusan yang diberikan oleh petugas. Formulir yang berisi identitas, alasan penghapusan, dan pernyataan tersebut kemudian diserahkan kepada petugas dengan melampirkan forokopi buku nikah serta surat pernyataan tidak membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan atau surat pernyataan tidak ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suami. Setelah menyerahkan formulir dan kelengkapannya, Juminten menerima bukti penerimaan surat dari petugas pajak. Saat menyerahkan kepada petugas, Juminten menerima informasi dari petugas pelayanan pajak tersebut mengenai proses pengurusan penghapusan NPWP. Juminten mengetahui ternyata proses pengajuan penghapusan NPWP dapat juga diajukan melalui website www.pajak.go.id dimana terdapat menu pendaftaran penghapusan NPWP (menu e-Reg). Selain itu, mengenai proses pengapusan NPWP itu sendiri, Juminten mendapat informasi bahwa proses pengurusan penghapusan NPWP dapat memakan waktu paling lama 6 bulan karena harus dilakukan pemeriksaan atau verifikasi terlebih dahulu terhadap pajak-pajak yang ditanggung oleh pemilik NPWP yang diminta dihapuskan. Jika berdasarkan verifikasi tidak terdapat tunggakan pajak maka permohonan penghapusan NPWP akan dikabulkan. Setelah itu, baru dapat diurus pembuatan NPWP anggota keluarga.Walaupun masih harus menunggu setidaknya enam bulan lagi, Juminten merasa puas karena sudah berusaha mengurus masalah pajaknya sendiri. Ia berpendapat bahwa prosesnya sekarang mudah, hanya mungkin butuh waktu lebih saja dalam pelaksanannya.

2