masalah dan pengelolaan hutan bakau di … · web viewbatas yang tidak jelas antara wilayah...

20
MASALAH DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU DI PROPINSI BENGKULU Oleh : ANTONIUS FA.SILAEN ABSTRAK Hutan di Indonesia juga dikenal memiliki keaneka ragaman hayati yang sangat tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, social budaya maupun ekologi. Namun seiring dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi nasional, tekanan terhadap sumberdaya alam hampir sudah tidak seimbang lagi antara sumberdaya alam dalam hal ini hutan mangrove dengan prilaku manusia. Di Propinsi Bengkulu lima puluh persen hutan bakau (magrove) terdapat sepanjang 525 km patai barat telah mengalami kerusakan. Hutan bakau (magrove) mempunyai fungsi geologis dan ekonomis, maka pengelolaan hutan bakau perlu pendekatan yang melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah maupun pusat dengan adanya perencanaan, pelaksanaan , pemeliharaan, pengawasan dan evaluasi. I. PENDAHULUAN Hutan di Indonesia juga dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, social budaya maupun ekologi. Namun, seiring dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi nasional, tekanan terhadap sumber 1

Upload: lamphuc

Post on 20-May-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

MASALAH DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM

HUTAN BAKAU DI PROPINSI BENGKULU

Oleh : ANTONIUS FA.SILAEN

ABSTRAK

Hutan di Indonesia juga dikenal memiliki keaneka ragaman hayati yang sangat

tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, social budaya

maupun ekologi. Namun seiring dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan

ekonomi nasional, tekanan terhadap sumberdaya alam hampir sudah tidak seimbang lagi

antara sumberdaya alam dalam hal ini hutan mangrove dengan prilaku manusia. Di

Propinsi Bengkulu lima puluh persen hutan bakau (magrove) terdapat sepanjang 525 km

patai barat telah mengalami kerusakan. Hutan bakau (magrove) mempunyai fungsi

geologis dan ekonomis, maka pengelolaan hutan bakau perlu pendekatan yang

melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah maupun pusat dengan adanya

perencanaan, pelaksanaan , pemeliharaan, pengawasan dan evaluasi.

I. PENDAHULUAN

Hutan di Indonesia juga dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang sangat

tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, social budaya

maupun ekologi. Namun, seiring dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan

ekonomi nasional, tekanan terhadap sumber daya alam hampir sudah tidak sehimbang

lagi antara sumberdaya alam dalam hal ini hutan mangrove dengan perilaku manusia

terhadap tekanan hutan mangrove dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan.

Sekitar 75 % dari wilayah nasional adalah berupa lautan. Salah satu bagian

terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah

pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah pantai dan pesisir

memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat

dan laut yang memiliki sifat dan ciri yang unit, dan mengandung produksi biologi cukup

besar serta jasa lingkungan lainnya. Kekayaan sumberdaya yang dimiliki wilayah

tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan secara

langsung atau untuk meregulasi pemanfaatannya karena secara sektoral memberikan

1

Page 2: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

sumbangan yang besar dalam kegiatan ekonomi misalnya pertambangan, perikanan,

kehutanan, industri, pariwisata dan lain-lain ( Anonim,2006).

Ekosistem perairan adalah suatu lingkunagan perairan tempat berlangsungnya

hubungan timbal balik antara jasat hidup perairan baik biotik maupun a biotik. Ekosistem

perairan terbagi menjadi perairan tawar, pesisir dan laut (Soemarwoto, 2004). Daerah

hutan mangrove juga dimanfaatkan untuk usaha budidaya perikanan.

Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam yang spesifik. Hutan mangrove

tumbuh di zona pantai yang berlumpur yang secara teratur tergenang air laut dan

dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi tidak dipengaruhi oleh iklim. Hutan

mangrove mempunyai fungsi ekonomis dan fungsi ekologis. Salah satu fungsi ekologis

adalah mencegah terjadinya abrasi pantai dan sumberdaya yang paling banyak

menghasilkan nutrien bagi ekosistem dan beberapa biota, tempat berasosiasi berbagai

organisme seperti udang, kerang, kepiting dan lain-lain. Sedangkan fungsi

ekonomisnya sebagai penyediaan kayu, daun-daunan, sebagai bahan baku obat-obatan

dan getah-getahan. Disamping itu juga hutan bakau mempunyai fungsi non ekonomis

yaitu sebagai lahan eksploitasi, tambak udang, pariwisata dan sebagai daerah indusri.

Lima puluh persen hutan bakau mangrove di Propinsi Bengkulu terdapat di

sepanjang 525 km pantai Barat telah mengalami

kerusakan. Diperkirakan luas hutan mangrove di

sepanjang pantai Barat sekitar 5.250 ha. Hutan

mangrove yang relative masih utuh adalah di pulau

Enggano.  Hutan mangrove di Enggano sebagian

besar tersebar di bagian pantai sebelah timur Pulau

Enggano, termasuk ke dalam kawasan hutan

koservasi, seperti Cagar Alam Teluk Klowe, Cagar Alam Sungai Bahewa dan Taman

Buru Gunung Nanua; luasnya 1.536,8 ha. Sebagian hutan bakau (mangrove) juga

terletak di sebelah barat Pulau Enggano, yaitu di Cagar Alam Tanjung Laksaha dan

secara spot-spot terletak di sebelah selatan kawasan Cagar Alam Kioy (Senoaji dan

Suminar, 2010).

II. Permasalahan

2

Page 3: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

Permasalahan hutan bakau (mangrove)

umumnya baru terasa sesudah hutan tersebut hilang dan

menurunnya produksi ikan, sebagai sumber untuk mata

pencaharian, pengaruh atau tekanan terhadap habitat

hutan bakau (mangrove) bersumber dari keinginan

manusia untuk mengkonversi areal hutan bakau

(mangrove) menjadi areal pengembangan perumahan,

kegiatan-kegiatan komersial dan industri, selain itu juga meningkatnya permintaan

terhadap produksi kayu menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap hutan bakau

(mangrove) pengambilan kayu yang membabi buta, pembukaan tambak-tambak untuk

budidaya perairan. Permasalahan yang dihadapi di sebagian besar wilayah pantai

Bengkulu antara lain :

1. Instrusi air laut

Instrusi air laut adalah masuknya atau merembesnya air laut kearah daratan

sampai mengakibatkan air tawar sumur/sungai menurun mutunya, bahkan

menjadi payau atau asin (Harianto, 1999). Dampak instrusi air laut ini sangat

penting, karena air tawar yang tercemar intrusi air laut akan menyebabkan

keracunan bila diminum dan  dapat merusak akar tanaman. Instrusi air laut telah

terjadi dihampir sebagian besar wilayah pantai Bengkulu. Dibeberapa tempat

bahkan mencapai lebih dari 1 km.  

2. Turunnya kemampuan ekosistem mendegradasi sampah organic, minyak bumi dll.

3. Penurunan keanekaragaman hayati di wilayah pesisir

4. Peningkatan abrasi pantai

5. Turunnya sumber makanan, tempat pemijah & bertelur biota laut. Akibatnya

produksi tangkapan ikan menurun.

6. Turunnya kemampuan ekosistem dalam menahan tiupan angin, gelombang air

laut dlll.

7. Peningkatan pencemaran pantai.

Dalam situasi seperti ini, habitat dasar dan fungsinya menjadi hilang dan

kehilangan ini jauh lebih besar dari nilai penggantinya.

3

Page 4: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

III. Pemecahan Masalah

            Konservasi hutan bakau (mangrove) dan sempadan pantai, Pemerintah R I telah

menerbitkan Keppres No. 32 tahun 1990. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu

sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

fungsi pantai, sedangkan kawasan hutan bakau (mangrove) adalah kawasan  pesisir laut

yang merupakan habitat hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberikan

perlindungan kepada kehidupan pantai dan lautan. Sempadan pantai berupa jalur hijau

adalah selebar 100 m dari pasang tertinggi kearah daratan.

A. Hubungan Masyarakat dengan Hutan Bankau (Mangrove)

Manusia tidak bisa dipisahkan dengan lingkungannya, bahkan sangat tergantung

pada lingkungannya. Untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, manusia memanfaatkan

sumberdaya alam yang ada di lingkungan sekitarnya.

Dalam memanfaatkan sumber daya alam pesisir sebagai wujud mata pencaharian,

kegiatan manusia mengalami tahap perkembangan, yaitu (a) sebagai pemburu dan

peramu (huntering and gathering); (b) peternak, penangkap ikan. Melalui tahap

perkembangan itu manusia belajar mengelola lingkungannya. Tetapi seiring dengan

perkembangan manusia terutama sejak revolusi industri, perkembangan manusia telah

menyebabkan permasalahan lingkungan yang sangat kompleks disebabkan keberadaan

hutan bakau (mangrove) di Indonesia semakin parah, pada tahun 1993 luas hutan bakau

(mangrve) di Indonesia 3,7 juta hektar. Namun pada tahun 2005, hutan bankau tersebut

tinggal sekitar 1,5 juta hektar.

Masyarakat yang hidupnya bergantung dari hutan bakau (mangrove) ini

seringkali merupakan kelompok yang paling miskin di Indonesia. Dari 25,9 juta orang

yang dikategorikan miskin di Indonesia, 34% hidup di dan di sekitar hutan bakau

(mangrove). Diperkirakan pada tahun 2008, sekitar 40% penduduk pedesaan di

Indonesia bergantung pada hutan untuk mata pencahariannya. Melihat fakta diatas maka

hutan bakau (mangrove) memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan

sebagian besar masyarakat Indonesia.

Timbulnya konflik terjadi ketika klasifikasi fungsional modern dan

pengembangan kehutanan seperti hutan bakau (mangrove) seringkali bertentangan

4

Page 5: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

dengan hukum adat dan kepemilikan adat masyarakat. Batas

yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan

kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan

masyarakat. Juga tumpang tindih lahan hutan bakau (mangrove) milik pemerintah dengan

lahan hutan bakau (mangrove) tempat masyarakat bertani, berburu, memancing dan

menghasilkan hasil hutan non-kayu. Seringkali menimbulkan dampak yang serius pada

masyarakat setempat.

Fakta mengenai kedudukan hutan bakau (mangrove) pada masyarakat Indonesia

dan penyebabkan timbulnya konflik maka untuk malaksanakan pengelolaan hutan bakau

(mangrove) yang berkelanjutan peran serta masyarakat diperlukan, sehingga masyarakat

tidak lagi sekedar menerima dampak tetapi ikut merasakan keuntungan dan kerugian

dalam pengelolaaan hutan bakau (mangrove) yang dapat meningkatkan kesejateraan 

mereka. 

B. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bakau (Mangrove)

Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumber daya alam adalah menciptakan

kemudian mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan terhadap

manusia dan keberlanjutan pemanfaatan dan keberadaan sumberdaya alam (Asdak:2002).

Karena yang terjadi pada saat ini adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang berlebihan

telah menyebabkan semakin berkurangnya sumber daya alam (hutan bakau). Sampai saat

ini pengelolaan sumber daya alam masih belum memberikan nilai yang cukup berarti

bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Degradasi sumber daya alam sebagian besar

disebabkan oleh menguatnya krisis persepsi yang bersumber pada paradigma pengelolaan

sumber daya alam yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi jangka pendek dan

terlalu memanjakan kepentingan manusia.

Hal ini dapat dibenahi melalui perubahan paradigma sektoral menjadi terpadu

Koordinasi dan kerjasama antar sektor harus berbasis pemberdayaan masyarakat,

sehingga partisipasi masyarakat sebagai mitra dalam pembangunan sosial ekonomi

menjadi penting dan diawali dengan pemberdayaan masyarakat lokal (Adimihardja dkk :

2004).

5

Page 6: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

Dalam rangka melestarikan sumberdaya alam dalam hal ini adalah pengelolaan

hutan bakau (mangrove) yang ada di wilayah pesisir, untuk pemanfaatannya lebih baik

diperlukan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam tersebut.

Pengelolaan hutan bakau (mangrove) melibatkan masyarakat adalah suatu

proses pemberian wewenang, tanggung jawab dan kesempatan kepada masyarakat untuk

mengelola sumberdayanya sendiri dalam hal ini adalah hutan bakau (mangrove) dengan

terlebih dahulu melihat kebutuhan, keinginan tujuan dan aspirasi dari masyarakat

sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang pada akhirnya menentukan dan

berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat.

Perkembangan penduduk di wilayah pesisir pantai, keinginan untuk

membudidayakan ikan dan udang dalam bentuk tambak secara besar-besaran bagi

masyarakat pantai tradisional adalah akibat tuntutan perkembangan ekonomi. Mas

yarakat nelayan yang sebelumnya hidup secara tradisional, kini sudah banyak yang

berubah menjadi petani-petani tambak dan pedagang dengan orientasi keuntungan dan

pendapatan setinggi-tingginya. Perkembangan pergaulan dan trasfortasi kemajuan

peradapan manusia dari berbagai dunia dan kepulauan yang dialami oleh masyarakat

pantai Indonesia, telah membawa perubahan sikap, kebiasaan dan serta mendorong

mereka untuk mengeksplotasi sumberdaya alam pantai dan hutan bakau (mangrove).

Masyarakat tersebut semakin berantusias untuk merombak hutan-hutan bakau

(mangrove) menjadi tambak ikan dan udang. Pengaruh aktivitas masyarakat untuk

mengkonversi kawasan pantai dan hutan mangrove semakin meningkat ( Anonim, 2007).

Dan pembangunan tambak yang terjadi adalah pembangunan yang tidak berkelanjutan,

karena pembangunan yang dilakukan tidak menjaga fungsi primer dari hutan

bakau( mangrove).

Oleh karena itu semua pihak dalam hal ini pemerintah, masyarakat setempat dan

swasta harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Dapat mempertahankan ekosistem hutan bakau (mangrove) dalam setiap

pembangunan.

2. Mempertahankan dan melindungi ekosistem hutan bakau (mangrove)

Yang telah ada.

6

Page 7: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

3. Budidaya perikanan ( tambak) sebaikan dilakukan dibelakang hutan bakau

(mangrove).

4. Semua pihak harus mendorong terciptanya budaya peduli terhadap ekosistem

hutan bakau (mangrove).

5. Hutan bakau (mangrove) yang rusak harus dilakukan rehabilitasi dengan cara

penanaman kembali mangrove. Penanaman mangrove sebaiknya melibatkan

masyarakat. Modelnya dapat masyarakat terlibat dalam pembibitan, penanaman

dan pemeliharaan serta pemanfaatan  hutan mangrove berbasis konservasi. Model

ini memberikan keuntungan kepada masyarakat  antara lain terbukanya peluang

kerja  sehingga terjadi peningkatan pendapatan masyarakat.

6. Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir: pemukiman, vegetasi, dll. Wilayah

pantai dapat diatur menjadi kota ekologi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai

wisata pantai (ekoturisme) berupa wisata alam atau bentuk lainnya.

7. Peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan

memanfaatkan mangrove secara bertanggungjawab.

8. Ijin usaha dan lainnya hendaknya memperhatikan aspek konservasi.

9. Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan local tentang konservasi

10. Peningkatan pendapatan masyarakat pesisir

11. Program komunikasi konservasi hutan mangrove

12. Penegakan hukum

13. Perbaikkan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan melibatkan masyarakat.

Artinya dalam memperbaiki ekosistem wilayah pesisir masyarakat sangat penting

dilibatkan  yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Selain  itu juga mengandung pengertian bahwa konsep-konsep lokal  (kearifan

lokal) tentang ekosistem dan pelestariannya perlu ditumbuh-kembangkan kembali

sejauh dapat mendukung program ini. 

Implikasi langsung terhadap peningkatan pertambuhan penduduk adalah makin

meningkatnya tuntutan kebutuhan hidup, sementara potensi sumber daya alam di darat

yang kita miliki sangatlah terbatas. Hal tersebut mendorong kita untuk mengalihkan

alternatif potensi sumber daya alam lain yang kita miliki yaitu potensi hutan mangrove.

7

Page 8: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

Dengan memberdayakan potensi masyarakat pesisir, tentunya masyarakat juga

merasa bertanggung jawab. Artinya masyarakat merasa ikut memiliki hutan mangrove

pada daerahnya. RBegitu pula seandainya hutan mangrove tersebut telah menjadi besar,

maka masyarakat juga merasa harus mengawasinya, sehingga mereka dapat mengawasi

apabila ada yang ingin mengambil atau memotong hutan bakau (mangrove) tersebut

secara leluasa. Melalui mekanisme ini, masyarakat tidak merasa dianggap sebagai “kuli”,

melainkan ikut memiliki hutan mangrove tersebut, karena mereka merasa ikut

merencanakan penanaman hutan bakau (mangrove) dan lain-lainnya. Masyarakat merasa

mempunyai andil dalam upaya menjaga hutan bakau (mangrove) tersebut, sehingga

status mereka akan berubah, yaitu bukan sebagai kuli lagi melainkan ikut memilikinya.

C. Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Bakau (Mangrove)

Masyarakat yang tergantung pada hutan bakau (mangrove) ada yang bergantung

pada hutan bakau (mangrove) untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti pangan

dan energi, adapula yang menjadikan sebagai mata pencaharian. Masyarakat yang

menjadikan hutan bakau (mangrove) sebagai mata pencaharianlah yang patut

diwaspadai. Mereka memandang hutan bakau (mangrove) sebagai sumber daya yang

dapat menghasilkan uang untuk membayar kebutuhan sehari-hari, oleh karena itu harus

dimanfaatkan sebesar-besarnya.  

Pengelolaan hutan bakau (mangrove) yang melibatkan masyarakat dapat didekati

dengan dua pendekatan yaitu : pendekatan yang melibatkan masyarakat setempat dan

pendektan yang melibatkan pemerintah (daerah dan pusat). Salah satu upaya untuk

pendekatan masyarakat adalah memberi tanggung jawab kepada masyarakat dalam

mengelola hutan mangrove untuk meningkatkan kesejahteraannya. Sedangkan yang

melibatkan pemerintah dalam hal pengelolaan hutan bakau (mangrove) selama ini

kurang berhasil karena banyak menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan masyarakat

khususnya di daerah. Kondisi ini tentunya diharapkan dapat diperbaiki oleh pemerintah

(daerah dan pusat) maupun masyarakat, dalam pengelolaan hutan bakau (mangrove)

perlu ada kesepakatan bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan

masyarakat lokal atau masyarakat setempat dalam hal perencanaan, pelaksanaan,

pemeliharaan, pengawasan dan evaluasi sehingga keberlanjutan hutan mangrove dapat

8

Page 9: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

tercapai. Pengelolaan hutan bakau (mangrove) harus ada pelindungan terhadap hutan

bakau ketentuan pelarangan penebangan hutan bakau (mangrove). Untuk pengelolaan dan

menjaga keberlanjutan hutan bakau (mangrove) pemerintah harus mengembangkan

budidaya perikanan yang baik dimana keberadaan hutan bakau (mangrove) merupakan

bagian dari pendukung budidaya perikanan.dengan harapan agar hutan bakau (mangrove)

lestari dan budidaya ikan memberi nilai ekonomi.

Pada tahap implementasi ini juga diperlukan kesamaan persepsi antara

masyarakat lokal dengan lembaga atau orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan

kegiatan ini sehingga masyarakat benar-benar memahami rencana yang akan

dilaksanakan. Menurut Zamani dan Darmawan (2000) kegiatan-kegiatan yang perlu

dilakukan pada tahap implementasi ini adalah:

1. Integrasi ke dalam masyarakat, dengan melakukan pertemuan dengan

masyarakat untuk menjawab seluruh pertanyaan yang berhubungan dengan

penerapan konsep dan mengidentifikasi pemimpin potensial yang terdapat di

lembaga masyarakat lokal.

2. Pendidikan dan pelatihan masyarakat, metoda pendidikan dapat dilakukan secara

non formal menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan cara tatap muka

sehingga dapat diperoleh informasi dua arah dan pengetahuan masyarakat lokal

dapat dikumpulkan untuk dimasukkan dalam konsep penerapan

3. Memfasilitasi arah kebijakan, dalam hal ini segenap kebijakan yang berasal dari

masyarakat dan telah disetujui oleh koordinator pelaksana hendaknya dapat

didukung oleh pemerintah daerah, sehingga kebijakan bersama tersebut

mempunyai kekuatan hukum yang jelas, dan

4. Penegakan hukum dan peraturan, yang dimaksudkan agar seluruh pihak yang

terlibat akan dapat menyesuaikan tindakannya dengan hukum dan peraturan

yang berlaku.

Untuk mengembangkan budidaya perikanan dengan hutan bakau (mangrove) ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Budidaya perikanan (tambak) harus tetap mempertahankan hutan bakau serta

memposisikan hutan bakau sebagai filter, sehingga air yang masuk ke tambak

memiliki kualiatas yang lebih baik

9

Page 10: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

2. Rencana pengembangan dan pengelolaan kawasan harus didasarkan atas azas

kelestarian, manfaat dan keterpaduan, dengan tujuan :

a. menjamin keberadaan kawasan ekosistem hutan bakau (mangrove)

dengan luasan yang cukup dan sebaran yang

merata,

b. mengoptimalkan aneka fungsi kawasan, termasuk

fungsi konservasi, fungsi lindung,dan fungsi

produksi untuk mencapai manfaat lingkungan,

sosial dan ekonomi yang sehimbang dan

berkelanjutan,

c. mendukung pengembangan kapasitas dan partisipasi masyarakat, dan

berwawasan lingkungan sehingga menciptakan ketahanan sosial dan

ekonomi.

3. Rehabilitasi fungsi kawasan hutan bakau (mangrove).

4. Adanya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap kelestarian hutan

bakau (mangrove), sehingga mendorong terbentuknya pengelolaan hutan

mangrove yang melibatkan masyarakat. .

5. Porposi 80% kawasan untuk hutan bakau (mangrove) dan 20% untuk budidaya

ikan.

Dengan memberdayakan potensi masyarakat pesisir, tentunya masyarakat juga

merasa bertanggung jawab. Artinya masyarakat merasa ikut memiliki, masyarakat juga

merasa harus mengawasinya, ikut memiliki hutan bakau (mangrove) tersebut, karena

mereka merasa ikut merencanakan penanaman dan lain-lain.

Masyarakat merasa mempunyai andil dalam upaya pengelolaan hutan bakau

( mangrove) tersebut, sehingga status mereka akan berubah, bukan hanya sebagai

penggambil melainkan sebagai pemilik dan pemelihara.RDalam pelaksanaan Otoda

(otonomi daerah) seharusnya semua kegiatan pemeliharaan hutan bakau (mangrove)

hendaknya diserahkan pada masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan

mengembangkan partsipasinya terhadap berbagai kegiatan yang pada akhirnya akan

10

Page 11: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

meningkatkan kehidupan mereka. Keberhasilan dalam pengelolaan hutan bakau

(mangrove) akan berdampak pada adanya peningkatan pembangunan ekonomi-

khususnya dalam bidang perikanan, pertambakan, industri, pemukiman, rekreasi dan lain-

lain.

III. KESIMPULAN

Dalam tulisan ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hutan bakau (mangrove) merupakan kawasan yang sangat berpotensi dalam

pelestarian keanekaragaman hayati dan juga dalam kepentingan ekonomi

masyarakat.

2. Pelestarian hutan bakau ( mangrove) melibatkan masyarakat dapat melalui

perpaduan antara budidaya perikanan dengan hutan bakau (mangrove).

3. Hutan bakau (mangrove) merupakan tempat pemijahan, bertelur, pelindung,

mencari makanan berbagai macam biota, termasuk ikan dan udang yang hidup

secara alami.

4. Hutan bakau (mangrove) mempunyai fungsi ekonomisnya sebagai penyediaan

kayu, daun-daunan, sebagai bahan baku obat-obatan dan getah-getahan.

Disamping itu juga hutan bakau mempunyai fungsi non ekonomis yaitu sebagai

lahan eksploitasi, tambak udang, pariwisata dan sebagai daerah indusri.

5. Salah satu fungsi ekologis adalah mencegah terjadinya abrasi pantai dan

sumberdaya yang paling banyak menghasilkan nutrien bagi ekosistem dan

beberapa biota, tempat berasosiasi berbagai organisme seperti udang, kerang,

kepiting dan lain-lain.

6. Dalam pengelolaan hutan bakau (mangrove) perlu pendekatan yang melibatkan

masyarakat dan melibatkan pemerintah (daerah dan pusat) dengan adanya

perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, pengawasan dan evaluasi.

Saran-saran sebagai berikut :

11

Page 12: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

1. Pemerintah sebaiknya tetap memfasilitasi semangat masyarakat dengan jalan

memberikan pembinaan, penyuluhan dan pelatihan yang intensif dan

berkesinambungan bagi pengelolaan hutan mangrove;

2. Sikap, persepsi dan partisipasi masyarakat yang terbentuk harus tetap terus dibina

dan ditingkatkan sehingga tujuan pelestarian hutan mangrove tercapai.

3. Membentuk kelompok-kelompok mayarakat desa dalam pengelolaan hutan bakau

(mangrove) sehingga setiap pelanggaran yang terjadi mudah dapat ditindak

dengan tegas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Strategi Keanekarakaman Hayati Global. Gramedia Jakarta.

_______, 2008. Program Pemungkas Atasi Kemiskinan. Jakarta Pusat

_______, 2008. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Jakarata.

_______, 2008. Pengelolaan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Ekosistem Mangrove

Jakarta.

Dahuri. R. Rais. Y.Ginting.S.P, 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan

Lautan Secara Terpadu. Pranya Paramita. Jakarta.

Ewusie,J.Yanney,1990.Pengantar Ekologi Tropika, Bandung.ITB

http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/kajian-pengelolaan-hutan-mangrove-

berbasis-masyarakat-di-desa-sambelia/

http://rechtboy.wordpress.com/2008/02/18/daerah-perlindungan-laut-arti-penting-dan-

pengelolaannya/

http://pipitkecilku.blogdrive.com/archive/97.html

Indrawadi, 2007. Rehabilitasi Mangrove Berbasis

Masyarakat.http://bung-hatta.info/tulisan168.ubh

http://kyotoreview.cseas.kyotou.ac.jp/issue/issue1/article_210.html http://rudyct.com/

PPS702-ipb/05123/group2_123.htm

Nikijuluw.V.P.H, 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. PT.Pustaka

Cidesindo.

12

Page 13: MASALAH DAN PENGELOLAAN HUTAN BAKAU DI … · Web viewBatas yang tidak jelas antara wilayah konservasi penebangan dan kegiatan lainnya antara hutan bakau (mangrove) dengan masyarakat

Senoaji.G.2010. Kajian Ekologi dan Fungsi Hutan di Pulau Enggano Bengkulu. http://gunggungsenoaji.wordpress.com/

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jambatan.

Jakarta.

www.solar-aid.org

13