manusia purba merupakanqs jenis manusia yang hidup di zaman prasejarah

35
Manusia purba merupakan jenis manusia yang hidup di zaman prasejarah. Setiap zaman berbeda pula manusia purba yang hidup, jenis manusia purba ini dibedakan melalui ciri-ciri fisiknya. Bagaimana para ilmuwan mengetahui tentang jenis manusia purba beserta ciri-cirinya , tentu saja dengan melakukan penelitian berupa penggalian di wilayah-wilayah tempat hidup dari manusia purba, penelitian ini berkaitan erat dengan palaeoatropologi. Penggalian menghasilkan temuan-temuan sisa organik dari tumbuhan, hewan, serta juga manusia dalam bentuk fosil atau sudah membatu. Fosil inilah yang meyakinkan para peneliti tentang adanya kehidupan manusia sebelumnya atau manusia purba, umur lapisan bumi yang ditempati fosil ini juga dapat menunjukkan berapa usia fosil tersebut. Jenis Manusia Purba Beserta Ciri-cirinya Disini kita bedakan antara manusia-manusia purba di daerah Indonesia dengan manusia purba yang ada diluar Indonesia Jenis Manusia Purba di Indonesia Orang penting dalam sejarah palaentologi di Indonesia adalah Eugine Dubois yang menemukan atap tengkorak di Trinil tahun 1891. Inilah awal dari penelitian fosil manusia purba di Indonesia. Meganthropus Palaeojavanicus Fosil manusia purba Meganthropus Palaeojavanicus atau manusia raksasa jawa kuno adalah jenis paling tua yang pernah ditemukan di Indonesua. Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah dan rahang atas gigi lepas oleh Ralph von Koenzgswald. Diketahui bahwa fosil ini berada pada lapisan Pucangan dengan cara stratigrafi sehingga diperkirakan umurnya sekitar 1-2 juta tahun. Adapun ciri-ciri dari Meganthropus Palaeojavanicus diuraikan sebagai berikut. Berbadan tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala. Bertulang pipi tebal, dengan tonjolan kening yang mencolok. Tidak berdagu. Otot kunyah, gigi, dan rahang besar dan kuat. Makanannya berupa jenis tumbuh-tumbuhan.

Upload: henri-panggabean

Post on 09-Dec-2015

316 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Manusia purba merupakan jenis manusia yang hidup di zaman prasejarah. Setiap zaman berbeda pula manusia purba yang hidup, jenis manusia purba ini dibedakan melalui ciri-ciri fisiknya. Bagaimana para ilmuwan mengetahui tentang jenis manusia purba beserta ciri-cirinya, tentu saja dengan melakukan penelitian berupa penggalian di wilayah-wilayah tempat hidup dari manusia purba, penelitian ini berkaitan erat dengan palaeoatropologi. Penggalian menghasilkan temuan-temuan sisa organik dari tumbuhan, hewan, serta juga manusia dalam bentuk fosil atau sudah membatu. Fosil inilah yang meyakinkan para peneliti tentang adanya kehidupan manusia sebelumnya atau manusia purba, umur lapisan bumi yang ditempati fosil ini juga dapat menunjukkan berapa usia fosil tersebut.Fosil manusia purba Homo atau manusia adalah jenis manusia purba yang paling dekat dengan manusia dan umurnya relatif lebih muda dari manusia purba lainnya. Homo Erectus berarti manusia berjalan tegak dan Homo Sapiens berarti manusia cerdas.Diketahui fosil manusia purba ini berada pada lapisan Notopurpo dengan cara stratigrafi sehingga diketahui umurnya berkisar 25.000-40.000 tahun.Adapun ciri-ciri dari Pithecanthropus diurai sebagai berikut.enis Jenis Manusia Purba Di Indonesia Dan Ciri-cirinya - Tempat Penemuannya, Di Indonesia penelitian tentang jenis-jenis manusia purba sudah sejak abad ke-18 M, dirintis oleh seorang dokter Belanda bernama Eugene Dubois. Mula mula ia mengadakan penelitian di Sumatera Barat namun tidak membuahkan hasil, lalu ia pindah ke Pulau Jawa . Di Pulau Jawa, ia berhasil menemukan fosil manusia purba di desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891. Fosil manusia purba ia beri nama pithecanthropus erectus, yang artinya manusia kera yang berjalan tegakPenemuan fosil selanjutnya pada tahun 1936 oleh Weidenrich. Ia menemukan fosil tengkorak anak di LembahSungai Brantas, desa Jetis, Mojokerto. Weidenrich menamakan fosilnya Pithecanthropus Robustus. Fosil sejenis juga ditemukan oleh von Koenigswald di Mojokerto, ia menyebutnya Pithecanthropus Mojokertensis.Pada penelitian dan penggalian arkeologis antara tahun 1936–1941, von Koenigswald berhasil menemukan fosil manusia purba. Diperkirakan fosil manusia purba itu adalah manusia tertua di Indonesia yang hidup satu sampai dua juta tahun yang lalu. Oleh karena itu para ahli arkeologi menamakannyaMeganthropus Palaeojavanicus, artinya manusia raksasa tertua dari Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus hidup sezaman dengan Pithecanthropus Mojokertensis, namun tingkat kehidupannya lebih primitif.

TRANSCRIPT

Manusia purba merupakan jenis manusia yang hidup di zaman prasejarah. Setiap zaman berbeda pula manusia purba yang hidup, jenis manusia purba ini dibedakan melalui ciri-ciri fisiknya. Bagaimana para ilmuwan mengetahui tentang jenis manusia purba beserta ciri-cirinya, tentu saja dengan melakukan penelitian berupa penggalian di wilayah-wilayah tempat hidup dari manusia purba, penelitian ini berkaitan erat dengan palaeoatropologi. Penggalian menghasilkan temuan-temuan sisa organik dari tumbuhan, hewan, serta juga manusia dalam bentuk fosil atau sudah membatu. Fosil inilah yang meyakinkan para peneliti tentang adanya kehidupan manusia sebelumnya atau manusia purba, umur lapisan bumi yang ditempati fosil ini juga dapat menunjukkan berapa usia fosil tersebut.

Jenis Manusia Purba Beserta Ciri-cirinya

Disini kita bedakan antara manusia-manusia purba di daerah Indonesia dengan manusia purba yang ada diluar Indonesia

Jenis Manusia Purba di Indonesia

Orang penting dalam sejarah palaentologi di Indonesia adalah Eugine Dubois yang menemukan atap tengkorak di Trinil tahun 1891. Inilah awal dari penelitian fosil manusia purba di Indonesia.

Meganthropus Palaeojavanicus

Fosil manusia purba Meganthropus Palaeojavanicus atau manusia raksasa jawa kuno adalah jenis paling tua yang pernah ditemukan di Indonesua. Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah dan rahang atas gigi lepas oleh Ralph von Koenzgswald. Diketahui bahwa fosil ini berada pada lapisan Pucangan dengan cara stratigrafi sehingga diperkirakan umurnya sekitar 1-2 juta tahun.

Adapun ciri-ciri dari Meganthropus Palaeojavanicus diuraikan sebagai berikut.

Berbadan tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala. Bertulang pipi tebal, dengan tonjolan kening yang mencolok. Tidak berdagu. Otot kunyah, gigi, dan rahang besar dan kuat. Makanannya berupa jenis tumbuh-tumbuhan.

Pithecanthropus

Fosil manusia purba Pithecanthropus atau manusia kera banyak di temukan di Indonesia. Diketahui fosil dari manusia purba ini berada pada lapisan Pucangan dan Kabuh dengan cara stratigrafi sehingga diperkirakan umurnya bervariasi antara 30.000 - 2 juta tahun.

Adapun ciri-ciri dari Pithecanthropus dijabarkan sebagai berikut.

Tinggi tubuhnya kira-kira 165 - 180 cm. Badan tegap, namun tidak setegap Meganthropus. Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis. Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus. Hidung lebar dan tidak berdagu.

Makanannya bervariasi tumbuhan dan daging hewan buruan.

Penemuan Phitecanthropus yang beragam sehingga terdapat beberapa jenis Phitecanthropus di Indonesia berikut diantaranya.

Pithecanthropus Mojokertensis

Fosil manusia purba Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan oleh Von Koenigswald di dekat Mojokerto , jawa timur, pada  tahun 1936. Fosil berupa tengkorak. Fosil tersebut disebut juga Pithecanthropus Robustua..

Pithecanthropus Erectus

Gambar Pithecanthropus ErectusFosil manusia purba Pithecanthropus Erectus ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak. geraham, dan tulang kaki. Manusia purba Pithecanthropus Erectus adalah manusia kera yang telah mampu berjalan tegak.

Pithecanthropus Soloensis

Gambar Pithecanthropus Soloensis

Fosil manusia purba Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh von Koenigswald dan Openorth di Ngandong dan Sangiran, di tepi Bengawan Solo, antara tahun 1931 - 1933. Fosil berupa tengkorak dan tulang kering.

Homo

Fosil manusia purba Homo atau manusia adalah jenis manusia purba yang paling dekat dengan manusia dan umurnya relatif lebih muda dari manusia purba lainnya. Homo Erectus berarti manusia berjalan tegak dan Homo Sapiens berarti manusia cerdas.Diketahui fosil manusia purba ini berada pada lapisan Notopurpo dengan cara stratigrafi sehingga diketahui umurnya berkisar 25.000-40.000 tahun.

Adapun ciri-ciri dari Pithecanthropus diurai sebagai berikut.

Tinggi tubuh 130 - 210 cm. Otak lebih berkembang daripada Meganthropus dan Pithecanthropus. Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut. Tonjolan kening sudah berkurang dan sudah berdagu. Mempunyaj ciri-ciri ras Mongoloid dan Austramelanosoid

Ada juga beberapa manusia purba jeni Homo sebagai berikut.

Homo Soloensis

Fosil manusia purba jenis ini ditemukan Von Koenigswald dan Weidenrich pada tahun 1931-1934 di lembah Bengawan Solo. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak. Dari volume otaknya, bukan lagi Pithecantropus.

Homo Wajakensjs

Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Eugine Dubois pada tahun 1889 di daerah Wajak dekat Tulungagung. Manusia jenis ini sudah mampu membuat alat-alat dan batu maupun tulang. Mereka juga telah mengenal cara memasak makanan.

Jenis Manusia Purba di Luar Indonesia

Selain di Indonesia berbagai jenis manusia purba juga ditemukan di berbagai belahan dunia berikut penjelasannya.

Australopithecus Africanus

Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di Taung, dekat Vryburg, Afrika Selatan. Fosil jenis manusia purba ini ditemukan oleh Raymond Dart, pada tahun 1924. Diperkirakan manusia jenis ini hidup 2-3 juta tahun yang lalu.

Sinanthropus Pekinensis

Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di gua Choukoutien, Peking, Tiongkok. Fosil ini ditemukan oleh Davidson Black pada tahun 1927. Manusia purba jenis ini termasuk Homo Sapiens sehingga sering kali disebut juga disebut Homo Pekinensis.

Homo Neanderthalensis

Fosil manusia purba jenis Ini ditemukan di lembah sungai Neander, dekat Dusseldorf, Jerman, oleh Rudolf Virchow.  Ciri-ciri manusia purba ini hampir mirip dengan ciri-ciri Homo Wajakensis. 

Homo Rhodesiensis

Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Raymond Dart dan Robert Brom pada tahun 1924 di gua Broken Hill, Rhodesia (sekarang menjadi Zimbabwe).

Homo Cro-Magnon

Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di gua Cro-Magnon, dekat Lez Eyzies, sebelah barat daya Prancis. Fosil tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1868. Ciri-ciri manusia purba jenis ini mendekati ciri-ciri manusia modern.

enis Jenis Manusia Purba Di Indonesia Dan Ciri-cirinya - Tempat Penemuannya,  Di Indonesia penelitian tentang jenis-jenis manusia purba sudah sejak abad ke-18 M, dirintis oleh seorang dokter Belanda bernama Eugene Dubois. Mula mula ia mengadakan penelitian di Sumatera Barat namun tidak membuahkan hasil, lalu ia pindah ke Pulau Jawa . Di Pulau Jawa, ia berhasil menemukan fosil manusia purba di desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891. Fosil manusia purba ia beri nama pithecanthropus erectus, yang artinya manusia kera yang berjalan tegakPenemuan fosil selanjutnya pada tahun 1936 oleh Weidenrich. Ia menemukan fosil tengkorak anak di Lembah

Sungai Brantas, desa Jetis, Mojokerto. Weidenrich menamakan fosilnya Pithecanthropus Robustus. Fosil sejenis juga ditemukan oleh von Koenigswald di Mojokerto, ia menyebutnya Pithecanthropus Mojokertensis.

Pada penelitian dan penggalian arkeologis antara tahun 1936–1941, von Koenigswald berhasil menemukan fosil manusia purba. Diperkirakan fosil manusia purba itu adalah manusia tertua di Indonesia yang hidup satu sampai dua juta tahun yang lalu. Oleh karena itu para ahli arkeologi menamakannya

Meganthropus Palaeojavanicus, artinya manusia raksasa tertua dari Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus hidup sezaman dengan Pithecanthropus Mojokertensis, namun tingkat kehidupannya lebih primitif.

Selanjutnya, ditemukan fosil-fosil manusia purba Indonesia, yang tingkat kemampuannya lebih tinggi dibanding jenis Pithecanthropus, yaitu jenis Homo Sapiens (manusia yang berpikir). Jenis manusia homo sapiens yang ditemukan di Indonesia, antara lain.

Gambar Ilustrasi Evolusi Manusia Purba

1. Meganthropus (Manusia Besar)Meganthropus berasal dari dua kata. Megas artinya besar atau raksasa dan anthropus artinya manusia. Jenis manusia purba Meganthropus ditemukan oleh Van Koenigswald pada tahun 1936 di daerah Sangiran. Hasil penemuannya ini sering dikenal dengan nama Meganthropus Palaeojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia ini memiliki rahang kuat dengan badan yang tegap. Mereka diperkirakan hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan, terutama tumbuh-tumbuhan. Meganthropus diperkirakan hidup sekitar dua sampai satu juta tahun yang lalu sejak penelitian.

2. Pithecanthropus (Manusia Kera Berjalan Tegak)Jenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia - Pithecanthropus merupakan jenis yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Hasil penemuan di Indonesia, antara lain Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis. Pithecanthropus Erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1891 di Trinil. Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di Jetis dekat Mojokerto Jawa Timur oleh Von Koenigswald. Pithecanthropus Soloensis sementara itu ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo oleh Von Koenigswald, Ter Haar, dan Oppenoorth. Beberapa ciri manusia Pithecanthropus, antara lain sebagai berikut.

Ciri Ciri Manusia Purba Pithecanthropus :

Pada tengkorak, tonjolan keningnya tebal. Hidungnya lebar, dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol. Tinggi sekitar 165–180 cm. Pemakan tumbuhan dan daging (pemakan segalanya). Memiliki rahang bawah yang kuat. Memiliki tulang pipi yang tebal. Tulang belakang menonjol dan tajam. Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.

3. HomoJenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia - Ada dua jenis fosil homo yang ditemukan di Indonesia, yaitu Homo Wajakensis dan Homo Soloensis.Manusi Purba Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak. Eugene Dubois menemukan fosil ini

pada tahun 1889 di dekat Wajak, Tulungagung Jawa Timur. Homo Wajakensis diperkirakan menjadi nenek moyang dari ras Australoid yang merupakan penduduk asli Australia.Manusia Purba Homo Soloensis adalah manusia dari Solo ditemukan di Ngandong, lembah Bengawan Solo antara tahun 1931–1934. Penemunya adalah Ter Haar dan Oppenorth. Kehidupan Homo Soloensis sudah lebih maju dengan berbagai alat untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup dari berbagai ancaman.

Ciri-ciri Manusia Purba homo :

muka lebar dengan hidung yang lebar; mulutnya menonjol; dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus; bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang; tingginya 130–210 cm; berat badan 30–150 kg; hidupnya sekitar 40.000–25.000 tahun yang lalu.

Homo Soloensis dan Homo Wajakensis kemudian mengalami perkembangan. Jenis homo ini diberi nama Homo Sapiens. Homo Sapiens lebih sempurna dilihat dari cara berpikir walaupun masih sangat sederhana. Homo Sapiens berarti manusia cerdas, diperkirakan hidup 40.000 tahun yang lalu setelah penelitian. Jenis inilah yang nantinya menjadi nenek moyang bangsa Indonesia - sekian Jenis Jenis Manusia Purba Di Indonesia

JENIS-JENIS MANUSIA PURBA PADA MASA PRA-AKSARA

15/1/2015

3 Comments

Manusia purba adalah manusia yang hidup pada masa praaksara / prasejarah. Fosil manusia purba adalah sisa kerangka manusia purba yang telah membatu.

1.      MANUSIA PURBA DI INDONESIABerdasarkan hasil penemuan fosil-fosil manusia purba, dapat disimpulkan bahwa pada zaman praaksara / prasejarah, Indonesia telah dihuni beberapa jenis manusia purba, diantaranya :

a.      Meganthropus palaeojavanicus (manusia besar / raksasa dari Jawa)

1.      Fosil yang ditemukan : rahang atas dan rahang bawah.

2.      Tempat penemuan : Sangiran (utara Surakarta).

3.      Penemu : Von Koenigswald (1931 – 1941), pada lapisan Pucangan / Plestosen bawah, Marks (1952) pada lapisan Kabuh / Plestosen tengah.

4.      Kurun waktu masa hidupnya : sekitar 2 – 1 juta tahun yang lalu (dianggap jenis manusia purba tertua di Indonesia).

5.      Tipologi fisik / ciri-ciri fisik :

  Badan : tegap dan besar.   Tengkorak : belum ditemukan.   Wajah : muka masif, tulang kening sangat menonjol, tulang pipi tebal dan dagu tidak ada.

6.      Alat pengunyah : rahang dan gigi besar. otot kunyah sangat kuat.

Cara : belum dapat diduga. Makanan : terutama tumbuh-tumbuhan. Tempat tinggal : -  Pembuatan alat : belum dapat diketahui alat yang digunakan.

b.      Pithecanthropus (manusia kera yang berjalan tegak)

1.      Kurun waktu hidupnya diduga sama dengan masa hidup Meganthropus.

2.      Ciri-ciri fisik Pithecanthropus :

Badan tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus. Tinggi badan : ± 165 – 180 cm. Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis. Tidak berdagu dan hidung lebar.  Otot kunyah kuat tapi tidak sekuat Meganthropus.   Makanan bervariasi (tumbuhan dan daging hasil buruan).

3.      Jenis-jenis Pithecanthropus (yang ditemukan di Indonesia) :

1.      Pithecanthropus mojokertensis (manusia kera dari Mojokerto)

·         Fosil yang ditemukan : berupa tengkorak anak-anak.

·         Tempat penemuan : Mojokerto lembah sungai Brantas.

·         Letak stratigrafi : pada plestosen bawah, lapisan / formasi pucangan.

·         Penemu : von Koenigswald dan Cokrohandoyo (1936).

·         Kurun waktu hidupnya : 2 – 1,5 juta tahun yang lalu.

·         Tipologi / ciri-ciri fisik :

o   Badan tegap dengan tinggi 165 – 180 cm.

o   Tengkorak rendah dengan volume otak 650 – 900 cc.

o   Wajah : muka menonjol ke depan, kening menonjol dan tebal, tulang pipi kuat, hidung lebar dan tidak berdagu.

o   Alat pengunyah : rahang menonjol ke depan, gigi dan geraham besar, otot kunyah kuat.

o   Cara berjalan : cenderung tegak.

·         Makanan : segala makanan (mulai mengolah makanan).

·         Tempat tinggal di sekitar padang rumput dekat air, secara berkelompok, berburu dan mengumpulkan makanan, berpindah-pindah.

·         Pembuatan alat : diduga telah menggunakan alat yang dipungut dari alam.

2.      Pithecanthropus erectus (manusia kera yang berjalan tegak)

-Fosil yang ditemukan : tulang rahang, tengkorak bagian atas, geraham dan tulang kaki.

5.      Penemu : Eugene Dubois (1890).

6.      Tempat penemuan : Trinil lembah Bengawan Solo dekat Ngawi.

7.      Letak stratigrafi temuan : plestosen tengah, pada lapisan / formasi kabuh.

8.      Tipologi / ciri-ciri fisik :

o   Badan tegap dengan tinggi 165 – 170 cm.

o   Tengkorak : volume otak 775 – 975 cc, belum menjulang tinggi.

o   Wajah : kening menonjol di atas, pipi menonjol ke samping, hidung lebar, tidak berdagu.

o   Alat pengunyah : rahang menonjol ke depan, geraham dan gigi besar, otot kunyah masih kuat.

o   Cara berjalan : belum tegak benar.

·         Makanan masih kasar dan mulai makan daging, mulai mengolah makanan.

·         Tempat tinggal sama seperti Pithecanthropus mojokertensis.

·         Pembuatan alat : telah membuat alat- alat dari batu sangat sederhana dan telah menggunakan api.

·         Kurun waktu hidupnya : 1 – 1,5 juta tahun yang lalu.

3.      Pithecanthropus soloensis (manusia kera dari Solo)

·         Fosil yang ditemukan : tengkorak dan tulang kering.

·         Tempat temuan : Ngandong dan Sangiran lembah Bengawan Solo.

·         Letak stratigrafi : plestosen tengah dan plestosen atas.

·         Penemu : von Koenigslwald dan Oppenorth (1931 – 1933).

·         Kurun waktu hidupnya : 900.000 – 200.000 tahun yang lalu.

·         Tipologi / ciri-ciri fisik :

o   Badan tegap dengan tinggi 165 – 180 cm.

o   Tengkorak telah meninggi, volume otak 1000 – 1300 cc.

o   Wajah : mulut menonjol ke depan, kening sedikit menonjol, tidak berdagu.

o   Alat pengunyah : rahang dan gigi besar, otot pengunyah masih kuat.

o   Cara berjalan : belum tegak benar, masih dibantu tangan.

·         Makanan : memakan segala makanan, telah mengolah makanan.

·         Tempat tinggal : sama seperti jenis Pithecanthropus lainnya.

·         Pembuatan alat : diduga telah menggunakan api dan alat buruan lainnya.

4.      Pithecanthropus robustus (dianggap sama Pithecanthropus mojokertensis)

·         Fosil temuan : tengkorak anak-anak.

·         Tempat temuan : di Sangiran lembah Bengawan Solo.

·         Penemu : Weidenreich dan von Koenigswald (1939).

c.       Homo atau Homo sapiens

                        Homo adalah jenis manusia purba yang memiliki sifat mirip manusia sekarang. Jenis Homo sapiens inilah yang dianggap sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Homo sapiens terdiri dari beberapa ras, yang sekarang masih hidup adalah :

1)      Ras Mongoloid; berkulit kuning, berambut hitam, dan bertubuh sedang.

(a)    Asiatic, terdapat di Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur.

(b)   Malayan Mongoloid, terdapat di Asia Tenggara, Kepulauan Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

(c)    American Mongoloid, terdapat di Amerika Utara (suku Eskimo).

2)      Ras Kaukasoid; berkulit putih, hidung mancung, berambut pirang, dan bertubuh jangkung, hidup menyebar di Eropa dan Asia Tengah.

(a)    Nordic, terdapat di Eropa Utara dan sekitar laut Baltik.

(b)   Alpin, terdapat di Eropa Tengah dan Eropa Timur.

(c)    Mediteranian, terdapat di sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenian, Arabia, dan Iran.

(d)   Indic, terdapat di India, Pakistan, dan Srilanka.

3)      Ras Negroid; berkulit hitam, hidup menyebar di Afrika, Australia, dan Irian (penduduk asli).

(a)    Afrika Negroid, terdapat di benua Afrika.

(b)   Negrito, terdapat di Afrika Tengah, Semenanjung Malaka, dan Filipina.

(c)    Melanesia, terdapat di Papua dan Kepulauan Melanesia.

4)      Ras Austromelanesoid; hidup menyebar di kepulauan Pasifik, dan pulau-pulau antara Asia dan Australia.

5)      Ras Khusus

(a)    Bushman, terdapat di daerah Gurun Kalahari di Afrika Selatan.

(b)   Weddoid, terdapat di pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan.

(c)    Australoid, yaitu suku Aborigin atau penduduk asli benua Australia.

(d)   Ainu, terdapat di pulau Kaarafotu dand pulau Hokkaido di Jepang.

Jenis-jenis manusia Homo yang ditemukan :

1.      Homo wajakensis (manusia dari Wajak)

·         Tempat penemuan : di gua desa Wajak, Tulungagung.

·         Letak stratigrafi : plestosen atas.

·         Penemu : van Reischoten (1889) dan Eugene Dubois (1890).

·         Tipologi / ciri-ciri fisik :

o   Badan tegap dengan tinggi 130 – 210 cm.

o   Tengkorak telah membulat dan tinggi, volume otak 1000 – 2000 cc.

o   Wajah : muka datar, pipi menonjol ke samping, sudah berdagu.

o   Alat kunyah : rahang dan gigi mengecil, otot-otot pengunyah telah menyusut.

o   Cara berjalan lebih tegak dan lebih sempurna.

·         Kurun waktu hidupnya : 40.000 – 25.000 tahun yang lalu.

·         Tempat tinggal : di gua-gua.

·         Pembuatan alat : membuat alat-alat serpih bilah, alat tulang, kapak perimbas.

2.      Homo soloensis

Fosilnya ditemukan oleh Ter Haar dan Oppenorth (1933 – 1934) di daerah Ngandong lembah Bengawan Solo. Homo soloensis mempunyai ciri-ciri sama dengan Homo wajakensis.

3.      Homo sapiens austromelanesoid

Fosilnya ditemukan di Aceh Timur (di Bukit Kerang Langsa dan Tamiang), Sumatera Timur, di Jawa (di gua Lawa, Sampung Ponorogo), di NTT (di gua Liang Toge, Liang Momer, dan Liang Panas Flores).

·         Letak stratigrafi temuan : lapisan Holosen.

·         Kurun waktu hidupnya : 10.000 tahun yang lalu

·         Tipologi / ciri-ciri fisik :

o   Badan tegap dengan tinggi 148 – 170 cm.

o   Tengkorak relatif kecil,lonjong atau sedang, volume otak ± 1000 – 2000 cc.

o   Wajah : muka sedang, rahang menonjol ke depan, kening rata, hidung lebar.

o   Alat pengunyah : geraham dan gigi relatif besar, otot pengunyah relatif kuat.

o   Cara berjalan tegak sempurna.

·         Makanan : segala macam makanan; teknik mengolah makanan maju.

·         Tempat tinggal di gua-gua.

·         Pembuatan alat : membuat serpih bilah, alat tulang, kapak genggam, telah mulai melukis.

4.      Homo sapiens mongoloid

Fosilnya ditemukan di Sulawesi Selatan (di gua Cakondo, Uleleba, Balisau, Karassa, gua Sopeng, dan lain-lain).

·         Letak stratigrafi temuan : lapisan holosen.

·         Kurun waktu hidup : 10.000 tahun yang lalu.

·         Tipologi / ciri-ciri fisik :

o   Badan kecil tidak tinggi.

o   Tengkorak bundar, isi otak lebih besar.

o   Wajah : muka lebar dan datar, mulut dan gigi menonjol ke depan, hidung lebar.

o   Alat kunyah : rahang, geraham, dan gigi kecil, otot pengunyah telah menyusut.

o   Cara berjalan tegak sempurna.

·         Makanan : memakan segala makanan, teknik mengolah makanan sangat maju.

·         Tempat tinggal di gua-gua.

·         Pembuatan alat : membuat alat serpih, mata panah bergerigi, telah mengenal seni (melukis pada dinding gua).

 

2.      MANUSIA PURBA DI TEMPAT LAIN

a.      Di Asia Timur (Cina)

1.      Pithecanthropus pekinensis / Sinanthropus pekinensis

-       Artinya manusia kera berjalan tegak dari Peking.

-       Fosil ditemukan di gua Chou Kuo Tien – Peking (Cina Utara).

-       Penemunya : Davidson Black dari Kanada (1927) dan Franz Weidenreich.

-       Masa hidup Sinanthropus pekinensis diduga semasa dengan Pithecanthropus erectus.

2.      Pithecanthropus lantianensis

-       Fosil ditemukan di Lantien – Cina Selatan.

-       Masa hidupnya diduga semasa dengan Pithecanthropus mojokertensis.

3.      Homo sapiens mongoloid / Homo pekinensis

-       Fosil ditemukan di gua Zhou Kuo Dien – Peking.

-       Homo pekinensis hidupnya diduga sezaman dengan Homo wajakensis.

-       Homo pekinensis diduga merupakan nenek moyang ras Mongoloid.

b.      Di Filipina (Asia Tenggara)

-          Fosil ditemukan di gua Tabon pulau Palawan.

-          Fosil yang ditemukan menyerupai Homo wajakensis.

c.       Di Palestina (Asia Barat)

-          Homo palestinensis, fosil ditemukan di gua dekat gunung Carmel.

d.      Di Australia

-          Fosil manusia purba ditemukan di danau Mungo, negara bagian New South Wales. Fosilnya mirip dengan Homo sapiens australoid.

-          Hidupnya diduga semasa dengan Homo wajakensis.

e.       Di Afrika

Jenis manusia purba yang pernah ditemukan antara lain :

1.      Australopithecus africanus

Fosilnya ditemukan oleh Robert Broom dan Raymond Dart (1924) di Taung, Botswana – Afrika Selatan.

2.      Homo rhodesiensis

Fosilnya ditemukan oleh Richard Lecky (1921) di gua Broken Hill, Rhodesia – Afrika Selatan.

3.      Homo habilis

Fosilnya ditemukan oleh suami istri Louis Leakey dan Mary Leakey (1931) di lembah Aldovai, Tanzania – Afrika Timur. Homo habilis sering disebut Australopithecus boisei.

4.      Homo asselar

Fosilnya ditemukan di gurun Sahara.

5.      Homo africanus

Fosilnya ditemukan di daerah Kenya Selatan, oleh Bryan Patterson dan William W. Howells (1965).

f.       Di Eropa

Jenis manusia purba yang pernah ditemukan antara lain :

1.      Homo cromagnon (juga disebut Terra amata)

Fosilnya ditemukan oleh Les Eyzies 1868) di lembah Vezere Perancis. Diduga merupakan nenek moyang ras Kaukasoid.

2.      Homo neanderthalensis

Fosilnya ditemukan di banyak tempat, seperti :

o   di lembah sungai Neander Jerman oleh Dari. Fulroff (1856).

o   di gua Spy Belgia, oleh Rudolf Virchow.

3.      Homo pilt down

Fosilnya ditemukan di desa Pilt Down Inggris, oleh Charles Dawson (1911).

engenal Zaman Pra Aksara Lebih Dekat

Zaman pra aksara dikenal juga dengan sebutan masa pra sejarah yang artinya masa kehidupan manusia belum

mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra aksara adalah manusia purba. Pada masa

ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta kebudayaan manusia melalui tulisan. Satu-satunya sumber untuk

mengetahui kehidupan manusia purba hanya melalui peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-

alat kehidupan (artefak), dan fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa

itu.

Zaman pra aksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulsan hingga manusia mulai

mengenal dan menggunakan tulisan . Zaman ini di perkirakan berlangsung sampai abad ke-3 Masehi. Jadi,

pada abad ke-4 manusia Indonesia baru mulai mengenal tulisan. Hal ini dapat diketahui dari batu bertulis yang

terdapat di Muara Kaman, Kalimantan Timur, yang diperkirakan dibuat tahun 400 Masehi.

Pembabakan zaman pra aksara berdasarkan arkeologi

A. Zaman batu

a) Zaman Batu Tua (Palaeolithikum), semua peralatan terbuat dari batu yang masih kasar dan belum diasah

sehingga bentuknya masih sederhana. Misalnya kapak genggam, peralatan pada zaman ini banyak ditemukan

di Pacitan, Jawa Timur.

b) Zaman Batu madya ( Mesolithikum),merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan peralatan

kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. misalnya kapak pebble/kapak Sumatera.

c) Zaman Batu Baru (Neolithikum), merupakan suatu masa dimana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu

yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Misalnya kapak lonjong dan

kapak persegi.

d) Zaman Batu Besar (Megalithikum), adalah zaman dimana semua peralatan yang dihasilkan terbuat dari batu

dalam bentuk besar. Hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan yang berkembang pada masa itu. Misalnya

Menhir yang digunakan untuk pemujaan arwah leluhur, Waruga yang digunakan untuk meletakkan sesaji.

B. Zaman Logam, adalah zaman di mana peralatan yang dihasilkan terbuat dari logam. Misalnya moko dan nekara.

Pada masa ini peralatan dari batu juga masih berkembang, jadi bukan berarti zaman logam adalah akhir dari

zaman batu

Peninggalan Kebudayaan pada Masa Praaksara A+ A-

Print Email

Masa atau zaman waktu dari praaksara merupakan masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Peninggalan dari kebudayaan yang ada pada saat masa / zaman dari praaksara ini sangatlah banyak, terutama kebudayaan yanga ada pada zaman batu. Kebudayaan zaman batu terbagi lagi menjadi kebudayaan zaman batu tua (palaeolithikum), kebudayaan di masa batu madya (mesolithikum), kebudayaan di masa batu muda (neolithikum), dan kebudayaan di masa batu besar (megalithikum). Untuk lebih jelasnya mari kita simak peninggalan-peninggalan dari kebudayaan apa saja yang ada di masa waktu praaksara ini.

1. Kebudayaan di Masa Batu Tua (Palaeolithikum)

Alat-alat hasil kebudayaan zaman batu tua pada saat masa / zaman dari praaksara ini antara lain.

a. Kapak Perimbas

Kapak ini terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai, digunakan dengan cara menggengam. Dipakai untuk menguliti binatang, memotong kayu, dan memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas merupakan salah satu kebudayaa peninggalan di zaman / masa batu tua yang banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan Pacitan. Kapak perimbas dan kapak genggam di masa tersebut dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Pithecantropus.

Kapak kapak Perimbas salah satu peninggalan pada kebudayaan dari zaman paleolithikum dimana kapak ini dipakai dengan cara di genggam (Sumber: Encarta Encyclopedia)

b. Kapak Genggam

Kapak genggam zaman ini memiliki bentuk hampir sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan, dan keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil menemukan sejumlah peninggalan dari kebudayaan berupa kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Karena ditemukan di Pacitan maka disebut Kebudayaan Pacitan.

Kapak Genggam yang merupakan salah satu peninggalan dari kebudayaan di masa paleolithikum(Sumber: Encarta Encyclopedia)

c. Alat-alat Serpih (Flakes)

Peninggalan dari kebudayaan zaman ini berupa alat-alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan batu kecil, digunakan sebagai alat penusuk, pemotong daging, dan pisau. Alat-alat serpih banyak ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, masih termasuk Kebudayaan Ngandong.

Alat-alat serpih peninggalan pada zaman atau masa kebudayaan paleolitikum (Sumber: Encarta Encyclopedia)

d. Perkakas dari Tulang dan Tanduk

Perkakas tulang dan tanduk hewan banyak ditemukan di zaman ini terutama di daerah Ngandong, dekat Ngawi, Jawa Timur. Alat-alat yang merupakan peninggalan dari kebudayaan itu berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek, dan mata tombak. Oleh peneliti arkeologis peninggalan berupa kebudayaan alat perkakas dari tulang disebut sebagai

Kebudayaan Ngandong. Alat-alat serpih dan alat-alat dari tulang dan tanduk ini dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.

Alat-alat dari Tulang danTanduk Hewan. (Sumber: Sejarah

Nasional Indonesia)

2. Kebudayaan di Masa Batu Madya (Mesolithikum)

Kebudayaan zaman batu madya ditandai oleh adanya usaha untuk lebih menghaluskan perkakas yang dibuat. Dari penelitian arkeologis kebudayaan praaksara batu madya di Indonesia memiliki persamaan kebudayaan dengan yang ada di daerah Tonkin, kebudayaan zaman Indochina (Vietnam). Diperkirakan bahwa kebudayaan batu madya di Indonesia berasal dari kebudayaan di dua daerah yaitu Bascon dan Hoabind. Oleh karena itu pula kebudayaan praaksara ini dinamakan Kebudayaan Bascon Hoabind. Hasil-hasil kebudayaan Bascon Hoabind, antara lain berikut ini.

a. Kapak Sumatra (Pebble)

Bentuk kapak ini bulat, merupakan peninggalan pada kebudayaan ini yang terbuat dari batu kali yang dibelah dua. Kapak genggam jenis ini banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan.

Peninggalan pada keebudayaan masa mesolithikum yang berupa Kapak genggam Sumatera(Sumber: Indonesian Heritage)

b. Kapak Pendek (Hache courte)

Kapak Pendek sejenis kapak genggam bentuknya setengah lingkaran. Kapak ini ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.

c. Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, Kjokken berarti dapur dan modding artinya sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa kulit-kulit siput dan kerang yang telah bertumpuk selama beribu-ribu tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil yang beberapa meter tingginya. Fosil dapur sampah ini banyak ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.

d. Abris sous roche

Abris sous roche adalah gua-gua batu karang atau ceruk yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba. Berfungsi sebagai tempat tinggal.

Abris sous roche.

e. Lukisan di Dinding Gua

Lukisan di dinding gua terdapat di dalam abris sous roche. Lukisan menggambarkan hewan buruan dan cap tangan berwarna merah. Lukisan di dinding gua ditemukan di Leang leang, Sulawesi Selatan, di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di Danau Sentani, Papua.

Lukisan di Dinding Gua(Sumber: Album Peninggalan Sejarah dan Purbakala)

3. Kebudayaan di Masa Batu Muda (Neolithikum)

Hasil kebudayaan zaman batu muda menunjukkan bahwa manusia purba di masa ini sudah mengalami banyak kemajuan dalam menghasilkan alat-alat. Ada sentuhan tangan manusia, bahan masih tetap dari batu. Namun sudah lebih halus, diasah, ada sentuhan rasa seni. Fungsi alat yang dibuat jelas untuk pengggunaannya. Hasil budaya zaman neolithikum, antara lain.

a. Kapak Persegi

Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini merupakan kebudayaan di masa neolithikum dan dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kebudayaan di masa ini berupa kapak persegi atau juga disebut beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusatenggara.

Kapak persegi yang merupakan peninggalan pada kebudayaan di masa batu muda

(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum)

b. Kapak Lonjong

Kapak zaman ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada yang besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.

Kapak Lonjong(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum)

c. Mata Panah

Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk berburu. Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Mata Panah

d. Gerabah

Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan.

Gerabah(Sumber: IPS Sejarah)

e. Perhiasan

Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan di masa tersebut banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

f. Alat Pemukul Kulit Kayu

Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai bahan pakaian. Adanya alat pada masa ini, membuktikan bahwa pada zaman neolithikum manusia pra aksara sudah mengenal pakaian.

4. Kebudayaan Batu Besar (Megalithikum)

Istilah megalithikum berasal dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya batu. Jadi, megalithikum artinya batu-batu besar yang ada pada saat masa / zaman dari praaksara. Manusia praaksara menggunakan batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan kebudayaan ini didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan, dengan demikian bangunan kebudayaan megalithikum berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pra-aksara pada saat itu. Bangunan kebudayaan megalithikum tersebar di seluruh Indonesia. Berikut beberapa bangunan megalithikum.

a. Menhir

Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.

Menhir

b. Sarkofagus

Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu yang ditangkupkan. Peninggalan zaman ini banyak ditemukan di Bali.

Sarkofagus

c. Dolmen

Dolmen adalah peninggalan zaman pada kebudayaan berupa meja batu tempat menaruh sesaji, tempat penghormatan kepada roh nenek moyang, dan tempat meletakan jenazah. Daerah penemuannya adalah Bondowoso, Jawa Timur.

Dolmen

d. Peti Kubur Batu

Peti Kubur Batu adalah lempengan batu besar yang disusun membentuk peti jenazah. Peti kubur batu ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

e. Waruga

Waruga adalah peti kubur batu berukuruan kecil berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.

f. Arca

Arca adalah peninggalan dari kebudayaan berupa patung terbuat dari batu utuh, ada yang menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

g. Punden Berundak

Punden berundak-undak merupakan peninggalan dari kebudayaan yang biasanya digunakan sebagai tempat pemujaan. Bangunan masa ini dibuat dengan menyusun batu secara bertingkat, menyerupai candi. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.

Punden berundak (Sumber: Kompasiana)

5. Kebudayaan Zaman Logam

Kebudayaan perunggu di Indonesia diperkirakan berasal dari daerah bernama Dongson di Tonkin, Vietnam. Kebudayaan Dongson datang ke Indonesia kira-kira abad ke 300 SM di bawa oleh manusia sub ras Deutro Melayu (Melayu Muda) yang mengembara ke wilayah Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan zaman logam, antara lain.

a. Nekara

Nekara adalah tambur besar yang berbentuk seperti dandang yang terbalik. Benda kebudayaan ini banyak ditemukan di Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar, dan Irian.

b. Moko

Nekara yang berukuran lebih kecil, merupakan benda peninggalan pada kebudayaan di masa atau zaman pada praaksara yang ditemukan di Pulau Alor, Nusatenggara Timur. Nekara dan Moko dianggap sebagai benda keramat dan suci.

c. Kapak Perunggu

Kapak perunggu terdiri beberapa macam, ada yang berbentuk pahat, jantung, dan tembilang. Kapak perunggu juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak corong. Daerah peninggalan atau penemuan kebudayaan ini di daerah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan untuk keperluan sehar-hari.

d. Candrasa

Sejenis kapak namun bentuknya indah dan satu sisinya panjang, peninggalan alat kebudayaan ini ditemukan di Yogyakarta. Candrasa dipergunakan untuk kepentingan upacara keagamaan dan sebagai tanda kebesaran.

a) Nekara; c) Kapak Perunggu;b) Moko; d) Candrasa.

(Sumber: Sejarah Nasional Indonesia dan Umum)

Peninggalan jejak kebudayaan yang ada di masa /zaman praaksara

e. Perhiasan Perunggu

Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung yang merupakan peninggalan dari kebudayaan yang ada pada zaman atau masa perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera.

Perhiasan Perunggu(Sumber: Sejarah untuk SMA)

f. Manik-manik

Manik-manik adalah kebudayaan berupa benda perhiasan terdiri berbagai ukuran dan bentuk. Manik-manik dipergunakan sebagai perhiasan dan bekal hidup setelah seseorang meninggal dunia. Bentuknya ada silider, segi enam, bulat, dan oval. Daerah penemuannya di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, dan Buni.

Manik-manik(Sumber: Sejarah untuk SMA)

g. Bejana Perunggu

Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu berfungsi sebagai wadah atau tempat menyimpan makanan. Bentuknya bulat panjang dan menyerupai gitar tanpa tangkai. Benda peninggalan zaman dari kebudayaan ini ditemukan di Sumatera dan Madura.

h . Arca Perunggu

Peninggalan benda kebudayaan zaman ini berbentuk patung yang terbuat dari perunggu menggambar orang yang sedang menari, berdiri, naik kuda, dan memegang panah. Tempat-tempat penemuan di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, dan Palembang.