manusia purba

7
Manusia Purba Sejak abad XVII para ahli luar negeri banyak yang tertarik untuk meneliti tentang manusia purba di Indonesia. Mereka datang dengan bergiliran, orang yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Eugene Dubois, seorang sarjana Belanda. Sudah seharusnya dan sewajibnya kita bersukur dan berbangga karena bangsa kita mempunyai kekayaan dengan hasil temuan yang jarang ditemukan di Negara lain, terutama temuan manusia-manusia purba ini. Berarti di Indonesia telah hidup macam-macam manusia yang memiliki species dengan berbagai rupa. Berikut ini adalah jenis-jenis manusia purba (fosil) yang ditemukan oleh para ahli dari luar negeri di Indonesia. A. MEGANTHROPUS Ditemukan oleh Von Koenigswald yang menemukan rahang atas dan rahang bawah pada tahun 1936 dan tahun 1941 di Sangiran. Temuan ini merupakan sisa Meganthropus yang disebut Meganthropus paleojavanicus. Diperkirakan Meganthropus hidup satu sampai dua juta tahun lalu semenjak penelitian. Manusia purba jenis ini memiliki rahang yang kuat dan badan tegap. Para Meganthropus biasanya hidup dengan mengumpulkan bahan makanan terutama tumbuh-tumbuhan. B. PITHECANTHROPUS Temuan Pichecantropus pertamakali telah menarik perhatian dunia, terutama para ilmuan. Pichecanthropus merupakan temuan yang paling banyak di Indonesia, tinggi Pichecantropus rata-rata 165-180 cm namun tidak setegap Meganthropus. Adapun jenis dari Pithecanthropus di Indonesia antara lain: Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus soloensis, dan Pithecanthropus mojokertensis. 1. Pithecanthropus erectus

Upload: nak-mahad

Post on 26-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

manusia-manusi zaman dahulu

TRANSCRIPT

Manusia Purba

Sejak abad XVII para ahli luar negeri banyak yang tertarik untuk meneliti tentang manusia purba di Indonesia.

Mereka datang dengan bergiliran, orang yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Eugene Dubois, seorang

sarjana Belanda.

Sudah seharusnya dan sewajibnya kita bersukur dan berbangga karena bangsa kita mempunyai kekayaan dengan

hasil temuan yang jarang ditemukan di Negara lain, terutama temuan manusia-manusia purba ini. Berarti di

Indonesia telah hidup macam-macam manusia yang memiliki species dengan berbagai rupa. Berikut ini adalah

jenis-jenis manusia purba (fosil) yang ditemukan oleh para ahli dari luar negeri di Indonesia.

A. MEGANTHROPUS

Ditemukan oleh Von Koenigswald yang menemukan rahang atas dan rahang bawah pada tahun 1936 dan tahun

1941 di Sangiran. Temuan ini merupakan sisa Meganthropus yang disebut Meganthropus paleojavanicus.

Diperkirakan Meganthropus hidup satu sampai dua juta tahun lalu semenjak penelitian. Manusia purba jenis ini

memiliki rahang yang kuat dan badan tegap. Para Meganthropus biasanya hidup dengan mengumpulkan bahan

makanan terutama tumbuh-tumbuhan.

B. PITHECANTHROPUS

Temuan Pichecantropus pertamakali telah menarik perhatian dunia, terutama para ilmuan. Pichecanthropus

merupakan temuan yang paling banyak di Indonesia, tinggi Pichecantropus rata-rata 165-180 cm namun tidak

setegap Meganthropus. Adapun jenis dari Pithecanthropus di Indonesia antara lain: Pithecanthropus erectus,

Pithecanthropus soloensis, dan Pithecanthropus mojokertensis.

1. Pithecanthropus erectus

Dikenal dengan manusia purba yang berjalan tegak, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil.

Diperkiran dua setengah juta sampai satu setengah juta tahun setelah penelitian.

2. Pithecanthropus soloensis

Ditemukan oleh Von Koenigswland, Ter Haar, dan Oppenoorth antara tahun 1931 – 1934 di Ngandong,

Kabupaten Blora.

3. Pithecanthropus mojokertensis

Dikenal sebagai manusia kera yang berasal dari Mojokerto. Jenis ini ditemukan oleh Von Koenigswald tahun

1936 di Pucangan, utara Perning dan Mojokerto. Jenis manusia purba ini merupakan jenis yang tertua, hidup

antara dua setengah hingga satu seperempat tahun sejak penelitian.

C. HOMO

Fosil homo ditemukan di Wajak dengan tinggi tubuh antara 130 – 210 cm dan berat rata-rata 30 – 150 kg. Mulut

dan dahinya masih menonjol, muka dan hidungnya masih lebar. Manusia purba jenis ini hidup antara 25.000 –

40.000 tahun yang lalu sejak penelitian. Oleh karena itu, fosil Homo ini ditemukan di Wajak, maka fosil ini

disebut Homo wajakensis. Selain di Indonesia, fosil serua juga ditemukan di Malaysia Timur, Filipina, dan Cina

Selatan.

D. HOMO SAPIENS

Homo jenis ini lebih sempurna dibandingkan dengan Homo lainnya, walaupun cara makannya masih sederhana.

Homo sapiens artinya manusia cerdik, Homo jenis ini merupakan campuran antara Homo jenis Indonesia dan

pendatang dari Yunan yang merupakan nenek moyang bangsa Indonesia. Ciri-ciri Homo sapiens mempunyai

tubuh yang sempurna, rahang tidak menonjol seperti Pithecantropus, dan cara berfikirnya sudah maju.

Kapak Genggam

Kapak genggam dibuat dari gamping kersikan dan berbentuk lonjong. Dinamakan kapak genggam karena digunukan dengan cara menggenggam, mirip dengan kapak tetapi tidak bertangkai, yang kemudian sering

disebut dengan kapak genggam, chopper (alat penetak), atau kapak perimbas.

Kapak Lonjong

Kapak ini bentuk umumnya lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajaman. Bagian tajaman diasah dari dua arah dan menghasilkan bentuk tajaman yang simetris. Di sinilah bedanya dengan beliung persegi yang tidak pernah memiliki tajaman simetris (setangkup). Bentuk penampang lintangnya seperti lensa, lonjong, atau kebulat-bulatan.

Kapak Perimbas

Kapak perimbas merupakan pekakas yang terbuat dari batu jenis kapak yang digenggam dan berbentuk masif. Keberadaan kapak perimbas tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, khususnya berkembang di tempat-tempat yang banyak mengandung bahan batuan yang sesuai untuk pembuatan perkakas-perkakas batu.

Alat Serpih

Dalam konteks perkembangan alat-alat batu tingkat Plestosen di Indonesia dan daerah-daerah sekitar Asia Tenggara, alat serpih sering kali ditemukan bersama-sama dengan kapak perimbas atau alat batu masif lainnya. Di beberapa tempat alat serpih merupakan unsur yang dominan yang terkadang merupakan unsur pokoknya. Alat serpih yang ditemukan di Gua Tabon (Palawan) dan Gua Niah (Serawak) diperkirakan berlangsung sekitar 30-40 ribu tahun yang lalu, yakni pada tingkat akhir Plestosen.

Dolmen

Dolmen merupakan sebuah meja batu hasil kebudayaan zaman Megalitikum yang berfungsi untuk menyimpan sesaji. Tradisi Dolmen tidak hanya ditemukan di Indonesia, namun Dolmen telah ditemukan di Eropa, Asia, dan Afrika, terutama di sepanjang pesisir pantai.

Menhir

Menhir adalah peninggalan pra sejarah berupa batu dan biasanya digunakan sebagai sarana pemujaan arwah nenek moyang oleh masyarakat pada zaman batu yang menganut paham animisme.

Sarkofagus

Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. 

Kubur Batu

 Peti kubur batu, yaitu peti mayat yang dibentuk dari enam papan batu, terdiri dari dua sisi panjang, dua sisi lebar, sebuah lantai, dan sebuah penutup besi.

Punden Berundak

 Punden berundak merupakan bangunan yang tersusun bertingkat dan berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang.