manusia peking dan nenek moyang bangsa tiongkok.docx

5
Manusia Peking dan Nenek Moyang Bangsa Tiongkok January, 04, 2016 adika fadmi nurazizah Memanfaatkan waktu libur di awal tahun baru2016, kami sekeluarga mengunjungi obyek dan kawasan wisata yang memperkenalkan kehidupan manusia purba di Tiongkok pada sekitar 600 ribu tahun lalu. Adapun tempat yang kami kunjungi adalah Museum Manusia Peking dan Situs Zhoukoudian yang terletak di gunung Longgu, desa Zhoukoudian, distrik Fangshan, sekitar 50 km barat daya Beijing. Desa ini cukup terkenal di dunia, khusus oleh para paleo antropolog, sejak ditemukannya fosil manusia Peking dan hewan serta benda-benda primitif lainnya, sebagai tempat untuk meneliti asal usul manusia dan menguak rahasia kehidupan manusia purba. Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 1,5 jam, cukup lambat karena ada kemacetan di beberapa ruas jalan, kami pun tiba di Zhoukoudian. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Museum Manusia Peking yang berdiri megah di pinggir jalan raya yang membelah desa Fangshan. Museum Manusia Peking ini dibangun pertama kali pada tahun 1953 dengan nama Museum Manusia Kera. Setelah dilakukan renovasi pada tahun 1994, museum yang berjarak sekitar 2 km dari tempat ditemukannya fosil-fosil tulang manusia purba tersebut kemudian diberi nama baru “Museum Situs

Upload: ramlan

Post on 10-Jul-2016

214 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manusia Peking dan Nenek Moyang Bangsa Tiongkok.docx

Manusia Peking dan Nenek Moyang Bangsa TiongkokJanuary, 04, 2016 adika fadmi nurazizah

Memanfaatkan waktu libur di awal tahun baru2016, kami sekeluarga mengunjungi obyek dan kawasan wisata yang memperkenalkan kehidupan manusia purba di Tiongkok pada sekitar 600 ribu tahun lalu. Adapun tempat yang kami kunjungi adalah Museum Manusia Peking dan Situs Zhoukoudian yang terletak di gunung Longgu, desa Zhoukoudian, distrik Fangshan, sekitar 50 km barat daya Beijing. Desa ini cukup terkenal di dunia, khusus oleh para paleo antropolog, sejak ditemukannya fosil manusia Peking dan hewan serta benda-benda primitif lainnya, sebagai tempat untuk meneliti asal usul manusia dan menguak rahasia kehidupan manusia purba.

Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 1,5 jam, cukup lambat karena ada kemacetan di beberapa ruas jalan, kami pun tiba di Zhoukoudian. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Museum Manusia Peking yang berdiri megah di pinggir jalan raya yang membelah desa Fangshan. Museum Manusia Peking ini dibangun pertama kali pada tahun 1953 dengan nama Museum Manusia Kera. Setelah dilakukan renovasi pada tahun 1994, museum yang berjarak sekitar 2 km dari tempat ditemukannya fosil-fosil tulang manusia purba tersebut kemudian diberi nama baru “Museum Situs Zhoukoudian” guna merujuk tempat ditemukannya fosil-fosil tengkorak manusia purba yang diperkirakan hidup ratusan ribu tahun lalu di kawasan gunung Longgu Zhoukoudian.

Setelah membayar tiket masuk sebesar 30 yuan, kami memasuki bangunan seluas sekitar 1.000 meter persegi dan bergaya arsitektur modern. Pada museum ini ditampilkan sejumlah benda-benda temuan dari situs di Gunung Longgu seperti tempurung kepala manusia Peking yang diperkirakan hidup sekitar 600 ribu tahun lalu, manusia Xindong yang hidup sekitar 100 ribu tahun lalu dan manusia gua yang hidup sekitar 18 ribu tahun lalu.

Page 2: Manusia Peking dan Nenek Moyang Bangsa Tiongkok.docx

Selain benda-benda temuan, ditampilkan pula replika dan patung-patung manusia dan hewan purba untuk menggambarkan kehidupan ratusan ribu tahun lalu di kawasan Zhoukoudian, khususnya di sekitar Gunung Longgu. Diperlihatkan bagaimana manusia purba menggunakan api dan alat-alat produksi primitif dari batu, berburu dan mengolah hewan buruan untuk santapan sehari. Diperlihatkan pula bagaimana manusia purba, khususnya wanita, belajar membuat pakaian dengan alat yang sangat sederhana.

Di bagian akhir ruang pamer, terdapat epilog menarik yang di salah satu dinding yang berbunyi “Dari mana manusia berasal? Kapan peradaban manusia dimulai? Dimana nenek moyang bangsa Tiongkok hidup?. Penggalian situs Zhoukoudian merupakan salah satu langkah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu”.

Dari museum situs Zhoukoudian, kami kemudian meluncur ke museum alam situs Zhoukoudian di gunung Longgu yang berjarak sekitar 2 km dari museum situs Zhoukoudian. Untuk dapat memasuki museum alam ini pengunjung kembali dikenakan tiket masuk sebesar 30 yuan per orang.

Dari museum alam gunung Longgu, dari puncaknya pengunjung dapat memandang kawasan pegunungan di sekitarnya yang cantik. Museum alam Gunung Longgu ini merupakan tempat pertama kali ditemukannya sejumlah tulang belulang manusia dan hewan serta benda-benda purbakala lainnya. Penamaan Gunung Longgu (yang berarti Gunung Tulang Naga) diberikan oleh warga Zhoukoudian karena sering ditemukannya tulang-tulang yang dianggap sebagai tulang naga, yang kemudian diambil dan dijual untuk dijadikan obat tradisional Tiongkok.

Di gunung Longgu terdapat gua-gua yang tetap dipelihara keasliannya seperti “Gua Bagian Atas”, Gua “Manusia Gua Baru”, “Gua Burung” dan “Gua Manusia Kera”. Gua-gua tersebut adalah tempat tinggal Manusia Peking sekitar 600 ribu tahun lalu, manusia Xindong yang hidup sekitar 100 ribu tahun lalu dan manusia gua yang hidup sekitar 18 ribu tahun lalu. Melongok gua-gua tersebut kita akan terbawa ke masa ratusan ribu tahun yang lalu dan membayangkan bagaimana manusia membuat dan menggunakan api serta membuat dan memilih alat batu untuk dapat dijadikan senjata atau alat produksi primitif.

Page 3: Manusia Peking dan Nenek Moyang Bangsa Tiongkok.docx

Selama ratusan tahun kawasan di Gunung Longgu tersebut tidak tersentuh penelitian ilmiah dan tulang belulang yang ada sebagian besar terkubur di bawah tanah dan terserak di dalam gua, hingga akhirnya sarjana Barat seperti Johan Gunnar Andersson dari Swedia dan asistennya asal Austria yang bernama Otto Zdansky melakukan penggalian pada tahun 1921 dan menemukan barang-barang peninggalan manusia purba seperti gigi dan bekas tempat penggunaan api manusia kera di gua sepanjang 140 meter yang kemudian dinamakan sebagai “Gua Manusia Kera”.

Selanjutnya Davidson Black, seorang ahli anatomi dan antropologi asal Kanada yang bekerja pada Institut Kedokteran Xiehe Beijing, pada tahun 1927 melakukan studi dengan seksama terhadap fosil gigi yang ditemukan dan memberikan nama ilimiah “Peking Species of Chinesese pithecantrophus”. Oleh ahli geogologi dan paleothologi asal Amerika Serikat, A.W. Grahau, nama ilmiah yang diberikan Davidson Black kemudian dipopulerkan dengan nama “Manusia Peking” dan digunakan hingga saat ini.

Dugaan bahwa di kawasan Gunung Longgu tinggal manusia Peking diperkuat dengan ditemukannya tempurung kepala manusia Peking yang utuh pada tahun 1929 oleh arkeolog Tiongkok Fei Wenzhing. Penemuan ini sempat menggemparkan kalangan keilmuan di dunia. Namun sangat disayangkan, tulang tempurung “Manusia Peking” tersebut  hilang tanpa diketahui jejaknya dalam perang agresi Jepang terhadap Tiongkok selama Perang Dunia II. Tulang tempurung kepala itu sampai sekarang masih belum diketahui di mana beradanya.

Kemudian dalam penggalian-penggalian arkeologi setelah itu, para sarjana Tiongkok dan asing telah menemukan 6 tempurung kepala, 12 pecahan tempurung kepala dan 150 lebih gigi di Gunung Longgu. Selain itu ditemukan pula lebih 100 ribu alat-alat batu yang pernah digunakan “manusia Peking” untuk menyalakan api dan berburu.

Dari benda-benda yang ditemukan diketahui Volume otak manusia Peking lebih kecil daripada manusia zaman modern. Dari tempurung kepala manusia Peking yang tergali ternyata volume otaknya hanya 1059 miligram, sedang manusia zaman modern 1400 miligram. Manusia purba itu sudah bisa berjalan dengan berdiri tegak. Dihitung berdasarkan fosil yang tergali, tingga badan lelaki rata-rata 156 sentimeter, sedang wanita 144 sentimeter. Usia harapan mereka sangat pendek, 70 persen meninggal sebelum berusia 14 tahun, jarang sekali yang bisa mencapai 50 tahun.

Memperhatikan pentingnya situs manusia Peking Zhoukoudian bagi pengembangan pengetahuan sejarah manusia, maka pada tahun 1987 situs ini dimasukan ke dalam Daftar Warisan Budaya Dunia oleh Komite Warisan Dunia. Dalam penilaiannya, Komite Warisan Dunia menyebutkan bahwa “Situs Manusia Peking di Zhoukoudian menyediakan banyak bukti yang meyakinkan, menguak sejarah manusia dan menandai waktu penggunaan api oleh manusia sejak ratusan ribu tahun yang lalu. Situs itu juga menyediakan bukti-bukti untuk studi mengenai perubahan lingkungan ekologi di Beijing dan mengakhiri debat apakah manusia yang berdiri tegak adalah manusia atau kera, sebuah topik perdebatan hangat di kalangan ilmuwan selama lebih dari setengah abad sejak ditemukannya “Manusia Jawa” pada abad ke-19”.