mantap pemicu 5

85
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Pasien diabetes sangat beresiko terhadap kejadian luka dikaki (Litzelman, 1993) dan merupakan jenis luka kronis yang sangat sulit penyembuhannya. Perawatan luka diabetes khususnya dikaki relatif mahal, namun menjadi lebih berkualitas dibanding pasien harus kehilangan salah satu anggota tubuhnya. Pada umumnya kaki diabetika disebabkan oleh faktor neuropati (82%) sisanya adalah akibat neuroiskemia dan murniakibat iskemia. Pada ulkus yang dilator belakangi neuropati ulkus biasanya bersifat kering, fisura,kulit hangat, kalus, warna kulit normal dan lokasi biasanya di plantar, lesi sering berupa punch out.

Upload: iant-retalica

Post on 06-Aug-2015

117 views

Category:

Documents


29 download

TRANSCRIPT

Page 1: mantap pemicu 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes

mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya

kematian jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada

permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi

vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita

yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan

oleh bakteri aerob maupun anaerob. Pasien diabetes sangat beresiko terhadap

kejadian luka dikaki (Litzelman, 1993) dan merupakan jenis luka kronis yang

sangat sulit penyembuhannya. Perawatan luka diabetes khususnya dikaki relatif

mahal, namun menjadi lebih berkualitas dibanding pasien harus kehilangan salah

satu anggota tubuhnya.

Pada umumnya kaki diabetika disebabkan oleh faktor neuropati (82%) sisanya

adalah akibat neuroiskemia dan murniakibat iskemia. Pada ulkus yang dilator

belakangi neuropati ulkus biasanya bersifat kering, fisura,kulit hangat, kalus,

warna kulit normal dan lokasi biasanya di plantar, lesi sering berupa punch out.

B. Masalah

1. Apa sajakah jenis-jenis luka Diabetic Foot Ulcer (DFU)?

2. Bagaimana gambaran wound bed DFU?

3. Bagaimana proses keperawatan DFU?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis luka Diabetic Foot Ulcer (DFU).

2. Untuk mengetahui gambaran wound bed DFU.

3. Untuk mengetahui proses keperawatan DFU.

Page 2: mantap pemicu 5

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi Ulkus Diabetik

Ulkus diabetika adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes

mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya

kematian jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada

permukaan kulit karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi

vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita

yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan

oleh bakteri aerob maupun anaerob. Pasien diabetes sangat beresiko terhadap

kejadian luka dikaki (Litzelman, 1993) dan merupakan jenis luka kronis yang

sangat sulit penyembuhannya. Perawatan luka diabetes khususnya dikaki relatif

mahal, namun menjadi lebih berkualitas dibanding pasien harus kehilangan salah

satu anggota tubuhnya.

Ada banyak alasan mengapa klien diabetes beresiko tinggi terhadap kejadian

luka dikaki diantaranya diakibatkan karena kaki yang sulit bergerak terutama jika

klien dengan obesitas, neoropati sensorik, iskhemia sehingga proses penyembuhan

menjadi lambat akibat konstriksi pembuluh darah.

Adanya gangguan sistem imunitas, pada klien diabetes menyebabkan luka

mudah terinfeksi dan jika terkontaminasi bakteri akan menjadi ganren sehingga

makin sulit pada perawatannya serta beresiko terhadap amputasi.

B. Klasifikasi Ulkus Diabetika

Untuk tujuan klinis praktis, kaki diabetika dapat dibagi menjadi 3 katagori,

yaitu kaki diabetika neuropati, iskemia dan neuroiskemia. Pada umumnya kaki

diabetika disebabkan oleh faktor neuropati (82%) sisanya adalah akibat

neuroiskemia dan murniakibat iskemia. Pada ulkus yang dilator belakangi

neuropati ulkus biasanya bersifat kering, fisura,kulit hangat, kalus, warna kulit

Page 3: mantap pemicu 5

normal dan lokasi biasanya di plantar, lesi sering berupa punch out. Sedangkan

lesi akibat iskemia bersifat sianotik, gangren, kulit dingin danlokasi tersering

adalah di jari. Bentuk ulkus perlu digambarkan seperti; tepi, dasar, ada/tidak pus,

eksudat, edema, kalus, kedalaman ulkus perlu dinilai dengan bantuan probe steril.

Probe dapat membantu untuk menentukan adanya sinus, mengetahui ulkus

melibatkan tendon, tulang atau sendi.

1. Diabetika neuropati

2. Iskemia

3. Neuroiskemia

Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner,

terdiri dari 5 tingkatan:

1. Tidak ada luka terbuka, kulit utuh (0)

2. Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit (1)

3. Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan (2)

4. Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses (3)

5. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki,

bagiandepan kaki atau tumit (4)

6. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki (5)

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala ulkus diabetika yaitu:

1. Sering kesemutan.

2. Nyeri kaki saat istirahat.

3. Sensasi rasa berkurang.

4. Kerusakan Jaringan (nekrosis).

5. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.

6. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.

7. Kulit kering.

D. Diagnosis Ulkus diabetika

Diagnosis ulkus diabetika meliputi:

Page 4: mantap pemicu 5

1. Pemeriksaan Fisik: inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus pada

kulit atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang

atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.

Pemeriksaan Doppler ultrasound adalah penggunaan alat untuk memeriksa

aliran darah arteri maupun vena. Pemeriksaan ini ntuk mengidentifikasi tingkat

gangguan pada pembuluh darah arteri maupun vena. Dengan pemeriksaan yang

akurat dapat membantu proses perawatanyang tepat. Pemeriksaan ini sering

disebut dengan Ankle Brachial Pressure Index.

Pada kondisi normal, tekanan sistolik pada kaki sama dengan di tangan atau

lebih tinggi sedikit. Pada kondisi terjadi gangguan di area kaki, vena ataupun

arteri, akan menghasilkan tekanan sistolik yang berbeda. hasil pemeriksaan

yang akurat dapat membantu diagnostic ke arah gangguan vena atau arteri

sehingga manajemen perawatan juga berbeda. Cara pemeriksaan ABPI adalah

sebagai berikut:

a. Baringkan klien kurang lebih selama 20 menit.

b. Pastikan area kaki tidak ada sumbatan atau hambatan dari pakaian ataupun

posisi.

c. Tutup area luka dengan lapisan melindungi cuff yang menekan.

d. Tempatkan cuff di atas ankle.

e. Doppler probe letakkan di dorsalis pedis dan anterior tibial pulse (dengan

konekting gel). Arah probe Doppler 450.

f. Tekan cuff hingga bunyi pulse menghilangg. Tekan cuff perlahan untuk

menurunkan tekanan sampai terdengar bunyi pulse lagi. Point ini disebut

tekanan sistolik ankle.

g. Pindahkan cuff ke lengan di sisi yang sama dengan ekstremitas bawah. Cari

pulse brachial dengan dopler probe (konekting gel). 

h. Tekan cuff hingga bunyi pulse menghilangk. Turunkan tekanan perlahan

hingga terdengar bunyi pulse lagi, point ini disebuttekanan sistolik brachial.

i. Hitung ABPI dengan membagi hasil sistolik ankle dengan hasil sistolik

brachial.

ABPI= Tekanan Sistolik ankle

Tekanan sistoli brachial

Page 5: mantap pemicu 5

Hasil perhitungan di atas di interpretasi pada tabel di bawah ini.

< 0.5 0.5-0.7 0.7-0.8 > 0.8 > 1.2

Arterial ulcer Arterial dan

venus ulcer

Arterial dan

venous ulcer

Venous ulcer Calcified

Gangguan

pembuluh

arteri

Gangguan

arteri dan vena

Gangguan

arteri dan vena

Gangguan

pembuluh

vena

Periksa ulang

Hasil pemeriksaan APBI tidak hanya berfungsi mendeteksi pulse pada

pasien diabetes tetapi juga sebagai panduan dalam “Bandaging” pada

kasus “leg ulcer” atau luka kaki.

2. Pemeriksaan Penunjang : X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium

untuk mengetahui apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukan

kuman penyebabnya.

E. Patogenesis Ulkus Diabetika

Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes mellitus

adalah ulkus diabetika. Ulkus diabetika disebabkan adanya tiga faktor yang

sering disebut Trias yaitu: Iskemik, Neuropati, dan Infeksi. Pada penderita DM

apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi komplikasi kronik yaitu

neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena adanya penimbunan

sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang, penurunan

kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot,

keringat berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati

dapat terjadi trauma yang akan menjadi ulkus diabetika. Iskemik merupakan

suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan darah dalam jaringan,

sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan adanya proses

makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan menurun yang

ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis,

tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan

selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya

Page 6: mantap pemicu 5

dimulai dari ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis merupakan sebuah

kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak

pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat

mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga

mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama

dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus

diabetika. Proses angiopati pada penderita Diabetes mellitus berupa penyempitan

dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering terjadi pada tungkai bawah

terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi

berkurang kemudian timbululkus diabetika. Pada penderita DM yang tidak

terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membram

basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan pembuluh kapiler  bahkan dapat

terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga mengganggu distribusi darah

ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang mengakibatkan ulkus diabetika.

Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali akan meningkatkan HbA1C

yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan oksigen di jaringan

oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang menggangu sirkulasi

jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian jaringan yang

selanjutnya timbul ulkus diabetika. Peningkatan kadar fibrinogen dan

bertambahnya reaktivitas trombosit menyebabkan tingginya agregasi sel darah

merah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat dan memudahkan terbentuknya

trombosit pada dinding pembuluh darah yang akan mengganggu sirkulasi darah.

Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida

plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan

hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan

merangsang terjadinya aterosklerosis.

Perubahan/inflamasi pada dinding pembuluh darah, akan terjadi

penumpukan lemak   pada lumen pembuluh darah, konsentrasi HDL

(highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah. Adanya

faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan terhadap

aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan

menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan

Page 7: mantap pemicu 5

selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanyadimulai

dari ujung kaki atau tungkai. Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah

tidak terkendali menyebabkan abnormalitas lekosit sehingga fungsi khemotoksis

di lokasi radang terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid

menurun sehingga bila ada infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan

oleh sistem phlagositosis- bakterisid intra selluler. Pada penderita ulkus

diabetika, 50 % akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi,

yang merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur. Bakteri penyebab

infeksi pada ulkus diabetika yaitu kuman aerobik Staphylokokus atau

Streptokokus serta kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens, Clostridium

novy, dan Clostridium septikum. Hampir 2/3 pasien dengan ulkus kaki diabetik

memberikan komplikasi osteomielitis. Osteomielitis yang tidak terdeteksi akan

mempersulit penyembuhan ulkus. Oleh sebab itu setiap terjadi ulkus perlu

dipikirkan kemungkinanadanya osteomielitis. Diagnosis osteomielitis tidak

mudah ditegakkan. Secara klinis bilaulkus sudah berlangsung >2 minggu, ulkus

luas dan dalam serta lokasi ulkus pada tulang yang menonjol harus dicurigai

adanya osteomielitis. Spesifisitas dan sensitivitas pemeriksaan rontgen tulang

hanya 66% dan 60%, terlebih bila pemeriksaan dilakukansebelum 10–21 hari

gambaran kelainan tulang belum jelas. Seandainya terjadi gangguan tulang hal ini

masih sering sulit dibedakan antara gambaran osteomielitis atau artropati

neuropati. Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan karena di samping dapat

mendeteksi adanya osteomielitis juga dapat memberikan informasi adanya

osteolisis, fraktur dan dislokasi, gas gangren, deformitas kaki. Uji probe to

bone menggunakan probe logam steril dapat membantu menegakkan

osteomielitis karena memiliki nilai prediksi positif sebesar 89%. Untuk lebih

memastikan osteomielitis pemeriksaan MRI sangat membantu karena memiliki

sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%.Namun diagnosis pasti osteomielitis

tetap didasarkan pada pemeriksaan kultur tulang.

F. Pengkajian Luka Diabetikum

1. Lokasi dan letak luka

Page 8: mantap pemicu 5

Dapat digunakan sebagai indikator terhadap kemungkinan penyebab

terjadinya luka, sehingga luka dapat diminimalkan. Misalnya klien datang

dengan letak luka pada ibu jari kaki, penyebab tertinggi letak luka pada ibu

jari kaki adalah akibat penekanan karena penggunaan sepatu yang terlalu

sempit, angka kejadian luka diminimalkan dengan tidak lagi menggunakan

sepatu yang sempit.

2. Stadium luka

Stadium luka dapat dibedakan berdasarkan atas :

a) Partial thickness, yaitu hilangnya lapisan epidermis hingga lapisan dermis

paling atas dan terbagi atas stadium I dan II:

Stadium I : kulit berwarna merah, belum tampak adanya lapisan

epidermis yang hilang

Stadium II: hilangnya lapisan epidermis atau lecet sampai batas

dermis paling atas.

b) Full Thickness, yaitu hilangnya lapisan dermis hingga lapisan subkutan

dan terbagi atas stadium III dan IV

Stadium III : rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan

subkutan

Stadium IV : rusaknya lapisan subkutan hingga otot dan tulang.

Page 9: mantap pemicu 5

3. Stadium Wagner untuk luka kaki diabetica

a) Superficial Ulcer

Stadium 0 : yaitu tidak terdapat lesi. Kulit dalam keadaan baik, tetapi

dengan bentuk tulang kaki yang menonjol / charcot arthropathies.

Stadium 1 : yaitu hilangnya lapisan kulit hingga dermis dan kadang-

kadang tampak tulang yang menonjol.

b) Deep ulcers

Stadium 2 : yaitu lesi terbuka dengan penetrasi ke tulang atau tendon (

dengan goa).

Stadium 3 : yaitu Penetrasi hingga dalam, osteomyelitis, pyarhrosis,

plantar abses atau infeksi hingga tendon.

c) Gangrene

Stadium 4 : yaitu gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari

jari kaki, kulit sekitarnya selulitis, gangrene lembab/kering.

Stadium 5 : yaitu seluruh kaki dalam kondisi nekrotik dan gangrene.

4. Warna dasar luka

Selama ini kita mengenal banyak sekali metode yang dipakai di klinik

untuk  menentukan tingkatan atau stadium dan klasifikasi dari derajat

keseriusan suatu luka. Kemudahan yang ingin diperkenalkan untuk

menilai derajat keseriusan luka adalah menilai warna dasar luka.Sistem

ini bersifat konsisten , mudah dimengerti dengan bahasa sederhana dan sangat

tepat guna dalam membantu memilih tindakan dan terapi perawatan luka

serta mengevaluasi kondisi luka. Sistem ini dikenal dengan sebutan RYB /

Red Yellow Black (Merah-Kuning-Hitam)

a) Red / Merah

Luka dengan dasar warna luka merah tua atau terang dan

tampak selalu lembab. Merupakan luka bersih, dengan banyak

vaskularisasi, karenanya mudah berdarah. Tujuan perawatan luka dengan

Page 10: mantap pemicu 5

warna merah dasar merah adalah mempertahankan lingkungan luka dalam

keadaan lembab dan mencegah terjadinya trauma dan perdarahan.

b) Yellow kuning

Luka dengan dasar luka warna luka kuning atau kecokelatan atau

kuning kehijauan atau kuning pucat adalah jaringan nekrosis. Merupakan

kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi dan vaskularisasi. Hal

tersebut harus dicermati bahwa semua luka kronis merupakan luka yang

terkontaminasi namun belum tentu terinfeksi. Terinfeksi tidaknya luka

dapat dinilai dengan adanya peningkatan jumlah leukosit darah dalam

tubuh dan perubahan tanda infeksi lainseperti peningkatan suhu tubuh.

Tujuan perawatannya adalah dengan meningkatkan system autolysis

debridement agar luka berwarna merah, absorbeksudate, menghilangkan

bau tidak sedap dan mengurangi atau menghindari kejadian infeksi.

c) Black / hitam

Luka dengan dasar warna luka hitam adalah jaringan nekrosis,

merupakan jaringan avaskularisasi. Tujuan perawatannya sama dengan

dasar warna luka kuning.

5. Bentuk dan ukuran luka

Page 11: mantap pemicu 5

Pengkajian bentuk dan ukuran luka dapat dilakukan dengan pengukuran

tiga dimensi atau dengan pengambilan photography. Tujuannya untuk

mengevaluasi tingkat keberhasilan proses penyembuahan luka. Hal yang

harus diperhatikan dalam pengukuran luka adalah mengukur dengan

menggunakan alat ukur yang tepat dan jika alat ukur tersebut digunakan

berulangkali, hindari terjadinya infeksi silang/nosokomial.

Pengukuran tiga dimensi dilakukan dengan mengkaji panjang, lebar dan

kedalaman luka, kemudian dengan menggunakan kapas lidi steril, masukkan

ke dalam luka dengan hati-hati untuk menilai ada tidaknya goa, dan

mengukurnya mengikuti arah jarum jam.

6. Status vascular

Menilai status vascular berhubungan erat dengan pengangkutan atau

penyebaran oksigen yang adekuat ke seluruh lapisan sel yang merupakan

unsure penting dalam proses penyembuhan luka.Pengkajian status vaskuler

meliputi :

a) Palpasi

Palpasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya denyut nadi,

perabaan pada daerah tibial atau dorsal pedis. Klien lanjut usia biasanya

ada kesulitan meraba denyut nadi, dapat dikerjakan dengan menggunakan

stetoskop atau ultrasonic dopler. Tingkatan denyut nadi : (1) absen/tidak

teraba, (2) ada denyut nadi sebentar, (3) teraba tapi kemudian hilang, (4)

normal, (5) sangat jelas,kemungkinan ada bendungan/aneurysm

b) Capillary refill

Waktu pengisian kapiler dievaluasi dengan memberi tekanan pada

ujung jari, setelah tampak kemerahan, segera lepaskan tekanan dan lihat

apakah pada ujung jari segera kembali ke kulit normal. Pada beberapa

Page 12: mantap pemicu 5

kondisi, menurun atau menghilangnya denyut nadi, pucat, kulit dingin,

kulit jari yang tipis dan rambut yang tidak tumbuh, merupakan indikasi

iskemia, dengan kapilari refill lebih dari 3 detik.

Capillary refill time

Normal : 10-15 detik

Iskemia sedang : 15-25 detik

Iskemia berat : 25-40 detik

Iskemia sangat berat : > 40 detik 

c) Edema

Pengkajian ada tidaknya edema dilakukan dengan mengukur lingkar

pada midcalf, ankle, dorsum kaki kemudian dilanjutkan dengan menekan

jari pada tulang menonjol di tibia atau medial malleolus. Kulit

yang edema akan tampak lebih coklat kemerahan atau mengkilat,

seringkali merupakan tanda adanya gangguan darah balik vena. Tingkatan

pada edema : 0 - 1/4 inch yaitu 1+ ( mild),¼ - ½ inch yaitu 2+ (moderate),

½ - 1 inch yaitu 3+ (severe) temperature kulit memberikan informasi

tentang kondisi perfusi jaringan dan fase inflamasi, serta merupakan

variabel penting dalam menilai adanya peningkatan atau

penurunan perfusi jaringan terhadap tekanan. Cara melakukan penilaian

dengan menempelkan punggung tangan pada kulit sekitar luka dan

membandingkannya dengan kulit bagian lain yang sehat.

7. Status neurologic

Pengkajian status neurologic terbagi dalam pengkajian status fungsi

motorik, fungsi sensorik dan fungsi autonom.

a) Fungsi motorik 

Pengkajian status fungsi motorik berhubungan dengan adanya

kelemahan otot secara umum, yang menampakkan adanya perubahan

bentuk tubuh, terutama pada kaki, seperti jari-jari yang menekuk atau

mencengkeram dan telapak kaki menonjol. Penurunan fungsi motorik

menyebabkan penggunaan sepatu atau sandal menjadi tidak sesuai

Page 13: mantap pemicu 5

terutama pada daerah sempit dan menonjol sehingga akan menjadi

penekanan terus menerus yang kemudian timbul kalus dan disertai luka.

b) Fungsi sensorik 

Pengkajian fungsi sensorik berhubungan dengan penilaian terhadap

adanya kehilangan sensasi pada ujung-ujung ekstremitas. Banyak klien

dengan diabetic mengalami gangguan neuropati sensorik akan merasakan

bahwa luka yang baru saja terjadi padahal kenyataannya sudah terjadi

pada beberapa waktu sebelumnya.

c) Fungsi autonom

Pengkajian fungsi autonom pada klien diabetic dilakukan

untuk menilai tingkat kelembaban kulit. Biasanya klien akan mengatakan

keringatnya berkurang dan kulitnya kering. Penurunan factor kelembaban

kulit akan menandakan terjadinya lecet atau pecah-pecah (terutama pada

ekstremitas) akibatnya akan timbul fisura yang diikuti dengan formasi

luka.

8. Infeksi

Kejadian infeksi dapat di identifikasi dengan adanya tanda-tanda infeksi

secara klinis seperti peningkatan suhu tubuh dan jumlah hitungan leukosit

yang meningkat. Pseudomonas aeuruginase dan Staphylococcus aereus,

keduanya merupakan organisme patogenik yang paling sering muncul pada

perawatan luka. Namun selama komponen sistemik tubuh mampu mengatasi

hal ini dan kolonisasi bakteri tidak melebihi dari jumlah normal, teknik

pencucian dan perawatan yang tepat cukupmampu mengatasi hal tersebut.

Luka yang terinfeksi didefinisikan apabila terjadi peningkatan konsentrasi

bakteri > 105 organisme / gram pada jaringan luka. Luka yang terinfeksi

seringkali ditandai dengan eritema yang semakin meluas, edema,

cairan berubah purulent, nyeri yang lebih sensitive, peningkatan temperature

tubuh, peningkatan jumlah sel darah putih dan timbul bau yang khas.

Page 14: mantap pemicu 5

9. Faktor Risiko Terjadi Ulkus Diabetika

Pada penderita Diabetes mellitus menurutLipsky dengan modifikasi

dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas :

a) Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah:

b) Umur ≥ 60 tahun.

c) Lama DM ≥ 10 tahun.

Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah, (termasuk kebiasaan dan gaya

hidup):

a) Neuropati (sensorik, motorik, perifer).

b) Obesitas.

c) Hipertensi.

d) Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol.

e) Kadar glukosa darah tidak terkontrol.

f) Insusifiensi Vaskuler karena adanya Aterosklerosis yang disebabkan :

Kolesterol Total tidak terkontrol, Kolesterol HDL tidak terkontrol dan

Trigliserida tidak terkontrol.

g) Kebiasaan merokok.

h) Ketidakpatuhan Diet DM.

i) Kurangnya aktivitas Fisik.

j) Pengobatan tidak teratur.

k) Perawatan kaki tidak teratur.

l) Penggunaan alas kaki tidak tepat.

Faktor-faktor risiko terjadinya ulkus diabetik lebih lanjut dijelaskan sebagai

berikut :

a) Umur ≥ 60 tahun

Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus diabetik karena

pada usia tua,fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses

aging terjadi penurunan sekresiatau resistensi insulin sehingga

kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalianglukosa darah yang

tinggi kurang optimal. Pada lansia umur > 60 tahun, didapatkanhanya 12%

Page 15: mantap pemicu 5

saja pada usia tua dengan DM yang kadar glukosa darah terkendali,

8%kadar kolesterol normal, hipertensi 40%, dan 50% mengalami gangguan

padaaterosklerosis, makroangiopati, yang faktor-faktor tersebut akan

mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah

besar atau sedang di tungkaiyang lebih mudah terjadi ulkus diabetik.

b) Lama DM ≥ 10 tahun

Ulkus diabetik terutama terjadi pada penderita Diabetes mellitus yang

telahmenderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak

terkendali, karenaakan muncul komplikasi yang berhubungan dengan

vaskuler sehingga mengalamimakroangiopati-mikroangiopati yang akan

terjadi vaskulopati dan neuropati yangmengakibatkan menurunnya sirkulasi

darah dan adanya robekan / luka pada kaki.Penderita diabetik yang sering

tidak dirasakan.

c) Neuropati

Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan

mikrosirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut

saraf yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut

akan terjadi neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke

otak dengan baik, sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu

juga kelenjar keringat menjadi berkurang, kulit kering dan mudah

robek. Neuropati perifer berupa hilangnya sensasi rasa berisiko tinggi terjadi

ulkus diabetika. Keberadaan neuropati berkaitan dengan kejadian ulkus

diabetika.

d) Obesitas

Pada obesitas dengan IMT ≥ 23 kg/m2 (wanita) dan IMT ≥ 2 kg/m2 (pria)

atau BBR lebih dari 120 % akan lebih sering terjadi resistensi insulin.

Apabila kadar insulin melebihi 10 μU/ml, keadaan ini menunjukkan

hiperinsulinmia yang dapat menyebabkan aterosklerosis yang berdampak

pada vaskulopati, sehingga terjadigangguan sirkulasi darah sedang/besar

Page 16: mantap pemicu 5

pada tungkai yang menyebabkan tungkai akanmudah terjadi ulkus/ganggren

diabetika.

e) Hipertensi

Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita Diabetes mellitus karena

adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah

sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah

lebih dari 130/80 mm Hg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada

endotel. Kerusakan pada endotel akan berpengaruh terhadap makroangiopati

melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler

defisiensi sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yangakan

mengakibatkan terjadinya ulkus. Penelitian studi kasus kontrol oleh Robert

diIowa menghasilkan bahwa riwayat hipertensi akan lebih besar 4 X terjadi

ulkus diabetika dengan tanpa hipertensi pada DM15.

f) Glikolisasi Hemoglobin

(HbA1C) dan kadar glukosa darah tidak terkendali.Glikosilasi Hemoglobin

adalah terikatnya glukosa yang masuk dalam sirkulasisistemik dengan protein

plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila Glikosilasi

Hemoglobin (HbA1c) ≥ 6,5 % akan menurunkan kemampuan pengikatan

oksigen oleh sel darah merah yang mengakibatkan hipoksia jaringan yang

selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos subendotel. Kadar

glukosa darah tidak terkontrol ( GDP > 100 mg/dl dan GD2JPP > 144 mg/dl)

akan mengakibatkan komplikasi kronik jangka panjang, baik makrovaskuler

maupun mikrovaskuler salah satunya yaitu ulkus diabetika.

g) Kolesterol Total

HDL, Trigliserida tidak terkendali. Pada penderita Diabetes mellitus sering

dijumpai adanya peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol plasma,

sedangkan konsentrasi HDL ( highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih

plak biasanya rendah (≤ 45 mg/dl). Kadar trigliserida ≥ 150 mg/dl , kolesterol

total ≥ 200 mg/dl dan HDL ≤ 45 mg/dlakan mengakibatkan buruknya

Page 17: mantap pemicu 5

sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan menyebabkan hipoksia serta cedera

jaringan, merangsang reaksi peradangan dan terjadinya aterosklerosis.

Konsekuensi adanya aterosklerosis adalah penyempitan lumen pembuluh

darah yang akan menyebabkan gangguan sirkulasi jaringan sehingga suplai

darah ke pembuluh darah menurun ditandai dengan hilang atau berkurangnya

denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi

atrofi, dingin dankuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis

jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau

tungkai. Penelitian kasus kontrol oleh Pract, pada penderita DM dengan

kolesterol, HDL, trigliserida tidak terkontrol mempunyai risiko ulkus

diabetika 3 kali lebih tinggi dari pada kadar kolesterol,trigliserida normal.

h) Kebiasaan merokok

Penelitian case control di California oleh Casanno dikutip oleh WHO pada

penderita Diabetes mellitus yang merokok ≥ 12 batang per hari mempunyai

risiko 3 X untuk menjadi ulkus diabetika dibandingkan dengan penderita DM

yang tidak merokok. Kebiasaan merokok akibat dari nikotin yang terkandung

di dalam rokok akan dapat menyebabkan kerusakan endotel kemudian terjadi

penempelan dan agregasi trombosit yang selanjutnya terjadi kebocoran

sehingga lipoprotein lipase akan memperlambat clearance lemak darah dan

mempermudah timbulnya aterosklerosis. Aterosklerosis berakibat insufisiensi

vaskuler sehingga aliran darah ke arteri dorsalis pedis, poplitea, dan tibialis

juga akan menurun.

i) Ketidakpatuhan Diet DM

Kepatuhan Diet DM merupakan upaya yang sangat penting dalam

pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol, dan trigliserida mendekati

normal sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ulkus diabetika.

Kepatuhan Diet DM mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu

mempertahankan berat badan normal, menurunkan tekanan darah sistolik dan

diastolik, menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid,

Page 18: mantap pemicu 5

meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memperbaiki sistem koagulasi

darah.

j) Kurangnya aktivitas Fisik

Aktivitas fisik (olah raga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi

darah,menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,

sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Dengan kadar glukosa

darah terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik Diabetes mellitus.

Olah raga rutin (lebih 3 kalidalam seminggu selama 30 menit) akan

memperbaiki metabolisme karbohidrat, berpengaruh positif terhadap

metabolisme lipid dan sumbangan terhadap penurunan  berat badan. Salah

satu penelitian tentang efek olah raga pada penderita DM menunjukkan

bahwa olah raga akan menurunkan kadar trigliserida. Penelitian diSwiss oleh

Rocher dikutip oleh Wibisono pada penderita DM dengan neuropati,

hasil penelitian olah raga tidak teratur akan terjadi Ulkus diabetika lebih

tinggi 4 kali dibandingkan dengan olah raga yang teratur.

k) Pengobatan tidak teratur

Pengobatan rutin pada penderita Diabetes mellitus tipe I, menurut hasil

penelitian di Amerika Serikat dikutip oleh Minadiarly didapatkan bahwa

pengobatan intensif akan dapat mencegah dan menghambat timbulnya

komplikasi khronik, seperti ulkusdiabetika.

l) Perawatan kaki tidak teratur

Perawatan kaki diabetisi yang teratur akan mencegah atau mengurangi

terjadinyakomplikasi kronik pada kaki. Penelitian di Spain yang dilakukan

oleh Calle dkk. Pada 318 diabetisi dengan neuropati dilakukan edukasi

perawatan kaki kemudian diikuti selama 3-6 tahun dihasilkan pada kelompok

I (223 responden) melaksanakan perawatan kaki teratur dan kelompok II (95

responden) tidak melaksanakan perawatan kaki, pada kelompok I terjadi

ulkus sejumlah 7 responden dan kelompok IIterjadi ulkus sejumlah 30

Page 19: mantap pemicu 5

responden. Kelompok I dilakukan tindakan amputasisejumlah 1 responden

dan kelompok II sejumlah 19 responden. Hasil penelitian padadiabetisi

dengan neuropati yaitu kelompok yang tidak melakukan perawatan kaki

13kali risiko terjadi ulkus diabetika dibandingkan kelompok yang melakukan

perawatan kaki secara teratur.

m) Penggunaan alas kaki tidak tepat

Diabetisi tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena tanpa menggunakan alas

kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan ulkus

diabetika, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa

berkurang atau hilang. Penelitian eksperimental oleh Gayle tentang tekanan

pada kaki karena penggunaan alas kaki yang tidak tepat dengan kejadian

ulkus diabetika, menghasilkan bahwa penggunaan alas kaki tidak tepat

menyebabkan tekanan yangtinggi pada kaki sehingga risiko terjadi ulkus

diabetika 3 kali dibandingkan dengan penggunaan alas kaki yang tepat.

10. Pencegahan dan Pengelolaan Ulkus Diabetic

Pencegahan dan pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegah komplikasi

lebih lanjut adalah

a) Memperbaiki kelainan vaskuler.

b) Memperbaiki sirkulasi.

c) Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi, dll).

d) Edukasi perawatan kaki.

e) Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil

laboratoriumlengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula

darah maupun menghilangkan keluhan/gejala dan penyulit DM.

f) Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.

g) Menghentikan kebiasaan merokok.

h) Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara :

1) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.

Page 20: mantap pemicu 5

2) Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air, suam-suam

kuku dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan

sempurna danhati-hati terutama diantara jari-jari kaki.

3) Memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit

yangretak-retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok

antara jari-jarikaki (contoh: krem sorbolene).

4) Tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi

kering dan retak-retak.

5) Menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku

kakisecara lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku

lebih mudahdilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.

6) Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya diobati

oleh podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa,

yang biastergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki.

Jangan menggunakan penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini

seharusnya diobati hanya oleh podiatrist.

7) Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus,

bula,luka dan lecet.

8) Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.

9) Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara :

Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.

Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan

nyaman dipakai.

Sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih dahulu, kalau

ada batu dan lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi/gangguan

dan luka terhadap kulit.

Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu

jarikaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki.

Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan hati-hati.

Memakai kaus kaki yang bersih dan mengganti setiap hari.

Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai

bahansintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat.

Page 21: mantap pemicu 5

Memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.

Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa fisik, kimia

dantermis, yang biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis

pekerjaan.

Menghidari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor

misalnya adrenalin, nikotin.

Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki

setiap control walaupun ulkus diabetik sudah sembuh.

11. Manajemen Perawatan Luka Diabetic

a) Pencucian luka

Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang

bersih, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolic tubuh pada cairan

luka. Mencuci dapatmeningkatkan, memperbaiki, dan mempercepat

proses penyembuhan luka dan menghindari kemungkinan terjadinya

infeksi. Pencucian luka merupakan aspek yang paling penting mendasar

dalam manajemen luka. Merupakan basis untuk proses penyembuhan luka

yang baik, karena luka akan sembuh dengan baik jika luka dalam kondisi

bersih.Teknik pencucian pada luka. Teknik pencucian pada luka antara

lain dengan swabbing, scrubbing, showering,hydrotherapi, whirlpool, dan

bathing. Mencuci dengan teknik swabbing dan scrubbing tidak terlalu

dianjurkan pada pencucian luka, karena dapat menyebabkan trauma pada

jaringan granulasi danepithelium, juga membuat bakteri terdistribusi

bukan mengangkat bakteri. Pada saat scrubbing atau menggosok dapat

menyebabkan luka menjadi terluka sehingga dapat meningkatkan

inflamasi ( persisten inflamasi). teknik showering (irigasi), whirpool,dan

bathing adalah teknik yang paling sering digunakan dan banyak riset yang

mendukung teknik ini. Keuntungan dari teknik ini adalah dengan teknik

tekanan yang cukup dapat mengangkat bakteri yang terkolonisasi,

mengurangi terjadinya trauma dan mencegah terjadinya infeksi silang

serta tidak menyebabkan luka mengalami trauma.

Page 22: mantap pemicu 5

b) Debridement

Nekrotik adalah perubahan morfologi yang diindikasi kan oleh adanya sel

mati yang disebabkan oleh degradasi enzim secara progresif, ini

merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak.

Jaringan nekrotik dapat dibedakan menjadi 2 bentuk:

1) Eschar yang berwarna hitam, keras, serta dehidrasi impermeable dan

lengket pada permukaan luka.

2) Slough-basah, kuning, berupa cairan dan tidak lengket pada luka.

Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka

dengan menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri.untuk

menolong penyembuhanluka, tindakan debridement sangat

dibutuhkan. Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode

seperti mekanikal, surgical, enzimatik, autolysis, dan biochemical.

Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan

fisiolofis, Ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam rangka untuk

membersihkan jaringannekrotik. Debridemen secara enzimatik

dilakukan dengan pemberian enzimeksogen secara topikal pada

permukaan lesi. Enzim tersebut akan menghancurkan residu-residu

protein. Contohnya, kolagenasi akan melisikan kolagen dan elastin.

Beberapa jenis debridement yang sering dipakai adalah papin, DNAse

dan fibrinolisin. Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila

seseorang terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag dan enzim

proteolitik endogen yang secara alami akan melisiskan jaringan

nekrotik. Secara sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid dapat

menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan

bertindak sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik

sertamemacu proses granulasi. Belatung (Lucilla serricata) yang

disterilkan seringdigunakan untuk debridemen biologi. Belatung

menghasilkan enzim yang dapatmenghancurkan jaringan nekrotik.

Debridemen bedah merupakan jenisdebridemen yang paling cepat dan

efisien.Tujuan debridemen bedah adalah untuk:

- mengevakuasi bakteri kontaminasi,

Page 23: mantap pemicu 5

- mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat

mempercepat penyembuhan,

- menghilangkan jaringan kalus,

- mengurangi risiko infeksi lokal. Cara yang paling efektif dalam

membuat dasar luka yang baik adalah denganmetode autolysis

debridement. Autolysis debridement adalah suatu cara

peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh tubuh sendiri

dengan syarat utama lingkungan luka harus dalam keadaan

lembab. Pada keadaan lembab, proteolytic enzim secaraselektif

akan melepas jaringan nekrosis dari tubuh. Pada keadaan melunak

jaringan nekrosis akan mudah lepas dengan sendirinya ataupun

dibantu dengan surgical atau mechanical debridement. Tindakan

debridement lain yang biasa digunakan adalah dengan

cara biomechanical menggunakan magots atau larva. Larva akan

dengan sendirinya secara selektif memakan jaringan nekrosis

sehingga dasar luka menjadi merah. 

c) Dressing

Memilih balutan merupakan suatu kebutuhan suatu keputusan yang harus

dilakukanuntuk memperbaiki kerusakan jaringan integument. Berhasil

tidaknya luka membaik, tergantung pada kemampuan perawat dalam

memilih balutan yang tepat, efektif danefisien.

Tujuan Memilih Balutan

1) Balutan dapat mengontrol kejadian infeksi /Melindungi luka dari

trauma dan invasi bakteri.

2) Mampu Mempertahankan Kelembaban.

3) Mempercepat Prosespenyembuhan Luka.

4) Absorbsi Cairan Luka

5) Nyaman Digunakan, Steril Dan Cost Effective.

Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan metode

moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab.

Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol,

Page 24: mantap pemicu 5

menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket

dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeable terhadap gas.

Tindakan dressing  merupakan salah satu komponen penting dalam

mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana

menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehinggadapat

meminimalisasi trauma dan risiko operasi. Berikut ini akan dikenalkan

beberapa jenis bahan topical terapi yang dapat digunakan untuk

penatalaksanaan perawatan luka diabetic, diantaranya adalah calcium

alginate, hydrokoloid, hydroaktif gel, metcovazin, gamgee, polyurethane

foam, silver dressing.

Calcium Alginate

Berasal dari rumput laut, dapat berubah menjadi gel jika bercampur

dengan luka. Berupa jenis balutan yang dapat menyerap jumlah cairan

luka yang berlebihan. Dan keunggulannyaadalah kemampuannya

menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi

perdarahanminorserta barier terjadi kontaminasi oleh psedomonas.

Hydrokoloid

Jenis topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankanluka dalam

keadaan lembab, melindungi luka dari trauma, dan menghindari dari

resiko infeksi, mampumenyerap eksudatminimal. Baik digunakan

pada luka yang berwarna merah, abses tau luka yang

terinfeksi.Bentuknya adaberupa lembaran tipis serta pasta.

Keunggulannya adalah berbentuk lembaran,tidak memerlukan balutan

lain diatasnya sebagai penutup, cukup ditempel dan ganti jikasudah

bocor.

Contoh produk hydrocolloid

1) Hydroaktif gel

Jenis topikal terapi yang mampu melakukan peluruhan jaringan

nekrotik oleh tubuh sendiri. Banyak mengandung air, akan membuat

suasana luka yang kering karena jaringan nekrosismenjadi lembab.

Air yang berbentuk gel akan masuk kesela-sela jaringan yang mati

Page 25: mantap pemicu 5

dankemudian akan menggembung jaringan nekrosis seperti lebam

mayat yang kemudian akanmemisahkan antara jaringan yang sehat

dan jaringan mati. Pada keadaan lunak inilah biasanya akan lebih

mudah melakukan surgical debridemang atau biarkan tubuh sendiri

yangmelakukannya.

2) Polyurethane Foam

Jenis balutan dengan daya serap yang tinggi, sehingga sering

digunakan pada keadaan lukayang cukup banyak mengeluarkan

eksudat / cairan tang berlebihan dan pada dasar luka yang berwarna

merah saja. Kemampuannya menampung cairan dapat

memperpanjang waktu penggantian balutan. Selain itu balutan ini juga

tidak memerlukan balutan tambahan,langsung dapat ditempel pada

luka, dan membuat dasar luka menjadi rata, terutama pada

hypergranulasi.

3) Gamgee, balutan anti mikrobial dan pengikat bakteri

Gamgee adalah jenis topikal terapi berupa tumpukan bahan balutan

yang tebal dengan daya serap cukup tinggi dan diklaim jika

bercampur dengan cairan luka dapat mengikat bakteri. Paling sering

digunakan sebagain balutan tambahan setelah balutan utama yang

menempel pada luka. Beberapa balutan pada jenis ini ada yang

mengandung antimikrobialdan hydrophobic atau mengikat bakteri.

4) Metcovazin

Jenis topical terapi dengan paten wocare klinik. Sangat mudah

digunakan karena hanyatinggal mengoles saja. Bentuk salep,

berwarna putih dan kemasan. Berfungsi untuk supportautolisis

debridement (meluruhkan jaringan nekrosis / mempersiapkan dasar

luka berwarnamerah) menghindari trauma saat membuka balutan,

mengurangi bau tidak sedap, mempertahankan suasana lembab dan

suport granulasi. Keunggulannya dapat digunakan untuk semua

warna dasar luka dan mempersiapkan dasar luka menjadi sehat.

Page 26: mantap pemicu 5

5) Silver dressing

Kondisi infeksi yang ssulit ditangani, luka mengalami fase statis,

dasar luka menebal sepertimembentuk agar-agar atau yang dikenal

dengan biofilm, penggunaan silver dressingmerupakan pilihan paling

tepat. Pada keadaan ini luka mengalami sakit yang berat, eksudatdapat

menjadi purulen dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dressing ini

digunakan alam jumlah pemakaian 4 x ganti balutan dimana silver

menempel pada luka sekurangnya 5-7 hari saja. dengan

daya.d.Edukasi pasien dan keluargaEdukasi bagi pasien dan keluarga

dengan diabetes sangat penting. Hal ini disebabkan penyakit diabetes

adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapatdikontrol

dengan pola hidup sehat (makan sesuai kebutuhan dan olahraga

teratur) danmenggunakan oral maupun insulin.

G. Lima Pilar Menuju Sehat

1. Diet

Syarat diet DM hendaknya dapat:

a) Memperbaiki kesehatan umum penderita.

b) Mengarahkan pada berat badan normal.

c) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda.

d) Mempertahankan kadar KGD normal.

e) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic.

f) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.

Kontrol gula darah Diit

Pendidikan kesehatan Latihan

Kontrol tekanan darah

Page 27: mantap pemicu 5

g) Menarik dan mudah diberikan.

2. Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:

a) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan

setiap1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten

pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor

insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.

b) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore.

Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen. Meningkatkan

kadar kolesterol-high density lipoproteine. Kadar glukosa otot dan hati

menjadi berkurang, maka latihan akandirangsang pembentukan glikogen

baruf.Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah

karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3. Pendidikan

Merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM,

melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV,

kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4. Kontrol Gula Darah

Kadar glukosa darah tidak terkontrol ( GDP > 100 mg/dl dan GD2JPP >

144mg/dl) akan mengakibatkan komplikasi kronik jangka panjang,

baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler salah satunya yaitu ulkus

diabetika. Sehingga penting dalam kepatuhan pasien dengan DM terhadap

diet.

5. Kontrol Tekanan Darah

Pada penderita Diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi

akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler

sehinggaklien dengan diabetes perlu melakukan pemeriksaan tekanan darah

secara rutin.

Page 28: mantap pemicu 5

H. Aplikasi Perawatan Luka

1. Pengkajian: catat riwayat pasien dan keluhan utama.

2. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan pengkajian dan

perawatanluka.

3. Cuci tangan.

4. Buka luka perlahan, hindari terjadinya perdarahan / terauma pada luka. Tidak

perlumenggunakan pinset dalam membuka balutan, cukup menggunakan

tangan yang menggunakan sarung tangan.

5. Luka dikaji dengan seksama sesuai dengan cara mengkaji luka, jangan lupa

dokumentasikan dengan tepat hal-hal yang harus ditulis dan diambil gambar

luka. Jika harus dilakukan pengambilan kultur, sesuaikan dengan prosedur

cara pengambilan kultur.

6. Cuci luka, boleh dilakukan dengan perendaman air hangat atau air yang

mengandung antiseptik. Hati-hati dalam mencuci luka jangan sampai

menyebabkan trauma, terakhir jika luka tidak terdapat infeksi dapat dibilas

dengan NS 0,9 % saja atau jika ada infeksi dapat menggunakan larutan

antiseptik lain, kemudian bilas dengan NS 0,9 % atau hanya dengan larutan

Feracrylum 1%.

7. Siapkan alas bersih dan mulailah dengan merawat luka. Ganti sarung tangan

saat akan melakukan pembalutan.

8. Pilih topikal terapi sesuai dengan kondisi luka, misalnya sesuai dengan warna

dasar luka, bentuk luka, luas dan kedalamannya, terinfeksi atau tidak.

9. Tutup luka dengan seksama, jangan sampai ada luka yang tampak kelihatan

dariluar, ukur ketebalan kasa atau bahan topikal yang ditempelkan keluka

harusmampu membuat suasana luka optimal (moisture balance) dan

memsuport luka kearah perbaikan/segera sembuh.

10. Jika terdapat edema, lakukan pemeriksaan tentang penggunaan balutan

kompresi (dopler).

11. Perhatikan kualitas hidup pasien, hindari pasienm tidak bisa melakukan

aktifitasnya setelah dikenakan balutan.

12. Jelaskan pada pasien kapan harus kembali lagi untuk melakukan

penggantian balutan dan kontrol gula darah.

Page 29: mantap pemicu 5

13. Rapikan semua alat-alat dan perhatikan tentang pembuangan sampah medis.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data subyektif

Malu bersosialisasi karena luka berbau busuk

Luka yang diderita lama sembuh

Kebas di area kaki

Punya riwayat penyakit diabetes

Tidak taat terhadap pengelolaan diabetes

Data subyektif jika terjadi amputasi

• Merasa negatif terhadap tubuh

• Malu terhadap penampilan

• Merasa putus asa dan tidak berdaya

• Merasa takut ditolak dalam kehidupan sosial

• Mengeluh nyeri

• Mengatakan sulit menggerakan kakinya

• Sulit membalik badan

• Mengungkapkan adanya masalah

b. Data obyektif

• Terjadi infeksi pada luka

• Kulit pada telapak kaki pecah-pecah

• Luka tampak kotor

• Perubahan warna kulit diarea luka

• Kadar gula darah tinggi

• Adanya perubahan bentuk kaki (charcof, luksasi, cock up toes)

Data obyektif jika terjadi amputasi

• Tidak mau menyentuh bagian tubuh yang teramputasi

• Menarik diri tarhadap orang-orang disekitar tempat perawatan

• Tampak meringis, gelisah

• Tingkah laku berhati-hati

• Takikardi

Page 30: mantap pemicu 5

• Mata sayu, tampak lelah

• Peningkatan pernapasan

• Hematoma dan edema jaringan post amputasi

• Penurunan kekuatan, kontrol dan massa otot

• Menolak upaya bergerak

• Apatis

B. Diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki

diabetik adalah sebagai berikut :

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya

aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

ekstrimitas.

3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.

4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

6. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu

anggota tubuh.

C. Rencana intervensi keperawatan

1. Dx 1 : Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya

aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

Kriteria Hasil :

a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler

b. Warna kulit sekitar luka tidak pucat / sianosis

c. Kulit sekitar luka teraba hangat.

d. Udema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

e. Sensorik dan motorik membaik

Rencana tindakan :

Page 31: mantap pemicu 5

a. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi

b. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :

Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung (posisi elevasi pada

waktu istirahat), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari

penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.

c. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa : Hindari diet

tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan

penggunaan obat vasokontriksi.

d. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,

pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen (HBO).

2. Dx 2 : Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren

pada ekstrimitas.

Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

Kriteria hasil :

a. Berkurangnya oedema sekitar luka.

b. Pus dan jaringan berkurang

c. Adanya jaringan granulasi.

d. Bau busuk luka berkurang.

Rencana tindakan :

a. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

b. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik

menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang

menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.

c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur

pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.

3. Dx 3 : Ganguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.

Tujuan : rasa nyeri hilang / berkurang.

Kriteria hasil :

a. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang / hilang.

Page 32: mantap pemicu 5

b. Penderita dapat melakukan metode kan untuk mengatasi atau mengurangi

nyeri.

c. Pergerakan penderita bertambah luas.

d. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal. (S : 36 – 37,5

0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit).

Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

b. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

c. Ciptakan lingkungan yang tenang..

d. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

e. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic

4. Dx 4 : Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada

luka di kaki.

Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.

Kriteria Hasil :

a. Pergerakan paien bertambah luas

b. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk,

berdiri, berjalan).

c. Rasa nyeri berkurang.

d. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan

kemampuan.

Rencana tindakan :

a. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

b. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga

kadar gula darah dalam keadaan normal.

c. Anjurkan pasien untuk menggerakkan / mengangkat ekstrimitas bawah

sesui kemampuan.

d. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

e. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik )

dan tenaga fisioterapi.

Page 33: mantap pemicu 5

5. Dx 5 : Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas berkurang / hilang.

Kriteria Hasil :

a. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.

b. Emosi stabil, pasien tenang.

c. Istirahat cukup.

Rencana tindakan :

a. Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya..

c. Gunakan komunikasi terapeutik.

d. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien

untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

e. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan

lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal

mungkin.

f. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara

bergantian.

g. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

6. Dx 6 : Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang

penyakitnya.

Kriteria Hasil :

a. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

b. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan

yang diperoleh.

Rencana Tindakan :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan

gangren.

Page 34: mantap pemicu 5

b. Kaji latar belakang pendidikan pasien.

c. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada

pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

d. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan

libatkan pasien didalamnya.

e. Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada /

memungkinkan).

7. Dx 7 : Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk

salah satu anggota tubuh.

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota

tubuhnya secar positif.

Kriteria Hasil :

a. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa

malu dan rendah diri.

b. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.

Rencana tindakan :

a. Kaji perasaan / persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri

berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi

secara normal.

b. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.

c. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.

d. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain..

e. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan

kehilangan.

f. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan

hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.

D. Evaluasi

1. Perfusi jaringan klien adekuat

2. Cemas klien teratasi

3. Klien tidak mengalami infeksi

Page 35: mantap pemicu 5

4. Intergritas kulit klien baik

5. Nyeri berkurang

Page 36: mantap pemicu 5

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

KASUS PEMICU 5

Seorang wanita 34 tahun mengeluh adanya luka diabetic di kaki kiri, bernanah sejak

1 minggu 2 bulan yang lalu, awalnya karena gatal dan sering digaruk. Keluhan luka

di bagian punggung kaki dengan luas 25 cm, kondisi klien lemah, GDS 340 mg/dl,

ada demam dengan suhu 38’c, nadi 86 x/menit, RR 20 x/menit. Klien mengalami

luka selama 6 hari dengan kondisi yang tidak baik dan pernah klien mendeteksi

perawatan dalam mandiri dengan menggunakan revanol, TD 140/90 mmHg, diet DM

(+), terapi latibet + metformin.

Data yang didapat dari kasus:

Wanita

Umur 34 tahun

Luka diabetik di kaki kiri

Bernanah sejak 1 minggu 2 bulan

Awalnya karena gatal dan sering digaruk

Keluhan: bagian punggung kaki

Luas luka 25 cm2

Klien Nampak lemah

GDS 340 ml/dl

Demam dengan sushu 38 0C

Nadi 86 x/menit

RR 20x/menit

TD 140/90 mmHg

Luka selama 6 hari

Perawatan mandiri menggunakan Revanol

Terapi Latibet dan Metformin

Diet

Data yang perlu dilengkapi:

Page 37: mantap pemicu 5

1. Cek laboratorium

a. Darah lengkap

b. Biopsi luka

c. Kultur swab

d. Pembuatan foto klinis

e. Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain.

2. Keluhan utama

3. Riwayat penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit keluarga

5. Riwayat diet

6. Status sosial ekonomi

7. Pengkajian psikososial

8. Aktifitas sehari-hari

9. Pemeriksaan fisik

10. Pemeriksaan fisik kulit

A. APA SAJA JENIS LUKA DFU

Untuk tujuan klinis praktis, kaki diabetika dapat dibagi menjadi 3 katagori,

yaitu kaki diabetika neuropati, iskemia dan neuroiskemia. Pada umumnya kaki

diabetika disebabkan oleh faktor neuropati (82%) sisanya adalah akibat

neuroiskemia dan murniakibat iskemia. Pada ulkus yang dilator belakangi

neuropati ulkus biasanya bersifat kering, fisura,kulit hangat, kalus, warna kulit

normal dan lokasi biasanya di plantar, lesi sering berupa punch out. Sedangkan

lesi akibat iskemia bersifat sianotik, gangren, kulit dingin danlokasi tersering

adalah di jari. Bentuk ulkus perlu digambarkan seperti; tepi, dasar, ada/tidak pus,

eksudat, edema, kalus, kedalaman ulkus perlu dinilai dengan bantuan probe steril.

Probe dapat membantu untuk menentukan adanya sinus, mengetahui ulkus

melibatkan tendon, tulang atau sendi.

4. Diabetika neuropati

5. Iskemia

6. Neuroiskemia

Page 38: mantap pemicu 5

Klasifikasi Ulkus diabetika pada penderita Diabetes mellitus menurut Wagner,

terdiri dari 5 tingkatan:

7. Tidak ada luka terbuka, kulit utuh (0)

8. Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit (1)

9. Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan (2)

10. Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses (3)

11. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu

jari kaki, bagiandepan kaki atau tumit (4)

12. Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki (5).

B. BAGAIMANA GAMBARAN PATOFISIOLOGINNYA

Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan

padapembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini

berjalankronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar

(makrovaskular)disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus

(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas

sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan

tebal. Awalnya prosespembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang

berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya

tekanan mekanikterbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban

terbesar.Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma

berulangmengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus.

Selanjutnyaterbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai

permukaan kulitmenimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka

abnormal manghalangiresolusi.Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi

didaerah ini. Drainase yanginadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya

sebagai konsekuensisistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan

infeksi menyebar ke jaringan sekitrnya

C. APA TANDA-TANDA KLINIS

Tanda dan gejala ulkus diabetika yaitu:

1. Sering kesemutan.

Page 39: mantap pemicu 5

2. Nyeri kaki saat istirahat.

3. Sensasi rasa berkurang.

4. Kerusakan Jaringan (nekrosis).

5. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.

6. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.

7. Kulit kering.

D. BAGAIMANA GAMBARAN WOUND BED DFU

E. FAKTOR PENGAHAMBAT PENYEMBUHAN LUKA

Adapun faktor umum yang dapat mengganggu penyembuhan luka seperti;

usia, insufisiensi perfusi oksigen, malnutrisi, meningkatnya tingkat bakteri,

jaringan luka yang sudah tua, karena tertekan, stress psikologis, dan efek

samping dan terafi.

Usia: usia dikaitkan dengan gangguan pada penyembuhan, ada perbedean

penyembuhan pada tingkat usia, fetus, anak, dewasa dan lanjut usia.

Penyernbuhan luka pada fetal tanpa ada respon radang. Pada anak-anak

penyembuhan luka dan kontraksi terjadi dengan cepat dan pada dewasa. Pada

dewasa ada suatu penurunan vascularitas dermal, penurunan densitas

Page 40: mantap pemicu 5

kolagen, framentasi elestin, dan penurunan jumlah sel mast, Pada orang tua

terjadi penurunan proses penyembuhan luka termasuk respon terhadap

radang. Walaupun orang tua memiliki perubahan fisiologik, akan tetapi

tingkatan penyembuhan adalah dalam batas normal atau sedikit terlambat

karena adanya penyakit kronik (Phillip, 1999). Disamping itu juga kurangnya

nutrisi dan hidrasi.

Kurarngnya masukan oksigen dan perfusi; penyembuhan luka akan

tergantung pada suplai oksigen. Hal ini karena oksigen merupakan kritikal

untuk lekosit dalam menghancurkar bakteri dan untuk fibroblast dalam

menstimulasi sintesis kolagen. Selain itu dengan kekurangan oksigen dapat

menghambat aktivitas fagositosis, Bila netrofil dan makrofag memakan benda

asing atau mikroorganisme, oksigen lebih banyak dibutuhkan untuk selama

fase istirahat. Dalam keadaan anemia faktor penting adalah akan terjadi

penurunan oksigen jaringan dan menghambat penyembuhn luka. Akan tetapi,

ada data yang mendukung bahwa anemia tidak menghasilkan penghambatan

dalam penyembuhan luka, kecuali anemia yang berat atau hematokrit kurang

dan 2Omg%. Hasil penelitian dilaporkan bahwa dengan adanya tegangan

okigen tidak menurun bila pasien dengan anemia sepanjang pasien

mempunyai adekuat sirkulasi volume intravaskuler, kemudian juga

dilaporkan tingkat hidroxyproline adalah komponen kolagen, tidak menurun

pada pasien dengan anemia (Nancy dkk,2003). Jadi terkait dengan pasien

anemia den pengaruhnya pada penyembuha luka adalah tidak adekuatnya

sirkulasi volume.

Perokok: karbon monoksida (CC), suatu komponen pada rokok, mengikat

hemoglobin dalam darah pada oksigen. Dengan CO mengikat hemoglobin

maka jurnlah sirkulas oksigen dalam bloosdtrem menurun, tejadi penurunan

saturasi oksigen yang dapat menimbulkan penyembuhan luka terhambat. Juga

akan terjadi bipoksia karena nikotin den hydogren sianida, nikotin

mempunyai dampak pada pembuluh darah menyebabkan vasokontriksi dan

dapat menimbulkan risiko trombosis mikrovaskuler dan iskemik. Hydrogen

sianida dapat menghambat sintesis enzim yang diperlukan untuk metabolisme

oksidatif. Juga transfor oksigen seluler.

Page 41: mantap pemicu 5

Malnutrisi: pada pasien dengan menderita luka peran utama untuk

mempercepat penyembuhan luka adalah masukan nutrisi yang adekuat.

Abnormal penyembuhan luka dikaitkan dengan protein- kalori-malnutrisi dan

pada kekurangan salah satu unsur nutrisi. Seperti yang sudan dibahas

sebelumnya tentang nutrisi dalam penyembuhan luka, salah satu unsur

penting nutrisi seperti protein. apabila pasien kekurangan protein maka akan

menimbulkan penurunan proliferasi fibroblast, penurunan proteoglican dan

sintesis kolagen, penurunan angiogenesis, dan gangguan remodeling kolagen.

Dengan kekurangan karbohidrat, protein tubuh dipecah untuk energi, protein

kemudian mengalihkan dan perbaikan jadi untuk memberikan glukosa yang

diperlukan untuk mempertahankan seluler. Proses adaptasi ini khususnya

penting dalam perlawanan infeksi, seperti lekosit memperoleh glukosa untuk

fagositosis. Tidak adekuat pemasukan lemak adalah terlihat kelaparan atau

hipermetabolisme berat dan defisiensi pada penyerapan vitamin yang larut

dalam emak seperti A<D<E<dan K yang mungkin diperlukan untuk luka

pada saat penyembuhan. Dilaporkan bahwa 30% pada pasien dewasa dengan

kasus bedah, 45% - 57% pada non bedah nerniliki kondisi malnutrisi, dan

53% * 74% malnutrisi didapatkan pada pasien dengan usia tua yang dirawat

di rumah sakit (McCann J-AC, 2003).

Mikroba: microba akan menjadi beban untuk penyembuhan luka karena akan

terjadi metoboisme yang berlebihan. Bila luka pada area permukaan kulit

terkontaminasi dengan bakteri, dan ditambah lagi dengan bakteri yang ada

pada luka maka akan memperberat penyembuhan luka itu sendiri atau rentan

terjadi infeksi. Luka terinfeksi menandakan adanya mikroorganisme dalam

jaringan. Biasanya akan ada tanda dan gejala; pus, hangat, nyeri, kemerahan,

dan indurasi pada sekeliling luka, Apabila pada kondisi luka kronik tampak

pula jaringan granulasi yang buruk. Faktor lingkungan lokal yang

mengkontribusi bakteri berproliferasi dan berkembang, lebih lanjut

mengganggu penyembuhan luka meliputi; jaringan yang tidak sehat, luka

yang kotor, abses, dan hematoma, atau adanya rongga pada Iuka. Pada pasien

dengan fekal inkontinen dan banyakya bakteri dikaitkan dengan hambatan

dalam penyembuhan luka.

Page 42: mantap pemicu 5

Tekanan yang berlebihan: tekanan, gesekan dan pergeseran adalah co-faktor

untuk semua tipe luke kronik, Yang dikaitkan dengan luka disini adalah

seperti luka dekubitus, luka kronik yang lain seperti diabetiKdan lainnya.

Kemudian pada pasien dengan mendapat terafi kompresi. Tekanan, gesekan

dan pergesaran juga akan mudah terjadi sehingga akan merusak jaringan.

Pada pasien dengan luka neuropati, mudah sekali berhubugan dengan factor

tekanan terutama sekali luka pada area plantar. Apabila tekanan yang terus

menerus terjadi akan mengakibatkan sumbatan pada pembuluh darah dan

menyebabkan iskemik dan nekrosis.

Pengobatan: ada obat yang dapat menurunkan pergerakan sirkulasi dan fungsi

metabolik, Obat ini seperti sedative tranquilizer yang potensial menghambat

kemampuan pasien untuk merasakan dan respon terhadap tekanan. Karena

aktivitas diperlukan untuk peningkatkan adekuat oksigenisasi, dengan

kurangnya pergerakan akan memicu untuk penurunan pembawaan oksigen ke

darah perifer. Beberapa obat lain juga yang berpengaruh adalah; steroid dan

kemoterafi, hal ni karena menurunkan kemampuan pasien dalam merespon

radang. Ini juga mengganggu fase penyembuhan luka seperti pada fase

inflamasi, Kemoterafi dapat menyebabkan kerusakan pada siklus sel terutama

sekali selama dan sesudah terafi. Pada steroid dapat menekan respon radang,

menurunkan produk antibodi dan mengurangi proses antigen. Bile awal

respon radang menurun, maka resiko infeksi akan meningkat.

Penyakit; pada kondisi pasien yang terkait dengan penyembuhan luka adalah

Penyakit vaskular perifer, dan atau Diabetes Melitus (DM) dan kondisi yang

menghasilkan Immunokomprornise. Pada pasien dengan penyakit vascular,

adalah berisiko untuk gangguan penyembuhan luka. Pada penyakit pembuluh

arteri, penyebabnya adalah seperti hipoksia karena arteriosclerosis. Pada

penyakit pembuluh vena, tekanan kembali dan hipertensi venous yang

mengkontribusi penyembuhan pada luka. Pada pasien dengan DM, kontrol

glukosa adalah esensial untuk peyembuhan luka, dngan tinggi glukosa sering

kali menimbulkan stress fisiologi dan perbaikan. Tingginya tingkat glukosa

menghasilkan perubahan fungsi lekosit dan nisiko infeksi. Bila pada pasien

Page 43: mantap pemicu 5

dengan kurangnya sensasi juga akan memicu untuk memperberat kondisi luka

akibat tekanan yang tidak dirasakan.

F. APA SAJA PEMERIKSAAN PENUNJANGNYA

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah lengkap

Peningkatan tertentu awal menunjukkan hemo konsentrasi,

sehubungan dengan perpindahan atau kehilangan cairan dan untuk

mengetahui adanya defisiensi nutrisi pada klien. Jika terjadi

leukositosis karena adanya kehilangan sel pada sisi luka dan respon

inflamasi terhadap edema. Glukosa serum yang terjadi peningkatan

karena respon stres.

b. Biopsi luka

Untuk mengetahui jumlah bakteri.

c. Kultur swab

Untuk mengidentifikasi tipe bakteri pada permukaan ulkus.

d. Pembuatan foto klinis

Dibuat untuk memperlihatkan sifat serta luasnya kelainan kulit atau

ulkus dan dipergunakan untuk perbaikan setelah dilakukan terapi.

e. Kultur : pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel – sel jaringan.

f. Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain.

g. : X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui

apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukan

kuman penyebabnya.

h. Pemeriksaan GDS

G. MANAJEMEN LUKA DFU

d) Pencucian luka

Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang

bersih, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolic tubuh pada cairan

luka. Mencuci dapatmeningkatkan, memperbaiki, dan mempercepat

proses penyembuhan luka dan menghindari kemungkinan terjadinya

infeksi. Pencucian luka merupakan aspek yang paling penting mendasar

Page 44: mantap pemicu 5

dalam manajemen luka. Merupakan basis untuk proses penyembuhan luka

yang baik, karena luka akan sembuh dengan baik jika luka dalam kondisi

bersih.Teknik pencucian pada luka. Teknik pencucian pada luka antara

lain dengan swabbing, scrubbing, showering,hydrotherapi, whirlpool, dan

bathing. Mencuci dengan teknik swabbing dan scrubbing tidak terlalu

dianjurkan pada pencucian luka, karena dapat menyebabkan trauma pada

jaringan granulasi danepithelium, juga membuat bakteri terdistribusi

bukan mengangkat bakteri. Pada saat scrubbing atau menggosok dapat

menyebabkan luka menjadi terluka sehingga dapat meningkatkan

inflamasi ( persisten inflamasi). teknik showering (irigasi), whirpool,dan

bathing adalah teknik yang paling sering digunakan dan banyak riset yang

mendukung teknik ini. Keuntungan dari teknik ini adalah dengan teknik

tekanan yang cukup dapat mengangkat bakteri yang terkolonisasi,

mengurangi terjadinya trauma dan mencegah terjadinya infeksi silang

serta tidak menyebabkan luka mengalami trauma.

e) Debridement

Nekrotik adalah perubahan morfologi yang diindikasi kan oleh adanya sel

mati yang disebabkan oleh degradasi enzim secara progresif, ini

merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak.

Jaringan nekrotik dapat dibedakan menjadi 2 bentuk:

3) Eschar yang berwarna hitam, keras, serta dehidrasi impermeable dan

lengket pada permukaan luka.

4) Slough-basah, kuning, berupa cairan dan tidak lengket pada luka.

Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka

dengan menyediakan tempat untuk pertumbuhan bakteri.untuk

menolong penyembuhanluka, tindakan debridement sangat

dibutuhkan. Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode

seperti mekanikal, surgical, enzimatik, autolysis, dan biochemical.

Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan

fisiolofis, Ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam rangka untuk

membersihkan jaringannekrotik. Debridemen secara enzimatik

Page 45: mantap pemicu 5

dilakukan dengan pemberian enzimeksogen secara topikal pada

permukaan lesi. Enzim tersebut akan menghancurkan residu-residu

protein. Contohnya, kolagenasi akan melisikan kolagen dan elastin.

Beberapa jenis debridement yang sering dipakai adalah papin, DNAse

dan fibrinolisin. Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila

seseorang terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag dan enzim

proteolitik endogen yang secara alami akan melisiskan jaringan

nekrotik. Secara sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid dapat

menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan

bertindak sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik

sertamemacu proses granulasi. Belatung (Lucilla serricata) yang

disterilkan seringdigunakan untuk debridemen biologi. Belatung

menghasilkan enzim yang dapatmenghancurkan jaringan nekrotik.

Debridemen bedah merupakan jenisdebridemen yang paling cepat dan

efisien.Tujuan debridemen bedah adalah untuk:

- mengevakuasi bakteri kontaminasi,

- mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat

mempercepat penyembuhan,

- menghilangkan jaringan kalus,

- mengurangi risiko infeksi lokal. Cara yang paling efektif dalam

membuat dasar luka yang baik adalah denganmetode autolysis

debridement. Autolysis debridement adalah suatu cara

peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh tubuh sendiri

dengan syarat utama lingkungan luka harus dalam keadaan

lembab. Pada keadaan lembab, proteolytic enzim secaraselektif

akan melepas jaringan nekrosis dari tubuh. Pada keadaan melunak

jaringan nekrosis akan mudah lepas dengan sendirinya ataupun

dibantu dengan surgical atau mechanical debridement. Tindakan

debridement lain yang biasa digunakan adalah dengan

cara biomechanical menggunakan magots atau larva. Larva akan

dengan sendirinya secara selektif memakan jaringan nekrosis

sehingga dasar luka menjadi merah. 

Page 46: mantap pemicu 5

f) Dressing

Memilih balutan merupakan suatu kebutuhan suatu keputusan yang harus

dilakukanuntuk memperbaiki kerusakan jaringan integument. Berhasil

tidaknya luka membaik, tergantung pada kemampuan perawat dalam

memilih balutan yang tepat, efektif danefisien.

Tujuan Memilih Balutan

6) Balutan dapat mengontrol kejadian infeksi /Melindungi luka dari

trauma dan invasi bakteri.

7) Mampu Mempertahankan Kelembaban.

8) Mempercepat Prosespenyembuhan Luka.

9) Absorbsi Cairan Luka

10) Nyaman Digunakan, Steril Dan Cost Effective.

Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan metode

moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab.

Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol,

menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket

dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeable terhadap gas.

Tindakan dressing  merupakan salah satu komponen penting dalam

mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah bagaimana

menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehinggadapat

meminimalisasi trauma dan risiko operasi. Berikut ini akan dikenalkan

beberapa jenis bahan topical terapi yang dapat digunakan untuk

penatalaksanaan perawatan luka diabetic, diantaranya adalah calcium

alginate, hydrokoloid, hydroaktif gel, metcovazin, gamgee, polyurethane

foam, silver dressing.

Calcium Alginate

Berasal dari rumput laut, dapat berubah menjadi gel jika bercampur

dengan luka. Berupa jenis balutan yang dapat menyerap jumlah cairan

luka yang berlebihan. Dan keunggulannyaadalah kemampuannya

menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi

perdarahanminorserta barier terjadi kontaminasi oleh psedomonas.

Page 47: mantap pemicu 5

Hydrokoloid

Jenis topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankanluka dalam

keadaan lembab, melindungi luka dari trauma, dan menghindari dari

resiko infeksi, mampumenyerap eksudatminimal. Baik digunakan

pada luka yang berwarna merah, abses tau luka yang

terinfeksi.Bentuknya adaberupa lembaran tipis serta pasta.

Keunggulannya adalah berbentuk lembaran,tidak memerlukan balutan

lain diatasnya sebagai penutup, cukup ditempel dan ganti jikasudah

bocor.

Contoh produk hydrocolloid

6) Hydroaktif gel

Jenis topikal terapi yang mampu melakukan peluruhan jaringan

nekrotik oleh tubuh sendiri. Banyak mengandung air, akan membuat

suasana luka yang kering karena jaringan nekrosismenjadi lembab.

Air yang berbentuk gel akan masuk kesela-sela jaringan yang mati

dankemudian akan menggembung jaringan nekrosis seperti lebam

mayat yang kemudian akanmemisahkan antara jaringan yang sehat

dan jaringan mati. Pada keadaan lunak inilah biasanya akan lebih

mudah melakukan surgical debridemang atau biarkan tubuh sendiri

yangmelakukannya.

7) Polyurethane Foam

Jenis balutan dengan daya serap yang tinggi, sehingga sering

digunakan pada keadaan lukayang cukup banyak mengeluarkan

eksudat / cairan tang berlebihan dan pada dasar luka yang berwarna

merah saja. Kemampuannya menampung cairan dapat

memperpanjang waktu penggantian balutan. Selain itu balutan ini juga

tidak memerlukan balutan tambahan,langsung dapat ditempel pada

luka, dan membuat dasar luka menjadi rata, terutama pada

hypergranulasi.

8) Gamgee, balutan anti mikrobial dan pengikat bakteri

Page 48: mantap pemicu 5

Gamgee adalah jenis topikal terapi berupa tumpukan bahan balutan

yang tebal dengan daya serap cukup tinggi dan diklaim jika

bercampur dengan cairan luka dapat mengikat bakteri. Paling sering

digunakan sebagain balutan tambahan setelah balutan utama yang

menempel pada luka. Beberapa balutan pada jenis ini ada yang

mengandung antimikrobialdan hydrophobic atau mengikat bakteri.

9) Metcovazin

Jenis topical terapi dengan paten wocare klinik. Sangat mudah

digunakan karena hanyatinggal mengoles saja. Bentuk salep,

berwarna putih dan kemasan. Berfungsi untuk supportautolisis

debridement (meluruhkan jaringan nekrosis / mempersiapkan dasar

luka berwarnamerah) menghindari trauma saat membuka balutan,

mengurangi bau tidak sedap, mempertahankan suasana lembab dan

suport granulasi. Keunggulannya dapat digunakan untuk semua

warna dasar luka dan mempersiapkan dasar luka menjadi sehat.

10) Silver dressing

Kondisi infeksi yang ssulit ditangani, luka mengalami fase statis,

dasar luka menebal sepertimembentuk agar-agar atau yang dikenal

dengan biofilm, penggunaan silver dressingmerupakan pilihan paling

tepat. Pada keadaan ini luka mengalami sakit yang berat, eksudatdapat

menjadi purulen dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dressing ini

digunakan alam jumlah pemakaian 4 x ganti balutan dimana silver

menempel pada luka sekurangnya 5-7 hari saja. dengan

daya.d.Edukasi pasien dan keluargaEdukasi bagi pasien dan keluarga

dengan diabetes sangat penting. Hal ini disebabkan penyakit diabetes

adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapatdikontrol

dengan pola hidup sehat (makan sesuai kebutuhan dan olahraga

teratur) danmenggunakan oral maupun insulin.

Page 49: mantap pemicu 5

Pertama kali yang harus dilakukan untuk merawat pasien Diabetic Foot adalah

melihat kondisi luka pasien, apakah luka yang dialami pasien dalam keadaan

kotor atau tidak, ada apus atau ada jaringan nekrotik (mati) atau tidak. Setelah

dikaji, barulah di lakukan perawatan luka. Untuk perawatan luka biasanya

menggunakan antiseptik (NaCl) dan kassa steril.

Jika ada jaringan nekrotik, sebaiknya dibuang dengan cara digunting sedikit

demi sedikit sampai kondisi luka mengalami granulasi (jaringan baru yang mulai

tumbuh). Lihat kedalaman luka, pada pasien diabetes dilihat apakah terdapat sinus

(luka dalam yang sampai berlubang) atau tidak. Bila terdapat sinus, ada baiknya

disemprot (irigasi) dengan NaCl sampai pada kedalaman luka, sebab pada sinus

terdapat banyak kuman. Lakukan pembersihan luka sehari minimal dua kali (pagi

dan sore), setelah dilakukan perawatan lakukan pengkajian apakah sudah tumbuh

granulasi, (pembersihan dilakukan dengan kassa steril yang dibasahi larutan

NaCl).

Setelah luka dibersihkan, lalu ditutup dengan kassa basah yang diberi larutan

NaCl lalu dibalut disekitar luas luka, dalam penutupan dengan kassa, jaga agar

jaringan luar luka tidak tertutup. Sebab jika jaringan luar luka ikut tertutup akan

menimbulkan masrasi (pembengkakan).

Setelah luka ditutup dengan kassa basah bercampur NaCl, lalu ditutup kembali

dengan kassa steril yang kering untuk selanjutnya dibalut.

Jika luka sudah mengalami penumbuhan granulasi (pertumbuhan jaringan kulit

yang baik/bagus yang membuat luka rata), selanjutnya akan ada penutupan luka

tahap kedua (skin draw), biasanya diambil dari kulit paha. Penanganan luka

diabet, harus ekstra agresif sebab pada luka diabet kuman akan terus menyebar

dan memperparah luka.

Selain itu, untuk merawat Diabetik Foot diperlukan tindakan antara lain

mengendalikan beban pada kaki, misalnya dengan aktivitas memakai tongkat,

kursi roda, dan mengganjal kaki waktu berbaring. Begitu pula dengan perawatan

luka, serta mengendalikan kuman penyebab infeksi.

Sangat penting juga untuk melakukan perawatan kuku kaki dan mencegah

timbulnya luka pada saat memotong kuku akibat penggunaan benda tajam, atau

memotong kuku terlalu pendek. Kaki diabetes perlu dirawat dengan teratur

Page 50: mantap pemicu 5

mencuci kaki setiap hari, mengeringkan, dan tidak menggunakan air hangat atau

air panas untuk merendam kaki.

Pada pasien dengan DF dianjurkan untuk dihangatkan dengan kaus kaki jika

kaki kedinginan, bukan dengan mengompres atau merendam kaki dengan air

panas. Penderita juga dianjurkan selalu menggunakan alas kaki karena

dikhawatirkan tidak terasa menginjak benda yang bisa menimbulkan luka.

Sementara itu, sepatu yang digunakan tidak boleh terlalu sempit. Hindari dan

cermati juga kaki yang berjamur. Di samping itu, upaya yang sangat menolong

penderita diabetes adalah melakukan jalan kaki, termasuk melakukan senam kaki

secara teratur.

H. HAL YANG DILAKUKAN MENDUKUNG HIPOTESIS

1. Kaki kiri pasien bernanah sejak 1 minggu 2 bulan yang lalu

2. Terjadi demam dengan suhu 38c

3. Klien mengalai luka selama 6 hari dengan kondisi yang tidak baik

I. APA SAJA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMERIKSAAN LAB

J. BAGAIMANA PRINSIP MANAJEMEN LUKA

1. Hilangkan atau minimalkan factor predisposisi

2. Monitor status nutrisi dan dukungan pemasukan nutrisi klien

3. Pertahankan lingkungan yang bersih dan lembab pada luka dengan sirkulasi

dan oksigenasi yang adekuat

K. BAGAIMANA FARMAKOKINETIK DAN DINAMIK OBAT

L. APA YANG HARUS DIPANTAU PADA KLIEN

1. Pantau gula darah pasien

2. Pantau luas luka dan penyatuan jringannya

3. Pantau dressing yang digunakan dan ganti balutan sesuai indikasi

4. Pantau dan jauhkan dari resiko infeksi

5.

Page 51: mantap pemicu 5

M.BAGAIMANA CARA PENCEGAHAN MASALAH

Pertama, Anda harus memeriksa kaki Anda sekali-sekali, jika dokter dengan

diabetes Anda check up. Jadi, pengobatan dini masalah kaki pasti keuntungan.

Seorang dokter yang memeriksa bagian tubuh, juga dapat mendeteksi tanda-tanda

penyakit jantung dan penyakit oklusi arteri perifer. Melalui jenis pemeriksaan,

dokter mungkin menemukan semua kondisi yang berhubungan dengan penyakit

ini, seperti neuropati (nyeri saraf dan kerusakan), tidak ada luka, goresan atau

noda pada lesi spesifik dari kaki.

Beberapa orang memiliki kerusakan saraf tidak diketahui, rasa sakit yang

disebabkan oleh ketulian. Oleh karena itu, beberapa orang tidak tahu apakah

sepatu Anda terlalu sempit bila diterapkan pada sebuah objek atau saat intensif

beberapa tema umum. Itu sebabnya selalu ada ide yang baik, ditinjau oleh dokter

untuk masalah ini dan langkah-langkah pencegahan.

Salah satu kegiatan rutin Anda setiap dan setiap hari harus memeriksa kaki

Anda. Pastikan untuk memeriksa luka yang terinfeksi, goresan, luka, tanda merah,

kaki pegal dan semua. Jika Anda tidak akan dapat menggunakan seluruh kaki

Anda dapat dilihat, gunakan cermin untuk semua bidang kaki. Jika Anda memiliki

luka dan tidak sembuh dalam satu atau dua hari, adalah dalam kepentingan terbaik

Anda untuk segera menghubungi dokter Anda dengan informasi ini.

Seiring dengan review dari masing-masing kaki, disarankan untuk mencucinya

setiap hari dengan air hangat. Benar-benar kering dengan uap air, dan setiap hari.

Hati-hati antara jari kaki. Anda tidak ingin terjebak kelembaban menyebabkan

segala macam pertumbuhan bakteri yang dapat mengakibatkan komplikasi juga.

Selalu memakai kaus kaki sepatu bernapas dan nyaman dengan banyak bantal dan

sepatu yang tidak bergesekan setiap bagian dari kaki, tidak menyakiti. Akhirnya,

perlu jari kaki dan pergelangan kaki bergerak untuk menjaga lebih dari sekali

sehari, darah bersirkulasi. Ada juga ide yang baik untuk menempatkan kaki Anda

saat duduk, jika mungkin, dan mendapatkan kebiasaan menyilangkan kaki Anda.

Tentu saja, ini hanya beberapa langkah-langkah pencegahan. Beberapa situs

yang menawarkan informasi tentang DFU. Ini bisa sangat membantu dengan

penyakit ini. Dalam setiap kasus, ulkus diabetes pada kaki dari masalah jika tidak

ditangani dengan baik

Page 52: mantap pemicu 5

N. APA RENCANA REHABILITASI DAN RUJUKAN PADA KASUS KLIEN

JIKA DIPERLUKAN

O. PENJELASAN ATAU NASEHAT APA YANG HARUS DIBERIKAN

KEPADA KLEN

1. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium

lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah, maupun

untuk menghilangkan keluhan/gejala dan penyulit DM.

2. Pemberian penyuluhan pada penderita dan keluarga tentang (apakah DM,

penatalaksanaan DM secara umum, apakah kaki diabetes, obat-obatan,

perencanaan makan, DM dan kegiatan jasmani), dll.

3. Kaki diabetes, materi penyuluhan dan instruksi. Hentikan merokok Periksa

kaki dan celah kaki setiap hari, apakah terdapat kalus (pengerasan), bula

(gelembung), luka, lecet.

4. Bersihkan dan cuci kaki setiap hari, keringkan, terutama di celah jari kaki.

5. Pakailah krim khusus untuk kulit kering, tapi jangan dipakai di celah jari kaki.

6. Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.

7. Memotong kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.

8. Pakailah kaus kaki yang pas bila kaki terasa dingin dan ganti setiap hari.

9. Jangan berjalan tanpa alas kaki.

10. Hindari trauma berulang.

11. Memakai sepatu dari kulit yang sesuai untuk kaki dan nyaman dipakai.

12. Periksa bagian dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya, hindari adanya

benda asing.

13. Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.

14. Menghindari pemakaian obat yang bersifat vasokonstruktor seperti orgat,

adrenalin, ataupun nikotin.

15. Periksakan diri secara rutin ke dokter dan periksakan kaki setiap kali kontrol

walaupun ulkus/gangren telah sembuh.

P. BAGAIMANA PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Page 53: mantap pemicu 5

a. Data subjektif

1) Klien mengeluh adanya luka dabetik dikaki kiri

2) Klien mengatakan kaki kiri bernanah sejak 1 minggu 2 bulan yg lalu

3) Klien mengatakan lukanya awalnya gatal dan sering di garuk

b. Data objektif

1) Luas luka 25cm2

2) Kondisi klien lemah

3) GDS 340 mg/dl

4) Demam dengan suhu 38 c

5) Nadi 86x/menit

6) RR 20x/menit

7) Klien pernah mendeteksi perawatan mandiri dg revanol

8) TD 140/90 mmHg

9) Diet DM (+), terapi latibet +

2. Diagnosa keperawatan

a. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum

b. Hipertermia b/d penyakit atau trauma

c. Kerusakan integritas kulit

d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Page 54: mantap pemicu 5

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena

adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan

neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak

dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob

maupun anaerob.

Ada banyak alasan mengapa klien diabetes beresiko tinggi terhadap

kejadian luka dikaki diantaranya diakibatkan karena kaki yang sulit bergerak

terutama jika klien dengan obesitas, neoropati sensorik, iskhemia sehingga proses

penyembuhan menjadi lambat akibat konstriksi pembuluh darah. Ulkus diabetika

disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut Trias yaitu: Iskemik,

Neuropati, dan Infeksi.

B. Saran

Kami menyadari makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan makalah ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca.