manhaj salaf

Upload: atikafauziah

Post on 10-Oct-2015

83 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Manhaj SalafTop of Form

Bottom of FormSabtu, 30 Agustus 2014KEMUNGKARAN-KEMUNGKARAN DALAM SEBUAH PERNIKAHAN

Saudara tercintaketahuilah bahwa pernikahan merupakan sunnah para Rasul sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan suatu ayat (mujizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu). [Ar-Radu: 38]Dan ketahuilah pula bahwa pernikahan merupakan nikmat Allah Azza wa Jalla atas hambaNya, tersimpan di dalamnya segala kebaikan agama dan dunia, bagi pribadi dan masyarakat, itulah sebabnya mengapa Islam sangat menganjurkan pernikahan, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [An-Nuur: 32]

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda:

Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu untuk menikah, maka segeralah menikah, karena pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. [HR. Bukhari no. 1905, 5065, Muslim no. 1400].

Hendaklah kita semua mensyukuri nikmat ini dan tidak menodainya dengan berbagai kemungkaran pernikahan yang beraneka macam, sesuai dengah kemajuan zaman dan adat istiadat yang dipertahankan, mulai sejak awal pernikahan hingga penutupan. Semua ini hendaklah menjadikan setiap muslim untuk berhati-hati dan waspada dari kemungkaran-kemungkaran tersebut, selanjutnya berusaha menegakkan amar maruf nahi mungkar sebatas kemampuan masing-masing.Sebenarnya sangat banyak sekali kemungkaran-kemungkaran pernikahan tersebut, tetapi pada kesempatan ini kami cukupkan beberapa point penting saja, kita memohon kepada Allah agar menghindarkan kita darinya.

KEMUNGKARAN SEBELUM PERNIKAHAN1. Kebiasaan Membujang

Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Al-Utsaimin ketika ditanya tentang seorang yang membujang dengan alasan belajar, beliau berkata: Hal ini menyelisihi perintah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, sebab beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Apabila datang kepadamu (wali perempuan) orang yang baik agama dan akhlaqnya maka nikahkanlah dengannya. [Hadits hasan, lihat Irwaul Ghalil no. 1868]

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda:

Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu untuk menikah, maka segeralah menikah, karena pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. [HR. Bukhari no. 1905, 5065, Muslim no. 1400]

Apabila pernikahan dihindari, berarti menghindari pula kemaslahatan-kemaslahatannya, oleh karenanya saya nasehatkan kepada saudara-saudaraku para wali kaum wanita, dan kepada saudari-saudariku agar jangan menunda pernikahan hanya dengan alasan melanjutkan sekolah, menurut saya jika seorang wanita sudah lulus sekolah ibtidaiyah, bisa baca tulis dan baca al-Quran dan hadits itu sudah cukup baginya, lain halnya jika ia memang harus mempelajari ilmu-ilmu yang sangat dibutuhkan manusia seperti ilmu kedokteran atau sejenisnya, apabila memang dalam belajar tersebut tidak ada unsur keharaman seperti ikhtilat (campur baur laki-laki perempuan), dan sejenisnya maka tidak apa-apa. [Ajwibah Asilah Muhimmah].2. Menunda Pernikahan Para Putri Dan Saudari

Dalam hal ini Yang mulia Mufti Al-Alamah Abdul Aziz Ibnu Baz pernah menulis sebagai berikut: Dari Abdul Aziz Ibnu Baz untuk segenap kaum muslimin yang membaca tulisan ini semoga Allah menunjuki kita semua ke jalan yang lurus serta menjadikan kita golongan yang beruntung amiin.Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan kaum muslimin agar saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan agar saling nasehat-menasehati dengan kesabaran dan kebenaran, karena dengan inilah kita semua akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat, bagi pribadi dan masyarakat.Telah sampai kabar kepadaku bahwa banyak di antara manusia sekarang ini menunda menikahkan putri dan saudari mereka hanya dikarenakan alasan-alasan yang tidak syari, seperti membantu di rumah dan sejenisnya, semua ini merupakan keharaman dan kedhaliman kepada putri dan saudari mereka, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (kawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. [An-Nuur: 32]

Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu berkata: Dalam ayat ini Allah menganjurkan untuk menikahkan para wanita baik budak maupun merdeka dan Allah menjamin kecukupan rizqi bagi mereka. Al-Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Apabila datang kepadamu seorang pelamar yang baik agama dan akhlaqnya maka nikahkanlah dengannya, jika tidak, maka akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.Aku memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar memberi taufiq kepada kaum muslimin dan menghindarkan kita semua dari keburukan jiwa dan perbuatan kita. [Lihat Majalah Al-Buhuts, 2/267 edisi I tahun 1400 H]

KEMUNGKARAN DISAAT LAMARAN

1. Tidak Melihat Calon Isteri

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh berkata: Disunahkan bagi pelamar untuk melihat apa yang biasa nampak pada wanita, seperti wajah dan telapak tangan, memperhatikanya dan memperhatikan apa yang mendorong dirinya untuk menikahinya, berdasarkan sabda Nabi kepada salah seorang sahabat yang hendak menikah:

Lihatlah dia. [HR. Muslim No. 1425. Dan lihat masalah batas-batas melihat calon isteri dalam As-Sunnah edisi 12 Tahun IV/1421-2000 hal. 61-63].Imam Ahmad juga meriwayatkan dengan sanad shahih bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Apabila salah seorang diantara kalian melamar seorang wanita, maka tidak mengapa baginya untuk melihat si wanita tersebut, jika memang melihatnya dengan tujuan melamar, sekalipun si wanita tidak mengetahui.Tetapi tidaklah diperbolehkan bagi seseorang melihat wanita tersebut, sedangkan dirinya tidak mempunyai keinginan untuk menikahinya, demikian pula tidak diperbolehkan melihatnya hanya berduaan saja, memang benar, tidak terlarang melihat sekalipun si wanita tidak merasa dilihat, tetapi apa yang biasa dilakukan oleh orang tua zaman sekarang, mereka sengaja meninggalkan putrinya sendirian dengan calon suaminya beralasan lamaran, ini sama sekali tidak diperbolehkan dan tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kecemburuan dalam agama. [Al-Mindhar ila bayani katsir AlAkhtha As-Syaiyah: 141-142]

2. Menuntut Mahar Yang Sangat Tinggi

Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Al-Utsaimin berkata: Mahar yang disyariatkan adalah mahar yang sedikit, bahkan lebih sedikit itu lebih utama, hal tersebut untuk mencontoh Nabi n yang mulia dan untuk mendapatkan barakah pernikahan, sebab pernikahan yang paling berbarakah ialah yang paling ringan maharnya.Imam Muslim meiwayatkan dalam shahihnya no. 1425; Bahwa seorang sahabat pernah berkata kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam : Aku hendak menikahi seorang wanita, maka Nabipun bertanya, berapkah maharnya? Dia menjawab empat uqiyah (160 dirham), Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda empat uqiyah? Seakan-akan kalian memahat perak dari gunung! (Imam Nawawi berkata dalam Syarh Shahih Muslim 9/553: Maka sabda beliau ini adalah membenci dari mempermahal mahar pada sang suami.) kami tidak dapat memberimu apa-apa, tetapi mudah-mudahan kami dapat memberikannya di lain waktu.Umar Ibnu Khathab Radhiyallahu anhu juga pernah mengatakan: Janganlah kalian memahalkan mahar, seandainya hal itu dapat memuliakan kalian di dunia dan akhirat, sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam merupakan orang yang paling berhak melakukannya. Sesungguhnya tidaklah beliau memberi mahar kepada para isterinya dan tidak pula seorang dari putrinya diberi mahar lebih dari 12 uqiyah. [Hadits Shahih, lihat Irwaul Ghalil no. 1927].Fakta membuktikan bahwa memahalkan mahar sangat berdampak negatif, lihatlah betapa banyak kaum lelaki dan wanita yang tertunda pernikahannya disebabkab ini semua! Bahkan kita melihat lelaki bekerja bertahun-tahun lamanya, tertunda menikah disebabkan belum mencukupi maharnya. Inilah dampak negatif memahalkan mahar, yaitu:

Menghambat kebanyakan kaum laki-laki dan wanita dari menikah.

Para wali wanita menjadi buta dengan mahar, artinya mahar menurut mereka berarti upah dari putri-putri mereka, sehingga apabila maharnya banyak mereka langsung menikahkannya tanpa peduli akibat dibalik itu semua, sebaliknya apabila maharnya sedikit merekapun tidak segan-segan menolaknya, sekalipun ia seorang yang baik agama dan akhlaqnya.

Apabila terjadi problematika dalam rumah tangga antara suami isteri, sang suami tidak dapat menceraikan isterinya dengan yang baik, karena ia harus memikirkan maharnya yang mahal tadi, akibatnya iapun menyakiti isterinya dengan harapan si isteri sudi mengembalikan maharnya, barangkali jika maharnya sedikit sang suami akan menceraikan isterinya dengan cara yang baik.

Sesungguhnya jika manusia mau meringankan mahar serta mempratekkannya dalam kehidupan mereka, niscaya masyarakat akan merasakan banyak kebaikan, keamanan, ketentraman, dan penjagaan kaum lelaki dan perempuan dari kekejian. Tetapi sayang, manusia malah beromba-lomba mempermahal mahar, tahun demi tahun bertambah meningkat, entah sampai kapan mereka sadar. [Az-Zawaj: 34-35]

3.Tukar Cincin

Sudah merupakan tradisi para pemuda dan pemudi kita sekarang ialah melakukan tukar cincin disaat tunangan mereka, padahal ini jelas-jelas merupakan tasyabuh (latah/menyeruapi) dengan orang-orang kafir, musuh Allah. Bahkan di antara mereka berkeyakinan bahwa akad pernikahan telah terikat dengan cincin tersebut. Tidak cukup sampai disitu, lebih parah lagi biasanya cincin yang dipakai pelamar laki-laki terbuat dari emas, padahal ini diharamkan berdasarkan dalil-dalil yang banyak sekali, di antaranya hadits Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat seorang laki-laki memakai cincin emas ditangannya, Rasulullah n pun mencabut dan melemparnya (cincinnya) seraya bersabda:

Salah seorang diantara kalian sengaja mengambil bara api, lalu di ameletakkannya ditangannya. Tatkala Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berpaling, dikatakan kepada sahabat tersebut: Ambillah dan manfaatkan cincin tersebut. Dia menjawab: Tidak!!! demi Allah selamanya aku tidak akan mengambilnya karena Rasulullah n telah melemparkannya. [HR. Muslim no. 2090]Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani berkata dalam Adab Az-Zifaf: 212: Perbuatan ini di samping merupakan tasyabuh (latah/menyerupai) dengan orang kafir, karena memang kebiasaan ini berasal dari budaya kaum Nasrani, juga merupakan budaya klasik, di mana calon mempelai laki-laki memakaikan cincin pada ibu jari kiri mempelai wanita sambil berkata: Dengan nama Tuhan, kemudian dipindahkan ke jari telunjuk dengan mengatakan: dengan nama anak, kemudian dipindahkan lagi ke jari tengah sambil berkata: dengan nama ruh Qudus, dan ketika mengatakan amiin diletakkan di jari manis hingga berakhir.

KEMUNGKARAN SAAT PESTA PERNIKAHAN

1. Memakai Gaun Pengantin

Maksudnya pengantin perempuan memakai pakaian yang serba putih, bajunya, kaos kaki dan tanganya. Bahkan biasanya pakaian tersebut besar dan panjang hingga si pengantin tidak dapat berjalan kecuali dengan dibantu oleh para pendampingnya dari kalangan wanita dan anak-anak. Tidak cukup sampai di sini, bahkan kemudian mempelai perempuan ditempatkan pada tempat yang luas di hadapan manusia, lalu disambut suaminya dengan memberikan bingkisan hadiah padanya, kadang-kadang dilanjutkan oleh kerabat atau teman sebagaimana terjadi disebagian negara.Kemungkaran ini mempunyai beberapa bahaya, diantaranya: tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kuffar, pemborosan, kesombongan dan pamer kekayaaan. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [Al-Araaf: 31]

2. Panjangan Pengantin [tempat persandingan]

Syaikh Abdul Aziz Ibnu Abdillah Ibnu Baz rahimahullah : Termasuk kemungkaran-kemungkaran yang diadakan manusia, ialah menjadikan tempat pajangan pengantin laki-laki dan perempuan, yang biasanya didampingi para dayang pesolek dan bertabarruj. Tidak syak lagi bagi orang yang masih mempunyai fitrah yang suci dan kecemburuan dalam agamanya, bahwa perbuatan ini temasuk kemungkaran yang amat besar kerusakkannya, karena kaum pria dengan bebas dapat melihat para wanita pesolek itu. Sungguh semua ini dapat menghantarkan jalan keburukkan, maka wajib bagi setiap muslim agar mewaspadainya dan berusaha menutup celah-celah kesesatan yang dapat menjaga para wanita dari segala hal yang bertentangan dengan syariat yang mulia. (Ar-Rasail wa Ajwibah An-Nisaiyyah: 44).3. Ikhtilath (Campur Baur Laki-Laki Dan Perempuan)

Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Utsaimin berkata menjelaskan dampak negatif ikhtilath dalam acara pernikahan ini: Wahai kaum muslimin! Pikirkanlah apa yang akan terjadi pada kedua mempelai di hadapan hadirin, bukankah mereka akan mencela jika keduanya jelek? Atau membangkitakan gelora syahwat jika keduanya ganteng atau cantik? Pikirkanlah apa yang akan terjadi? Fitnah apa yang akan melanda, jika tidak fitnah syahwat?!! Wahai kaum muslimin! Kemudian pikirkan satu hal lagi! Apa yang sedang dipikirkan pengantin pria yang sedang dirundung kebahagiaan jika melihat wanita yang lebih cantik, muda dan menawan daripada isterinya di antara para undangan, bukankah kebahagiaan berubah menjadi kesedihan? Hingga sang suami tidak lagi mencintai isterinya! Jadi semua ini adalah faktor penyebab hancurnya rumah tangga. [Min Mungkarat Al-Aftrah hal 8.]

4. Keluarnya Wanita Dengan Memakai Parfum [wangi-wangian]

Di antara kemungkaran pesta pernikahan adalah keluarnya kaum wanita dengan memakai parfum (minyak wangi), padahal mereka berpapasan atau melewati kaum lelaki, tidak syak lagi ini merupakan keharaman, berdasarkan hadits Abu Musa Al-Atsary Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Wanita mana yang yang memakai parfum lalu melewati kaum lelaki agar dicium baunya maka dia adalah pezina. [HR. Tirmidzi No. 2786, Abu Daud No. 4173, Nasai no. 5141, dengan sanad hasan, lihat Al-Misykah no. 1065].5. Foto [bergambar]

Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Al-Utsaimin berkata: Saya ingin tambahkan satu kemungkaran yang masih terjadi saat pernikahan, telah sampai kabar kepadaku bahwa sebagian wanita sangat gemar menghimpun foto-foto acara pernikahan lalu menyebarkannya, aku tidak mengerti apa yang membuat mereka sangat senang dengan perbuataan ini? Apakah mereka mengira akan ada seseorang yang menyenangi perbuatannya? Sungguh aku tidak membayangkan akan ada orang yang menyenanginya, bagaimama tidak!, senangkah jika foto putri, saudari atau isteri mereka diberikan kepada siapa saja? Senangkah mereka jika foto keluarga mereka sebagai bahan ejekan jika jelek dan bahan pembangkit syahwat jika ternyata sebaliknya? Lebih dari itu, sebagaian mereka bahkan merekam acara pernikahan ini sehingga dapat dinikmati kapan saja dan oleh siapa saja. [Min Mungkarat al-Afrah, hal. 11]

KEMUNGKARAN DALAM WALIMAH

1. Mengundang orang-orang khusus dari kalangan berpangkat dan kaya raya tanpa mengundang orang-orang miskin.Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Sejelek-jelek makanan walimah adalah makanan yang hanya orang-orang kaya yang diundang tanpa orang-orang miskin, dan barangsiapa yang tidak memenuhi undangan maka dia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya. [HR. Bukahari no. 5177, Muslim no. 107, 110]

2. Boros Dan Berlebih-Lebihan

Allah k telah mencela sifat berlebih-lebihan beserta pelakunya dalam 22 ayat al-Quran. Di antara , Allah Azza wa Jalla berfirman:

Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [Al-Araaf: 31]

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. [Al-Furqan:67]

3. Mengundang Para Artis Dan Biduan

Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Al-Utsaimin berkata: Biasanya pada malam pernikahan, pemilik hajatan mengundang para artis guna memeriahkan pernikahan dengan bayaran yang cukup lumayan. Memang benar, Islam membolehkan nyanyian saat pernikahan, tapi nyanyian yang bagaimana? Nyanyian-nyanyian sekarang ini biasanya malah memilih lagu-lagu yang membangkitkan syahwat serta mendorong perbuatan zina, lihat saja! Betapa banyak sekarang para penyanyi memilih lagu-lagu yang berisi ajakan pacaran, bercinta antara lawan jenis, dan sebagainya. Dampak negatif lainnya yaitu tenggelamnya para hadirin menikmati alunan suara melodi yang dilantunkan para artis tersebut, sehingga menimbulkan fitnah -lebih-lebih di saat seperti ini- . Dampak negatif lainnya adalah mengganggu para tetangga, sebab kadang-kadang bahkan seringkali- acara ini sampai larut malam. [Min Munhkarat al-Afrah hal. 5]

PENUTUP

Peringatan Terhadap Adat Jahiliyyah

1. Ucapan Selamat Jahiliyyah

Di antara kebiasaan mungkar yang perlu dijauhi adalah ucapan Semoga diberkati keharmonisan dan keturunan laki-laki.Dr. Shalih As-Sadlan berkata: Ini merupakan adat sesat yang biasa diucapkan pada zaman jahiliyyah, barangkali hikmah di balik larangan ucapan selamat ini kepada kedua mempelai adalah beberapa perkara berikut: Untuk menyelisihi kaum jahiliyyah yang biasa mengucapkan selamat ini. Dalam doa ini terdapat pengkhususan doa buat anak laki-laki saja tanpa anak perempuan. Tidak terdapat doa kepada kedua mempelai. Tidak terdapat sanjungan kepada Allah Subhanahu wa Taala. Menurut Sunnah doa untuk kedua mempelai adalah

S

Semoga Allah memberkahi kesenangan dan kesusahanmu serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan. [Al-Ahkam Al-Fiqiyyah lis Shadaq wal Walimatil Ursy hal. 112]

2. Bulan Madu

Termasuk fenomena dan tradisi yang menyedihkan adalah apa yang biasa disebut dengan bulan madu yaitu seorang suami menemani isteri untuk pergi keluar kota maupun keluar negeri. Semua ini merupakan tradisi orang-orang kafir yang tidak boleh ditiru oleh orang-orang Islam, apalagi jika negeri yang menjadi tujuaanya adalah negeri-negeri orang-orang kafir, ini jelas sangat berbahaya bagi kedua mempelai. Sang suami akan terpengaruh dengan gaya hidup orang kafir, seperti campur-baur dengan wanita, minum-minum (memabukkan) dan lain-lain. Demikian juga sang isteri akan terpengaruh hingga ia melepaskan mahkota malunya dan terseret le lubang tasyabuh dengan orang-orang kafir yang dilarang dalam syariat.

Kita memohon kepada Allah agar menjauhkan kita dari kemungkaran-kemungkaran ini serta menunjuki kita semua ke jalan yang benar dan lurus. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga hari kiamat

SEMOGA BERMANFAATDiposkan olehAbi Ad - Diennuurdi22.59Reaksi:

Link ke posting iniKirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestHukum Tidur dalam Keadaan Junub

Ada yang berhubungan intim di malam hari dengan pasangannya sehingga ia pun junub, lalu tidur malam tanpa mandi wajib terlebih dahulu. Apakah seperti ini dibolehkan? Bolehkah seseorang tidur dalam keadaan junub tanpa mandi atau wudhu terlebih dahulu?

Ada hadits yang menyebutkan sebagai berikut,

Dari Ibnu Umar, ia berkata bahwa Umar bin Al Khottob pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Apakah salah seorang di antara kami boleh tidur sedangan ia dalam keadaan junub? Beliau menjawab, Iya, jika salah seorang di antara kalian junub, hendaklah ia berwudhu lalu tidur. (HR. Bukhari no. 287 dan Muslim no. 306).

Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa jika dalam keadaan junub dan hendak tidur, beliau mencuci kemaluannya lalu berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. (HR. Bukhari no. 288).Aisyah pernah ditanya oleh Abdullah bin Abu Qois mengenai keadaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

. .Bagaimana Nabi shallallahu alaihi wa sallam jika dalam keadaan junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi? Aisyah menjawab, Semua itu pernah dilakukan oleh beliau. Kadang beliau mandi, lalu tidur. Kadang pula beliau wudhu, barulah tidur. Abdullah bin Abu Qois berkata, Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan segala urusan begitu lapang. (HR. Muslim no. 307).

Berikut keterangan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi ketika menjelaskan hadits Umar dalam penjelasan kitab Umdatul Ahkam.Para ulama berkata bahwa disunnahkan bagi yang junub untuk berwudhu ketika hendak makan, minum, tidur ataupun ketika ingin mengulangi hubungan intim. Namun jika memilih untuk mandi, itu lebih sempurna. Jika tidak berwudhu, maka berarti meninggalkan yang lebih utama. Untuk tidur, dimakruhkan untuk tidur dalam keadaan junub berdasarkan dalil ini. Karena orang yang tidur terlepas ruhnya sementara waktu. Ketika itu, ruh tersebut sujud di hadapan Allah. Sedangkan jika seseorang dalam keadaan junub, tidak bisa seperti itu. Jadinya, jika seseorang tidur dalam keadaan junub lantas junubnya tersebut tidak juga diperingan dengan wudhu, maka maksud ruh untuk sujud di sini tidaklah tercapai.Begitu pula ada maslahat jika seseorang mandi terlebih dahulu untuk menghilangkan junub sebelum tidur. Ada maslahat badaniyah di sana, yaitu badan bertambah semangat dan ia pun ketika bangun tidur bertambah fit. Jika tidak mandi, maka minimal berwudhu. Jika tidak berwudhu, maka badan akan mudah malas dan lemas. Ketika bangun tidur pun demikian, bahkan lebih bertambah malas.Hadits di atas intinya menjelaskan tidak mengapa seseorang tidur dalam keadaan junub, namun disarankan berwudhu terlebih dahulu. Lihat Syarh Umdatil Ahkam, hal. 87.

Namun hadits di atas masih menunjukkan bolehnya orang yang junub tidur walau tidak dengan wudhu. Ketika Rasul shallallahu alaihi wa sallam ditanya, Apakah salah seorang di antara kami boleh tidur sedangan ia dalam keadaan junub? Beliau lantas menjawab, Iya. Ini menunjukkan bahwa wudhu tersebut hanyalah disunnahkan, bukanlah wajib. Karena jawaban Rasul shallallahu alaihi wa sallam dapat berarti boleh tidur dalam keadaan junub (walau tanpa wudhu). Lihat penjelasan guru kami, Syaikh Saad bin Nashir Asy Syatsri hafizhohullah dalam Syarh Umdatil Ahkam, 1: 92.Kami simpulkan keadaan orang yang junub sebelum tidur:

1- Junub lalu mandi sebelum tidur, ini lebih sempurna.2- Junub dan wudhu terlebih dahulu sebelum tidur, ini yang disunnahkan untuk memperingan junub.3- Junub dan tanpa wudhu, lalu tidur. Seperti ini masih dibolehkan

.Wallahu alam. Moga jadi ilmu yang bermanfaat.Diposkan olehAbi Ad - Diennuurdi09.20Reaksi:

Link ke posting iniKirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestLarangan Jual Beli di Masjid

Ada suatu larangan yang jarang diperhatikan oleh setiap pedagang, yaitu larangan jual beli di masjid atau di lingkungan masjid.Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

: :

Bila engkau mendapatkan orang yang menjual atau membeli di dalam masjid, maka katakanlah kepadanya, Semoga Allah tidak memberikan keuntungan pada perniagaanmu. Dan bila engkau menyaksikan orang yang mengumumkan kehilangan barang di dalam masjid, maka katakanlah kepadanya, Semoga Allah tidak mengembalikan barangmu yang hilang.[1]Dahulu, Atha bin Yasar bila menjumpai orang yang hendak berjualan di dalam masjid, beliau menghardiknya dengan berkata, Hendaknya engkau pergi ke pasar dunia, sedangkan ini adalah pasar akhirat.[2]Termasuk juga terlarang adalah berjualan di lingkungan masjid yang masih masuk dalam pagar masjid. Hal ini karena para ulama telah menggariskan satu kaidah yang menyatakan,

Sekelilingnya sesuatu memiliki hukum yang sama dengan hukum yang berlaku pada sesuatu tersebut.[3]Kaidah ini disarikan oleh para ulama ahli fikih dari sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, .

Yang halal itu jelas, yang haram itu jelas. Di antara halal dan haram ada perkara yang masih samar yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Siapa yang berhati-hati dari perkara yang samar, maka ia telah menjaga agama dan kehormatannya. Siapa yang terjerumus dalam perkara yang samar, keadaannya sama seperti seorang pengembala yang mengembala di sekitar daerah larangan (batasan), yaitu lama kelamaan ia bisa terjerumus di dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki daerah batasan. Ketahuilah, bahwa wilayah terlarang Allah adalah hal-hal yang Dia haramkan.[4]Dalam hadits di atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan berhati-hati dari perkara syubuhat (yang masih samar), di mana perkara ini dekat dengan daerah terlarang. Siapa yang menjauhi daerah terlarang ini, maka ia telah menjaga agama dan kehormatannya.[5]Bagaimana memasang iklan promosi suatu produk di masjid?

Guru penulis, Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan berkata, Aku memandang bahwa pemasangan iklan pameran dan semacamnya yang ditempel di masjid tetap terlarang guna menutup dari hal yang terlarang (yaitu jual beli di dalam masjid).[6]Yang masih dibolehkan di dalam masjid adalah akad selain jual beli seperti melunasi utang, akad nikah, dan menjaminkan barang. Akad-akad semacam ini tidak disebut jual beli.Adapun jual beli jasa (sewa menyewa) di dalam masjid tidak dibolehkan seperti transaksi kontrak atau sewa rumah di masjid.[7]

[1] HR. Tirmidzi no. 1321. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.[2] HR. Imam Malik dalam al-Muwaththa, 2: 244, no. 601[3] Al Asybah wan Nazha-ir karya As Suyuthi, 1: 286.[4] HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599.[5]Al Haram, hal. 193.[6] Min Fiqhil Muamalat, hal. 51.[7] Fathu Dzil Jalali wal Ikrom, 2: 567.Diposkan olehAbi Ad - Diennuurdi02.15Reaksi:

Link ke posting iniKirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestKamis, 28 Agustus 2014SIAPAKAH WAHABI ?

Dakwah salafiyyah yang berusaha mengajak umat ini kepada tauhid dan sunnah dicap sebagai Wahhabiyah. Julukan seperti ini diberikan oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan dakwah kepada tauhidullah dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, tentunya dengan maksud untuk menjauhkan umat darinya.

Selubung Makar di Balik Julukan Wahhabi

Di negeri kita bahkan hampir di seluruh dunia Islam, ada sebuah fenomena timpang dan penilaian miring terhadap dakwah tauhid yang dilakukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi An-Najdi rahimahullahu[1]. Julukan Wahhabi pun dimunculkan, tak lain tujuannya adalah untuk menjauhkan umat darinya. Dari manakah julukan itu? Siapa pelopornya? Dan apa rahasia di balik itu semua ?

Para pembaca, dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan dakwah pembaharuan terhadap agama umat manusia. Pembaharuan, dari syirik menuju tauhid dan dari bidah menuju As-Sunnah. Demikianlah misi para pembaharu sejati dari masa ke masa, yang menapak titian jalan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya. Fenomena ini membuat gelisah musuh-musuh Islam, sehingga berbagai macam cara pun ditempuh demi hancurnya dakwah tauhid yang diemban Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Musuh-musuh tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Di Najd dan sekitarnya:

o Para ulama suu` yang memandang al-haq sebagai kebatilan dan kebatilan sebagai al-haq.

o Orang-orang yang dikenal sebagai ulama namun tidak mengerti tentang hakekat Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya.

o Orang-orang yang takut kehilangan kedudukan dan jabatannya. (Lihat Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah, karya Dr. Muhammad bin Saad Asy-Syuwaiir hal. 90-91, ringkasan keterangan Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz)

2. Di dunia secara umum:

Mereka adalah kaum kafir Eropa; Inggris, Prancis dan lain-lain, Daulah Utsmaniyyah, kaum Shufi, Syiah Rafidhah, Hizbiyyun dan pergerakan Islam; Al-Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Al-Qaeda, dan para kaki tangannya. (Untuk lebih rincinya lihat kajian utama edisi ini/ Musuh-Musuh Dakwah Tauhid)

Bentuk permusuhan mereka beragam. Terkadang dengan fisik (senjata) dan terkadang dengan fitnah, tuduhan dusta, isu negatif dan sejenisnya. Adapun fisik (senjata), maka banyak diperankan oleh Dinasti Utsmani yang bersekongkol dengan barat (baca: kafir Eropa) -sebelum keruntuhannya-. Demikian pula Syiah Rafidhah dan para hizbiyyun. Sedangkan fitnah, tuduhan dusta, isu negatif dan sejenisnya, banyak dimainkan oleh kafir Eropa melalui para missionarisnya, kaum shufi, dan tak ketinggalan pula Syiah Rafidhah dan hizbiyyun.[2] Dan ternyata, memunculkan istilah Wahhabi sebagai julukan bagi pengikut dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, merupakan trik sukses mereka untuk menghempaskan kepercayaan umat kepada dakwah tauhid tersebut. Padahal, istilah Wahhabi itu sendiri merupakan penisbatan yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: Penisbatan (Wahhabi -pen) tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Semestinya bentuk penisbatannya adalah Muhammadiyyah, karena sang pengemban dan pelaku dakwah tersebut adalah Muhammad, bukan ayahnya yang bernama Abdul Wahhab. (Lihat Imam wa Amir wa Dawatun Likullil Ushur, hal. 162)

Tak cukup sampai di situ. Fitnah, tuduhan dusta, isu negatif dan sejenisnya menjadi sejoli bagi julukan keji tersebut. Tak ayal, yang lahir adalah potret buruk dan keji tentang dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, yang tak sesuai dengan realitanya. Sehingga istilah Wahhabi nyaris menjadi momok dan monster yang mengerikan bagi umat.

Fenomena timpang ini, menuntut kita untuk jeli dalam menerima informasi. Terlebih ketika narasumbernya adalah orang kafir, munafik, atau ahlul bidah. Agar kita tidak dijadikan bulan-bulanan oleh kejamnya informasi orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu.

Meluruskan Tuduhan Miring tentang Wahhabi

1. Tuduhan: Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang yang mengaku sebagai Nabi[3], ingkar terhadap Hadits nabi[4], merendahkan posisi Nabi, dan tidak mempercayai syafaat beliau.

Bantahan:

o Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang yang sangat mencintai Nabi shallallahu alaihi wasallam. Hal ini terbukti dengan adanya karya tulis beliau tentang sirah Nabi shallallahu alaihi wasallam, baik Mukhtashar Siratir Rasul, Mukhtashar Zadil Maad Fi Hadyi Khairil Ibad atau pun yang terkandung dalam kitab beliau Al-Ushul Ats-Tsalatsah.

o Beliau berkata: Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam telah wafat -semoga shalawat dan salam-Nya selalu tercurahkan kepada beliau-, namun agamanya tetap kekal. Dan inilah agamanya; yang tidaklah ada kebaikan kecuali pasti beliau tunjukkan kepada umatnya, dan tidak ada kejelekan kecuali pasti beliau peringatkan. Kebaikan yang telah beliau sampaikan itu adalah tauhid dan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah subhanahu wataala. Sedangkan kejelekan yang beliau peringatkan adalah kesyirikan dan segala sesuatu yang dibenci dan dimurkai Allah subhanahu wataala. Allah subhanahu wataala mengutus beliau kepada seluruh umat manusia, dan mewajibkan atas tsaqalain; jin dan manusia untuk menaatinya. (Al-Ushul Ats-Tsalatsah)

o Beliau juga berkata: Dan jika kebahagiaan umat terdahulu dan yang akan datang karena mengikuti para Rasul, maka dapatlah diketahui bahwa orang yang paling berbahagia adalah yang paling berilmu tentang ajaran para Rasul dan paling mengikutinya. Maka dari itu, orang yang paling mengerti tentang sabda para Rasul dan amalan-amalan mereka serta benar-benar mengikutinya, mereka itulah sesungguhnya orang yang paling berbahagia di setiap masa dan tempat. Dan merekalah golongan yang selamat dalam setiap agama. Dan dari umat ini adalah Ahlus Sunnah wal Hadits. (Ad-Durar As-Saniyyah, 2/21)

o Adapun tentang syafaat Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka beliau berkata -dalam suratnya kepada penduduk Qashim-: Aku beriman dengan syafaat Nabi shallallahu alaihi wasallam, dan beliaulah orang pertama yang bisa memberi syafaat dan juga orang pertama yang diberi syafaat. Tidaklah mengingkari syafaat Nabi shallallahu alaihi wasallam ini kecuali ahlul bidah lagi sesat. (Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah, hal. 118)

2. Tuduhan: Melecehkan Ahlul Bait

Bantahan:

o Beliau berkata dalam Mukhtashar Minhajis Sunnah: Ahlul Bait Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mempunyai hak atas umat ini yang tidak dimiliki oleh selain mereka. Mereka berhak mendapatkan kecintaan dan loyalitas yang lebih besar dari seluruh kaum Quraisy (Lihat Aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah, 1/446)

o Di antara bukti kecintaan beliau kepada Ahlul Bait adalah dinamainya putra-putra beliau dengan nama-nama Ahlul Bait: Ali, Hasan, Husain, Ibrahim dan Abdullah.

3. Tuduhan: Bahwa beliau sebagai Khawarij, karena telah memberontak terhadap Daulah Utsmaniyyah. Al-Imam Al-Lakhmi telah berfatwa bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij Ibadhiyyah, sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Murib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.

Bantahan:

o Adapun pernyataan bahwa Asy-Syaikh telah memberontak terhadap Daulah Utsmaniyyah, maka ini sangat keliru. Karena Najd kala itu tidak termasuk wilayah teritorial kekuasaan Daulah Utsmaniyyah[5]. Demikian pula sejarah mencatat bahwa kerajaan Diriyyah belum pernah melakukan upaya pemberontakan terhadap Daulah Utsmaniyyah. Justru merekalah yang berulang kali diserang oleh pasukan Dinasti Utsmani.

Lebih dari itu Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan -dalam kitabnya Al-Ushulus Sittah-: Prinsip ketiga: Sesungguhnya di antara (faktor penyebab) sempurnanya persatuan umat adalah mendengar lagi taat kepada pemimpin (pemerintah), walaupun pemimpin tersebut seorang budak dari negeri Habasyah.

Dari sini nampak jelas, bahwa sikap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap waliyyul amri (penguasa) sesuai dengan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan bukan ajaran Khawarij.

o Mengenai fatwa Al-Lakhmi, maka yang dia maksudkan adalah Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya, bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Hal ini karena tahun wafatnya Al-Lakhmi adalah 478 H, sedangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal bila ada orang yang telah wafat, namun berfatwa tentang seseorang yang hidup berabad-abad setelahnya. Adapun Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum, maka dia meninggal pada tahun 211 H. Sehingga amatlah tepat bila fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya. Berikutnya, Al-Lakhmi merupakan mufti Andalusia dan Afrika Utara, dan fitnah Wahhabiyyah Rustumiyyah ini terjadi di Afrika Utara. Sementara di masa Al-Lakhmi, hubungan antara Najd dengan Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti sejarah ini semakin menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yang diperingatkan Al-Lakhmi adalah Wahhabiyyah Rustumiyyah, bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya[6].

o Lebih dari itu, sikap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadapq kelompok Khawarij sangatlah tegas. Beliau berkata -dalam suratnya untuk penduduk Qashim-: Golongan yang selamat itu adalah kelompok pertengahan antara Qadariyyah dan Jabriyyah dalam perkara taqdir, pertengahan antara Murji`ah dan Waidiyyah (Khawarij) dalam perkara ancaman Allah subhanahu wataala, pertengahan antara Haruriyyah (Khawarij) dan Mutazilah serta antara Murji`ah dan Jahmiyyah dalam perkara iman dan agama, dan pertengahan antara Syiah Rafidhah dan Khawarij dalam menyikapi para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. (Lihat Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah, hal 117). Dan masih banyak lagi pernyataan tegas beliau tentang kelompok sesat Khawarij ini.

4. Tuduhan: Mengkafirkan kaum muslimin dan menghalalkan darah mereka.[7]

Bantahan:

o Ini merupakan tuduhan dusta terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, karena beliau pernah mengatakan: Kalau kami tidak (berani) mengkafirkan orang yang beribadah kepada berhala yang ada di kubah (kuburan/ makam) Abdul Qadir Jaelani dan yang ada di kuburan Ahmad Al-Badawi dan sejenisnya, dikarenakan kejahilan mereka dan tidak adanya orang yang mengingatkannya. Bagaimana mungkin kami berani mengkafirkan orang yang tidak melakukan kesyirikan atau seorang muslim yang tidak berhijrah ke tempat kami?! Maha suci Engkau ya Allah, sungguh ini merupakan kedustaan yang besar. (Muhammad bin Abdul Wahhab Mushlihun Mazhlumun Wa Muftara Alaihi, hal. 203)

5. Tuduhan: Wahhabiyyah adalah madzhab baru dan tidak mau menggunakan kitab-kitab empat madzhab besar dalam Islam.[8]

Bantahan:

o Hal ini sangat tidak realistis. Karena beliau mengatakan -dalamq suratnya kepada Abdurrahman As-Suwaidi-: Aku kabarkan kepadamu bahwa aku -alhamdulillah- adalah seorang yang berupaya mengikuti jejak Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bukan pembawa aqidah baru. Dan agama yang aku peluk adalah madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang dianut para ulama kaum muslimin semacam imam yang empat dan para pengikutnya. (Lihat Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah, hal. 75)

o Beliau juga berkata -dalam suratnya kepada Al-Imam Ash-Shanani-:Perhatikanlah -semoga Allah subhanahu wataala merahmatimu- apa yang ada pada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, para shahabat sepeninggal beliau dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat. Serta apa yang diyakini para imam panutan dari kalangan ahli hadits dan fiqh, seperti Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafii dan Ahmad bin Hanbal -semoga Allah subhanahu wataala meridhai mereka-, supaya engkau bisa mengikuti jalan/ ajaran mereka. (Ad-Durar As-Saniyyah 1/136)

o Beliau juga berkata: Menghormati ulama dan memuliakan mereka meskipun terkadang (ulama tersebut) mengalami kekeliruan, dengan tidak menjadikan mereka sekutu bagi Allah subhanahu wataala, merupakan jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah subhanahu wataala. Adapun mencemooh perkataan mereka dan tidak memuliakannya, maka ini merupakan jalan orang-orang yang dimurkai Allah subhanahu wataala (Yahudi). (Majmuah Ar-Rasa`il An-Najdiyyah, 1/11-12. Dinukil dari Al-Iqna, karya Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi Al-Madkhali, hal.132-133)

6. Tuduhan: Keras dalam berdakwah (inkarul munkar)

Bantahan:

o Tuduhan ini sangat tidak beralasan. Karena justru beliaulah orang yang sangat perhatian dalam masalah ini. Sebagaimana nasehat beliau kepada para pengikutnya dari penduduk daerah Sudair yang melakukan dakwah (inkarul munkar) dengan cara keras. Beliau berkata: Sesungguhnya sebagian orang yang mengerti agama terkadang jatuh dalam kesalahan (teknis) dalam mengingkari kemungkaran, padahal posisinya di atas kebenaran. Yaitu mengingkari kemungkaran dengan sikap keras, sehingga menimbulkan perpecahan di antara ikhwan Ahlul ilmi berkata: Seorang yang beramar maruf dan nahi mungkar membutuhkan tiga hal: berilmu tentang apa yang akan dia sampaikan, bersifat belas kasihan ketika beramar maruf dan nahi mungkar, serta bersabar terhadap segala gangguan yang menimpanya. Maka kalian harus memahami hal ini dan merealisasikannya. Sesungguhnya kelemahan akan selalu ada pada orang yang mengerti agama, ketika tidak merealisasikannya atau tidak memahaminya. Para ulama juga menyebutkan bahwasanya jika inkarul munkar akan menyebabkan perpecahan, maka tidak boleh dilakukan. Aku mewanti-wanti kalian agar melaksanakan apa yang telah kusebutkan dan memahaminya dengan sebaik-baiknya. Karena, jika kalian tidak melaksanakannya niscaya perbuatan inkarul munkar kalian akan merusak citra agama. Dan seorang muslim tidaklah berbuat kecuali apa yang membuat baik agama dan dunianya. (Lihat Muhammad bin Abdul Wahhab, hal. 176)

7. Tuduhan: Muhammad bin Abdul Wahhab itu bukanlah seorang yang berilmu. Dia belum pernah belajar dari para syaikh, dan mungkin saja ilmunya dari setan![9]

Jawaban:

o Pernyataan ini menunjukkan butanya tentang biografi Asy-Syaikh, atauq pura-pura buta dalam rangka penipuan intelektual terhadap umat.

o Bila ditengok sejarahnya, ternyata beliau sudah hafal Al-Qur`an sebelum berusia 10 tahun. Belum genap 12 tahun dari usianya, sudah ditunjuk sebagai imam shalat berjamaah. Dan pada usia 20 tahun sudah dikenal mempunyai banyak ilmu. Setelah itu rihlah (pergi) menuntut ilmu ke Makkah, Madinah, Bashrah, Ahsa`, Bashrah (yang kedua kalinya), Zubair, kemudian kembali ke Makkah dan Madinah. Gurunya pun banyak,[10] di antaranya adalah:

Di Najd: Asy-Syaikh Abdul Wahhab bin Sulaiman[11] dan Asy-Syaikh Ibrahim bin Sulaiman.[12]

Di Makkah: Asy-Syaikh Abdullah bin Salim bin Muhammad Al-Bashri Al-Makki Asy-Syafii.[13]

Di Madinah: Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif.[14] Asy-Syaikh Muhammad Hayat bin Ibrahim As-Sindi Al-Madani,[15] Asy-Syaikh Ismail bin Muhammad Al-Ajluni Asy-Syafii,[16] Asy-Syaikh Ali Afandi bin Shadiq Al-Hanafi Ad-Daghistani,[17] Asy-Syaikh Abdul Karim Afandi, Asy-Syaikh Muhammad Al Burhani, dan Asy-Syaikh Utsman Ad-Diyarbakri.

Di Bashrah: Asy-Syaikh Muhammad Al-Majmui.[18]

Di Ahsa`: Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Lathif Asy-Syafii.

8. Tuduhan: Tidak menghormati para wali Allah, dan hobinya menghancurkan kubah/ bangunan yang dibangun di atas makam mereka.

Jawaban:

Pernyataan bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak menghormati para wali Allah subhanahu wataala, merupakan tuduhan dusta. Beliau berkata -dalam suratnya kepada penduduk Qashim-: Aku menetapkan (meyakini) adanya karamah dan keluarbiasaan yang ada pada para wali Allah subhanahu wataala, hanya saja mereka tidak berhak diibadahi dan tidak berhak pula untuk diminta dari mereka sesuatu yang tidak dimampu kecuali oleh Allah subhanahu wataala.[19]

Adapun penghancuran kubah/bangunan yang dibangun di atas makam mereka, maka beliau mengakuinya -sebagaimana dalam suratnya kepada para ulama Makkah-.[20] Namun hal itu sangat beralasan sekali, karena kubah/ bangunan tersebut telah dijadikan sebagai tempat berdoa, berkurban dan bernadzar kepada selain Allah subhanahu wataala. Sementara Asy-Syaikh sudah mendakwahi mereka dengan segala cara, dan beliau punya kekuatan (bersama waliyyul amri) untuk melakukannya, baik ketika masih di Uyainah ataupun di Diriyyah.

Hal ini pun telah difatwakan oleh para ulama dari empat madzhab. Sebagaimana telah difatwakan oleh sekelompok ulama madzhab Syafii seperti Ibnul Jummaizi, Azh-Zhahir At-Tazmanti dll, seputar penghancuran bangunan yang ada di pekuburan Al-Qarrafah Mesir. Al-Imam Asy-Syafii sendiri berkata: Aku tidak menyukai (yakni mengharamkan) pengagungan terhadap makhluk, sampai pada tingkatan makamnya dijadikan sebagai masjid. Al-Imam An-Nawawi dalam Syarhul Muhadzdzab dan Syarh Muslim mengharamkam secara mutlak segala bentuk bangunan di atas makam. Adapun Al-Imam Malik, maka beliau juga mengharamkannya, sebagaimana yang dinukilkan oleh Ibnu Rusyd. Sedangkan Al-Imam Az-Zailai (madzhab Hanafi) dalam Syarh Al-Kanz mengatakan: Diharamkan mendirikan bangunan di atas makam. Dan juga Al-Imam Ibnul Qayyim (madzhab Hanbali) mengatakan: Penghancuran kubah/ bangunan yang dibangun di atas kubur hukumnya wajib, karena ia dibangun di atas kemaksiatan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. (Lihat Fathul Majid Syarh Kitabit Tauhid karya Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alusy-Syaikh, hal.284-286)

Para pembaca, demikianlah bantahan ringkas terhadap beberapa tuduhan miring yang ditujukan kepada Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Untuk mengetahui bantahan atas tuduhan-tuduhan miring lainnya, silahkan baca karya-karya tulis Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, kemudian buku-buku para ulama lainnya seperti:

o Ad-Durar As-Saniyyah fil Ajwibah An-Najdiyyah, disusun oleh Abdurrahman bin Qasim An-Najdi

o Shiyanatul Insan An Waswasah Asy-Syaikh Dahlan, karya Al-Allamah Muhammad Basyir As-Sahsawani Al-Hindi.

o Raddu Auham Abi Zahrah, karya Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, demikian pula buku bantahan beliau terhadap Abdul Karim Al-Khathib.

o Muhammad bin Abdul Wahhab Mushlihun Mazhlumun Wa Muftara Alaihi, karya Al-Ustadz Masud An-Nadwi.

o Aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As Salafiyyah, karya Dr. Shalih bin Abdullah Al-Ubud.

o Dawatu Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Bainal Muaridhin wal Munshifin wal Mu`ayyidin, karya Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, dsb.

Barakah Dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan dakwah yang penuh barakah. Buahnya pun bisa dirasakan hampir di setiap penjuru dunia Islam, bahkan di dunia secara keseluruhan.

Di Jazirah Arabia[21]

Di Jazirah Arabia sendiri, pengaruhnya luar biasa. Berkat dakwah tauhid ini mereka bersatu yang sebelumnya berpecah belah. Mereka mengenal tauhid, ilmu dan ibadah yang sebelumnya tenggelam dalam penyimpangan, kebodohan dan kemaksiatan. Dakwah tauhid juga mempunyai peran besar dalam perbaikan akhlak dan muamalah yang membawa dampak positif bagi Islam itu sendiri dan bagi kaum muslimin, baik dalam urusan agama ataupun urusan dunia mereka. Berkat dakwah tauhid pula tegaklah Daulah Islamiyyah (di Jazirah Arabia) yang cukup kuat dan disegani musuh, serta mampu menyatukan negeri-negeri yang selama ini berseteru di bawah satu bendera. Kekuasaan Daulah ini membentang dari Laut Merah (barat) hingga Teluk Arab (timur), dan dari Syam (utara) hingga Yaman (selatan), daulah ini dikenal dalam sejarah dengan sebutan Daulah Suudiyyah I. Pada tahun 1233 H/1818 M daulah ini diporak-porandakan oleh pasukan Dinasti Utsmani yang dipimpin Muhammad Ali Basya. Pada tahun 1238 H/1823 M berdiri kembali Daulah Suudiyyah II yang diprakarsai oleh Al-Imam Al-Mujahid Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Suud, dan runtuh pada tahun 1309 H/1891 M. Kemudian pada tahun 1319 H/1901 M berdiri kembali Daulah Suudiyyah III yang diprakarsai oleh Al-Imam Al-Mujahid Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Faishal bin Turki Alu Suud. Daulah Suudiyyah III ini kemudian dikenal dengan nama Al-Mamlakah Al-Arabiyyah As-Suudiyyah, yang dalam bahasa kita biasa disebut Kerajaan Saudi Arabia. Ketiga daulah ini merupakan daulah percontohan di masa ini dalam hal tauhid, penerapan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan syariat Islam, keamanan, kesejahteraan dan perhatian terhadap urusan kaum muslimin dunia (terkhusus Daulah Suudiyyah III). Untuk mengetahui lebih jauh tentang perannya, lihatlah kajian utama edisi ini/Barakah Dakwah Tauhid.

Di Dunia Islam[22]

Dakwah tauhid Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merambah dunia Islam, yang terwakili pada Benua Asia dan Afrika, barakah Allah subhanahu wataala pun menyelimutinya. Di Benua Asia dakwah tersebar di Yaman, Qatar, Bahrain, beberapa wilayah Oman, India, Pakistan dan sekitarnya, Indonesia, Turkistan, dan Cina. Adapun di Benua Afrika, dakwah Tauhid tersebar di Mesir, Libya, Al-Jazair, Sudan, dan Afrika Barat. Dan hingga saat ini dakwah terus berkembang ke penjuru dunia, bahkan merambah pusat kekafiran Amerika dan Eropa.

aPujian Ulama Dunia terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Dakwah Beliau

Pujian ulama dunia terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya amatlah banyak. Namun karena terbatasnya ruang rubrik, cukuplah disebutkan sebagiannya saja.[23]

1. Al-Imam Ash-Shanani (Yaman).

Beliau kirimkan dari Shana bait-bait pujian untuk Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya. Bait syair yang diawali dengan:

Salamku untuk Najd dan siapa saja yang tinggal sana

Walaupun salamku dari kejauhan belum mencukupinya

2. Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullahu (Yaman). Ketika mendengar wafatnya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, beliau layangkan bait-bait pujian terhadap Asy-Syaikh dan dakwahnya. Di antaranya:

Telah wafat tonggak ilmu dan pusat kemuliaan

Referensi utama para pahlawan dan orang-orang mulia

Dengan wafatnya, nyaris wafat pula ilmu-ilmu agama

Wajah kebenaran pun nyaris lenyap ditelan derasnya arus sungai

3. Muhammad Hamid Al-Fiqi (Mesir). Beliau berkata: Sesungguhnya amalan dan usaha yang beliau lakukan adalah untuk menghidupkan kembali semangat beramal dengan agama yang benar dan mengembalikan umat manusia kepada apa yang telah ditetapkan dalam Al-Qur`an. dan apa yang dibawa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, serta apa yang diyakini para shahabat, para tabiin dan para imam yang terbimbing.4. Dr. Taqiyuddin Al-Hilali (Irak). Beliau berkata: Tidak asing lagi bahwa Al-Imam Ar-Rabbani Al-Awwab Muhammad bin Abdul Wahhab, benar-benar telah menegakkan dakwah tauhid yang lurus. Memperbaharui (kehidupan umat manusia) seperti di masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para shahabatnya. Dan mendirikan daulah yang mengingatkan umat manusia kepada daulah di masa Al-Khulafa` Ar-Rasyidin.

5. Asy-Syaikh Mulla Umran bin Ali Ridhwan (Linjah, Iran). Beliau -ketika dicap sebagai Wahhabi- berkata:

Jikalau mengikuti Ahmad dicap sebagai Wahhabi

Maka kutegaskan bahwa aku adalah Wahhabi

Kubasmi segala kesyirikan dan tiadalah ada bagiku

Rabb selain Allah Dzat Yang Maha Tunggal lagi Maha Pemberi

6. Asy-Syaikh Ahmad bin Hajar Al-Buthami (Qatar). Beliau berkata: Sesungguhnya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab An-Najdi adalah seorang dai tauhid, yang tergolong sebagai pembaharu yang adil dan pembenah yang ikhlas bagi agama umat.

7. Al Allamah Muhammad Basyir As-Sahsawani (India). Kitab beliau Shiyanatul Insan An Waswasah Asy-Syaikh Dahlan, sarat akan pujian dan pembelaan terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya.

8. Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani (Syam). Beliau berkata: Dari apa yang telah lalu, nampaklah kedengkian yang sangat, kebencian durjana, dan tuduhan keji dari para penjahat (intelektual) terhadap Al-Imam Al Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab -semoga Allah subhanahu wataala merahmatinya dan mengaruniainya pahala-, yang telah mengeluarkan manusia dari gelapnya kesyirikan menuju cahaya tauhid yang murni

9. Ulama Saudi Arabia. Tak terhitung banyaknya pujian mereka terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya, turun-temurun sejak Asy-Syaikh masih hidup hingga hari ini.

Penutup

Akhir kata, demikianlah sajian kami seputar Wahhabi yang menjadi momok di Indonesia pada khususnya dan di dunia Islam pada umumnya. Semoga sajian ini dapat menjadi penerang di tengah gelapnya permasalahan, dan pembuka cakrawala berfikir untuk tidak berbicara dan menilai kecuali di atas pijakan ilmu.

Wallahu alam bish-shawab.

Ditulis oleh Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi, Lc.

Diambil dari: http://www.majalahsyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=337[1] Biografi beliau bisa dilihat pada Majalah Asy Syariah, edisi 21, hal. 71.

[2] Untuk lebih rincinya lihat kajian utama edisi ini/Musuh-musuh Dakwah Tauhid.

[3] Sebagaimana yang dinyatakan Ahmad Abdullah Al-Haddad Baa Alwi dalam kitabnya Mishbahul Anam, hal. 5-6 dan Ahmad Zaini Dahlan dalam dua kitabnya Ad-Durar As-Saniyyah Firraddi alal Wahhabiyyah, hal. 46 dan Khulashatul Kalam, hal. 228-261.

[4] Sebagaimana dalam Mishbahul Anam.

[5] Sebagaimana yang diterangkan pada kajian utama edisi ini/Hubungan Najd dengan Daulah Utsmaniyyah.

[6] Untuk lebih rincinya bacalah kitab Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah, karya Dr. Muhammad bin Saad Asy-Syuwaiir.

[7] Sebagaimana yang dinyatakan Ibnu Abidin Asy-Syami dalam kitabnya Raddul Muhtar, 3/3009.

[8] Termaktub dalam risalah Sulaiman bin Suhaim.

[9] Tuduhan Sulaiman bin Muhammad bin Suhaim, Qadhi Manfuhah.

[10] Lihat Aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah, 1/143-171.

[11] Ayah beliau, dan seorang ulama Najd yang terpandang di masanya dan hakim di Uyainah.

[12] Paman beliau, dan sebagai hakim negeri Usyaiqir.

[13] Hafizh negeri Hijaz di masanya.

[14] Seorang faqih terpandang, murid para ulama Madinah sekaligus murid Abul Mawahib (ulama besar negeri Syam). Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mendapatkan ijazah dari guru beliau ini untuk meriwayatkan, mempelajari dan mengajarkan Shahih Al-Bukhari dengan sanadnya sampai kepada Al-Imam Al-Bukhari serta syarah-syarahnya, Shahih Muslim serta syarah-syarahnya, Sunan At-Tirmidzi dengan sanadnya, Sunan Abi Dawud dengan sanadnya, Sunan Ibnu Majah dengan sanadnya, Sunan An-Nasai Al-Kubra dengan sanadnya, Sunan Ad-Darimi dan semua karya tulis Al-Imam Ad-Darimi dengan sanadnya, Silsilah Al-Arabiyyah dengan sanadnya dari Abul Aswad dari Ali bin Abi Thalib, semua buku Al-Imam An-Nawawi, Alfiyah Al-Iraqi, At-Targhib Wat Tarhib, Al-Khulashah karya Ibnu Malik, Sirah Ibnu Hisyam dan seluruh karya tulis Ibnu Hisyam, semua karya tulis Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, buku-buku Al-Qadhi Iyadh, buku-buku qiraat, kitab Al-Qamus dengan sanadnya, Musnad Al-Imam Asy-Syafii, Muwaththa Al-Imam Malik, Musnad Al-Imam Ahmad, Mujam Ath-Thabrani, buku-buku As-Suyuthi dsb.

[15] Ulama besar Madinah di masanya.

[16] Penulis kitab Kasyful Khafa Wa Muzilul Ilbas Amma Isytahara Ala Alsinatin Nas.

[17] Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bertemu dengannya di kota Madinah dan mendapatkan ijazah darinya seperti yang didapat dari Asy-Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif.

[18] Ulama terkemuka daerah Majmuah, Bashrah.

[19] Lihat Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al Wahhabiyyah, hal. 119

[20] Ibid, hal. 76.

[21] Diringkas dari Haqiqatu Dawah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wa Atsaruha Fil Alamil Islami, karya Dr. Muhammad bin Abdullah As-Salman, yang dimuat dalam Majallah Al-Buhuts Al-Islamiyyah edisi. 21, hal. 140-145.

[22] Diringkas dari Haqiqatu Dawah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wa Atsaruha Fil Alamil Islami, karya Dr. Muhammad bin Abdullah As Salman, yang dimuat dalam Majallah Al-Buhuts Al-Islamiyyah edisi. 21, hal.146-149.

[23] Untuk mengetahui lebih luas, lihatlah kitab Dawatu Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Bainal Muaridhin wal Munshifin wal Mu`ayyidin, hal. 82-90, dan Aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah, 2/371-474.Diposkan olehAbi Ad - Diennuurdi20.54Reaksi:

Link ke posting iniKirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestTakbiratul Ihram dengan Memutar Tangan

Satu kaidah baku yang patut selalu kita ingat, bahwa dalam semua gerakan maupun bacaan yang kita lakukan dalam shalat, harus berdasarkan dalil. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah memberikan acuan umum bagi kita, melalui sabdanya,

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat. (HR. Bukhari 631)

Salah satu diantara nikmat Allah bagi umat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kita dimudahkan dengan hadirnya para sahabat yang merekam semua gerakan dan bacaan shalatnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Melalui berita mereka, kita bisa mendapatkan informasi yang valid mengenai tata cara shalat beliau.

Salah satu diantara sahabat yang banyak menceritakan gerakan shalat Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah sahabat Wail bin Hujr radhiyallahu anhu. Beliau mengatakan,

Sungguh, Aku akan perhatikan bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam shalat. Akupun melihat beliau memulai takbiratul ihram. Beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan telinganya, kemudian beliau letakkan tangan kanan di atas telapak tangan kirinya, atau pergelangannya, atau sepanjang hastanya. (HR. Ahmad 18870, Nasai 889, Ibnu Khuzaimah 480 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Anda bisa perhatikan, betapa rincinya sahabat Wail bin Hujr radhiyallahu anhu dalam menceritakan cara shalat Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Untuk satu cuplikan cara takbiratul ihram hingga sedekap, beliau ceritakan semua yang beliau lihat. Hingga posisi tangan ketika sedekap. Namun di sana, tidak kita temukan keterangan, beliau memutar tangannya ketika hendak sedekap.

Andai ini bagian dari tata cara shalat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, tentu akan diceritakan oleh sahabat.

Dan kami tidak menjumpai adanya satupun riwayat yang menyebutkan anjuran memutar tangan ketika sedekap. Untuk itu, orang yang melestarikan tradisi memutar tangan ketika sedekap, dia berkewajiban mendatangkan dalil.

Demikian.

Allahu alam.Diposkan olehAbi Ad - Diennuurdi17.03Reaksi:

Link ke posting iniKirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestMengenal Imam Mahdi

Segala puji bagi Allah dan shalawat juga salam semoga tercurah kepada Rasulullah, amma badu.

Mahdi muntazhar (yang ditunggu) merupakan peristiwa yang benar adanya. Peristiwa kedatangannya akan terjadi di akhir zaman menjelang keluarnya Dajal dan turunnya Nabi Isa (dari langit -pen.) bilamana terjadi perselisihan diantara orang-orang ketika mangkatnya khalifah pada masa itu. Kemudian datanglah Mahdi lalu orang-orang pun membaiatnya (sumpah setia). Dia menegakkan keadilan di tengah manusia selama tujuh atau sembilan tahun. Pada masa kekhalifahannya, Nabi Isa bin Maryam alaihi shalatu wa salam turun (dari langit pen.). Hadis-hadit seputar permasalahan ini sangat banyak.

Adapun Mahdi yang diklaim oleh orang-orang Syiah Rofidhah yaitu orang yang menghilang di Sirdab maka para ulama berpendapat tidak ada dalil dalam permasalahan ini. Malahan hal ini terkategori khurafat yang mereka buat-buat dan tidak ada asal-usulnya.

Sedangkan Mahdi muntazhar (yang ditunggu) yang dimaksudkan oleh hadis-hadis yang sahih yaitu berasal dari keluarga Nabi Muhammad dari garis keturunan Fatimah radhiallahuanha. Nama (Mahdi Muntazhor) tersebut sama seperti nama Nabi shalallahu alaihi wasalam: Muhammad dan nama bapaknya juga sama Abdullah. Inilah sebuah kebenaran yang bersumber dari banyak hadis yang sahih dan merupakan peristiwa yang akan terjadi di akhir zaman. Kedatangannya dan baiat kepadanya mendatangkan kebaikan bagi orang-orang Islam berupa tegaknya keadilan, tersebarnya syariat Islam, dan sirnanya kezhaliman di tengah manusia.

Banyak hadis menjelaskan, pada zaman Mahdi bumi akan diliputi dengan keadilan setelah sebelumnya dihimpit kezhaliman.

Kedatangannya terjadi ketika terdapat pertikaian di antara manusia dan berselisihnya mereka tentang pewaris tahta kekhalifahan. Orang-orang yang beriman dan bijak pun membaiatnya karena mereka mengetahui kebaikannya, keistiqomahannya, dan nasabnya (yang mulia pen.) dari keturunan Nabi.

Wa shalallahu ala nabiyina Muhammad

Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin BazDiposkan olehAbi Ad - Diennuurdi16.55Reaksi:

Link ke posting iniKirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestKeutamaan Menikahi Janda

Adakah keutamaan menikahi janda? Ataukah lebihbaik dengan gadis saja?Keutaman Menolong Para Janda

Dari Abu Hurairah, berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Orang yang berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah. Dia juga laksana orang yang berpuasa di siang hari dan menegakkan shalat di malam hari.(HR. Bukhari no. 5353 dan Muslim no. 2982)Termasuk dalam menolong para janda adalah dengan menikahi mereka. Namun janda manakah yang dimaksud?Disebutkan dalam Al Minhaj Syarh Shahih Muslim (18: 93-94), ada ulama yang mengatakan bahwa armalah yang disebut dalam hadits adalah wanita yang tidak memiliki suami, baik ia sudah menikah ataukah belum. Ada ulama pula yang menyatakan bahwa armalah adalah wanita yang diceraikan oleh suaminya.Ada pendapat lain dari Ibnu Qutaibah bahwa disebut armalah karena kemiskinan, yaitu tidak ada lagi bekal nafkah yang ia miliki karena ketiadaan suami. Armalah bisa disebut untuk seseorang yang bekalnya tidak ada lagi. Demikian nukilan dari Imam Nawawi.

Pendapat terakhir itulah yang penulis cendrungi.Dari pendapat terakhir tersebut, janda yang punya keutamaan untuk disantuni adalah janda yang ditinggal mati suami atau janda yang diceraikan dan sulit untuk menanggung nafkah untuk keluarga. Adapun janda kaya, tidak termasuk di dalamnya.Keutamaan Menikahi Janda yang Ditinggal Mati Suami dan Memiliki Anak Yatim

Kita tahu bersama bahwa anak yatim adalah anak yang ditinggal mati ayahnya. Anak seperti inilah yang dikatakan yatim dan punya keutamaan untuk ditolong karena penanggung nafkahnya -yaitu ayahnya- sudah tiada. Jika ada yang menikahi janda karena ingin menolong anaknya, maka ia akan dapat keutamaan besar menyantuni anak yatim.Dari Sahl ibnu Saad, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, .

Kedudukanku dan orang yang menanggung anak yatim di surga bagaikan ini. [Beliau merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, namun beliau regangkan antara keduanya]. (HR. Bukhari no. 5304).Menikahi Janda ataukah Perawan?

Walau memang menikahi perawan ada keutamaannya. Namun menikahi janda tidak boleh dipandang sebelah mata. Bahkan ada pria yang membutuhkan janda dibanding gadis perawan. Semisal seorang pria ingin mencari wanita yang lebih dewasa darinya sehingga bisa mengurus adik-adiknya. Dari Jabir bin Abdillah, ia pernah berkata,

- - - - . . . . . . .

Aku pernah menikahi seorang wanita di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lalu aku bertemu dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau pun bertanya, Wahai Jabir, apakah engkau sudah menikah? Ia menjawab, Iya sudah. Yang kau nikahi gadis ataukah janda?, tanya Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Aku pun menjawab, Janda. Rasul shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, Kenapa engkau tidak menikahi gadis saja, bukankah engkau bisa bersenang-senang dengannya? Aku pun menjawab, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki beberapa saudara perempuan. Aku khawatir jika menikahi perawan malah nanti ia sibuk bermain dengan saudara-saudara perempuanku. Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Itu berarti alasanmu. Ingatlah, wanita itu dinikahi karena seseorang memandang agama, harta, dan kecantikannya. Pilihlah yang baik agamanya, engkau pasti menuai keberuntungan. (HR. Muslim no. 715)Namun dengan catatan di sini tetap memandang janda yang punya agama yang baik, bukan sembarang janda.

Semoga bermanfaat.Diposkan olehAbi Ad - Diennuurdi08.14Reaksi:

Link ke posting iniKirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestPosting LamaBerandaLangganan:Entri (Atom)Arsip Blog 2014(14) Agustus(14) KEMUNGKARAN-KEMUNGKARAN DALAM SEBUAH PERNIKAHAN ... Hukum Tidur dalam Keadaan Junub Ada yang berhubung... Larangan Jual Beli di Masjid Ada suatu larangan ya... SIAPAKAH WAHABI ? Dakwah salafiyyah yang berusaha ... Takbiratul Ihram dengan Memutar Tangan Satu kaida... Mengenal Imam Mahdi Segala puji bagi Allah dan sha... Keutamaan Menikahi Janda Adakah keutamaan menik... Kapan Mulai Berisyarat dengan Jari Telunjuk Ketika... Dosa Besar Karena Pria Memakai Cincin Emas Sebagi... TUNTUNAN SHOLAT LENGKAP SHOLAT BERDIRI Rasulullah ... Sholat BERDIRI Rasulullah shallallahu alaihi was... KENAPA NABI SERING BERLINDUNG DARI HUTANG? Dalam s... Permata salaf "Keadaan Seorang Mukmin " Al-Hasan a... Apa Kata Imam Al Ghazali Mengenai Syiah? Details C...

Abi Ad - DiennuurLihat profil lengkapkubermanhaj salaf

Template Simple. Gambar template olehluoman. Diberdayakan olehBlogger.