mandiri sk3 (fraktur femoris)

24
LI 1 ANATOMI ARTICULATIO COXAE LO 1.1 MAKROSKOPIK A. Os Coxae Os coxae adalah tulang yang besar, tebal, kuat, berbentuk irregular. Tulang ini berarticulatio di bagian belakang dengan sacrum dan di depan dengan tulang pasangannya dari sisi yang berlawanan. Terdiri dari 3 tulang yang berfusi jadi satu. 1. Os illii membentuk bagian atas dan posterior os coxae. Crista iliaca adalah batas atasnya, ujung crista dibagian depan pada spina iliaca anterior superior dan dibelakang pada spina iliaca posterior superior. Permukaan dalamnya licin dan berorngga, dan merupakan tempat perlekatan M.gluteus 2. Os ischia. Terletak dibawah os illii, memiliki tuberositas ischia massa yang besar dan tebal pada region gluteal dan berartikulasi di depan dengan os pubis 3. Os pubis. Membentuk bagian depan os coxae dan berartikulasi dengan pasangannya membentuk arcus pubicus. Mempunyai ciri ; a. permukaan sendi untuk os pubis lain, sendi disebut symmphisys pubis, b. bagian atas ditandai dengan penonjolan tuberculum pubicum c. bagian bawah yang berjalan ke arah belakang dank e bawah untuk bersatu dengan os ischii 1

Upload: rannissa-puspita

Post on 02-Jan-2016

110 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

fraktur collum femoris

TRANSCRIPT

Page 1: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

LI 1 ANATOMI ARTICULATIO COXAE

LO 1.1 MAKROSKOPIK

A. Os CoxaeOs coxae adalah tulang yang besar, tebal, kuat, berbentuk irregular. Tulang ini

berarticulatio di bagian belakang dengan sacrum dan di depan dengan tulang pasangannya dari sisi yang berlawanan.

Terdiri dari 3 tulang yang berfusi jadi satu.1. Os illii membentuk bagian atas dan posterior os coxae. Crista iliaca adalah batas

atasnya, ujung crista dibagian depan pada spina iliaca anterior superior dan dibelakang pada spina iliaca posterior superior. Permukaan dalamnya licin dan berorngga, dan merupakan tempat perlekatan M.gluteus

2. Os ischia. Terletak dibawah os illii, memiliki tuberositas ischia massa yang besar dan tebal pada region gluteal dan berartikulasi di depan dengan os pubis

3. Os pubis. Membentuk bagian depan os coxae dan berartikulasi dengan pasangannya membentuk arcus pubicus. Mempunyai ciri ; a. permukaan sendi untuk os pubis lain, sendi disebut symmphisys pubis, b. bagian atas ditandai dengan penonjolan tuberculum pubicumc. bagian bawah yang berjalan ke arah belakang dank e bawah untuk bersatu dengan

os ischiiForamen obturatum adalah sebuah lubang yang dibatasi di bagian depan dengan os

pubis, dan belakang oleh os ischia. Pada manusia hidup, lubang ini diisi dengan membrane interossea, tempat otot melekat.Os coxae memiliki 3 articulasi :

a. Dengan sacrum pada permukaan articularis pada tiap os iliib. Dengan femur pada acetabulum, cekungan yang berrongga tempat ke3 tulang mengambil

bagian. Caput femoris tercakup di dalamnyac. Os coxae pasangannya pada symphisis pubis

1

Page 2: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

B. Os FemurTerdiri dari : ujung atas, corpus dan ujung bawah

Ujung Atasi) Caput : masa bulat yang mengarah ke dalam dank e atas; licin dan ditutupi oleh tulang

rawan kecuali pada fovea, cekungan kecil yang merupakan tempat melekatnya ligamentum yang menghubungkan caput pada daerah yang kasar pada acetabulum os coxae.

ii) Collum : corpus femoris yang mengarah ke bawah dan lateral, menghubungkan caput dengan corpus

iii) Trochanter major di sebelah lateral dan trochanter minor di sebelah medial : eminentia untuk pelekatan otot

CorpusAdalah tulang panjang yang mengecil di bagian tengah. Sebagian besar permukaannya

licin dan memiliki otot yang melekat pada bagian ini. Di bagian posterior terdapat linea aspera yang merupakan rigi tulang ganda, yang berjalan kea rah bawah dari trochanter di atas dan melebar pada bagian mangapit bagian yang licin

Ujung bawahTerdiri dari condyles medialis dan lateralis yang besar dan sebuah daerah tulang

diantaranya. Condyles memiliki permukaan sendi untuk tibia di bagian bawah dan patella di bagian depan.

Otot utama : M. psoas, M.rectus femoris, M.adduktor, M.gluteal, M.iliacus, M.sartorius, M.hamstrings

Gerakan : fleksi dan ekstensi , abduksi dan adduksi , rotasi

2

Page 3: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

3

Page 4: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

LO 1.2 MIKROSKOPIK

Jaringan tulang terdiri dari sel tulang (osteosis) dikelilingi oleh matriks tulang yang keras dan kaku. Matriks organic tulang terdiri dari substansi dasar berupa sialoprotein dan proteoglikan. Serat kolagen tertanam di dalam substansi dasar disertai endapan garam kalsium fosfat dalam bentuk Kristal hidroksi apatit yang membuat matrix tulang menjadi keras dan kaku.

Ada 2 jenis tulang, yaitu : 1. tulang kompakta (padat) : dibentuk oleh matrix tulang yang tersusun berlapis-lapis

disebut lamel. Lamel tersusun mengelilingi saluran Havers. Saluran Havers beserta lamelnya disebut dengan system Havers atau osteon. Diantara system havers satu dan lainnya terdapat lamel yang irregular dan tidak disertai oleh saluran Havers, disebut lamel interstitial. Saluran havers satu sama lain dihubungkan oleh saluran horizontal yang disebut saluran Volkman yang terisi pembuluh darah dan berhubungan dengan rongga sumsum tulang. Osteosit terdapat dalam lacuna, tersusun mengikuti system lamel.

4

Page 5: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

Osteosit memiliki cabang sitoplasma yang panjang dan halus, di dalam sediaan tampak sebagai kanalikuli. Kanalikuli berjalan tegak lurus terhadap lacuna dan saling berhubungan dengan kanalikuli osteosit disebelahnya.

2. Tulang spongiosa : tersusun oleh balok-balok tulang yang bercabang-cabang dan saling berhubungan membentuk anyaman tulang. Diantara anyaman tulang ini terdapat rruang yang terisi sumsum tulang.

Tulang dibungkus oleh jaringan ikat periosteum, dibawah periosteum terdapat lamel general luar. Dibagian dalam, dinding ruang sumsum tulang dilapisi oleh endosteum. Dibawah endosteum terdapat lamel general dalam, periosteum dan endosteum mempunyai kemampuan osteogenesis.

Sel tulang dapat dibagi menjadi 4 :a. Osteoprogenitor

Merupakan sel jaringan penyambung yang terdapat pada permukaan tulang, berbentuk kumparan, berwarna pucat, tugas utamanya adalah berreproduksi, menghasilkan sel-sel yang akan terus berreproduksi atau berdiferensiasi khusus seperti osteoblast

b. OsteoblastDiproduksi oleh matrix organic tulang. Sel berbentuk buah pir dengan inti terletak pada bagian ujung yang kecil dari sel pada arah yang menjauhi balok tulang. Inti besar lonjong. Sitoplasma berwarna basophil karena adanaya akumulasi RNA, pada daerah yang berwarna pucat terdapat apparatus golgi. Osteoblast terdapat pada permukaan balok tulang, disebut daerah osteogenesis. Tidak seperti tulang rawan, osteogenesis hanya terjadi di permukaan, tidak terdapat pertumbuhan interstitial

c. OsteositAdalah osteoblast yang sudah terperangkap di dalam matrix yang dihasilkannya –kanal sendiri. Terdapat kanal-kanal kecil menjulur keluar lacuna, yaitu kanalikuli yang mengandung cabang sitoplasma osteosit. Kanalikuli dari dua sel yang berdekatan saling berhubungan. System kanalikuli menyalurkan nutrisi melalui matrix yang keras.

d. OsteoklastSel besar berinti banyak, sitoplasma asidofil dengan banyak vakuola, sehingga tampak berbusa. Osteoklast aktif berperan dalam destruksi atau absorbsi tulang, ditemukan pada lelukan permukaan tulang yang sedang mengalami resobsi, disebut lacuna Howship

Ossifikasi/Penulangan1. Penulangan desmal/intramembranosa

Pada tulang-tulang tipis. Proses terjadi di dalam membrane jaringan ikat mesenkim tanpa melalui pembentukan model tulang rawan terlebih dahulu. Balok tulang meluas menyebar keluar secara radier dari pusat pertulangan.

2. Penulangan endokondral/intrakartilaginosaTulang panjang. Kerangka dari tulang rawan hialin terbentuk melalui pertumbuhan interstisial dan aposisional dari tulang rawan. Pusat penulangan di diafisis.

5

Page 6: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

6

Page 7: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

Penyembuhan/perbaikan fraktur :Bila sebuah tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum terpisah

dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang premitif (osteogenik) berdeferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat yang akan merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapian kalus dari fragmen yang satunya dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur.Persatuan (union) tulang provisional ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus tulang akan mengalami re-modelling dimana osteoblas akan membentuk tulang baru sementara osteoklas akan menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang menyerupai keadaan tulang aslinya

Kondisi yang mempengaruhi penyembuhan TulangAdanya penghentian dapat merubah hasil. Keadaan ini dikaitkan dengan imobilisasi tidak

adekut, suplai darah buruk, distraksi fragmen, interposisi (terhalang) jaringan lunak atau infeksi

LO 1.3 KINESIOLOGIJenis sendi : bola dan mangkukTulang : caput femoris, fossa acetabulum os coxae (innominate)Ciri khusus : kapsula dipekuat oleh ligamentum yang melaluinya dari os pubis, ischia, ilii ke femur, ligamentum iliofemoralis di depan yang paling kuat ; acetabulum diperdalam oleh tepi fibrokartilago yang melekat pada tepi acetabulum

Articulatio membri inferior:1. Art. Cinguli pelvici (gelang panggul)

Dibentuk oleh Os. Coxae (ilium, ischium, dan pubis) dan Os. Sacrum.a. Articulatio sacro-iliaca

Tulang: Fascies auricularis sacri dan facies auricularis ilei

7

Page 8: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

Jenis sendi: AmphiartrosisPenguat sendi: Lig. Sacroiliaca anterior, lig. Sacroiliaca interossea, lig. Sacroiliaca posterior, lig. Sacrotubulare, dan lig. Sacrospinale

b. Symphisis pubicaTulang: antara tulang pubis kedua sisiJenis sendi: SynchondrosisPenguat sendi: Lig. Pubicum superius. Lig. Arcuatum pubis, dan discus interpubica

2. Art. Inferior liberia. Art. Coxae

Tulang: antara caput femoris dan acetabulumJenis sendi: Enarthrosis spheroideaPenguat sendi: Terdapat tulang rawan pada facies lunataKelenjer harvers terdapat pada acetabulaLig. Iliofemorale berfungsi untuk mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.Lig. Ischiofemorale berfungsi mencegah rotasi interna.Lig. Pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi eksterna. Bagian bolong disebut zona orbicularis.Capsula articularis: membentang diri dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista intertrochanterica.

Gerak Sendi:1. Fleksi : M.iliopsoas, M.pectineus, M.rectus femoris, M.adductor longus, M.adductor brevis,

M.adductor magnus pars inferior tensor fascia lata2. Ekstensi: M. gluteus maximus, M.semitendinosus, M.adduktor magnus pars posterior, M.biceps

femoris caput longum3. Abduksi: M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M.piriformis, M.sartorius, M.tensor fasciae lata4. Adduksi: M.adductor magnus, M.adductor longus, M.adductor brevis, M.gracilis, M.pectineous,

M.obturator externus, M.quadratus femoris5. Rotasi medialis: M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M.tensor fasciae latae, M.adductor magnus

(pars posterior)6. Rotasi lateralis: M.piriformis, M.obturator internus, M. gamelli, M.obturator externus, M.quadratus

femoris, M.gluteus maximus, M.adductores

LI 2 FRAKTUR COLLUM FEMORISLO 2.1 DEFINISI DAN KLASIFIKASIFraktur adalah terputusnya keutuhan/kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang

rawan sendi.

KLASIFIKASI FRAKTUR1. Komplit-tidak komplit

Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.Fraktur tidak komlit : garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti :a. Hairline Fracture (patah retak rambut)

8

Page 9: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

b. Buckle Fracture atau Torus Fracture (terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongisosa dibawahnya), umumnya terjadi pada distal radius anak-anak

c. Greenstick Fracture (Fracture tangkai dahan muda). Mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang trejadi pada tulang panjang anak

2. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme traumaa. Garis patah melintang : trauma angulasi atau langsungb. Garis patah oblique : trauma angulasic. Garis patah spiral : trauma rotasid. Fraktur kompresi : trauma axial-flexi pada tulang spongiosae. Fraktur avulsi : trauma tarikan/traksi otot pada tulang, misalnya fraktur patella.

3. Jumlah garis pataha. Fracture kominutif : garis patah lebih dari satu dan saling berhubunganb. Fracture segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua

garis patah disebut pula fraktur bifocalc. Fracture multiple : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan

tempatnya; misalnya : fraktur femur, fraktur cruris, fraktur tulang belakang

4. Bergeser-tidak bergesera. Fracture undisplaced : garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.

Periosteumnya masih utuhb. Fracture displaced : terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut

dislokasi fragmeni. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan

overlapping)ii. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)iii. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi)

5. Terbuka-tertutupFraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar atau permukaan kulitFraktur tertutup : bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan dunia luar atau permukaan kulit

KLASIFIKASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS1. Berdasarkan lokasi anatomi

a. Fraktur subcapitalb. Fraktur transcervicalc. Fraktur basis collum femur

2. Berdasarkan arah sudur garis patah (menurut Pauwel)a. Tipe I : sudut 30o

b. Tipe II : sudut 50o

c. Tipe III : sudut 70o

3. Berdasarkan dislokasi atau tidak fragment (menurut Garden)

9

Page 10: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

a. Garden I : incomplete (impacted)b. Garden II : fraktur collum femur tanpa dislokasic. Garden III : fraktur collum femur dengan sebagian dislokasid. Garden IV : fraktur collum femur dan dislokasi total

Fraktur Panggul 1. Subkapitalis : di bawah caput femoris dan sering menyebabkan nekrosis avaskular pada

caput2. Intertrochanterica : fraktur melewati suatu garis antara trochanter major dan minor3. Subtrochanterica : terletak di bawah trochanter minor

LO 2.2 ETIOLOGI A. Fraktur collum femur

a. fraktur intrakapsuler 1). Trauma langsung (direct) : penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter major langsung terbentur dengan benda keras (jalanan)2). Trauma tidak langsung (indirect) : karena exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligament di dalam acetabulum oleh ligament iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di daerah collum femur

Menurut Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh namun cukup mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat disebabkan oleh

a. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim.

b. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.c. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.

LO 2.3 EPIDEMIOLOGIFraktur lebih sering terjadi pada orang laki laki daripada perempuan dengan umur

dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.

LO 2.4 PATOFISIOLOGIKetika terjadi patah tulang yang diakibatkan oleh truma, peristiwa tekanan ataupun patah

tulang patologik karena kelemahan tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya

10

Page 11: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma compartement.

11

Page 12: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

LO 2.5 MANIFESTASI KLINIKa. Nyeri terus berterus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.

Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang

b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atas tungkai menyebabkan deformitas extremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan extremitas normal.

c. Extremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.

d. Pada tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5cm-5cm

e. Teraba adanya derik tulang dinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan Antara fragmen satu dengan lainnya (uji krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat)

f. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelag beberapa jam atau hari setelah cedera (Brunner & Suddart, 2002)

LO 2.6 DIAGNOSISPerawat menilai berdasarkan pada tanda dan gejala. Setelah bagian yang retak telah di-imobilisasi dengan baik, kemudian perawat akan menilai adanya lima P yaitu Pain (rasa sakit), Paloor (kepucatan/perubahan warna), Paralysis (kelumpuhan/ketidakmampuan untuk bergerak), Paresthesia (rasa kesemutan), dan Pulselessness (tidak ada denyut) untuk menentukan status neurovaskuler dan fungsi motorik pada bagian distal fraktur (Reeves, Roux, Lockhart, 2001). Rontgen sinar-x pada bagian yang sakit merupakan parangkat diagnostik definitif yang digunakan untuk menentukan adanya fraktur. Meskipun demikian, beberapa fraktur mungkin sulit dideteksi dengan menggunakan sinar-x pada awalnya sehingga akan membutuhkan evaluasi radiografi pada hari berikutnya untuk mendeteksi bentuk callus. Jika dicurigai adanya perdarahan maka dilakukan pemeriksaan complete blood count (CBC) untuk menilai banyaknya darah yang hilang. Lebih lanjut, perawat akan menilai komplikasi yang mungkin terjadi dan menentukan beberapa faktor resiko terhadap komplikasi dimasa depan (Revees, Roux, Lockhart, 2001).

a) Riwayat Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut.

b) Pemeriksaan Fisiki. Inspeksi / LookDeformitas :  angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan,

bengak. Pada fraktur terbuka à klasifikasi Gustiloii. Palpasi / Feel : Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut,

meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi.

iii. Gerakan / Movingiv. Pemeriksaan trauma di tempat lain : kepala, toraks, abdomen, pelvis. Sedangkan

pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway,breathing, dan circulation.

12

Page 13: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

c) Pemeriksaan Penunjangi. Laboratorium :Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.yang diperiksa adalah darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa.

ii. Radiologi :X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks. 

13

Page 14: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

LO 2.7 DIAGNOSIS BANDINGLO 2.8 TATALAKSANA

A. Pertolongan Pertama pada penderita Fraktur :

1. Kenali ciri awal patah tulang dengan memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena; benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien mengalami patah tulang. Biasanya, pasien akan mengalami rasa nyeri yang amat sangat dan bengkak hingga terjadinya perubahan bentuk yang kelihatannya tidak wajar (seperti; membengkok atau memuntir).

2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptik dan usahakan untuk menghentikan pendarahan dengan  dibebat atau ditekan dengan perban atau kain bersih.

3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang yang berubah ke posisi semula) namun hal ini tidak boleh dilakukan secara paksa dan sebaiknya  dilakukan oleh para ahli atau yang sudah biasa melakukannya.

4. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai/ papan dari kedua sisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisinya tetap stabil.

B. PenatalaksanaanPada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

a. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat frakturi. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke

posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

ii. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

iii. Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

b. Imobilisasi fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi  atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinui, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

c. Mempertahankan  dan mengembalikan fungsi, segala upaya  diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;i. Mempertahankan reduksi dan imobilisasiii. Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakaniii. Memantau status neurologi.

14

Page 15: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

iv. Mengontrol kecemasan dan nyeriv. Latihan isometrik dan setting ototvi. Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-harivii. Kembali keaktivitas secara bertahap.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur :i. Imobilisasi fragmen tulang.ii. Kontak fragmen tulang minimal.iii. Asupan darah yang memadai.iv. Nutrisi yang baik.v. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.vi. Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik.vii. Potensial listrik pada patahan tulang.

LO 2.9 KOMPLIKASIa. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi

yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miringb. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan

yang lebih lambat dari keadaan normal.c. Nonunion,  patah tulang yang tidak menyambung kembali.d. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di

dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.e. Shock,f. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko

terjadinya emboli lemakada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.

g. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam  sering terjadi pada individu yang imobiil dalm waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil

h. Infeksii. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.j. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik

abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.

LO 2.10 PENCEGAHANPencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur

disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur.

15

Page 16: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

a. Pencegahan Primer Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati – hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.

b. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat – akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal.

c. Pencegahan TersierPencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap.

LO 2.11 PROGNOSISJika diimobilisasi dengan baik dan maksimal, maka fraktur akan cepat sembuh dan terbentuk kembali hampir seperti semula. Tetapi jika immobilisasi tidak adekuat, penyembuhan fraktur lama dan dapat tumbuh dengan tidak semestinya

16

Page 17: Mandiri Sk3 (Fraktur Femoris)

DAFTAR PUSTAKA

Bloom , et al. (2002). Buku Ajar Histologi Edisi 12. Jakarta : EGC

Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC

Gibson, J. (2003). Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC

http://dokterbedahmalang.com/tentang-fraktur-tulang/

http://ppni-klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=63:fraktur&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66

Patel, P.R. (2006). Lecture Notes Radiologi Edisi kedua. Jakarta : Erlangga Medical Series

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Underwood, J.C.E. (1999). Patologi Umum dan Sistematik Volume 1 Edisi 2. Jakarta : EGC

17