mandiri sk2

31
LI 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KLB, WABAH, MORBIDITAS, DAN MORTALITAS LI 2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE) LI 3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN CAKUPAN DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN SERTA IMUNISASI LI 4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PERILAKU KESEHATAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT DALAM POLA MENCARI PENGOBATAN LI 5 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SOSIAL BUDAYA DALAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT LI 6 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SISTEM RUJUKAN KESEHATAN MASYARAKAT LI 7 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENJAGA HUKUM BEROBAT DALAM PANDANGAN ISLAM LI 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KLB, WABAH, MORBIDITAS, DAN MORTALITAS Definisi Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang sring kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4 Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Wabah : berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB : Wabah harus mencakup: o Jumlah kasus yang besar. o Daerah yang luas o Waktu yang lebih lama. o Dampak yang timbulkan lebih berat. Kriteria KLB

Upload: razwa-maghvira

Post on 29-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedkel

TRANSCRIPT

Page 1: mandiri sk2

LI 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KLB, WABAH, MORBIDITAS, DAN MORTALITAS

LI 2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE)

LI 3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN CAKUPAN DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN SERTA IMUNISASI

LI 4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PERILAKU KESEHATAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT DALAM POLA MENCARI PENGOBATAN

LI 5 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SOSIAL BUDAYA DALAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

LI 6 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SISTEM RUJUKAN KESEHATAN MASYARAKAT

LI 7 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENJAGA HUKUM BEROBAT DALAM PANDANGAN ISLAM

LI 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN KLB, WABAH, MORBIDITAS, DAN MORTALITAS

Definisi

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang sring kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4 Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Wabah:

berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah

Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :

Wabah harus mencakup:

o Jumlah kasus yang besar.

o Daerah yang luas

o Waktu yang lebih lama.

o Dampak yang timbulkan lebih berat.

Kriteria KLB

KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :

Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.

Page 2: mandiri sk2

Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)

Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).

Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.

Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.

Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.

Beberapa penyakit khusus : Kholera, “DHF/DSS”, (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

Klasifikasi KLB

a. Menurut Penyebab:

Entero toxin : misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella.

Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens.

Endotoxin : Infeksi, Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing, Toksin Biologis, Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan, Toksin Kimia.

Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), cyanide, nitrit, pestisida.

Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN.

b. Menurut Sumber KLB

Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus,

Protozoa, Virus Hepatitis.

Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).

Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton

Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.

Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.

Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.

Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.

Page 3: mandiri sk2

Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

c. Menurut Penyakit wabah

Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah:

Kholera, Pes, Demam kuning, Demam bolak-balik, Tifus bercak wabah, DBD, Campak, Polio, DPT, Rabies, Malaria, Influensa, Hepatitis, Tipus perut, Meningitis, Encephalitis, SARS, Anthrax

Pelacakan Kejadian Luar Biasa

1. Garis Besar Pelacakan Wabah/Kejadian Luar BiasaKeberhasilan pelacakan wabah sangat ditentukan oleh berbagai kegiatan khusus. Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di lapangan atau tempat kejadian, yang disusul dengan analisis data yang teliti dengan ketajaman pemikiran merupakan landasan dari suatu keberhasilan pelacakan.

2. Analisis Situasi AwalPada tahap awal pelacakan suatu situasi yang diperkirakan bersifat wabah atau kejadian luar biasa, diperlukan tiga kegiatan awal, yaitu :

a. Penentuan / penegakan diagnosisUntuk kepentingan diagnosis maka diperlukan penelitian/pengamatan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Harus diamati secara tuntas apakah laporan awal yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (perhatikan tingkat kebenarannya). Selain itu, harus pula ditetapkan kapan seseorang dapat dinyatakan sebagai kasus. Dalam hal ini sangat tergantung pada keadaan dan jenis masalah yang dihadapi.

b. Penentuan adanya wabahUntuk menentukan apakah situasi yang dihadapi adalah wabah atau tidak, maka perlu diusahakan melakukan perbandingan keadaan jumlah kasus sebelumnya untuk melihat apakah terjadi kenaikan frekuensi yang istimewa atau tidak. 

c. Uraian keadaan wabahBila keadaan dinyatakan wabah harus dilakukan penguraian keadaan wabah bedasarkan tiga unsur utama yaitu waktu, tempat dan orang.

Gambaran wabah berdasarkan waktuKurva EpidemiAdalah gambar perjalanan suatu letusan, berupa histogram dari jumlah kasus berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama. Untuk membuatnya dibutuhkan informasi tentang waktu timbulnya gejala pertama. Misalnya, tanggal timbulnya gejala pertama, jam timbulnya gejala pertama, untuk masa inkubasi sangat pendekManfaat kurva epidemic

Mendapatkan Informasi tentang perjalanan wabah dan kemungkinan kelanjutan

Bila penyakit dan masa inkubasi diketahui, dapat memperkirakan kapan pemaparan terjadi dengan memusatkan penyelidikan pada periode tersebut.

Kesimpulan pola kejadian -- apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya

Perjalanan Wabah

kurve menanjak: jumlah kasus terus bertambah, wabah sedang memuncak, akan ada kasus-kasus baru

Page 4: mandiri sk2

Puncak kurve sudah dilalui: kasus yang terjadi semakin berkurang, wabah akan segera berakhir.Mencari Periode pemaparan

Pada point source epidemic -- penyakit dan masa inkubasi diketahui, kurve epidemic dapat digunakan untuk mencari periode pemaparan -- penting menanyakan sumber letusan

Gambaran wabah berdasarkan tempat

Memberikan informasi tentang luasnya wialyah yang terserang

Menggambarkan pengelompokkan atau pola lain ke arah penyebab

Berupa: Spot map atau area map

Spot map: peta sederhana yang berguna untuk menggambarkan tempat para penderita tinggal, bekerja, atau kemungkinan terpapar

Area map: menunjukkan insidens atau distribusi kejadian pada wilayah dengan kode/ arsiran

Mencantumkan angka serangan (rate) untuk masing-masing wilayah

Gambaran wabah berdasarkan orang

Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan penyakit, karena mempengaruhi:

Daya tahan tubuh 

Pengalaman kontak dengan penyakit

Lingkungan pergaulan yang memungkinkan kontak dengan sumber penyakit

Jenis Kelamin; Ras/ suku; dsb.

Faktor-faktor ini digambarkan apabila diduga ada perbedaan risiko diantara golongan-golongan dalam faktor tsb.Di negara-negara multirasial, gambaran penderita berdasarkan ras sering ditampilkan. Adanya perbedaan cara hidup, tingkat sosial ekonomi, kekebalan, dsb.

Berdasarkan pemaparan: Pekerjaan, Rekreasi, Penggunaan obat-obatan

3. Analisis LanjutanSetelah melakukan analisis awal dan menetapkan adanya situasi wabah, maka selain tindak pemadaman wabah, perlu dilakukan pelacakan lanjut serta analisis berkesinambungan yaitu :

Usaha penemuan kasus tambahan

Ditelusuri kemungkinan adanya kasus yang tidak dikenal dan kasus yang tidak dilaporkan. Dengan cara mengadakan pelacakan ke rumah sakit dan ke dokter praktek umum setempat dan pelacakan yang itensif adanya gejalaatau yang kontak dengan penderita. 

Analisis data

Melakukan analisis data secara berkesinambungan sesuai tambahan informasi yang didapatkan dan laporkan hasil intrepesi data tersebut.

Menegakkan hipotesis

Hasil analisis dari seluruh kegiatan dibuat keputusan yang bersifat hipotesis tentang keadaan yang diperkirakan. Kesimpulan dari semua fakta yangditemukan harus sesui dengan apa yang tercantum dalam hipotesis.

Tindak pemadaman wabah dan tindak lanjut

Page 5: mandiri sk2

Tindakan diambil berdasarkan hasil analisis dan sesuai dengan keadaan wabah yang terjadi. Setiap tindakan pemadaman wadah harus disertai dengan berbagai tindak lanjut (follow up) sampai keadaan sudah normal kembali. Biasanya kegiatan tindak lanjut dan pengamatan dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali masa tunas penyakit yang mewabah.

Penanggulangan KLB 

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002). 

Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).

Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)

Pencegahan terjadinya wabah/KLB

a. Pencegahan tingkat pertama

Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin dengan cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit dan menghilangkan sumner penularan.

Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan lingkungan biologis seperti pemberntasan serangga dan binatang pengerat serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga.

Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status gizi,kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan status psikologis.

b. Pencegahan tingkat keduaSasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita

Page 6: mandiri sk2

(suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas) dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.

c. Pencegahan tingkat ketigaBertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya rehabilitasi.

d. Strategi pencegahan penyakitDilakukan usaha peningkatan derajad kesehatan individu dan masyarakat, perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan serta rehabilitasi lingkungan.

Faktor penyebab KLB

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit. 

Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd immunity meningkat hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa waktu jumlah penduduk yang kebal menurun demikian pula dengan herd immunity-nya dan wabah penyakit tersebut datang kembali, demikianlah seterusnya.

Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)

Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.

Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.

Wabah terjadi karena 2 keadaan :

Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.

Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara.

Pengukuran epidemiologi : UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

Proporsi: Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi

Rumus:

Page 7: mandiri sk2

Proporsi : x / (x+y) x k

Contoh: 

Proporsi Mhs wanita =

Jumlah Mahasiswa wanita------------------------------------------ kJumlah Mahasiswa wanita + pria

Proporsi Mahasiswa berprestasi

Proporsi Mahasiswa hafal Al Qur’an

Ratio: Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung. Ratio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian

Rumus:

Ratio: (x/y) k

Ratio dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan

Ratio x : y = 1 : 2

Contoh:

jumlah pria---------------------- kjumlah wanita

Pria : Wanita = x : y

Dependency ratio =

Juml usia (0 - <14th) + (>65 th)------------------------------------------- kJumlah usia (15 – 64 th)

Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa jumlah masing2 mahasiswa?

Rate : Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat

Rumus:

Rate: (x/y) k

X: angka kejadian

Y: populasi berisiko

Page 8: mandiri sk2

K: konstanta (angka kelipatan dari 10)

Contoh:

Campak → berisiko pada balita

Diare → berisiko pada semua penduduk

Ca servik → berisiko pada wanita

PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS

INCIDENCE RATE

Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu

Incidence Rate (IR):

Jumlah penyakit baru--------------------------------- kJumlah populasi berisiko

PREVALENCE RATE

Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate

Prevalence Rate (PR):

Jumlah penyakit lama + baru--------------------------------------- kJumlah populasi berisiko

ATTACK RATE

Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu

Attack Rate (AR):

Jumlah penyakit baru--------------------------------- kJumlah populasi berisiko (dalam waktu wabah berlangsung)

Page 9: mandiri sk2

PENGUKURAN MORTALITY RATE

CRUDE DEATH RATE

CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun

Rumus: CDR (Crude Death Rate)

Jumlah semua kematian--------------------------------- kJumlah semua penduduk

SPECIFIC DEATH RATE

SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun

Rumus: SDR (Specific Death Rate

Jumlah kematian penyakit x----------------------------------- kJumlah semua penduduk

CASE FATALITY RATE

CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut

CFR (Case Fatality Rate):

Jumlah kematian penyakit x------------------------------------ x 100%Jumlah kasus penyakit x

MATERNAL MORTALITY RATE

Page 10: mandiri sk2

MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup

MMR (Maternal Mortality Rate):

Jumlah kematian Ibu------------------------------ x 100.000Jumlah kelahiran hidup

INFANT MORTALITY RATE

IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran hidup

IMR (Infant Mortality Rate):

Juml kematian bayi----------------------------- x 1000Juml kelahiran hidup

NEONATAL MORTALITY RATE

NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur < 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup

NMR (Neonatal Mortality Rate):

Jumlah kematian neonatus------------------------------------ x 1000Jumlah kelahiran hidup

PERINATAL MORTALITY RATE

PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup

PMR (Perinatal Mortality Rate):

Jumlah kematian perinatal---------------------------------- -x 1000Jumlah kelahiran hidup

Page 11: mandiri sk2

LI 2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE)

Definisi

Penyelidikan atau survei yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara lebih menyeluruh. Yang diselidiki dalam epidemiology investigation adalah mengenai apakah tempat yang terkena KLB tersebut merupakan endemik atau epidemik penyakit, merupakan penyakit infeksi atau penyakit kronis, dan kondisi kesehatan lainnya.

Penyelidikan epidemiologi KLB yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk memastikan adanya penderita penyakit yang dapat menimbulkan KLB, mengenai sifat-sifat penyebabnya dan faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasannya

Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi dalam bentuk laporan.

Tujuan & Manfaat

1. Mendapatkan gambaran masalah yang sesungguhnya 2. Mendapat gambaran klinis tentang suatu penyakit3. Mendapat gambaran mengenai kasus menurut variabel epidemiologi4. Mendapat informasi tentang faktor resiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan etiologi

“Dengan mengetahui tujuan tersebut dapat mengambil tindakan untuk pencegahan maupun penanggulangan penyakit.”

Langkah-langkah

1. Tahap survey pendahuluan :

a. Memastikan adanya KLB

b. Menegakan diagnosa

c. Buat hypotesa sementara ( penyebab, cara penularan, faktor yg mempengaruhi)

2. Tahap Pengumpulan Data :

a. Identifikasi kasus kedalam variabel epid (orang, tempat, waktu)

b. Uji hipotesis

c. Menentukan kelompok yg rentan

3. Tahap pengolahan data :

a. Lakukan pengolahan menurut variable epid, menurut ukuran epid, menurut nilai statstik.

b. Lakukan analisa data menurut variable epid, ukuran epid,dan nilai statistik. Bandingkan dg nilai yang sudah ada

Page 12: mandiri sk2

c. Buat intepretasi hasil analisa

d. Buat laporan hasil penanggulangan

4. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahan :

* Tindakan penanggulangan :

- Pengobatan penderita

- Isolasi kasus

* Tindakan pencegahan :

- Surveilans yg ketat

- Perbaikan mutu lingkungan

- Perbaikan status kesehatan masyarakat

Page 13: mandiri sk2

Indikasi

• Pencegahan & Penanggulangan

• Laporan masyarakat, politik, serta kepentingan legal aspek

• On the Job Traning

• Penelitian

• Masalah Program Pemberantasan

LI 3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN CAKUPAN DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN SERTA IMUNISASI

Kriteria pelayanan kesehatan

Suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila:

1. Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous)

Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

2. Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate)

Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan mesyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.

3. Mudah dicapai (accessible)

Page 14: mandiri sk2

Ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian, untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

4. Mudah dijangkau (affordable)

Keterjangkauan yang dimaksud adalah terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti itu harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja bukanlah kesehatan yang baik.

5. Bermutu (quality)

Mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standart yang telah ditetapkan.

Mutu pelayanan

Sistem mutu adalah program perencanaan, kegiatan, sumberdaya dan kejadian yang didorong oleh manajemen, berlaku diseluruh organisme dan proses dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Selain dari dimensi mutu, cakupan dari mutu juga harus diperhatikan. Yang mana cakupan tersebut sebagai berikut:

1. Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan.

2. Menterjemahkan secara cepat dan dicirikan pada produk jasa yang kita berikan.

3. Merancang sistem agar produk jasa disampaikan secara tepat dan cepat.

4. Mempersiapkan personal yang akan memberikan pelayanan.

5. Memepersiapkan material untuk menghasilkan informasi pelayanan tersebut.

6. Mempersiapkan sistem untuk memperoleh informasi baik.

Mutu Pelayanan Kesehatan dapat dilihat dalam 5 dimensi mutu yaitu :

1. Responsiveness (Cepat Tanggap)

Pelayanan kesehatan yang responsif ditentukan oleh sikap staf yang didepan karena berhubungan langsung dengan para pengguna jasa dan keluarganya.

2. Reliability Pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan akurat sesuai dengan yang ditawarkan.

3. Assurance

Pengetahuan, kesopanan dan sifat petugas yang dipercaya oleh pelanggan. Dimensi ini meliputi faktor keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan.

4. Empathy

Page 15: mandiri sk2

Kriteria ini terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus staf kepada setiap pengguna jasa, memahami kebutuhan mereka dan memberikan kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para pengguna jasa ingin memperoleh bantuannya

5. Tangible

Mutu jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh para penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai. Contohnya ruang penerimaan dan perawatan pasien yang bersih, nyaman, lengkap.

Cakupan pelayanan kesehatan

Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub sistem tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besar, elemen-elemen dalam sistem itu adalah sebagai berikut :

1. Masukan (Input) adalah sub-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem.

2. Proses ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.

3. Keluaran (out put) ialah hal yang dihasilkan oleh proses.

4. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.

5. Umpan balik (feed back) ialah juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.

6. Lingkungan (environment) ialah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.

Bentuk Pelayanan Berdasarkan Kesehatan Berdasarkan Tingkatannya

1. Pelayanan kesehatan tiongkat pertama (primer) Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.Contohnya : Puskesmas,Puskesmas keliling, klinik.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua ( sekunder) Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D. Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter spesialis terbatas.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( tersier) Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B. Pelayan kesehatan diberikan oleh dokter subspesialis luas.

Perbedaan Jenis Pelayanan Kesehatan  

Page 16: mandiri sk2

Pelayanan KedokteranDitandai dengan cara pengorganisasian yang bersifat sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta utamanya adalah perseorangan dan keluarga.

Pelayanan Kesehatan MasyarakatDitandai dengan cera pengorganisasian yang umunnya secara bersama-sama dalam suatu organisasi, tujuan utamanya yaitu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasaran utamanya adalah kelompok dan masyarakat.

IMUNISASI

LI 4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PERILAKU KESEHATAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT DALAM POLA MENCARI PENGOBATAN

Pelayanan kesehatan

Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit sudah tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut :

Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa. Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya.

Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, tidak responsif, dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya.

Kedua, tindakan mengobati sendiri, dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.

Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional. Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain.

Dukun yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada di tengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat daripada dokter, bidan, farmasis, dan sebagainya yang masih

Page 17: mandiri sk2

asing bagi mereka, seperti juga pengobatan yang dilakukan dan obat-obatnya pun merupakan kebudayaan mereka.

Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khususnya mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.

Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

Keenam, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik.

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit adalah berbeda dengan konsep kita tentang sehat-sakit itu. Demikian juga persepsi sehat-sakit antara kelompok-kelompok masyarakat pun akan berbeda-beda pula.

Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan. Bila persepsi sehat-sakit masyarakat sudah sama dengan pengertian kita, maka kemungkinan besar fasilitas yang diberikan akan mereka pergunakan.

Perilaku pencarian pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor besar yaitu faktor predisposing, faktor enabling, dan faktor need.

1. Faktor predisposing adalah predisposisi seseorang untuk menggunakan pelayanan yaitu faktor demografi,faktor struktur sosial, dan faktor keyakinan terhadap kesehatan

2. Faktor Enabling merupakan kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan berupa sumberdaya keluarga atau sumber daya masyarakat.

3. Faktor need adalah kebutuhan seseorang akan pelayanan

Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas perlu ditunjang dengan adanya penelitian-peneliatian social budaya masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat tersebut terhadap sehat-sakit. Bila diperoleh data bahwa masyarakat masih mempunyai persepsi sehat-sakit yang berbeda dengan kita, maka kita dapat melakukan pembetulan konsep sehat-sakit itu melalui pendidikan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, pelayanan yang kita berikan akan diterima oleh masyarakat.

Page 18: mandiri sk2

LI 5 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SOSIAL BUDAYA DALAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.

 

1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.

2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan wanita.

3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurang menunjang dalam bidang kesehatan.

4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya yang berhubungan dengan kesehatan anatara lain adalah faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran dan homoseksual.

Komunikasi

Komunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatab. Karena komunikasie merupakan kegiatan untuk mgnondisikan fakktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negative tentang penyakit, makanan, lingkungan, dan sebagainya, mereka tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka diperlukan komunikasi, pemberian informasi-informasi tentang kesehatan. Untuk berkomunikasi yang efektif para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya.

Pola Pikir

Perilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau perilaku pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat dalam menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan.

Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit.

Orang yang mempesepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung untuk memilih pengobatan sendiri (self medication) misalnya dengan mencari obat di warung atau apotik, orang yang mengganggap penyakit mereka serius, biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh cenderung untuk memilih datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka yang menganggap penyakitnya sangat serius atau kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi justru memilih pengobatan alternatif baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun.

Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional.

Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk dijangkau, mahal dan tidak efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan pengobatan alternatif. Pada penderita penyakit kronis yang sifatnya degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau strok, tampaknya kebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis adalah sia-sia.

Page 19: mandiri sk2

Kebiasaan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk dari perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon internal dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan perilaku aktif dapat dilihat oleh orang lain. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit :

Perilaku sehat yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.

Perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.

Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan menjadi tiga, yaitu:

1. Perilaku kesehatan

Hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang dapat mencegah penyakit.

2. Perilaku sakit

Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.

Contoh : pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.

3. Perilaku peran sakit

Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesehatan.

Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat :

Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif.

Paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan.

Penanggulangan

Page 20: mandiri sk2

Dampak

Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:

1.            Environment atau lingkungan.

2.            Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.

3.            Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.

4.            Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

LI 6 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SISTEM RUJUKAN KESEHATAN MASYARAKAT

System rujukan Kesehatan Masyarakat

Definisi

o Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu unit).

o Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual terdiri atas kesaksian, statistik contoh, dan obyek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam bentuk bukti. Nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi tersebut ditemukan.

Jenis-jenis rujukan :

o Rujukan Medis(rujukan pasien, dan rujukan laboratorium)

o Berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien, mencakup rujukan konsultasi medis dan bahan-bahan pemeriksaan.

o Upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. berlaku untuk pelayanan kedokteran (Medical Service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan. Maka rujukan ini dibedakan dengan tiga macam yaitu :

Page 21: mandiri sk2

Rujukan penderita : Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain- lain yang disebut transfer of patien.

Pengetahuan : Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat disebut transfer of knowlwdge/ personel.

Bahan- bahan pemeriksaan : Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap disebut transfer of spesimen.

o Rujukan Kesehatan (rujukan iptek dan keterampilan yaitu pengalihan pengetahuan dan keterampilan)

o Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.

o pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Adapun rujukan kesehatan ini dibedakan atas ti ga macam yakni rujukan tekhnologi, sarana, dan operasional.

o Rujukan Manajemen(pengiriman informasi guna kepentingan monitoring semua kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan sistem informasi)

Tujuan rujukan

a. Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif 

b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif.

i. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.

ii. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.

iii. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (Transfer knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer.

Page 22: mandiri sk2

Manfaat rujukan

1.      Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan (Police Maker) :

o Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap pelayanan kesehatan.

o Memperjelas system pelayanan kesehatan, krena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.

o Memudahkan administrasi pada setiap aspek perencanaan.

2.      Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (Health Consumer) :

o Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang- ulang.

o Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana kesehatan.

3.      Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyedia pelayanan kesehatan (Health Provider) :

Page 23: mandiri sk2

o Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.

o Membantu peningkatan ketrampilan dan pengetahuan yakni melalui kerjasama yang terjalin.

o Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

LI 7 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MENJAGA HUKUM BEROBAT DALAM PANDANGAN ISLAM

Penanggulangan KLB dalam syariat islam

Nabi tidak memerintahkan mereka untuk mengucilkan para pengidap penyakit lepra tersebut. Tetap bergaul seperti biasa, namun waspada dan antisipatif. Hadis Nabi di atas adalah dalam konteks tersebut, bukan dalam rangka mengukuhkan opini masyarakat kala itu bahwa suatu penyakit mutlak bisa menular secara alamiah.Jika kita melihat hal ini dari konteks tauhid, sesungguhnya tidak ada penyakit menular dari atau melalui apapun secara alamiah. Jelas-jelas Nabi pernah menyatakan, “Tidak ada penyakit menular (‘adwa).” (HR Muslim dari Abu Hurairah). Bahkan, dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dari sahabat Jabir bin Abdullah, Nabi pernah menemani makan salah seorang sahabat penderita lepra bernama Mu’aiqib bin Abi Fathimah, tanpa memiliki kekhawatiran yang berlebihan.

Hukum berobat dalam islam

1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan adanya perintah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam  untuk berobat dan asal hukum perintah adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafi’iyah, dan madzhab Hanabilah.

2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada hadits yang lain Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan bersabar, dan ini adalah madzhab Syafi’iyah.

3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat keterangan dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini adalah  madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah).

4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan sakitnya, Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud,  Abu Darda radhiyallahu ‘anhum, dan sebagian para Tabi’in.

5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya dan lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan madzhab Syafi’iyah.

Hukum menjaga kebersihan

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 57 yang bermaksud: “Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, melainkan mereka menganiaya diri mereka sendiri”.

Page 24: mandiri sk2

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik dan apa yang terdapat di mukabumi; dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, kerana sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (Surah Al-Baqarah, ayat 168) “Sesungguhnya mendapat kemenanganlah orang yang membersihkan dirinya “QS Al A’la ayat : 14Dalam Islam, kebersihan adalah bersifat global atau luas. Artinya kebersihan itu meliputi semua aspek dalam Islam. Barangsiapa benar-benar dapat mengamalkan kebersihan yang global secara Islam ini maka oleh Allah mereka dijanjikan kemenangan baik di dunia terlebih lagi di akhirat.