mandiri mencret

Upload: sheila-prilia-andini

Post on 10-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PBL

TRANSCRIPT

Skenario 3

MENCRET

Seorang laki-laki, 35 tahun, dibawa ke Puskesmas karena mengalami mencret lebih dari 12 kali dalam sehari sejak 2 hari yang lalu. Keluhan ini timbul setelah makan malam di warung nasi dekat rumahnya. Pemeriksaan fisik : kesadaran komposmentis lemah, TD : 85/60 mmHg, nadi : 120x/menit, pernafasan 34x/menit, cepat dalam., volume urin sedikit. Di Puskesmas penderita dipsang infus dan diberi pertolongan pertama lalu dirujuk ke RS terdekat. Dokter meminta untuk diperiksa Analisa Gas Darah.Kesannya : terdapat ganguan keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolic, dengan anion gap yang normal.

Kata Sulit1. Kesadaran komposmentris: sadar seimbang, baik terhadap dirinya, dan lingkungan2. Anion gap : digunakan untuk menganalisa kelainan asam basa dengan persamaan3. Analisa gas darah: pemeriksaan untuk mengukur keasamaan pH, jumlah karbondioksida dan oksigen dalam darah4. Asidosis metabolic: suatu proses yang menyebabkan penurunan primer pada konsentrasi HCO3- plasmaPertanyaan1. Apa perbedaan diare dengan mencret?2. Apa penyebab asidosis metabolic?3. Apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan analisa gas darah?4. Apa pengobatan untuk asidosis metabolic?5. Apa gejala asidosis metabolic?6. Apa hubungan asidosis metabolic dengan mencret?7. Langkah-langkah analisa gas darah?8. Mengapa pada asidosis metabolic, bisa ditemukan anion gap yang normal?9. Bagaimana seseorang bisa dikatakan mencret?10. Apa pengobatan mencret?Jawaban 1. Diare adalah mencret yang berkali-kali (berbeda dalam frekuensinya)2. Karena adanya pembentukan asam organic, seperti asam laktat dan asam asetat sehingga meningkatkan konsentrasi hydrogen3. pH, bikarbonat, PCO2 dan PO24. akibat penambahan asam organic dengan bikarbonat diindikasikan utnuk asidosis metabolic yang berat, misalnya pH 7,2). Sesudah rehidrasi dilakukan sehingga sirkulasi ke ginjal dan perfusi ke jaringan telah membaik, bila masih ada asidosis metabolic (klinis atau laboratoris) pemberian bikarbonat dapat dipertimbangkan (pH darah < 7,2).Mengingat bahaya/akibat yang ditimbulkan asidosis metabolic dan risiko yang ditimbulkan pemberian bikarbonat untuk menaikkan pH darah, maka sewajarnya pencegahan asidosis metabolic pada diare perlu mendapat perhatian.Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa terjadinya asidosis metabolic pada diare karena hilangnya bikarbonat melalui tinja. Hal lain yang berperan dalam hal tersebut adalah penumpukan asam organic di darah karena gangguan sirkulasi ke ginjal akibat dehidrasi. Dehidrasi juga menyebabkan gangan perfusi ke jaringan sehingga terjadi hipoksia jaringan yang menyebabkan produksi asam laktat. Tindakan puasa dengan diare akan menyebabkan peninggian kadar asam organic dalam darah karena pemecahan lemak dan protein tubuh untuk pemenuhan kalori.

Dengan demikian, penatalaksanaan penderita asidosis metabolic harus sesuai dengan penyebabnya. Pada kasus asidosis metabolic akibat diare, penderita harus diberikan cairan pengganti tubuh yang hilang. WHO menganjurkan pemberian oralit untuk menggantikan cairan yang hilang melalui diare. Pemberian oralit ini juga berguna untuk mencegah timbulnya dehidrasi pada penderita diare akut. Bila pemberian oralit gagal, maka harus diberikan cairan secara intravena yang diindikasikan pada dehidrasi berat dengan atau tanpa renjatan, kegagalan pemberian oralit (URO), distensi abdomen dan obstruksi usus paralitik, dan anuria/oliguria yang berlarut-larut.

Apabila sudah tercapai rehidrasi baru diberikan makanan walau diare masih terus berlangsung dan dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Tujuannya untuk mencegah terjadinya kurang kalori protein karena penderita akan kehilangan berat badan setiap harinya. Pemberian makanan juga akan mengurangi pemecahan lemak dan protein tubuh sehingga pembentukan asam-asam organic akan dikurangi. Hal ini berarti pemberian makanan pada penderita diare akut akan mengurangi hal lain yang memperberat asidosis metabolic. Gagal ginjal kronikPada gagal ginjal kronik, asidosis metabolic ringan atau sedang tidak memerlukan pengobatan. Bila kadar karbonat plasma turun hingga di bawah 15 mmol/L, logis untuk melakukan pengobatan dengan pemberian basa per oral, seperti natrium bikarbonat atau natirum sitrat. Dosisi ditingkatkan bertahap hingga kadar bikarbonat plasma menigkat menjadi 18 sampai 20 mmol/L. Sebagian pasien tampaknya mengalami perbaikan gejala dengan peningkatan kadar bikarbonat ke tingkat ini, dan kelesuan, anoreksia, dan kelelahan cenderung teratasi. Asidosis tubuler ginjalPada asidosis tubuler ginjal tipe I (distal), asidosis perlu dikoreksi selengkap mungkin untuk menghindari terjadinya hiperkalsiuria, osteomalasia, nefrokalsinosis, dan litiasis. Pada asidosis tubuler ginjal tipe II (proksimal), terapi biasanya tidak diperlukan Pasien gagal ginjal akutBiasanya pasien tidak memerlukan terapi spesifik untuk mengatasi asidosis. Dialysis diperlukan pada penatalaksanaan gagal ginjal guna mempertahankan kadar bikarbonat plasma yang adekuat.

Daftar pustaka

asmadi, a. (2008).teknik procedural konsep & aplikasi kebutuhan dasar klien. jakarta: salemba medika.http://medisato.com/id/asidosis-metabolik-gejala/#ixzz2MieedfaDhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1911/1/09E01865.pdfisselbacher, dkk. (2006).prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. jakrta: penerbit buku kedokteran EGC.keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. (1995). jakarta: buku kedokteran EGC.lefever, j. (1995).Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic. jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.oxtoby, d. W. (2002).keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. (1995). jakarta: buku kedokteran EGC.sherwood, l. (2011).fisiologi manusia. jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.sumardjo, d. (2006).buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran. jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.widodo, j. (2008).Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, FKUI,. jakarta: FK UI.22