mananjemen konflikk.docx

5
Mananjemen Konflik 1. Pengertian Konflik Konflik sebagai suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul akibat terjadinya ancaman keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat dan prilaku seseorang. Douglass dan Belvis mengartikan konflik sebagai suatu bentuk perjuangan diantara kekuatan interdependen. Perjuangan tersebut dapat terjadi baik didalam individu (interpersonal conflict) ataupun didalam kelompok (intragroup conflict). Koflik terjadi akibat adanya pertentangan pada situasi keseimbangan yang terjadi pada diri individu ataupun pada tatanan yang lebih luas. 2. Penyebab konflik Banyak faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam suatu organisasi. Faktor-faktor tersebut dapat berupa prilaku yang menenatng, stress, kondisi ruangan, kewenangan dokter- perawat,keyakinan, eksklusifisme, kekaburan tugas, kekurangan sumber daya, proses perubahan, imbalan, dan masalah komunikasi. 1. Prilaku menentang Sebagai bentuk dari ancaman terhadap suatu dialog rasional, dapat menimbulkan ganggun protockol penerimaan untuk interaksi dengan orang lain. Prilaku ini dapat berupa verbal dan nonverbal. Terdapat 3 prilaku menentang :

Upload: mizratulaini

Post on 23-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mananjemen Konflikk.docx

Mananjemen Konflik

1. Pengertian Konflik

Konflik sebagai suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul akibat terjadinya ancaman

keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat dan prilaku seseorang. Douglass dan Belvis

mengartikan konflik sebagai suatu bentuk perjuangan diantara kekuatan interdependen.

Perjuangan tersebut dapat terjadi baik didalam individu (interpersonal conflict) ataupun didalam

kelompok (intragroup conflict).

Koflik terjadi akibat adanya pertentangan pada situasi keseimbangan yang terjadi pada diri

individu ataupun pada tatanan yang lebih luas.

2. Penyebab konflik

Banyak faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam suatu organisasi. Faktor-faktor

tersebut dapat berupa prilaku yang menenatng, stress, kondisi ruangan, kewenangan dokter-

perawat,keyakinan, eksklusifisme, kekaburan tugas, kekurangan sumber daya, proses perubahan,

imbalan, dan masalah komunikasi.

1. Prilaku menentang

Sebagai bentuk dari ancaman terhadap suatu dialog rasional, dapat menimbulkan

ganggun protockol penerimaan untuk interaksi dengan orang lain. Prilaku ini dapat

berupa verbal dan nonverbal.

Terdapat 3 prilaku menentang :

a. Competitive bomber, yang dicirikan dengan prilaku mudah menolak, menggerutu dan

menggumam, mudah untuk tidak masuk kerja dan merusak secara agresif yang

disengaja.

b. Martyred accommodation, ditunjukkan dengan penggunaan kepatuhan semu atau

palsu dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain, namun sambil melakukan

ejekan dan hinaan.

c. Avoider, ditunjukkan dengan penghindaran kesepakatan yang telah dibuat dan

menolak untuk berpartisipasi.

2. Stres

Stress yang timbul dapat disebabkan oleh banyaknya stressor dilingkungan kerja.

Contohnya tidak seimbangnya beban dan tanggung jawab seseoarnag dengan orang lain

dalam organisasi tersebut seperti di ruang bangsal atau diikutsertakannya seseorang

Page 2: Mananjemen Konflikk.docx

dalam mengambil keputusan. Kondisi seperti ini akan mengakibatkan tekanan fisik dan

mental sehingga seseorang bersinggungan sedikit saja dengan masalah mudah sekali

memicu terjadi konflik.

3. Kondisi ruangan yang sempit atau tidak kondusif

Yang memperburuk keadaan adalah hubungan yang monoton atau konstan diantara

individu yang terlibat didalamnya, terlalu banyak pengunjung pasien dalam satu ruangan

atau bangsal, dan aktivitas selain keperawatan sperti dokter juga mampu memperparah

kondisi rruangan yang memicu terjadi konflik.

4. Kewenangan dokter-perawat yang berlebihan dan tidak saling mengendalikan usulan-

usulan diantara mereka bisa memunculkan konflik.

5. Perbedaan nilai atau keyakinan antara satu orang dengan orang lain.

Perawat begitu yakin dengan persepsinya tentang pendapat kliennya sehingga menjadi

tidak yakin dengan usulan yang diberikan profesi atau tim kesehatan lain. Keadaan ini

semakin memburuk dengan ikut sertanya pihak luar seperti pasien / keluarga pasien.

6. Adanya pemikiran kelompok tertentu memiliki kemampuan yang lebih dibanding

kelompok lain.

7. Peran ganda yang disandang perawat bangsal.

Sering kali mengakibatkan terjadi konflik karna banyaknya tanggung jawab peran

yang harus dikerjakan dan bingung dalam menetukan prioritas membuat kegagalan dalam

melakukan tanggung jawab.

8. Kekurangan sumber daya.

Sedikitnya sumber daya dalam suatu tatanan organisasi sering memicu terjadinya

persaingan yang tidak sehat.

9. Perubahan yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat memicu terjadinya konflik.

10. Imbalan tidak selalu menjadi motivasi namun kadang kala pembagian imbalan yang tidak

merata bisa mendatangkan konflik. Apalagi tidak ikut sertanya seseorang dalam

mengambil keputusan.

11. Komunikasi

Penyampain informasi yang tidak seimbang, penggunaan bahasa yang tidak efektif

dan penggunaan media yang tidak tepat sering kali berujung kepada konflik.

Page 3: Mananjemen Konflikk.docx

3. Proses Konflik

Ada 6 tahapan proses konflik : kondisi yang mendahului, konflik yang dipersepsi, konflik

yang dirasakan, prilaku yang dinyatakan, penyelesaian atau penekanan konflik, dan penyelesaian

akibat konflik.

Kondisi yang mendahului merupakan penyebab terjadinya konflik. Setelah terjadi konflik,

konflik yang ada dipersepsi atau berusaha diketahui. Kondisi yang ada diantara pihak yang

terlibat atau didalam diri dapat menyebabkan terjadinya konflik. Konflik yang dipersepsi pada

umumnya bersifat logis, tidak personal dan sangat objektif. Disisi lain konflik akan dirasakan

secara subjektif karena individu merasa ada konflik relasi. Perasaan semacam ini sering

diasumsikan sebagai sesuatu yang dapat mengancam integritas diri, memunculkan permusuhan,

perasaan takut dan balikan timbulnya perasaan tidak berdaya (hopeless). Akibat dari kondisi-

kondisi, beberapa individu kemudian melakukan bentuk prilaku nyata (aktual) seperti prilaku

agresi, pasif, asertif, persaingan, debat atau ada beberapa individu yang memecahkan masalah /

konflik. Langkah selanjutnya yang dilakukan terhadap terjadinya konflik adalah prilaku

menyelesaikan atau menekan konflik tersebut. Prilaku tersebut dapat berupa perjanjian diantara

yang terlihat atau kadang melalui tindakan “penaklukan” salah satu pihak. Tahap terakhir dari

proses konflik adalah upaya penyelesaian konflik. Beberapa kejadian konflik sering

meninggalkan “residu” pada pihak yang terlibat. Oleh sebab itu upaya penyelesaikan konflik

sangat penting dilakukan agar nantinya tidak muncul konflik baru.

Page 4: Mananjemen Konflikk.docx

Kondisi-kondisi pendahulu

Konflik yang dipersepsi Konflik yang dirasakan

Prilaku yang dinyatakan

Penyelesaian / penekanan konflik

Penylesaian akibat konflik