mananjemen konflikk.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: Mananjemen Konflikk.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082506/563db86a550346aa9a937da8/html5/thumbnails/1.jpg)
Mananjemen Konflik
1. Pengertian Konflik
Konflik sebagai suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul akibat terjadinya ancaman
keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat dan prilaku seseorang. Douglass dan Belvis
mengartikan konflik sebagai suatu bentuk perjuangan diantara kekuatan interdependen.
Perjuangan tersebut dapat terjadi baik didalam individu (interpersonal conflict) ataupun didalam
kelompok (intragroup conflict).
Koflik terjadi akibat adanya pertentangan pada situasi keseimbangan yang terjadi pada diri
individu ataupun pada tatanan yang lebih luas.
2. Penyebab konflik
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dalam suatu organisasi. Faktor-faktor
tersebut dapat berupa prilaku yang menenatng, stress, kondisi ruangan, kewenangan dokter-
perawat,keyakinan, eksklusifisme, kekaburan tugas, kekurangan sumber daya, proses perubahan,
imbalan, dan masalah komunikasi.
1. Prilaku menentang
Sebagai bentuk dari ancaman terhadap suatu dialog rasional, dapat menimbulkan
ganggun protockol penerimaan untuk interaksi dengan orang lain. Prilaku ini dapat
berupa verbal dan nonverbal.
Terdapat 3 prilaku menentang :
a. Competitive bomber, yang dicirikan dengan prilaku mudah menolak, menggerutu dan
menggumam, mudah untuk tidak masuk kerja dan merusak secara agresif yang
disengaja.
b. Martyred accommodation, ditunjukkan dengan penggunaan kepatuhan semu atau
palsu dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain, namun sambil melakukan
ejekan dan hinaan.
c. Avoider, ditunjukkan dengan penghindaran kesepakatan yang telah dibuat dan
menolak untuk berpartisipasi.
2. Stres
Stress yang timbul dapat disebabkan oleh banyaknya stressor dilingkungan kerja.
Contohnya tidak seimbangnya beban dan tanggung jawab seseoarnag dengan orang lain
dalam organisasi tersebut seperti di ruang bangsal atau diikutsertakannya seseorang
![Page 2: Mananjemen Konflikk.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082506/563db86a550346aa9a937da8/html5/thumbnails/2.jpg)
dalam mengambil keputusan. Kondisi seperti ini akan mengakibatkan tekanan fisik dan
mental sehingga seseorang bersinggungan sedikit saja dengan masalah mudah sekali
memicu terjadi konflik.
3. Kondisi ruangan yang sempit atau tidak kondusif
Yang memperburuk keadaan adalah hubungan yang monoton atau konstan diantara
individu yang terlibat didalamnya, terlalu banyak pengunjung pasien dalam satu ruangan
atau bangsal, dan aktivitas selain keperawatan sperti dokter juga mampu memperparah
kondisi rruangan yang memicu terjadi konflik.
4. Kewenangan dokter-perawat yang berlebihan dan tidak saling mengendalikan usulan-
usulan diantara mereka bisa memunculkan konflik.
5. Perbedaan nilai atau keyakinan antara satu orang dengan orang lain.
Perawat begitu yakin dengan persepsinya tentang pendapat kliennya sehingga menjadi
tidak yakin dengan usulan yang diberikan profesi atau tim kesehatan lain. Keadaan ini
semakin memburuk dengan ikut sertanya pihak luar seperti pasien / keluarga pasien.
6. Adanya pemikiran kelompok tertentu memiliki kemampuan yang lebih dibanding
kelompok lain.
7. Peran ganda yang disandang perawat bangsal.
Sering kali mengakibatkan terjadi konflik karna banyaknya tanggung jawab peran
yang harus dikerjakan dan bingung dalam menetukan prioritas membuat kegagalan dalam
melakukan tanggung jawab.
8. Kekurangan sumber daya.
Sedikitnya sumber daya dalam suatu tatanan organisasi sering memicu terjadinya
persaingan yang tidak sehat.
9. Perubahan yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat memicu terjadinya konflik.
10. Imbalan tidak selalu menjadi motivasi namun kadang kala pembagian imbalan yang tidak
merata bisa mendatangkan konflik. Apalagi tidak ikut sertanya seseorang dalam
mengambil keputusan.
11. Komunikasi
Penyampain informasi yang tidak seimbang, penggunaan bahasa yang tidak efektif
dan penggunaan media yang tidak tepat sering kali berujung kepada konflik.
![Page 3: Mananjemen Konflikk.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082506/563db86a550346aa9a937da8/html5/thumbnails/3.jpg)
3. Proses Konflik
Ada 6 tahapan proses konflik : kondisi yang mendahului, konflik yang dipersepsi, konflik
yang dirasakan, prilaku yang dinyatakan, penyelesaian atau penekanan konflik, dan penyelesaian
akibat konflik.
Kondisi yang mendahului merupakan penyebab terjadinya konflik. Setelah terjadi konflik,
konflik yang ada dipersepsi atau berusaha diketahui. Kondisi yang ada diantara pihak yang
terlibat atau didalam diri dapat menyebabkan terjadinya konflik. Konflik yang dipersepsi pada
umumnya bersifat logis, tidak personal dan sangat objektif. Disisi lain konflik akan dirasakan
secara subjektif karena individu merasa ada konflik relasi. Perasaan semacam ini sering
diasumsikan sebagai sesuatu yang dapat mengancam integritas diri, memunculkan permusuhan,
perasaan takut dan balikan timbulnya perasaan tidak berdaya (hopeless). Akibat dari kondisi-
kondisi, beberapa individu kemudian melakukan bentuk prilaku nyata (aktual) seperti prilaku
agresi, pasif, asertif, persaingan, debat atau ada beberapa individu yang memecahkan masalah /
konflik. Langkah selanjutnya yang dilakukan terhadap terjadinya konflik adalah prilaku
menyelesaikan atau menekan konflik tersebut. Prilaku tersebut dapat berupa perjanjian diantara
yang terlihat atau kadang melalui tindakan “penaklukan” salah satu pihak. Tahap terakhir dari
proses konflik adalah upaya penyelesaian konflik. Beberapa kejadian konflik sering
meninggalkan “residu” pada pihak yang terlibat. Oleh sebab itu upaya penyelesaikan konflik
sangat penting dilakukan agar nantinya tidak muncul konflik baru.
![Page 4: Mananjemen Konflikk.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082506/563db86a550346aa9a937da8/html5/thumbnails/4.jpg)
Kondisi-kondisi pendahulu
Konflik yang dipersepsi Konflik yang dirasakan
Prilaku yang dinyatakan
Penyelesaian / penekanan konflik
Penylesaian akibat konflik