manajemen ternak potong ok

94
KONTRAK PEMBELAJARAN Manajemen Ternak Potong 3 SKS 2 sks Kuliah, yang terdiri dari : 50 menit x 2 : tatap muka 60 menit x 2 : Tugas Terstruktur 60 menit x 2 : Tugas Mandiri Per minggu ! 1 sks Praktikum : 3 – 4 jam per minggu 1 semester : 12 minggu ( 36 – 48 jam/semester ) Dosen : Dr. Ir. DosoSarwanto, MP Ir. Eko Nurwantini Ir. Sari Eko Tuswati, MP Komponen Penilaian : Kuiz &/ Tugas Terstruktur : 10 % Praktikum : 20 % Ujian Sisipan : 35 % Ujian Utama : 35 % Bonus : Hadir kuliah > 75 % : 10 Hadir kuliah 50 – 75 % : 5 Hadir kuliah < 50 % : 0

Upload: lily-zatnika-f

Post on 14-Feb-2015

83 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Ternak Potong Ok

KONTRAK PEMBELAJARAN

Manajemen Ternak Potong 3 SKS

2 sks Kuliah, yang terdiri dari :

50 menit x 2 : tatap muka

60 menit x 2 : Tugas Terstruktur

60 menit x 2 : Tugas Mandiri

Per minggu !

1 sks Praktikum : 3 – 4 jam per minggu

1 semester : 12 minggu ( 36 – 48 jam/semester )

Dosen : Dr. Ir. DosoSarwanto, MP

Ir. Eko Nurwantini

Ir. Sari Eko Tuswati, MP

Komponen Penilaian :

Kuiz &/ Tugas Terstruktur : 10 %

Praktikum : 20 %

Ujian Sisipan : 35 %

Ujian Utama : 35 %

Bonus :

Hadir kuliah > 75 % : 10

Hadir kuliah 50 – 75 % : 5

Hadir kuliah < 50 % : 0

Page 2: Manajemen Ternak Potong Ok

Pokok Bahasan :

I. Pendahuluan

II. Pengaruh Iklim Tropis terhadap Ternak Potong

III. Pemilihan Lokasi & Jenis Usaha

IV. Pemilihan Bibit

V. Perkandangan

VI. Pemberian Pakan

VII. Pemeliharaan / Pengelolaan

VIII. Peningkatan Mutu Genetik

IX. Pengendalian Penyakit

X. Perkembangbiakan Ternak

Page 3: Manajemen Ternak Potong Ok

I. PENDAHULUAN

A. Pengertian

Pengertian Manajemen menurut :

1. KBBI : “ Proses penggunaan sumber daya manusia secara efektif untuk

mencapai sasaran”

Dalam bidang Peternakan, yang dimaksud

sumber daya : sumber daya ternak

sasaran : keuntungan / pendapatan/ penghasilan

2. Haimann : “ Fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain

dan mengawasi usaha-uasaha individu untuk mencapai tujuan

bersama

Orang lain staff (pegawai) yang membantu manajer

Tujuannya adalah : keuntungan / pelayanan

3. Manulang : “ Seni dan ilmu perencaaan, pengorganisasian, penyusunan,

pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai

tujuan yang sudah ditetapkan”

Seni berkaitan dengan persaan, ilmu terkait dengan rasio.

Manajer dalam melaksanakan tugas tidak hanya

mengandalkan ilmunya, tetapi juga seni

Manajemen meliputi :

1. Perencanaan

2. Pengorganisasian

3. Penyusunan

4. Pengarahan

5. Pengawasan

Page 4: Manajemen Ternak Potong Ok

Jadi pengertian Manajemen meliputi:

- Adanya tujuan

- Mempergunakan kegiatan orang lain

- Dibimbing dan diawasi

Dalam beberapa hal, Manajemen sering diartikan sebagai Tatalaksana

TATALAKSANA : Cara mengurus / menjalankan / mengelola suatu usaha /

perusahaan.

Manajer :

Pejabat yang bertanggungjawab atas terselenggaranya aktivitas manajemen

agar tujuan tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain

Jadi Manajer harus bisa mengelola orang, barang, ternak

Manajer harus bisa mengelola bidang-bidang yang ada, juga proses produksi

yang berjalan secara periodik dan kontinyu yang merupakan siklus

berkesinambungan

Untuk itu seorang Manajer harus mempunyai Sarana :

Sarana Manajemen (6M)

1. Man : fungsi manajer

2. Money : upah/gaji, sapronak dll

3. Materials : lahan, ternak, pakan dll

4. Machines : peralatan

5. Method : cara melakukan pekerjaan

6. Markets : mempertahankan pasar dan mencari pasar baru

Page 5: Manajemen Ternak Potong Ok

Karakteristik Manajer

The Manager : ( I 5 C ) a (P 3 ) a

I 1 : Integrity P 1 : Preparation

I 2 : Industry P 2 : Performance

I 3 : Imagination P 3 : Profil Oriented

I 4 : Initiative

I 5 : Intelligence C : Communication

I 1 : Kejujuran

I 2 : Seorang manajer harus amempunyai orientasi menghasilkan barang / jasa

I 3 : Mempunyai imajinasi (impian/cita-cita/dream)

I 4 : Mempunyai inisiatif (prakarsa)

I 5 : Mempunyai kecerdasar

P 1 : Punya persiapan yang baik

P 2 : Punya penampilan fisik maupun penampilan kerja / hasil yang

berkualitas

P 3 : Berorientasi pada keuntungan

C : Harus bisa berkomunikasi baik ke dalam maupun ke luar

Page 6: Manajemen Ternak Potong Ok

Pengertian TERNAK :

Hewan piara, yang kehidupannya meliputi tempat, perkembangbiakan serta

manfaatnya diatur dan diawasi manusia serta dipelihara khusus sebagai

penghasil bahan dan jasa yang berguna bagi kepentingan manusia.

Hewan piara Ternak Potong adalah :

- Sapi

- Kerbau

- Domba

- Kambing

- Babi

Tempat : kandang, padang gembala

Perkembangbiakan : perkawinan, bunting, lahir

Manfaat : penghasil daging

Dipelihara : pakan, kesehatan

Bahan dan Jasa Ternak Potong

Bahan :

- Ternak

- Karkas (daging, tulang, lemak)

- Kulit

- Wool

- Pupuk

Jasa :

- Tenaga Kerja

- Qurban

- Sesaji

Page 7: Manajemen Ternak Potong Ok

- Karapan

- Makepung

- Adu domba

- Adu sapi

- Adu kerbau

- Ma’pasongla (Toraja)

B. Segitiga Produksi

Produktivitas (Fenotipe) ternak dipengaruhi oleh : Faktor keturunan (genetik)

& Lingkungan

P = G + E

P : Performance (penampilan)

G : Genetic (kemampuan / bakat)

E : Environment (lingkungan / kesempatan)

Fenotipe = Penampilan / prestasi / produksi

Dalam ternak potong, fenotip bisa berupa :

- Bobot badan

- Pertambahan Bobot Badan Harian

- Konversi pakan

- Bobot lahir

- Bobot sapih

- Bobot potong

- Bobot karkas

- Persentase karkas

- Meat bone ratio

Page 8: Manajemen Ternak Potong Ok

Jadi Penampilan = Kemampuan + Kesempatan

P = K + L

P : Penampilan

K : Kemampuan

L : Lingkungan

Faktor Genetik

(= faktor keturunan) Adalah : Faktor yang diturunkan dari tetuanya (Pejantan

dan Induk) melalui ovum dan spermatozoa.

Ditentukan oleh susunan gen pada setiap sel (gen ada di dalam kromosom)

Gen/bakat ada sejak terjadinya pembuahan (bersatunya spermatozoa & Ovum)

Pengaruhnya baka (tetap).

Dapat diturunkan (diwariskan).

- Angka pewarisan (heritability) koefisien heritabilitas : h2

- Angka pengulangan (repetability)

Makin besar angka h2 dari suatu sifat, maka sifat tersebut akan semakin mudah

diturunkan kepada anaknya.

Umumnya h2 yang tinggi adalah pada sifat-sifat produksi, sedangkan sifat-sifat

reproduksi (seperti : selang beranak, siklus berahi) nilai h2 adalah rendah,

artinya tidak banyak dipengaruhi oleh bakat.

Pengulangan; misalnya produksi susu pada laktasi I : 15 liter, laktasi I : 20 liter

per hari diwariskan!

Pemuliabiakan : suatu usaha untuk meningkatkan mutu genetic ternak

Mutu genetic : gen-gen yang dibawa oleh ternak dalam kromosom

Kromosom ada dalam ovum dan spermatozoa

Page 9: Manajemen Ternak Potong Ok

Usaha peningkatan mutu genetik :

a. Seleksi : memilih ternak-ternak yang akan diakembangkan

(dipelihara) untuk dikembangbiakan

b. Persilangan : meningkatkan mutu genetik lewat pemanfaatan

heterosis, missal A (BB maks 600 kg); B (BB maks. 800 kg)

turunan dari A X B bisa mencapai BB 600- 800 kg atau > 800 kg,

bisa juga BB , 600 kg, tetapi performansnya baik

Faktor Lingkungan : Pakan, tatalaksana

- Selain faktor genetik

- Tidak baka bisa berubah-ubah

- Tidak diwariskan

Gen akan muncul kalau lingkungannya memadai; atau dapat dikatakan bahwa

Bakat akan keluar kalau lingkungan memungkinkan !

Lingkungan ternak meliputi :

- Pemeliharaan (tatalaksana)

- Pakan

- Iklim

Yang termasuk faktor lingkungan :

1. Sosial (antar ternak, antar jenis ternak)

2. Manusia (pemberian pakan, perkandangan)

3. Luar (iklim : tropis, sub tropis)

Jadi Produksi Ternak dipengaruhi oleh :

Genetik (Breeding)

Pakan (Feeding)

Pemeliharaan (Management)

Page 10: Manajemen Ternak Potong Ok

Disebut : Segitiga Produksi

Pemeliharaan

(manajemen)

Produksi

Genetik Pakan

(Breeding) (Feeding)

Jadi ketiga-tiganya harus diperhatikan dan mempunyai kontribusi yang sama

serta tidak ada yang paling penting; semuanya penting

Produksi ternak akan optimal apabila peternak menggunakan bibit yang

mempunyai mutu genetk tinggi disertai dengan pemberian pakan dan

tatalaksana pemeliharaan yang memadai.

Kalau ketiga-tiganya tidak seimbang, produksi tidak optimum

Misal :

Kita memelihara sapi impor yang mempunyai mutu genetik tinggi (misalnya :

Hereford / Shorthorn); tetapi kalau tidak diberi pakan yang baik maka

prstasinya tidak akan baik, bahkan mungkin dapat lebih rendah dari pada sapi-

sapi lokal.

Ayam Broiler, diberi pakan dedak/katul produksinya bisa lebih rendah dari

pada ayam kampung.

Page 11: Manajemen Ternak Potong Ok

Pakan harus cukup dari segi kualitas & kuantitasnya.

Kualitas pakan; yang diukur adalah gizinya, yang meliputi:

- karbohidrat

- protein TDN

- lemak

- mineral

- vitamin

Vitamin, pada ternak Ruminansia tidak begitu penting,

karena bisa membuat sendiri

Jadi pakan dikatakan berkualitas tinggi, bila :

- TDN tinggi

- Mineral tinggi (terutama Ca, P)

Kuantitas Tinggi :

Jumlah pakan; hubungannya dengan Bahan Kering (BK = 2-3% BB)

BK : Bobot Bahan setelah dihilangkan airnya

(dengan dioven, dengan suhu 105oC, selama 24 jam)

Misal :

Berat sebelum dioven X

Berat setelah dioven Y

BK = Y/X x 100%

X = 100 mg

Y = 20 mg

BK = 2/ 100 X 100%

= 20 %

Page 12: Manajemen Ternak Potong Ok

Daun singkong BKnya : 25%, maka kadar airnya : 75%

Misal butuh 4 kg BK

100/25 x 4 kg = 16 kg

Tatalaksana

Bagaimana cara mengelola agar pakan dan genetik yang baik dapat

menghasilkan produksi yang baik.

- Pakan baik dalam hal kualitas dan kuantitasnya; harus disajikan dengan

baik agar bisa terkonsumsi semua; misalnya : rumput dicacah, kalau terlalu

kering ditambah air garam

- Pakan yang terdiri dari Konsentrat dan Hijauan diberikan dengan cara

bagaimana agar dapat terkonsumsi, misalnya konsentrat dulu, sehingga

konsentrat dapat terkonsumsi dan tidak difermentasi, langsung ke abdomen.

- Perkawinan : kalau ternak dari jenis baik jangan disilangkan dengan

ternak lokal; ternak yang jenisnya kurang baik dikawinkan dengan

ternak yang baik

- Kesehatan : walau pakan baik dan genetik baik; kalau sapinya tidak sehat

maka produksi akan turun

- Kandang : Pakan baik, genetik baik, kandang terlalu terbuka banyak

angin, ternak sakit, maka produksi akan turun.

Page 13: Manajemen Ternak Potong Ok

II. PENGARUH IKLIM TROPIS TERHADAP TERNAK POTONG

A. Iklim Tropis

Daerah tropis : 23 o LU – 23 o LS

Iklim TRopis :

1. Iklim Khatulistiwa (super humid)

- Curah hujan : 2032 – 3048 mm

- Suhu Rataan : 27 o C ( 20 – 43 o C)

- Kelembaban tinggi ( > 60 o C)

- 5 o C – 7 o LU s/d 5 o – 7 o LS

- Vegetasi : - hutan hujan tropik

- selalu hijau

- Kesuburan semu hutan direbang : kurus harus banyak pemupukan

2. Iklim Basah (humid)

- Suhu tinggi

- Curah hujan Tinggi menyebabkan ternak stress

- Kelembaban TInggi

- Sebelah utara dan selatan khatulistiwa

3. Iklim Agak Basah (sub humid)

4. Iklim Agak Kering (semi arid)

5. Iklim Kering (arid)

Page 14: Manajemen Ternak Potong Ok

B. Pengaruh Iklim Tropis terhadap ternak

Pengaruh Langsung

1. Termoregulasi ( pengaturan panas tubuh)

Termo : panas

Regulasi : pengaturan

Faktor yang berpengaruh :

- Suhu tinggi : 20 – 32 oC ( rata-rata : 27 oC)

- Kelembaban tinggi : > 70 %

- Curah hujan tinggi : 2000 – 3000 mm / tahun

Ternak kita termasuk ternak mamalia yang bersifat homoiterm, maka ternak

berusaha mempertahankan suhu tubuh agar tetap (konstan).

Suhu tubuh harus konstan, supaya fungsi-fungsi fisiologis tubuh ( pernapasan,

pencernaan, metabolisme, reproduksi) berjalan dengan normal.

Ternak harus mengadakan termoregulasi untuk mempertahankan suhu tubuh

agar tetap hidup.

A. Regulasi Fisik

- Berkeringat : mengeluarkan panas tubuh penguapan ; suhu tubuh

turun

Terutama pada ternak sapi, kambing dan domba.

Ternak potong yang paling efektif membuang panasnya lewat keringat

adalah ternak sapi, karena jumlah kelenjar keringat banyak; permukaan

tubuhnya luas

Yang paling tidak efektif adalah ternak kerbau; karena : jumlah kelenjar

keringat sedikit

Page 15: Manajemen Ternak Potong Ok

- Pernapasan

Bernapas : membuang panas tubuh

- Berkubang menyentuh benda lain yang lebih dingin (air, lumpur)

terutama pada ternak kerbau & babi

- Aliran darah

B. Regulasi Kimia

Dilakukan dengan : Termolisis dan Termogenesis

- Termolisis : pengurangan / pembuangan panas

Pada saat suhu lingkungan tinggi; melakukan termolisis (mengurangi

produksi

panas : menghentikan termogenesis) sambil melakukan pembuangan panas

- Termogenesis : pembuatan panas ( usaha tubuh untuk membuat energi)

Pada saat suhu lingkungan dingin : membakar karbohidrat, protein dan

lemak

sehingga cepat lapar konsumsi pakan meningkat.

2. Pakan

- Feed Intake ( konsumsi pakan ) rendah; karena banyak panas

- Water Intake tinggi

- Feed Efisiensi ( pbbh/kg pakan) rendah pakan yang menjadi tubuh kecil

- Zat makanan hilang lewat lkeringat tinggi (terutama mineral dan zat besi)

3. Pertumbuhan rendah

4. Produksi susu rendah pertumbuhan anak juga rendah

Page 16: Manajemen Ternak Potong Ok

5. Reproduksi : fertilitas (tingkat kesuburan) rendah

Produksi hormon rendah, karena feed efisiensi rendah Hormon mengandung

zat-zat makanan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin-vitamin)

Produksi ovum dan sperma rendah fertilitas rendah

Pengaruh Tidak Langsung

1. Kualitas daan kuantitas pakan

Hubungannya dengan kualitas konsentrat dan hijauan, terutama hijauan

Andungan gizi yaitu : protein, serat kasar (karbohidrat) lemak, mineral, vitamin

dan air

Dari segi kualitas, bahan pakan di daerah tropis : kadar airnya tinggi, sehingga

Bahan keringnya rendah

Cara menghitung BK

Bobot awal : X kg

Oven pengering 105 oC selama 12-24 jam

Bobot akhir : Y kg

Kadar Air = X-Y / X x 100 %

Kualitas pakan rendah

- Kadar air tinggi Bahan Kering rendah

- Protein Kasar rendah serat kasar (karbohidrat) tinggi

- Mineral rendah banyak hujan erosi pencucian tanah mineral

rendah

Mineral tanah rendah mineral pakan juga rendah

Kuantitas pakan

- Persediaan pakan fluktuatif antara musim kemarau dan musim penghujan

Pada musim penghujan : tinggi

Pada musim kemarau : rendah

Page 17: Manajemen Ternak Potong Ok

Mengapa Protein kasar rendah ?

Protein terdiri dari Nitrogen; Nitrogen mudah menguap

Karena di daerah tropis suhunya tinggi N menguap

Kandungan N dalam tanah rendah diserap tanaman kandungan N pakan

rendah !

2. Parasit dan Penyakit

- Suhu tinggi;

- Kelembaban Tinggi

Cocok untuk internal dan eksternal parasit, jamur, cacing, vektor penyakit

Di daerah tropis banyak parasit dan penyakit, sedangkan di daerah sub tropis

hamper tidak ada;

Karena parasit tidak dapat hidup pada : suhu rendah dan kelembaban rendah

3. Penanganan Hasil ternak

Hasil ternak cepat rusak,

Suhu dan kelembaban tinggi banyak mikroba bahan makanan cepat

rusak

Harus dilakukan penyimpanan &/ penanganan yang membutuhkan biaya tinggi

- Penyimpanan : harus disimpan dalam kulkas / freezer

- Penanganan : harus dilakukan prosesing (penanganan) dibuat abon,

dendeng, korned dll.

Di aderah tropis produk hasil ternak mahal, karena butuh biaya tinggi untuk

penyimpanan dan prosesing; agar produk tidak cepat rusak.

Sedangkan di daerah sub tropis produk hasil ternak tidak cepat rusak, karena

suhu rendah dan kelembaban rendah, sehingga parasit dan penyakit tidak dapat

hidup pada suhu dan kelembaban yang rendah.

Page 18: Manajemen Ternak Potong Ok

III. PEMILIHAN JENIS DAN LOKASI USAHA

A. Pemilihan Jenis Usaha

1. Sapi Potong

Kelebihan :

1. Populer (tidak asing) bagi petani peternak, termasuk di daerah trans &

kering

2. Dapat dipelihara dari skala usaha kecil sampai besar

3. Dapat memanfaatkan pakan kualitas rendah; seperti : rumput gajah, jerami,

kulit (kakao, kopi, nanas), ampas tebu (bagas), bungkil (kapuk, kedelai,

jarak); karena sapi mempunyai mikroba rumen yang sangat banyak

4. Respon terhadap perbaikan pakan cukup tinggi (jika diberi pakan cukup

baik, cepat menjadi gemuk). Respon ini pada ternak: Babi > Sapi >

kambing/domba

5. Mudah beradaptasi dengan lingkungan; walau panas/dingin

6. Konsumen sangat luas (tak ada batas)

Kekurangan :

1. Sebagian besar dipelihara petani peternak; dengan manajemen tradisional,

sehingga potensi yang sesungguhnya kurang optimal

2. Relatif butuh modal dan lahan yang cukup besar bila diusahakan sebagai

persh

3. Pakan (hijauan) tergantung musim

4. Pengadaan bibit dan bakalan terbatas (bibit : untuk perkembangbiakan =

calon induk/pejantan; bakalan : untuk penggemukan).

Page 19: Manajemen Ternak Potong Ok

2. Kambing & Domba

Kelebihan :

1. Akrab dengan petani peternak

2. Modal relatif kecil

3. Siklus reproduksi lebih singkat (beranak kembar; beranak 3x / 2 tahun)

4. Pakan dapat dipenuhi dari sekitar kandang

5. Mudah beradaptasi dengan lingkungan

6. Peluang ekspor tinggi, terutama ke Timur Tengah, khususnya Saudi Arabia

(menjelang musim haji; tiap tahun butuh sekitar dua juta. Syarat min. 20

kg; Indonesia sangat dipercaya karena penduduknya sebagian besar

muslim).

Kelemahan :

1. Manajemen sebagian besar secara tradisional

2. Investor kurang tertarik (respon terhadap perbaikan pakan kurang baik dan

segmen konsumen terbatas)

3. Kurang dapat memanfaatkan limbah

(mikroba rumen tidak segera merespon jika ada pakan baru).

3. Babi

Kelebihan :

1. Sangat produktif (litter size: 7-11 ekor, beranak 2x/tahun)

2. Konversi pakan sangat efisien : 2,4 – 4,0 kg / kg BB

3. Persentase karkas tinggi : 75 – 80 %

4. Pengembalian modal cepat

5. Biaya dan tenaga kerja relatif kecil

Page 20: Manajemen Ternak Potong Ok

6. Bibit mudah didapat

Kelemahan :

1. Hambatan faktor religius (Islam : makan & pendapatan dari babi haram)

2. Segmen konsumen terbatas

3. Kebutuhan air cukup banyak (tidak tahan panas)

4. Adanya monopoli pemasaran

B. Pemilihan Lokasi

Pertimbangan :

1. Faktor input : bibit, pakan, tenaga kerja

2. Faktor output : penjualan produk

Lokasi :

1. Faktor Teknis : suhu, curah hujan, kelembaban, arah angin; ini semua bisa

teratasi bila ternak mudah beradaptasi

Lahan : harus cukup untuk kandang & perlengkapan, kebun/padang

gembala

Ketersediaan air

Ketersediaan pakan

Ketersediaan bibit

Ketersediaan tenaga kerja

Lahan untuk kandang :

- lebih tinggi dari daerah sekitar

- tanah menyerap air / dekat sungai

- luas cukup untuk perluasan

Page 21: Manajemen Ternak Potong Ok

2. Faktor Ekonomi

1. Biaya input

2. Transportasi

3. Pemasaran

3. Faktor Sosial

1. Religius

2. Adat

3. Konflik Sosial

4. Keamanan

5. Tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah (perencanaan wilayah)

Page 22: Manajemen Ternak Potong Ok

IV. PEMILIHAN BIBIT

A. Pengertian Bibit dan Benih

Dalam suatu usaha peternakan, pemilihan bibit unggul merupakan suatu

keharusan yang harus dilakukan karena bibit merupakan salah satu kunci

keberhasilan dari usaha peternakan. Bibit yng baik didukung pakan yang

baik dan tatalaksana yang baik akan mendapatkan produksi yang optimal

Ternak yang dipilih untuk digunakan sebagai bibit harus didasarkan pada

sifat-sifat produksi tinggi guna memperoleh produksi yang maksimal.

Untuk menjamin mutu produksi yang sesuai dengan permintaan

konsumen diperlukan bibit ternak yng bermutu, oleh karena itu diperlukan

pengaturan mengenai standar mutu atau kualitas bibit ternak dan

produksinya.

Tujuan utama standarisasi adalah untuk meningkatkan daya saing hasil

peternakan di pasaran dalam dan luar negeri yang diharapkan dapat

meningkatkan penerimaan devisa negara dan pendapatan petani.

Bagi ternak-ternak tertentu, standar mutu bibit diatur dalam Standar

Pertanian Indonesia Bidang Peternakan (SPINAK) No. 01/43/1988 yang

dituangkan dalam SK Meteri Pertanian No. 3568/Kpts/TN.410/5/1988.

sedangkan bagi ternak yang belum diatur dalam Standarisasi Mutu diatur

dalam Kesepakatan Teknis.

Bibit Ternak : semua ternak hasil proses penelitian dan pengkajian dan atau

ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk

dikembangkan dan atau produksi

Benih : calon bibit ternak yang mempunyai kemampuan persyaratan tertentu

untuk dikembangbiakan seperti : mani (semen), sel telur (oocyt),

telur tetas dan embrio

Sumber : Pedoman Pembibitan Ternak Nasional

Page 23: Manajemen Ternak Potong Ok

Hardjosubroto (1994):

Bibit Sapi : pedet/sapi muda yang dipelihara untuk menjadi sapi potong baik

jantan maupun betina

Sapi Bibit : Sapi yang memenuhi persyaratan tententu dan dibudidayakan

untuk reproduksi dengan tujuan utama produksi daging dan atau

tenaga kerja

Mani dan embrio termasuk didalam artian sapi bibit

Mani : untuk IB : mani cair (segar) & mani beku (frozen semen)

Oocyt : untuk embrio transfer (transfer embrio.

Di Indonesia, semen beku berasal dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) :

- Ungaran

- Lembang

- Singosari (Jawa Timur)

Cara thawing semen yang berasal dari container bersuhu – 196 oC

Rendam dalam air tenggelam : masih bagus; terapung : kosong/bocor

Prinsip IB :

Ada pejantan unggul menghasilkan banyak semen ; bisa mengawini

banyak betina

Jadi, IB adalah untuk memanfaatkan pejantan unggul semaksimal mungkin

Misal : untuk kawin alam ; satu ekor sapi jantan bisa mengawini 75-100

betina

Tetapi dengan IB, satu ekor sapi bisa untuk 7.500 – 10.000 betina (100x)

Page 24: Manajemen Ternak Potong Ok

Prinsip Embrio Transfer :

Untuk memberdayakan betina unggul

Misal : secara alami, betina bisa menghasilkan anak setiap tahun satu ekor

Tetapi dengan embrio transfer bisa menghasilkan anak lebih banyak

Caranya betina disuntik dengan hormon agar terjadi super ovulasi, sehingga

bisa mengahasilkan ovum lebih dari satu (bisa sampai 10)

Ovum tersebut diambil, di IB, sehingga menghasilkan banyak embrio.

Embrio diambil dititipkan pada betina lain (resipien) yang sudah siap

bunting (caranya : disuntik dengan hormon penyerentakan berahi)

Penentuan Umur sapi :

Pedet : < 1 tahun : gigi belum ada yang berganti

Sapi Muda : 1 – 3 tahun : 1-2 pasang gigi berganti (poel)

Sapi Dewasa : > 3 tahun : 3-4 pasang gigi berganti

Dasar Pemilihan Bibit

A. Berdasarkan Silsilah (pedigree)

Silsilah : catatan prestasi produksi tetua (induk dan pejantan)

Catatan dilakukan oleh perusahaan-perushaan besar (di Indonesia biasa

dilakukan

pada ternak perah; ternak potong masih jarang)

Catatan pada ternak potong :

- Berat lahir Berat dewasa

- Berat sapih Bobot potong

- Pbbh

(kalau tidak ada timbangan untuk mengukur BB penaksiran menggunakan

LD

Page 25: Manajemen Ternak Potong Ok

Rumus yang sangat terkenal untuk menaksir BB adalah Rumus Schrool, yaitu :

BB = (LD + 22) 2 100

untuk sapi-sapi Bos Taurus (sapi-sapi di Eropa)

Kalau digunakan untuk sapi-sapi di Indonesia (sapi tropis) Bos Indicus

biasanya terlalu berat;

Misal : LD = 100 cm

BB = (100+22) 2 = (122) 2 100 100

= 148,86 kg

Kalau ditimbang kurang dari 148,86 kg

yang cocok :

BB = (LD+5) 2 100

BB = (100+5) 2 100

= 110,25 kg

Selisih : 38 kg

untuk sapi-sapi gemuk; untuk sapi-sapi kurus lebih kecil lagi; lebih-lebih

untuk pedet

Page 26: Manajemen Ternak Potong Ok

Hasil dari seleksi berdasarkan silsilah :

a. sapi potong :

- Bobot pada umur tertentu (bobot lahir, bobot sapih, bobot dewasa)

- Kecepatan pertumbuhan (pbbh)

- Ukuran tubuh tertentu (tinggi gumba, lingkar dada, panjang badan)

b. Kambing & Domba :

- Bobot pada umur tertentu

- Kecepatan pertumbuhan

- Produksi dan karakteristik wool

- Indeks fertilitas induk

c. Babi :

- Seleksi Indeks

Indeks Induk = 100 + 6,5 ( L – L ) + 1.0 (W – W)

L : Jumlah anak hidup

L : Rata-rata jumlah anak hidup

W : Bobot anak (21 hari)

W : Rata-rata bobot 21 hari

Pemilihan bibit berdasarkan Pedigree masih jarang dilakukan;

Yang banyak dilakukan adalah seleksi berdasarkan Eksterior.

Page 27: Manajemen Ternak Potong Ok

B. Berdasarkan Eksterior (bentuk luar)

Berdasarkan pengamatan, yaitu dengan :

- melihat

- memegang / meraba

Ciri-ciri umum bibit yang baik :

1. Sesuai dengan bangsanya

- Sapi Ongole : putih abu-abu

- Sapi Bali : merah bata

- Sapi Bos Indicus : mempunyai punuk

Misal : Sapi Bali

- Warna pedet : merah bata

- Menjelang dewasa : betina : merah bata; jantan : kehitaman

- Dilihat dari belakang, bokongnya ada lingkaran putih

Bos Indicus (sapi-sapi Asia) : tinggi, ramping, berpunuk, bergelambir

- tinggi agar jauh dari tanah, sehingga tidak panas

- berpunuk & bergelambir untuk memperluas permukaan tubuh; agar

tempat untuk membuang panas lebih luas

Bos Taurus (sapi-sapi Eropa) :

- pendek agar dekat dengan tanah, sehingga tidak kedinginan

- permukaan tubuh sempit agar kontak dengan udara luar sesedikit

Mungkin

Page 28: Manajemen Ternak Potong Ok

2. Sesuai dengan tujuan pemeliharaan , misalnya :

- Penghasil daging :

- Penghasil wool :

Pejantan : gagah, scrotum kenyal

Induk : ambing simetris

3. Sehat; dengan cirri-ciri :

- mata bersinar

- bulu halus dan mengkilap

- kulit elastis

- sikap berdiri tegak

- lincah, riang, kuat

- nafsu makan baik

4. Sesuai dengan standar (bila ada)

Contoh standar

Standar Umum Bibit Sapi (SPINAK 01/43/1988)

* Sapi Madura

1. Sifat Kualitatif

a. Warna : merah bata / merah coklat bercampur putih dengan batas

yang tidak jelas pada bagian paha

b. Tanduk : kecil, pendek serta memngarah ke bagian luar

c. Bentuk badan : tubuh kecil, kaki pendek ; betina tidak berpunuk,

jantan punuk berkembang baik dan jelas

2. Sifat Kuantitatif

a. Tinggi gumba :

Betina : minimal 105 cm, maksimal 108 cm

Page 29: Manajemen Ternak Potong Ok

Jantan : minimal 115 cm, maksimal 125 cm

b. Umur ternak :

Betina : 18 – 24 bulan (maksimal punya 1 pasang gigi seri tetap)

Jantan : 24 – 36 bulan (min. punya 1 ps. gigi tetap, max punya 2 ps.)

Standar untuk Babi Parent Stock

Standar Umum

a. Babi bibit Parent Stock harus mempunyai surat keterangan atau jaminan

dari perusahaan Babi Bibit Grand Parent Stocknya;

mengenai : warna, bentuk badan dan kualitasnya sebagai babi bibit

b. Babi bibit Parent Stock harus sehat dan bebas dari cacat fisik seperti :

cacat mata (kebutaan), pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal serta

tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya

c. Semua bibit Parent Stock betina harus bebas dari cacat alat reproduksi.

abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemabdulan

d. Babi bibit Parent stock jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak

menderita cacat pada alat kelaminnya, terutama testis harus satu pasang

Standar Khusus :

1. Umur Dewasa kelamin :

- Betina : 5 bulan

- Jantan : 5 bulan

2. Babi bibit Parent Stock dapat mencapai BB dewasa kelamin :

- Betina : 80 – 90 kg

Page 30: Manajemen Ternak Potong Ok

- Jantan : 80 – 90 kg

3. Berasal dari tetua Induk dengan jumlah anak lahir hidup per kelahiran :

- Dari jalur jantan : + 7 ekor

- Dari jalur betina : 8 – 9 ekor

4. Bobot Lahir Anak :

- Dari jalur jantan : + 1,3 kg

- Dari jalur betina : 1,2 – 1,4 kg

5. Rataan pbbh :

- Dari jalur jantan : + 685 gr

- Dari jalur betina : 740 – 70 gr

5. Calon Pejantan

- Dada dalam dan lebar

- Testis normal

- Nafsu berahi tinggi

6. Calon induk

- Tidak terlalu gemuk

- Letak vulva normal

- Ambing normal

- Puting normal (jumlah dana bentuk), missal : sapi 4, babi 12

- Sifat mengasuh anak (mothering ability) baik

Page 31: Manajemen Ternak Potong Ok

Ciri khusus Ternak Bibit

Sapi Potong

Standar Mutu Bibit (SK Mentan 358/TN410/88)

- Sapi Madura

- Sapi Bali

- Sapi Ongole

- Sapi Peranakan Ongole (PO)

- Sapi Brahman Lokal

- Kerbau

Sapi Kupang : sapi bali yang telah beradaptasi (dan mengalami perubahan)

terhadap lingiungan yang ada di Kupang (NTT); yaitu : lingkungan lebih berat

warnanya lebih kasar

Sifat kualitatif :

- Warna

- Tanduk

- Bentuk Badan

Sifat Kuantitatif :

- tinggi Gumba

- Umur

Warna sapi Brahman tidak Uniform , karena terbentuk dari empat (4) bangsa,

yaitu :

- Sapi Gir

- Sapi Krishna Valley

- Sapi Nellore

- Sapi Gujarat

Page 32: Manajemen Ternak Potong Ok

Sapi PO

- Sekarang sudah tidak begitu disukai, karena penggunaan sebagai tenaga

kerja sudah berkuarang (diganti dengan traktor)

- Yang lebih disukai adalah Simmental, karena hasil daging baik;

tetapi pakan harus lebih baik

Sapi Jantan :

- Testi Simetria kanan dan kiri

- Testis kenyal dan elastis

Sapi Betina :

- Putting : empat buah dan simetris

- Ambing : besar dan simetris

- Vulva : tidak terlalu ke atas

Kambing dan Domba :

- Sama dengan sapi, hanya ditambah : Jantan dan betina dari keturunan kembar !

Babi :

Standar Mutu Bibit Impor

1. Standar Mutu Bibit babi Grand Parent Stock (GPS)

2. Standar Mutu Bibit babi Parent Stock (PS)

3. Standar Mutu Bibit babi Lokal (babi Jawa, babi Sumatra, babi Bali)

Standar Umum :

- SK dari perusahaan di atasnya

- Bebas dari cacat fisik dan reproduksi

Page 33: Manajemen Ternak Potong Ok

Standar Khusus

- Bobot ternak

- Dari induk dengan litter size tertentu

- Ambing baik; putting 6 pasang dan simetris

Klasifikasi Bibit

1. Secara Umum

a. Bibit Dasar (Foundation Stock) bibit hasil pemuliaan

- Spesifikasi tertentu

- Mempunyai silsilah

- Untuk menghasilkan bibit induk

b. Bibit Induk (Breeding Stock)

- Spesifikasi tertentu

- Mempunyai silsilah

- Untuk menghasilkan bibit sebar

c. Bibit Sebar (bibit niaga = Commercial Stock)

- Spesifikasi ternentu

- Untuk digunakan dalam proses produksi

yang komplit pada ternak ayam dan babi !

2. Secara Khusus (pada unggas dan babi)

a. Bibit Galur Murni (pure line / PL)

- Spesifikasi tertentu

- Menghasilkan bibit nenek Grand Parent Stock = GPS)

Page 34: Manajemen Ternak Potong Ok

b. Grand Parent Stock (GPS) = Bibit Nenek

- Sesifikasi tertentu

- Menghasilkan bibit induk (Parent Stock = PS)

c. Parent Stock (PS) = Bibit Induk

- Spesifikasi tertentu

- Menghasilkan bibit sebar (bibit niaga) = Final Stock (FS)

d. Final Stock (FS) = Bibit sebar (bibit Niaga)

- Spesifikasi tertentu

- Untuk dipelihara hingga menghasilkan daging / telur

yang dipelihara langsung oleh peternak

Perusahaan di Indonesia baru sampai dengan : GPS

Untuk galur Murni biasanya masih impor

Betina PO >< Pejantan Simmental

F1

- Jantan : untuk digemukkan; dipotong

- Betina >< Simmental

F2

- Jantan : digemukkan; dipotong

- Betina >< Simmental

F3

Keturunan persilangan sapi Simmental jantan harus digemukkan untuk dipotong;

jangan smpai untuk mengawini betina; karena akan mennurunkan mutu genetic;

karena gen Simmental sudah turun !

Page 35: Manajemen Ternak Potong Ok

Betina hasil persilangan sebaiknya dibeli oleh pemerintah; digunakan untuk bibit;

jangan sampai keluar dari kawasan tesebut

A. Pemilihan Bibit sapi dan Kerbau

Secara umum pada pemilihan bibit ternak, harus diperhatikan sehat

tidaknya ternak calon bibit. Adapun tanda-tanda ternak sehat adalah :

a. Mata bersinar, tidak terdapat kondisi patologik

b. Bulu halus dan mengkilap

c. Kulit tampak elastis

d. Sikap berdiri tegak, kuat dan semua bagian tubuh didukung oleh

keempat kaki dengan teracak yang rata

e. Gerak lincah dan kuat

f. Nafsu makan cukup baik, bila diberi ransum lain cepat menyesuaikan

Standar Umum Mutu Bibit Sapi

a. Sapi harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti : cacat mata

(kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan bulu abnormal

b. Sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing

serta tidak menunjukkan gejala kemandulan

c. Sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat

pada alat kelaminnya

Contoh standar mutu bibit sapi berdasarkan SPINAK/01/43/1988 adalah :

Standar Mutu Bibit Sapi Peranakan Ongole (PO)

Sifat Kualitatif :

a. Warna : putih kelabu atau kehitam-hitaman

b. Tanduk : relatif pendek, pada yang betina lebih pendek dibanding jantan

Page 36: Manajemen Ternak Potong Ok

c. Bentuk badan : kepala relatif pendek dengan profil melengkung. Punuk

besar mengarah ke leher, lipatan-lipatan kulit yang terdapat di bawah perut

dan leher menuju ke arah leher, kaki panjang dan kokoh

Sifat Kuantitatif :

a. Tinggi gumba : betina 112 - 118 cm.

jantan 118 - 125 cm

b. Umur : betina 18 - 24 bulan ( maksimal ganti gigi 1 pasang )

Jantan 24 – 36 bulan (ganti gigi 1 – 2 pasang )

Standar Umum Mutu Bibit Kerbau (berdasarkan Kesepakatan Teknis)

a. Kerbau bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat

mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal

serta tidak terdapat kelainan tulang

b. Semua Kerbau bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi,

abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan

c. Kerbau bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita

cacat pada alat kelaminnya

Contoh standar mutu bibit kerbau berdasar Kesepakatan Teknis

Standar Mutu Bibit Kerbau Lumpur (Swamp buffalo)

Sifat Kualitatif :

a. Warna : kulit berwarna abu-abu, hitam serta bulu berwarna abu-abu

sampai hitam

b. Tanduk : mengarah ke belakang horizontal, bentuk bulat panjang dengan

bagian ujung yang meruncing serta membentuk setengah lingkaran

Page 37: Manajemen Ternak Potong Ok

c. Bentuk badan : kondisi badan baik, bagian belakang penuh dengan otot

yang berkembang, leher kompak dan kuat serta mempunyai proporsi yang

sebanding dengan badan dana kepala, ambing berkembang dan simetris

Sifat Kuantitatif :

a. Tinggi gumba : betina 120 – 125 cm, jantan 125 – 130 cm

b. Umur : betina 24 – 36 bulan (maksimal ganti gigi 1 pasang),

jantan 30 – 40 bulan ( ganti gigi 1 – 2 pasang )

c. Berat badan : betina 250 – 300 kg, jantan 300 – 350 kg

B. Pemilihan Bibit Domba dan Kambing

Produktivitas induk domba dan kambing sangat ditentuka oleh kelahiran

anaknya. Induk muda yang mampu melahirkan anak kembar pada kelahiran

pertama ada kecenderungan melahirkan kembar pula pada waktu selanjutnya.

Induk-induk inilah yang dikehendaki dalam memilih bibit karena dapat

menurunkan kembar, walaupun kemungkinan peluang hanya 15%.

Kriteria pemilihan bibit yang biasa digunakan sebagai pedoman dalam

rangka melakukan seleksi terhadap ternak domba dan kambing adalah :

a. Sehat; tanda-tanda domba dan kambing yang sehat antara lain : mata

bersinar dan bersih, bulu mengkilat dan bersih, selaput lendir mata

dan kulit tidak pucat, gerakannya aktif, hidung dan mulut tidak

mengeluarkan cairan, dan anus tampak bersih

b. Bangsa; menurut kesukaan peternak dan konsumen, dengan memilih

bangsa domba/kambing yang biasa diternakkan di daerah sekitar.

c. Kesuburan; induk yang subur adalah yang memliki banyak anak

setiap melahrikan

Page 38: Manajemen Ternak Potong Ok

d. Temperamen; induk yang mempunyai temperamen yang baik yaitu

induk yang mau merawat anaknya dengan rajin dan selalu menyusui

anaknya

e. Produksi susu tinggi; untuk memberikan jaminan hidup dan

pertumbuhan anak yang baik sampai disapih, diharapkan induk

mampu mensuplai susu yang cukup.

1. Pemilihan Bibit Berdasarkan Silsilah (Pedigree)

Silsilah adalah suatu catatan tertulis dari keadaan yang lampau, serta

suatu estimasi akan penampilan seekor ternak. Sebagai contoh seekor pejantan

yang telah menurunkan anak-anak dengan bobot sapih tinggi serta mempunyai

anak yang kualitas wool atau karkas yang bagus, maka dapat diharapkan pejantan

itu memang mampu meneruskan sifat-sifat baik tersebut kepada keturunannya.

Pemilihan bibit dengan menggunakan silsilah merupakan cara yang

terbaik, karena dari silsilah ini akan dapat diketahui prestasi produksi dari induk

dan pejantannya.

2. Pemilihan Bibit dengan cara Melihat Bagian Tubuh Luar (Eksterior)

Penilaian penampilan atau performance domba dan kambing diamati

pada keadaan tubuh luar, yaitu dengan memegang/meraba ataupun melakukan

pengamatan. Penilaian terhadap domba dengan pengamatan lebih sulit dibanding

dengan kambing, karena pada umumnya domba memiliki bulu yang tebal.

Agar diperoleh hasil yang baik pada penilaian dengan pengamatan, maka

perlu dilakukan pengamatan dari samping, muka dan belakang.

a. Pengamatan dari samping

Secara umum tubuh tampak besar, bagian atas dan bawah tubuh rata, kaki

pendek, lurus dan kuat

b. Pengamatan dari depan

Moncong besar berbentuk segi empat dengan lubang hidung cukup lebar, mata

besar, dada dalam dan jarak kedua kaki depan relatif lebar

c. Pengamatan dari belakang

Page 39: Manajemen Ternak Potong Ok

Mulai dari bahu sampai ke ujung pantat cukup lebar, padat dan berisi

d. Menilai dengan memegang/meraba

Perabaan dimulai dari leher, punggung, pinggang sampai pantat.

3. Pemilihan Domba dan Kambing Calon Bibit

Tanda-tanda Pejantan Calon Bibit :

a. Sehat, tubuh besar (sesuai umur), relatif panjang dan tidak cacat

b. Dada dalam dan lebar

c. Kaki lurus dan kuat

d. Tumit tinggi

e. Penampilan gagah

f. Aktif dan besar nafsu kawinnya

g. Testis normal (2 buah, sama besar dan kenyal)

h. Alat kelamin kenyal dan dapat ereksi

i. Sebaiknya berasal dari keturunan kembar

j. Bulu bersih dan mengkilat

Tanda-tanda betina calon bibit :

a. Sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat

b. Kaki lurus dan kuat

c. Alat kelamin normal

d. Mempunyai sifat mengasuh anak yang baik

e. Ambing normal (halus, kenyal, tidak ada infeksi/pembengkakan)

f. Sebaiknya berasal dari keturunan kembar

g. Bulu bersih dan mengkilap.

Page 40: Manajemen Ternak Potong Ok

C. Pemilihan Bibit Ternak babi

Prinsip-prinsip dasar Pemilihan Ternak

Pada umumnya para ahli dalam memilih ternak babi untuk dipelihara dapat

menggunakan 4 (empat) dasar pemilihan, yaitu :

a. Judging; yaitu pemilihan berdasar visual; biasanya digunakan pada

arena lomba

b. Pedigree; yaitu pemilihan didasarkan pada prestasi yang

ditunjukkan oleh nenek moyangnya

c. Penampilan ternak

d. Pengujian atau tes produksi seperti yang diatur dalam kesepakatan

teknis

Sifat-sifat ternak babi ditinjau dari kepentingan ekonomi dapat diklasifikasikan ke

dalam 3 (tiga) golongan, yaitu produktif, reproduktif dan struktural.

Karena setiap sifat yang diamati pada ternak sebagian ditentukan oleh faktor

genetik dan sebagian oleh lingkungan, maka memilih ternak untuk bibit

hendaknya memilih individu-individu yang berpotensi variasi genetik yang baik

dipandang dari sudut ekonomi.

Pemilihan bibit dalam usaha ternak potong babi, bila ditinjau dari sudut tujuan

pemeliharaan dapat dibedakan menjadi 2(dua) golongan, yaitu :

a. Pemilihan bibit babi bakalan (jantan dan betina) untuk tujuan produksi

anak

b. Pemilihan bibit babi bakalan untuk tujuan digemukkan, kemudian dijual.

Pemilihan bibit babi ditekankan pada :

- Sifat-sifat genetic dari tetuanya

- Penampakan sifat-sifat kelamin sekunder

- Laju pertumbuhan dan efisiensi dalam penggunaan pakan

Page 41: Manajemen Ternak Potong Ok

- Kesehatan ternak

Pemilihan babi bakalan ditekankan pada :

- Laju pertumbuhan

- Efisiensi pakan

- Kesehatan ternak

Memilih Babi Dara dan Pejantan Muda

Memilih babi dara atau pejantan muda paling sedikit harus sebaik keduanya

(induk/pejantannya) atau lebih superior dalam hal produk, kualitas dan

performance yang potensial yang dapat diteruskan keturunannya dikelak

kemudian hari.

Sifat-sifat yang baik dari calon babi dara :

a. Berasal dari tetua yang berkualitas genetik yang baik

b. Berbadan sehat, mata bersih dan bersinar, gerakannya lincah, serta berat

badannya sesuai dengan standar berat badan masing-masing bangsa/jenis

ternak

c. Mempunyai minimal 6 pasang puting susu yang simetris dan mampu

menghasilkan air susu yang cukup untuk anak yang diasuh

d. Memiliki kaki yang kokoh dan lurus sehingga mampu menopang beban dari

berat pejantan waktu kawin maupun berat masa bunting

e. Mempunyai sifat keibuan

f. Mempunyai sifat performans seperti laju pertumbuhan dan koefisien pakan

yang lebih baik dari ternak biasa atau rata-rata ternak

Sifat-sifat yang baik dari pejantan muda :

a. Berasal dari tetua atau nenek moyang yang berkualaita genetik baik

b. Berbadan sehat, mata bersih dan bersinar, gerakannya lincah, berat badannya

sesuai dengan standar berat badan masing-masing bangsa/jenis babi

c. Memiliki kaki yang kuat dan tegak serta letaknya baik agar bebas bergerak

Page 42: Manajemen Ternak Potong Ok

d. Mempunyai sifat performance yang baik, misalnya laju pertumbuhan serta

koefisien penggunaan pakan

e. Sifat kejantanannya terlihat nyata dan agresif

V. PERKANDANGAN

Kandang sebagai tempat tinggal ternak sepanjang waktu harus

diperhatikan oleh peternak. Peternak harus sadar bahwa kehidupan ternak

sepenuhnya berada dibawah pengawasan manusia, dan segala kebutuhan hidup

mereka juga dibawah pengaturan dan tanggung jawab peternak itu sendiri.

Perlindungan terhadap lingkungan yang mereka hadapi seperti terik matahari,

hujan, angin kencang dan sebagainya yang menimpa ternak harus menjadi

pemikiran peternak.

Bangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak

harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman, sesuai dengan

tuntutan hidup mereka. Jadi bangunan kandang diupayakan pertama-tama adalah

untuk melindungi ternak dari gangguan kuar yang merugikan, baik terhadap

sengatan terik matahari, kedinginan, kehujanan, tiupan angin kencang dan lain-

lain.

Selain itu, kandang yang dibangun harus bisa menunjang peternak, baik

dalam segi ekonomis maupun segi kemudahan dalam pelayanan. Dengan

demikian diharapkan bahwa dengan adanya bangunan kandang ini ternak tidak

berkeliaran di sembarang tempat dan kotorannyapun dapat dimanfaatkan seefisien

mungkin.

Fungsi kandang dalam usaha peternakan pada umumnya adalah :

1. Untuk menghindari ternak terhadap lingkungan yang merugikan dari

angin kencang, air hujan dan terik matahari

Page 43: Manajemen Ternak Potong Ok

2. Untuk mempertahankan kehangatan di dalam kandang pada waktu

malam hari atau pada waktu cuaca dingin

3. Mempermudah tatalaksana

4. Mempermudah pengawasan dalam penggunaan pakan

5. Mempermudah pengawasan terhadap gangguan keamanan seperti

prdator dan pencurian

Suatu bangunan kandang untuk keperluan ternak dan dalam tipe apapun

haruslah dapat memenuhi kebutuhan struktural yang memadai sesuai dengan

peruntukannya, disamping adanya kebutuhan arsitektural.

Kebutuhan struktural dari sebuah kandang adalah sebagai berikut :

1. Keamanan (safety); kandang dibuat sesuai dengan jumlah ternak yang

dipelihara, tanpa menimbulkan adanya bahaya terhadap peternak maupun

ternak yang dipelihara

2. Keawetan (durability); kandang yang dibuat harus tahan lama terhadap

gangguan lingkungan yang merusakkan.

3. Pelayanan (service ability); kandang harus mampu menampung bahan-

bahan dan melayani kegiatan yang telah direncanakan.

Menurut Direktorat Bina Produksi Dirjen Peternakan (1991), standar

pembuatan kandang harus menurut ketentuan sebagai berikut :

a. Tidak berdekatan dengan fasilitas umum seperti masjid, sekolah,

puskesmas

b. Perlu mendapatkan persetujuan tetangga

c. Letak kandang terpisah, di belakang rumah

d. Drainase baik, tersedia cukup air

e. Ketinggian lantai 20 cm sampai 30 cm dari tanah sekitar

f. Memungkinkan perluasan sampai sejumlah pemilikan lima ekor.

Dalam pembuatan kandang, faktor lingkungan hendaknya memperoleh

perhatian utama. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah :

Page 44: Manajemen Ternak Potong Ok

1. Lingkungan fisik seperti cahaya. Bunyi dll.

2. lingkungan sosial seperti populasi ternak tiap kandang/pen, tingkah laku

hewan beserta ciri-ciri khususnya, rumah penduduk dll

3. lingkungan ternak seperti suhu udara, kelembaban, angin, radiasi matahari

dll

Lokasi untuk mendirikan bangunan kandang harus amemenuhi persyaratan –

persyaratan sebagai berikut :

1. Memenuhi persyaratan peraturan pemerintah atau peraturan daerah

setempat

2. Terdapat sumber air

3. Mudah mencapai daerah pemasaran dan dekat dengan tenaga kerja

4. Mendukung iklim kikro ternak seperti suhu dan kelembaban

5. Kemiringan tanah yang ideal 2o-6o

6. Jarak dari pemukiman penduduk cukup jauh (minimal 250 m untuk sapi

potong)

7. Drainase di sekitar kandang cukup baik

Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis dalam pembuatan kandang, saat

memilih bahan-bahan bangunan yang digunakan, perlu dipertimbangkan hal-

hal :

1. Harus dipilih bahan bangunan yang awet dan kuat

2. Harus banyak terdapat di lokasi usaha peternakan, sehingga harganya

murah

3. Bahan bangunan harus mudah dikerjakan, tidak membahayakan ternaknya

maupun peternak

4. Setelah dibuat, bahan bangunan tersebut mudah dibersihkan, tahan air dan

mudah disucihamakan

Persyaratan yangharus dipenuhi untuk mendirikan bangunan kandang antara lain :

Page 45: Manajemen Ternak Potong Ok

1. Dekat dengan sumber air

2. Tidak memberikan dampak atau pengaruh yang mengganggu lingkungan

3. Adanya sarana transportasi yang baik

4. Menimbulkan situasi yang menyenangkan baik terhadap peternak maupun

ternakya sendiri

5. Mempunyai nilai ekonomis

6. Mempunyai syarat sanitasi (cukup sinar matahari, ventilasi yang baik,

drainase, bentuk kandang dsb)

Pada dasarnya sanitasi meliputi :

1. Usaha penjagaan kesehatan ternak

2. Usaha kebersihan kandang dan lingkungan sekitar

3. Usaha pengawasan terhadap manusia yang mungkin atau selalu

berhubungan dengan ternaknya

Diupayakan agar sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang,

sebab sinar matahari pagi mengandung lebih banyak sinar ultra violet yang

berfungsi sebagai desinfektan dan membantu pembentukan vitamin D.

Ventilasi berguna untuk mengluarkan udara kotor dalam kandang dan

menggantikannya dengan udara segar dari luar. Tujuan utama dibuatnya ventilasi

adalah untuk menghilangkan kelebihan kelembaban dan bau-bauan yang busuk.

Dengan ventilasi yang baik, temperatur kandang akan dijaga seminimal mungkin.

Ventilasi kandang harus dibuat dan diatur sesuai dengan tempat dan kebutuhan

ternak (Blakely dan Bade, 1991).

Kebutuhan ventilasi di dataran rendah lebih besar dan lebih banyak

dibanding dataran tinggi atau pegunungan, karena di dataran rendah umumnya

udara lebih panas dibanding di dataran tinggi atau pegunungan.

Usaha kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya diantaranya adalah

dengan membuat kandang yang khusus untuk mengisolasi ternak yang sakit atau

dianggap sakit (kandang isolasi) dan untuk sempurnanya dilengkapi dengan

kolam dipping bagi perusahaan peternakan yang berskala besar.

Page 46: Manajemen Ternak Potong Ok

Pemeliharaan dan kebersihan kandang mempunyai peranan penting dalam

menunjang keberhasilan usaha peternakan, oleh karena itu perlu adanya

penanganan dan pemeliharaan yang baik (Minish dan Fox, 1979). Salah satu

faktor penting dalam pemeliharaan adalah kebersihan kandang dan

perlengkapannya, maupun kebersihan ternaknya sendiri.

Saluran air yang ada dalam kandang juga merupakan saluran pembuangan

kotoran, dapat dialirkan ke kebun rumput tempat pembuangan kotoran yang telah

dibuat/dipersiapkan. Tempat pembuangan kotoran dapat berbentuk kolam atau

bak yang tertutup atau terbuka. Pembuangan kotoran ke sungai sebaiknya

dihindarkan.

Salah stu faktor untuk menjaga agar suasana dalam kandang pada siang

hari tidak terlalu panas dapat dilakukan dengan memberi naungan di sekitar

kandang. Naungan dapat dibuat dari pohon bambu, palem dan pohon rinang

lainnnya. Tempat berteduh atau naungan yang dibuat dari pohon–pohon rindang

akan lebih efektif bila dibandingkan dengan naungan yang dibuat dari besi

maupun bambu (Sihombing, 1997).

A. Kandang Sapi Potong

Untuk menentukan model kandang yang akan dibuat, pada dasarnya

tergantung pada :

a. Keadaan iklim tempat kandang didirikan

b. Jumlah ternak sapi yang akan dipelihara

c. Selera peternak

Terdapat beberapa model bangunan kandang yang cocok dipergunakan

untuk ternak sapi potong, yaitu :

1. Kandang tunggal atau individu

2. Kandang ganda

3. Kandang kelompok

Page 47: Manajemen Ternak Potong Ok

Pada model kandang tunggal, penempatan sapi-sapi dilakukan pada satu

baris, sedangkan pada kandang ganda terdapat dua baris yang saling berhadapan

(head to head) atau saling bertolak belakang (tail to tail). Di antara kedua baris

atau jajaran sapi-sapi tersebut dibuat jalur untuk jalan.

Apabila jumlah sapi yang akan dipelihara kurang dari 10 ekor, maka akan

lebih baik apabila digunakan model kandang tunggal, sebaliknya apabila lebih

dari 10 ekor maka kandang gandalah yang cocok. Kandang ganda tail to tail atau

saling bertolak belakang merupakan model kandang yang efisien dalam

penggunan tenaga kerja (BPTP Ungaran, 2001).

Ukuran kandang untuk satu ekor sapi dewasa adalah sebagai berikut :

a. Panjang dan lebar lantai adalah 2,10 x 1,45 m

untuk sapi lokal dan 2,10 x 1,50 m untuk sapi-api impor

b. Panjang tempat ransum beserta air minum adalah

selebar tempat sapi, yaitu 1,45 -1,50 m. Diantara tempat ransum dengan

air minum dibuat penyekat setebal 7,5 – 10 cm

c. Panjang tempat ransum 95 – 100 cm, lebar 50 cm

dan kedalaman 40 cm

d. Panjang tempat air minum 45 – 55 cm, lebar 50 cm

dan kedalaman 40 cm

e. Pada belakang sapi dibuat selokan dengan lebar 25

– 30 cm

f. Jalan samping atau jalan antara kedua baris sapi

pada kandang ganda dibuat selebar 1 m.

B. Kandang Domba dan Kambing

Pembuatan kandang domba/kambing berjarak minimal lima meter dari

rumah, sehingga tidak menimbulkan bau ke dalam rumah.

Page 48: Manajemen Ternak Potong Ok

Ukuran kandang disesuaikan dengan jumlah ternak yang dipoelihara, yaitu

sebagai berikut :

a. Jantan dewasa (umur > 12 bulan) : 1,2 m2

b. Betina dewasa (umur > 12 bulan) : 1,0 m2

c. Induk menyusui : 1,0 m2

d. Tambah 0,5 m2 untuk tiap anak

e. Jantan /betina muda (umur 7-12 bulan) : 0,75 m2

f. Sapihan (umur 3-7 bulan) : 0,50 m2

Fasilitas yang perlu disediakan pada kandang diantaranya adalah tempat

pakan dan tempat air minum, tangga dan tempat penampungan kotoran. Tempat

pakan berfungsi untuk tempat hijauan, sedangkan konsentrat biasanya

ditempatkan dalam ember. Tempat pakan dibuat dari papan, belahan atau

anyaman bambu, akan lebih baik lagi bila dapat disetel (dengan engsel) agar

mudah membersihkannya. Perlu pula dibuat tempat penyimpanan/persediaan

pakan, yang berfungsi untuk menyimpan hijauan untuk sementara sebelum

diberikan kepada ternak. Letaknya tidak boleh terlalu dekat dengan kandang yang

ditempati ternak, untuk menghindari kontaminasi dari kotoran atau air kencing.

Tempat air minum sebaiknya menggunakan bahan yang mudah dibersihkan,

selain itu juga tidak membahayakan ternak.

Pada dasarnya bentuk kandang untuk ternak domba dan kambing di

daerah tropis ada dua, yaitu kandang panggung (berkolong) dan kandang

lemprakan.

Page 49: Manajemen Ternak Potong Ok

VI. TATALAKSANA KESEHATAN

A. Pendahuluan

Penyakit adalah sesuatu penyimpangan atau variasi keadaan kesehatan

normal atau suatu keadaan abnormal dari struktur atau fungsi yang berubah pada

jaringan tubuh. Karena kondisi bagian tubuh ini tidak normal maka ternak tidak

dapat menjalankan fungsi produksi maupun reproduksinya.

Seekor ternak dikatakan sakit apabila sel-sel dan jaringan tubuh tidak

dalam keadaan normal baik fungsi maupun strukturnya. Apabila sel dan jaringan

tubuh tidak menyimpang dari fungsi dan strukturnya, maka ternak tersebut

dikatakan sehat.

Berbagai jenis penyakit ternak sering berjangkit di Indonesia, baik yang

menular maupun yang tidak menular. Penyakit menular yang berjangkit pada

umumnya menimbulkan kerugian besar bagi peternak, bisa mencapai jutaan

rupiah. Penyakit menular sungguh merupakan ancaman bagi peternak. Walaupun

penyakit menular tidak langsung mematikan, akan tetapi bisa merusakkan

kesehatan ternak secara berkepanjangan, mengurangi pertumbuhan, dan bahkan

menghentikan pertumbuhan sama sekali.

Penyakit menular timbul karena serangan jasad renik atas tubuh hewan.

Kebanyakan jasad renik ini mengeluarkan racun (toksin), yang tentu saja bisa

merusakkan jaringan tubuh penderita, menghancurkan alat-alat tubuh dan

Page 50: Manajemen Ternak Potong Ok

menimbulkan kematian. Jasad renik tadi pada umumnya masuk ke dalam tubuh

hewan melalui lubang-lubng tubuh, seperti mulut, hidung, alat kelamin, kulit yang

luka, lecet atau akibat gigitan serangga dan kutu.

Dalam hal ini peternak dituntut harus tahu masalah-masalah kedokteran

hewan. Mereka perlu ditumbuhkan minatnya dalam usaha pencegahan dan

pembasmian penyakit-penyakit yang biasa berjangkit di daerahnya sesuai

petunjuk dinas yang terkait, sebab kesemuanya menyangkut kepentingan umum,

bukan kepentingan pribadi semata.

Dalam usaha pemeliharaan dan peningkatan perkembangannya maka

ternak harus dilindungi dari kerugian yang dapat ditimbulkan oleh berbagai

penyakit serta adanya beberapa penyakit ternak yang dapat menular ke tubuh

manusia. Dalam usaha pengembangbiakan ternak, perawatan ternak merupakan

salah satu unsur yang tidak boleh diabaikan termasuk di dalamnya pencegahan,

penjagaan dan pengobatan penyakit. Demikian pula untuk ternak yang dibesarkan

sampai siap dipotong.

Perlu ditanamkan pengertian bahwa mencegah timbulnya penyakit

merupakan tindakan yang bijaksana daripada mengobatinya.

Usaha mencegah penyakit mutlak harus dilakukan demi keberhasilan suatu

usaha peternakan. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara sanitasi

kandang dan lingkungan, pemberian pakan yang berkualitas dan kuantitas sesuai

kebutuhan ternak dan vaksinasi.

Berdasarkan sifatnya penyakit dapat digolongkan menjadi penyakit

menular dan tidak menular. Penyebab penyakit menular adalah organisme seperti

virus, ricketsia, bakteri dan jamur. Penyakit yang tidak menular terutama

berhubungan dengan makanan seperti kurang mineral, tanaman beracun dan

racun. Pencegahan dilakukan dengan cara mencegah kemungkinan cara-cara

penularan penyakit secara umum. Vaksinasi merupakan pencegahan penyakit

yang terbaik bagi penyakit-penyakit menular. Kita harus hati-hati dalam membeli

dan meninjau ternak. Ternak harus sehat secara klinis dan dari sejarahnya, dan

berasal dari kelompok ternak yang sehat-sehat.

Jalur pemindahan penyakit pada ternak antara lain melalui :

Page 51: Manajemen Ternak Potong Ok

1. Kontak langsung antara ternak yang sakit dengan ternak yang sehat

(misalnya : kudis)

2. Kontak melalui makann dan air minum (misalnya : keracunan)

3. Kontak dengan benda mati yang strukturnya terkontaminasi akibat ternak sakit

(misalnya : lantai kandang yang kotor dapat menyebabkan mencret/disentri)

4. Kontak dengan tanah (misalnya Ascaris suis)

5. Infeksi melalui udara (misalnya : pneumonia)

6. Kontak dengan hewan lain (misalnya : leptospirosis)

Pencegahan penyakit pada ternak secara umum dapat dilakukan antara lain

dengan cara :

1. Meminimalkan penambahan stok ternak dari luar

2. Hindari pembelian ternak dari berbagai sumber industri peternakan yang

belum diketahui status kesehatan ternaknya

3. Pengunjung ke peternakan seminimal mungkin, bila diijinkan masuk ke

peternakan harus memakai sepatu bot dan baju penutup yang telah bebas dari

kuman penyakit

4. Kotoran ternak tidak menumpuk di kandang

5. Ternak yang mati segera dibakar atau dikubur yang dalam dan ditutup

dengan kapur

6. Kandang sebelum ditempati ternak harus didesinfektan dahulu.

Dalam usaha pengembangan peternakan perlu diperhatikan faktor-faktor yang erat

kaitannya dengan kesehatan ternak, antara lain :

1. Tatalaksana atau manajemen pemeliharaan. Hal yang berkaitan dengan ini

adalah perlu menentukan pola peternakan yang seusai dengan keadaan

lingkungan yaitu sistem ketatalaksanaan, pakan, kesehatan, penyediaan air

minum dsb

2. Pemberian pakan. Pemberia pakan yang kurang dari segi kualitatif maupun

kuantitatif dapat mempengaruhi ternak yang berfifat :

Page 52: Manajemen Ternak Potong Ok

a. Langsung : akan menyebabkan penyakit defisiensi

b. Tidak langsung : menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh

3. Keturunan. Dapat mempengaruhi munculnya penyakit, misalnya : penyakit

Abortus bang (keguguran)

4. Isolasi/karantina. Dapat membantu mencegah menularnya suatu penyakit

5. Vaksinasi. Dapat membantu mencegah tertularnya suatu penyakit

6. Pengobatan . Perlu dihindari pemakaian obat dengan dosis berlebihan

7. Diagnosa. Untuk membuat diagnosa perlu diketahui :

a. Riwayat ternak

b. Tanda-tanda penyakit

c. Pemeriksaan /bedah bangkai

8. Lingkungan. Mempunyai efek yang menguntungkan atau sebaliknya yang

merugikan agen penyekit, menambah atau mengurangi stress

9. Tindakan kebersihan atau hygiene. Dijaga agar kandang :

a. Selalu kering

b. Tidak dingin

c. Cukup sinar matahari

d. Peralatan harus bersih

10. Pemusnahan hewan pembawa penyakit. Hewan yang diperkirakan tidak dapat

diobati sebaiknya dimusnahkan saja.

B. Jenis-jenis Penyakit

Penyakit yang menerang ternak pada dasarnya disebabkan oleh :

a. Virus

b. Bakteri

c. Parasit :

1. Ekto parasit

2. Endo parasit

Page 53: Manajemen Ternak Potong Ok

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus :

1. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

Disebut juga Foot and Mouth Disease (FMD) atau Apthae

epizooticae (AE)

Penyakit ini disebabkan oleh Picorna virus dan penularannya dapat terjadi

dengan cara kontak langsung dengan bagian tubuh ternak yang terluka.

Penyakit ini mempunyai masa inkubsi 3-4 hari.

Tanda-tanda penyakit :

a. Demam sampai 40-41oC

b. Selaput lendir yang terdapat pada mulut, ppi, gusi dan permukaan lidah

melepuh berisi cairan jernih. Mulut kuku dan gusinya luka.

Pencegahan penyakit :

a. Ternak yang sakit jangan dicampur dengan ternak yang sehat

b. Alat dan benda yang tercemar harus disuci hamakan

c. Dilakukan vaksinasi secara teratur setiap 6 bulan sekali.

2. Rinder Pest

Penyakit ini disebabkan oleh Paramycxo virus dan penularannya dapat terjadi

dengan cara kontak langsung dengan bagian tubuh ternak yang terluka. Masa

inkubasi 3-9 hari.

Tanda-tanda penyakit :

a. Demam tinggi

b. Terdapat bintik merah dalam kulit

c. Sering diarrhea

Pencegahan penyakit : vaksinasi rutin

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Bakteri :

Page 54: Manajemen Ternak Potong Ok

1. Penyakit ngorok

= Septicaemia epizooticae (SE) / Haemorhagic Septicaemia (HS)

Penyakit ini disebabkan oleh Pasteurrela multicida dan penularannya dapat

terjadi karena kontak langsung melalui makanan dan minuman yang tercemar.

Defisiensi vitamin, mineral, cacingan dan kelelahan dapat menyebabkan

penyakit ini. Tenak yang kondisi tubuhnya lemah muda terserang penyakit

ini. Penyakit ini dapat terjadi secara akut atau kronis.

Tanda-tanda penyakit :

a. Kepala, leher, anus dan vulva membengkak

b. Mata meradang dan air mata keluar berlebihan

c. Demam dan terjadi gangguan pencernaan

d. Mengeluarkan suara ngorok

Pencegahan penyakit :

a. Vaksinasi secara tertatur

b. Pakan yang cukup

c. Pemberantasan parasit di tubuh ternak

2. Anthrax (radang limpha)

Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthraxis dan penularannya melalui

kontak langsung dengan air minum dan makanan tercemar, ekskresi, udara.

Disamping itu juga dapat melalui serangga penghisap, mamalia ataupun

burung. Sumber penyakit ini adalah tanah dan rumput yang

tercemar/terkontaminasi spora Bacillus anthraxis. Masa inkubasi : 1-2

minggu. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi dan kekebalan akan

timbul 10-15 hari yang berlangsung selama satu tahun.

Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan :

a. Vaksinasi pada saat tidak sedang berjangkit penyakit anthrax

b. Ternak yang diduga sakit disuntuk serum, setelah 14 hari divaksin

c. Ternak yang sakit diberi suntikan serum

d. Ternak yang mati, dikubur dalam-dalam dan ditaburi kapur.

Page 55: Manajemen Ternak Potong Ok

Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif pada stadium penularan atau

pada kasus-kasus yang tidak aktif.

3. Keguguran (keluron)

= Contagion Abortus/Abortus Bangs/Bangs Desease

Penyakit ini disebabkan oleh Brucella multicida.

Penularannya melalui :

a. Makanan dan minuman yang tercemar getah radang vagina

b. Kelenjar mamae

c. Perkawinan

Keguguran biasaanya terjadi pada 2-4 bulan setelah infeksi dan terjadi pada

bunting ke 3 kalinya.

Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan : vaksinasi dan kekebalan

akan timbul sempurna 1 bulan setelah vaksinasi untuk jangka waktu 2-3 kali

masa bunting.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Parasit:

1. Distomatosis (Fasciolasis)

Penyakit ini disebabkan oleh cacing yang disebut Fasciola hepatica atau

Distonum hepatica.

Tanta-tanda penyakit :

a. Kondisi badan ternak jelek, bulu kasar dan diarrhea

b. Bila perut diraba terasa sakit

c. Ternak selalu memisahkan diri dari kelompoknya

d. Ternak cepat lelah, kurus, selaput lendir pucat.

Tindakan pencegahan :

Dilakukan pemberantasan siput air tawar, karena siput sebagai hospes

intermedier atau vektor atau induk semang. Pemusnahan hospes intemedier

ini dimaksudkan untuk memutuskan siklus hidupnya.

Pemberantasan dapat dilakukan dengan cara :

a. menjaga dan memperbaiki pengairan

Page 56: Manajemen Ternak Potong Ok

b. kebersihan kandang

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a. Memperhatikan dan meneliti tanda-tanda infeksi cacing hati secara teratur

pada setiap ternak

b. Dilakukan pemeriksaan faeces ternak secara rutin di setiap kelompoknya

c. Dilakukan Pengontrolan siput air tawar secara rutin

d. Drainage kandang harus baik

e. Mengeringkan air yang tergenang di kandang

f. Setiap pemasukan atau pembelian terbak harus diuji faecesnya untuk

mengetahui ada tidaknya cacing hati.

2. Surra

Penyakit ini bersifat akut atau menahun (kronis).

Penyebabnya adalah Trypanosoma evansi.

Tanda-tanda penyakit :

a. Demam pada awal sakit

b. Kulit di bawah perut bengkok

c. Ternak berputar-putar

d. Air kencing berwarna kehitam-hitaman

Pencegahan :

a. Memusnahkan caplak dari semak-semak

b. Mengeringkan tempat-tempat yang lembab

3. Kudis (buduk)

Adalah penyakit akibat infeksi parasit kulit.

Tanda-tanda klinis adalah kerak-kerak pada kulit. Ternak selalu menggesek-

gesekkan bagian tubuh yang terkena kudis. Bulu rontok serta kult menjadi

tebal dan kaku. Pada infeksi yang ringan biasanya kudis terlihat local pada

daerah kaki, ambing dan telinga. Pada infeksi yang berat, seluruh permukaan

tubuh dapat terserang kudis.

Page 57: Manajemen Ternak Potong Ok

Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan obat suntikan IVOMEC, atau

belerang campur oli bekas atau insektisida. Sebelum diobati, ternak

dimandikan agar bersih, digosok dengan sabun dan dijemur. Ternak

ditempatkan pada kandang terpisah. Pengobatan diulang setiap 3 hari sampai

sembuh. Insektisida diencerkan menjadi 0,1 % (1 ml basudin ditambah 1 liter

air). Bila kudis pada seluruh tubuh, ternak dapat diredam secara hati-hati,

kemudian dijemur.

Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak tubuh dengan ternak

kudisan, dan kandang bekas ternak kudisan dibersihkan/dosemprot dengan

insektisida.

Kasus-kasus penyakit pada sapi :

1. Penyakit kembung (bloat)

Bloat adalah salah satu penyakit yang sering menyerang ternak sapi. Penyakit

ini ditandai dengan keadaan rumen yang mengembang, membesar akibat

kelebihan gas yang tidak bsa cepat keluar. Kasus bloat semacam ini banya

dialami oleh sapi yang merumput di lapangan penggembalaan yang masih

basah karena embun pagi, sapi yang makan bji-bijian gilingan terlalu banyak

tetapi kurang mendapat hijauan yang berserat kasar tinggi, serta sapi yang

terlalu banyak makan hijauan jenis leguminosa.

Tanda-tanda bloat :

a. Lambung sebelah kiri membesar dan kencang

b. Lambung kiri tersebut bila diketuk dengan jari berbunyi seperti drum

c. Pernafasan terganggu dan bekerja berat

Tindakan yang perlu dilakukan :

a. Tidak amemberi pakan leguminosa berlebihan (maksimal 50%)

b. Tidak menggembalakan ternak terlalu pagi atau di lapangan basah

c. Tidak memberi pakan biji-bijian tanpa diimbangi hijauan berserat kasar

tinggi.

2. Belatungan (miasis)

Page 58: Manajemen Ternak Potong Ok

Miasis adalah akibat luka yang diinfeksi oleh lalat, sehingga lalat berkembang

biak (bertelur) dan menghasilkan larva (belatung). Tanda klinis terlhat jelas

adanya belatung.

Pengobatan dilakukan dengan cara membersihkan belatung dengan

insektisida. Dapat juga dengan obat gusaneks, kapur barus yang

dihancurkandan tembakau, kemudian luka diperban dan pengobatan diulang

2-3 kali. Pemberian yodium tentur dapat dipakai untuk mempercepat

peyembuhan.

Pencegahan dilakukan dengan mengurangi adanya lalat di kandang dan

menghindarimluka. Adanya darah mengundan lalat untuk hinggap dan

bertelur, sehingga bila ada darah harus dibersihkan, mislnya darah setelah

melahirkan.

3. Radang susu (Mastitis)

Disebabkan infeksi kuman pada sel kelenjar susu. Tanda klinis yaitu ambing

mebengkak dan kemerahan, panas dan kesakitan. Bila diperah, air susu dapat

berwarna pucat, kuning tua, kehijauan atau kemerahan. Pengobatan dengan

cara memberikan anti biotik suntikan ke dalam otot/ambing melalui putting

susu. Sebelum menyuntikkan antibiotik, air susu diperah dulu smapai habis.

Pencegahan dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang sebelum dan

setelah pemerahan. Daerah di sekitar ambing/putting dibersihkan.

4. Demam susu (milk fever)

Adalah kelainan pada induk bunting yang ada hubungannya dengan proses

kelahiran dimana tingkat ion kalsium darah ada di bawah batas normal.

Tanda klinis berupa gerakan-gerakan yang tidak terkontrol (berjalan kaku,

sempoyongan, tubuh bergetar), lemah, gelisah dan pernafasan cepat. Ternak

biasanya berbaring sambil menengokkan kepala ke arah anggota tubuh bagian

belakang. Suhu tubuh biasanya normal. Bila tidak dilakukan pertolongan

dapat mengakibatkan kematian.

Page 59: Manajemen Ternak Potong Ok

Dari tahun ke tahun ribuan ternak menjadi korban penyakit radang

limpha (anthrax), ribuan ternak lainnya terkena serangan penyakit mulut dan

kuku, penyakit surra dan sebagainya.

Sehubungan dengan hal itu peternak harus mengetahui penyebab gejala,

dan serangan berbagai jenis penyakit, serta tata cara pencegahan dan

pembasmiannya. Beberapa penyakit yang biasa berjangkit di Indonesia antara

lain sebagai berikut :

1. Radang Limpa (Anthrax)

Gejala :

- Suhu tubuh biasanya sangat tinggi, tetapi sesudah tiga hari turun

- Nafsu makan hilang sama sekali

- Pada awalnya penderita sulit buang kotoran (konstipasi), tetapi kemudian

menjadi diare, kotoran bercampur air dan darah

- Kadang-kadang darah juga keluar dari mulut, hidung dan vulva

- Kematian ternak akibat anthrax bisa terjadi di mana saja dan pada

sembarang waktu.

Penyebab :

Penyebabnya adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini bentuknya panjang,

terbungkus kapsul. Pada kondisi kurang menguntungkan, bakteri ini akan

membentuk spora untuk melindungi dirinya, sehingga ia mampu bertahan

hidup dalam segala cuaca dalam waktu bertahun-tahun. Ia juga bisa hidup

pada suasana anaerob, sehingga apabila mereka terbenam dalam lapisan

tanahpun tetap bisa bertahan hidup; pada saat tanah tergenang air, dicangkul

atau dibajak, mereka akan terangkat ke atas.

Page 60: Manajemen Ternak Potong Ok

Bakteri ini kecuali berinfeksi pada hewan, juga bisa mnular pada manusia,

sebab bakteri ini termasuk zoonosis, yakni jenis penyakit yang bisa menular

dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Untuk membasmi spora ini, diperlukan

panas bersuhu 90oC selama 45 menit dan 100oC selama 10 menit.

VII. TATALAKSANA PERKAWINAN

A. Pubertas

Proses reproduksi pada ternak baru dapat berlangsung sesudah ternak

tersebut mencapai dewasa kelamin, atau biasa disebut dengan pubertas. Pubertas

adalah suatu indikator bahwa hewan sudah mempunyai kemampuan untuk kawin.

Pubertas terjadi sebelum seekor ternak mencapai dewasa tubuh atau body maturity

yang dicapai apabila bobot badan sudah mencapai 50-70 persen dari bobot badan

dewasa.

Pada ternak jantan, pubertas dicapai apabila androgen dan sperma telah

diproduksi, organ-organ reproduksi telah masak, penis telah terbebas dari

selubung dan ternak tersebut mengawini betina dan betina tersebut dapat bunting.

Pada ternak betina pubertas adalah umur dimana terjadi berahi pertama

disertai dengan ovulasi secara spontan. Satu atau lebih ovulasi tenang dapat

terjadi sebelum ternak betina menunjukkan tanda-tanda berahi yang berhubungan

dengan ovulasi. Frekuensi ovulasi tenang ini sangat tergantung dari efisiensi

estrus secara luas. Umur berahi pertama pada ternak betina bervariasi, pada

umumnya disebabkan karena perkawinan dan perbedaan laju pertumbuhan.

Diantara banyak faktor yang mempengaruhi umur tercapainya pubertas

adalah bangsa ternak dan keadaan pakan atau nutrisi. Pada tingkat nutrisi yang

rendah dan laju pertumbuhan yang lambat, pubertas dapat terhambat beberapa

minggu, sedang tingkat konsumsi nutrisi yang tinggi akan mempercepat pubertas.

Musim dapat pula mempengaruhi tercapainya umur pubertas.

Page 61: Manajemen Ternak Potong Ok

Pada sapi-sapi potong yang ada di Indonesia, pubertas terjadi pada umur

antara 11 – 15 bulan. Untuk sapi-sapi Zebu biasanya terjadi pada umur 18 – 24

bulan, pada sapi-sapi Eropa dicapai pada umur 16 – 18 bulan.

Pubertas babi jantan dicapai pada umur 5 – 8 bulan, babi jantan muda

sebaiknya dibiarkan mencapai umur 8-9 bulan sebelum dipakai untuk mengawini

betina. Seekor babi betina mencapai pubertas pada umur sekitar 5 -8 bulan, dan

umur yang dianjurkan untuk perkawinan pertamanya adalah 8-10 bulan.

Domba dan kambing mencapai pubertas tergantung pada bangsanya, pada

umumnya umur 6 – 8 bulan. Ternak jantan sebaiknya mulai dipakai sebagai

pemacek diatas satu tahun.

B. Estrus atau berahi pada ternak

Sejak tercapainya pubertas, terjadilah berahi pada ternak yang tidak

bunting, menurut suatu siklus yang ritmis dan khas bagi jenis-jenis ternak tertentu.

Interval antara satu periode estrus ke periode berikutnya disebut siklus estrus.

Sapi, kerbau, domba, kambing dan babi termasuk hewan poli estrus, karena siklus

estrusnya berkesinambungan; musim atau iklim tidak mempengaruhi terjadinya

siklus estrus ini. Pada ternak jantan, siklus berahi tidak ada, pada umumnya

pejantan selalu bersedia menerima ternak betina untuk aktivitas reproduksi.

Perkawinan dapat berhasil apabila ternak betina yang dikawinkan dalam

keadaan berahi (estrus). Estrus adalah suatu fase dalam siklus berahi dimana

ternak betina bersedia atau mau menerima pejantan untuk aktifitas reproduksi.

Adapun tanda-tanda munculnya estrus pada ternak adalah :

a. Ternak tampak gelisah

b. Nafsu makan turun

c. Mencoba menunggangi dan diam bila dinaiki ternak lain

d. Sering mengibas-ngibaskan ekor dan sering kencing

e. Vulva kelihatan bengkak, merah dan hangat

f. Keluar lendir transparan dari servik yang mengalir melalui vulva dan

vagina.

Page 62: Manajemen Ternak Potong Ok

Dibandingkan dengan ternak sapi, tanda-tanda berahi pada kerbau hampir

tidak diketahui dan sulit ditentukan. Cara yang paling tepat untuk menentukan

apakah berbau betina tersebut berahi atau tidak dapat digunakan kerbau jantan

untuk mendeteksinya. Tanda-tanda berahi yang tidak nyata tersebut tidak

menyulitkan peternak, karena perkawinan kerbau pada umumnya berlangsung di

padang penggembalaan dimana kerbau jantan leluasa memilih betina-betina yang

sedang berahi.

Lama berahi dan siklus berahi pada berbagai jenis ternak berbeda-beda.

Untuk ternak sapi siklus berahi datang sekali dalam 18-24 hari, dengan rata-rata

21 hari, sedang lama berahi berkisar 6-30 jam, dengan rata-rata 17 jam dan

ovulasi terjadi 9-11 jam setelah selesainya estrus.

Kerbau betina memperlihatkan siklus berahi yang normal selama kurang

lebih tiga minggu. Di Indonesia, siklus berahi pada kerbau Lumpur berkisar

antara 17-29 hari, dengan rata-rata 21,53 hari. Lama berahi ternak kerbau lebih

lama daripada sapi, yaitu berkisar antara 24-36 jam, dengan rata-rata 17,65 jam.

Lama siklus berahi normal pada domba berkisar antara 14-19 hari, dengan

rata-rata 17 hari, lama berahi pada domba-domba lokal di Indonesia berkisar

antara 24-48 jam, dengan rta-rata 35,5 jam.

Lama berahi pada kambing 24-45 jam. Berahi akan terulang lagi sekitar

19 hari kemudian (apabila tidak dikawinkan atau gagal bunting).

Siklus berahi pada babi mencapai 19-23 hari, dengan rata-rata 21 hari,

berahi berlangsung antara 1-4 hari, dengan rata-rata 2-3 hari.

Salah satu faktor yang penting dalam perkawinan adalah deteksi berahi,

oleh karena itu pengetahuan tentang tanda-tanda berahi, siklus berahi dan ovulasi

menjadikan hal yang penting untuk dikuasai.

Secara umum deteksi berahi pada ternak dapat dilakukan dengan tiga cara,

yaitu :

a. Tradisional; yaitu pengamatan berahi didasarkan pada timbulnya berahi

secara alami, tanpa adanya campur tangan manusia

Page 63: Manajemen Ternak Potong Ok

b. Semi tradisional; telah ada campur tangan manusia, misalnya

menggunakan pejantan pengusik. Umumnya dilakukan oleh peternak

yang memiliki jumlah ternak diatas 10 ekor.

c. Modern; pengamatan telah menggunakan peralatan dan telah

mengikutsertakan manusia dalam pengamatannya.

C. Perkawinan

Perkawinan merupakan bagian dari rentetan kegiatan dalam proses

reproduksi. Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukkan sperma ke dalam

alat kelamin betina.

Perkawinan yang lazim digunakan pada ternak ada dua, yaitu :

a. Perkawinan Alam

Perkawinan hanya mungkin terjadi antara ternak jantan dengan ternak betina

yang berahi, dimana ternak betina mau menerima ternak jantan. Perkawinan

alam ini tidak diragukan keberhasilannya, karena semen yang diejakulasikan

tanpa pengenceran dan didesposisikan pada “portiovaginalis services” atau

mulut servic.

b. Perkawinan buatan (kawin suntik /IB)

Semen dimasukkan kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan

alat buatan manusia. Perkawinan memungkinkan pertemuan spermatozoa

dengan sel telur, sehingga perlu diperhatikan saat-saat ovulasi pada hewan

betina agar perkawinan tepat pada waktunya.

Ada tiga macam perkawinan yang dapat terjadi pada ternak, yaitu:

a. In breeding, adalah perkawinan yang dilakukan antar saudara yang

mempunyai hubungan keturunan dekat

b. Grading up, adalah perkawinan antara pejantan unggul dengan sapi

lokal yang diarahkan pada keturunan pejantan

Page 64: Manajemen Ternak Potong Ok

c. Cross breeding, adalah perkawinan antara dua bangsa yang telah

diketahui dengan seksama masing-masing kemampuan produksinya.

Cara pengaturan perkawinan dapat dilakukan dengan pengaturan sepenuhnya

oleh manusia yang disebut “hand matting”, yaitu pemeliharaan sapi jantan dan

betina dipisah, apabila ada betina yang berahi baru diambilkan pejantan untuk

mengawininya, atau dilakukan Inseminasi Buatan (IB). Cara lain adalah “pastura

matting”, yaitu sapi-sapi jantan dan betina dewasa pada musim kawin dilepas

bersama-sama. Apabila terdapat sapi yang berahi, tanpa campur tangan manusia

atau pemilik akan terjadi perkawinan.

Untuk melaksanakan perkawinan perlu diperhatikan waktu yang setepat-

tepatnya agar sapi betina dapat menjadi bunting atau terjadi konsepsi. Saat

optimum untuk terjadinya konsepsi pada ternak sapi adalah pertengahan estrus

sampai akhir estrus.

Jika terlihat gejala berahi pagi hari, maka inseminasi/perkawinan harus

dilakukan paling lambat sore hari itu juga. Apabila terlihat gejala berahi pada

sore hari, maka perkawinan paling lambat dilakukan esok hari berikutnya. Waktu

perkawinan/inseminasi pada sapi dianjurkan tidak melebihi 4 jam sebelum

ovulasi berakhir.

Sistem perkawinan pada ternak domba/kambing selama ini adalah

perkawinan secara alam, sedangkan perkawinan secara IB belum lazim

dilaksanakan. Secara ekonomis perbandingan jumlah ternak jantan sebaiknya

setiap ekor pejantan untuk 20-25 ekor betina.

Dengan manajeman perkawinan yang baik, ternak domba dan kambing

dapat melahirkan setiap 8 atau 9 bulan sekali. Hal ini dapat dicapai dengan

penyapihan anak pada umur 3-4 bulan, walaupun pada umur dua bulan induk

sudah dapat dikawinkan kembali.

Waktu yang baik untuk mengawinkan domba/kambing adalah 12-18 jam

setelah terlihat tanda-tanda pertama berahi. Betina yang berahi disarankan

Page 65: Manajemen Ternak Potong Ok

dicampur dengan pejantaan dalam satu kandang, untuk menghindari kegagalan

perkawinan.

Pada babi betina, perkawinan dapat dilakukan antara 12-30 jam setelah

tampak estrus, tetapi untuk babi induk yang durasi estrus sampai terjadinya

ovulasi lebih panjang, maka saat perkawinan dapat dilakukan 18-36 jam setelah

estrus tampak.

Babi jantan dewasa (umur lebih dari 10 bulan) dapat dikawinkan 6 kali

perminggu tanpa menunjukkan kejelekan fertilitas, sedangkan pada pejantan

muda (umur 6-7 bulan) dimana testisnya masih kecil dikawinkan 2 kali

perminggu.

Babi induk setelah anaknya disapih dapat dipercepat estrusnya bila kontak

langsung dengan pejantan. Pengandangan induk yang menyusui dekat pejantan

juga dapat mempercepat estrus.

Setelah pejantan muda mencapai pubertas (umur 6-10 bulan) harus

dikandangkan dekat dengan kandang babi dara atau induk. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa babi jantan yang terisolir dari babi dara atau induk

menyebabkan service performannya tertekan dan akhirnya penggunaan pejantan

untuk mengawini betina juga terlambat. Oleh karena itu disarankan pemeliharaan

babi pejantan muda bersama-sama dengan babi dara atau induk yang dalam

kategori aktif untuk tujuan dipotong.