manajemen pakan orangutan sumatera … pada ujian komprehensif serta ibu dr. ir. yeni aryati...

100
MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii Lesson, 1827) DI PUSAT REINTRODUKSI ORANGUTAN SUMATERA (PROS) PROVINSI JAMBI CONNIE LYDIANA SIBARANI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Upload: truongthuy

Post on 26-Mar-2019

262 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii Lesson, 1827)

DI PUSAT REINTRODUKSI ORANGUTAN SUMATERA (PROS)

PROVINSI JAMBI

CONNIE LYDIANA SIBARANI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Page 2: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii Lesson, 1827)

DI PUSAT REINTRODUKSI ORANGUTAN SUMATERA (PROS)

PROVINSI JAMBI

CONNIE LYDIANA SIBARANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 3: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

RINGKASAN

CONNIE LYDIANA SIBARANI. Manajemen Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera (PROS) Provinsi Jambi. Dibimbing oleh DONES RINALDI dan ANI MARDIASTUTI.

Salah satu upaya untuk melestarikan populasi orangutan ke habitat alaminya dilakukan dengan reintroduksi. Dalam tahapan reintroduksi, orangutan akan tinggal sementara di dalam kandang sosialisasi untuk mendapatkan pakan. Keberhasilan orangutan agar dapat hidup di alam (survive) dapat tercapai jika dilakukan dengan manajemen yang baik seperti manajemen pakan orangutan. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan penelitian untuk mengidentifikasi manajemen pakan yang dilakukan pengelola dalam kegiatan reintroduksi, mempelajari durasi makan orangutan berdasarkan frekuensi makan dan mempelajari kebiasaan (habit) makan orangutan pada kandang sosialisasi terhadap manajemen pakan.

Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni hingga September 2011 di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera yang bertempat pada dua stasiun yakni Stasiun Sumatran Orangutan Reintroduction Centre (SORC) Sungai Pengian, Kabupaten Tebo dan Stasiun Open Orangutan Sanctuary (OOS) Danau Alo, Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Data yang dikumpulkan seperti data primer dan data sekunder meliputi manajemen pakan, durasi makan, kebiasaan makan (habit) orangutan, manajemen kandang dan manajemen kesehatan orangutan. Metode Focal Animal Sampling dilakukan untuk mengetahui kebiasaan makan (habit) orangutan. Adapun data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sebanyak 6 individu orangutan diambil menjadi sampel menurut jenis kelamin dan struktur umur.

Manajemen pakan orangutan selama berada di kandang sosialisasi terdiri dari pembagian pakan berdasarkan jenis pakan yang diberikan, waktu pemberian, penyediaan pakan dan pemberian pakan. Ada 4 jenis pakan yang diberikan yaitu pakan utama, pakan pengayaan (enrichment), pakan hutan dan pakan tambahan. Pakan utama diberikan dengan frekuensi 5 (lima) kali dalam sehari. Jenis pakan dan waktu pemberian pakan utama disusun berdasarkan pengaturan pakan dengan memperhatikan diet menu pakan orangutan.

Durasi rata-rata makan orangutan yang paling cepat yakni pada orangutan Frangkie (betina, remaja) selama 3 menit 52 detik dan paling lama pada orangutan Mirriam (betina, anak) selama 20 menit 12 detik. Implementasi terhadap pengelolaan didukung dengan adanya pelepasliaran ke habitat alam, Unit Pendidikan Keliling, Unit Perlindungan Hidupan Liar dan Pengembangan Masyarakat. Durasi makan orangutan dipengaruhi oleh jenis pakan, cara penyediaan, cara pemberian pakan dan kebiasaan makan orangutan. Manajemen pakan di pusat reintroduksi perlu memperbanyak pakan pengayaan dan pakan hutan, perlunya penelitian lebih lanjut mengenai analisis proksimat dan sebaiknya perlu merubah wadah pemberian pakan.

Kata kunci : orangutan sumatera, pakan, durasi makan, kebiasaan makan

Page 4: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

SUMMARY

CONNIE LYDIANA SIBARANI. Feeding Management of Sumatran Orangutan (Pongo abelii Lesson, 1827) in Sumatran Orangutan Reintroduction Center (SORC) Jambi Province. Under Supervision of DONES RINALDI and ANI MARDIASTUTI.

One effort to conserve orangutans population in their natural habitat was by reintroduction. In reintroduction stage, orangutans temporarily live in socialization cage and feed as necessary for introduction to ensure their survival in the wild. Success of orangutan survival in nature could be reached through good management, including orangutan’s food management. Research is needed to identify food and feeding management in a reintroduction activity, to study the feeding duration of orangutan based on feeding frequency, and to study feeding habit of orangutan in socialization cage.

Data was collected in June to September 2011 in Sumatran Orangutan Reintroduction Center (SORC) located in two stations: SORC Sungai Pengian Station (Tebo District, Jambi Province) and Open Orangutan Sanctuary (OOS) Danau Alo Station (West Tanjung Jabung District, Jambi Province). Data collection was including primary and secondary data that consist of feeding management, feeding duration, orangutan’s feeding habit, cage management and orangutan’s health management. Focal Animal Sampling methods was used to know orangutan’s feeding habit. Data was analyzed descriptively and qualitative. There were 6 orangutans used as samples, representing different sexes and age structures.

Orangutan’s food management in socialization cage was categorized based on food type, feeding time, food preparation, and feed presentation. There were 4 types of food: main food, enrichment food, natural food, and additional food. The main food was given 5 times a day. Food type and main feeding time was arranged based on food management by considering diet of orangutan’s food.

The fastest average feeding time was by orangutan named Frangkie (sub adult, female; averaging 3 minutes 52 seconds), while the longest was in orangutan named Mirriam (juvenile, female; 20 minutes 12 seconds). Management implementation was supported by reintroduction to natural habitat, Mobile Educational Unit, Wildlife Protection Unit and Community Development. Feeding duration of orangutan was affected by food type, method of food provision, method of feed preparation and feeding habit of orangutan. Feeding management in reintroduction centre was needed to increase enrichment food and natural food. In addition, further research about proximate analysis is needed, as well as changing food container.

Key words: sumatran orangutan, feed, feeding duration, eating habit

Page 5: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyataan bahwa skripsi berjudul “Manajemen Pakan

Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) di Pusat Reintroduksi

Orangutan Sumatera (PROS) Provinsi Jambi” adalah benar-benar hasil karya

saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan

sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi ataupun lembaga manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2012

Connie Lydiana Sibarani

E34070057

Page 6: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

Judul Skripsi : Manajemen Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson,

1827) di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera (PROS)

Provinsi Jambi

Nama : Connie Lydiana Sibarani

NIM : E34070057

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Dones Rinaldi, M.ScF Prof. Dr.Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc.

NIP. 19610518 198803 1 002 NIP. 19590925 198303 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS.

NIP. 19580915 198403 1 003

Tanggal Lulus:

Page 7: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha

Kuasa atas segala kasih karunia, berkat dan perlindungan-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Karya ilmiah yang berjudul

“Manajemen Pakan Orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson, 1827) di

Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera (PROS) Provinsi Jambi” dengan

pembimbing Ir.Dones Rinaldi, M.ScF dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc.

merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Sebagai bagian akhir dalam menempuh masa perkuliahan, semoga karya

ilmiah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya

ilmiah ini. Tidak lupa, penulis juga mengapresiasi semua pihak yang telah

memberikan saran dan kritik yang membangun selama ini.

Bogor, Maret 2012

Penulis

 

Page 8: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

RIWAYAT HIDUP

 

Penulis dilahirkan di Sitangkola, Sumatera Utara pada

tanggal 2 Juni 1989 sebagai anak kedua dari empat

bersaudara pasangan dari Drs. Manihar Sibarani dan Dra.

Nurmawan Sihombing. Penulis mulai menempuh

pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 173123 Tarutung

pada tahun 1995-2001 kemudian pada tahun 2001 penulis

melanjutkan ke SMP Negeri 3 Tarutung hingga tahun 2004. Setelah itu pada

tahun yang sama melanjutkan ke SMA Negeri 1 Tarutung dan lulus pada tahun

2007. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian

Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Jurusan Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

Selama kuliah di IPB penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan,

diantaranya menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Ekologi Satwaliar

(tahun 2010-2012). Penulis adalah anggota HIMAKOVA (Himpunan Mahasiswa

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata), Kelompok Pemerhati Mamalia

(KPM) “Tarsius” dan pada tahun 2010 pernah menjabat sebagai sekertaris EXPO

HIMAKOVA 2010.

Pengalaman lapangan penulis meliputi Eksplorasi Flora dan Fauna

Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Rawa Danau Banten pada tahun 2009,

RAFFLESIA di Cagar Alam Gunung Burangrang Purwakarta pada tahun 2010,

Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Manupeu Tanadaru

Nusa Tenggara Timur pada tahun 2009, SURILI di Taman Nasional Sebangau

Kalimantan Tengah pada tahun 2010. Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan

(P2EH) bertempat di Taman Wisata Alam Kamojang-Cagar Alam Leuweung

Sancang Barat pada tahun 2009, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan

Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2010 dan penulis melaksanakan Praktek

Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat

Provinsi Jambi pada tahun 2011.

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis

menyelesaikan skripsi dengan judul “Manajemen Pakan Orangutan Sumatera

Page 9: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

(Pongo abelii Lesson, 1827) di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera (PROS)

Provinsi Jambi”, dengan pembimbing Ir.Dones Rinaldi, M.ScF. dan Prof. Dr. Ir.

Ani Mardiastuti, M.Sc.

Page 10: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang

telah memberikan kasih setia dan kebaikan-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana. Ungkapan rasa syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus,

kepada keluarga, teman dan sahabat serta para pihak yang telah membantu

penulisan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orangtuaku tercinta, Bapak Drs. Manihar Sibarani dan Ibu Dra. Nurmawan

Sihombing atas doa, kasih sayang, dukungan serta motivasi selama kegiatan

penelitian ini.

2. Bapak Ir. Dones Rinaldi, M.ScF. dan Ibu Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc.

selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan telah memberikan motivasi,

nasehat serta bimbingannya.

3. Ibu Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si yang telah menjadi moderator saat seminar

skripsi, bapak Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc yang telah bersedia sebagai

penguji pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc

yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis.

4. Saudara-saudaraku Ganda Sibarani, S.T (abang), Palti Zainal (adik), Johannes

Blitz (adik), Ruhut Sibarani, Bsc (bapa uda), Masta Marpaung, S.Pd (inang

uda) yang telah memberikan dukungan, perhatian dan saran untuk

menyelesaikan skripsi.

5. Panji Ahmad Fauzan, S.Hut dan Agnes Ferisa, S.Hut atas perkenalan singkat

namun bermakna dan yang telah memberikan arahan, rekomendasi serta

masukan untuk melakukan penelitian.

6. Julius Paolo Siregar, S.Hut selaku manajer operasional Frankfurt Zoological

Society di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera (PROS) Provinsi Jambi

atas pertemuan yang indah, memberikan izin penelitian dan yang telah

memberikan waktu, bantuan, semangat, sharing, motivasi dan perhatian

selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

7. Dr. Peter H. Pratje selaku direktur Frankfurt Zoological Society di Pusat

Reintroduksi Orangutan Sumatera (PROS), Krismanko Padang, S.H selaku

Page 11: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

counterpart FZS, dan Bapak Ir. Tri Sisworahardjo, M.Si selaku Kepala Balai

Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Jambi yang telah memberikan izin

untuk penelitian dan telah memberikan masukan pada pengambilan data di

lapangan.

8. Theresia Widiawati K, S.Hut, Lita Sinaga, S.E, Dian Anggriasari, S.Si,

Oktafa Rini Puspita, S.Si, Paska Iswandi, S.Si, drh. Winny Pramesywari,

Nurhariyanto, S.Si, Padmaseputra Purba, S.Hut, pak Cahyo, bang Parianak,

bang Adi ojek dan seluruh staf di pusat reintroduksi (Roni Sinaga, Bobby,

Rayon, Arik, mas Puji Amin, bang Baharudin, Evan, Nasrul, mas Yudi, ibu

Ratno dan ibu Asia) yang telah membantu penulis selama melaksanakan

penelitian di lapangan.

9. Diena Nurul Fatimah, S.Hut, Aditya WTA S.Hut, Hadi Surono, S.Hut,

Fadhilah Iqra Mansyur, S.Hut dan Lina K Dewi S.Hut atas masukan, diskusi,

saran, dukungan serta kritik selama penyusunan skripsi ini.

10. KPM Tarsius 44 atas dukungan dan harapan kelak menjadi peneliti

konservasi mamalia serta pengalaman berharga yang sangat berguna dalam

penelitian ini.

11. Irham Fauzi atas bantuannya dalam pemilihan dan cara penggunaan alat-alat

untuk penelitian.

12. Keluarga Besar KSHE 44 “KOAK” terima kasih atas dorongan moril hingga

akhir penyelesaian skripsi ini.

13. Keluarga besar HIMAKOVA, terima kasih atas pengalaman berharga dalam

berorganisasi.

14. Ibu Evan, Ibu Titin, Ibu Ratna serta segenap staf tata usaha Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah banyak membantu

persiapan administrasi dari awal penelitian hingga proses ujian komprehensif.

15. Gembala Sidang, rekan-rekan pelayan dan staf pengerja Gereja Pentakosta Di

Indonesia (GPDI) Eternal, Tarutung dan Gereja Bethel Indonesia (GBI)

Ciomas, Duta Berlian atas segala doa, harapan, tangisan baik suka dan duka,

bantuan moril, semangat, perjuangan dan perhatian sehingga penulis dapat

menyusun skripsi ini.

Page 12: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya yang telah

membantu dan memberikan andil dalam proses kematangan jiwa penulis serta

penyelesaian skripsi.

Bogor, Maret 2012

Penulis

Page 13: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

ii

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI . ............................................................................................ ii

DAFTAR TABEL .................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian .................................................................. 2

1.3 Manfaat Penelitian ................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi Orangutan........................................................... 3

2.1.1 Klasifikasi dan taksonomi .......................................... 3

2.1.2 Morfologi dan anatomi .............................................. 3

2.2 Habitat dan Penyebaran Orangutan ...................................... 5

2.3 Jenis Pakan Orangutan.......................................................... 6

2.4 Manajemen Pakan Orangutan .............................................. 7

2.5 Kegiatan Reintroduksi Orangutan ....................................... 7

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 10

3.2 Alat dan Bahan ..................................................................... 10

3.3 Jenis Data .............................................................................. 10

3.3.1 Data primer ................................................................ 10

3.3.2 Data sekunder ............................................................. 11

3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................ 11

3.4.1 Studi pustaka .............................................................. 11

3.4.2 Observasi lapang ...................................................... 11

3.4.3 Wawancara ................................................................ 12

3.4.4 Analisis data ............................................................... 13

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Stasiun Sungai Pengian ........................................................ 14

Page 14: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

iii

4.1.1 Sejarah kawasan ......................................................... 14

4.1.2 Letak geografis dan batas administratif ...................... 14

4.1.3 Kondisi fisik ............................................................... 15

4.1.3.1 Aksesibilitas dan fasilitas ............................... 15

4.1.3.2 Iklim ............................................................... 17

4.1.3.3 Topografi ........................................................ 17

4.1.4 Kondisi biotik ............................................................. 17

4.1.4.1 Flora ............................................................... 17

4.1.4.2 Fauna .............................................................. 18

4.1.5 Sosial, ekonomi dan budaya masyarakat .................... 19

4.2 Stasiun Danau Alo ................................................................ 20

4.2.1 Sejarah kawasan ........................................................ 20

4.2.2 Letak geografis dan batas administratif ..................... 20

4.2.3 Kondisi fisik .............................................................. 21

4.2.3.1 Aksesibilitas dan fasilitas .............................. 21

4.2.3.2 Iklim .............................................................. 22

4.2.3.3 Topografi ....................................................... 23

4.2.4 Kondisi biotik ............................................................ 23

4.2.4.1 Flora ............................................................... 23

4.2.4.2 Fauna ............................................................. 23

4.2.5 Sosial, ekonomi dan budaya masyarakat .................... 24

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil ...................................................................................... 25

5.1.1 Keadaan orangutan di kandang sosialisasi ................. 25

5.1.2 Manajemen pakan orangutan pada kandang sosialisasi 34

5.1.2.1 Pembagian pakan orangutan .......................... 34

5.1.2.2 Karakteristik pakan orangutan ....................... 37

5.1.2.3 Sumber pakan orangutan ................................ 41

5.1.2.4 Jumlah pemberian pakan ................................ 41

5.1.2.5 Waktu pemberian pakan................................. 42

5.1.2.6 Penyediaan pakan orangutan .......................... 42

5.1.2.7 Pemberian pakan orangutan ........................... 44

Page 15: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

iv

5.1.3 Manajemen kandang orangutan .................................. 45

5.1.4 Manajemen kesehatan orangutan ............................... 48

5.1.5 Durasi makan orangutan ............................................. 50

5.1.5.1 Durasi makan orangutan berdasarkan frekuensi makan ............................................................. 51

5.1.6 Kebiasaan (habit) makan orangutan pada kandang sosialisasi ................................................................... 54

5.1.6.1 Kebiasaan makan yang dilakukan orangutan sebelum makan ............................................... 54

5.1.6.2 Kebiasaan makan yang dilakukan orangutan saat makan ...................................................... 54

5.1.6.3 Kebiasaan makan yang dilakukan orangutan setelah makan ................................................. 55

5.2 Pembahasan ........................................................................ 55

5.2.1 Manajemen pakan orangutan pada kandang sosialisasi 55

5.2.2 Kebiasaan makan orangutan di kandang sosialisasi terhadap manajemen pakan ........................................ 64

5.2.3 Implementasi terhadap pengelolaan pakan orangutan 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ........................................................................... 69

6.2 Saran ..................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 71

LAMPIRAN ............................................................................................... 73

Page 16: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

v

 

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Fasilitas yang terdapat di Stasiun Sungai Pengian ............................ 16

2 Data iklim di Stasiun Sungai Pengian, Jambi .................................... 17

3 Fasilitas yang terdapat di Stasiun Danau Alo .................................... 22

4 Kondisi orangutan pada kandang sosialisasi di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera ................................................... 26

5 Data individu orangutan yang diamati di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera ................................................... 28

6 Jenis-jenis dan kelompok pakan utama orangutan di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera ................................................... 35

7 Jenis pakan hutan yang diamati di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera ........................................................................................... 36

8 Jadwal pemberian pakan utama orangutan di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera ................................................... 38

9 Jadwal pemberian pakan pengayaan orangutan ................................. 38

Page 17: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

vi

 

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Orangutan sumatera (Pongo abelii) (A) dan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) (B) ....................................................................... 4

2 Peta lokasi penelitian di Stasiun Sungai Pengian .............................. 15

3 Kondisi jalan (A) dan kendaraan yang harus melewati sungai menuju Stasiun Sungai Pengian (B) ............................................................... 16

4 Jenis pakan yang dijual sebagian masyarakat untuk orangutan (A) dan pisang sebagai pakan yang dijual ke Stasiun Sungai Pengian (B) .... 20

5 Peta lokasi penelitian di Stasiun Danau Alo ...................................... 21

6 Kondisi jalan (A) dan jembatan menuju Stasiun Danau Alo (B) ...... 22

7 Keenam individu orangutan yang diamati di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera .......................................................................... 30

8 Denah (A) dan kandang sosialisasi di Stasiun Sungai Pengian (B) .. 31

9 Denah (A) dan kandang sosialisasi di Stasiun Danau Alo (B) .......... 32

10 Kong sebagai wadah pakan pengayaan (A) dan pakan yang dimanipulasi dalam karung (B) ......................................................... 36

11 Penyediaan pakan dalam kelompok pakan buah-buahan (A) dan pakan disediakan dengan menimbang berdasarkan pengaturan pakan (B) ........................................................................................... 43

12 Wadah pemberian pakan (A) dan teknisi memberikan pakan dari wadah pemberian pakan (B) .............................................................. 45

13 Upaya mengobati penyakit orangutan (A) dan persediaan obat- obatan untuk orangutan (B) ............................................................... 49

14 Himbauan untuk memakai masker (A) dan pembersihan kandang sosialisasi (B) ..................................................................................... 50

15 Durasi makan keenam individu orangutan di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera .......................................................................... 51

16 Durasi makan (A,B,C,D dan E) berdasarkan frekuensi makan ......... 53

Page 18: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

  

vii  

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Suhu harian di Stasiun Sungai Pengian, Jambi .................................. 74

2 Daftar jenis-jenis pohon pakan orangutan di Stasiun Sungai Pengian 75

3 Suhu harian di Stasiun Danau Alo ..................................................... 75

4 Struktur organisasi di Frankfurt Zoological Society .......................... 76

5 Durasi makan orangutan ..................................................................... 77

6 Panduan wawancara kepada teknisi ................................................... 80

7 Panduan wawancara kepada masyarakat ............................................ 81

8 Daftar nama-nama informan (pengelola dan teknisi) yang diwawancarai ..................................................................................... 82

9 Daftar nama-nama informan (masyarakat) yang diwawancarai ......... 82

Page 19: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

1

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orangutan sumatera sebagai salah satu jenis primata langka dengan

keberadaan populasi saat ini terus mengalami penurunan begitu juga dengan

habitatnya. Dengan keberadaan tersebut maka salah satu upaya untuk

melestarikan populasi orangutan di alam liar dilakukan dengan kegiatan

reintroduksi. Reintroduksi merupakan pelepasan/pemindahan satwa ke areal baru

yang sesuai untuk habitat yang lebih baik dan masih berada dalam penyebaran

geografis dimana populasi satwa tersebut mengalami penurunan yang berat,

menghilang karena bencana alam atau pun gangguan manusia (Konstan et al.

1982, diacu dalam Sukiman 2002).

Program reintroduksi orangutan bertujuan untuk membentuk kantong-

kantong populasi orangutan yang baru dalam upaya melestarikan populasi

orangutan pada habitat alaminya. Kegiatan reintroduksi memiliki beberapa

tahapan yang merupakan proses bagi orangutan sebelum dilepasliarkan di habitat

alaminya. Tahapan-tahapan tersebut terdiri atas karantina, sosialisasi, adaptasi dan

pelepasliaran. Selama berada dalam tahapan reintroduksi, orangutan akan tinggal

di dalam kandang yang telah dibuat khusus dimana mereka akan dirawat.

Selanjutnya selama perawatan di dalam kandang, orangutan mendapatkan

makanan dan pengenalan kembali cara bertahan di alam. Keberhasilan orangutan

agar dapat bertahan hidup di alam (survive) dapat tercapai jika dilakukan dengan

manajemen yang baik selama orangutan berada dalam tahapan reintroduksi.

Salah satu manajemen pada upaya reintroduksi yang harus diperhatikan

adalah manajemen pakan. Manajemen pakan orangutan diartikan sebagai kegiatan

pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola di pusat reintroduksi dengan

memperhatikan kebutuhan pakan orangutan, kesehatan dan kesejahteraan setiap

individu orangutan selama berada dalam tahapan reintroduksi. Aspek manajemen

pakan orangutan sangat perlu diperhatikan. Hal ini sangat penting untuk menjaga

kondisi kesehatan dan kesejahteraan orangutan sebelum mereka dilepasliarkan ke

habitatnya. Oleh sebab itu, manajemen pakan orangutan menjadi suatu alasan

Page 20: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

2

 

perlunya dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi dan mengkaji tingkat

kesejahteraan (animal welfare) orangutan sebelum mereka dilepasliarkan ke

habitat alaminya.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian yang dilakukan bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi manajemen pakan orangutan yang dilakukan oleh pengelola

dalam kegiatan reintroduksi khususnya bagi orangutan yang berada pada

kandang sosialisasi.

2. Mempelajari durasi makan orangutan berdasarkan frekuensi makan terhadap

manajemen pakan.

3. Mempelajari kebiasaan (habit) makan orangutan pada kandang sosialisasi

terhadap manajemen pakan.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian merupakan data dasar dalam pengelolaan pakan orangutan

pada kandang sosialisasi sebelum dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya.

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam upaya meningkatkan

pengelolaan kesejahteraan dan adaptasi orangutan di pusat-pusat reintroduksi

orangutan dalam upaya pelestarian orangutan di habitat alaminya.

Page 21: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

3

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi Orangutan

2.1.1 Klasifikasi dan taksonomi

Orangutan merupakan salah satu anggota suku Pongidae yang mencakup

tiga kera besar lainnya: bonobo Afrika (Pan paniscus), simpanse (Pan

troglodytes) dan gorilla (Gorilla gorilla) (Meijaard et al. 2001). Hanya orangutan

berasal dari Asia sedangkan kera besar lainnya berasal dari Afrika. Orangutan

terdiri dari dua spesies yaitu orangutan sumatera (Pongo abelii) dan orangutan

kalimantan (Pongo pygmaeus). Kedua jenis ini telah terisolasi secara geografis

sekitar 10.000 tahun yang lalu pada saat permukaan laut antara Sumatera dan

Kalimantan mengalami kenaikan permukaan laut (Meijaard et al. 2001).

Warren et al. (2001) menyatakan bahwa beberapa subspesies orangutan

dapat dibedakan berdasarkan warna rambut dan kulit mereka. Orangutan sumatera

umumnya memiliki warna rambut yang lebih cerah dibandingkan dengan spesies

orangutan kalimantan yang memiliki warna lebih gelap. Selain hal tersebut,

pemeriksaan genetik juga dapat membedakan antar spesies. Adapun klasifikasi

taksonomi orangutan sumatera (Gambar 1 A) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Primata

Famili : Pongidae

Genus : Pongo

Spesies : Pongo abelii Lesson, 1827

2.1.2 Morfologi dan anatomi

Orangutan memiliki postur tubuh mirip dengan keluarga kera besar lainnya.

Orangutan memiliki lengan yang panjang dan kuat, kaki lebih pendek daripada

tangan, tidak memiliki ekor serta rambut berwarna cokelat kemerahan. Beberapa

peneliti mengatakan bahwa rambut orangutan dapat dijadikan acuan untuk

Page 22: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

4

 

mengidentifikasi dan membedakan satu individu dengan individu lainnya

berdasarkan warna dan alur tumbuhnya rambut (Rodman 1973, diacu dalam

Maple 1980).

(A) (B)

Gambar 1 Orangutan sumatera (Pongo abelii) (A) dan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) (B).

Orangutan sumatera memiliki ukuran tubuh yang besar dengan berat

berkisar antara 50-90 kg. Ukuran tubuh jantan memiliki ukuran tubuh dua kali

lebih besar daripada betina. Orangutan jantan dewasa memiliki tinggi badan yaitu

1-1,4 m sedangkan orangutan betina dewasa memiliki tinggi badan mencapai 1-

1,2 m (Warren et al. 2001). Perbedaan kontras dari morfologi orangutan ialah

posisi ibu jari kakinya yang berseberangan dengan posisi keempat jari lainnya

sehingga orangutan dapat memegang benda dengan posisi yang tepat.

Orangutan jantan dewasa memiliki kantung suara (air sack), janggut dan

bantalan pipi. Bantalan ini merupakan deposit dari lemak subkutan yang dibatasi

oleh jaringan ikat. Selanjutnya, pada orangutan betina memiliki ukuran tubuh

lebih kecil dan tidak memiliki janggut. Orangutan betina akan memiliki bayi

pertama pada usia antara 12 hingga 15 tahun dan hanya melahirkan setiap 7

sampai 8 tahun setelah itu. Tingkat reproduksi yang rendah tersebut membuat

populasi orangutan adalah lebih sedikit dan juga populasi yang rendah sebagai

akibat dari kerusakan habitat yang telah menyebabkan penurunan populasi secara

drastis dalam dua dekade terakhir (Rowe 1996).

Page 23: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

5

 

2.2 Habitat dan Penyebaran Orangutan

Berdasarkan hasil temuan fosil, sekitar 10.000 tahun yang lalu orangutan

tersebar hampir di seluruh daratan Asia Tenggara dan sebagian dari daratan Cina

bagian Selatan. Pada saat ini, populasi orangutan hanya dapat ditemui di pulau

Sumatera dan pulau Kalimantan. Habitat orangutan berada pada daerah

pegunungan, rawa-rawa dataran rendah dan delta aliran sungai yang banyak

ditumbuhi pohon-pohon besar. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan,

mulai dari hutan dipterokarpus, perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran

sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan

nipah bahkan sampai ke hutan pegunungan (Dephut 2009).

Sebagian besar populasi orangutan dijumpai jauh di bawah ketinggian, yaitu

berada di hutan rawa dan dataran rendah. Pada kondisi tanah yang selalu basah

(berawa), habitat tersebut memiliki paling sedikit 40 jenis pohon penghasil

makanan, dan paling sedikit 60 jenis jika dalam kondisi alluvial kering. Habitat

optimal bagi orangutan paling sedikit mencakup dua tipe lahan utama yaitu tepi

sungai dan dataran tinggi kering yang saling berdekatan. Tepi sungai merupakan

dataran banjir, rawa atau lemah alluvial dan dataran tinggi biasanya adalah berupa

kaki bukit.

Kedua tipe habitat bagi orangutan harus cukup luas dan berada dalam jarak

yang dapat dijangkau. Habitat orangutan yang baik biasanya berupa mosaik petak-

petak hutan kecil dengan tingkat tumbuhan berkayu berbeda dan beberapa

diantaranya mempunyai kerapatan jenis pohon buah yang sangat tinggi (> 20%

dari semua pohon). Pada komunitas hutan yang telah mencapai klimaks maka

hutan tersebut akan mampu untuk menyesuaikan dengan kondisi tanah dan iklim.

Distribusi orangutan lebih ditentukan oleh faktor pakan yang disukai

daripada faktor iklim. Daerah inti hutan yang menjadi habitat orangutan memiliki

ciri khas banyak ditumbuhi adalah liana. Populasi orangutan yang terdapat di

pulau Sumatera terdapat sebanyak 13 wilayah. Meijaard et al. (2001) menjelaskan

bahwa orangutan ternyata berada di petak-petak habitat dengan luasan antara 35%

berupa lahan kering dan 50% berupa rawa.

Selanjutnya, Siregar (2007) menyatakan bahwa kisaran distribusi spesies

orangutan sumatera yang berada di pulau Sumatera terbatas di utara khatulistiwa

Page 24: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

6

 

atau di utara Danau Toba terutama di Taman Nasional Gunung Leuser. Populasi

orangutan terpecah menjadi empat subpopulasi utama, yaitu: (1). Subpopulasi

wilayah sekitar Aceh yaitu di sebelah barat Sungai Alas dan Sungai Wampu; (2).

Subpopulasi di Hutan Lindung Dolok Sembelin dan Batu Ardan di Kabupaten

Dairi dan kawasan hutan yang bersambung di sebelah Timur Sungai Alas yang

membentang di sepanjang kaki-kaki bukit pesisir barat dan Menurus sampai ke

pantai Sibolga; (3). Subpopulasi Tapanuli bagian tenggara di antara Sungai

Asahan dan Sungai Barumun dan sub populasi di Anggolia, Angkola dan

Pasaman, semua daerah yang berada di sepanjang bagian barat kaki Bukit

Barisan, dari hilir Sungai Batang Toru yang membentang ke arah Selatan di antara

Padang Sidempuan dan daerah sekitar Pariaman di Provinsi Sumatera Barat,

sekitar 50 km di sebelah utara Padang.

2.3 Jenis Pakan Orangutan

Orangutan memakan lebih dari 200 jenis tumbuhan yang berbeda di alam

liar. Jenis pakan orangutan pada umumnya sangat bervariasi hingga 60% dimana

jenis pakan paling banyak adalah berupa buah-buahan (Rijksen 2001). Oleh sebab

itu, orangutan disebut sebagai satwa frugivora yang artinya satwa pemakan buah-

buahan. Walaupun demikian, orangutan juga memakan bagian-bagian lain dari

tumbuhan (daun muda, bunga, kulit kayu, biji, kambium dan getah), liana,

serangga seperti rayap, vertebrata kecil dan tanah untuk memenuhi kebutuhan

mineralnya. Orangutan lebih menyukai buah segar dan buah-buahan besar dengan

kulit keras yang dapat dimakan (Rowe 1996).

Orangutan juga merupakan jenis satwa tipe pengumpul atau pencari makan

yang bersifat oportunis yaitu jenis satwa yang akan memakan jenis apa saja yang

dapat diperolehnya. Pada aktivitas makannya, orangutan umumnya memilih jenis

pakan yang paling disukai. Hal ini sering disebut dengan jenis pakan palatabel.

Meijaard et al. (2001) menyatakan bahwa pada hutan alam, saat musim buah

orangutan dapat memilih makanan yang paling disukai untuk dimakan tetapi pada

saat tidak musim buah maka orangutan akan memakan apa saja jenis yang

dijumpainya. Oleh sebab itu, kepadatan orangutan di habitatnya bervariasi sesuai

dengan ketersediaan pakan. Densitas paling tinggi terdapat di daerah dataran

banjir (flood-plain) dan hutan rawa gambut.

Page 25: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

7

 

2.4 Manajemen Pakan Orangutan

Maple (1980) menyatakan orangutan yang hidup di penangkaran memiliki

waktu aktif yang berkorelasi positif dengan waktu pemberian pakan. Berdasarkan

hal tersebut dapat diperoleh bahwa jenis pakan orangutan di habitat aslinya adalah

buah-buahan (60%), bunga dan daun muda (25%), kulit kayu (15%), akar alang-

alang air, serangga (rayap, ulat, semut, belalang, jangkrik, kutu), jamur, telur

dalam sarang burung, vertebrata kecil (tupai, tokek, kukang), madu, pangkal,

batang tunas rotan muda, tanaman jalar, pakis dan palma kecil dan terkadang

orangutan memakan kepompong untuk menambah bobot badan mereka (Rijksen

2001). Sinaga (1992) juga menyatakan bahwa keaktifan harian orangutan dari hari

ke hari terutama digunakan untuk makan dan beristirahat, menyusul berjalan dan

keaktifan lainnya.

Pada umumnya, keaktifan makan orangutan yang tertinggi terjadi pada pagi

hari dan sore hari sedangkan pada siang hari menurun dengan keadaan cuaca

semakin panas. Apabila dalam satu hari dibagi ke dalam 3 bagian yaitu antara

pukul 6-10, pukul 10-14 dan pukul 14-18 maka pada periode pukul 6-10 dan

pukul 14-18, orangutan sedang aktif untuk makan sedangkan pada periode pukul

10-14 kegiatan orangutan tersebut mengalami penurunan. Pola makan orangutan

sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis dan cara hidupnya. Oleh karena itu,

distribusi jumlah dan kualitas makanannya menurut waktu dan tempat tertentu

merupakan faktor penentu adanya perilaku pergerakan, kepadatan populasi yang

akhirnya menentukan organisasi sosialnya.

2.5 Kegiatan Reintroduksi Orangutan

Keberadaan orangutan di habitat alaminya saat ini mengalami permasalahan

keterancaman. Penyebab utama penurunan populasi orangutan di alam adalah

hilangnya hutan alam sebagai habitat orangutan akibat perubahan fungsi hutan

dan penyebaran orangutan terbatas. Dengan keadaan tersebut, berbagai Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), pemerintah dan pihak swasta bekerjasama untuk

memberikan perhatiannya dalam mendukung upaya konservasi orangutan

khususnya bagi orangutan sumatera.

Salah satu lokasi baru bagi reintroduksi orangutan yang menjadi pilihan

adalah Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Hasil pilihan itu diperoleh dengan

Page 26: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

8

 

pertimbangan bahwa tipe ekosistem yang berada di Taman Nasional Bukit

Tigapuluh sangat mirip dengan tipe ekosistem Leuser. Hal lainnya juga adalah

diperolehnya berbagai jenis vegetasi yang menghasilkan buah sebagai sumber

pakan orangutan yang dapat mempertahankan kehidupannya. Kegiatan

reintroduksi orangutan merupakan kegiatan rehabilitasi modern dengan

melepasliarkan kembali beberapa individu satwa ke kondisi liar atau juga

mempersiapkan satwa hasil sitaan (peliharaan) menjadi jenis feral ke suatu

kawasan hutan konservasi sebagai habitat barunya yang sesuai di mana satwa

jenis ini tidak ada di kawasan tersebut (Siregar 2007).

Kegiatan reintroduksi orangutan sumatera ini sepenuhnya dilaksanakan oleh

LSM-NGO Frankfurt Zoological Society (FZS) yang berada di bawah naungan

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Kegiatan

reintroduksi orangutan sumatera adalah salah satu kegiatan dari Program

Konservasi Orangutan Sumatera (PKOS) yang memiliki tujuan untuk mencegah

dari kepunahan serta membuat suatu populasi baru orangutan sumatera. Secara

umum, tujuan dari kegiatan reintroduksi orangutan adalah untuk membuat

kantong-kantong populasi orangutan yang baru dalam upaya mencegah dari

kepunahan spesies orangutan di alam liar. Kegiatan reintroduksi orangutan

sumatera dilakukan di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) dan

ekosistemnya.

Beberapa prinsip mengenai pelaksanaan reintroduksi tersebut dinyatakan

oleh Meijaard et al. (2001) sebagai berikut :

1. Orangutan harus diperiksa secara profesional dalam hal penyakit yang menular,

diobati dan dikarantina tidak lebih dari enam bulan untuk direhabilitasi dan

termasuk sosialisasi setelah karantina selesai;

2. Karantina dipisahkan dari reintroduksi (sosialisasi);

3. Reintroduksi orangutan bekas tangkapan dilakukan di kawasan hutan yang

telah diteliti dengan cermat kelestarian habitatnya;

4. Beberapa spesimen dipelihara bersama sebagai sebuah kelompok hingga 20

individu dan kemudian dilepaskan ke dalam kondisi liar;

Page 27: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

9

 

5. Seluruh kelompok dibiarkan di lokasi di mana kelompok ini direintroduksi,

yaitu lokasi reintroduksi itu sendiri dibiarkan dan karena banyak orangutan

baru maka lokasi baru akan didirikan di lokasi lain;

6. Kehadiran pengunjung tidak diizinkan pada tahap apapun sebelum orangutan

mampu mandiri sepenuhnya dan berhasil hidup di kawasan liar;

7. Staf penjaga yang bertugas untuk menyediakan dan memantau harus terbukti

bebas dari penyakit menular dan melakukan tugasnya berdasarkan kerangka

acuan tugas yang ketat dalam hal kontak dekat dengan orangutan dan

perilakunya terhadap kelompok umur orangutan yang berbeda;

8. Proses reintroduksi dievaluasi teratur oleh suatu badan yang mandiri.

Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera memiliki beberapa tujuan. Adapun

tujuan utama Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera - Provinsi Jambi adalah :

a. Membentuk populasi-populasi baru orangutan untuk melestarikan

keberlangsungan populasi dan habitatnya;

b. Memfasilitasi penegakan hukum terhadap satwa yang dilindungi secara efektif;

c. Menegakkan prosedur formal karantina dan rehabilitasi;

d. Mengaplikasikan program reintroduksi dalam rangka memperluas area network

yang dilindungi;

e. Mendorong kesadaran terhadap isu nyata dalam konservasi orangutan dan

habitatnya.

Page 28: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

10

 

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera yang

bertempat pada dua stasiun yakni Stasiun Sumatran Orangutan Reintroduction

Center (SORC) Sungai Pengian, Kabupaten Tebo dan Stasiun Open Orangutan

Sanctuary (OOS) Danau Alo, Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.

Penelitian berlangsung pada bulan Juni hingga September 2011.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi tally sheet

pengamatan pakan orangutan, tally sheet durasi makan orangutan, handycam,

kamera digital, tripod, jam tangan sebagai penunjuk waktu, panduan wawancara,

kalkulator, komputer dan alat tulis menulis. Adapun objek yang menjadi

penelitian adalah individu orangutan sumatera.

3.3 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

3.3.1 Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan data

secara langsung di lapangan dengan menggunakan instrumen berupa pengamatan

manajemen pakan, pengamatan durasi makan orangutan, manajemen kandang,

manajemen kesehatan orangutan, wawancara yang ditujukan kepada pengelola

maupun kepada teknisi (keeper) dan wawancara kepada informan. Adapun

parameter dan variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:

a. Parameter dalam penelitian berupa kegiatan pengelolaan pakan orangutan,

kebiasaan makan (habit) orangutan, manajemen kandang dan manajemen

kesehatan orangutan dan pengetahuan teknisi dalam pemberian makan

orangutan.

b. Variabel yang diamati ialah berupa frekuensi makan orangutan, durasi makan,

pakan utama, pakan pengayaan, pakan tambahan, pakan hutan, cara penyediaan

Page 29: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

11

 

pakan, cara pemberian pakan, perawatan kandang, perawatan kesehatan

orangutan dan upaya penanggulangan terhadap penyakit orangutan.

3.3.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur yang

berkaitan dengan tujuan penelitian seperti buku, artikel, jurnal ilmiah, skripsi,

tesis dan berbagai karya ilmiah lainnya. Data sekunder yang diambil meliputi

kondisi umum lokasi pusat reintroduksi orangutan sumatera yang terdiri dari

letak, luas, flora, fauna, sejarah dan dasar hukum pelaksanaan kegiatan di pusat

reintroduksi, jumlah tenaga kerja dan perkembangan mengenai keberadaan

populasi orangutan yang berada di pusat reintroduksi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek kegiatan di pusat

reintroduksi secara umum agar penajaman dan keabsahan analisis semakin kuat.

Pada studi pustaka juga dilakukan penelusuran informasi sekunder mengenai

adaptasi orangutan yang akan dilepasliarkan ke habitat alam. Data ini berfungsi

sebagai pelengkap dalam analisis data mengenai adaptasi orangutan terhadap

habitat sebelum masa pelepasliaran ke alam di pusat reintroduksi orangutan

sumatera.

3.4.2 Observasi lapang

Pengamatan langsung mengenai manajemen pakan orangutan sumatera pada

kandang sosialisasi dilakukan terhadap aspek-aspek pemeliharaan orangutan di

dalam kandang, teknis penyediaan dan pemberian pakan orangutan, manajemen

kandang dan manajemen kesehatan orangutan. Aspek teknis mengenai

manajemen pakan orangutan diamati pada kandang sosialisai, kegiatan yang

dilakukan orangutan di pusat reintroduksi dan kegiatan lainnya yang menunjang

pengamatan terhadap manajemen pakan orangutan. Data hasil pengamatan baik

mengenai manajemen pakan orangutan terhadap kebiasaan (habit) makan

orangutan dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk menjelaskan secara rinci

mengenai pengamatan yang dilakukan. Pengambilan data di lapangan dilakukan

dengan metode Focal Animal Sampling (Altmann 1974).

Page 30: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

12

 

Pengamatan ini merupakan pengamatan yang dilakukan pada orangutan

yang menjadi fokus (focal animal) meliputi semua kebiasaan makan (habit)

orangutan terhadap durasi yang terjadi dan terfokus pada individu target tanpa

menghiraukan individu lain yang berada di sekitar target. Jumlah orangutan yang

diamati sebanyak 6 individu yang terdiri dari 3 (tiga) individu betina dan 3 (tiga)

individu jantan. Orangutan yang diamati berasal dari struktur umur anak, remaja

dan dewasa muda. Hal ini dilakukan dengan kriteria bahwa struktur umur

orangutan dari umur anak, remaja dan dewasa muda memiliki kebiasaan makan,

cara makan yang lebih aktif, mandiri dan berpotensi baik untuk diamati terhadap

manajemen pakan. Pada penelitian, untuk mempermudah dalam

penginterpretasian data, maka diperlukan penyajian data dalam bentuk gambar,

grafik dan tabel.

Adapun data hasil wawancara dan data sekunder dianalisis secara deskriptif

kualitatif sesuai dengan pengelompokan data, meringkas, dan memasukkannya ke

dalam gambar dan tabel untuk mempermudah penyajian data. Data yang digali

dari penelitian ini mencakup pengelolaan orangutan yang meliputi:

a. Kandang sosialisasi orangutan (jenis, konstruksi, jumlah dan ukuran, luas,

peralatan dan perlengkapan dalam kandang, suhu, daya tampung kandang, dan

perawatan kandang).

b. Manajemen pakan orangutan yang meliputi jenis pakan utama orangutan, pakan

pengayaan (enrichment), pakan tambahan, pakan hutan, sumber pakan,

karakteristik pakan, jumlah pemberian pakan, waktu pemberian pakan,

frekuensi pemberian pakan, cara penyediaan dan cara pemberian pakan.

c. Perawatan kesehatan dan penyakit meliputi jenis penyakit per umur orangutan,

bentuk pencegahan, upaya pengobatan dan alat yang digunakan untuk

mengobati dan mencegah penyakit orangutan.

3.4.3 Wawancara

Wawancara dilakukan kepada para pengelola, informan dan kepada teknisi

(animal keeper) di pusat reintroduksi orangutan. Wawancara dilakukan dengan

menggunakan pedoman pertanyaan. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada

masyarakat sekitar mengenai dampak positif (aspek reintroduksi dan upaya

pelepasliaran) dan dampak negatif dari kegiatan reintroduksi. Wawancara ini

Page 31: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

13

 

dilakukan kepada 25 orang untuk mengetahui penilaian mereka terhadap

kebiasaan (habit) makan orangutan pada kandang sosialisasi di pusat reintroduksi.

Wawancara dilakukan secara mendalam, santai, terbuka dan tidak baku. Data

deskriptif yang diperoleh berupa kutipan langsung dalam kalimat atau dalam

bentuk tulisan dari informan yang memungkinkan untuk digunakan.

3.5 Analisis data

Analisis data yang digunakan untuk manajemen pakan orangutan sumatera

ini adalah berupa analisis deskriptif dan analisis kuantitatif.

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif ini merupakan penguraian dan penjelasan secara umum

mengenai parameter-parameter manajemen pakan beserta kebiasaan (habit)

makan yang diamati pada kandang sosialisasi. Salah satu hal yang diamati dalam

analisis deskriptif adalah kelas umur orangutan yang diperoleh berdasarkan hasil

observasi terutama pada aspek manajemen pakan. Hal yang digunakan untuk

memudahkan pembacaan dan penafsiran data maka data disajikan ke dalam

bentuk gambar, grafik dan tabel.

2. Analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif yang berhubungan dengan manajemen pakan yakni

frekuensi makan dan durasi makan. Frekuensi merupakan jumlah waktu orangutan

untuk makan yang dihitung berdasarkan per menit waktu dan durasi makan

merupakan lama waktu yang digunakan untuk makan.

Page 32: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

14

 

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Stasiun Sungai Pengian

4.1.1 Sejarah kawasan

Stasiun pusat reintroduksi orangutan sumatera di Sungai Pengian

merupakan lokasi yang telah disepakati bersama sebagai stasiun adaptasi dan

pelepasliaran kembali orangutan sumatera. Lokasi Stasiun Sungai Pengian dipilih

sesuai dengan perjanjian kerjasama dengan pihak pemerintah. Perjanjian

kerjasama tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan melalui unit Taman Nasional

Bukit Tigapuluh (TNBT), Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jambi

dan Riau dengan Frankfurt Zoological Society (FZS) mengenai Program

Konservasi Orangutan Sumatera No:520/DJ-V/PA/2001. Lokasi stasiun adaptasi

dan pelepasliaran ini berada pada bekas konsesi HPH Dalek Hutani Esa yang

sudah tidak beroperasi lagi sejak tahun 1996. Kawasan bekas konsesi ini

merupakan kawasan hutan penyangga dari kawasan Taman Nasional Bukit

Tigapuluh yang berada di Provinsi Jambi.

4.1.2 Letak geografis dan batas administratif

Stasiun Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera Sungai Pengian terletak di

sebelah selatan Taman Nasional Bukit Tigapuluh pada posisi 228503 mT dan

9871695 mU (102033’36” BT dan 109’36” LS) (Gambar 2). Secara administratif,

Stasiun Sungai Pengian terletak di Dusun Semerantihan, Desa Suo-suo,

Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Luas areal stasiun

reintroduksi orangutan yang telah disepakati ialah seluas 2 Ha untuk

pembangunan seluruh fasilitas reintroduksi dan seluas 200 Ha untuk areal adaptasi

orangutan. Stasiun reintroduksi merupakan pertemuan antara kaki Bukit

Tigapuluh dengan dataran rendah dan dilalui oleh dua buah sungai yaitu sungai

Pengian dan sungai Pao-pao.

Page 33: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

15

 

Sumber : Frankfurt Zoological Society (2012)

Gambar 2 Peta lokasi penelitian di Stasiun Sungai Pengian. 4.1.3 Kondisi fisik

4.1.3.1 Aksesibilitas dan fasilitas

Stasiun Sungai Pengian terletak kurang lebih 245 km dari ibukota Provinsi

Jambi. Aksesibilitas yang dapat digunakan untuk menuju ke lokasi stasiun adalah

melalui jalan darat yaitu dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun

kendaraan roda empat. Lama perjalanan yang dapat ditempuh dari Provinsi Jambi

menuju lokasi stasiun kurang lebih 7 (tujuh) jam perjalanan. Perjalanan menuju

stasiun dibagi dalam dua perjalanan yaitu perjalanan dari ibukota Jambi menuju

kota Kabupaten Tebo dan dilanjutkan dari Kabupaten Tebo menuju lokasi stasiun

(Gambar 3). Lokasi stasiun juga dapat ditempuh melalui udara dengan

menggunakan helikopter dengan waktu tempuh selama 1 (satu) jam perjalanan

dari kota Jambi.

Fasilitas yang terdapat di stasiun reintroduksi dalam rangka mendukung

kegiatan program antara lain: kandang sosialisasi satu unit bangunan, kandang

karantina satu unit, klinik satu unit, gudang pakan orangutan dan peralatan satu

unit, gudang mesin satu unit, bangunan administrasi kantor satu unit, dapur satu

Page 34: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

16

 

unit, tempat tinggal staf dan peneliti/tamu program (base camp) sebanyak 6 unit,

tower antena satu unit dan tower penampungan air satu unit (Tabel 1). Selain itu,

stasiun reintroduksi juga memiliki areal hutan adaptasi.

(A) (B) Gambar 3 Kondisi jalan (A) dan kendaraan yang harus melewati sungai

menuju Stasiun Sungai Pengian (B).

Tabel 1 Fasilitas yang terdapat di Stasiun Sungai Pengian

No. Fasilitas Jumlah (unit) Fungsi Kondisi

1 Kandang 2 Kandang sosialisasi dan karantina orangutan

Kurang baik dan dalam perbaikan

2 Klinik 1 Penyimpanan obat-obatan dan kegiatan medis

Perlu perbaikan atap

3 Gudang pakan dan peralatan

1 Penyimpanan makanan dan peralatan kebersihan

Perlu perbaikan atap

4 Gudang mesin generator

1 Penyimpanan mesin generator dan bahan bakar

Baik

5 Kantor administrasi 1 Penyimpanan data, tempat pertemuan staf dan kegiatan lain

Baik

6 Dapur 1 Tempat memasak bagi staf, peneliti dan tamu program

Baik

7 Mess tinggal 6 Tempat tinggal teknisi lapangan dan tamu-tamu program/peneliti

Baik

8 Tower antena 1 Tempat antena telepon Baik 9 Tower

penampungan air 2 Tempat penampungan air untuk

keperluan stasiun Baik

Hutan adaptasi ini memiliki jalur-jalur pengamatan yang telah ditandai

dengan plat seng dan diberi tanda berupa cat merah pada batang pohon.

Penandaan pada jalur-jalur pengamatan untuk membantu teknisi maupun peneliti

pada saat melakukan pengamatan aktivitas harian orangutan selama adaptasi

sehingga tidak kehilangan arah di dalam hutan.

Page 35: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

17

 

4.1.3.2 Iklim

Stasiun reintroduksi orangutan yang berada di Sungai Pengian menurut

klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson termasuk ke dalam tipe A (selalu basah)

(Tabel 2). Adapun suhu harian rata-rata yang diamati selama penelitian di Stasiun

Sungai Pengian sebesar 22,3° C (Lampiran 1).

Tabel 2 Data iklim di Stasiun Sungai Pengian, Jambi

No. Bulan Curah hujan (mm)

Hari hujan (hari) Kelembaban udara (%)

1 Januari 177 12 89 2 Februari 269 16 84 3 Maret 251 13 85 4 April 169 12,5 85 5 Mei 149 8 84 6 Juni 105 7 83 7 Juli 122 9 82 8 Agustus 139 9 83 9 September 207 13 84

10 Oktober 193 13,25 85 11 November 302 13 86 12 Desember 361 18 87

Sumber : Data sekunder dokumen AMDAL PT. Dalek Hutani Esa (Ginting 2006)

4.1.3.3 Topografi

Stasiun Sungai Pengian berada pada zona ekofloristik Jambi Block South

of Kwantan dengan elevasi tempat kurang dari 150 m dpl. Stasiun Pengian

memiliki topografi yang relatif datar hingga landai. Wilayah ini memiliki tekstur

tanah yang agak halus hingga halus dengan komposisi batuan induknya terdiri

dari quartzite, filit, skis, batu pasir dan shale (RePPPROT 2009, diacu dalam FZS

2011). Jenis tanah didominasi oleh podsolik merah kuning dari batuan endapan

dan batuan beku dengan fisiografi pegunungan lipatan (Siregar 2007).

4.1.4 Kondisi biotik

4.1.4.1 Flora

Tipe ekosistem hutan yang berada di sekitar Stasiun Sungai Pengian

dikategorikan ke dalam hutan tropika dataran rendah. Hal ini dikarenakan iklim

yang selalu basah, tanah yang kering dan ketinggian di bawah 1000 m dpl.

Berdasarkan daerah penyebaran, jenis vegetasi yang terdapat di kawasan Stasiun

Page 36: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

18

 

Sungai Pengian termasuk pada zona vegetasi Indonesia bagian barat dengan

pohon-pohon yang didominasi oleh famili dipterocarpaceae. Selain itu,

berdasarkan perbedaan struktur tegakan, komposisi jenis dan fisiognominya,

ekosistem kawasan reintroduksi tersebut terdiri dari empat tipe ekosistem yaitu

ekosistem hutan alam primer, ekosistem hutan sekunder, ekosistem bekas ladang

berpindah dan ekosistem tegakan karet yang dikelola oleh penduduk setempat.

Kawasan hutan di sekitar Stasiun Sungai Pengian dapat dibagi ke dalam 3

(tiga) tipe vegetasi yaitu hutan sekunder, hutan bekas ladang dan hutan primer.

Hal ini terjadi karena dahulunya merupakan areal bekas konsesi PT. Dalek Hutani

Esa (Eks-HPH). Selain itu juga, terdapat hutan bekas perladangan masyarakat

lokal. Beberapa jenis tumbuhan komersil yang dapat ditemukan diantaranya

adalah bulian (Eusideroxylon zwageri), trembesi (Fragrae fragrans), kulim

(Scorodocarpus borneensis), keranji (Dialium laurinum), jelutung (Dyera

costulata), meranti batu (Parashorea lusida), meranti tupai (Shorea macroptera),

balam putih (Palaquium gutta), balam tarung (Palaquium cryptocarifolium),

mersawa (Anisoptera marginata), mendarahan (Knema cinerea) dan sebagainya.

Terdapat pula jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai pohon-pohon hutan

yang dimakan oleh orangutan. Jenis-jenis tersebut adalah aro (Ficus variegata),

balam sawo (Palaquium rostatum), balam tenginai (Manilkara kanescens), durian

(Durio zibethinus), jambu (Eugenia polyantha), mahang (Macaranga triloba),

meranti rambai (Shorea acuminata), tempening (Quercus argentea), terap

(Arthocarpus elaticus), ludai (Sapium bacatium), kayu batu (Dacryodes

incurvata) dan lain sebagainya (Lampiran 2).

4.1.4.2 Fauna

Beberapa jenis satwaliar terdapat di sekitar stasiun dan merupakan satwa-

satwa yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Konservasi No. 5 tahun 1990

dan PP No.7 tahun 1999 tentang pengawetan flora dan fauna. Satwa-satwa

tersebut ialah harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), beruang madu

(Helarctos malayanus), pelanduk kecil (Tragulus javanicus), rusa sambar (Cervus

unicolor), pelanduk napu (Tragulus napu), rangkong (Buceros sp), gajah

Sumatera (Elephas maximus), ungko (Hylobates agilis), simpai (Presbytis

Page 37: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

19

 

melalophos), tapir (Tapirus indicus), beo (Gracula religiosa) dan kuau raja

(Argusianus argus).

4.1.5 Sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

Stasiun Sungai Pengian memiliki jarak kurang lebih 4 km dari pemukiman

masyarakat yaitu Dusun Semerantihan. Dusun Semerantihan dihuni oleh dua suku

yakni Suku Talang Mamak dan Suku Anak Dalam. Adapun mata pencaharian

utama mereka adalah memanfaatkan hasil getah jernang, damar mata kucing dan

berburu binatang. Saat ini masyarakat tersebut sudah mulai mengenal sistem

pertanian ladang berpindah dengan sistem pengerjaan gotong-royong (Fauzan

2010).

Pada awalnya masyarakat menanam padi dan kemudian melakukan

tumpang sari dengan tanaman palawija lain seperti ubi dan jagung. Setelah hasil

pertanian diperoleh maka akan dilanjutkan dengan penanaman tanaman karet

(Hevea brasiliensis). Berdasarkan kegiatan yang dilakukan masyarakat yang

berdampak langsung pada orangutan adalah kegiatan ladang berpindah. Dampak

yang terjadi secara langsung adalah karena kegiatan ini dilakukan dengan

pembersihan terhadap vegetasi dan hanya membiarkan beberapa jenis tumbuhan

seperti durian (Durio zibethinus) dan jernang (Daemonorops draco). Terbukanya

lahan tersebut mempengaruhi suksesi dari hutan. Suku Talang Mamak sering

masuk ke hutan untuk mengambil jernang yang akan diambil getahnya. Dengan

demikian maka, tidak jarang apabila saat penduduk tersebut memasuki hutan

orangutan akan mengikuti mereka (Siregar 2007).

Selain mencari dan mengumpulkan hasil hutan sebagai mata pencaharian,

penduduk lokal juga menjual atau menukar hasil pertanian mereka ke stasiun.

Mereka berasal dari dusun Semerantihan dan masyarakat desa Suo-Suo. Hampir

semua dari mereka yang datang ke Stasiun Sungai Pengian yakni untuk menjual

hasil kebun seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan umbi-umbian (Gambar 4).

Cara penjualan dilakukan dengan barter. Penjualan barter ini dilakukan dengan

menukarkan hasil pertanian dengan bahan makanan persediaan stasiun yang

didatangkan dari pasar tradisional kota Jambi.

Page 38: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

20

 

(A) (B)

Gambar 4 Jenis pakan yang dijual sebagian masyarakat untuk orangutan (A) dan pisang sebagai pakan yang dijual ke Sungai Pengian (B).

4.2 Stasiun Danau Alo

4.2.1 Sejarah kawasan

Stasiun Danau Alo mulai beroperasi pada tahun 2009. Stasiun ini dibangun

dengan tujuan sebagai tempat adaptasi bagi orangutan jinak dan orangutan pada

struktur umur anak dimana diperkirakan orangutan tersebut akan membutuhkan

waktu yang lebih lama beradaptasi hingga orangutan akan dapat hidup mandiri.

Pembangunan Stasiun Danau Alo merupakan kelanjutan dari Program Konservasi

Orangutan Sumatera. Stasiun Danau Alo merupakan kawasan hutan bekas konsesi

HPH Hatma Hutani yang sudah tidak beroperasi lagi sejak tahun 1998. Kawasan

hutan ini merupakan kawasan hutan penyangga bagi Taman Nasional Bukit

Tigapuluh yang berada di bagian tenggara taman nasional tersebut.

4.2.2 Letak geografis dan batas administratif

Stasiun Danau Alo merupakan stasiun adaptasi orangutan yang berada di

wilayah datar yang dikelilingi oleh perbukitan dengan kelerengan terjal. Stasiun

Danau Alo terletak pada elevasi kurang dari 150 m dpl yang merupakan bagian

dari zona ekofloristik Jambi Block South of Kwantan (FZS 2011). Posisi stasiun

berada di sebelah tenggara Taman Nasional Bukit Tigapuluh dengan posisi

253174 mT dan 9862233 mU (102046’48” dan 1015’00”). Curah hujan di wilayah

ini berkisar antara 2500-3000 m dpl (Gambar 5). Secara administratif, Stasiun

Danau Alo berada di Dusun Muara Danau, Desa Lubuk Kambing Kecamatan

Renah Mendaluh Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.

Page 39: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

21

 

Sumber : Frankfurt Zoological Society (2012)

Gambar 5 Peta lokasi penelitian di Stasiun Danau Alo.

4.2.3 Kondisi fisik

4.2.3.1 Aksesibilitas dan fasilitas

Aksesibilitas menuju ke Stasiun Danau Alo via jalan darat dapat ditempuh

kurang lebih 5 (lima) jam perjalanan (Gambar 6). Perjalanan menuju lokasi dapat

dibagi ke dalam dua bagian perjalanan. Perjalanan dari kota Jambi menuju Desa

Lubuk Kambing di Kecamatan Renah Mendaluh dan kemudian dilanjutkan dari

desa menuju ke lokasi Stasiun Danau Alo. Adapun fasilitas yang terdapat di

stasiun Danau Alo dalam rangka mendukung kegiatan program antara lain:

kandang sosialisasi dua unit, gudang pakan orangutan dan peralatan satu unit,

gudang mesin satu unit, bangunan administrasi kantor satu unit, dapur satu unit

dan tempat tinggal staf dan peneliti/tamu program empat unit (base camp) dan

tower penampungan air satu unit (Tabel 3). Stasiun OOS atau Suaka Orangutan

Terbuka, Danau Alo ini juga memiliki hutan adaptasi yang telah dilengkapi

dengan jalur-jalur pengamatan. Jalur-jalur pengamatan tersebut telah ditandai

dengan cat pada pepohonan dan plat seng yang telah diberi nomor. Hal ini

Page 40: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

22

 

dilakukan untuk mempermudah teknisi maupun peneliti saat melakukan kegiatan

pemantauan orangutan pada saat adaptasi.

Tabel 3 Fasilitas yang terdapat di Stasiun Danau Alo

No. Fasilitas Jumlah (unit) Fungsi Kondisi

1 Kandang 2 Kandang sosialisasi Baik 2 Gudang pakan dan

peralatan 1 Penyimpanan makanan dan peralatan

kebersihan Baik

3 Gudang mesin generator

1 Penyimpanan mesin generator dan bahan bakar

Baik

4 Kantor administrasi 1 Penyimpanan data, tempat pertemuan staf dan kegiatan lain

Baik

5 Dapur 1 Tempat memasak bagi staf, peneliti dan tamu program

Baik

6 Mess tinggal 4 Tempat tinggal teknisi lapangan dan tamu-tamu program/peneliti

Baik

7 Tower penampungan air

1 Tempat penampungan air untuk keperluan stasiun

Baik

(A) (B)

Gambar 6 Kondisi jalan (A) dan jembatan menuju Stasiun Danau Alo (B).

4.2.3.2 Iklim

Jumlah curah hujan menurut bulan yang terdapat di Stasiun Danau Alo,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang diperoleh berdasarkan data pada tahun

2009 ialah 2238,5 mm/tahun dengan rata-rata sebesar 186,54 mm. Adapun jumlah

hari hujan yang diperoleh dari data tahun 2009 sebanyak 105 hari dengan rata-rata

hari hujan sebesar 8,75 hari (BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2010).

Selama pengamatan, diperolah suhu rata-rata harian di Stasiun Danau Alo sebesar

25° C (Lampiran 3).

Page 41: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

23

 

4.2.3.3 Topografi

Stasiun Danau Alo berada pada wilayah datar yang dikelilingi oleh lereng

terjal. Stasiun ini terletak pada elevasi kurang dari 150 m dpl yang merupakan

bagian dari zona ekofloristic Jambi Block South of Kwantan. Posisi stasiun berada

di sebelah tenggara Taman Nasional Bukit Tigapuluh dengan posisi 253174 mT

dan 9862233 mU (102046’48” dan 1015’00”) (FZS 2011). Kawasan Stasiun

Danau Alo berada di dalam satu gugusan perbukitan yang membentang dari timur

ke barat. Adapun kondisi lahan tertinggi yang berada di dalam kawasan sebagai

areal yang berbukit-bukit. Kemiringan areal tersebut pada umumnya sangat curam

(> 40%) yang mempunyai arti penting dalam fungsinya sebagai pengatur tata air

(KKI Warsi 2008). Jenis tanah yang terdapat di daerah ini adalah berupa tanah

podsolik dan memiliki tekstur tanah halus (BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2010).

4.2.4 Kondisi biotik

4.2.4.1 Flora

Jenis-jenis flora yang terdapat di sekitar Stasiun Danau Alo pada

umumnya tidak berbeda jauh dengan jenis flora di Stasiun Sungai Pengian.

Beberapa jenis vegetasi dari tingkat pohon yang ada diantaranya yaitu kuduk

biawak (Xerospermum wallichi), aro (Ficus variegata), semantung (Ficus

trichocarpa), mahang (Macaranga triloba), meranti rambai (Shorea acuminata),

tempening (Quercus argentea), terap (Arthocarpus elaticus), ludai (Sapium

bacatium), kayu batu (Dacryodes incurvata), sangkuang (Dracontomelon dao),

simpur (Dillenia spp.) dan lain sebagainya.

4.2.4.2 Fauna

Jenis-jenis fauna yang terdapat di sekitar Stasiun Danau Alo pada umumnya

juga tidak jauh berbeda dengan jenis fauna di sekitar Stasiun Sungai Pengian.

Beberapa jenis satwa-satwa dilindungi di dalam Undang-Undang dan Peraturan

Pemerintah tersebut adalah harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae),

beruang madu (Helarctos malayanus), pelanduk kecil (Tragulus javanicus), rusa

sambar (Cervus unicolor), pelanduk napu (Tragulus napu), rangkong (Buceros

sp), ungko (Hylobates agilis), simpai (Presbytis melalophos), tapir (Tapirus

indicus), beo (Gracula religiosa), kuau raja (Argusianus argus) dan kijang

Page 42: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

24

 

(Muntiacus muntjak). Selain itu, ditemukan juga mamalia primata seperti simpai

(Presbytis melalophos), ungko (Hylobathes agilis), dan monyet ekor panjang

(Macaca fascicularis). Pada kawasan ini ditemukan juga jenis reptil yaitu biawak

(Varanus salvator).

4.2.5 Sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

Secara umum, kepadatan penduduk per km2 dari jumlah penduduk yang

terdapat di Kecamatan Renah Mendaluh yakni sebanyak 22,8 jiwa/km2 dengan

penyebaran penduduk sebesar 4,21 % (BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2010). Umumnya mata pencaharian penduduk di sekitar Stasiun Danau Alo yaitu

di Desa Lubuk Kambing adalah dengan bertani dan berladang. Selain pekerjaan

utama, terdapat pekerjaan tambahan yang dilakukan seperti memancing dan

menangkap ikan di sungai. Adapun masyarakat yang tinggal di Kecamatan Renah

Mendaluh khususnya pada masyarakat sekitar stasiun berasal dari Suku Melayu

yang menjalankan kehidupan tradisionalnya sebagai bagian dari kebudayaan

masyarakat Melayu.

Masyarakat desa Lubuk Kambing telah melakukan sistem persawahan

dalam pertanian mereka. Hasil pertanian dari sawah dimanfaatkan untuk

kebutuhan hidup keluarga dan ada juga yang dijual ke pasar untuk membeli

keperluan lainnya. Selain hasil dari sawah, masyarakat juga memiliki sumber

mata pencaharian dari ladang. Tanaman pokok dari ladang masyarakat berupa

karet dan sawit. Hasil ladang tersebut dijual kepada para pengusaha yang berada

di lingkungan masyarakat.

Page 43: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

25

 

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Keadaan orangutan di kandang sosialisasi

Orangutan yang terdapat pada kandang sosialisasi di pusat reintroduksi

orangutan sumatera di Stasiun Sungai Pengian dan di Stasiun Danau Alo

seluruhnya berjumlah 15 (lima belas) individu dimana 9 (sembilan) individu

berada di Stasiun Sungai Pengian dan sebanyak 6 (enam) individu berada di

Stasiun Danau Alo (Tabel 4). Seluruh individu orangutan yang berada pada

kandang sosialisasi berasal dari hasil sitaan, hasil penyerahan dari masyarakat dan

negara (hibah), individu yang lahir di kandang Pusat Karantina Medan dan yang

lahir di hutan adaptasi Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera. Individu-individu

orangutan terlebih dahulu berada dalam tahapan karantina yang terdapat di Pusat

Karantina Orangutan Sumatera di Batu Mbeliin, Sumatera Utara.

Setelah melalui tahapan karantina, maka orangutan akan dikirim ke Pusat

Reintroduksi Orangutan Sumatera di Jambi untuk kemudian diberikan tahapan

sosialisasi. Data-data mengenai keadaan individu orangutan yang didatangkan ke

pusat reintroduksi orangutan ialah seperti nomor individu, tahun datangnya

orangutan ke pusat karantina, estimasi umur, nomor ID, dan daerah asal orangutan

tersebut. Adapun pemberian nomor individu orangutan adalah berdasarkan nomor

orangutan yang dikirimkan oleh Pusat Karantina Batu Mbeliin di Sibolangit,

Sumatera Utara kepada Pusat Reintroduksi Orangutan di Jambi.

Pemberian nomor chip orangutan bertujuan untuk tanda pengenal. Chip

orangutan ditanam (implant) pada bagian tubuh orangutan sehingga apabila

terdapat suatu situasi orangutan hilang atau apabila terdapat orangutan yang dijual

maka orangutan akan dapat dideteksi dengan adanya pemberian nomor chip.

Selain pemberian nomor chip, terdapat pula pemberian nomor ID. Nomor ID ini

diberikan dengan penandaan tato yang dicat pada orangutan. Nomor ID

merupakan nomor orangutan yang masuk ke pusat karantina.

Page 44: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

26

 

Tabel 4 Kondisi orangutan pada kandang sosialisasi di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera

No. No. individu

Tahun datang Nama individu Jenis

kelamin

Estimasi umur

(tahun) Nomor ID Nomor chip Daerah asal Lokasi

kandang

1 66 24/6/2006 Lita Betina 14 OU 90 000689D0C1 Malaysia (hibah) SSP 2 84 26/11/2006 Nyoman Bagus Fo Jantan 11 OU 103 ** Bali SSP 3 92 9/10/2007 Masita Betina 18 OU 98 00066D67E4 Raisun, NAD SSP 4 94 10/9/2007 Bobo Jantan 13 OU 106 000682FBE5 Medan SSP 5 121 6/4/2009 Barcelona Betina 14 OU 136 00066D6341 Binjai, Medan SSP 6 128 16/12/2009 Alex Jantan 8 OU 177 0006 B9871E Simalingkar, Medan SSP 7 129 12/16/2009 Frangkie Betina 8 OU 163 0006 B8F8B5 Tanjung Pura, Medan SSP 8 141 28/2/2011 Morgan Jantan 2 * ** Lahir di kandang SSP 9 140 28/2/2011 Meutia Betina 18 OU 143 0006831AFC Binjai, Medan SSP

10 142 28/2/2011 Jarot Pakpahan Jantan 4 OU 125 ** Padang Sidempuan, Medan SDA 11 125 16/12/2009 Ayu Betina 5 OU 109 000688343D8 Blangkejeren, NAD SDA 12 143 28/2/2011 Mambo Jantan 4 OU 193 0006 B967B2 Sibolangit, Medan SDA 13 90 2006 Mirriam Betina 4 OU 004 00066D7AF4 Lahir di kandang SDA 14 144 28/2/2011 Veni Betina 5 OU 196 0006E47A81 Langkat, Medan SDA 15 145 28/2/2011 Sun Gho Kong Jantan 7 OU 194 0006B95F1F Simalingkar, Medan SDA

Keterangan : SSP : Stasiun Sungai Pengian * : Belum diberikan nomor ID SDA : Stasiun Danau Alo ** : Belum diberikan nomor chip

26

Page 45: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

27

 

Orangutan yang datang ke pusat reintroduksi pada masa awal kedatangan

akan mendapatkan perawatan di sekitar kompleks kandang beberapa waktu hingga

orangutan mendapatkan pelatihan adaptasi lanjutan. Beberapa waktu kegiatan

tersebut digunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru (kandang

sosialisasi, bunyi-bunyian dan kondisi sekeliling lingkungan baru), waktu untuk

membiasakan diri terhadap makanan yang baru dan berbeda (buah hutan yang

mungkin belum pernah didapatkan sebelumnya), waktu untuk terbiasa dan

percaya kepada teknisi yang baru, waktu untuk terbiasa dengan jadwal pemberian

makanan rutin yang baru dan waktu untuk mempelajari berbagai teknik pemberian

pakan baru (memanfaatkan pakan hutan, pakan pengayaan dan pakan tambahan).

Orangutan yang berada pada kandang sosialisasi akan diatur pemeliharaannya

dengan mengelola kesehatan dan kesejahteraan orangutan (Pratje 2006).

Individu-individu ini terdiri dari estimasi umur mulai dari 2 tahun hingga 18

tahun. Seluruh individu orangutan selama penelitian masih berada pada kandang

sosialisasi. Orangutan yang dikirim ke stasiun reintroduksi pada umumnya berasal

dari Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Orangutan yang berada di pusat reintroduksi secara bersama-sama dikelola oleh

pihak manajemen. Pihak manajemen terdiri dari teknisi/staf, dokter hewan,

manajer stasiun, manajer reintroduksi dan direktur oleh LSM-FZS di Pusat

Reintroduksi Orangutan Sumatera (Lampiran 4).

Secara khusus, bagi orangutan yang terdapat pada kandang sosialisasi maka

kegiatan manajemen dilaksanakan oleh staf/teknisi, dokter hewan dan manajer

stasiun. Jumlah staf yang mengurusi kegiatan reintroduksi di Stasiun Sungai

Pengian berjumlah sebanyak 6 (enam) orang dan jumlah staf yang mengurusi

kegiatan reintroduksi di Stasiun Danau Alo berjumlah 6 (enam) orang. Terdapat

juga seorang dokter hewan yang bertugas untuk merawat dan memberikan

pengobatan bagi orangutan di Stasiun Sungai Pengian dan Stasiun Danau Alo.

Staf/teknisi bertugas untuk mengurus, membersihkan, merawat kandang dan

lokasi sekitar stasiun, memberikan makanan bagi orangutan yang telah diatur

dalam jadwal pemberian pakan, menyekolahkan orangutan (jungle school) yang

masih memiliki sifat jinak (khususnya bagi orangutan pada struktur umur anak),

pemeliharaan trail, melakukan plot fenologi tumbuhan pakan orangutan di hutan

Page 46: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

28

 

yang berada pada sekitar kandang sosialisasi, melakukan pemantauan kembali

orangutan (bagi orangutan yang sudah dilepasliarkan) dengan penggunaan

protokol harian. Selanjutnya dokter hewan melakukan perawatan kesehatan bagi

orangutan dalam hal pencegahan penyakit dan mengecek kesehatan orangutan

pada kandang serta terdapat pula program telemetri untuk memantau orangutan

pada habitat alam yang sudah dilepasliarkan. Berdasarkan hal tersebut,

pengamatan yang dilakukan terhadap manajemen pakan orangutan yang diamati

pada kandang sosialisasi ada sebanyak 6 (enam) individu masing-masing menurut

kelas umur dan jenis kelamin (Tabel 5).

Tabel 5 Data individu orangutan yang diamati di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera

No Nomor ID

Nama individu

Keadaan fisik orangutan Nomor chip Lokasi stasiun

1 OU 106 Bobo Jantan, dewasa muda 000682FBE5 Sungai Pengian 2 OU 98 Masita Betina, dewasa muda 00066D67E4 Sungai Pengian 3 OU 177 Alex Jantan, remaja 0006 B9871E Sungai Pengian 4 OU 163 Frangkie Betina, remaja 0006 B8F8B5 Sungai Pengian 5 OU 193 Mambo Jantan, anak 0006 B967B2 Danau Alo 6 OU 004 Mirriam Betina, anak 00066D7AF4 Danau Alo

Individu orangutan yang menjadi sampel penelitian diambil dari kelas umur

anak, remaja dan dewasa muda. Ada 4 (empat) individu orangutan yang diamati

pada kandang sosialisasi di Stasiun Sungai Pengian yaitu Bobo, Masita, Frangkie

dan Alex. Selanjutnya, 2 (dua) individu yang diamati pada kandang sosialisasi di

Stasiun Danau Alo yaitu Mambo dan Mirriam. Terdapat dua jenis kandang bagi

orangutan selama berada di pusat reintroduksi yaitu kandang sosialisasi dan

kandang karantina. Pada penelitian yang dilakukan, pengamatan terhadap

manajemen pakan diamati pada kandang sosialisasi (Gambar 8 dan 9).

Kandang sosialisasi dirancang dengan membuat blok-blok kandang sesuai

dengan ukuran luas masing-masing. Kondisi kandang sosialisasi di Stasiun Sungai

Pengian dirancang sedemikian rupa oleh pengelola dengan pemilihan alasan

bahwa orangutan sumatera merupakan spesies arboreal (hidup di pohon) yang

menghabiskan waktunya hampir 99 % dari hidupnya berada di atas pohon.

Dengan demikian agar nantinya dapat merangsang habitat orangutan arboreal

seperti yang terdapat di alam maka desain ukuran kandang dibuat setinggi

Page 47: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

29

 

mungkin untuk dapat membangkitkan kemampuan orangutan memanjat dan

bergerak jauh dari tanah.

Hal lain yang juga dipertimbangkan dalam merancang kandang adalah agar

individu orangutan dapat mengurangi kontak langsung dengan staf/teknisi serta

pertimbangan bahwa kesehatan dan kesejahteraan orangutan di dalam kandang

dapat terpelihara yang sesuai dengan tuntutan ekologi dalam pemeliharaan satwa

dalam kandang. Pada kandang sosialisasi dibuat pengaturan ruangan dan fasilitas

untuk kenyamanan orangutan. Pengaturan kompleks kandang didesain setinggi

2,5 meter dari permukaan tanah agar orangutan yang ditempatkan di kompleks

kandang tidak pernah menyentuh permukaan tanah dan dapat merasakan hidup

sebagai satwa arboreal. Desain kandang yang dibuat harus dapat mencegah

kotoran dan kulit-kulit buah tidak tinggal di dalam kandang. Lantai kandang

dibuat berjeruji dengan maksud agar kotoran dan kulit-kulit buah dapat jatuh ke

lantai dasar.

Selanjutnya, fasilitas yang disediakan berupa ayunan, tali-tali, tali ban

(bungee) dan platform harus dipasang untuk dapat menghubungkan setiap sisi dan

sudut kandang sehingga apabila orangutan berjalan di bawah maka tidak perlu

pindah dari satu tempat menuju tempat lain. Pemasangan tali ban (bungee) di

dalam kandang dibuat agar dapat merangsang orangutan mencoba memanjat pada

material yang bersifat elastis. Pemasangan cabang-cabang pohon juga

ditempatkan pada setiap sudut kandang sebagai peralatan alami yang mendorong

orangutan melakukan pengendusan, merasakan dan menggerogoti dibandingkan

hanya memberikan peralatan-peralatan buatan saja. Dengan demikian, cabang-

cabang pohon tersebut pada suatu waktu akan membusuk dan patah sehingga

orangutan akan dapat merasakan bahwa fasilitas tersebut merupakan fasilitas yang

tidak stabil seperti yang terdapat sama dengan saat berada di dalam hutan.

Fasilitas yang terdapat di dalam kandang juga menyediakan kebutuhan

orangutan saat melakukan aktivitas tidur dan istirahat dengan menyediakan sarang

buatan. Sarang buatan dibuat dari besi dan bersifat permanen berbentuk

keranjang. Pada pembuatan fasilitas peralatan makanan tidak dipasang secara

permanen di kompleks kandang. Hal ini dilakukan dengan alasan karena akan

dapat mengurangi perebutan makanan oleh orangutan ketika waktu makan tiba.

Page 48: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

30

 

(A) Bobo, jantan dewasa (B) Masita, betina dewasa

(C) Frangkie, betina remaja (D) Alex, jantan remaja

(E) Mambo, jantan anak (F) Mirriam, betina anak

Gambar 7 Keenam individu orangutan yang diamati di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera.

Page 49: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

31

 

 (A)

(B) Keterangan ukuran kandang :

1. Kandang I (Kandang perangkap) 2. Blok kandang II (Kandang sosialisasi pisah) 3. Blok kandang III dan VI (Blok sosialisasi) 4. Blok kandang IV (Blok sosialisasi pisah) 5. Blok kandang V (Lorong antar blok)

Gambar 8 Denah (A) dan kandang sosialisasi di Stasiun Sungai Pengian (B).

Tangga

Lantai kandang atas

VI

(Masita, Frangkie dan Alex)

IV

III

(Masita, Frangkie dan Alex)

V

II

(Bobo)

I

U

Skala 1 : 400

Page 50: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

32

 

(A)

(B) Gambar 9 Denah (A) dan kandang sosialisasi di Stasiun Danau Alo (B).

Selain itu dapat pula memberikan keleluasaan kepada teknisi untuk

memberikan makanan yang cukup kepada setiap individu orangutan dimana

kuantitas makanan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran yang telah

disesuaikan dengan pengaturan makanan, kondisi dan situasi orangutan. Adapun

fasilitas penyediaan pipa-pipa tempat air minum dipasang pada jeruji bagian luar

kompleks kandang untuk memberikan suplai air minum kepada orangutan. Semua

fasilitas tersebut dipasang dengan jarak sedemikian rupa sehingga antara satu

individu orangutan dengan orangutan lainnya tidak terganggu. Pada desain

 

III

 

II

IV (Miriam, Mambo)

 

 

I

U 4 m 4 m

3 m

3 m

Page 51: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

33

 

kandang sosialisasi di Stasiun Sungai Pengian terdapat kandang I (kandang

perangkap) yang berukuran 1,5 m x 2 m dan blok kandang V (lorong antar blok)

yang berukuran 3 m x 1 m. Kandang perangkap berfungsi untuk memindahkan

orangutan atau memisahkan orangutan yang satu dengan lainnya sebagai contoh

saat akan diberikan pembiusan (treatment) orangutan sehingga diperlukan ruang

yang lebih kecil untuk membantu proses pembiusan orangutan.

Pada blok kandang II dan IV (kandang sosialisasi pisah) dengan ukuran 4 m

x 4 m, biasanya kandang sosialisasi pisah diperuntukkan untuk 1 (satu) orangutan

besar yang tidak boleh digabung dengan orangutan lainnya. Blok kandang III dan

VI (blok sosialisasi) yang berukuran 6 m x 6 m diperuntukkan untuk kandang

orangutan yang biasa digabungkan dengan individu lainnya. Adapun daya

tampung dengan jumlah maksimum orangutan yang berada di blok sosialisasi

yaitu sebanyak 6-7 individu (jika struktur umur anak), struktur umur remaja

hingga dewasa muda dengan jumlah maksimum 4-5 individu.

Manajemen perkandangan pada kedua stasiun dirancang agar orangutan

dapat dirawat di dalam kandang sebelum pelepasliaran dan memberikan

kenyamanan bagi orangutan seideal mungkin. Sozer (2005) diacu dalam

Pramesywari (2008) menyatakan bahwa kandang dapat dikatakan ideal apabila

memiliki luasan yang cukup bagi pergerakan satwa dimana kandang yang

semakin luas akan semakin baik dan sedapat mungkin lingkungan kandang harus

mirip dengan habitat alaminya. Pada kandang sosialisasi yang berada di Stasiun

Danau Alo, kandang tersebut dirancang untuk orangutan yang kecil/remaja yang

masih memiliki sifat jinak dan akan berada di kandang dalam waktu yang lebih

lama untuk beradaptasi dan bersosialisasi.

Dengan demikian ukuran kandang di Stasiun Danau Alo dirancang tidak

terlalu besar agar dapat lebih mudah untuk melakukan treatment pengadaptasian

orangutan. Kandang sosialisasi ini berukuran 3 x 4 m. Kandang sosialisasi pada

Stasiun Danau Alo dirancang dalam 1 (satu) blok dengan jumlah maksimum

sebanyak 3-4 individu orangutan. Kedua kandang sosialisasi yang diamati baik di

Stasiun Sungai Pengian dan Stasiun Danau Alo di dalamnya disediakan dan

dilengkapi beberapa manipulasi seperti keadaan di hutan alam. Adapun bentuk

Page 52: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

34

 

manipulasi yang disediakan yaitu seperti tali dan ayunan karet yang dimanipulasi

dari akar-akar liana yang terdapat juga di hutan.

Oleh sebab itu, orangutan dapat belajar untuk memanjat, berayun ataupun

dapat menggelayut dengan karet seperti halnya orangutan menggunakan liana di

hutan. Pada kandang sosialisasi terdapat juga sarang buatan permanen yang

terbuat dari besi dengan tujuan agar orangutan dapat membangun dan membentuk

sarang mereka sendiri dari dahan dan ranting-ranting pohon. Selain hal itu,

terdapat batang kayu yang diikat dengan karet di dalam kandang. Batang kayu ini

diperuntukkan agar orangutan juga dapat mulai membiasakan berpegangan,

bergerak atau pun berjalan pada batang pohon apabila nantinya orangutan

dilepasliarkan di habitat alam.

Kandang sosialisasi tersebut dirancang dengan blok-blok sesuai dengan

ukuran kandang. Kandang sosialisasi memiliki tujuan sebagai tempat orangutan

untuk dapat bersosialisasi dengan individu lainnya, sebagai tempat untuk

memperkenalkan jenis-jenis pakan seperti pakan utama, pakan pengayaan

(enrichment), pakan hutan maupun pakan tambahan sebelum orangutan

dilepaskan ke habitat alam.

5.1.2 Manajemen pakan orangutan pada kandang sosialisasi

5.1.2.1 Pembagian pakan orangutan

Pusat reintroduksi orangutan sumatera memiliki beberapa pembagian pakan

orangutan. Pakan ini dapat dibedakan atas 4 (empat) bagian yaitu pakan utama,

pakan pengayaan (enrichment), pakan hutan dan pakan tambahan (suplemen).

Pakan diberikan sesuai dengan jadwal pemberian pakan orangutan yang telah

diatur di dalam waktu makan (time schedule) oleh pengelola di pusat reintroduksi

orangutan. Pakan utama orangutan adalah pakan harian yang diberikan untuk

memenuhi kebutuhan hidup orangutan selama pemeliharaan di kandang

sosialisasi. Pakan utama diberikan sebanyak 5 (lima) kali dimana waktu

pemberian dilakukan setiap 2 (dua) jam sekali yang dimulai pada pukul 08.00

WIB (setelah pembersihan kandang pagi hari) dan terakhir pada pukul 16.00 WIB

(setelah pembersihan kandang sore hari).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh bahwa terdapat

sebanyak 24 (dua puluh empat) jenis pakan utama yang diberikan kepada

Page 53: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

35

 

orangutan di kandang sosialisasi (Tabel 6). Aneka jenis pakan ini diberikan pada

kedua stasiun yaitu Stasiun Sungai Pengian dan Stasiun Danau Alo. Adapun

pemberian pakan nasi pada orangutan tersebut diberikan apabila kondisi

orangutan sakit dan saat terjadinya kondisi ekstrim yaitu kekurangan pakan

(seperti buah-buahan) di dalam stasiun.

Tabel 6 Jenis-jenis dan kelompok pakan utama orangutan di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera

No. Jenis-jenis pakan Kelompok pakan

Bentuk dan bagian pakan yang diberikan

Kondisi kematangan pakan

1 Jagung, pisang, tomat, kedondong, pepaya, nangka, nanas, kundur

Buah-buahan Utuh, potongan (buah)

Matang dan setengah matang

2 Labu siam, kacang panjang, kembang kol, wortel, terung, mentimun, buncis, kubis, *daun singkong, pakis, labu

Sayur-sayuran Utuh, potongan (buah, daun, umbi

akar)

Matang

3 Ubi jalar, bengkoang,*kentang

Umbi-umbian Utuh, potongan (umbi akar)

Matang

4 Tebu, rebung Lain-lain Utuh, potongan (batang, biji, batang

muda)

Matang

Keterangan : * : Jenis pakan yang diberikan dengan cara direbus

Pakan pengayaan (enrichment) diberikan oleh pengelola sebagai

stimulator/pemacu orangutan agar memiliki aktivitas selama berada di dalam

kandang sosialisasi. Pakan pengayaan sama halnya dengan semua pakan utama

tetapi pakan pengayaan disajikan berbeda sesuai dengan jenis pengayaan perilaku

yang diberikan. Pengayaan perilaku diberikan untuk mengurangi kebosanan

orangutan dan memacu orangutan untuk menumbuhkan kembali perilaku

alaminya. Pakan pengayaan diperoleh oleh orangutan setelah melakukan

manipulasi-manipulasi alat pengayaan yang dibuat oleh pengelola. Beberapa jenis

pengayaan (enrichment) yang diberikan adalah buah yang diambil dengan

tongkat/kayu (stick), buah di dalam wadah bola hijau/selang api, buah di dalam

wadah kong dan karung (Gambar 10).

Bagian pakan berikutnya adalah pakan hutan. Tujuan pemberian pakan

hutan adalah pengenalan bagi orangutan terhadap pakan-pakan yang akan

diperoleh ketika orangutan dilepasliarkan di dalam hutan. Pemberian pakan hutan

Page 54: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

36

 

diharapkan dapat membantu adaptasi orangutan untuk mengenal kembali pakan

hutan yang sudah lama tidak mereka konsumsi.

(A) (B)

Gambar 10 Kong sebagai wadah pakan pengayaan (A) dan pakan yang dimanipulasi dalam karung (B).

Ada sebanyak 9 (sembilan) jenis pakan hutan yang diperkenalkan selama

penelitian dilakukan di pusat reintroduksi (Tabel 7).

Tabel 7 Jenis pakan hutan yang diamati di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera

No. Jenis pakan Nama ilmiah Bagian yang diberikan 1 Kayu batu Dacryodes incurvata Buah 2 Kedondong hutan Santiria rubiginosa Buah 3 Pisang hutan Musa malaccensis Buah, stem, daun muda 4 Sebekal Fordia johorensis Daun muda, daun tua, batang muda 5 Semantum Ficus trichocarpa Buah, daun muda 6 Bambu Bambusa sp Batang muda, pucuk daun 7 Tepus Etlingera solaris Stem 8 Rotan Callamus spp. Buah, umbut 9 Rayap pohon Neotermes dalbergiae Sarang dan rayap (serangga)

Keterangan : Stem : Bagian tengah batang

Adapun pemberian pakan hutan yang hanya tersedia sebanyak 9 (sembilan)

macam. Hal ini terjadi karena pada waktu penelitian dilakukan adalah saat dimana

sedang musim kering (miskin buah) di hutan sekitar pusat reintroduksi orangutan.

Oleh sebab itu, macam-macam pakan yang diberikan kepada orangutan hanya

terdiri dari buah dari pohon yang memiliki buah pada waktu musim kering.

Pengelola stasiun reintroduksi orangutan juga memberikan pakan tambahan bagi

Page 55: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

37

 

orangutan di dalam kandang. Pakan tambahan (suplemen) merupakan bagian

pakan yang diberikan oleh pengelola pada waktu tertentu dan disesuaikan dengan

kondisi yang ada. Pakan tambahan diberikan minimal 2 (dua) kali dalam

seminggu dan dapat lebih banyak bagi orangutan apabila kondisi kesehatannya

kurang baik (sakit). Beberapa pakan tambahan yang diberikan adalah telur, susu,

multivitamin dan pelet khusus untuk satwa primata (terbuat dari sari kedelai).

Pelet yang diberikan sebelumnya ditambahkan dengan air panas dan

pepaya/pisang agar pelet tidak terlalu keras dan dapat dibentuk menjadi bentuk

bulatan-bulatan yang akhirnya dapat dimakan orangutan.

5.1.2.2 Karakteristik pakan orangutan

Karakteristik pakan orangutan adalah ciri-ciri khusus pakan yang

mempunyai/mencirikan sifat khas pada setiap macam pakan yang diberikan.

Karakteristik pakan orangutan meliputi tujuan pemberian, kuantitas, cara

penyediaan dan asal sumber pakan. Adapun keempat jenis pakan yang diberikan

di pusat reintroduksi adalah pakan utama, pakan pengayaan (enrichment), pakan

hutan dan pakan tambahan yang memiliki karakteristik masing-masing pakan.

Beberapa karakteristik tersebut di antaranya yaitu:

1. Pakan utama

Pakan utama bertujuan untuk memenuhi kebutuhan orangutan terhadap

nutrisi hariannya selama berada dalam pemeliharaan di dalam kandang sosialisasi.

Pakan yang diberikan juga telah diukur sesuai dengan jumlah tiap jenis pakan.

Pemberian pakan utama dilakukan sebanyak 5 (lima) kali pada setiap 2 (dua) jam

sekali dari pagi hingga sore hari. Pemberian pakan utama bagi orangutan

disesuaikan dengan kelas umur, berat tubuh dan kondisi orangutan di dalam

kandang (Tabel 8).

2. Pakan pengayaan (enrichment)

Pakan pengayaan (enrichment) diberikan sekali dalam sehari. Pemberian

pakan pengayaan dilakukan setelah pemberian pakan utama yaitu sekitar pukul

10.15 WIB atau pada pukul 14.15 WIB (Tabel 9). Pakan yang diberikan sama

seperti pakan utama tetapi telah disajikan dan dikondisikan sesuai dengan

permainan instinct yang akan diberikan. Jumlah pakan yang diberikan tidak

ditimbang terlebih dahulu dan diberikan sesuai dengan jenis pengayaan tersebut.

Page 56: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

38

 

Pemberian pakan pengayaan (enrichment) ditujukan sebagai pemacu atau hadiah

(reward) bagi orangutan jika berhasil melakukan suatu permainan instinct yang

telah dimanipulasi oleh pengelola, untuk menghindari orangutan stress selama

berada di dalam kandang, memperkenalkan buah-buah sebagai pakan yang dapat

dimakan orangutan dan menyibukkan orangutan agar tidak merusak kandang.

Tabel 8 Jadwal pemberian pakan utama orangutan di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera

Waktu Pemberian

(WIB) Jenis Pakan

Berat Pakan (gram)

1 2 3 08.00 Pisang/ubi jalar/jagung 200 250 400 10.00 Jagung/ubi jalar/kentang rebus 200 250 400 12.00 Kedondong/nanas/pepaya/bengkoang/mentimun/tomat/kundur/labu

siam/labu/nangka/tebu 300 400 600

14.00 Kedondong/nanas/pepaya/bengkoang/mentimun/tomat/kundur/labu siam/labu/nangka/tebu

300 400 600

16.00 Wortel/terong+ubi jalar+ 200 250 300 sayuran (pakis/daun singkong/kembang kol/ 100 150 200 kol/kacang panjang/buncis/rebung) 200 200 300

Keterangan: Berat pakan 1 = Anak, betina remaja, betina dewasa Berat pakan 2 = Jantan muda dan jantan dewasa Berat pakan 3 = Betina bunting dan sedang menyusui

Tabel 9 Jadwal pemberian pakan pengayaan orangutan

No. Hari

Waktu pemberian

(WIB) Jenis pakan pengayaan

10.15 14.15 1 Senin − √ Buah, sayuran dan umbi yang diambil dengan

tongkat/kayu 2 Selasa − √ Buah, sayuran dan umbi di dalam wadah bola hijau/

selang api 3 Rabu √ − Buah, sayuran dan umbi yang diambil dengan

tongkat/kayu 4 Kamis − √ Buah, sayuran dan umbi di dalam wadah kong/karung 5 Jumat − √ Buah, sayuran dan umbi yang diambil dengan

tongkat/kayu 6 Sabtu √ − Buah, sayuran dan umbi di dalam karung 7 Minggu − √ Buah, sayuran dan umbi di dalam kong

Adapun karakteristik pakan pengayaan (enrichment) tersebut di antaranya

adalah beberapa permainan instinct yang diberikan oleh pengelola bagi orangutan

dikenal dengan nama yaitu :

Page 57: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

39

 

a. Memancing buah, sayuran dan umbi dengan menggunakan tongkat/kayu

Permainan ini diberikan dengan tujuan untuk melihat kemampuan orangutan

dalam hal menggunakan tongkat/kayu agar orangutan mendapatkan makanan.

Buah, sayuran dan umbi dipotong-potong kemudian diletakkan pada lantai

kandang dengan jarak tertentu. Setelah itu, orangutan diberikan tongkat/kayu

untuk mengambil potongan-potongan makanan. Orangutan yang mampu

menggunakan tongkat/kayu tersebut akan mendapatkan potongan makanan yang

lebih banyak.

b. Buah, sayuran dan umbi di dalam karung

Pada pakan pengayaan ini, sejumlah makanan yang telah disiapkan akan

dimasukkan di dalam karung dan ditutupi dengan berbagai macam daun-daun

hutan. Karung tersebut kemudian diikat dengan rapat dan setelah itu dibawa ke

kandang sosialisasi. Orangutan yang mampu membuka ikatan karung akan

mendapatkan makanan yang dimasukkan ke dalam karung.

c. Buah, sayuran dan umbi di dalam wadah bola hijau/selang api

Sejumlah buah, sayuran dan umbi dimasukkan ke dalam wadah bola

hijau/selang api dan kemudian ditutupi dengan daun-daun hutan sampai padat.

Selanjutnya, pakan pengayaan ini akan diberikan pada orangutan di dalam

kandang. Pertama-tama, hal yang dilakukan orangutan yakni akan melakukan

pengecekan dengan mengambil dan mengeluarkan dedaunan yang menutupi buah-

buahan. Orangutan yang mengetahui adanya buah, sayuran dan umbi yang

terdapat di dalam wadah bola hijau/selang api maka akan mendapatkan jumlah

yang lebih banyak.

d. Buah, sayuran dan umbi dalam kong

Jenis pengayaan ini disediakan dengan menggunakan wadah sebagai tempat

makanan bagi orangutan. Kong dibuat dari karet yang dibentuk untuk melatih

kemampuan orangutan menggunakan jari-jarinya agar dapat mengeluarkan

sejumlah makanan yang dimasukkan ke dalamnya. Selain itu, kong juga bertujuan

melatih orangutan menggunakan gigi mereka untuk membuka makanan dengan

kulit yang keras.

Page 58: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

40

 

e. Madu/pisang yang dioleskan di permukaan daun

Selain keempat jenis pakan pengayaan yang diberikan di atas, pengelola

juga memberikan pakan pengayaan menggunakan madu/pisang yang dioleskan ke

permukaan daun. Jenis pakan pengayaan ini diberikan pengelola walaupun waktu

pemberiannya tidak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan pada pukul 10.15 WIB

atau pukul 14.15 WIB karena ketersediaannya bersifat temporer. Adapun

pemberian pakan ini bertujuan melatih orangutan untuk merasakan atau

menggunakan daun saat minum dengan daun. Pemberian pakan pengayaan

(enrichment) diupayakan membantu orangutan untuk adaptif di kandang

sosialisasi.

3. Pakan hutan

Adapun pakan hutan diberikan dengan tujuan untuk memperkenalkan

kembali berbagai pakan hutan yang akan mereka dapatkan apabila sudah

dilepasliarkan ke dalam hutan. Pakan hutan diberikan tanpa menimbang jumlah

berat pakan. Asal sumber pakan ini diambil langsung dari lokasi yang berada di

sekitar stasiun reintroduksi orangutan. Pakan hutan sangat membantu orangutan

mengenal lebih cepat berbagai jenis pakan hutan dan adaptasi orangutan.

Orangutan akan belajar bagaimana memilih apakah buah hutan dapat dimakan

atau tidak, mendapatkan bagian buah yang dapat dimakan, mengenal berbagai

jenis pakan alternatif selain buah-buahan hutan, memilih buah atau pakan hutan

yang dapat atau tidak dapat untuk dimakan dan pada akhirnya orangutan tersebut

akan mengetahui jenis pakan hutan yang mereka sukai saat berada di dalam hutan.

4. Pakan tambahan

Pakan tambahan diberikan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lain dan

menjaga serta meningkatkan kondisi kesehatan orangutan selama berada di dalam

kandang sosialisasi. Hal ini dilakukan agar tidak ada orangutan yang sakit selama

berada di dalam kandang sosialisasi. Cara penyediaan pakan tambahan ini dengan

direbus terlebih dahulu untuk pakan tambahan berupa telur. Pemberian pakan

pelet diberikan dengan mencampurkan pelet yang telah direndam air panas

dengan buah seperti pisang atau pepaya. Pencampuran pelet dengan pisang atau

pepaya dilakukan agar pelet tersebut dapat menyatu dengan pisang/pepaya

sehingga nantinya dapat dimakan oleh orangutan.

Page 59: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

41

 

5.1.2.3 Sumber pakan orangutan

Pasokan pakan bagi orangutan yang berada di pusat reintroduksi orangutan

diperoleh dari pasar tradisional, kebun masyarakat yang berada di sekitar stasiun

reintroduksi dan hutan. Adapun pakan utama, pakan pengayaan (enrichment) dan

pakan tambahan hampir seluruhnya berasal dari pasar tradisional dan kebun

masyarakat sekitar stasiun sedangkan untuk pakan hutan berasal dari hutan di

sekitar stasiun reintroduksi. Sumber pakan sangat menentukan macam-macam

pakan dan asupan nutrien bagi setiap orangutan selama berada di dalam kandang.

Orangutan yang berada di kandang sosialisai membutuhkan asupan nutrien

makanan yang cukup dan seimbang dengan mencakup kebutuhan akan energi,

protein, lemak, serat, kalsium, posfor, vitamin dan mineral untuk dapat melakukan

berbagai aktivitas. Moen (1973) diacu dalam Zuraida (2004) menyatakan bahwa

kebutuhan energi orangutan selain ditentukan oleh umur, jenis kelamin dan berat

badan juga sangat ditentukan oleh jenis dan lama aktivitasnya dimana kegiatan

tersebut sangat berpengaruh pada metabolisme basal. Kecukupan dan

keseimbangan pakan akan menghasilkan energi untuk melakukan aktivitas

orangutan dan juga sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan orangutan.

Makanan adalah salah satu kebutuhan yang mutlak diperlukan bagi individu

orangutan agar dapat melangsungkan kehidupannya. Pentingnya makanan ini bagi

hidup orangutan menjadikan makanan sebagai faktor pembatas (limiting factor)

selama berada di kandang sosialisasi. Pada habitat alaminya, orangutan akan

mencari makanan untuk memperoleh nutrisi dari pakan tersebut. Sumber-sumber

nutrisi diperoleh dari buah-buahan, daun-daun hutan, biji-bijian, serangga dan

jenis lainnya. Pemberian pakan bagi orangutan selama berada di dalam kandang

sosialisasi bersifat sementara sampai mereka siap untuk dilepasliarkan ke hutan

sebagai habitatnya. Pakan yang diberikan dipilih dan disesuaikan dengan

kebutuhan orangutan serta harus merupakan buah-buah tropis.

5.1.2.4 Jumlah pemberian pakan

Pengaturan jumlah pakan yang diberikan dimaksudkan agar setiap individu

orangutan mendapatkan proporsi makanan yang sesuai dan seimbang. Jumlah

pemberian pakan bagi orangutan dikelompokkan dengan tujuan untuk memastikan

orangutan mendapatkan pakan yang seimbang dan bervariasi. Adapun berat setiap

Page 60: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

42

 

jenis pakan diberikan dalam satuan gram yang diberikan tiap hari. Jumlah atau

proporsi pakan setiap individu orangutan yang berada di dalam kandang

sosialisasi dibedakan berdasarkan atas berat badan, struktur umur, jenis kelamin,

kebutuhan energi per hari dari tiap individu dan kondisi orangutan (sebagai

contoh pada saat penelitian terdapat individu di kandang sosialisasi sedang

menyusui anaknya dan orangutan sedang dalam perawatan). Berdasarkan hasil

penelitian terhadap 6 (enam) individu orangutan, dapat diketahui adanya beberapa

perbedaan jumlah pemberian pakan pada masing-masing orangutan.

5.1.2.5 Waktu pemberian pakan

Waktu pemberian pakan yang diberikan kepada orangutan di kandang

sosialisasi ada sebanyak 5 (lima) kali frekuensi makan dalam sehari dengan

rentangan waktu setiap dua jam sekali. Adapun yang dimaksud dengan pemberian

pakan ini adalah dengan waktu pemberian pakan terhadap pakan utama. Waktu

frekuensi makan pertama diberikan pada pukul 08.00 WIB setelah kegiatan

pembersihan kandang pagi hari. Selanjutnya, frekuensi pemberian makan kedua

diberikan pada pukul 10.00 WIB, frekuensi pemberian makan ketiga pada pukul

12.00 WIB, frekuensi pemberian makan keempat diberikan pada pukul 14.00

WIB dan frekuensi pemberian makan kelima diberikan pada pukul 16.00 WIB

setelah kegiatan pembersihan kandang sore hari.

5.1.2.6 Penyediaan pakan orangutan

Pengelolaan pakan bagi individu orangutan di pusat reintroduksi memiliki

pedoman-pedoman mengenai pakan orangutan. Penyediaan dan pemberian pakan

orangutan merupakan bentuk pengelolaan pakan yang dilakukan pengelola

terhadap orangutan di pusat reintroduksi yakni di Stasiun Sungai Pengian dan

Stasiun Danau Alo. Penyediaan pakan yang diamati pada kandang sosialisasi

dapat diartikan yaitu cara pengelola menyediakan pakan bagi orangutan seperti

jenis pakan, cara dan pengaturan jadwal pemberian pakan orangutan. Penyediaan

pakan orangutan juga dapat diartikan sebagai metode atau cara pengelola sebelum

memberikan jenis-jenis pakan kepada orangutan di dalam kandang. Penyediaan

pakan dilakukan dengan menyesuaikan kepada komposisi pakan yang telah diatur

sesuai dengan jadwal pemberian pakan orangutan di pusat reintroduksi.

Page 61: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

43

 

Penyediaan pakan yang diberikan akan bervariasi pada tiap frekuensi waktu

pemberian pakan. Cara penyediaan pakan yang dilakukan merupakan cara

pengelola untuk menyediakan sejumlah pakan kepada orangutan dimana pakan

seperti jenis buah-buahan, umbi-umbian, sayur-sayuran dan kelompok yang

termasuk kelompok pakan lain-lain disajikan dalam bentuk utuh maupun dalam

bentuk potongan-potongan (Gambar 11). Adapun penyajian bentuk pakan secara

utuh atau dalam bentuk potongan akan disesuaikan berdasarkan jumlah berat

pakan dan berat badan, serta kondisi dan situasi orangutan. Sebagai contoh, Bobo

adalah salah satu individu yang diamati dimana pada waktu pemberian pakan

pukul 08.00 WIB dengan jenis pakan yang disajikan yaitu ubi jalar. Berat badan

individu Bobo lebih dari 20 kg maka berat ubi jalar yang diberikan kepada Bobo

sebanyak 250 gram sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat oleh pihak

pengelola.

A B

Gambar 11 Penyediaan pakan dalam kelompok pakan buah-buahan (A) dan pakan disediakan dengan menimbang berdasarkan pengaturan pakan (B).

Pada pengamatan yang diamati, cara penyediaan pakan yang dilakukan

pengelola/teknisi yakni dengan terlebih dahulu membersihkan/mencuci makanan

agar kebersihan makanan orangutan lebih terjamin. Pengelola/teknisi yang

bertugas akan memilih dan mengambil pakan kemudian mencuci pakan tersebut

dengan baik. Hal ini dilakukan agar orangutan tidak terkontaminasi dengan zat

Page 62: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

44

 

asing di dalam pakan atau pun karena kecacingan. Sejumlah makanan yang akan

disediakan terdapat di dalam gudang pakan. Gudang pakan ini berfungsi sebagai

tempat untuk membagi dan menimbang pakan sesuai dengan pengaturan jumlah

pakan orangutan dan juga sebagai tempat persediaan (stock) pakan setiap

minggunya. Pada gudang pakan ini terdapat meja yang disediakan untuk

penyediaan pakan dan tempat pencucian pakan orangutan.

Setelah itu, pengelola akan membagi pakan menjadi bentuk-bentuk utuh

atau pakan dipotong menjadi bagian yang lebih kecil. Selanjutnya, pihak

pengelola atau teknisi yang bertugas akan menyediakan jumlah pakan yang sudah

ditentukan untuk diberikan. Seluruh jenis pakan yang tersedia di dalam gudang

akan ditimbang terlebih dahulu kemudian dibagi dan disediakan menurut

kebutuhan masing-masing orangutan.

5.1.2.7 Pemberian pakan orangutan

Pakan orangutan diberikan menurut waktu pemberian yang disusun oleh

pengelola. Pakan disediakan pengelola menurut daftar jenis pakan pada setiap

frekuensi waktu pemberian. Pemberian pakan orangutan yang dilakukan oleh

pengelola dilakukan dengan memberikan langsung kepada masing-masing

individu orangutan. Pakan yang telah dibagi sesuai dengan porsi setiap individu

akan diberikan dengan cara perpotong pakan atau pun dapat diberikan secara

langsung dari semua makanan kepada orangutan.

Pemberian pakan orangutan harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi

orangutan di dalam kandang sosialisasi. Orangutan yang berada bersama

kelompok lain di dalam blok kandang akan diberikan dengan teknis pemberian

pakan yang berbeda dengan orangutan yang hanya berjumlah satu individu di

dalam blok kandang. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh bahwa setiap

pengelola dan teknisi juga memiliki cara/teknis pemberian yang berbeda satu

dengan teknisi lainnya. Adapun cara/teknis yang dilakukan oleh pengelola dan

juga teknisi tersebut bertujuan agar masing-masing individu mendapatkan

porsi/jumlah makanan yang tepat berdasarkan pengaturan pakan yang telah

ditetapkan.

Orangutan dengan struktur umur anak dan dewasa muda mendapatkan

jumlah pakan lebih banyak karena dibutuhkan energi lebih untuk proses

Page 63: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

45

 

pertumbuhan di dalam tubuhnya. Dengan demikian cara pemberian pakan dapat

diartikan sebagai metode lanjutan dari cara penyediaan pakan yang dilakukan

pengelola pada saat memberikan makanan bagi setiap individu orangutan di dalam

kandang sosialisasi. Pada saat penelitian dilakukan, diketahui bahwa pengelola

memberikan pakan secara langsung kepada masing-masing individu orangutan

dimana pengelola memberikan sejumlah pakan dari dalam wadah pakan yang

terdapat pada kantong plastik. Hal ini dilakukan sebagai cara pengelola/teknisi

untuk dapat mempermudah mengingat pemberian makanan kepada setiap individu

orangutan (Gambar 12).

Pemberian pakan secara langsung pada orangutan dilakukan pada

pemberian macam-macam pakan utama, pakan hutan dan pakan tambahan

sedangkan untuk pakan pengayaan (enrichment) diberikan dari wadah/tempat

yang juga digunakan sebagai alat permainan bagi orangutan. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan, diperoleh bahwa cara penyediaan dan pemberian

pakan tersebut juga mempengaruhi terhadap durasi makan orangutan.

A B Gambar 12 Wadah pemberian pakan (A) dan teknisi memberikan pakan dari

wadah pemberian pakan (B). 5.1.3 Manajemen kandang orangutan

Orangutan yang baru direlokasi dari Pusat Karantina Medan akan

ditempatkan pada kandang sosialisasi di stasiun reintroduksi. Kandang sosialisasi

ini berfungsi sebagai tempat orangutan untuk bersosialisasi dengan individu

lainnya, mampu beradaptasi dan sebagai tempat sementara sebelum orangutan

dilepasliarkan dari kandang menuju habitat alaminya. Oleh sebab itu, pengaturan

Page 64: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

46

 

kebersihan dan perawatan kandang sosialisasi merupakan bagian penting bagi

pengelolaan di pusat reintroduksi untuk mendukung upaya kesejahteraan

orangutan (animal welfare). Pengaturan kebersihan fasilitas-fasilitas yang dibuat

di dalam kandang harus dijaga kebersihannya untuk mencegah penyebaran

kuman-kuman penyakit dan jamur yang dapat menyebabkan berbagai penyakit.

Dengan demikian perlu dilakukan upaya pembersihan kandang setidaknya 2

(dua) kali sehari. Beberapa upaya pengaturan kebersihan yang dilakukan

diantaranya yaitu (Pratje 2006) :

a. Semua kandang di pusat reintroduksi harus bersih dan rapi pada pagi hari

pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB.

b. Setiap sesi pembersihan dimulai dari lantai kandang. Lantai tersebut harus

dibersihkan dengan menggunakan sapu untuk menghilangkan kotoran, sisa-

sisa makanan, bekas-bekas material tidur dan lainnya.

c. Celah-celah di lantai kandang harus diperiksa mulai dari bawah sarang tidur

sampai tiang-tiang penyangga/pilar kandang untuk membersihkan bekas

kotoran atau bekas-bekas tidur atau sisa-sisa sampah.

d. Setelah membersihkan semua bagian-bagian tersebut di atas maka cairan

desinfektan ditumpahkan ke lantai kandang dan lantai kandang disikat dengan

sapu kandang. Jenis desinfektan akan diganti sekali dalam 3 (tiga) hari untuk

mencegah kekebalan perkembangbiakan bakteri yang dapat terjadi bila hanya

menggunakan satu jenis desinfektan saja.

e. Setelah desinfektan dibiarkan sedikitnya selama 3 (tiga) menit maka lantai

dibersihkan dengan cara disemprot dengan mesin semprot.

f. Alat-alat tidur yang sudah lama dan kotoran-kotoran dibawa ke tempat

pembuatan kompos dan air yang tersisa dialirkan menuju septik tank.

g. Tempat berjalan teknisi di depan kandang juga dibersihkan dengan cara yang

sama seperti membersihkan lantai kandang.

h. Jeruji-jeruji besi yang merupakan lantai kandang diperiksa dari sisa-sisa

kotoran dan dibersihkan dengan mesin semprot.

Perawatan kandang sosialisasi dilakukan dengan membersihkan kompleks

kandang secara menyeluruh. Adapun pelaksanaan pembersihan kompleks

kandang yang dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari meliputi kegiatan:

Page 65: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

47

 

1. Pembersihan kasar lantai kandang

Pembersihan kasar lantai kandang dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa

pakan dan daun-daun sarang yang diberikan pada hari sebelumnya. Adapun hal ini

untuk memudahkan teknisi melakukan tahapan pembersihan selanjutnya. Sisa

pakan dan daun sarang akan dibuang pada tempat sampah organik yang telah

dibuat oleh pengelola.

2. Pemberian desinfektan

Desinfektan akan diberikan setelah pembersihan kasar kandang sosialisasi

pada pagi dan sore hari. Desinfektan disiram ke lantai kandang secara menyeluruh

dan kemudian dibiarkan beberapa saat sebelum melakukan penyikatan. Jenis

desinfektan yang digunakan harus diganti setiap 3 (tiga) hari sekali. Hal ini

dilakukan untuk mencegah resistensi bakteri dan mikroba lainnya. Setiap jenis

desinfektan yang diberikan harus memperhatikan komposisi zat yang terkandung

sehingga desinfektan yang diberikan tidak sama komposisinya meskipun dengan

nama merk produk yang sama.

3. Penyikatan kandang

Penyikatan kandang dilakukan setelah desinfektan disiram ke seluruh lantai.

Lantai kandang disikat dengan baik agar bakteri dan mikroba yang terdapat di

lantai bersih dengan baik. Penyikatan lantai kandang juga dilakukan secara khusus

(ekstra) untuk menghilangkan lumut-lumut. Penyikatan lumut ini dilakukan secara

terpisah dengan penyikatan kandang 2 (dua) kali setiap harinya.

4. Penyiraman

Kegiatan penyiraman kandang dilakukan setelah seluruh kegiatan lainnya

selesai dikerjakan. Penyiraman kandang dimulai dari lantai kandang bagian atas,

jeruji kandang dan setelah itu lantai dasar kandang. Penyiraman harus dilakukan

dengan baik dan memperhatikan pada setiap sudut kandang agar kotoran (feses

dan urin) dan sisa-sisa pakan serta daun sarang tidak tertinggal di dalam kandang.

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan mesin penyemprot air yang

bertekanan tinggi sehingga kotoran dan sisa-sisa pakan yang berada di sudut

kandang dapat dibersihkan seluruhnya. Walaupun pembersihan kandang

dilakukan setiap hari, akan tetapi masih ada saja bagian yang tidak dapat

terjangkau atau sulit dibersihkan yaitu pada bagian jeruji dan tembok kandang.

Page 66: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

48

 

Selain kegiatan pembersihan secara rutin, pengelola juga melakukan

kegiatan lainnya untuk manajemen kandang sosialisasi. Kegiatan yang dilakukan

adalah pembersihan ekstra untuk jeruji dan tiang kandang, perbaikan dan

penambahan alat hiburan orangutan (entertainment) dan alat permainan di dalam

kandang. Akan tetapi, hal ini terasa sulit dibersihkan setiap hari bersamaan

dengan pembersihan lantai. Oleh karena itu, bagian ini dibersihkan dari lumut

atau jamur setiap dua minggu sekali atau pun dapat dikondisikan saat cuaca cukup

panas yang mengakibatkan jamur dan lumut sulit tumbuh atau sebaliknya saat

musim penghujan dengan kelembaban tinggi yang dapat memacu pertumbuhan

jamur dan lumut. Selain itu, terdapat pula peralatan dan perlengkapan yang

digunakan untuk memperbaiki kandang sosialisasi.

5.1.4 Manajemen kesehatan orangutan

Manajemen kesehatan orangutan pada kandang sosialisasi di pusat

reintroduksi orangutan sumatera merupakan kegiatan penting yang bertujuan

untuk menjaga dan memelihara kondisi orangutan agar tetap sehat sebelum

dilepasliarkan. Adapun kegiatan di dalam manajemen kesehatan adalah kegiatan

promotif, pemeriksaan kesehatan orangutan dan teknisi secara rutin, pengobatan

dan perawatan orangutan sakit dan pengamatan perilaku orangutan di dalam

kandang. Kegiatan promotif adalah kegiatan berupa pemberian vitamin dan

suplemen yang dilakukan untuk meningkatkan imunitas tubuh sehingga orangutan

tidak mudah terpapar penyakit.

Pemeriksaan kesehatan rutin yang dilakukan pengelola yang meliputi

pemeriksaan feses dan urin orangutan, pemeriksaan dan imunisasi bagi teknisi dan

pengelola serta pemberian obat cacing pada orangutan dan teknisi secara teratur

untuk mencegah kecacingan. Pengobatan dan perawatan orangutan sakit

dilakukan apabila terdapat kasus-kasus gangguan kesehatan pada orangutan

(Gambar 13). Selanjutnya, pengamatan perilaku orangutan di dalam kandang

sosialisasi dilakukan untuk mengetahui secara berlanjut kondisi kesehatan dan

kesejahteraan orangutan selama berada di dalam kandang. Stasiun reintroduksi

orangutan memiliki bangunan klinik untuk melakukan kegiatan medis dan

penyimpanan obat-obatan. Klinik ini dilengkapi dengan satu unit ruangan

laboratorium yang terdiri dari ruang operasi dan ruang kerja.

Page 67: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

49

 

(A) (B)

Gambar 13 Upaya mengobati penyakit orangutan (A) dan persediaan obat-obatan untuk orangutan (B).

Ruangan ini berfungsi sebagai ruangan untuk melakukan operasi orangutan

dan pemeriksaan feses dan urin orangutan. Ruang klinik juga digunakan sebagai

ruang kerja sehari-hari oleh dokter hewan. Pada ruang klinik dilengkapi dengan

persediaan obat-obatan, alat-alat kesehatan seperti steteskop, mikroskop, meja

operasi dan peralatan, tulup (alat untuk pembiusan), lemari penyimpanan obat dan

sebagainya.

Selain itu, pengelola juga melakukan tindakan pencegahan penularan

penyakit dari orangutan kepada orangutan dan orangutan kepada manusia atau

sebaliknya. Hal ini dilakukan dengan membuat beberapa peraturan. Peraturan

tersebut adalah mewajibkan menggunakan masker saat dekat dengan orangutan,

membuat larangan merokok di sekitar kandang orangutan pada jarak yang

ditentukan, mewajibkan menggunakan sepatu karet dan pakaian seragam saat

kerja, mewajibkan seluruh tamu dan peneliti yang akan masuk untuk menyertakan

surat kesehatan dan pemeriksaan laboratorium untuk penyakit TBC, hepatitis,

herpes dan AIDS (Gambar 14).

Page 68: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

50

 

(A) (B) Gambar 14 Himbauan untuk memakai masker (A) dan pembersihan kandang

sosialisasi (B). 5.1.5 Durasi makan orangutan

Durasi makan orangutan adalah lama waktu yang digunakan orangutan

untuk memakan makanan yang dimulai dari waktu orangutan mulai

meraih/mengambil makanan, membuka makanan, memasukkan makanan ke

dalam mulut, mengunyah dan menelan makanan. Setiap individu orangutan

memiliki lama waktu untuk memakan suatu makanan. Berdasarkan pengamatan

yang dilakukan pada 6 (enam) individu orangutan maka diperoleh durasi makan

orangutan terhadap jenis pakan utama (Gambar 15 dan Lampiran 5).

Durasi makan pada pengamatan keenam individu selama 210 kali

pengamatan menghasilkan lamanya setiap orangutan memakan suatu makanan

berdasarkan frekuensi makan. Durasi makan orangutan yang diamati diperoleh

dari pemberian pakan utama. Adapun alasan pengamatan durasi makan dengan

pemberian pakan utama yakni karena pakan utama yang diberikan dapat disajikan

dan tersedia secara kontinu kepada semua orangutan. Hal lainnya yang dapat

menjadi pertimbangan yaitu bahwa salah satu dari jenis pakan hutan, pakan

pengayaan (enrichment) atau pun pakan tambahan kadang kala tidak dapat

sepenuhnya tersedia seperti pakan hutan dimana pakan hutan bagi orangutan

dipengaruhi oleh faktor musim buah.

Dengan demikian maka pengamatan durasi makan dilakukan dengan

mengamati hanya pada jenis pakan utama. Setiap orangutan yang diamati

memiliki ekspresi kebiasaan-kebiasaan (habit) makan. Selama melakukan

pengamatan diperoleh rata-rata durasi makan orangutan paling cepat dan rata-rata

Page 69: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

51

 

durasi makan paling lama. Individu dengan rata-rata durasi paling cepat makan

diperoleh pada Frangkie yakni betina remaja dengan nilai rata-rata durasi makan 3

menit 52 detik sedangkan individu dengan rata-rata durasi paling lama makan

diketahui pada orangutan Mirriam yakni betina anak dengan nilai rata-rata durasi

makan 20 menit 12 detik. Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh hasil bahwa

durasi makan orangutan berkorelasi pada jenis pakan.

Gambar 15 Durasi makan keenam individu orangutan di Pusat Reintroduksi

Orangutan Sumatera. 5.1.5.1 Durasi makan orangutan berdasarkan frekuensi makan

Durasi makan orangutan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis pakan,

cara penyediaan dan cara pemberian pakan. Selama melakukan pengamatan

terdapat sebanyak 24 (dua puluh empat) jenis pakan utama yang diberikan pada

orangutan di dalam kandang. Jenis pakan ini merupakan pakan yang diberikan

sesuai dengan jadwal pemberian frekuensi makan setiap hari menurut jenis pakan

dan kelompok pakan. Frekuensi pemberian pakan pertama adalah pukul 08.00

WIB. Selanjutnya, pada pemberian frekuensi makan kedua diberikan pada pukul

10.00 WIB, frekuensi makan ketiga yakni pukul 12.00 WIB, frekuensi makan

Page 70: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

52

 

keempat pada pukul 14.00 WIB dan pemberian makan kelima yakni pada pukul

16.00 WIB.

Berdasarkan jenis pakan dan kelompok pakan yang disediakan oleh

pengelola di pusat reintroduksi maka diperoleh hasil durasi makan dari keenam

individu orangutan yang memiliki lama waktu makan pada setiap frekuensi

makan. Frekuensi makan pertama pukul 08.00 WIB memperoleh hasil durasi

makan paling cepat yakni individu Bobo dengan durasi makan sebesar 4 menit 35

detik. Selanjutnya, individu yang memiliki durasi makan paling lama diperoleh

pada individu Mirriam dengan waktu makan sebesar 15 menit 58 detik. Hasil

durasi makan pada frekuensi makan pukul 10.00 WIB diperoleh pada individu

Alex memiliki durasi makan paling cepat. Adapun lama waktu makan yang

diperoleh yakni sebesar 4 menit 5 detik. Selanjutnya, durasi makan individu

paling lama diperoleh pada individu Mirriam dengan lama makan sebesar 12

menit 50 detik.

Pada frekuensi makan pukul 12.00 WIB diperoleh hasil durasi makan

individu paling cepat yakni individu Frangkie dengan durasi makan sebesar 6

menit 12 detik sedangkan durasi makan individu paling lama makan diperoleh

pada individu Mirriam sebesar 10 menit 45 detik. Hal selanjutnya durasi makan

individu yang memiliki waktu makan paling cepat diperoleh pada frekuensi

makan pukul 14.00 WIB sebesar 3 menit 52 detik yakni pada individu Frangkie

sedangkan durasi makan individu yang memiliki waktu makan paling lama

dengan nilai durasi sebesar 11 menit 7 detik pada individu Mirriam.

Adapun hasil durasi makan pada frekuensi makan pukul 16.00 WIB yakni

individu yang memiliki durasi makan paling cepat diperoleh pada individu Alex

dengan lama waktu makan sebesar 7 menit 7 detik sedangkan durasi makan paling

lama diperoleh pada individu Mirriam dengan lama makan sebesar 20 menit 12

detik (Gambar 16).

Page 71: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

53

 

(A) Pukul 08.00 WIB (B) Pukul 10.00 WIB

(C) Pukul 12.00 WIB (D) Pukul 14.00 WIB

(E) Pukul 16.00 WIB

Gambar 16 Durasi makan (A,B,C,D dan E) berdasarkan frekuensi makan.

Page 72: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

54

 

5.1.6 Kebiasaan (habit) makan orangutan pada kandang sosialisasi

Kebiasaan (habit) makan orangutan di dalam kandang sosialisasi

berhubungan erat dengan jenis pakan yang diberikan oleh pengelola. Berdasarkan

hal tersebut diperoleh bahwa jenis pakan, penyajian, pemberian dan waktu makan

orangutan memiliki kaitan dengan kebiasaan-kebiasaan makan orangutan saat

berada di dalam kandang sosialisasi.

5.1.6.1 Kebiasaan makan yang dilakukan orangutan sebelum makan

Terdapat beberapa ekspresi kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh

orangutan sebelum makan. Kebiasaan yang diekspresikan di dalam kandang

sosialisasi tersebut diantaranya ialah menggelantung dengan posisi tubuh terbalik

atau pun menggelantung dengan posisi tubuh berdiri, berpindah ke suatu tempat,

berdiri sambil melihat-lihat ke arah petugas yang membawa makanan,

mendekatkan/mengarahkan tubuhnya ke sumber makanan, berputar-putar di

dalam kandang, mengelilingi kandang sambil melihat petugas yang akan

memberikan makanan, berpindah posisi ke arah makanan dan duduk sambil

melihat makanan.

5.1.6.2 Kebiasaan makan yang dilakukan orangutan saat makan

Kebiasaan orangutan saat makan adalah semua ekspresi yang dilakukan oleh

orangutan pada saat makan. Ekspresi orangutan pada saat makan di dalam

kandang sosialisasi ialah dimulai dengan mengambil makanan, berpindah tempat,

makan sambil duduk, makan sambil melihat individu lainnya, bergerak berpindah

tempat dengan cara menggunakan kedua tangannya (brakhiasi), makan sambil

berpindah tempat, makan sambil menggelantung baik dengan posisi tubuh berdiri

maupun menggelantung dengan posisi tubuh terbalik, makan sambil melihat-lihat

ke bawah, makan sambil berpindah tempat karena menghindar dari individu yang

mendominasi di dalam kandang, makan sambil jongkok, makan sambil berayun-

ayun, makan sambil melihat ke arah luar kandang, makan sambil memanjat,

makan sambil duduk di sarang buatan, makan sambil melihat ke arah

sekelilingnya, makan sambil berdiri, makan sambil berpindah tempat dengan cara

berjalan menggunakan kedua kaki dan tangannya (quadrapedal) dan makan sambil

berguling.

Page 73: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

55

 

5.1.6.3 Kebiasaan makan yang dilakukan orangutan setelah makan

Terdapat beberapa ekspresi kebiasaan yang dilakukan oleh orangutan

setelah makan. Adapun kebiasaan yang dapat diamati di dalam kandang

sosialisasi adalah berpindah tempat, melihat ke arah luar, turun, duduk sambil

memakan sisa-sisa makanan, duduk sambil melihat individu lain, minum,

memanjat, melihat makanan yang masih dimakan individu lain, mencuri makanan

individu lainnya, berayun-ayun, memanjat, berkelahi dan berpindah tempat baik

dengan menggunakan kedua tangannya (brakhiasi) maupun dengan menggunakan

kedua kaki dan tangannya (quadrapedal).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Manajemen pakan orangutan pada kandang sosialisasi

Manajemen pakan orangutan pada kandang sosialisasi di pusat reintroduksi

orangutan di Stasiun Sungai Pengian dan Stasiun Danau Alo dikelola berdasarkan

kepada pakan alami orangutan dimana orangutan diklasifikasikan sebagai satwa

pemakan buah-buahan (frugivora). Dasar program manajemen pakan orangutan

yang dibuat bertujuan untuk memperoleh upaya keberhasilan reintroduksi

orangutan dimana pada akhirnya orangutan dapat survive di habitat alam. Salah

satu kegiatan pengelolaan di pusat reintroduksi yakni manajemen pakan.

Manajemen pakan dikelola dengan cara terbaik sebagai alasan bahwa upaya

reintroduksi orangutan dimulai dari manajemen pakan di dalam kandang dan juga

tahapan orangutan berada di dalam kandang sosialisasi hanya dalam beberapa

waktu saja sehingga manajemen pakan harus diupayakan dengan cara terbaik.

Pengaturan makanan bagi orangutan didasarkan kepada program manajemen

pakan yang telah ditetapkan sesuai prosedur standar operasional (SOP)

reintroduksi orangutan sumatera.

Program kegiatan di dalam manajemen pakan orangutan dilaksanankan

untuk menjamin kesuksesan terhadap reintroduksi (Pratje 2006). Selama berada di

dalam kandang, orangutan akan dikenalkan dan diberikan berbagai jenis pakan,

kelompok pakan dan menu pakan. Makanan yang diberikan bagi orangutan

merupakan dasar untuk menjalankan fungsi normal metabolisme sehingga

sejumlah pakan yang diberikan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan yaitu

air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin (Pramesywari 2008). PKBSI

Page 74: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

56

 

(1995) diacu dalam Pramesywari (2008) juga menyatakan bahwa dalam

penentuan kualitas dan kuantitas pakan harus mempertimbangkan jenis makanan

yang dimakan di habitat asli, kandang dan lingkungan sekitar dan spesies

pembanding yang persyaratannya diketahui.

Orangutan yang berada di pusat reintroduksi ini mendapat pemberian jadwal

makan dengan frekuensi makan 5 (lima) kali dalam sehari. Adapun pemberian

pakan yang dimaksud adalah pada pemberian pakan utama disamping dari pakan

hutan, pakan pengayaan (enrichment) dan pakan tambahan.

Orangutan pada kandang sosialisasi mendapatkan makanan secara langsung

dari pemberian pengelola dan teknisi yang bertugas. Pemberian pakan dari tempat

pemberian pakan (feeding site) tidak lagi digunakan. Pemberian pakan secara

langsung kepada orangutan memberikan keuntungan apabila dibandingkan

pemberian pakan pada feeding site bagi orangutan. Beberapa keuntungan tersebut

diantaranya adalah (Pratje 2006) :

1. Orangutan yang berada di dalam kandang dapat mengembangkan sebuah

kekuasaan berdasarkan umur, kekuatan watak dari masing-masing orangutan.

2. Orangutan yang mempunyai kekuasaan lebih tinggi akan melakukan monopoli

sumber-sumber makanan sehingga orangutan mendapatkan semua makanan

yang terbaik secara berlebihan dan menyisakan sedikit sisa makanan bagi

orangutan lainnya. Sebaliknya, pada orangutan yang memiliki kekuasaan

lebih rendah pada kelompoknya memungkinkan orangutan tidak

mendapatkan makanan sama sekali.

3. Pemberian pakan secara langsung ke mulut orangutan membuat orangutan

mendapatkan kecukupan pakan sesuai kebutuhannya.

Pada pengaturan penyediaan makanan, teknisi harus dapat

menghitung/mengukur banyak dan berat pakan yang akan disediakan kepada

orangutan. Cara yang dilakukan untuk penyediaan jumlah pakan secara tepat bagi

orangutan yakni dengan menimbang terlebih dahulu dari jenis pakan yang akan

diberikan kepada orangutan. Adapun proporsi atau perbandingan berat pakan yang

akan disediakan harus sesuai dengan daftar pakan (diet menu) yang telah dibuat

dan disepakati di dalam manajemen pakan orangutan di pusat reintroduksi. Selain

itu, teknisi juga dibekali strategi pemberian makan orangutan untuk mencegah

Page 75: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

57

 

orangutan yang menyerang dengan kekuasaan lebih tinggi kepada orangutan yang

kekuasaannya lebih rendah. Strategi yang diberikan yakni dengan memberikan

pakan kepada individu yang berkuasa (dominan) lebih dahulu untuk membuat

orangutan tersebut merasa senang dan setelah itu dapat memberikan pakan kepada

orangutan yang lebih rendah tingkat kekuasaannya (kalah).

Apabila sejumlah pakan diberikan secara acak kepada orangutan maka

diperlukan dua orang teknisi yang dapat membagikan kepada setiap kelompok

sehingga orangutan yang memiliki kekuasaan lebih rendah juga mendapatkan

makanan yang layak. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pemberian pada

pakan utama orangutan dengan frekuensi makan 5 (lima) kali sehari di pusat

reintroduksi orangutan apabila dirujuk kepada cara makan orangutan di alam

maka dapat dinyatakan bahwa manajemen pakan dengan pemberian frekuensi 5

(lima) kali termasuk ke dalam kategori manajemen pakan baik. Alasan yang

diberikan yakni mengacu pada aktivitas makan orangutan di alam yang dapat

mencapai hingga 60% dimana aktivitas orangutan digunakan untuk makan. Selain

hal itu, dikaji juga bahwa dari keempat jenis pakan yang diberikan (pakan utama,

pakan enrichment, pakan hutan dan pakan tambahan) mempertimbangkan kepada

aspek pemberian makan sebanyak 10% bobot tubuh orangutan.

Pihak pengelola mempertimbangkan bahwa orangutan yang berada di dalam

kandang sosialisasi hanya bersifat sementara sebelum orangutan akan

dilepasliarkan ke habitat alam. Hal lainnya juga yakni aktivitas orangutan yang

dilakukan di dalam kandang tidak sebanyak apabila dibandingkan dengan

aktivitas orangutan saat berada di habitat alaminya. Dengan demikian faktor

kondisi dan aktivitas orangutan pada kandang sosialisasi tersebut menjadi

pertimbangan bagi pengelola untuk memberikan manajemen pakan terbaik bagi

orangutan.

Pemberian pakan orangutan yang diamati di pusat reintroduksi orangutan

sumatera ini dikaterogikan memiliki manajemen pakan baik dengan bukti

perbandingan salah satu manajemen pakan orangutan yang terdapat di pusat

reintroduksi orangutan. Perbandingan manajemen pakan yang diperoleh yakni

pada manajemen pakan di Pusat Reintroduksi Orangutan di Wanariset Samboja

Kalimantan Timur. Orangutan di pusat reintroduksi tersebut hanya mendapatkan

Page 76: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

58

 

frekuensi pakan 3 (tiga) kali dalam sehari. Pakan diberikan yaitu pada waktu pagi,

siang dan sore hari.

Pemberian pakan dilakukan 3 (tiga) kali sehari yaitu pagi (pukul 07.00-

09.00), siang hari (12.00-14.00) dan sore hari (16.00-18.00). Jadwal dan jenis

pemberian pakan adalah a) pagi hari: susu, buah-buahan (pepaya, pisang, apel,

salak), b) siang hari: sayur-sayuran (buncis, daun pepaya, daun hibiscus, wortel,

timun, tomat dan kacang), buah-buahan (jeruk, semangka, nanas, kelapa), tahu,

tempe. Adapun pakan berupa biskuit dan sirup kadang-kadang diberikan pada

individu dengan struktur umur bayi dan c) sore hari: pisang dan bubur juga

kadang-kadang diberikan biji bunga matahari (Zuraida 2004).

Berdasarkan perbandingan manajemen pakan pada kedua pusat reintroduksi

diperoleh hasil bahwa manajemen pakan pada kandang sosialisasi di Pusat

Reintroduksi Orangutan Sumatera, Jambi memiliki keunggulan dibandingkan

dengan manajemen pakan di Pusat Reintroduksi Orangutan Wanariset, Samboja.

Beberapa keunggulan pada manajemen pakan di Pusat Reintroduksi Orangutan

Sumatera tersebut adalah :

1. Frekuensi pemberian pakan bagi orangutan 5 (lima) kali dalam sehari lebih baik

karena menyesuaikan kondisi orangutan di alam yang memiliki waktu makan

lebih tinggi jika dibandingkan frekuensi makan 3 (tiga) kali sehari;

2. Pengaturan pakan lebih merujuk kepada pakan alami (bukan hasil olahan

manusia seperti biskuit, tahu dan tempe);

3. Pengaturan dan pemberian pakan dilakukan agar orangutan dapat memunculkan

kembali perilaku alaminya;

4. Pengaturan pakan dilaksanakan dengan penyediaan dan pemberian pakan bagi

orangutan;

5. Penyediaan pakan dilaksanakan sesuai dengan prosedur standar operasional

dengan menyediakan pakan berdasarkan diet menu pakan, berat badan, struktur

umur dan kondisi orangutan.

Pusat-pusat reintroduksi orangutan perlu memperhatikan frekuensi makan

orangutan sehingga setidaknya dapat mengacu kepada aktivitas makan orangutan

di habitat alaminya. Orangutan yang berada di pusat reintroduksi pada hakekatnya

akan dilepasliarkan ke habitat alam sehingga diperlukan usaha untuk

Page 77: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

59

 

mengembalikan sifat liar orangutan tersebut dengan cara pemberian pakan yang

lebih mirip dengan kondisi di alam. Pada pengamatan yang dilakukan, diperoleh

hasil bahwa penyediaan pakan orangutan dilakukan untuk mempermudah pada

saat pemberian pakan di dalam kandang. Penyediaan pakan dilakukan sesuai

dengan pengaturan jumlah dan jenis pakan bagi setiap orangutan.

Selanjutnya, untuk pemberian pakan yang dilakukan pengelola diberikan

secara langsung kepada setiap individu orangutan yang terdapat di dalam

kandang. Pemberian pakan secara langsung ini dapat dilakukan dengan

memberikan seluruh jumlah pakan yang telah disediakan dari wadah atau

diberikan secara per bagian dari jumlah pakan yang disediakan dari wadah.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pengelola sebagai pihak yang

memberikan sejumlah pakan bagi orangutan menerapkan teknik-teknik pemberian

pakan bagi orangutan di dalam kandang. Teknik pemberian pakan tersebut

mempunyai beberapa alasan pemberian yaitu :

1. Adanya dominasi individu orangutan di dalam kandang.

Orangutan yang memiliki dominasi atau kekuasaan yang lebih tinggi akan

bersifat menguasai individu lainnya yang memiliki kekuasaan lebih rendah

(loser). Dengan demikian pengelola yang memberikan pakan bagi orangutan

menerapkan teknik pemberian pakan. Teknik pemberian pakan yang dilakukan

yaitu memberikan pakan secara per bagian lebih dulu kepada individu dominan

dan kemudian memberikan pakan secara keseluruhan kepada individu yang

memiliki kekuasaan lebih rendah (loser). Individu yang memiliki kekuasaan lebih

tinggi tersebut akan merasa puas dan berimplikasi pada individu yang memiliki

kekuasaan yang lebih rendah sehingga individu ini tidak diganggu dalam hal

perebutan makanan oleh individu yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi.

Hal ini terbukti teramati saat pengamatan yaitu sifat dominasi/kekuasaan

yang lebih tinggi dimiliki oleh individu Masita. Individu Masita ini memiliki

dominasi yang lebih menonjol dibandingkan dengan individu seperti Frangkie,

Alex dan Barcelona dimana keempat individu ini berada pada satu blok kandang

yakni blok kandang sosialisasi. Selama pengamatan terhadap manajemen pakan,

apabila teknisi akan memberikan pakan kepada orangutan maka individu Masita

akan menunjukkan kekuasaannya terhadap penggunaan ruang. Kekuasaan

Page 78: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

60

 

penggunaan ruang ini terlihat yaitu pada saat dimana individu lainnya yang berada

satu blok kandang dengan Masita tidak dapat leluasa mendekatkan diri ke sumber

pakan yang dibawa oleh teknisi ke kandang. Pada saat itu juga maka Masita akan

bergerak-gerak di sekitar kandang agar mendapat perhatian dan segera diberi

makan oleh teknisi meskipun orangutan lainnya juga berusaha agar diberi makan

oleh teknisi.

Oleh sebab itu, teknisi yang telah mengetahui kebiasaan dan perilaku setiap

individu di dalam kandang akan menerapkan strategi pemberian makan bagi

orangutan yang memiliki kekuasaan tinggi dan orangutan dengan kekuasaan lebih

rendah.

2. Jumlah orangutan yang terdapat di dalam kandang.

Orangutan yang terdapat di dalam kandang berbeda-beda jumlahnya.

Jumlah orangutan di dalam kandang disesuaikan oleh pengelola berdasarkan

kapasitas ukuran kandang dan desain kandang. Selama melakukan pengamatan,

keenam individu orangutan yang menjadi sampel penelitian ditempatkan pada

blok kandang yang berbeda. Jumlah orangutan yang berada pada blok kandang III

ada sebanyak empat individu yaitu Masita, Frangkie, Alex dan Barcelona dan

keempat individu ini dipindahkan lagi pada blok kandang VI karena salah satu

individu tersebut merusak beberapa fasilitas yang terdapat di dalam kandang.

Berdasarkan jumlah orangutan yang terdapat di dalam kandang maka teknisi akan

menerapkan strategi pemberian pakan orangutan dengan cara memberikan

langsung secara keseluruhan dan kadang-kadang memberikan per bagian dari

makanan yang disediakan teknisi. Hal ini diberikan dengan tujuan agar orangutan

yang berada pada blok kandang sosialisasi tidak saling berebutan makanan dengan

yang lainnya sehingga orangutan akan tetap mendapatkan makanan dengan

jumlah dan komposisi yang tepat sesuai dengan diet menu pakan yang sudah

ditetapkan pada pengaturan makan orangutan.

3. Orangutan memilih jenis pakan yang paling disukai.

Orangutan memiliki sifat memilih jenis pakan yang paling disukai dari

sejumlah jenis pakan yang diberikan. Hal ini sering disebut dengan preferensi

pakan orangutan. Keadaan ini terbukti apabila teknisi memberikan pakan yang

terdiri dari beberapa jenis maka teramati bahwa orangutan akan memakan terlebih

Page 79: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

61

 

dulu jenis pakan yang paling disukai dan kemudian akan memakan jenis pakan

yang bukan preferensinya. Orangutan juga terkadang akan membuang jenis pakan

yang menurut individu orangutan adalah jenis pakan yang tidak disukai.

Dengan keadaan ini pengelola mempertimbangkan bahwa apabila kondisi

ini terus terjadi maka dapat berdampak pada kondisi kesehatan orangutan.

Orangutan tidak mendapatkan nutrisi pakan yang seimbang apabila kondisi

tersebut berlangsung terus menerus. Oleh sebab itu, pengelola menerapkan

strategi pemberian pakan orangutan. Teknis yang diterapkan yaitu memberikan

makanan per bagian yang terdiri dari satu jenis lebih dulu sehingga orangutan

tidak dapat memilih-milih jenis pakan yang paling disukai dan orangutan akan

memakan jenis pakan per bagian yang diberikan oleh teknisi kemudian

memberikan jenis pakan selanjutnya yang sudah disediakan di dalam wadah

pakan.

Selain pemberian pakan utama, pengelola juga memberikan pakan hutan.

Pakan hutan yang diberikan pengelola adalah buah-buahan dan daun-daun hutan

seperti kayu batu, kedondong hutan, sebekal dan semantung. Pemberian pakan

hutan bertujuan untuk memperkenalkan kepada orangutan berbagai jenis pakan,

mengajari orangutan agar dapat mengenal bentuk-bentuk buah dan daun liar,

mampu mengetahui rasa dan akhirnya dapat membiasakan diri memakan jenis-

jenis pakan hutan. Dengan pemberian pakan ini maka orangutan dapat terbiasa

terhadap pakan hutan saat mereka dilepasliarkan di habitat alaminya.

Selain buah-buahan dan daun-daun hutan, orangutan juga diperkenalkan

dengan pakan alternatif yang dapat diperoleh di hutan. Pakan alternatif yang

diberikan yaitu rotan, bambu pisang hutan dan rayap pohon. Pemberian pakan

alternatif bertujuan untuk memperkenalkan dan mengajari orangutan beberapa

jenis pakan hutan yang dapat dimakan pada saat musim kering (tidak musim

buah). Sarang rayap pohon yang diberikan memiliki tujuan untuk mengajari

orangutan bagaimana mengenali bentuk sarang dan rayap yang terdapat di

dalamnya, mengajari orangutan agar dapat membuka sarang rayap untuk meraih

rayap dan telurnya dan melatih agar orangutan mampu menghisap rayap keluar

dari labirinnya daripada mengguncang-guncang sarang saja atau mengunyah

seluruh bagian sarang.

Page 80: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

62

 

Pemberian pakan pengayaan (enrichment) oleh pengelola disesuaikan pada

kondisi bahwa jangka waktu bagi orangutan untuk tinggal sementara di dalam

kandang setidaknya menghabiskan waktu 4 (empat) minggu hingga orangutan

dapat memulai latihan adaptasi lebih lanjut (Pratje 2006). Pihak pengelola melihat

bahwa banyak orangutan yang didatangkan ke pusat reintroduksi pada waktu dan

musim yang kurang baik. Waktu dan musim yang kurang baik tersebut ditandai

saat orangutan tiba ke pusat reintroduksi pada waktu dipenghujung musim buah

atau sewaktu musim kemarau di mana jumlah buah yang tersedia di hutan dalam

jumlah sedikit.

Dengan kondisi demikian maka orangutan yang datang harus tinggal

sementara di dalam kandang dengan waktu lebih dari satu bulan. Kondisi waktu

yang lebih lama bagi orangutan di dalam kandang dapat mengakibatkan

kebosanan karena orangutan tidak memiliki banyak aktivitas lainnya jika

dibandingkan dengan aktivitas di hutan. Kondisi lingkungan kandang juga dapat

membuat orangutan merasa bosan apabila di dalamnya tidak terdapat fasilitas-

fasilitas yang dapat menyibukkan orangutan. Aktivitas orangutan di dalam

kandang adalah seperti aktivitas bermain-main dengan individu lainnya,

memanjat, bergelantungan, berayun-ayun dan juga memanipulasi fasilitas yang

disediakan di dalamnya.

Pengelola melihat bahwa tantangan-tantangan orangutan di dalam kandang

sebenarnya tidak mereka dapatkan seperti kondisi nyata di alam karena pakan

orangutan selama berada di dalam kandang sementara diberikan secara teratur,

tidak adanya predator, sarana tidur yang terjamin dan bagian kandang yang

menyediakan atap untuk melindungi orangutan saat hujan turun. Oleh sebab itu,

pengelola memberikan jenis pakan pengayaan (enrichment) dengan tujuan

mencegah terjadinya penyimpangan tingkah laku orangutan. Orangutan akan

mendapatkan makanan dengan cara pemberian manipulasi yang dimasukkan ke

dalam wadah dan menggunakan alat bantu. Jenis pakan pengayaan (enrichment)

yang diberikan yakni potongan-potongan buah, umbi dan sayur disembunyikan di

dalam wadah kong, karung dan bola hijau dan juga potongan-potongan buah,

umbi dan sayur diambil dengan menggunakan alat bantu seperti tongkat/kayu.

Page 81: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

63

 

Sejumlah pakan yang disembunyikan di dalam wadah bertujuan untuk

menantang aspek kognitif orangutan dan mencari cara bagaimana orangutan dapat

membuka wadah makanan, mampu mencari sumber-sumber makanan (Pratje

2006). Potongan-potongan buah, umbi dan sayur yang diambil menggunakan alat

bantuan diberikan dengan cara menebar seluruhnya di lantai kandang. Cara ini

diberikan oleh pengelola dengan tujuan agar orangutan dapat mengembangkan

kemampuannya dan memanfaatkan penggunaan alat (tools) seperti halnya

terdapat di alam serta agar orangutan memiliki waktu kesibukan mendapatkan

makanan dari alat bantuan yang diperoleh. Dengan jenis pakan yang diberikan

seperti halnya di atas maka dengan mudah dapat menyibukkan orangutan di dalam

kandang.

Berdasarkan manajemen pakan yang dilaksanakan oleh pengelola di pusat

reintroduksi diamati bahwa manajemen pakan terhadap pembagian pakan,

penyediaan pakan dan pemberian pakan telah memiliki kriteria baik bagi upaya

reintroduksi orangutan. Makanan bagi orangutan yang berada pada kedua stasiun

hampir seluruhnya dipasok dari Provinsi Jambi dan sebagian kecil berasal dari

hasil pertanian masyarakat yang berada dekat dengan stasiun yakni Stasiun Sungai

Pengian. Sejumlah pakan yang dipasok kemudian didistribusikan pada kedua

stasiun.

Dengan kondisi yang terjadi maka dapat dipastikan bahwa ada diantara

buah, umbi, sayur dan kelompok pakan lainnya mengalami kerusakan fisik yakni

terkena benturan, pakan yang busuk dan kerusakan lainnya. Berdasarkan kondisi

tersebut maka dari sejumlah pakan yang tiba di stasiun ada yang rusak hingga

mencapai kurang lebih 10% dari jumlah total seluruh pakan. Dengan demikian,

sebagian kecil dari masyarakat yang datang ke stasiun menjual hasil kebunnya

untuk makanan orangutan setidaknya dinilai sangat bermanfaat dan bernilai

positif yaitu untuk menggantikan pakan yang mengalami kerusakan dan apabila

saat kondisi kekurangan persediaan makanan di gudang pakan.

Hasil wawancara yang dilakukan pada masyarakat yang berada dekat

dengan stasiun memperoleh bahwa ada korelasi positif antara didirikannya stasiun

pusat reintroduksi yang berada dekat dengan pemukiman masyarakat. Hal lainnya

yang juga diamati ialah bahwa di gudang pakan tidak terdapat lemari pendingin

Page 82: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

64

 

atau freezer yang berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan pakan agar lebih

tahan lama dan dapat mencegah pembusukan. Kondisi yang terdapat pada kedua

stasiun juga tidak tersedianya sumber arus listrik karena letak lokasi stasiun

berada jauh dari pemukiman masyarakat sehingga layanan arus listrik tidak dapat

sampai menuju pusat reintroduksi.

Selama penelitian dilakukan pada kedua lokasi stasiun, pengelola di pusat

reintroduksi menggunakan generator yang memiliki daya untuk mendukung

penerangan saja. Penggunaan generator dimulai pada pukul 18.00 WIB sampai

dengan pukul 22.00 WIB setiap harinya. Dengan kondisi demikian maka daya

generator tidak dapat digunakan untuk menghidupkan lemari pendingin atau

freezer tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak pengelola,

pengelola memberikan cara mengantisipasi keterbatasan untuk mencegah

terjadinya pembusukan makanan orangutan. Cara yang diberikan ialah memasok

dan mendistribusikan pakan orangutan pada kedua stasiun yakni sekali dalam

seminggu. Pakan orangutan yang dipasok seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan

umbi-umbian adalah pakan yang mampu bertahan untuk persediaan (stock)

selama seminggu dengan kondisi pakan yang dibeli adalah setengah matang dan

kondisi pakan yang baik serta utuh.

5.2.2 Kebiasaan makan orangutan di kandang sosialisasi terhadap

manajemen pakan

Kebiasaan makan merupakan cara suatu individu atau sekelompok dalam

memilih dan mengkonsumsi pakan sebagai tanggapan terhadap pengaruh

fisiologis, psikologis dan budaya (Riyadi 1996, diacu dalam Febriyanti 2006).

Cara makan orangutan yang terdapat pada kandang sosialisasi terjadi sebagai

suatu cara tiap individu orangutan atau cara di dalam kelompok orangutan dalam

aktivitas makan yang menimbulkan kebiasaan makan. Cara-cara yang dilakukan

orangutan untuk makan selama di dalam kandang tersebut mengalami

perkembangan menjadi suatu kebiasaan.

Kebiasaan-kebiasaan makan orangutan berkembang dan akan terus

berlangsung sebagai hasil dari pengaruh pengaturan makanan yang dibuat oleh

pengelola dan juga sebagai hasil konsumsi dari pakan, preferensi dan keaktifan

orangutan. Adapun preferensi pakan yang diamati pada orangutan ialah sikap

Page 83: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

65

 

kesukaan atau ketidak sukaan orangutan untuk memakan suatu jenis pakan yang

diberikan. Kebiasaan makan orangutan yang baik akan terlihat apabila individu

orangutan dapat secara aktif untuk memakan makanan yang bervariasi karena dari

jenis-jenis pakan yang disediakan tidak ada satu jenis pakan yang memiliki

kandungan gizi yang lengkap sehingga perlu dilengkapi dengan jenis pakan

lainnya.

Berdasarkan pengamatan, diperoleh bahwa kebiasaan-kebiasaan makan

orangutan selama makan di kandang berpengaruh terhadap durasi makan.

Kebiasaan makan orangutan yang diamati pada tiga tahap yaitu kebiasaan

sebelum makan, saat makan dan setelah makan memiliki kebiasaan secara umum

dan khusus yang diekspresikan dari keenam individu yang menjadi sampel

pengamatan. Kebiasaan-kebiasaan makan orangutan yang diamati sebelum makan

diantaranya ialah menggelantung dengan posisi tubuh terbalik atau pun

menggelantung dengan posisi tubuh berdiri, berpindah ke suatu tempat, berdiri

sambil melihat-lihat ke arah petugas yang membawa makanan,

mendekatkan/mengarahkan tubuhnya ke sumber makanan, berputar-putar di

dalam kandang, mengelilingi kandang sambil melihat petugas yang akan

memberikan makanan, berpindah posisi ke arah makanan dan duduk sambil

melihat makanan.

Kebiasaan-kebiasaan makan ini timbul sebagai respon individu kepada

pengelola yang akan memberikan sejumlah makanan kepada orangutan di dalam

kandang yang terjadi terus menerus selama orangutan berada di dalam kandang.

Respon yang diekspresikan orangutan tersebut bertujuan agar individu orangutan

dapat segera diberi makan.

5.2.3 Implementasi terhadap pengelolaan pakan orangutan

Salah satu tujuan manajemen pakan orangutan adalah untuk mencapai

keberhasilan reintroduksi orangutan. Berbagai data dan informasi yang ada pada

pengelola merupakan acuan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan

manajemen pakan. Pada hakekatnya, faktor-faktor penting dalam manajemen

pakan adalah pengelola sendiri sebagai faktor yang berpengaruh untuk

kelangsungan dan keberhasilan reintroduksi orangutan. Pengelola perlu terus

Page 84: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

66

 

mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dan kreasi untuk pelaksanaan

kegiatan reintroduksi.

Implementasi terhadap manajemen pakan memerlukan pendekatan

manajemen sumberdaya manusia. Pengelola sangat berperan dalam menerapkan

prinsip-prinsip dan teknik-teknik manajemen yang integratif. Pengembangan

implementasi manajemen pakan dikembangkan untuk menghasilkan kinerja yang

efisien dan efektif. Selain itu juga peran sumberdaya manusia sangat diperlukan

untuk mencapai kesuksesan terhadap reintroduksi orangutan. Berdasarkan hal

tersebut, implementasi terhadap pengelolaan di pusat reintroduksi ialah :

1. Pelepasan Orangutan ke Habitat Alam

Orangutan yang dinilai sudah berhasil untuk survive di alam maka akan

dilepasliarkan ke habitat alam. Habitat alam yang menjadi pelepasliaran orangutan

berada di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Jambi. Dengan demikian kegiatan

pelepasliaran orangutan ini adalah sebagai bukti implementasi pengelolaan untuk

mewujudkan keberhasilan reintroduksi yakni memindahkan orangutan ke areal

baru yang sesuai untuk habitat yang lebih baik dan dapat membentuk kantong-

kantong populasi orangutan yang baru dalam upaya pelestarian.

2. Unit Pendidikan Keliling

Unit pendidikan keliling merupakan suatu divisi yang bertanggungjawab

terhadap penyampaian informasi konservasi kepada masyarakat sekitar ekosistem

di Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Unit pendidikan keliling ini bertugas

memberikan penyadartahuan masyarakat tentang konservasi, memberikan

pendidikan lingkungan kepada anak Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama

dan Sekolah Menengah Atas.

3. Wildlife Protection Unit

Wildlife protection unit merupakan unit perlindungan kehidupan liar yang

terdiri dari polisi kehutanan dan masyarakat yang memiliki ketrampilan khusus

dan dilengkapi dengan peralatan yang cukup untuk menanggulangi perburuan dan

perdagangan satwaliar dilindungi di kawasan konservasi dan kawasan hutan

lainnya. Adapun tujuannya yakni mewujudkan perlindungan satwa dilindungi dan

habitatnya secara efektif dan efisien yang melibatkan masyarakat secara aktif.

4. Community Development

Page 85: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

67

 

Community development merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mendukung aktivitas masyarakat di sekitar kawasan hutan dengan usaha

membangun perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Beberapa usaha yang diberikan kepada masyarakat yang berada di sekitar pusat

reintroduksi ialah memberikan alat-alat pertanian, memberikan bantuan keramba,

mesin traktor tangan dan sebagainya.

Selain hal di atas, terkait juga mengenai upaya reintroduksi orangutan

terdapat informasi yang penting untuk diketahui oleh para pengelola, yaitu:

1. Keadaan orangutan selama berada di dalam kandang dan keberlanjutan

orangutan setelah pelepasliaran ke alam.

Perkembangan keberadaan orangutan di pusat reintroduksi sangat

berhubungan erat dengan manajemen yang dilakukan pengelola khususnya dalam

manajemen pakan. Orangutan yang terdapat di dalam kandang harus terus

dirawat, dipantau perkembangannya hingga orangutan memunculkan kembali

perilaku alaminya. Keberhasilan orangutan untuk reintroduksi ditandai dengan

perkembangan orangutan di dalam kandang untuk memunculkan perilaku

alaminya dan upaya pengelola harus dapat memberikan kesejahteraan (animal

welfare) bagi orangutan sehingga pada saat pelepasliaran ke habitat alam

orangutan akan dapat survive.

2. Pengaruh pemberian pakan orangutan selama berada di dalam kandang

terhadap kebiasaan makan orangutan yang akan dilepasliarkan.

Pemberian pakan dan pengayaan perilaku bagi orangutan dapat menjadi

faktor yang menentukan keberhasilan di pusat reintroduksi. Selama berada di

dalam kandang, antara pemberian makan dan kondisi perkembangan orangutan

merupakan faktor yang berbanding linear dimana makanan yang diberikan oleh

pengelola adalah sebagai faktor pembatas (limiting factor). Makanan sebagai

faktor pembatas akan menentukan apa saja jenis yang dimakan orangutan dan

makanan tersebut berperan penting untuk proses metabolisme orangutan serta

berhubungan dengan kebiasaan makan orangutan. Kebiasaan makan orangutan

selama berada pada kandang akan berkembang hingga orangutan dilepasliarkan.

Dengan demikian maka pengelola perlu mengupayakan ketersediaan dan

kesesuaian pakan yang diberikan demi tercapainya reintroduksi orangutan.

Page 86: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

68

 

3. Upaya pelaksanaan reintroduksi orangutan.

Perlu dipahami bahwa kegiatan reintroduksi orangutan dalam manajemen

pakan berpotensi untuk menghasilkan dampak positif terhadap kelestarian

populasi dan habitatnya. Dengan upaya yang dilaksanakan tersebut maka

stakeholder berperan serta mendukung dan terus berusaha untuk mewujudkan

tujuan reintroduksi orangutan yang akan berdampak positif untuk kelestarian jenis

dan habitatnya. Berdasarkan kajian yang dilakukan pada manajemen pakan,

dinilai bahwa implementasi manajemen pakan saat ini adalah sudah cukup baik.

Manajemen pakan yang dilaksanakan oleh pengelola secara signifikan

berpengaruh nyata terhadap keberadaan dan kesuksesan kegiatan reintroduksi. Hal

ini berarti manajemen pakan yang dikelola harus dikembangkan lagi oleh pihak

manajemen agar dapat mencapai target-target kinerja yang optimal. Beberapa

upaya wujud nyata yang telah dilakukan untuk melaksanakan reintroduksi juga

dikembangkan melalui program-program kegiatan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada masyarakat sekitar stasiun

yang diambil secara sampel, ada korelasi positif antara keberadaan pusat

reintroduksi dan masyarakat. Korelasi positif ini diantaranya adalah dalam hal

kegiatan yakni tukar menukar (barter) hasil kebun untuk makanan orangutan

dengan kebutuhan sandang dari sebagian masyarakat yang menukar atau menjual

hasil kebunnya kepada pihak di stasiun reintroduksi. Selain itu, adanya perbaikan

sarana jalan yang dibangun oleh pusat reintroduksi dapat membantu masyarakat

yang berada dekat dengan stasiun untuk mobilisasi. Hal lain yang juga sangat

membantu adalah adanya program pendidikan lingkungan yang pernah diadakan

oleh pihak di pusat reintroduksi dapat membantu mengajari dan meningkatkan

pengetahuan anak-anak yang berada di dusun dekat stasiun reintroduksi tersebut.

Page 87: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

69

 

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Orangutan pada kandang sosialisasi di pusat reintroduksi dilaksanakan oleh

pengelola dengan menerapkan program reintroduksi berupa pengelolaan pakan.

Manajemen pakan pada penyediaan dan pemberian pakan yang dilaksanakan

berdasarkan pengaturan pakan, jadwal pemberian pakan dan diet menu pakan

orangutan yang dijalankan sesuai dengan SOP (Prosedur Standar Operasional).

Adapun program reintroduksi dalam kegiatan manajemen pakan orangutan

dianalisis sudah memiliki sistem pengelolaan yang baik dan sudah teratur.

Kegiatan pemberian makan individu orangutan mendapatkan jadwal pemberian

pakan dengan frekuensi 5 (lima) kali sehari pada rentang waktu 2 (dua) jam yang

dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.

Manajemen pakan orangutan pada kegiatan penyediaan dan pemberian

pakan mempengaruhi terhadap durasi makan orangutan pada kandang sosialisasi.

Hasil pengamatan menunjukkan durasi makan individu paling cepat makan yakni

Frangkie (betina, remaja) dengan durasi makan 3 menit 52 detik sedangkan

individu paling lama makan yakni Mirriam (betina, anak) dengan durasi makan 20

menit 12 detik. Berdasarkan hal tersebut durasi makan orangutan dipengaruhi oleh

cara pengelola menyediakan dan cara memberikan pakan di kandang sosialisasi.

Orangutan struktur umur anak memiliki durasi makan lebih lama dan terdapat

kebiasaan makan yang diekspresikan di dalam kandang. Orangutan struktur umur

anak memiliki waktu makan yang digunakan juga sambil melakukan kebiasaan

lain dan orangutan struktur remaja memiliki waktu dan kebiasaan makan yang

fokus dilakukan untuk memakan pakan yang diberikan.

6.2 Saran

a. Sebaiknya perlu memperbanyak pemberian jenis pakan pengayaan seperti buah

dalam puzzle, dip tube untuk lebih menyibukkan orangutan di kandang

sosialisasi.

b. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis proksimat untuk

mengetahui kebutuhan energi per hari dan nutrisi pakan yang diberikan pada

Page 88: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

70

 

setiap individu berdasarkan jumlah atau proporsi pakan individu orangutan

yang berada di dalam kandang sosialisasi.

c. Sebaiknya perlu merubah wadah penyediaan pakan yakni kantong plastik dapat

diganti menjadi wadah berupa box atau tempat makan yang lebih aman

menyerupai di alam seperti terbuat dari bambu dan kayu dengan tujuan

kenyamanan saat pemberian makan orangutan.

Page 89: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

71

 

DAFTAR PUSTAKA

Altmann J. 1974. Observational study of behavior, Sampling Methods. Behavior (49) : 227-267. USA: University of Chicago.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Tanjung Jabung Barat Dalam Angka. Tanjung Jabung Barat: BPS.

[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2009. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017. [28 Mei 2011].

Fauzan PA. 2010. Pendugaan umur sarang orangutan Sumatera reintroduksi (Pongo abelii Lesson, 1827) berdasarkan perubahan ukuran dan warna di ekosistem Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Studi kasus di Stasiun Reintroduksi Orangutan Sumatera Sungai Pengian Provinsi Jambi) [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Febriyanti F. 2006. Kebiasaan makan dan praktek hidup sehat pada penderita demam berdarah dengue (DBD) dan non DBD di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Program studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

[FZS] Frankfurt Zoological Society. 2011. Kondisi fisik kedua stasiun Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera di Jambi: FZS.

[KKI Warsi] Komunitas Konservasi Indonesia. 2008. Studi dampak rasionalisasi Taman Nasional Bukit Tigapuluh, ancaman yang dihadapi serta kebutuhan strategis dan dana dalam pengelolaannya. Bogor : KKI Warsi.

Maple TL. 1980. Orangutan behavior. New York: van Nostrad Reinhold Company.

Meijaard E, Rijksen HD, Kartikasari SN. 2001. Diambang Kepunahan!: Kondisi Orangutan Liar di Awal Abad ke-21. Jakarta: The Gibbon Foundation Indonesia.

Pramesywari W. 2008. Implementasi medik konservasi pada owa Jawa (Hylobates moloch Audebert 1798) : Studi kasus pada empat lembaga konservasi eksitu di Indonesia [skripsi]. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Pratje PH. 2006. Worksheets SOP (Prosedur Standar Operasional) Reintroduksi Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Dokumen internal. Frankfurt Zoological Society. Tidak dipublikasikan. 44 hal.

Rijksen DH. 1978. A Fieldstudy On Sumatran Orang Utans (Pongo pygmaeus abelii Lesson, 1827) – Ecology, Behavior And Conservation. Agricultural University, Wageningen, Netherlands.

Page 90: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

72

 

Rodman PS. 1973. Population composition and captive organization among orang-utan of the Kutai reserve. In: Comparative ecology and behaviour of primates (Michael, R.P., dan Crook, J.H. eds). Academic Press, London.

Rowe N. 1996. The pictorial guide to the living primates. Rhode Island: Pogonias Press.

Sinaga T. 1992. Studi habitat dan perilaku orang utan (Pongo pygmaeus abelii) di Bohorok Taman Nasional Gunung Leuser [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Siregar JP. 2007. Studi faktor-faktor penentu keberhasilan pelepasliaran orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson,1827) di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Propinsi Riau dan Jambi. [skripsi]. Bogor. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Sukiman. 2002. Pemantauan pasca pelepasan orangutan rehabilitan: pola pergerakan orangutan rehabilitan di Hutan Lindung Gunung Meratus Kalimantan Timur. [skripsi]. Bogor. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB.

Warren KS, Verschoor EJ, Langenhuijze S, Heriyanto R, Swan A, Vigilant L, Heeney JL. 2001. Speciation and intraspecific variation of Bornean orangutans, Pongo pygmaeus pygmaeus. Mol. Biol. Evol. 18 : 472-480.

Zuraida. 2004. Konsumsi dan kandungan nutrient pakan orangutan (Pongo pygmaeus) (Studi kasus di Pusat Reintroduksi Orangutan, Wanariset Samboja-Kalimantan Timur ) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Page 91: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

81

 

LAMPIRAN

Page 92: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

74

 

Lampiran 1 Suhu harian di Stasiun Sungai Pengian, Jambi

No. Tanggal pengamatan

Waktu pengamatan (WIB) Suhu harian Suhu

rata-rata harian

Pagi Sore Pagi (°C)

Sore (°C)

1 Minggu, 3 Juli 2011 06.34 17.30 22 23 22,5 2 Senin, 4 Juli 2011 06.19 17.56 20 24 22 3 Selasa, 5 Juli 2011 06.30 18.00 21 24 22,5 4 Rabu, 6 Juli 2011 06.50 18.08 21 24 22,5 5 Kamis, 7 Juli 2011 06.00 18.00 23 25 24 6 Jumat, 8 Juli 2011 06.45 17.40 22 25 23,5 7 Sabtu, 9 Juli 2011 06.30 17.30 21 24 22,5 8 Minggu, 10 Juli 2011 06.00 18.00 21 23 22 9 Senin, 11 Juli 2011 06.30 17.20 22 24 23

10 Selasa, 12 Juli 2011 07.00 17.00 21 23 22 11 Rabu, 13 Juli 2011 06.30 18.20 22 24 23 12 Kamis, 14 Juli 2011 06.05 18.00 22 24 23 13 Jumat, 15 Juli 2011 06.10 18.00 22 25 23,5 14 Sabtu, 16 Juli 2011 06.30 18.08 20 22 21 15 Minggu, 17 Juli 2011 06.00 18.10 20 23 21,5 16 Senin, 18 Juli 2011 06.50 18.10 20 23,5 21,75 17 Selasa, 19 Juli 2011 06.15 17.45 20 23 21,5 18 Rabu, 20 Juli 2011 06.37 18.15 21 24 22,5 19 Kamis, 21 Juli 2011 06.25 18.10 20 24 22 20 Jumat, 22 Juli 2011 06.00 17.42 20 24 22 21 Sabtu, 23 Juli 2011 07.10 17.40 20 23 21,5 22 Minggu, 24 Juli 2011 07.35 18.15 20 24 22 23 Senin, 25 Juli 2011 06.20 18.20 21 24 22,5 24 Selasa, 26 Juli 2011 07.15 18.23 22 24 23 25 Rabu, 27 Juli 2011 06.36 18.10 20 24 22 26 Kamis, 28 Juli 2011 06.35 18.00 21 23 22 27 Jumat, 29 Juli 2011 07.00 18.20 21 23,3 22,15 28 Sabtu, 30 Juli 2011 06.30 18.00 21 24 22,5 29 Minggu, 31 Juli 2011 06.00 18.00 20 23 21,5 30 Senin, 1 Agustus 2011 06.30 17.00 21 23 22

Page 93: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

75

 

Lampiran 2 Daftar jenis-jenis pohon pakan orangutan di Stasiun Sungai Pengian

No. Nama lokal Nama ilmiah Famili 1 Ludai Sapium bacatium Euphorbiaceae 2 Malabaian Macaranga gigantea Euphorbiaceae 3 Balik angin Mallotus macrostachys Euphorbiaceae 4 Akar gitan Willughbeia tenuiflora Apocynaceae 5 Tampui tungau Baccaurea spp. Euphorbiaceae 6 Rotan udang Callamus spp. Aracaceae 7 Sebekal Fordia johorensis Caesalpiniaceae 8 Durian Durio zibetinus Bombacaceae 9 Rambung gala-gala Ficus variegata Moraceae 10 Tempening Lithocarpus ewychii Fagaceae 11 Rambung/aro Ficus spp. Moraceae 12 Rambutan/kuduk biawak Nephelium rambunake Sapindaceae 13 Cempunik Sterculia gloatus Moraceae 14 Cempedak Arthocarpus walichianus Moraceae 15 Terap Arthocarpus rigidus Moraceae 16 Petai Parkia singularis Memosaceae 17 Tayas/mangga hutan Mangifera auriculata Anacardiaceae 18 Sangkuang/kedondong hutan Santiria rubiginosa Burseraceae 19 Barangan Castanopsis argentea Fagaceae

Lampiran 3 Suhu harian di Stasiun Danau Alo

No. Tanggal pengamatan

Waktu pengamatan

(WIB)

Suhu harian (°C)

Suhu rata-rata harian

Pagi Sore Pagi Sore

1 Minggu, 14 Agustus 2011 06.17 18.03 24,5 26,5 25,5 2 Senin, 15 Agustus 2011 06.17 18.00 23,5 26 24,75 3 Selasa, 16 Agustus 2011 06.13 18.00 23 25,5 24,25 4 Rabu, 17 Agustus 2011 06.14 18.00 22,5 26 24,25 5 Kamis, 18 Agustus 2011 06.06 17.56 22,5 25 23,75 6 Jumat, 19 Agustus 2011 06.00 18.00 23,5 25,5 24,5 7 Sabtu, 20 Agustus 2011 06.00 18.00 24 25 24,5 8 Minggu, 21 Agustus 2011 06.00 18.07 23 26 24,5 9 Senin, 22 Agustus 2011 06.04 18.00 23,5 26 24,75

10 Selasa, 23 Agustus 2011 06.00 18.00 24 26 25 11 Rabu, 24 Agustus 2011 06.00 18.00 24 26,5 25,25 12 Kamis, 25 Agustus 2011 06.00 18.00 23,5 26 24,75

Page 94: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

Lam

pira

n 4

Stru

ktur

org

anis

asi F

rank

furt

Zoo

logo

cal S

ocie

ty (F

ZS)

STR

UK

TU

R O

RG

AN

ISA

SI F

RA

NK

FUR

T Z

OO

LO

GIC

AL

SO

CIE

TY

        

  

 

         

                                                                                                                                              K

et :

Gar

is K

oman

do   

:   

                                                                                                                                             

Gar

is K

oord

inas

i :

MA

NA

JER

OPE

RA

SIO

NA

L

KO

OR

DIN

ATO

R T

ELEM

ETR

Y

DA

N 7

STA

FF T

ELEM

ETR

Y

DIR

EKTU

R P

RO

GR

AM

FRA

NK

FUR

T ZO

OLO

GIC

AL

SOC

IETY

CO

UN

TER

PAR

T B

KSD

A

PRO

GR

AM

REI

NTR

OD

UK

SI

OR

AN

GU

TAN

SU

MA

TER

A

MA

NA

JER

STA

SIU

N

STA

FF P

RO

GR

AM

R

EIN

TRO

DU

KSI

6 O

RA

NG

STA

FF O

OS

(STA

SIU

N

DA

NA

U A

LO)

6 O

RA

NG

STA

FF S

TASI

UN

SU

NG

AI P

ENG

IAN

76

Page 95: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

  La

mpi

ran

5 D

uras

i mak

an o

rang

utan

Frek

uens

imak

an 1

Nam

aind

ivid

u W

aktu

mak

an

(WIB

) U

lang

an

Dur

asim

akan

I

II

III

IV

V

VI

VII

m

enit:

detik

M

asita

08

.00

6:13

13

:17

7:43

0:

25:2

7 18

:03

0:30

:06

10:1

1 15

:52

Bob

o 08

.00

3:05

4:

42

1:41

4:

05

7:46

5:

01

5:08

4:

35

Ale

x 08

.00

10:3

3 8:

28

10:3

0 14

:34

8:14

5:

46

6:42

9:

15

Fran

gkie

08

.00

10:4

4 8:

00

9:48

2:

58

0:58

7:

18

2:36

6:

03

Mam

bo

08.0

0 8:

07

5:55

8:

00

15:1

4 7:

45

8:31

4:

56

8:21

Mirr

iam

08

.00

15:2

9 16

:46

16:2

2 14

:26

15:2

7 17

:43

15:3

3 15

:58

Frek

uens

imak

an 2

Nam

aind

ivid

u W

aktu

mak

an

(WIB

) U

lang

an

Dur

asim

akan

I

II

III

IV

V

VI

VII

m

enit:

detik

M

asita

10

.00

13:4

6 10

:35

15:0

1 5:

39

7:29

5:

30

10:1

1 9:

44

Bob

o 10

.00

0:06

4:

11

1:41

7:

12

6:53

8:

34

6:30

5:

01

Ale

x 10

.00

1:42

2:

31

3:11

5:

06

4:14

9:

19

2:35

4:

05

Fran

gkie

10

.00

5:06

4:

32

4:48

3:

26

8:17

7:

03

14:4

2 6:

50

Mam

bo

10.0

0 6:

34

6:47

9:

38

4:09

6:

06

9:04

7:

42

7:08

M

irria

m

10.0

0 21

:02

8:52

16

:53

7:55

14

:35

9:24

11

:06

12:5

0

77

Page 96: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

  La

mpi

ran

5 la

njut

an

Frek

uens

imak

an 3

Nam

aind

ivid

u W

aktu

mak

an

(WIB

) U

lang

an

Dur

asim

akan

I

II

III

IV

V

VI

VII

m

enit:

detik

M

asita

12

.00

12:0

1 2:

31

9:57

0:

57

10:1

2 7:

43

12:2

8 7:

58

Bob

o 12

.00

5:47

7:

35

5:16

9:

17

8:42

6:

56

5:01

6:

56

Ale

x 12

.00

1:42

9:

37

10:4

9 6:

46

8:55

9:

45

7:54

7:

55

Fran

gkie

12

.00

7:19

11

:27

3:34

5:

47

8:09

3:

54

3:19

6:

12

Mam

bo

12.0

0 10

:59

7:02

7:

31

11:1

6 7:

37

13:2

3 6:

00

9:06

M

irria

m

12.0

0 16

:40

9:07

6:

01

12:5

8 10

:08

9:57

10

:28

10:4

5

Frek

uens

imak

an 4

Nam

aind

ivid

u W

aktu

mak

an

(WIB

) U

lang

an

Dur

asim

akan

I

II

III

IV

V

VI

VII

m

enit:

detik

M

asita

14

.00

5:56

8:

15

9:46

6:

05

9:01

4:

40

5:01

6:

57

Bob

o 14

.00

8:21

9:

27

3:44

0:

27:2

0 5:

10

4:09

7:

40

9:24

A

lex

14.0

0 7:

30

7:18

11

:36

7:29

5:

32

7:20

5:

09

7:25

Fr

angk

ie

14.0

0 4:

07

6:19

1:

40

5:55

2:

31

4:32

2:

02

3:52

M

ambo

14

.00

8:11

6:

03

7:42

6:

03

8:00

8:

13

6:00

7:

10

Mirr

iam

14

.00

8:00

11

:39

6:47

16

:47

7:56

15

:07

11:3

4 11

:07

78

Page 97: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

  La

mpi

ran

5 la

njut

an

Frek

uens

imak

an 5

Nam

aind

ivid

u W

aktu

mak

an

(WIB

) U

lang

an

Dur

asim

akan

I

II

III

IV

V

VI

VII

m

enit:

detik

M

asita

16

.00

14:2

7 10

:41

14:3

8 12

:06

13:4

2 9:

17

6:24

11

:36

Bob

o 16

.00

7:34

6:

37

8:00

6:

22

8:51

8:

29

5:15

7:

18

Ale

x 16

.00

6:37

4:

31

6:28

8:

58

5:43

8:

49

8:49

7:

07

Fran

gkie

16

.00

10:3

5 12

:08

14:0

0 1:

52

8:39

7:

50

7:21

8:

55

Mam

bo

16.0

0 14

:28

9:30

11

:39

8:47

8:

58

13:3

8 14

:38

11:3

9 M

irria

m

16.0

0 18

:50

16:2

2 20

:02

18:2

1 0:

24:4

4 0:

24:5

0 18

:20

20:1

2

79

Page 98: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

80  

Lampiran 6 Panduan wawancara kepada teknisi

Pedoman wawancara mendalam

Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera (PROS)

Informan : Teknisi (Animal keeper)

Hari/tgl wawancara :

Lokasi wawancara :

Nama dan umur informan :

Jabatan :

1. Sudah berapa lama anda bekerja sebagai teknisi di Pusat Reintroduksi

Orangutan?

2. Apa alasan anda mau bekerja di Pusat Reintroduksi ini?

3. Bagaimana kesan pengelolaan yang anda dapatkan selama anda bekerja?

4. Bagaimana sajakah kegiatan yang Anda lakukan pada orangutan tersebut?

5. Bagaimanakah kegiatan pembersihan dan perawatan yang Anda lakukan

khususnya pada kandang sosialisasi tersebut?

6. Adakah perawatan kesehatan yang diberikan pada orangutan di kandang

sosialisasi tersebut? Jika ada, apa saja?

7. Menurut Anda berapakah luasan ideal yang dipergunakan untuk kandang

sosialisasi ini?

8. Menurut Anda, apakah luasan areal sudah sesuai dengan jumlah orangutan

yang berada pada setiap kandang tersebut?

9. Kendala apa saja yang ditemukan selama anda bekerja?

10. Berapa ekor orangutan yang mati selama anda mengelolanya?

11. Perlakuan apa saja yang anda berikan pada orangutan tersebut?

12. Apakah ada upaya dari pengelola reintroduksi atau pemerintah untuk

meningkatkan keterampilan dan keahlian para teknisi di tempat ini?

13. Bagaimana harapan anda mengenai pengelolaan di Pusat Reintroduksi ini?

Page 99: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

81  

Lampiran 7 Panduan wawancara kepada masyarakat

Pedoman Wawancara Mendalam Mengenai Pusat Reintroduksi Orangutan

Informan : Masyarakat

Hari/tgl wawancara :

Lokasi wawancara :

Nama dan usia informan :

1. Apakah anda mengetahui mengenai adanya orangutan di daerah ini?

2. Apakah anda mengetahui ada Pusat Reintroduksi di daerah anda?

Apakah anda mengenal para teknisi atau pengelola Pusat Reintroduksi

tersebut?

3. Sudah berapa lama anda tinggal di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan?

4. Bagaimanakah menurut Anda pengaruh keberadaan adanya Pusat

Reintroduksi Orangutan ini?

5. Apakah Anda merasakan ada dampak positif dengan adanya orangutan di

daerah ini? Jika ada, apa saja?

6. Apakah ada kerugian yang anda rasakan dengan adanya orangutan di

daerah ini? Jika ada, kerugian seperti apa?

7. Pernahkah anda memberitahukan hal tersebut (kerugian yang anda

rasakan) kepada pengelola reintroduksi?

8. Bagaimana respon dari pihak pengelola?

9. Bagaimana menurut Anda jenis pakan yang diberikan untuk orangutan

tersebut? Apakah sudah sesuai dengan pakan alaminya?

10. Pernahkah anda masuk ke dalam lokasi reintroduksi orangutan?

11. Bagaimana menurut anda pengelolaan orangutan pada kandang sosialisasi

tersebut?

12. Apakah yang anda harapkan dari Pusat Reintroduksi Orangutan ini?

Page 100: MANAJEMEN PAKAN ORANGUTAN SUMATERA … pada ujian komprehensif serta Ibu Dr. Ir. Yeni Aryati Mulyani, M.Sc yang telah bersedia menjadi ketua sidang dalam ujian komprehensif penulis

82  

Lampiran 8 Daftar nama-nama informan (pengelola dan teknisi) yang

diwawancarai

1. JPS (29 tahun)

2. Ark (23 tahun)

3. RS (26 tahun)

4. PA (40 tahun)

5. Evn (21 tahun)

6. Ryn (23 tahun)

7. Nsrl (22 tahun)

Lampiran 9 Daftar nama-nama informan (masyarakat) yang diwawancarai

1. Hrmn (24 tahun)

2. Bhki (28 tahun)

3. Sndi (32 tahun)

4. Ftm E (35 tahun)

5. M. Srf (35 tahun)

6. M. Sykr (37 tahun)

7. Bpk. Htt (40 tahun)

8. Zjmn (40 tahun)

9. Bpk. Sdrmn (45 tahun)

10. Ksng (45 tahun)

11. Ibu. Tss (46 tahun)

12. Tbi (49 tahun)

13. Bpk. Usm (50 tahun)

14. Msra (50 tahun)

15. Bkh (53 tahun)

16. M. Nr (59 tahun)

17. Ahmh (66 tahun)

18. Dmri (66 tahun)