manajemen obat & alkes

26
BAB I PENDAHULUAN Pengembangan kesehatan masyarakat yang dilakukan melalui Puskesmas didasarkan pada misi didirikannya Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan (Centre For Health Development) di wilayah kerja tertentu. Puskesmas merupakan organisasi pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu. Salah satu upaya yang dilaksanakan Puskesmas adalah pengadaan peralatan dan obat-obatan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Mengingat pengobatan merupakan salah satu kegiatan Puskesmas maka penyediaan peralatan dan obat- obatan perlu pengelolaan yang baik dan benar. Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti 1

Upload: melzmoca

Post on 19-Feb-2016

280 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

med

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Obat & Alkes

BAB I

PENDAHULUAN

Pengembangan kesehatan masyarakat yang dilakukan melalui Puskesmas

didasarkan pada misi didirikannya Puskesmas sebagai pusat pengembangan

kesehatan (Centre For Health Development) di wilayah kerja tertentu. Puskesmas

merupakan organisasi pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk

masyarakat yang tinggal di suatu wilayah tertentu. Salah satu upaya yang

dilaksanakan Puskesmas adalah pengadaan peralatan dan obat-obatan yang

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Mengingat pengobatan merupakan

salah satu kegiatan Puskesmas maka penyediaan peralatan dan obat-obatan perlu

pengelolaan yang baik dan benar.

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut

aspek perencanaan, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat yang

dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis

perbekalan farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber

yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana, dan perangkat lunak (metoda dan tata

laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit

kerja.

Pengelolaan obat bertujuan memelihara dan meningkatkan penggunaan

obat secara rasional dan ekonomis di unit-unit pelayanan kesehatan melalui

penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan tempat.

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) merupakan salah satu

contoh pengelolaan obat yang bermanfaat untuk mengendalikan tingkatan stok,

1

Page 2: Manajemen Obat & Alkes

perencanaan distribusi, perencanaan kebutuhan obat dan memantau penggunaan

obat.

2

Page 3: Manajemen Obat & Alkes

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Kebutuhan Obat untuk 5 Penyakit Terbanyak di Puskesmas

Pulorejo Bulan Juli 2013

Dari 2222 kunjungan pasien selama bulan Juli 2013, terdapat lima

penyakit terbanyak di Puskesmas Pulorejo berdasarkan data kunjungan sakit dan

kunjungan resep pada bulan Juli tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Data Kunjungan Sakit

No Urut Penyakit

Terbanyak

Kode ICD

Nama Penyakit Jumlah

1. (A09 ) Diare 2022. ( J06 ) Infeksi saluran pernafasan atas 1573. (I.10 ) Hipertensi 534. (K92 ) Colic Abdomen 445. (K31 ) Abdomen 41

Daftar kebutuhan obat pilihan dari 5 penyakit terbanyak berdasarkan data

kunjungan resep bulan Juli 2013 :

1. Diare dan gastreonteritis lainya yang diduga karena infeksi

Kotrimoksazol

Becarbon/Norit

Metronidazole

2. Infeksi akut pernafasan atas lainnya

Antibiotik :

3

Page 4: Manajemen Obat & Alkes

a) Amoksisilin kapsul 250 mg

b) Amoksisilin kapsul 500 mg

c) Amoksisilin sirup 125mg/5ml

d) Viccilin vial injeksi 1 gram

Antipiretik, analgetik:

a) Paracetamol tablet 500mg

b) Paracetamol tablet 100mg

c) Paracetamol sirup 120mg/5ml

d) Ibuprofen tablet 400 mg

e) Ibuprofen tablet 200 mg

Ekspektoran :

a) Gliseril guaiakolat tablet 100 mg

b) OBH Sirup

Antitusif :

a) Dekstrometorpan tablet 15 mg

b) Dekstrometorpan sirup 10 mg/5ml

Dekongestan :

a) Efedrin HCl tablet 25mg

Antihistamin

a) Chlorfeniramin maleat tablet 4 mg

Anti inflamasi

a) Deksametason tablet 0,5 mg

3. Hipertensi

Antihipertensi :

a) Captopril tablet 25mg

b) Hidroklortiazid (HCT) tablet 25mg

c) Nifedipin 10mg

4. Penyakit oesophagus, lambung dan usus dua belas jari

4

Page 5: Manajemen Obat & Alkes

Antasida tablet

Antasida syrup

Ulsikur injeksi (cimetidin)

Ranitidin ampul

5. Gangguan gusi, periodental dan tulang alveolaris (jaringan

penyangga gigi)

Antibiotik

a) Amoksisilin kapsul 250 mg

b) Amoksisilin kapsul 500 mg

c) Amoksisilin sirup 125mg/5ml

d) Metronidazole tablet 250 mg

Analgetik

a) Asam mefenamat kaplet 500 mg

b) Antalgin tablet 500 mg

Jumlah keperluan obat berdasarkan data jumlah penderita selama bulan Juni 2010

dari 5 penyakit terbanyak diatas : (Lampiran 1)

Analisa jumlah keperluan obat berdasarkan data jumlah penderita dalam 1

bulan :

Contohnya : obat Gliseril Guaiakolat (GG) untuk penyakit ISPA. Pemberian

gliseril guaiakolat pada tiap kasus ISPA sesuai kunjungan resep yaitu rata-rata 3

kali sehari selama 3 hari. Jadi rata-rata pasien mendapat obat 10 biji. Jadi bila

jumlah kasus ISPA selama 1 bulan sejumlah 156 berarti pemakaian obat GG

kurang lebih 1560 biji.

5

Page 6: Manajemen Obat & Alkes

► Jumlah pemberian obat pada tiap kasus =

{∑ obat sekali minum x frekuensi minum perhari} x ∑ hari minum obat

Jumlah pemakaian GG = { 1 biji x 3 kali } x 3 hari = ± 10 hari

► Jumlah keperluan GG berdasarkan jumlah kasus ISPA dalam 1 bulan =

10 x 156 = 1560 biji.

Pada lampiran 1 tertulis bahwa jumlah pemakaian GG selama 1 bulan

sebesar 2.588 biji sedangkan menurut hasil analisa sebesar 1560 biji. Hal ini

membuktikan bahwa pengeluaran obat secara garis besar tidak sesuai dengan

kunjungan resep. Jumlah pemakaian yang lebih besar dibandingkan dengan hasil

analisa kemungkinan karena pasien yang sama datang berobat dengan keluhan

sama kemudian diberikan obat GG lagi atau obat GG diberikan untuk waktu lebih

dari 3 hari. Jadi berdasarkan analisa salah satu contoh obat dapat disimpulkan

bahwa pemakaian obat yang tertera di LPLPO tidak sesuai dengan kunjungan

resep.

b.2 Harga untuk Pengadaan Obat

Pengadaan obat di puskesmas Pulorejo berasal dari 2 macam yaitu obat

yang berasal dari pemerintah (DINKES) dan obat yang diadakan sendiri oleh

puskesmas (SWADANA) . Obat yang dipasok oleh DINKES disediakan untuk

kebutuhan selama 2 bulan. Apabila suatu saat persediaan obat tersebut kurang dari

jumlah yang dibutuhkan, maka pihak Puskesmas tidak dapat mengajukan

permohonan pengadaan obat ke DINKES.

Obat SWADANA pengadaannya dilakukan tiap 1 bulan sekali. Penetapan

harga untuk obat SWADANA tersebut melibatkan peran serta kepala puskesmas

6

Page 7: Manajemen Obat & Alkes

dan tim pengadaan. Pasien yang mendapat obat SWADANA ini adalah pasien

umum atau non askes, dan pasien askes namun dikenakan tambahan biaya.

Daftar jumlah kebutuhan obat berdasarkan data jumlah penderita dan

harga pengadaan obat SWADANA berdasarkan 5 penyakit terbanyak selama

bulan Juli 2013 terdapat pada lampiran 1.

b.3 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas di Puskesmas untuk Tim

Obat dan Alat Kesehatan

Pada puskesmas Pulorejo, terdapat tim khusus yang menangani

manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, tim pemeriksa,

bendahara barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggungjawab. Tim

pengadaan terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota masing-masing 1 orang. Tim

pengadaan ini bertugas untuk mengelola perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

pendistribusian, dan pemantauan obat. Dalam pelaksanaannya, manajemen obat

tersebut dipegang oleh 1 orang yang merupakan anggota dari tim pengadaan. Tim

pemeriksa terdiri dari ketua dan 1 orang anggota. Tim pemeriksa bertugas untuk

memeriksa obat dan alat kesehatan yang sudah diterima untuk memastikan

kecocokan antara LPLPO/faktur penjualan dengan obat dan alat kesehatan yang

diterima. Bendahara barang terdiri dari ketua dan anggota masing-masing 1 orang

yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan.

Bendahara barang di sini menerima alat kesehatan yang telah diadakan oleh tim

pengadaan.

7

Page 8: Manajemen Obat & Alkes

Bagan 1. Struktur organisasi manajemen obat dan alat kesehatan

Bagan 2. Alur distribusi obat dan alat kesehatan di Puskesmas Ploso

Obat yang telah diterima dari DINKES (GFK) dan apotik swasta masuk ke

kamar obat/ apotik yang sekaligus menyimpan semua obat yang masuk dari

8

KAMAR OBAT/APOTIK

UNIT-UNIT PUSTU, POSYANDU, POLINDES

DINKES TK II-GUDANG FARMASI KABUPATEN (GFK)

Melayani kebutuhan obat di Puskesmas

- Pustu Mojoagung- Pustu JOmpu

- Poli- UGD- KIA- Lab

KEPALA PUSKESMAS

TIM PENGADAAN

BENDAHARA BARANG TIM PEMERIKSA

Page 9: Manajemen Obat & Alkes

DINKES karena di puskemas pulorejo masih belum mempunyai gudang obat

puskesmas induk. Setelah diperiksa oleh tim pemeriksa lalu obat-obatan

didistribusikan ke kamar obat, unit-unit seperti poli, UGD, KIA, laboratorium,

dan pustu-pustu. Stok obat yang berada di UGD dan KIA digunakan untuk

pemberian yang bersifat segera misalkan pemberian obat emergensi, pemasangan

infus, rawat luka, dll. Setelah itu, pasien atau keluarga pasien diberi resep untuk

mengganti obat maupun alat kesehatan yang telah digunakan untuk ditebus ke

kamar obat yang kemudian diserahkan kembali ke unit tersebut. Sedangkan di

poli, kebanyakan pasien hanya di beri resep yang di tebus ke kamar obat.

Untuk PUSTU obat-obat yang telah keluar direkap untuk laporan

pengeluaran obat dan alat kesehatan. Bila stok obat habis, bagian tersebut berhak

mengadakan permintaan obat dan alat kesehatan ke puskesmas pulorejo.

2.4 Perencanaan Kebutuhan Obat dan Alat Kesehatan

Perencanaan obat di Puskesmas dimaksudkan agar ketersediaan obat di

unit pelayanan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan dana yang tersedia

secara efektif dan efisien, sehingga dapat dihindari tumpang tindih penggunaan

anggaran perencanaan obat dan mengurangi kemungkinan menumpuknya suatu

jenis obat tertentu.

Dasar yang digunakan dalam menetapkan perencanaan kebutuhan obat

dan alat kesehatan di puskesmas adalah berdasarkan pemakaian 1 bulan terakhir

(dari 5 penyakit terbanyak, jumlah kunjungan pasien, dan permintaan dari hasil

pelayananan di klinik di polindes, pustu, dan apotik). Untuk obat dari DINKES,

perencanaan kebutuhan didasarkan atas pemakaian obat 1 bulan terakhir dikali 3

9

Page 10: Manajemen Obat & Alkes

yang diperuntukkan selama 2 bulan. Untuk obat SWADANA perencanaannya

didasarkan pemakaian obat 1 bulan terakhir dikali 2 yang diperuntukkan selama 1

bulan. Obat-obat SWADANA disediakan untuk pasien-pasien umum atau non

askes maupun maskin yang dikenakan tambahan biaya.

Berdasarkan sistem perencanaan tersebut, puskesmas Plulorejo telah

menerapkan prinsip preventif management. Hal itu dapat dilihat dengan

permintaan yang diberi tambahan persediaan obat untuk 1 bulan ( persediaan obat

yang sesuai untuk waktu 3 bulan digunakan untuk waktu 2 bulan), sehingga

diharapkan dapat mengatasi kebutuhan obat pada kasus emergensi. Selain itu,

khusus untuk kasus emergensi, dapat meminta sewaktu-waktu pada gudang obat

farmasi DINKES atau dengan SWADANA di apotik tertentu.

2.5 Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan

Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas dilakukan untuk

memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin

tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu pengadaan atau

permintaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang

diminta atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah

direncanakan.

Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas, baik yang melalui Dinas

Kesehatan Kabupaten/GFK maupun SWADANA dilakukan dengan mengajukan

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO untuk obat

DINKES ini dibuat tiap 2 bulan sekali atau bila ada KLB atau obat habis bisa

meminta sewaktu-waktu ke GFK (DINKES) tanpa harus menunggu jatuh tempo 2

10

Page 11: Manajemen Obat & Alkes

bulan, sedangkan alat kesehatan dilakukan setahun sekali sesuai dengan jadwal

yang telah ditetapkan setiap akhir tahun. Obat dipesan melalui gudang obat

farmasi. Pengadaan obat SWADANA dilakukan tiap 1 bulan sekali. Tidak ada tim

pengadaan khusus dari staf farmasi yang ditunjuk. Pengadaan hanya dipegang

oleh satu orang pengelola obat.

2.6 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan

Penyimpanan obat ditujukan untuk menjaga kestabilan obat. Semua obat

DINKES disimpan di ruangan farmasi khusus obat, yang disusun di rak kayu

(tanpa kaca) dan rak dengan kaca. Obat DINKES dan obat SWADANA yang

terdapat di kamar obat/apotik disusun di almari kaca dan untuk membedakannya

puskesmas menyediakan rak terpisah. Sedangkan obat lain yang perlu suhu dingin

diletakkan dalam lemari pendingin. Secara umum persyaratan penyimpanan obat

didasarkan atas:

- Tidak terkena sinar matahari langsung,

- Disimpan dalam suhu kamar,

- Mudah terjangkau

- Obat tertentu yang membutuhkan suhu dingin diletakkan dalam lemari

pendingin

- Obat disusun berdasarkan urutan alfabet dan sesuai dengan sediaan obat

- Obat juga disusun berdasarkan yang sering digunakan agar mudah terjangkau.

11

Page 12: Manajemen Obat & Alkes

2.7 Pemantauan Obat dan Alat Kesehatan

Terdapat buku khusus untuk mencatat keluar masuk obat dan alat

kesehatan. Untuk obat-obatan tidak disimpan terlebih dahulu di gudang obat

karena puskesmas pulorejo masih belum mempunyai gudang obat yang khusus,

obat yang datang dari DINKES langsung di simpan dikamar obat puskesmas

pulorejo, kecuali obat untuk imunisasi disimpan di lemari pendingin di ruangan

KIA , sedangkan untuk alat kesehatan disimpan sementara di puskesmas

kemudian didistribusikan langsung pada tiap-tiap unit yang memerlukan.

Mekanisme keluar masuknya obat tergantung penggunaan dari pihak

puskesmas pulorejo serta berdasarkan tanggal kadaluarsa. Untuk mencocokkan

dengan buku keluar masuk, maka masing-masing obat di catet dalam buku

khusus. Pencatatan obat dilakukan setiap kali ada obat yang masuk maupun

keluar (tanpa jadwal yang tetap). Untuk obat-obat yang telah kadaluarsa dicatat

dalam bentuk berita acara yang kemudian dikembalikan ke gudang farmasi untuk

dihanguskan.

Pemantauan obat dan alat kesehatan dilakukan oleh 1 orang yang sama

dengan pengelola manajemen obat dan alat kesehatan. Pemantauan obat dilakukan

sebulan sekali, sedangkan alat kesehatan dilakukan setahun sekali. Pemantauan

(khususnya obat) mencakup laporan dari masing-masing unit kerja (polindes,

pustu, apotik). Kemudian pada masing-masing periode pelaporan diserahkan

kepada kepala puskesmas sebagai penanggung jawab untuk dipantau lebih lanjut.

Jaminan kualitas obat tidak dapat diketahui secara pasti oleh karena

pengadaan obat-obatan tersebut dari pusat, dimana yang bertanggungjawab atas

kualitas obat dalam hal ini adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

12

Page 13: Manajemen Obat & Alkes

Dari segi keamanan, dengan sistem manajemen obat di puskesmas Pulorejo sudah

dapat terjamin keamanannya. Bila ada perubahan fisik dari obat, maka obat

disingkirkan dan dianggap sebagai obat keluar, kemudian obat dijadikan satu

untuk dilaporkan mengenai langkah pemusnahannya kepada DINKES. Dalam hal

ketersediaan obat, tidak ditemukan masalah yang cukup berarti.

2.8 Mekanisme Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Kesehatan

Tanggung jawab pemeliharaan alat kesehatan dilakukan oleh masing-

masing ruangan (BP, KIA, rawat inap, laboratorium, poli gigi). Bila ada

kerusakan pada alat kesehatan, laporan ditujukan pada bendahara barang,

kemudian dilaporkan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung jawab. Lalu,

untuk perbaikannya tergantung dari tingkat kerusakan alat kesehatan tersebut.

Bila ringan dan memungkinkan, alat kesehatan tersebut diperbaiki oleh petugas

alat kesehatan, namun bila kerusakan cukup berat dan membutuhkan anggaran

yang besar maka dilaporkan kepada kepala puskesmas.

Sistem pemeliharaan alat kesehatan di puskesmas Pulorejo bersifat aktif

atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit

kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu) dan pasif pada pelaporan

dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu, polindes).

Pelaporan alat kesehatan diberikan kepada kepala puskesmas sebagai

penanggung jawab alat kesehatan.

2.9 Form yang Digunakan di Puskesmas Pulorejo

Form yang digunakan di puskesmas Pulorejo terdiri dari :

a)

13

Page 14: Manajemen Obat & Alkes

Kartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat

(penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di ruang obat puskesmas.

Fungsinya dari kartu stok obat puskesmas adalah :

- Untuk mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran).

- Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan pemakaian obat

dengan format Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat

(LPLPO/LB2) dan sebagai data pembanding terhadap keadaan fisik obat

dalam tempat penyimpanan.

Form ini mencatat tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi obat)

atau penerima obat (Polindes/Pustu/Apotik), jumlah obat yang diterima dari

pihak pemberi dan jumlah obat yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat,

sisa stok obat pada ruang obat puskesmas, tanggal kadaluarsa. Informasi dan

manfaat kartu stok :

o Informasi

Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)

Jumlah obat yang diterima selama 1 bulan/1 periode

Jumlah obat yang keluar selama 1 bulan/1 periode

Jangka waktu/lama kekosongan obat

Neraca pemasukan dan pengeluaran obat

o Manfaat

Untuk pengisian LPLPO/LB2

Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat

Mengawasi neraca pemasukan dan pengeluaran obat.

14

Page 15: Manajemen Obat & Alkes

Gambar 1. Kartu stok gudang obat puskesmas

b. Kartu Stelling

Kartu ini digunakan hanya untuk mencatat tanggal dan jumlah obat yang

keluar atau masuk serta sisa obat. Pada Puskesmas Pulorejo tidak di

pergunakan kaartu stelling.

c. Laporan penggunaan psikotropika

Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat

golongan psikotopika, jumlah obat golongan psikotropika yang diterima dari

pihak pemberi dan jumlah obat golongan psikotropika yang dikeluarkan

untuk pihak penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan

psikotropika yang ada di gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini

dilakukan tiap bulan.

d. Laporan penggunaan narkotika

Digunakan khusus untuk mencatat pihak pemberi atau penerima obat

golongan narkotika, jumlah obat golongan narkotika yang diterima dari pihak

15

Page 16: Manajemen Obat & Alkes

pemberi dan jumlah obat golongan narkotika yang dikeluarkan untuk pihak

penerima obat, serta stok awal dan akhir obat golongan narkotika yang ada di

gudang puskesmas. Pencatatan pada form ini dilakukan setiap bulan.

e. Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dinas kesehatan

Digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal dan sisa

stok obat dan alat kesehatan habis pakai yang ada di puskesmas, tujuan

pemberian obat (PKD/ASKES/APBD/lain-lain). Pencatatannya dilakukan

setiap bulan.

Gambar 3. Laporan pemakaian dan lembar obat (LPLPO)

f. Laporan inventaris peralatan kesehatan puskesmas

Digunakan untuk mencatat jumlah alat kesehatan pada masing-masing unit

(ruangan-ruangan di puskesmas, pustu, polindes), keadaan alat kesehatan,

kebutuhan, pengadaan sendiri, permintaan serta penerimaan alkes. Pencatatan

pada form ini dilakukan setiap tahun.

16

Page 17: Manajemen Obat & Alkes

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan data internal 5 penyakit terbanyak puskesmas Pulorejo pada

bulan Juli 2013 adalah diare, infeksi akut pernafasan atas, hipertensi;

penyakit colic abdomen, dan abdomen; Diare menempati urutan pertama

dengan pilihan terapi pilihannya yaitu ..........................................

2. Pengadaan obat di puskesmas Pulorejo berasal dari 2 macam yaitu obat

yang berasal dari pemerintah (DINKES) dan obat yang diadakan sendiri

oleh puskesmas (SWADANA). Harga pengadaan obat SWADANA

melibatkan peran kepala puskesmas dan tim pengadaan.

3. Di puskesmas Pulorejo, terdapat tim khusus yang menangani manajemen

obat dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, tim pemeriksa, bendahara

barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggung jawab.

17

Page 18: Manajemen Obat & Alkes

c.2 Saran

1. Perlu penambahan petugas dalam proses pengadaan obat dan bagian

pelayanan di kamar obat, sehingga dalam pelaksanaan manajemen obat

maupun pelayanan di puskesmas menjadi lebih ringan dan terorganisir.

2. Penyimpanan obat-obat yang telah kadaluwarsa hanya pada satu tempat,

sehingga dalam proses pembuatan berita acara, pengecekan dan

pengembalian ke Gudang farmasi.

3. Perlu di adakannya ruangan khusus Gudang Obat di puskemas pulorejo

sehingga ruangan kamar obat tidak dijadikan satu sebagai tempat

penyimpanan obat dari gudang obat farmasi.

4. Pencatatan keluar masuk obat di UGD sebaiknya didata dengan baik dan

perlu penambahan jenis maupun jumlah obat yang tersedia di UGD.

18