manajemen lingkungan crude palm oil (cpo)

21
MANAJEMEN LINGKUNGAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT ( CPO ) Oleh : Riryn Nur Rachmawati F34070004 Agung Utomo F34070012 Nita Diansari F34070035 Ditta Nirmala F34070046 Huda Adhiyaksa F34070068 2009 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Upload: agung-utomo

Post on 26-Jun-2015

991 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

MANAJEMEN LINGKUNGAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT ( CPO )Oleh : Riryn Nur Rachmawati Agung Utomo Nita Diansari Ditta Nirmala Huda Adhiyaksa F34070004 F34070012 F34070035 F34070046 F340700682009 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGORBAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Ke

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

MANAJEMEN LINGKUNGAN

INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT ( CPO )

Oleh :

Riryn Nur Rachmawati F34070004

Agung Utomo F34070012

Nita Diansari F34070035

Ditta Nirmala F34070046

Huda Adhiyaksa F34070068

2009

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili

palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak

kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika

barat di antara Angola danGambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika,

Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24

meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil

dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging

dan kulit buahnyamengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan

minyak goreng, sabun,dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak,

khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya

digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah

berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak,

hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman

diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah

yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.

Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu

juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk

mendapatkan tambahan aerasi. Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki

waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.

Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat

lebih besar dan mekar. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu,

hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan

yang muncul dari tiap pelapah. Buah terdiri dari tiga lapisan:

a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

b) Mesoskarp, serabut buah

Page 3: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

c) Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti

berkualitas tinggi. Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah

sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan

tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Kelapa sawit memiliki banyak jenis,

berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera,

dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal

sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan

buahnya besar‐besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera

buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat

jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan

Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan

masing‐masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya

tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging perbuahnya dapat mencapai

90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit

merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber

penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak

kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong

pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa

sawit. Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak

lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif,

terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk

pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan dalam pembukaan

wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta.

Page 4: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

BAB II

PEMBAHASAN

Kelapa sawit adalah tumbuhan yang termasuk keluarga palma, seperti

kelapa, aren, pinang, korma, dan sebagainya. Kelapa sawit biasanya tumbuh di

daerah tropis atau iklim panas. Tanaman kelapa sawit nmemerlukan beberapa

persyaratan tertentu untuk tanah dan iklim bagi pertumbuhannya, antara lain letak

tinggi tempat diusahakan pada daerah ketinggian 400 m dpl, keadaan tanah yang

subur, topografi, drainase dan iklim yang sesuai. (Anonim, 2007)

Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya.

Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah atau CPO yang

diolah menjadi bahan baku minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit

adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten

tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.

Standar mutu adalah hal penting untuk menentukan minyak yang bermutu

baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi standar mutu untuk produksi

minyak , yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak

bebas , warna dan bilangan peroksida. CPO yang bermutu baik mengandung air

dan kotoran sedikit, asam lemak kecil, bilangan iod nesar. Bahan baku yang

digunakan untuk proses produksi ini harus memenuhi standar yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

Pengolahan tandan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit dapat

dilakukan dengan cara yang sederhana. Selain itu, proses pengolahannya dapat

pula menggunakan teknologi tinggi yang biasa digunakan perkebunan besar untuk

menghasilkan CPO dengan kualitas ekspor. Menurut Lubis (1992), tujuan

pengolahan kelapa sawit adalah untuk menghasilkan minyak sawit dan inti sawit

dengan mutu yang baik dan rendemen optimum. Proses produksi CPO secara

umum terdiri dari proses penerimaan TBS, proses perebusan, penebahan,

pengadukan, pengolahan minyak, pengolahan biji sampai proses

penyimpanannya. Berikut diagram alir proses produksi pengolahan kelapa sawit:

Page 5: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

1. Penerimaan Tandan Buah Segar

Tempat penerimaan tandan buah segar disebut transfer ramp, dimana

sebelumnya truk pengangkut telah melalui jembatan timbang sehingga dapat

diketahui berapa berat bersih TBS yang masuk ke pabrik. Setelah ditimbang

TBS dipindahkan ke loading ramp sebagai tempat panimbunan sementara

sebelum TBS dimasukkan dalam lori perebusan. Lantai pada loading ramp

dibuat berkisi-kisi sehingga pasir dan kotorannya jatuh malalui kisi-kisi

tersebut.(Lubis,1992)

Pada bagian loading ramp dilakukan sortasi terhadap kurang lebih 5%

dari jumlah keseluruhan truk pengangkut TBS yang masuk ke pabrik. Proses

Page 6: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

ini diperlukan untuk menilai mutu TBS. Penilaian ini dilakukan sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan oleh bagian pengendalian mutu.

2. Perebusan (sterilisasi)

Setelah proses penerimaan, kemudian dilakukan perebusan dalam

tangki dengan tujuan untuk memudahkan perontokan buah dari tandannya dan

melunakkan daging buah sehingga memudahkan pengempaan. Tujuan lain

adalah menonaktifkan enzim lipase agar kenaikan asam lemak bebas dapat

diperlambat dan sebagai pengolahan pendahuluan terhadap biji sehingga biji

mudah dipecahkan.

Ketaren (1986), menyebutkan bahwa perebusan juga bertujuan untuk

mengumpulkan protein dalam buah sawit, membunuh mikroba, pengawetan

serta mempermudah perontokan buah. Perebusan TBS dilakukan dengan

menggunakan ketel uap panas (steam). Uap panas tersebut berasal dari ketel

uap sebagai media penghantar panas dengan suhu, waktu, dan tekanan

tertentu.

3. Penebahan Kelapa Sawit

Proses ini bertujuan untuk melepaskan dan memisahkan buah kelapa

sawit dari tandannya. Alat penebahan buah yang umum digunakan adalah

thresser hopper yang berbentuk silinder. Pada sekeliling silinder dipasang besi

kanal yang bertindak sebagai saringan dan besi siku yang berfungsi sebagai

sudut-sudut dalam sangkar. Buah lepas akan masuk melalui kisi-kisi dan

ditampung di srew conveyor, kemudian oleh elevator dibawa ke distributing

conveyor untuk didistribusikan ke tiap-tiap unit digester. Tandan buah kosong

hasil perontokan yang tidak mengandung buah diangkut ke tempat

pembakaran dan digunakan sebagai bahan bakar di incinerator atau digunakan

sebagai pupuk tanaman.

4. Pengadukan

Tujuannya adalah untuk memutuskan ikatan struktur jaringan buah dan

membuka sel-sel yang mengandung minyak buah dari bijinya sehingga

pengempaan serabut menjadi lebih mudah. Pengadukan dilakukan dalam

digester dengan mengalirkan uap panas melalui mantel, bertujuan

memanaskan buah yang sedang diproses. Menurut Lubis (1992), untuk

Page 7: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

menghasilkan pengadukan yang baik, suhu pencampuran dalam digester harus

dijaga pada suhu 85-95oC agar minyak yang dihasilkan tidak menjadi kental.

5. Pengempaan (Pressing)

Bertujuan untuk mengeluarkan minyak dan cairan dari kelapa sawit.

Alat yang digunakan adalah alat press berulir ganda. Hasil yang diperoleh

kemudian diproses lebih lanjut menjadi CPO. Ampas kempa diolah lebih

lanjut untuk mendapatkan inti sawit (kernel). Proses ini dapat berupa ekstrasi

yang bertujusn mengambil minyak dari massa adukan.

6. Pemurnian dan Penjernihan CPO

Stasiun terakhir dalam tahapan proses pengolahan minyak kelapa sawit

kasar adalah unit penjernihan minyak, dimana pada unit ini terjadi proses

pemisahan minyak dengan air dan kotoran yang dilakukan dengan sistem

pengendapan, sentrifugasi dan penguapan. Menurut Ketaren (1986), minyak

kasar dialirkan dari tangki penjernihan kemudian disaring di dalam penyaring

sentrifugal. Minyak yang telah dijernihkan dipompakan ke dalam tangki

penimbunan, sedangkan air dan kotoran dikembalikan dalam tangki

pengendapan.

7. Penyimpanan CPO

Sebelum didistribusikan, CPO disimpan di storage tank yang berfungsi

untuk minyak sawit kasar yang sudah diproduksi. Penyimpanan minyak sawit

kasar dilakukan dengan cara pendinginan minyak (oil cooler) untuk

menurunkan suhu minyak dan mempertahankannya sekitar 40-45 oC agar tidak

terjadi pembekuan minyak dan oksidasi minyak yang mengakibatkan kenaikan

asam lemak bebas.

Neraca pengolahan sawit di pabrik kelapa sawit kurang lebih seperti

gambar neraca massa di bawah ini. Dari setiap ton TBS yang diolah dapat

menghasilkan 140 – 200 kg CPO. Selain CPO pengolahan ini juga menghasilkan

limbah atau produk samping, antara lain: limbah cair (POME=Palm Oil Mill

Effluent) sebanyak 600-700 kg, cangkang sawit dan fiber atau sabut sebanyak 190

kg, dan tandan kosong kelapa sawit sebesar 230 kg.

Page 8: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

Berdasarkan neraca massa tersebut menunjukkan bahwa sedikit sekali

rendemen minyak kelapa sawit mentah atau CPO yang diperoleh. Rendemen CPO

yang diperoleh hanya sekitar 14-20% saja. Dengan demikian, limbah yang

dihasilkan dalam industri pembuatan CPO sangat banyak sekitar 80-86%. Jika

limbah tersebut tidak dikelola dengan baik maka limbah tersebut akan mencemari

lingkungan.

Produk turunan dari CPO diantaranya olein dan stearin. Olein berbentuk

cair dan biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng.

Sedangkan stearin berbentuk padat dan biasanya digunakan sebagai bahan baku

pembuatan margarine. Selain itu, produk turunan CPO yaitu shortening, gliserin,

dan sabun. Produk-produk turunan tersebut dapat dilihat pada pohon industry

berikut:

Page 9: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)
Page 10: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

Karakteristik dan Sumber Limbah Industri CPO

Pada pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO), dihasilkan produk

samping berupa limbah padat dan limbah cair. Menurut Leobis dan Tobing (1989),

pembentukan limbah pabrik penghasil CPO dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Tandan Buah Segar

Tandan Kosong

Buah Segar

Pupuk

Ampas

Cangkang

Minyak

Initi Air Hidroksilon Air Lumpur Air Kondesat

Pengolahan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit dan Pembentukan Limbah Pabrik CPO

Limbah dari industri kelapa sawit meliputi padatan, cair dan gas. Pasir atau tanah dari

perkebunan, tandan buah, ampas, kulit kering batok/cangkang serta lumpur dari kolam pengolah

perebusan

pembantingan

pengabuan Perebusan

pengadukan

pengempaan Perebusan

Pemecahan Ampas dan biji

Pemecahan Biji klarifikasi

Page 11: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

limbah cair merupakan bentuk limbah padatan. Abu berasal dari sisa pembakaran tandan kosong

dan proses pembakaran pada katel uap juga merupakan limbah padat. Zat padat dalam limbah

pabrik CPO dapat berupa padatan tersuspensi (suspended solid) dan padatan terlarut (dissolved

solid). Padatan tersuspensi lebih banyak berupa koloid dan terutam dari karbohidrat, protein,

minyak dan padatan anorganik. Limbah cair dari air rebusan (jumlah 150-175 kg per ton tandan

buah segar) dan air hidroksiklon (100-150 kg per ton tandan buah segar)(Loebis dan Tobing,

1984). Sedangkan limbah gas berasal dari cerobong tempat pembakaran tandan kosong dan

proses pembakaran pada katel uap

Limbah gas pada pabrik minyak kelapa sawit

Page 12: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

Cangkang sawit yang menggunung di pabrik kelapa sawit

Karakteristik limbah cair

Limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS berasal dari air kondensat pada proses

sterilisasi, air dari proses klarifikasi, air hydrocyclone (claybath), dan air pencucian pabrik.

Jumlah air bungan tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah pabrik, dan keadaan

peralatan klarifikasi. Limbah cair PMKS mengandung bahan organik yang relatif tinggi dan

tidak bersifat toksik karena tidak menggunakan bahan kimia dalam proses ekstraksi minyak.

Komposisi kimia limbah cair PMKS dan komposisi asam amino limbah cair segar disajikan pada

tabel berikut.

Page 13: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

Tabel 1. Komposisi Kimia Limbah Cair PMKS

Sumber : Naibaho (1996)

Tabel 2. Komposisi Asam Amino Limbah Cair Segar PMKS

Asam Amino %

Lisine 0.98

Histidine 2.02

Arginine 0.74

Aspartot asam 8.37

Threoine 3.37

Serine 8.19

Glutamit asam 13.19

Komponen % Berat Kering

Ekstrak dengan ether 31.60

Protein (N x 6,25) 8.20

Serat 11.90

Ekstrak tanpa N 34.20

Abu 14.10

P 0.24

K 0.99

Ca 0.97

Mg 0.30

Na 0.08

Energi (kkal / 100 gr) 454.00

Page 14: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

Piroline 3.80

Glycine 1.96

Alanine 5.67

Valine 4.05

Methionine 0.14

Isoleusine 3.10

Leusine 8.79

Tyrosine 2.06

Phanylalarine 3.48

Sumber : Naibaho (1996)

Limbah cair PMKS umumnya bersuhu tinggi, berwarna kecoklatan, mengandung padatan

terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan biological

oxygen demand (BOD) yang tinggi. Bila larutan tersebut langsung dibuang ke perairan

sangat berpotensi mencemari lingkungan, sehingga harus dioleh terlebih dahulu sebelum

dibuang.

Limbah padat dalam hal ini TKKS dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan

bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat dan potensial menghasilkan air lindi

(leachate).

Karakteristik limbah berdasarkan sifat fisika yaitu meliputi suhu, kekeruhan, bau dan

rasa, sedangkan berdasarkan sifat kimia meliputi kandungan bahan organik, protein, BOD, dan

sifat biologi meliputi kandungan bakteri patogen dalam air limbah (Wibisono,1995).

Page 15: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

Tabel 3. Karaktersitik Limbah PMKS dan Baku Mutu Limbah

Parameter Limbah PMKS *) Baku Mutu Limbah

**)

Ph 4,10 6 – 9

BOD (g/L) 212,80 110

COD (g/L) 347,20 250

TSS (g/L) 211,70 100

Kandungan Nitrogen Total (g/L) 41 20

Oil and grease (g/L) 31 30

*) Amaru (2008)

**) Kepmen LH Nomor 51/MEN LH/10/1995

Berdasarkan data di atas, ternyata semua parameter limbah cair PMKS berada diatas

ambang batas baku mutu limbah. Jika tida dilakukan pencegahan dan pengolahan limbah,

maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran air yang mengganggu

bahkan meracuni bota perairan, menimbulkan bau, dan menghasilkan gas methan dan CO2

yang merupakan emisi gas penyebab efek rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan.

Pengolahan limbah cair industri kelapa sawit

Pengolahan limbah cair industri kelapa sawit meliputi dua aspek yaitu :

A. Fisik dan kimia. Merupakan pengolahan limbah yang berfungsi untuk memisahkan

partikel – partikel padat (suspended solid), minyak dan lemak dengan penambahan

koagulan untuk mempercepat terjadinya flok serta menghilangkan sifat emulsi pada air

buangan.

B. Pengolahan biologis yaitu dengan memanfaatkan aktivitas biologis dalam hal ini

mikroorganisme dalam air buangan yang bersifat biodegradable. Proses yang

diaplikasikan adalah dengan menggunakan kombinasi proses anaerob dan dilanjutkan

dengan proses aerob.

Page 16: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

Berdasarkan aspek diatas maka pengolahan limbah cair yang masuk ke instalasi pengolahan air

buangan dilakukan dengan tiga tahap:

1. Tahap I Pengolahan pendahuluan

- Bak Ekualisasi berfungsi untuk menyeragamkan debit aliran yang berfluktuasi dan

konsentrasi parameter tertentu dalam air. Pengolahan biologis sangat sulit dilakukan

bila terjadi fluktuasi aliran sehingga diperlukan aliran konstan dengan bak ekualisasi

ini.

- Saringan Kasar (Coarse Bars Screen) mereduksi padatan kasar, terdiri dari sampah,

batu-batuan potongan kayu, ampas kelapa sawit dan lain-lain. Juga berfungsi untuk

mencegah kerusakan pada lift pump dan sumbatan dalam pipa antar unit pengolahan.

Dalam hal ini digunakan rak manual untuk debit yang kecil.

- Grit Chamber (velocity controlled grit chamber, aerated grit chamber) memiliki

effisiensi penyisihan BOD atau COD sekitar 0.5 % dan suspended solid 0 -10%

2. Tahap II Pengolahan tingkat I

Pengolahan tingkat I bertujuan untuk memisahkan suspended solid dan kandungan

minyak yang terdapat didalam air buangan industri minyak kelapa sawit. Pengolahan ini pada

umumnya menggunakan bahan kimia untuk membentuk flok dan memecahkan sifat emulsi

sebelum diolah di unit unit pengolahan. Pengolahan yang dilakukan dapat menggunakan

metode seperti sedimentasi, sentrifugasi, filtrasi dan flotasi.

3. Tahap III Pengolahan tingkat II

Air buangan minyak kelapa sawit mempunyai kandungan organik yang cukup tinggi

dengan perbandingan BOD dan COD = 0.45 – 0.55, dengan biodegradibilitas yang cukup

tinggi sehingga dapat didegradasikan secara biologi maka metoda pengolahan biologi adalah

yang paling umum digunakan.

Page 17: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

Metoda metoda pengolahan anaerob

a. Kolam anaerob (anaerobic pond)

b. Bioreaktor Unggun Fluidisasi anaerob (BUFAN)

Pengolahan anaerob ini memanfaatkan aktivitas bakteri anaerob yang terdapat atau

tumbuh di sekeliling media pertumbuhan. Fluidisasi biopartikel didalam kolam bioreaktor

akan mengakibatkan aktivitas tersebut menjadi semakin besar karena fluidisasi akan

memperluas bidang kontak antara mikroorganisme dengan cairan.

c. Anaerobic Digestion (Anaerobic Contact Process)

Air buangan diaduk oleh resirkulasi padatan lumpur dengan bantuan pengaduk mekanis,

lalu dicerna dalam reaktor yang tertutup rapat dari kemungkinan masuknya udara.

Metoda metoda pengolahan aerob

a. Ekstended Aeration Activated Sludge

b. Aerated lagoon

c. Tricking filter

d. Oxidation ditch

e. Kontak stabilisasi : merupakan modifikasi dari lumpur aktif termasuk dari sistem

pengolahan biologis yang menggunakan sistem suspended growth yaitu pertambahan

mikroba dalam keadaan tersuspensi, didalam tangki kontak akan berlangsung proses

absorbsi bahan tercemar oleh mikroorganisme pada saat terjadi kontak antara

mikroorganisme dengan air buangan.

Unit pemisah bioflok (bak pengendap II)

Berfungsi untuk memisahkan padatan dari pengolahan biologi. Pemisahan padatan ini

merupakan tahap terakhir untuk memperoleh effluent yang stabil dan telah terendapkan

dengan baik yang mengandung BOD dan suspenden solid dalam konsentrasi rendah, karena

itu merupakan tahap kritis dalam pengolaha biologis.

Page 18: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

4. Unit pengolahan lumpur

Lumpur yang dihasilkan masih memiliki kadar air yang cukup tinggi , kandungan

mikroorganisme yang tinggi sehingga bila tidak diolah terlebih dahulu akan menimbulkan

bau yang tidak sedap akibat pembusukan. Secara umum proses pengolahan lumpur

dimaksudkan untuk mengolah lumpur agar layak buang, dengan cara pemekatan dan

menstabilkan lumpur dan tidak menimbulkan akibat yang merugikan.

Lumpur primer dan lumpur sekunder diolah secara terpisah untuk mencegah terjadinya

degradasi biologi. Lumpur primer (DAF) dilakukan recovery karena mengandung nilai

ekonomis yang cukup tinggi, bahan baku sabun, pupuk atau campuran pakan ternak.

Buangan lumpur pada proses anaerobik dan aerobik dialirkan ke dalam unit thickener dan

diteruskan ke sludge drying bed.

Unit pengolahan lumpur terdiri dari :

a. Thickening lumpur yang berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi solid dalam lumpur

dengan menghilangkan bagian liquid sehingga mengurangi volume lumpur yang dibuang,

mengurangi kebutuhan lahan untuk drying bed dan mengurangi ukuran pipa lumpur dan

biaya pemompaan.

b. Stabilisasi lumpur yang berfungsi untuk mereduksi mikroorganisme patogen, mengurangi

bau, mengontrol bahan organik yang dapat mengalami pembusukan. Metoda yang biasa

digunakan yaitu secara biologi dengan anaerobik dan aerobik, secara kimia dengan

pembubuhan bahan yang memberikan kondisi tidak layak bagi pertumbuhan

mikroorganisme, secara fisik yaitu dengan thermal conditioning.

c. Dewatering (chamber filter press (plate and frame filter press), belt filter press, drying

bed, decanter, dan lagoon). Proses pengurangan kelembaban buangan lumpur, setelah

lumpur dikeringkan lumpur dapat dibuang ke landfill atau digunakan sebagai tanah

penyubur.

Page 19: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

Pengolahan limbah padat

Limbah padat dari industri minyak kelapa sawit seperti serat dan sebagian cangkang

sawit biasanya terpakai untuk bahan bakar boiler di pabrik, sedangkan tandan kosong kelapa

sawit (TKKS) yang jumlahnya sekitar 23% dari tandan buah segar yang diolah, biasanya hanya

dimanfaatkan sebagai mulsa atau kompos untuk tanaman kelapa sawit (Goenadi et al., 1998).

Page 20: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

BAB III

KESIMPULAN

Kelapa sawit adalah tumbuhan yang termasuk keluarga palma, seperti kelapa, aren, pinang,

korma, dan sebagainya. Kelapa sawit biasanya tumbuh di daerah tropis atau iklim panas.

Tanaman kelapa sawit nmemerlukan beberapa persyaratan tertentu untuk tanah dan iklim bagi

pertumbuhannya, antara lain letak tinggi tempat diusahakan pada daerah ketinggian 400 m dpl,

keadaan tanah yang subur, topografi, drainase dan iklim yang sesuai, tujuan pengolahan kelapa

sawit adalah untuk menghasilkan minyak sawit dan inti sawit dengan mutu yang baik dan

rendemen optimum. proses produksi pengolahan kelapa sawit terdiri dari penerimaan tandan

buah segar, perebusan (sterilisasi), penebahan kelapa sawit, pengadukan, pengempaan (pressing),

pemurnian dan penjernihan CPO, dan penyimpanan CPO.

Pada pengolahan kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO), dihasilkan produk samping

berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah dari industri kelapa sawit meliputi padatan, cair

dan gas. Pasir atau tanah dari perkebunan, tandan buah, ampas, kulit kering batok/cangkang serta

lumpur dari kolam pengolah limbah cair merupakan bentuk limbah padatan. Pengolahan limbah

cair industri kelapa sawit meliputi dua aspek yaitu Fisik dan kimia serta Pengolahan biologis.

Berdasarkan aspek di atas maka pengolahan limbah cair yang masuk ke instalasi

pengolahan air buangan dilakukan dengan tiga tahap yaitu pengolahan pendahuluan, pengolahan

tingkat 1 , dan pengolahan tingkat 2. Limbah padat dari industri minyak kelapa sawit seperti

serat dan sebagian cangkang sawit biasanya terpakai untuk bahan bakar boiler di pabrik,

sedangkan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang jumlahnya sekitar 23% dari tandan buah

segar yang diolah, biasanya hanya dimanfaatkan sebagai mulsa atau kompos untuk tanaman

kelapa sawit.

Page 21: Manajemen Lingkungan Crude Palm Oil (CPO)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Jakarta: Departemen

Perindustrian.

Goenadi, D.H, Y. Away, Sukin, Y., Yusuf, H. H., Gunawan & Aritonang, P. 1998. Pilot-Scale

Compossing of Oil Palm Using ligno-cellulosic Decompossing Bioactivator. 1998

International Oil Palm Conference. Nusa Dua Bali, September 23-25, 1998.

Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.

Lacrosse, L. 2004. Clean and Efficient Biomass Cogeneration Technology in ASEAN, COGEN 3

Seminar on “Business Prospects In Southeast Asia For European Cogeneration

Equipment”, 23 November 2004, Krakow, Poland.

Loebis, B. & Tobing, P.L. 1989. Potensi pemanfaatan limbah kelapa sawit. Buletin Perkebunan.

Lubis A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elais guinensis jacq) di Indonesia. Indonesia: Sugraf Offset

Marihat.

Wibisono, G. 1995. Sistem pengelolaan dan pengolahan limbah domestik. J. Science