manajemen keuangan
TRANSCRIPT
SASARAN STRUKTUR MODAL
Sasaran struktur modal (optimal capital structure) suatu perusahaan
didefinisikan sebagai struktur yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan
tersebut. Menganalisis situasi dan mencoba untuk menentukan struktur optimal
yang tentunya akan bermanfaat, tetapi pada praktiknya akan sulit untuk
mengestimasi secara pasti. Akibatnya, dalam praktiknya kita cenderung
membayangkan struktur modal yang optimal dalam suatu rentang nilai, misalnya,
40 sampai 50 % yang terdiri atas utang, dan bukan suatu angka pasti seperti,
misalnya 45 %. Selanjutnya, jika rasio utang actual di bawah tingkat sasaran,
perusahaan akan menghimpun modal dengan menerbitkan hutang, sementara jika
rasio utang di atas sasaran, maka yang akan digunakan adalah ekuitas. Sasaran
dapat berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan kondisi, tetapi pada
satu waktu, manajemen biasanya memiliki satu struktur spesifik yang menjadi
acuan.
Penentuan struktur modal akan melibatkan pertukaran antara risiko dan
pengembalian:
- Menggunakan utang dalam jumlah yang lebih besar akan meningkatkan
risiko yang ditanggung oleh pemegang saham
- Namun, menggunakan lebih banyak utang pada umumnya akan
meningkatkan perkiraan pengembalian atas ekuitas
Risiko yang makin tinggi terkait dengan utang dalam jumlah yang lebih
besar cenderung akan menurunkan harga saham, tetapi perkiraan tingkat
pengembalian yang lebih tinggi diakibatkan oleh utang yang lebih besar akan
menaikkannya. Jadi, kita berusaha untuk mencari struktur modal yang
menghasilkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian yang akan
memaksimalkan harga saham.
Terdapat 4 faktor yang memengaruhi keputusan struktur modal :
1. Risiko Usaha, atau tingkat risiko yang inheren dalam operasi perusahaan jika
perusahaan tidak menggunakan utang. Makin besar risiko usaha perusahaan,
makin rendah rasio utang optimalnya.
2. Posisi pajak perusahaan. Salah satu alasan utama digunakannya utang adalah
karena bunga merupakan pengurang pajak, selanjutnya menurunkan biaya
utang efektif. Akan tetapi, jika sebagian besar laba suatu perusahaan telah
dilindungi dari pajak oleh perlindungan pajak yang berasal dari penyusutan,
maka bunga atas utang yang saat ini belum dilunasi, atau kerugian pajak yang
dibawa ke periode berikutnya, akan menghasilkan tarif pajak yang rendah.
Akibatnya, tambahan utang tidak akan memiliki keunggulan yang sama jika
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tariff pajak efektif yang lebih
tinggi.
3. Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk menghimpun modal dengan
persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk. Bendahara perusahaan tahu
bahwa pasokan modal yang lancar dibutuhkan oleh operasi yang stabil,
selanjutnya memiliki arti yang sangat penting bagi keberhasilan jangka
panjang. Mereka juga tahu bahwa ketika terjadi pengetatan uang dalam
perekonomian, atau ketika suatu perusahaan sedang mengalami kesulitan
operasional, akan lebih mudah untuk menghimpun utang dibandingkan modal
ekuitas, dan pihak pemberi pinjaman lebih bersedia untuk mengakomodasi
perusahaan yang memiliki neraca kuat. Jadi, potensi kebutuhan akan dana di
masa depan dan konsekuensi kekurangan dana akan memengaruhi sasaran
struktur modal-makin besar kemungkinan kebutuhan modal, dan makin buruk
konsekuensi jika tidak mampu untuk mendapatkannya, maka makin sedikit
jumlah utang yang sebaiknya ada di dalam neraca perusahaan.
4. Konservatisme atau keagresifan manajerial. Beberapa manajer lebih agresif
dibandingkan manajer yang lain, sehingga mereka lebih bersedia untuk
menggunakan utang sebagai usaha untuk meningkatkan laba. Faktor ini tidak
memengaruhi struktur modal optimal yang sebenarnya, atau struktur modal
yang memaksimalkan nilai, tetapi ia memang akan memengaruhi sasaran
struktur modal perusahaan.
Keempat hal diatas memiliki pengaruh yang besar pada sasaran struktur modal,
namun kondisi operasional dapat menyebabkan struktur modal actual berbeda dari
sasaran. Misalnya, harga saham actual suatu perusahaan mungkin karena beberapa
alasan tertentu yang berada jauh di bawah nilai intrinsic seperti yang diyakini oleh
manajemen. Dalam hal ini, manajemen akan enggan menerbitkan saham baru
untuk menghimpun modal, sehingga manajemen mungkin akan menggunakan
pendanaan utang, bahkan meskipun hal ini akan menyebabkan rasio utang naik di
atas tingkat sasaran. Namun, diasumsikan perusahaan akan mengambil langkah-
langkah untuk mengembalikan struktur modal ke tingkat sasarannya saat harga
saham mendekati nilai intrinsiknya.
FAKTOR-FAKTOR STRUKTUR MODAL
Perusahaan pada umumnya akan mempertimbangkan faktor-faktor berikut
ini ketika melakukan keputusan struktur modal :
1. Stabilitas penjualan
Suatu perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat secara aman
mengambil utang dalam jumlah yang lebih besar dan mengeluarkan beban tetap
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2. Struktur aset
Perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman
cenderung akan cukup banyak menggunakan utang. Asset umum yang dapat
digunakan oleh banyak perusahaan dapat menjadi jaminan yang baik, sementara
tidak untuk asset dengan tujuan khusus. Jadi, perusahaan real estat biasanya
memiliki leverage yang tinggi sementara pada perusahaan yang terlibat dalam
bidang penelitian teknologi, hal seperti ini tidak berlaku.
3. Leverage operasi
Jika hal yang lain dianggap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang
lebih rendah akan lebih mampu menerapkan leverage keuangan karena
perusahaan tersebut akan memiliki resiko usaha yang lebih rendah.
4. Tingkat pertumbuhan
Jika hal yang lain dianggap sama, maka perusahaan yang memiliki
pertumbuhan lebih mengandalkan diri pada modal eksternal. Selain itu, biaya
emisi yang berkaitan dengan penjualan saham biasa akan melebihi biaya emisi
yang terjadi ketika perusahaan menjual utang, mendorong perusahaan yang
mengalami pertumbuhan pesat untuk lebih mengandalkan diri pada utang.
Namun, pada waktu yang bersamaan, perusahaan tersebut sering kali menghadapi
ketidakpastian yang lebih tinggi, cenderung akan menurunkan keinginan mereka
untuk menggunakan utang.
5. Profitabilitas
Sering kali diamati bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian atas
investasi yang sangat tinggi ternyata menggunakan utang dalam jumlah yang
relatif sedikit. Meskipun tidak ada pembenaran teoretis atas fakta ini, salah satu
penjelasan praktisnya adalah perusahaan yang sangat menguntungkan. Tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut
melakukan sebagian besar pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara
internal.
6. Pajak
Bunga merupakan suatu beban pengurang pajak, dan pengurangan ini lebih
bernilai bagi perusahaan dengan tariff pajak yang tinggi. Jadi, makin tinggi tariff
pajak suatu perusahaan, maka makin besar keunggulan dari utang.
7. Kendali
Pengaruh utang dibandingkan saham pada posisi kendali suatu perusahaan
dapat memengaruhi struktur modal. Jika menajemen saat ini memiliki kendali hak
suara (lebih dari 50 persen saham) tetapi tidak berada dalam posisi untuk membeli
saham tambahan lagi, maka manajemen mungkin akan memilih utang sebagai
pendanaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk
menggunakan ekuitas jika situasi keuangan perusahaan begitu lemah sehingga
penggunaan utang mungkin dapat membuat perusahaan menghadapi risiko gagal
bayar, karena jika perusahaan gagal bayar, manajer kemungkinan akan kehilangan
pekerjaannya. Akan tetapi, jika utang yang digunakan terlalu sedikit, manajemen
menghadapi risiko pengambialihan. Jadi, pertimbangan kendali dapat mengarah
pada penggunaan baik itu utang maupun ekuitas karena jenis modal yang
memberikan perlindungan terbaik kepada manajemen akan bervariasi dari satu
situasi ke situasi yang lain. Apa pun kondisinya, jika manajemen merasa tidak
aman, maka manajemen akan mempertimbangkan situasi kendali.
8. Sikap manajemen
Tidak ada yang dapat membuktikan bahwa satu struktur modal akan mengarah
pada harga saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur yang lain.
Manajemen dapat melaksanakan pertimbangannya sendiri tentang struktur modal
yang tepat. Beberapa manajemen cenderung lebih konservatif dibandingkan yang
lain, dan menggunakan utang dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan
rata-rata perusahaan di dalam industrinya, sementara manajemen yang agresif
menggunakan lebih banyak utang dalam usaha mereka untuk mendapat laba yang
lebih tinggi.
9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat.
Tanpa mempertimbangkan analisis manajemen sendiri atas faktor leverage
yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi pinjaman dan lembaga pemeringkat
seringkali akan memengaruhi keputusan struktur keuangan. Perusahaan sering
kali membahas struktur modalnya dengan pihak pemberi pinjaman dan lembaga
pemeringkat serta sangat memperhatikan saran mereka.
10. Kondisi pasar
Kondisi pasar saham dan obligasi mengalami perubahan dalam jangka panjang
maupun jangka pendek yang dapat memberikan arah penting pada struktur modal
optimal suatu perusahaan. Misalnya, selama terjadi kebijakan uang ketat, pasar
obligasi sampah menjadi sepi, dan sama sekali tidak ada pasar pada tingkat bunga
yang “wajar” untuk pinjaman jangka panjang baru dengan peringkat di bawah
BBB. Jadi, perusahaan berperingkat rendah yang membutuhkan modal terpaksa
pergi ke pasar saham atau pasar utang jangka pendek, tanpa melihat sasaran
struktur modalnya. Namun, ketika kondisi melonggar, perusahaan-perusahaan ini
menjual obligasi jangka panjang untuk mengembalikan struktur modalnya
kembali pada sasaran.
11. Kondisi internal perusahaan
Kondisi internal suatu perusahaan sendiri juga dapat berpengaruh pada sasaran
struktur modalnya. Misalnya, suatu perusahaan baru saja berhasil menyelesaikan
suatu program litbang, dan perusahaan meramalkan laba yang lebih tinggi dalam
jangka waktu yang tidak lama lagi. Namun, laba yag baru ini belum diantisipasi
oleh investor, sehingga tidak tercermin dalam harga sahamnya. Perusahaan
tersebut tidak akan menerbitkan saham, perusahaan lebih memilih melakukan
pendanaan dengan utang sampai laba yang lebih tinggi terwujud dan tercermin
pada harga saham. Selanjutnya, perusahaan dapat menjual penerbitan saham
biasa, menggunakan hasilnya untuk melunasi utang, dan kembali kepada sasaran
struktur modalnya.
12. Fleksibilitas keuangan
Seorang bendahara perusahaan yang cerdas membuat pernyataan berikut ini:
Perusahaan kami dapat menghasilkan uang dalam jumlah yang lebih besar
dari penganggaran modal dan keputusan operasi yang baik dibandingkan
dengan keputusan keuangan yang baik. Memang, kami tidak tahu secara
pasti bagaimana keputusan keuangan akan memengaruhi harga saham
kami, tapi kami tahu secara pasti bahwa jika kami terpaksa menolak usaha
yang menjajikan karena tidak tersedianya dana, maka hal tersebut akan
mengurangi profitabilitas kami dalam jangka panjang. Karena alasan ini,
sasaran utama saya sebagai bendahara adalah selalu berada dalam posisi
yang dapat menghimpun modal untuk mendukung operasi. Kami juga tahu
bahwa ketika keadaan baik, kami dapat menghimpun modal baik itu
melalui saham ataupun obligasi, tetapi ketika keadaan memburuk,
pemasok modal akan lebih bersedia menyediakan dana jika kami
memberikan mereka posisi yang lebih kuat, dan ini artinya adalah utang.
Selain itu, ketika kami menjual emisi saham baru, maka hal ini akan
mengirimkan “sinyal” negative kepada para investor, sehingga penjualan
saham yang dilakukan oleh perusahaan yang sudah mapan seperti kami
adalah suatu tindakan yang tidak diinginkan.
Penyatuan seluruh pemikiran di atas akan mengangkat sasaran dalam
mempertahankan fleksibilitas keuangan, yang, jika dilihat dari sudut pandang
operasional, berarti mempertahankan kecukupan “kapasitas pinjaman cadangan”.
Menentukan cadangan yang “memadai adalah sesuatu yang dilakukan
berdasarkan pertimbangan, tetapi ia jelas bergantung pada faktor-faktor tersebut,
termasuk kebutuhan dana yang diramalkan perusahaan, prediksi kondisi pasar
modal, keyakinan manajemen akan hasil ramalannya, dan konsekuensi dari
kurangnya modal.
MENENTUKAN STRUKTUR MODAL YANG OPTIMAL
Struktur modal yang optimal merupaka struktur yang akan
memaksimalkan harga saham perusahaan, dan struktur ini pada umumnya
meminta rasio utang yang lebih rendah daripada rasio yang memaksimalkan EPS
yang diharapkan.
WACC dan Perubahan Struktur Modal
Manajer sebaiknya menentukan struktur modal yang akan memaksimalkan
harga saham perusahaan sebagai sasaran. Akan tetapi akan sulit bagi kita untuk
mengestimasi apa pengaruh suatu perubahan tertentu dari struktur modal pada
harga saham. Seperti yang terjadi, struktur modal yang memaksimalkan harga
saham juga akan meminimalkan WACC, dan terkadang akan lebih mudah untuk
meramalkan apa pengaruh perubahan struktur modal pada WACC dibandingkan
dengan harga saham. Jadi, banyak manajer menggunakan estimasi hubungan
antara struktur modal dan WACC untuk memandu keputusan struktur modal yang
mereka ambil.
Ketika di dalam struktur modal perusahaan tidak ada saham preferen,
maka WACC akan didefinisikan sebagai berikut :
WACC = wd (rd) (1-T) + wc (rs)
= (D/A) (rd) (1-T) + (E/A) (rs)
Dalam perhitungan ini, D/A dan E/A melambangkan rasio utang terhadap
asset dan ekuitas terhadap asset, dan jumlahnya akan sama dengan 1.
Pada praktiknya, manajer keuangan menggunakan model peramalan
laporan keuangan untuk menentukan apa pengaruh perubahan rasio utang pada
rasio lancar, rasio kelipatan pembayaran bunga, dan rasio kecukupan EBITDA.
Mereka kemudian membahas laporan keuangan pro forma tersebut dengan banker
dan lembaga pemeringkat obligasi, yang selanjutnya akan melontarkan
pertanyaan-pertanyaan dan mungkin melakukan penyesuaiannya sendiri atas
ramalan perusahaan. Bankir dan lembaga pemeringkat obligasi itu kemudian
membandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan di industry lainnya,
dan mendapat peringkat “perumpamaan” serta tingkat bunga yang sesuai.selainitu,
jika perusahaan berencana untuk menerbitkan obligasi kepada public, SEC
meminta perusahaan untuk menginformasikan kepada para investor berapa
cakupannya nanti setelah obligasi yang baru diterbitkan terjual. Menyadari semua
hal ini, para manajer keuangan yang canggih akan menggunakan rasio yang
mereka ramalkan untuk memperkirakan bagaimana para banker dan pemberi
pinjaman lainnya akan menilai tingkat risiko perusahaan mereka dan menentuka
biaya utang. Jadi, mereka dapat menilai dengan cukup akurat pengaruh struktur
modal pada biaya utang.
Persamaan Hamada
Menaikkan rasio utang akan meningkatkan risiko yang dihadapi oleh para
pemegang obligasi sehingga akan meningkatkan biaya utang perusahaan. Utang
yang lebih besar juga akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh para
pemegang saham, dan hal ini akan meningkatkan biaya ekuitas, rs.
Menguantifikasikan pengaruh leverage pada biaya ekuitas akam cukup sulit untuk
dilakukan , namun ada satu rumus teoretis yang dapat membantu kita mengukur
pengaruh tersebut.
Beta suatu saham merupakan suatu ukuran risiko yang relevan bagi
seorang investor yang terdiversifikasi. Selain itu, beta akan naik seiring dengan
leverage keuangan, dan Robert Hamada memformulasikan persamaan berikut
untuk menguantifikasikan pengaruh ini .
bl = bu [ 1 + ( 1 – T ) (D / E ) ]
Disini, bl adalah beta actual perusahaan saat ini, yang diasumsikan
berdasarkan atas adanya beberapa leverage keuangan, dan bu adalah beta yang
akan dimiliki perusahaan jika perusahaan tersebut bebas dari utang, atau
unlevered. Jika perusahaan bebas utang, maka beta sepenuhnya akan bergantung
pada risiko usaha dan akibatnya menjadi ukura “risiko usaha dasar” perusahaan.
D/E adalah ukuran leverage keuangan sebagaimana yang digunakan dalam
persamaan Hamada, dan T adalah tariff pajak perusahaan.
Sekarang ingat kembali versi CAPM dari biaya ekuitas :
rs = rRF + (RPM)bi
Perlu diperhatikan bahwa beta merupakan satu-satunya variabel di dalam
perhitungan biaya ekuitas yang masih bisa dikendalikan manajemen, kedua
variabel yang lain rRF dan RPM , akan ditentukan oleh kekuatan pasar yang
diluar jangkauan kendali perusahaan, tetapi bl ditentukan oleh keputusan operasi
perusahaan yang telah dibahas di awal, yang akan memengaruhi risiko usaha
dasarnya, dan oleh keputusan struktur modal perusahaan seperti yang tercermin
dalam rasio D/A (atau D/E).
Kita dapat mencari persamaan bl = bu [ 1 + ( 1 – T ) (D / E ) ] untuk
menghitung beta unlevered (bu) sehingga mendapatkan persamaan :
Bu = bL / [1+(1-T)(D/E)
Beta saat ini (levered) telah diketahui nilainya, begitu pula dengan tariff
pajak dan rasio utang/ekuitas, sehingga kita dapat memasukkan nilai-nilai ariabel
yang telah diketahui tersebut untuk menghitung beta unlevered. Beta unlevered
kemudian dapat digunakan dalam persamaan bl = bu [ 1 + ( 1 – T ) (D / E ) ],
dengan tingkat utang yang berbeda-beda, untuk mencari beta levered yang
terdapat pada setiap tingkat utang. Nilai-nilai beta tersebut selanjutnya dapat
digunakan untuk menghitung biaya ekuitas dengan jumlah utang yang berlainan.
Struktur Modal Optimal
Saat ini, perusahaan tidak memiliki utang, sehingga rasio utangnya nol,
dan pada titik ini WACC = rs =12%. Dengan mulai digunakannya utang berbiaya
rendah oleh Bigbee, maka WACC akan ikut turun. Namun, seiring dengan
meningkatnya meningkatnya rasio utang , biaya dari utang maupun ekuitas akan
naik, pertama secara perlahan kemudian makin cepat. Pada akhirnya, kenaikan
biaya kedua komponen ini akan menutupi kenyataan bahwa perusahaan
menggunakan utang dengan biaya yang lebih murah. Jadi, pada utang 40 %,
WACC akan mencapai titik minimum sebesar 11.04 %, dan setelah itu akan naik
seiring dengan peningkatan rasio utang.
Perhatikan pula bahwa meskipun komponen biaya ekuitas lebih tinggi
dibandingkan utang, penggunaan utang berbiaya lebih rendah saja tidak akan
meminimalkan nilai karena adanya pengaruh umpan balik utang pada biaya utang
dan ekuitas. Misalnya, jika Bigbee menggunakan utang lebih dari 40 %,
katakanlah, 50 %, maka perusahaan akan memiliki modal yang lebih murah, tetapi
manfaat ini akan tertutupi oleh adanya kenyataan bahwa penggunaan utang dalam
jumlah yang lebih besar akan meningkatkan biaya dari utang maupun ekuitas.
Struktur modal yang meminimalkan WACC juga merupakan struktur
modal yang akan memaksimalkan harga saham perusahaan. Bigbee membayarkan
seluruh labanya sebagai dividen, sehingga akan menanamkan kembali nol laba ke
dalam usaha, di mana hal ini akan menyebabkan perkiraan tingkat pertumbuhan
laba dan dividen sebesar nol. Jadi, dalam kasus Bigbee kita dapat menggunakan
model pertumbuhan harga saham nol yang telah dikembangkan untuk
mengestimasi harga saham pada setiap struktur modal yang berlainan. Di dalam
grafik, kita dapat melihat bahwa harga saham pertama-tama akan naik seiring
dengan leverage keuangan sampai mencapai titik puncak sebesar $ 22,22 pada
rasio utang 40 %, kemudian mulai menurun. Jadi, struktur modal Bigbee yang
optimal terjadi pada rasio utang sebesar 40 %, dan rasio utang tersebut akan
memaksimalkan harga saham sekaligus meminimalkan WACC perusahaan.
Seperti yang ditunjukkan dalam grafik, rasio utang yang memaksimalkan
EPS yang diharapkan Bigbee adalah 50 %. Akan tetapi, harga saham yang
diharapkan akan maksimal dan WACC minimal, pada rasio utang 40 %. Jadi,
struktur modal Bigbee yang optimal meminta komposisi 40% utang dan
60%ekuitas. Manajemen sebaiknya menentukan sasaran struktur modal
menggunakan rasio diatas, dan jika rasio yang ada saat ini belum mencapai
sasaran, maka perusahaan sebaiknya bergerak ke arah sasaran ketika menerbitkan
efek baru.