manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi ny. “i”dengan bblr di ruang teratai...

134
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi, 2010). Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dari hasil penelitian lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Sarwono, 2008). Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari 1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1501- 2499 gram (marmi, 2012).

Upload: warnet-raha

Post on 12-Apr-2017

69 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang

bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan

penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi,

2010). Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis. Dari hasil penelitian

lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan

pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan

menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup

bahkan kematian (Sarwono, 2008). Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir

dengan berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR

dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang

dari 1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1501- 2499 gram (marmi,

2012).

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan salah satu faktor resiko

yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal.

Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh

kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) hingga saat ini masih merupakan masalah

diseluruh dunia karena maerupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi

baru lahir.N Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di Dunia

dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau

Page 2: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

2

sosial ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR

didapatkan di Negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi

dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram (Atikah,

2010).

Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu

daerah dengan daerah lain. Hingga saat ini BBLR masih merupakan masalah

diseluruh Dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi baru

lahir. Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal

saat bayi (Syafrudin, 2011).

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator dalam menentukan

derajat kesehatan anak. Setiap tahun kematian bayi baru lahir atau neonatal mencapai

37% dari semua kematian pada anak balita. Setiap hari 8.000 bayi baru lahir di Dunia

meninggal dari penyebab yang tidak dapat dicegah. Mayoritas dari semua kematian

bayi, sekitar 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan antara 25% sampai

45% kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan seorang bayi.

Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau neonatal di Dunia antara lain bayi lahir

prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25% serta 23% lain merupakan bayi lahir

dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir menempati penyebab kematian bayi ke 3

di Dunia dalam periode awal kehidupan (World Health Organization, 2012).

Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008–2012)

berdasarkan Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah

dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32

kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per 1000

kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus (Survey

Page 3: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

3

Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012). Sasaran Millenium Development Goals

(MDGs) angka kematian bayi (AKB) turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada

tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut perlu upaya percepatan yang lebih besar

dan kerja sama antara tenaga kesehatan (Depkes RI, 2010).

Jumlah kematian bayi di Sulawesi Tenggara tahun 2010–2012 cenderung

berfluktuasi. Pada tahun 2010 jumlah kematian bayi 587, tertinggi terjadi di

Kabupaten Muna 79 orang, menyusul Kabupaten Kolaka 67 orang dan Konawe

Selatan 59 orang. Tahun 2011 jumlah kematian bayi mengalami peningkatan yang

cukup tinggi yaitu mencapai jumlah 1.166 kematian bayi.

Selama tahun 2014 di Kabupaten Muna dari total bayi lahir 5647 orang lahir

hidup. Bayi yang lahir BBLR berjumlah 180 orang dan 13 orang diantaranya

meninggal (Data Dinas Kesehatan).

Berdasarakan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna sejak mulai

di bukanya Ruang Teratai atau kamar bayi pada bulan Januari-April 2013 sampai Mei

2014 jumlah kelahiran 235, bayi yang mengalami BBLR 33 orang, dan 18 jumlah

kematian bayi yang ada, 8 orang yang disebabkan BBLR (Catatan Rekam Medik

Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Muna).

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi

penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan

persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga

professional.Untuk menurunkan kematian BBL karena BBLR, persalinan harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan

manajemen BBLR pada bayi baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan

setiap kali menolong persalinan (JNPK-KR, 2008).

Page 4: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

4

Melihat kejadian bayi lahir dengan kasus Bayi Berat Lahir Rendah(BBLR)

merupakan penyebap utama kesakitan dan kematian pada bayi dan dengan melihat

dampak yang akan ditimbulkannya seperti kecerdasan, hambatan pertumbuhan, serta

respons imunitas yang rendah sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan studi

kasus mengenai bayi berat lahir rendah (BBLR) di Ruang Teratai Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Muna sebagai studi kasus yang berjudul “Manajemen dan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang

Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei

2014”.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Manajemen dan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang

Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei

2014.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Diperolehnya informasi sekaligus pelayanan nyata tentang proses Manajemen

dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di

Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d

10 Mei 2014.

Page 5: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

5

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data dasar pada Bayi Ny “I”

dengan BBLR di Teratai Ruang Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.

b. Dapat merumuskan diagnosa/masalah aktual Bayi Ny “I” dengan BBLR di

Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8

s.d 10 Mei 2014

c. Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Bayi Ny “I” dengan

BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai

tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.

d. Dapat mengidentifikasi tindakan segera dan kolaborasi pada Bayi Ny “I”

dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.

e. Dapat merencanakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di

Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8

s.d 10 Mei 2014.

f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan

BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten muna mulai

tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.

g. Dapat mengevaluasi asuhan Kebidanan yang telah diberikan pada Bayi Ny

“I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten

Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.

Page 6: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

6

h. Dapat mendokumentasikan semua temuan asuhan Kebidanan yang telah

dilaksanakan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah sakit

Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014.

D. Manfaat Telaah

1. Manfaat Praktis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman

yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan dengan Bayi Berat

Lahir Rendah.

2. Manfaat Ilmiah

Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya

khasana ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penulis selanjutya.

3. Manfaat Institusi

Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan Akademi Kebidanan Paramata

Raha dalam penerapan proses asuhan kebidanan pada kasus bayi berat lahir

rendah.

4. Manfaat Bagi Penulis

Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan

dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada akademi kebidanan Paramata

Raha.

Page 7: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

7

E. Metode Telaah

Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

1. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan membaca buku dan makalah-makalah yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis yang digunakan dalam menyusun

karya tulis ini.

2. Studi Kasus

Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses manajemen

asuhan kebidanan yang meliputi 7 langkah varney yaitu: identifikasi dan analisa

data dasar, identifikasi diagnosa/masalah aktual, antisipasi diagnosa/masalah

potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan asuhan

kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan dan evaluasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Anamnesa/wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarganya guna

mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada

klien tersebut.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai ke

kaki meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.

c. Studi Dokumentasi

Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang

bersumber dari catatan bidan.

Page 8: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

8

F. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam pembuatan studi kasus ini yaitu :

1. Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup

pembahasan, tujuan telaah, manfaat telaah, metode telaah dan sistematika telaah.

2. Bab II yaitu tinjauan pustaka terdiri dari telaah pustaka dan konsep manajemen

kebidanan yang di dalamnya terdapat pengertian, langkah-langkah manajemen

dan pendokumentasian.

3. Bab III yaitu studi kasus terdiri dari pengumpulan data dasar, identifikasi

diagnosa dan masalah aktual, identifikasi diagnosa dan masalah potensial,

menilai perlunya intervensi segera, konsultasi dan kolaborasi, perencanaan

asuhan kebidanan, pelaksanaan asuhan kebidanan, evaluasi keefektifan asuhan

dan pendokumentasian.

4. Bab IV yaitu pembahasan. Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara

teori dan tinjauan studi kasus berdasarkan penerapan Manajemen dan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “I” dengan BBLR Di

Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d

10 Mei 2014”.

5. Bab V yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Selain itu, dalam pembuatan kasus ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan

lampiran-lampiran.

Page 9: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telah Pustaka

1. Bayi Baru Lahir Normal

a. Pengertian

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa

maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke

kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan

baik (Marmi, 2012).

Masa neonatus adalah masa sejak lahir sampai dengan emapat

minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru

lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi

berusia 0 sampai 7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7 sampai 28 hari

(Wafi Nur Muslihatin, 2010).

Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bayi

baru lahir adalah bayi yang baru lahir sampai berusia 28 hari (neonatus).

b. Ciri-ciri

Bayi aterm normal memiliki berat badan sekitar 3,5 kg, panjang

badan 50 cm dari atas kepala hingga tumit, lingkar kepala oksipital-frontal

sekitar 34-35 cm, sebagian besar bayi montok dan memiliki perut yang

menonjol. Bayi cendrung berbaring dengan sikap fleksi, dengan jari tangan

jika diregangkan mencapai tinggi paha.

Page 10: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

10

Verniks kaseosa merupakan zat berwarna putih dan lengket, yang ada

dikulit bayi semenjak lahir.Jumlah verniks bervariasi. Fungsi verniks kaseosa

adalah sebagai pelindung ketika didalam kandungan dan setelah lahir,

mengering, lalu menghilang beberapa jam setelah lahir (Diane, 2011).

Menurut Marmi (2012) cirri-ciri bayi baru lahir normal yaitu :

1) Berat badan 2500-4000 gram

2) Panjang badan 48-52 cm

3) Lingkar dada 30-38 cm

4) Lingkar kepala 33-35 cm

5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit

6) Pernafasan ± 40-60 kali/menit

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9) Kuku agak panjang dan lemas

10) Genitalia pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minoradan

pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

11) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12) Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13) Refleks graps atau menggenggam sudah baik

14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

meconiumberwarna hitam kecoklatan.

Page 11: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

11

c. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus

Adaptasi neonatus (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian

fungsuonal neonatus dari kehidupan diluar uterus. Adapun adaptasi bayi baru

lahir adalah sebagai berikut:

1) Sistem pernapasan

Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui

plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit

pertama sesudah lahir (Marmi, 2012).

2) Jantung dan sirkulasi darah

Aliran darah dari plasenta berhenti saat tali pusat diklem. Tindakan ini

mengakibatkan suplei oksigen keplasenta menjadi tidak ada dan

menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya. Sirkulasi janin memiliki

karakteristik sirkulasi bertekanan rendah. Karena paru-paru adalah organ

yang tertutup yang berisi cairan maka paru-paru memerlukan aliran darah

yang minimal, sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui

paru-paru mengalir melalui lubang atrium kanan dan kiri yang disebut

dengan foramen ovale. Darah yang kaya akan oksigen ini kemudian

secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus anteriosus (Marmi,

2012).

3) Saluran pencernaan

Pada saat lahir aktivitas mulut sudah berfungsi yaitu mengisap dan

menelan, saat mengisap lidah berposisi dengan palatum sehingga bayi

Page 12: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

12

hanya bernapas melalui hidung rasa kecap dan penciuman sudah ada

sejak lahir (Marmi, 2012).

4) Hepar

Fungsi hepar janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih dalam

keadaan imatur (belum matang) hal ini di buktikan dengan ketidak

seimbangan untuk meniadakan bekas penghancuran dalam peredaran

darah (Marmi, 2012).

5) Metabolisme

Energi tambahan yang di perlukan neonatus pada jam-jam pertama

sesudah lahir, di ambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar

gula darah mencapai 120 mg/100 ml. Apabila oleh sesuatu hal misalnya

bayi dari ibu yang menderita DM dan BBLR perubahan glukosa akan

meningkat atau terjadi gangguan pada metabolisme asam lemak yang

tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan besar

bayi akan menderita hipoglekimia (Marmi, 2012).

6) Produksi panas atau suhu tubuh

Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stres fisik

akibat perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik turunnya) suhu

dalam uterus minimal, rentan maksimalnya hanya 0,60c sangat berbeda

dengan kondisi di luar uterus (Marmi, 2012).

7) Kelenjar endokrin

Pada neonatus kadang-kadang hormon yang di dapatkan oleh ibu masih

berfungsi, pengaruhnya dapat di lihat misalnya pembesaran kelenjar air

susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan, kadang-kadang adanya

Page 13: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

13

pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada bayi

perempuan (Marmi, 2012).

8) Keseimbangan cairan dan fungsi ginjal

Tubuh neonatus mengandung relatif lebih banyak air dan kadar natrium

relatif lebih besar dari pada kalium karena ruangan ekstra seluler luas.

Bayi baru lahir cukup bulan memiliki beberapa defisit struktural dan

fungsional pada sistem ginjal. Banyak dari kejadian defisit tersebut akan

membaik pada bulan pertama kehidupan (Marmi, 2012).

9) Keseimabangan asam basa

Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis

anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensi asidosis (Marmi,

2012).

10) Susunan saraf

Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi

lebih sempurna, sehingga janin dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup

diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan mata janin amat

sensitifterhadap cahaya (Marmi, 2012).

11) Imunologi

Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis imunoglobin (suatu protein

yang mengandung zat antibodi) diantaranya adalah IgG (imunoglobulin

Gamma G). Pada neonatus hanya terdapat imunoglobulin gamma G, di

bentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan, imunoglobulin

gamma G pada janin berasal dari ibunya melalui plasenta (Marmi, 2012).

Page 14: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

14

2. Bayi Berat Lahir Rendah

a. Pengertian

1) Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari

2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi

dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat badan lahir kurang dari

1500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1501-2499 gram

(Marmi,2012).

2) Bayi BBLR adalah neonatus dengan berat badan kurang dari 2500 gram

pada saat lahir. Bayi dengan berat badan lahir ada dua kelompok yaitu

bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu (preterm)

yang disebut berat badan rendah premature dan bayi yang lahir dengan

usia kehamilan besar 37 minggu disebut pertumbuhan janin terhambat

(IUGR) (Dewi, 2010).

3) Defenisi berat badan lahir rendah (BBLR) hanya didasarkan pada berat

badan dan tidak memperhitungkan usia gestasi bayi. Demikian juga,

defenisi usia gestasi tidak memperhitungkan berat badan lahir (Diane,

2011).

4) BBLR adalah berat badan bayi kurang dari 2500 gram (Sudarti, 2013).

5) Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan

kurang dari 2500 gram, yaitu Karena usia kehamilan kurang dari 37

minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun cukup bulan,

atau karena kombinasi keduanya (Manuaba,2010).

Page 15: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

15

6) Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau low birth weight infant (LBWI),

adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram

(Wafi,2010).

b. Klasifikasi BBLR

1) Berat badan

Menurut Sarwono (2010) Berkaitan dengan penanganan dan

harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan dalam :

a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram

b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir< 1500 gram

c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram

d) Usia gestasi

Berdasarkan usia gestasi BBLR dapat dibagi menjadi dua yaitu:

prematuritas murni dan dismatur. Bayi prematuritas murni lahir dengan

umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat sesuai

dengan berat badan untuk masa kehamilan atau neonatus kurang bulan-

sesuai masa kehamilan (NKB-SMK). Bayi dismatur lahir dengan berat

badan kurang dari seharusnya untuk masa kehamilan (Wafi, 2010).

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum lengkap 37 minggu

gestasi. Minggu gestasi dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)

dan tidak berhubungan dengan berat badan bayi, panjang bayi, lingkar

kepala bayi, atau bahkan semua pengukuran janin atau ukuran neonates.

Oleh karena itu, yang terpenting adalah adanya hubungan antara dua

pertimbangan yang berbeda ini, yaitu berat badan (untuk pengkajian

pertumbuhan) dan usia gestasi (untuk pengkajian maturitas).

Page 16: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

16

Berbagai tipe bayi BBLR dapat digambarkan :

(1) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin normal pada saat lahir,

mereka kecil karena persalinan dimulai sebelum akhir 37 minggu

gestasi. Bayi prematur ini tumbuh sesuai dengan usia gestasi mereka

(SMK).

(2) Bayi dengan laju pertumbuhan itrauterin lambat dan yang dilahirkan

aterm atau lebih dari aterm, bayi aterm atau post-term ini

pertumbuhannya kurang untuk usia gestasi. Mereka kecil untuk masa

kehamilan (KMK).

(3) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin lambat dan sebagai

tambahan, yang dilahirkan sebelum aterm. Bayi prematur ini kecil,

baik karena persalinan dini maupun pertumbuhan intrauterin yang

terganggu. Mereka kecil untuk masa kehamilan dan bayi prematur.

(4) Bayi yang dianggap besar untuk masa kehamilan (LGA) diberat

badan berapapun bila mereka berada diatas 90 persentil (Marmi,

2011).

c. Faktor Penyebab BBLR

Menurut Atikah (2010) secara umum faktor-faktor yang berhubungan

dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut

a) Faktor ibu

(1) Penyakit : Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia sel

berat, perdarahan antepartum, hipertensi, preeklamsia berat,

eklamsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan

Page 17: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

17

ginjal) dan Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular

seksual, HIV/AIDS, malaria, TORC.

(2) Faktor Ibu diantaranya yaitu Angka kejadian prematuritas tertinggi

adalah kehamilan pada usai < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,

Kehamilan ganda, Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (< 1

tahun), Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

(3) Keadaan sosial ekonomi meliputi kejadian tertinggi terdapat pada

golongan sosial ekonomi rendah, mengerjakan aktivitas fisik

beberapa jam tanpa istirahat, keadaan gizi yang kurang baik,

pengawasan antenatal yang kurang, kejadian prematuritas pada bayi

yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi

bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

(4) Sebab lain seperti Ibu perokok, Ibu peminum alcohol, Ibu pecandu

obat narkotik, Penggunaan obat antimetabolik. Faktor janin seperti

kelainan kromosom (trisomy autosomal), infeksi janin kronik (inklusi

sitomegali,rubella bawaan), disautonomia familial, radiasi, kehamilan

kembar/ganda (gemeli), Aplasia pancreas.

b) Faktor plasenta yaitu berat plasenta berkurang atau berongga atau

keduanya (hidramniom), luas permukaan berkurang, plasentitis vilus

(bakteri, virus dan parasit), infark, tumor (korioangioma, mola

hidatidosa), plasenta yang lepas, sindrom plasenta yang lepas, sindrom

transfuse bayi kembar (sindrom parabiotik).

c) faktor lingkungan seperti bertempat tinggal didataran tinggi, terkena

radiasi, terpapar zat racun.

Page 18: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

18

Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan

menjadi sebagai berikut :

(1) BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :

(a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

(b) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia

(c) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

(d) Malaria kronik, penyakit kronik

(e) Ibu hamil merokok

(2) BBLR tipe prematur, disebabkan oleh :

(a) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja,

kehamilan kembar

(b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya

(c) Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah sehingga tidak

mampu menahan berat bayi dalam rahim)

(d) Perdarahan atau sebelum persalinan (antepartum hemorrhage)

(e) Ibu hamil yang sedang sakit

(f) Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya

Penyebab prematur dengan berat badan rendah dibagi atas empat yaitu

faktor maternal, fetal, medical, dan iatrogenic.Faktor maternal adalah penyakit

yang dialami ibu selama mengandung, komplikasi persalinan seperti plasenta

previa, dan perdarahan, serviks inkompeten, dan infeksi maternal.Faktor fetal

adalah kehamilan ganda dan malformasi congenital. Faktor medical adalah

proses kelahiran yang harus dilakukan sebelum waktunya oleh karena ibunya

Page 19: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

19

diabetes, penyakit jantung yang parah, hipertensi, hipoksia fetus, hidrops

fetalis, dan lain-lain (Dewi, 2010).

Menurut Marmi (2012) berat badan lahir seorang bayi dipengaruhi

oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari bayi itu sendiri.

Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Status gizi ibu hamil

Kualitas bayi lahir sangat bergantung pada asupan gizi ibu hamil.

Gizi yang cukup akan menjamin bayi lahir sehat dengan berat badan cukup.

Namun, kekurangan gizi yang adekuat dapat menyebabkan berat badan

lahir rendah.

Status gizi ibu hamil pada trimester pertama akan sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan dan

pembentukan organ-organ tubuh (organogenesis). Pada trimester II dan III

kebutuhan janin terhadap zat-zat gizi semakin meningkat. Jika tidak

terpenuhi, plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan

mengurangi kemampuannya mensintesis zat-zat yang dibutuhkan oleh

janin.

Untuk mengetahui status gizi ibu hamil tersebut, dapat

menggunakan beberapa cara antara lain : dengan memantau pertambahan

berat badan selama hamil, mengukur lingkar lengan atas (LILA), dan

mengukur kadar Hb.

b. Umur ibu saat hamil

Kehamilan dibawah usia 20 tahun dapat menimbulkan banyak

permasalahan karena bisa mempengaruhi organ tubuh seperti rahim,

Page 20: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

20

bahkan bayi bisa prematur dan berat badan lahir kurang. Hal ini disebabkan

karena wanita yang hamil muda belum bisa memberikan suplai makanan

dengan baik dari tubuhnya untuk janin didalam rahimnya. Selain itu,

wanita tersebut juga bisa menderita anemia karena sebenarnya ia sendiri

masih membutuhkan sel darah merah tetapi sudah harus dibagi dengan

janin yang ada dalam kandungannya.

c. Umur kehamilan

Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua

kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur

kehamilan 28 minggu berat janin ±1000 gram, sedangkan pada kehamilan

37-42 minggu berat janin diperkirakan mencapai 2500-3500 gram.

d. Kehamilan ganda

Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat

menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan untuk

partumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi

seperti anemia hamil yang dapat mnganggu pertumbuhan janin dalam

rahim.

e. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang masalah

kesehatan dan kehamilan yang akan berpengaruh pada perilaku ibu, baik

pada diri maupun terhadap perawatan kehamilannya serta pemenuhan gizi

saat hamil.

Tingkat pengetahuan seorang akan dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan, informasi, pengalaman, dan social ekonomi. Pengetahuan

Page 21: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

21

sangat berhubungan dengan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan

salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan mengembangkan

diri.Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah memerima dan

mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi, sehingga semakin

meningkat produktivitas dan kesejahteraan keluarga.Namun demikian,

tingkat pendidikan tidak bisa menjamin tingkat pengetahuan seseorang.

f. Penyakit ibu

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi berat badan lahir

bayi jika diderita oleh ibu yang sedang hamil, misalnya : jantung,

hipertensi, pre-eklamsi dan eklamsi, diabetes mellitus dan karsinoma.

Penyakit tersebut dapat menimbulkan retardasi pertumbuhan

intauterin (IUGR) janin, yang menyebabkan janin menjadi jauh lebih kecil

dan lemah daripada yang diharapkan untuk tahap kehamilan bersangkutan.

g. Faktor kebiasaan ibu

Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk seperti merokok,

minum minuman beralkohol, pecandu obat dan pemenuhan nutrisi yang

salah dapat menyebabkan anomali plasenta karena tidak mendapat nutrisi

yang cukup dari arteri plasenta ataupun karena plasenta tidak mampu

mengantar makanan ke janin.Selain itu, aktifitas yang berlebihan juga dapat

merupakan faktor pencetus terjadinya masalah berat badan lahir rendah.

Page 22: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

22

B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan

adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam

member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak klien

maupun yang member asuhan ( Suryani,2008 ).

2. Pedoman penerapan manajemen kebidanan

Penerapan manajemen kebidanan melalui proses yang secara berurutan yaitu

identifikasi masalah, analisis data dan perumusan masalah, rencara dan tindakan

pelaksanaan serta hasil tindakan. Manajemen kebidanan juga digunakan oleh

bidan dalam menangani kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti.

a. Tujuan asuhan BBLR

Asuhan kebidanan pada bayi berat lahir rendah adalah asuhan yang

diberikan bidan pada bayi yang berat badannya kurang dari normal (<2500

gram). Adapun tujuan asuhan yang diberikan pada bayi BBLR adalah

untuk mencegah terjadinya hipotermi, infeksi, ikterus, asfiksia dan

kematian atau menangani secara cepat dan tepat sesuai dengan indikasi

(Marmi, 2010).

b. Karakteristik BBLR

1) Karakteristik BBLR Secara Umum

Menurut Atikah (2010) secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR

adalah berat kurang dari 2500 gram dan panjang badan < dari 45 cm,

lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm,

umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar, kulit tipis,

Page 23: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

23

transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik

lemah, pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea, ekstremitas: paha

abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak,

pernapasan 40-50 kali/menit dan nadi 100-140 kali/menit.

2) Karakteristik BBLR Dismatur

Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK):

a) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya

kurang dari 2500 gram.

b) Gerakannya cukup aktif dan tangis cukup kuat

c) Kulit keriput, lemak dibawah kulit tipis

d) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, puting susu kecil. Bila

cukup bulan, payudara dan puting sesuai masa kehamilan

e) Bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora

f) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun

g) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian

h) Mengisap cukup kuat (Atikah, 2010).

3) Karakteristik BBLR premature

Menurut Marmi (2012) Karakteristik yang dapat ditemukan pada

premature murni adalah :

a) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45

cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada kurang dari

30 cm.

b) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis

c) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

Page 24: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

24

d) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus

e) Tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar

f) Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil

g) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu

h) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama

pada dahi dan pelipis dahi dan lengan

i) Lemak subkutan kurang

j) Genitalia belum sempurna, pada wanita labia belum tertutup oleh

labia mayora minora

k) Reflex mengisap dan menelan serta reflex batuk masih lemah

l) Bayi premature mudah sekali mengalami infeksi karena daya

tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan

prepentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi

persalinan dengan prematuritas.

c. Tanda dan gejala BBLR

1) BB < 2500 gram

2) PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm

3) Kepala bayi lebih besar dari badan, rambut kepala tipis dan halus dan

elastisitas daun telinga.

4) Dada : dinding thorax elastis, puting susu belum terbentuk.

5) Abdomen : distensi abdomen, kulit perut tipis dan pembuluh darah

kelihatan.

6) Kulit : tipis, transparan dan pembuluh darah kelihatan.

Page 25: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

25

7) Jaringan lemak subkutan sedikit dan lanugo banyak.

8) Genetalia : LK skrotum kecil, testis tidak teraba, PR labia mayora

hampir tidak ada dan klitoris menonjol.

9) Ekstremitas : kadang oedema, garis telapak kaki sedikit.

10) Motorik : pergerakan masih lemah.

d. Akibat BBLR

1) Gangguan tumbuh kembang

Menurut (Herry,2004) dalam (Marmi, 2012) Tingginya angka

ibu hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hidup resiko

tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang

tidak menderita kekurangan gizi. Apabila tidak meninggal pada awal

kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan berkembang lebih lambat,

terlebih lagi apabila mendapat ASI eksklusif yang kurang dan makanan

pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu bayi BBLR

cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang rendah.

Balita kurang gizi cenderung tumbuh menjadi remaja yang

mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai produktifitas yang

rendah. Jika remaja ini tumbuh dewasa maka remaja tersebut akan

menjadi dewasa yang pendek, dan apabila itu wanita maka jelas wanita

tersebut akan mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR lagi dan terus

berlangsung hingga hari ini.

2) Hipotermi

Menurut (Winkjosastro, 2002) dalam (Marmi, 2012) Hal ini

terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya jaringan lemak

Page 26: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

26

dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih luas dibandingkan

dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal. Hipotermi pada

BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu yang belum berfungsi

dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena lemak coklat

yang belum cukup.

Oleh karena itu, pemajanan terhadap terhadap lingkungan

yang dingin dapat berakibat pada perubahan fisiologis multisystem,

yang secara signifikan mengganggu status kesehatan bayi. Saat suhu

tubuh turun, konsumsi oksigen jaringan meningkatkan laju metabolism

basalnya dengan membakar glukosa untuk menghasilkan energy dan

panas (Diane, 2011).

3) Ikterus

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena system enzim hatinya

belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan

secara efisien sampai 4-5 hari berlalu. Ikterus dapat diperberat oleh

polisitemia, memar hemolisias dan infeksi karena hiperbilirubinemia

dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat

dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat

betambah coklat (Marmi, 2012).

4) Asfiksia

Menurut (Winkjosastro, 2002)Asfiksia atau gagal bernapas secara

spontan saat lahir atau beberapa menit setelah lahir sering

menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan oleh

kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan perkembangan yang belum

Page 27: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

27

sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang

mudah melengkung.

5) Kematian

Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat

badan lahir rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih

besar jika dibandingkan dengan bayi yang berat badan lahirnya

normal. Oleh karena itu, ia mengalami banyak kesulitan untuk hidup

diluar uterus ibunya. Semakin pendek masa kehamilannya maka

semakin kurang sempurna pertumbuhan organ-organ dalam tubuhnya,

sehinggan mudah terjadi komplikasi serta meningkatkan angka

kematian pada bayit (Winkjosastro, 2002).

e. Penatalaksanaan BBLR

Menurut Sarwono (2009) penanganan BBLR secara umum adalah

dengan mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, mencegah infeksi

dengan ketat, pengawasan nutrisi atau ASI, dan penimbangan dengan ketat.

Adapun penjelasannya diuraikan sebagai berikut:

1) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mudah mengalami

hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan

ketat (Simatupang, 2008).

Bila belum memiliki incubator, bayi dapat dibungkus dengan

kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga

panas tubuhnya dapat dipertahankan (Manuaba, 2010).

Page 28: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

28

Menurut Marmi (2012) mekanisme pengaturan tempratur tubuh

pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan

pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat

mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi sangat beresiko tinggi

mengalami kesakitan berat bahkan kematian.Hipotermi mudah terjadi

ada bayi yang tubuhnya basah atau tidak segera dikeringkan dan

diselimuti walaupun didalam ruangan yang relati hangat. Cegah uapaya

kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :

a) Segera setelah lahir , keringkan permukaan tubuh sebagai upaya

untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban

pada permukaan tubuh bayi.

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong,

ganti handuk dan kainyang telah dipakai kemudian selimuti bayi

dengan selimut dan kain hangat, kering dan bersih.

c) Tutupi kepala bayi dan pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau

diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas

permukaan yang relativ luas dan bayi akan cepat kehilangan panas

jika again tersebut tidak ditutup.

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memeberikan ASI karena

pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan

mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan

bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus

dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.

Page 29: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

29

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

karena,bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubunya

(terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan

penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut

bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat

bayi pada saat bayi berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan

berat pakaian atau selimut. Memandikan bayi dalam beberapa jam

pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat

membahayakan bayi baru lahir.

f) Tempatkan bayi dilingkungan hangat dan idealnya bayi baru lahir

ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat

tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara

yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,

mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah

paparan infeksi pada bayi.

g) Rangsangan taktil merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai

refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh

bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi sehat hal ini

biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernapasan spontan.

Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan

rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan,

segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.

Page 30: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

30

2) Mencegah Infeksi Dengan Ketat

BBLR sangat rentang akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip

pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi

(asaimatupang, 2008).

Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya

tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu tindakan

prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi

persalinan dengan prematuritas (BBLR) (Marmi, 2012).

Menurut sudarti (2013) pencegahan infeksi dapat dilakukan

dengan cara yaitu :

Cara kerja aseptik, cuci tangan setiap akan memegang bayi.

a) Mencegah terlalu banyak bayi dan petugas dalam satu ruangan.

b) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ketempat bayi

dirawat.

c) Antibiotic disesuaikan dengan pola kuman.

d) Membatasi tindakan seminimal mungkin.

Penyediaan lingkungan yang aman bagi bayi baru lahir adalah

perhatian yang utama, terutama di rumah sakit tempat bayi beresiko

mengalami infeksi silang.Mencuci tangan dengan cermat dan sering

menggunakan sabun atau alcohol tepat menjadi salah satu

metode yang paling penting pada pencegahan infeksi. Pada situasi yang

sibuk, membersihkan dengan larutan cuci tangan berbahan dasar alcohol

adalah cara yang paling praktis meningkatkan kepatuhan, dan

Page 31: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

31

menggunakan sarung tangan semakin mengurangi kontaminasi (Dewi,

2009).

3) Pengawasan nutrisi/ASI yang adekuat

Refleks menelan BBLR belum sempurna oleh sebab itu

pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Alat pencernaan bayi

belum sempurna, lambung keci;l enzim pencernaan belum matang,

sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB

sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar

3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung,

refleks masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi

sedikit dengan frekuensi yang lebih sering (Marmi, 2012).

ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI

yang paling dahulu diberikan.Bila faktor menghisapnya kurang maka

ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau

dengan menggunakan sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang

diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai

mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari (Manuaba, 2010).Menurut Marmi

(2012) jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg) yaitu

Tabel 1. JUMLAH CAIRAN YANG DIBUTUHKAN BAYI

Berat (g) Umur (hari)1 2 3 4 5+

>1500 60 80 100 120 150<1500 80 100 120 140 150

Sumber :Menurut Marmi,2012

Page 32: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

32

Tabel 2. JUMLAH ASI YANG DIBUTUHKAN BAYI

Pemberian Umur (hari)1 2 3 4 5 6 7

Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30Sumber : Menurut Marmi,2012

4) Penimbangan yang ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi

dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu

penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat (Sarwono,

2009).

Menurut Sudarti (2013) bayi dengan berat badan 1500-2500 gr

tidak boleh kehilangan berat badan >10% dari berat badan lahir 4-5 lahir

dan berat badan <1500 gr dapat kehilangan berat badan sampai 15% dari

berat badan lahir 7-10 hari

f. Asuhan segera bayi baru lahir

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada

bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting

asuhan segea setelah bayi lahir yaitu :

1) Memantau pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit sekali

2) Jaga bayi agar tetap kering dan hangat dengan cara ganti handuk atau

kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut sertakan pastikan

kepada bayi telah terlindung baik.

3) Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit yaitu jika telapak bayi

dingin periksa suhu aksila bayi, jika suhu kurang dari 36,5 Cᵒ segera

hangatkan bayi.

Page 33: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

33

4) Kontak dini dengan bayi

Asuhan yang diberikan dalam waktu 24 jam yaitu :

a) Lanjutkan pengamatan pernpasan, warna dan aktifitas

b) Pertahankan suhu tubuh bayi

c) Pemeriksaan fisik bayi

d) Berikan Vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena

defisiensi

e) Identifikasi bayi

f) Perawatan lain seperti lakukan perawatan tali pusat, dalam waktu

24 jam sebelum ibu dan bayi pulang ke rumah beri imunisasi

BCG, Polio Oral, dan Hepatitis B, ajarkan tanda-tanda bahaya

bayi pada orang tua, cara merawat bayi, dan beri ASI sesuai

kebutuhan setiap 2-3 jam.

Ketika pasien mau pulang, sebaiknya bidan melakukan evaluasi

sebagai berikut :

(1) Tanda-tanda vital bayi, tangisan, warna kulit, tonus otot dan

tingkat aktifitas

(2) Apakah bayi sudah BAB

(3) Apakah bayi sudah dapat menyusu dengan benar

(4) Apakah ibu menunjukkan bahwa ia sudah dapat menangani

neonatal dengan benar.

(5) Apakah suami dan keluarga sudah dilibatkan dalam hal

perawatan neonatal.

Page 34: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

34

(6) Apakah sudah cukup persediaan pakaian atau perlengkapan

bayi dirumah.

(7) Apakah keluarga memiliki rencana tindak lanjut kunjungan.

(8) Apakah memiliki rencana transportasi ke rumah (Marmi,

2012).

g. Peran bidan

Bidan berperan dalam asuhan terhadap bayi dan balita terutama dalam hal:

1) Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan

perkembangan anak, yaitu pemeriksaan fisik, pengukuran fisiologis

(tanda-tanda fital), penampilan umum, perkembangan psikologis dan

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

anak.

2) Penyuluhan kesehatan kepada keluarga, seperti pemberian makanan

bergizi pada bayi dan balita dan pemeriksaan rutin atau berkala

terhadap bayi dan balita.

3) Tahap-tahap penting perkembangan dalam 6 minggu pertama. Bayi

cukup bulan harus mencapai tahap-tahap penting perkembangan

tertentu selama 6 minggu pertama kehidupan.

4) Peran bidan dalam pemberian ASI, seperti memberikan konseling pada

ibu dan memberikan dukungan psikolog.

5) Peran bidan dalam pemantauan BAB bayi yaitu mengobserfasi

frekuensi, konsistensi dan warna BAB bayi, memberitahu ibu agar

segera mengganti popok apabila bayi BAB, memberitahu ibu pola

Page 35: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

35

BAB bayi yang benar dan memberitahu ibu cara mengobservasi

frekuensi, konsistensi dan warna dari BAB bayi.

6) Peran bidan dalam pemantauan BAK bayi yaitu mengobservasi

frekuensi dan warna dari BAK bayi, memberitahu ibu agar segera

mengganti popok apabila bayi BAK, memberitahu ibu pola BAK bayi

yang benar dan memberitahu ibu cara mengobservasi frekuensi dari

BAK bayi (Marmi, 2012).

3. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

Manajemen asuhan kebidanan dimulai dengan identifikasi datadasar dan

diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan. Ketujuh langkah terdiri dari

keseluruhan langkah kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi (Nurul

Janah, 2011).

Langkah tersebut sebagai berikut :

a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang

akurat dan lengkap dari semua sumber berkaitan dengan kondisi klien.

Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah

berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi

akan mementukan benar tidaknya proes interprestasi pada tahap

selanjutnya.

Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif, mencakup

data sebjektif, data objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat

menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya serta valid. Kaji ulang

Page 36: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

36

data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap, dan

akurat(Nurul Jannah, 2011)

Data subjektif pada pengkajian bayi BBLR di dapatkan bahwa

berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan dari pada janin

pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai

kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan

janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil

karena regangan yang berlebihan sehingga menyebabkan peredaran darah

plasenta mengurang.Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-

rata 1000 gram lebih ringan daripada kehamilan tunggal Pada kehamilan

kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat menyebabkan

persalinan prematur dengan BBLR (Prawirohardjo, 2007)

Berdasarkan teori untuk mendiagnosa kasus BBLR diperlukan

data obyektif yang meliputi berat badan kurang dari 2500 gram, panjang

badan kurang dari 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm,

umur kehamilan < 37 minggu, kulit tipis transparan, rambut lanugo

banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, Data kebiasaan sehari-hari

biasanya klien dengan BBLR mengalami infeksi dan rentan terjadinya

hipotermi, ikterus, gangguan tumbuh kembang, asfiksia dan kematian.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, dan perkusi

diperoleh hasil:

a. Kepala besar, rambut tipis dan halus, Ubun-ubun dan sutura lebar dan

belum menutup, tidak ada benjolan

b. Wajah tidak ikterus

Page 37: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

37

c. Mata simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, sonjungtiva merah

muda, mata bersih tidak ada secret

d. Hidung tidak ditemukan adanya kelainan

e. Mulut dan bibir normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan

mengisap lemah

f. Telinga lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih,

tidak ada secret.

g. Dada dan perut dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai

irama pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu

kecil, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa

h. Genetalia ada lubang penis, testis belum masuk dalam kantung

skrotum, ada lubang anus.

i. Ekstermitas pergerakan lemah, tidak ada cacat bawaan

j. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada

dahi dan pelipis dahi dan lengan, lemak subkutan kurang resfleks 

k. Refleks menghisap, rooting (menelan) lemah, graps (menggenggem),

moro (kaget) baik

b. Langkah II: Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang

diputuskan berdasarkan identifikasi yang di dapat dari anasisis-analisis

dasar. Dalam penetapan diagnose bidan menggunakan pengetahuan

profesional sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa

kebidanan yang ditegakkan harus berlandaskan ancaman keselamatan

hidup klien (Nurul Jannah, 2011)

Page 38: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

38

Pada bayi BBLR ditegakkan berdasarkan dari data subyektif

dan obyektif diagnosa/masalah aktual yang mungkin terjadi yaitu bayi

berat lahir rendah, bayi cukup bulan-gemeli dengan masalah gangguan

pemenuhan nutrisi. Bayi BBLR mengalami gangguan pemenuhan nutrisi

karena terdapat kesukaran makan berhubung dengan adanya otot lidah

dan palatum yang lemah demikian juga perkembangan susunan saraf

yang tidak lengkap yaitu reflex hisap dan menelan yang lemah

c. Langkah III: Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial dan Antisipasi

penanganan

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial yang

mungkin akan terjadi pada klien jika tidak mendapatkan penanganan

yang akurat, yang dilakukan melalui mengamatan, observasi dan

persiapan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi bila tidak segera

ditangani dapat membawa dampak yang lebih berbahaya sehingga

mengancam kehidupan pasien (Nurul Jannah, 2011)

Berdasarkan teori bahaya atau potensial yang akan terjadi pada

bayi BBLR dan gangguan pemenuhan nutrisi yaitu potensial terjadinya

hipotermi, infeksi, ikterus, asfiksia dan kematian.

d. Langkah IV: Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi Segera dengan

Tenaga Kesehatan Lain

Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan

atau dokter kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita gawat darurat yang

membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang

lebih ahli sesuai keadaan klien. Pada tahap ini, bidan dapat melakukan

Page 39: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

39

tindakan emergensi sesuai kewenangannya, kolaborasi maupun

konsultasi untuk menyelamatkan ibu dan janin (Nurul Jannah, 2011)

Pada bagian ini pula bidan mengefaluasi setiap keadaan klien

untuk menentukan keadaan selanjutnya yang diperoleh dari hasil

kolaborasi tindakan kesehatan lain. Bila pasien dalam keadaan normal

dan tidak berpotensial terjadi hipotermi dan infeksi maka tidak perlu

dilakukan tindakan segera atau kolaborasi.

Dalam teori tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan

dalam penanganan kasus BBLR adalah melakukan kolaborasi dengan

dokter  Anak untuk pemberian cairan dan obat-obatan serta kolaborasi

dengan bagian laboratorium (Manuaba, 2008). 

e. Langkah V: Rencana Asuhan Menyeluruh

Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan

pada tahap sebelumnya serta mengantisipasi diagnose dan masalah

kebidanan serta komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang

relevan dan diakui kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan

analisis dan asumsi yang seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh

bidan (Nurul Jannah, 2011)

Penanganan BBLR secara umum adalah pertahankan suhu

tubuh dengan ketat, cegah infeksi, awasi nutrisi atau ASI dan timbang

dengan ketat (Sarwono, 2009)

BBLR dengan gangguan pemenuhan nutrisi tata cara tindakan

yaitu beritahu keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan, cuci

tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, isap lender, timbang

Page 40: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

40

berat badan bayi, lakukan pemasangan NGT, berikan ASI/susu formula,

berikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, pantau BAK/BAB, ganti

pakaian dan popok setiap kali basah.

f. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman

Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan kerjasama

dengan bidan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab

terhadap tindakan langsung, konsultasi maupun kolaborasi,

implementasi yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya perawatan

serta meningkatkan kualitas pelayanan pada klien (Nurul Jannah, 2011)

Penanganan BBLR secara umum adalah mempertahankan suhu

tubuh dengan ketat, mencegah infeksi, pengawasan nutrisi atau ASI dan

penimbangan dengan ketat sarwono (2009)

Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada kasus BBLR

yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga untuk setiap

tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan, mengisap lender, menimbang berat badan bayi,

melakukan pemasangan NGT, memberikan ASI/susu formula,

memberikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB,

menganti pakaian dan popok setiap kali basah.

g. Langkah VII: Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, apakah

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi didalam masalah diagnosa (Nurul Janah, 2011).

Page 41: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

41

Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada BBLR yaitu

gangguan pemenuhan nutrisi teratasi, hipotermi tidak terjadi pada bayi

dengan kriteria TTV dalam batas normal dan tidak terdapat adanya tanda-

tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri, dan pengeluaran pus.

4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

a. Pengertian

Menurut Tungpalan (1983) dalam Marmi (2012) mengatakan

bahwa dokumen adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan

bukti dalam persoalan hokum. Sedangkan pendokumentasian adalah

pekerjaan mencatat atau merakam peristiwa dan objek maupaun aktifitas

pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian

dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah

memberi asuhan kepada pasien.Dokumentasi merupakan suatu informasi

lengkap meliputi satus kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan

asuhan kebidanan serta respon pasien terhadap asuhan yang

diterimanya.Dengan demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi

yang besar dari catatan klinik pasien yang menginformasikan faktor

tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan.Disamping

itu catatan juga dapat digunakan sebagai wahana komunikasi dan

koordinasi antar profesi yang dapat dipergunakan untuk mengungkap

suatu fakta actual untuk dipertanggungjawabkan.

Dokumentasi asuhan kebidanan merupakan bagian integral dari

asuhan kebidanan yang dilaksanakan sesuai standar.Dengan demikian

Page 42: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

42

pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik

merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga kebidan agar mampu

membuat dokumentasi kebidanan secara baik dan benar.

Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk

pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan,

sehingga langkah-langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur

pikir dalam pemecahan masalah dan mengambil keputusan klinis.Asuhan

yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas dan logis

sebagai pendokumentasian.

Metode pendokumentasian SOAP merupakan inti sari dari proses

pikir dalam manajemen kebidanan yang menggambarkan tentang

perkembangan klien (progress note) (Mirnawati, 2011).

Pendokumentasian yang diterapkan dalam metode SOAP

merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas.Logis dan singkat (Wafi,

2011).

b. Proses Manajemen SOAP

1. S (Data Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah 1

varney. S (Subyektif) ini merupakan informasi yang diperoleh

langsung dari klien.Informasi tersebut dicatat sebagai kutipan

langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.

Data subjektif pada pengkajian bayi BBLR di

dapatkan bahwa berat badan janin pada kehamilan kembar

Page 43: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

43

lebih ringan dari pada janin pada kehamilan tunggal pada umur

kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan

berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan

tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil karena

regangan yang berlebihan sehingga menyebabkan peredaran

darah plasenta mengurang.Berat badan satu janin pada

kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada

kehamilan tunggal Pada kehamilan kembar dengan distensi

uterus yang berlebihan dapat menyebabkan persalinan prematur

dengan BBLR (Prawirohardjo, 2007)

2. O (Data Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan

fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnosis lain yang

dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assessment

sebagai langkah 1 varney. Data yang diperoleh dari apa yang

dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan

termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dan lain-

lain. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen

yang berarti dari diagnose yang akan ditegakkan (Marmi,

2012).

Gambaran klinis dari bayi BBLR adalah kepala lebih

besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak

kurang, otot hipotonik lemah, pernafasan tidak teratur dapat

terjadi apnea, ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki

Page 44: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

44

fleksi-lurus, kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40-50

kali/menit, nadi 100-140 kali/menit, berat < 2500 gram dan

panjang badan < dari 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar

kepala < 33 cm, umur kehamilan < 37 minggu (Atikah, 2010).

3. A (Assessment)

Assessment menggambarkan dokumentasi hasil

analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu

identifikasi:

a) Diagnosis/ masalah ( diagnose adalah rumusan dari hasil

pengkajian mengenai kondisi klien: hamil, bersalin, nifas

dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa data yang

didapat. Masalah segala sesuatu yang menyimpang

sehingga kebutuhan klien terganggu, kemungkinan

mengganggu kehamilan atau kesehatan tetapi tidak masuk

dalam diagnosa ).

b) Antisipasi diagnosis/ kemungkinan masalah

c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,

konsultasi/ kolaborasi, dan atau perujukan sebagai langkah

2,3, dan 4 varney (Marmi, 2012).

Pada kasus BBLR assesment yang didapat seperti :

a) Diagnosa aktual yaitu Bayi baru lahir, cukup bulan, Bayi

Berat Lahir Rendah, gemeli,dengan masalah gangguan

pemenuhan kebutuhan nutrisi

b) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi

Page 45: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

45

c) Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan Dokter. Dalam

kolaborasi ini dokter memberikan instruksi yaitu

meletakkan bayi dibawah infant warmer, pemberian infuse,

pasang NGT dan pemberian obat-obatan

4. P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,

tindakan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah

5,6,7 (Marmi, 2012).

Berdasarkan teori penyusunan rencana untuk klien

yang mengalami BBLR adalah dengan mempertahankan suhu

tubuh dengan ketat, mencegah infeksi dengan ketat,

pengawasan nutrisi atau ASI dan penimbangan dengan ketat.

Adapun pelaksanaan asuhan yang di berikan pada

kasus BBLR yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga

untuk setiap tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan

sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengisap lender,

menimbang berat badan bayi, melakukan pemasangan NGT,

memberikan ASI/susu formula, memberikan obat-obatan, rawat

tali pusat bayi, memantau BAK/BAB, menganti pakaian dan

popok setiap kali basah.

Page 46: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

46

BAB III

STUDI KASUS

Pada bab ini akan diuraikan tentang penerapan manajemen dan pendokumentasian

asuhan kebidanan Bayi baru lahir Pada Bayi Ny.”I” dengan Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 8

s.d. 10 Mei 2014 dengan nomor register 26-57-06, diawali dengan identifikasi data

dasar dan berakhir dengan evaluasi serta dilanjutkan dengan pendokumentasian dan

catatan perkembangan.

A. Manajemen

1. Pengumpulan Data Dasar

Pengumpulan data dasar dilaksanakan dengan mengkaji Pada Bayi

Ny.”I”Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) di Ruang Teratai Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten MunaTanggal 8 s.d. 10 Mei 2014, jam 07.00

Wita

a. Biodata

1) Identitas Bayi

Nama bayi :  Bayi Ny “I”

Tanggal lahir / jam :  8-05-2014 Jam 07.00 WITA

Anak :  Pertama

Jenis kelamin :  ♂ (laki-laki)

Umur saat dikaji :  0 hari ( 10 menit )

Page 47: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

47

2) Identitas orang tua

Nama Ibu/ Ayah : Ny “I”/ Tn “E”

Umur Ibu/ Ayah : 20 Tahun/ 22 Tahun

Suku : Bugis/ Bugis

Agama : Islam/ Islam

Pendidikan : SMP/SMA

Pekerjaan : IRT / Swasta

Pernikahan ke- : 1/1

Lama menikah : ±1 tahun

Alamat : Kambara

b. Data Biologis / Fisiologis

1) Keadaan bayi sekarang

a) Keadaan bayi baik

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu badan : 36,6°C

Pernapasan                   : 56 kali/menit

Denyut jantung     : 158 kali/menit

c) Bayinya belum BAK dan BAB

d) Bayinya belum disusui

c. Riwayat kehamilan

Ibu mengatakan :

1) Hamil yang pertama, belum pernah melahirkan dan tidak pernah

keguguran.

Page 48: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

48

2) Hari Pertama Hari Terakhir Tanggal 8-08-2013 memeriksakan

kehamilannya di Bidan sebanyak 2 kali.

3) Penyakit yang diderita selama hamil tidak ada

4) Memiliki riwayat kehamilan kembar yaitu suaminya

5) Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus 90

tablet 1x1/hari.

6) Suami perokok

d. Riwayat Persalinan/ Kelahiran

1) Umur kehamilan                 : 39 minggu

2) Tempat persalinan               : di RSUD Kabupaten Muna

3) Penolong pesalinan             : Dokter

4) Jenis persalinan                   : persalinan normal

5) Tanggal /Jam lahir               : 8 Mei 2014 Jam 07.00 Wita

e. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi

1) Nutrisi/ Cairan

Bayi belum mendapatkan asupan nutrisi /cairan saat dikaji

2) Eliminasi

Bayi belum BAK dan BAB saat dikaji

3) Tidur / Istirahat   : Bayi tertidur saat dikaji

4) Personal hygiene terpelihara oleh petugas

5) Pemeriksaan Umum

Jenis kelamin : ♂ (laki-laki)

BBL/PBL : 1720 gram/ 48 cm

Keadaan Umum :  Baik/ Tidak ada cacat bawaan

Page 49: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

49

Masa gestasi : 39 minggu

Apgar skor : 8/10

ASPEK I IISeluruh tubuh berwarna kemerah-merahan 2 2Frekuensi jantung 110 kali/menit 2 2Bayi menangisbila diberi ransangan 2 2Gerakan tangan dan kaki lemah 1 2Bayi menangis lemah 1 2Jumlah 8 10

6) Pemeriksaan Tanada-Tanda Viatal

Suhu badan : 36,6°C

Pernapasan : 56 kali/menit

Denyut jantung : 158 kali/menit

7) Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)

a) Kepala

Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar

dan belum menutup, tidak ada benjolan

b) Wajah

Tampak bulu-bulu tipis pada wajah, tidak ikterus

c) Mata

Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, conjungtiva merah

muda, mata bersih tidak ada secret

d) Hidung

Tidak ditemukan adanya kelainan

Page 50: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

50

e) Mulut dan Bibir

Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap

lemah

f) Telinga

Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih,

tidak ada secret.

g) Leher

Tidak ada trauma

h) Dada dan perut

Dada simetris kiri dan kanan,gerakan dada sesuai irama

pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil,

tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa

i) Genetalia

Ada lubang penis, testis ada dalam kantung skrotum, ada lubang

anus.

j) Ekstermitas

Pergerakan lemah, dan tidak ada cacat bawaan, telapak kaki

dipenuhi garis-garis

k) Keadaan Kulit

Kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan

8) Resfleks 

a) Refleks sucking (menghisap) : lemah

b) Refleks rooting (menelan) : lemah

c) Refleks graps (menggenggam) : baik

Page 51: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

51

d) Refleks moro (kaget) : baik

9) Pemeriksaan Pengukuran

a) Ukuran lingkaran

(1) Lingkar Kepala : 31 cm

(2) Lingkar Dada : 28 cm

(3) Lingkar Perut : 30 cm

(4) Lila : 9 cm

b) Ukuran  panjang             

(1) Kepala - Syimpisis   : 22 cm

(2) Sympisis kaki            : 26 cm

(3) Panjang  lengan         : 12 cm

10) Data psikologis, Spritual dan Ekonomi

a) Pola emosional bayi, bayi tenang saat dikaji

b) Persepsi orang tua terhadap anaknya, orang tua sabar dan

mempercayakan sepenuhnya perawatan anaknya pada bidan

c) Orang tua nampak tenang dan menerima keadaan bayinya serta

mau bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk perawatan

bayinya terutama pemberian ASI.

d) Biaya hidup dan biaya perawatan ditanggung oleh Ayah

2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual

Dari langkah pengumpulan data dasar, maka diagnosa yang ditetapkan yaitu

bayi baru lahir, cukup bulan, bayi berat lahir rendah,gemeli dengan masalah

gangguan pemenuhan nutrisi.

Page 52: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

52

a. Bayi Baru Lahir

Data Dasar

1) Data Subyektif :

a) Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 08-05-2014, jam 07.00 WITA.

b) Ibu mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 8-08-2013.

2) Data Obyektif :

a) Tanggal pengkajian : 8-05-2014

b) Tafsiran persalinan : 15-05-2014

c) Keadaan umum : lemah

d) Berat badan lahir : 1720 gram

e) Panjang badan lahir : 48 cm

f) Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan

g) Tanda-Tanda Vital

Laju jantung : 158 x/menit

Pernapasan : 65 x/menit

Suhu : 36,60C

h) Ukuran Lingkaran

Lingkar kepala : 31 cm

Lingkar dada : 28 cm

Lingkar perut : 30 cm

Lila : 9 cm

i) Ukuran  panjang             

Kepala - Syimpisis    : 22 cm

Sympisis kaki            : 26 cm

Page 53: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

53

Analisis dan Interprestasi

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis

berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke

kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan

baik (Marmi, 2012).

b. Cukup Bulan

Data Dasar :

1) Data Subjekti : HPHT Tanggal 8-08-2013,dan bayi lahir tanggal

8-05-2014

2) Data Objektif : Umur kehamilan 39 minggu

Analisa Dan Interpretasi Data

Usia kehamilan dapat ditentukan dengan rumus neagle. Dari HPHT yaitu

tanggal 8-8-2013 sampai pada bayi dilahirkan yaitu tanggal 8-05-2014

maka bayi berumur 39 minggu (250 hari),(Hutari, 2012).

c. Bayi Berat Lahir Rendah

Dasar :

1) Data Subjektif : -

2) Data Objektif : Berat badan 1720 gram

Analisa Dan Interpretasi Data

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan lahir

saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa

memandang masa kehamilan (Marmi, 2012).

Page 54: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

54

d. Bayi kembar

Data Dasar

1) Data Subjektif : -

2) Data Objektif : Bayi kembar 2

Analisa Dan Interpretasi Data

Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat

menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan untuk

pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi

seperti anemia hamil yang dapat menganggu pertumbuhan janin dalam

rahim(Indrayani, 2013).

e. Gangguan Pemenuhan Nutrisi

Data Dasar

1) Data Subjektif : Bayi lahir cukup bulan dengan berat 1720 gram, dan

Produksi ASI Ibu belum ada.

2) Data Objektif : Bayi Berat Lahir Rendah yaitu 1720 gram,

Refleks mengisap dan menelan lemah

Analisa Dan Interpretasi Data

Pada BBLR terdapat kesukaran makan berhubung dengan adanya otot lidah

dan palatum yang lemah demikian juga perkembangan susunan saraf yang

tidak lengkap, yaitu refleks mengisap dan menelan yang lemah.Maka

makanan yang diberikan sedikit demi sedikit tapi sering.

(Prawirihardjo,2008).

Page 55: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

55

3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Berdasarkan keadaan klien maka dapat ditetapkan adanya suatu diagnosa atau

masalah potensial yang akan terjadi pada bayi Ny ‘I” yaitu terjadinya Hipotermi

dan infeksi hal ini didasarkan pada data subyektif dan obyektif yaitu :

a. Potensial Terjadi Infeksi

Data Dasar

1) Data Subjektif : -

2) Data Objektif : Umur kehamilan 39 minggu, berat badan 1720 gram,

kulit bayi tipis dan Suhu: 36,6°C

Analisa Dan Interpretasi Data

Hipotermi dapat terjadi karena peningkatan penguapan akibat kurangnya

jaringan lemak dibawah kulit dan permukaan tubuh yang lebih lama

debandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir normal.

Hipotermi pada BBLR juga terjadi karena pengaturan suhu tubuh yang

belum berfungsi dengan baik dan produksi panas yang berkurang karena

lemak coklat yang belum cukup (Marmi, 2012).

b. Potensial Terjadi Infeksi

Data Dasar

1) Data Subjektif : Bayinya lahir dengan berat 1720 gram.

2) Data Objektif : Tali pusat belum puput dan basah serta berat badan

lahir 1720 gram

Page 56: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

56

Analisa Dan Interpretasi Data

Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Kerentanan terhadap infeksi

ini karena karena kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih

rendah dan fungsi imun belum sempurna (Dewi,2010).

4. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi

Berdasarkan data yang ada pada bayi Ny. I maka dilakukan kolaborasi dengan

Dokter. Dalam kolaborasi ini dokter memberikan instruksi yaitu meletakkan

bayi dibawah infran warmert, pemberian cairan melalui infus infus glukosa dan

pemasangan Nasogastri Tube dan pemberian obat-obatan.

5. Rencana Asuhan

Sesuai dengan beberapa diagnosa dan masalah yang ada maka dibuatlah

rencana asuhan yang komprehensif dari setiap diagnosa dan masalah guna

mengatasi serta memenuhi kebutuhan klien. Dalam memilih asuhan yang akan

dilaksanakan dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki

berdasarkan diagnosa dan masalah yang ada.

a) Tujuan

1) Kebutuhan nutrisi terpenuhi

2) Tidak terjadi hipotermi pada bayi

3) Tidak terjadi infeksi

b) Kriteria

1) Berat badan tetap atau penurunan tidak lebih 10 % dari berat badan

lahir

2) Produksi ASI Ibu lancar dan bayi dapat menyusu dengan baik

3) TTV dalam batas normal

Page 57: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

57

Suhu tubuh         : 36,5°C-37,5°C

Pernapasan          : 30-60 kali/menit

Denyut jantung   : 120-160 kali/menit   

4) Tidak ada tanda-tanda infeksi: merah, bengkak, panas, nyeri dan

pengeluaran pus.

c) Rencana tindakan

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan dengan sabun cair dan

dibilas dibawah air mengalir.

Rasional : Mencegah kemungkinan kontaminasi dengan kuman

sehingga tidak terjadi infeksi nasokomial.

2) Pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara menyelimuti bayi dengan

menggunakan handuk serta meletakan didalam incubator.

Rasional : Bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi, dengan

adanya perubahan suhu dalam rahim kedunia luar.

3) Atur posisi bayi dengan miringkan bayi

Rasional : bayi dimiringkan untuk memudahkan pengeluaran lendir.

4) Isap lendir bayi

Rasional : untuk membantu membebaskan jalan nafas bayi.

5) Timbang berat badan bayi setiap hari

Rasional : Berat badan bayi sebagai indikator perkembangan bayi

dan merupakan pedoman pemberian nutrisi selanjutnya.

6) Observasi Tanda-Tanda Vital

Rasional : Mengetahui KU bayi dan perkembangan bayi.

7) Infus bayi dengan cairan glukosa 10 % 4 tetes/menit

Page 58: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

58

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan

sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.

8) Lakukan pemasangan NGT (Naso Gastrik Tube)

Rasional : Pemberian nutrisi melalui pipa penduga, merupakan

tindakan pasien yang tidak mampu memenuhi

kebutuhan nutrisi secara oral

9) Berikan ASI/susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan

10) Berikan obat-obatan pada bayi

Rasional : Memberikan sesuai dengan dosis dengan cara

pemakaian yang benar, agar obat bias memberikan

efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun

keluhan yang dirasakan klien

11) Rawat tali pusat dengan steril

Rasional : Mencegah infeksi tali pusat

12) Observasi BAK/BAB

Rasional : mengetahuai apakah keseimbangan antara asupan dan

pengeluaran bayi.

13) Ganti pakaian/popok tiap kali basah

Rasional : Pakaian bayi yang basah akan mempengaruhi suhu

badan bayi yang mengakibatkan evaporasi

Page 59: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

59

6. Pelaksanaan Asuhan

Sistematika dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah

direncanakan disesuaikan dengan keadaan kesehatan dari klien. Pelaksanaan

asuhan tersebut adalah sebagai berikut :

Kamis, 8 Mei 2014, Jam 07.00-24:00 wita

a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

Hasil : tangan telah dibersihkan

b) Menjaga bayi agar tetap hangat.

Hasil : Bayi dalam inkubator

c) Mengatur posisi bayi.

Hasil : Bayi telah di miringkan.

d) Mengisap lendir bayi.

Hasil : Lendir bayi telah diisap

e) Menimbang berat badan bayi setiap hari

Hasil : BB: 1720 gram

f) Memantau Tanda-Tanda Vital

Hasil : jam 07.00 SH : 36.6 C HR : 158x/menit.RR :56x/menit.

g) Melakukan pemasangan infus

Hasil: Infuse D10 % 4 tetes / menit telah terpasang

h) Melakukan pemasangan NGT

Hasil : NGT telah terpasang

i) Memberikan ASI/susu formula pada bayi sebanyak 2 cc setiap 6 jam

Hasil : jam 07.00 bayi telah diberikan susu formula

Page 60: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

60

j) Memberikan obat-obatan pada bayi

Hasil : telah diberikan

Gentamisin : 10 mg/36 jam/IV, jam 08.00 Wita

Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 Wita

k) Merawat tali pusat dengan kasa steril

Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril

l) Memantau BAK/BAB

Hasil : Jam 08.00 bayi BAK/BAB

m) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah

Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah

7. Evaluasi

Berdasarkan rencana asuhan dan pelaksanaan dari rencana asuhan

maka dapat dievaluasi dengan hasil sebagai berikut :

kamis,8 Mei 2014, Jam 24:00WITA

a) Gangguan pemenuhan nutrisi belum teratasi dengan kriteria:

1) Berat badan bayi masih 1720 gram

2) Refleks isap bayi lemah

b) Hipotermi tidak terjadi pada bayi dengan kriteria TTV dalam batas normal:

1) S          : 37 °C          

2) DJ        : 148 kali/menit     

3) P          : 56 kali/menit

c) Tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi yaitu merah, bengkak, nyeri, dan

pengeluaran pus.

Page 61: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

61

B. Pendokumentasian

Setelah dilakukan manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan pada Bayi

Ny.”I” Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR ) di Ruang Teratai Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 8 s.d. 10 Mei 2014 dengan nomor register

26 – 57 – 06, maka dibuatlah pendokumentasian, yang diawali dengan data

subyektif, obyektif, assesment dan diakhiri dengan planning. Adapun penjabarannya

yaitu :

1. Identitas Bayi dan Orang Tua

a. Identitas Bayi

Nama bayi :  Bayi Ny “I”

Tanggal lahir / jam :  8-5-2014 Jam 07.00 WITA

Anak :  Pertama

Jenis kelamin :  ♂ (laki-laki)

Umur saat dikaji :  0 hari ( 10 menit )Identitas orang tua

b. Identitas orang tua bayi

Nama Ibu/ Ayah : Ny “I”/ Tn “E”

Umur Ibu/ Ayah : 20 Tahun/ 22 Tahun

Suku : Bugis/ Bugis

Agama : Islam/ Islam

Pendidikan : SMA/ SMA

Pekerjaan : IRT / swasta

Pernikahan ke- : 1/1

Lama menikah : ±1 tahun

Alamat : Kambara

Page 62: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

62

2. Data Subjektif (S)

Ibu mengatakan :

a. Hamil yang pertama, tidak pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran.

b. Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 8-08-2013

c. Memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak 2 kali.

d. Penyakit yang diderita selama hamil tidak ada

e. Memiliki riwayat kehamilan kembar

f. Obat-obatan yang diminum selama hamil adalah Sulfa Ferosus 90 tablet

1x1/hari.

g. Suami perokok

3. Data Objektif (O)

a. Bayi lahir tanggal 8 Mei 2014 Jam 07.00 WITA dengan persalinan normal

b. Bayi lahir segera menangis dengan BB 1720 gram, PB 48 cm, anus (+)

c. Pemeriksaan

1) BBL : 1720 gram

2) PBL : 48 cm

3) JK : ♂ (laki-laki)

4) LK : 31 cm

5) LD : 28 cm

6) Tanda-tanda vital

S : 36,6°C          

DJ : 158 kali/menit     

P : 56 kali/menit   

Page 63: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

63

d. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, dan Auskultasi)

1) Kepala

Kepala besar, rambut tipis dan halus, ubun-ubun dan sutura lebar dan

belum menutup, Tidak ada benjolan

2) Wajah

Tidak oedema, terdapat bulu-bulu tipis pada wajah dan tidak ikterus

3) Mata

Simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, konjungtiva merah

muda, mata bersih tidak ada secret

4) Hidung

Tidak ditemukan adanya kelainan

5) Mulut dan Bibir

Normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan mengisap lemah

6) Telinga

Lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih, tidak ada

secret.

7) Dada dan Perut

Dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai irama pernafasan

bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu kecil, tali pusat

tampak basah dan terbungkus dengan kasa

8) Genetalia

Ada lubang penis, testis ada dalam kantung skrotum, ada lubang anus

9) Ekstermitas

Page 64: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

64

Pergerakan lemah dan tidak ada cacat bawaan, kaki dipenuhi garis-

garis

10) Keadaan Kulit

Kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan

e. Resfleks 

1) Refleks sucking (menghisap) : lemah

2) Refleks rooting (menelan) : lemah

3) Refleks graps (menggenggem) : baik

4) Refleks moro (kaget) : baik

4. Assesment (A)

a. Diagnosa actual yaitu Bayi baru lahir, cukup bulan, Berat Lahir Rendah,

gemeli,dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

b. Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi

c. Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan Dokter. Dalam kolaborasi ini

dokter memberikan instruksi yaitu meletakkan bayi dibawah infant

warmer, pemberian infuse, pasang NGT dan pemberian obat-obatan.

5. Planning (P)

Kamis, 8 Mei 2014 Jam 07.00-24.00 WITA

a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

Hasil : Tangan telah dibersihkan

b. Menjaga bayi agar tetap hangat

Hasil : Bayi berada didalam incubator

c. Mengisap lendir bayi.

Hasil : Lendir bayi telah di isap

Page 65: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

65

d. Menimbang berat badan bayi setiap hari

Hasil : BB: 1720 gram

e. Memantau TTV

Hasil : jam 07.00 SH : 36.6 °C, HR : 158x/menit.RR : 56x/menit.

f. Melakukan pemasangan infus.

Hasi: terpasang infuse D10 % 4 tetes / menit

g. Melakukan pemasangan NGT

Hail : NGT telah terpasang

h. Memberikan ASI/susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam

Hasil : jam 07.00 Wita telah diberikan susu formula sebanyak 2 cc

i. Pemberian obat-obatan pada bayi

Hasil : telah diberikan

Gentamisin : 10 mg/36 jam/ IV, jam 08.00 Wita

Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 Wita

j. Merawat tali pusat dengan kasa steril

Hasil : Tali pusat dibungkus dengan kasa steril

k. Memantau BAK/BAB

Hasil : jam 08.00 bayi BAK/BAB

l. Mengganti pakaian/popok tiap kali basah

Hasil : pakaian/popok bayi diganti tiap kali basah

C. Catatan Perkembangan

Pada catatan perkembangan ini dilakukan pemantauan selama 3 hari yaitu mulai pada

hari kamis sampai hari sabtu dengan menggunakan metode pendekatan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR Di Ruang

Page 66: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

66

Teratai Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai Tanggal 8 s.d 10 Mei

2014.

1. Perawatan Hari Pertama

Kamis : 8 Mei 2014, Jam : 07.00-24:00.0 Wita

a) Data Subyektif (S)

Ibu cemas karena bayinya jarang menangis

b) Data Obyektif (O)

1) Keadaan umum baik

2) Berat badan : 1720 gram

3) Tanda-tanda vital

Laju jantung : 158 x/menit

Suhu : 36.6 °C          

Pernapas : 56x/menit

4) Pemeriksaan fisik

(a) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril

(b) Warnah kulit kemerahan

5) Refleks

(1) Refleks sucking (menghisap) : lemah

(2) Refleks rooting (menelan) : lemah

(3) Refleks graps ( menggenggem ) : baik

c) Assesment (A)

1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 1 hari, dengan Bayi Berat Lahir

Rendah, gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan

nutrisi

Page 67: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

67

2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi

3) Tindakan segera yaitu melakukan pemasangan infuse glukosa 10%

d) Planning (P)

Minggu 08 Mei 2014 Jam 01.00-24.00 WITA

1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

Hasil : tangan telah dibersihkan

2) Menjaga bayi agar tetap hangat

Hasil : Bayi di inkubator

3) Menimbang berat badan bayi setiap hari

Hasil : BB: 1720 gram

4) Mempertahankan pemasangan infus

Hasil : terpasang infuse D 10% 4 tetes/menit

5) Memantau TTV

Hasil : jam 07 :00.SH : 36,6 °C, HR : 158x/menit, RR :56 x/menit.

6) Memberian ASI/Susu Formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam/NGT, jam

07.00 wita

Hasil : telah diberikan susu formula

7) Memberikan obat-obatan pada bayi

Hasil : telah diberikan

Gentamisin : 10mg/36 jam/IV, jam 08.00 wita

Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 wita

8) Merawat tali pusat dengan kasa steril

Hasil : Tali pusat dibungkus dengan kasa steril

Page 68: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

68

9) Memantau BAK/BAB

Hasil : jam 08 :00 bayi BAB/BAK

10) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah

Hasil : jam : 08:00.pakaian/popok bayi diganti

2. Perawatan Hari ke Dua

Jum’at : 9 Mei 2014, Jam : 01.00-24:00.0

a) Data Subyektif (S)

1) Ibu dan keluarganya cemas dengan keadaan bayinya

2) Asi ibu sudah keluar

b) Data Objektif (O)

1) Keadaan umum lemah

2) Berat badan :1670 gram

3) Tanda-tanda vital

Laju jantung : 142 x/menit

Suhu : 36,9 °C          

Pernapas : 49 x/menit

4) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril

5) Warnah kulit kemerahan

6) Reflex

(a) Refleks sucking (menghisap) : lemah

(b) Refleks rooting (menelan) : lemah

(c) Refleks graps (menggenggem) : baik

(d) Refleks moro (kaget) : baik

Page 69: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

69

c) Assesment (A)

1) Diagnosa actual yaitu bayi umur 2 hari, Bayi Berat Lahir Rendah,

gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi

d) Planning (P)

Senin, 9 Mei 2014 Jam 01.00-24.00 WITA

1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

Hasil : Tangan telah dibersihkan

2) Menjaga bayi agar tetap hangat.

Hasil : Bayi berada dalam incubator

3) Menimbang berat badan bayi

Hasil : BB: 1670 gram

4) Mempertahankan pemasangan infuse

Hasil : terpasang infuse D 10% 4 tetes/menit

5) Memberian ASI/Susu Formula melalui Nasogastri Tube (NGT)

Hasil : telah diberikan susu formula 2 cc jam 08.00 wita

6) Memantau TTV

Hasil : jam 07 :00.SH : 38.6 °C, HR : 132x/menit.RR :49 x/menit.

7) Mengompres bayi dengan kasa steril

Hasil : bayi sedang dikompres

8) Memantau suhu tubuh bayi setiap 15 menit

Hasil : suhu : 37,4 °C

9) Memberikan obat-obatan

Hasil : telah diberikan

Page 70: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

70

Gentamisin : 10 mg/36 jam/IV, jam 20.00 wita

Cefotaxime : 170 mg/24 jam/IV, jam 08.00 wita

10) Memantau BAK/BAB

Hasil : jam 04:00 bayi BAK dan BAB

11) Merawat tali pusat dengan kasa steril

Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril

12) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah

Hasil : jam: 04:00.pakaian/popok bayi diganti

3. Perawatan Hari Ke Tiga

Sabtu, 10 Mei 2014, Jam : 01.00-24:00.0 Wita

b) Data Subjektif ( S )

1) Ibu dan keluarganya cemas dengan keadaan bayinya

2) Asi ibu suda keluar

c) Data Objektif (O)

1) Keadaan umum baik

2) Berat badan : 1620 gram

3) Tanda-tanda vital

Laju jantung : 144 x/menit

Suhu : 37.1 °C          

Pernapasan : 58 x/menit

4) Tali pusat mulai mengering dan masih terbungkus kasa steril

5) Reflex

(a) Refleks sucking (menghisap) : baik

(b) Refleks rooting (menelan) : baik

Page 71: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

71

(c) Refleks graps (menggenggem) : baik

(d) Refleks moro (kaget) : baik

d) Assesment (A)

1) Diagnosa aktual yaitu bayi umur 3 hari , Bayi Berat Lahir Rendah,

gemeli dengan masalah gangguan pemenuhan nutrisi.

2) Diagnosa potensial yaitu terjadinya hipotermi dan infeksi.

3) Tindakan segera tidak dilakukan

e) Planning (P)

Tanggal 10 Mei 2014 Jam 01.00-24.02 WITA

1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

Hasil : Tangan dicuci dengan menggunakan air mengalir

2) Menjaga bayi agar tetap hangat.

Hasil : Bayi di incubator dengan suhu 37,1 °C          

3) Menimbang berat badan bayi

Hasil : BB: 1620 gram

4) Memberikan obat-obatan pada bayi

Hasil : telah diberikan

Cefotaxime : 170 mg / 24 jam / IV, jam 08.00 wita

5) Menaikan tetes infus

Hasil : telah terpasang infuse D10% 14 tetes/menit

6) Bayi disusui oleh ibunya

Hasil : bayi telah disusui

7) Memantau TTV

Hasil : jam 07 :00.SH : 37.1 °C, HR : 144x/menit.RR :68 x/menit.

Page 72: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

72

8) Merawat tali pusat dengan kasa steril

Hasil : tali pusat dibungkus dengan kasa steril

9) Memantau BAK/BAB

Hasil : jam 08:00 bayi BAK dan BAB

10) Mengganti pakaian/popok tiap kali basah

Hasil : jam : 06:30.pakaian/popok bayi diganti

Page 73: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

73

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan studi kasus

berdasarkan penerapan manajemen kebidanan kasus Pada Bayi Ny “I” dengan BBLR

di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8

s.d.10 Mei 2014. Pembahasan ini disusun berdasarakan teori dan alasan nyata

berdasarkan pendekatan manajemen kebidanan dimulai dari pengumpulan data dasar

dan diakhiri dengan evaluasi.

A. Pengumpulan Data Dasar

Pada langkahini penulis melakukan pengkajian data dasar yang meliputi data

subyektif dan data obyektif. Informasi yang diperoleh mengenai data-data

tersebut penulis dapatkan melalui wawancara langsung dari klien dan

keluarganya. Data lainnya diperoleh dari petugas kesehatan yang menangani

klien. Data di peroleh secara terfokus pada masalah klien.

1. Data subjektif /obyektif

Menurut Prawirohardjo (2007) yang menyatakan bahwa berat

badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada

kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30

minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan

tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil karena regangan yang

berlebihan sehingga menyebabkan peredaran darah plasenta

mengurang.Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000

gram lebih ringan daripada kehamilan tunggal.

Page 74: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

74

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang telah dipaparkan diatas

maka peneliti berpendapat bahwa ada hubungan antara kehamilan kembar

dengan kejadian BBLR karena asupan makanan dari ibu ke janin harus

terbagi 2 sehingga janin kembar memperoleh asupan makanan dari ibu

lebih sedikit daripada jika janin tunggal.

Menurut teori bayi yang lahir dengan kehamilan kurang 37

minggu dengan berat badan <2500 gram adalah bayi berat lahir rendah

(BBLR), dimana berat badan ini tidak sesuai dengan berat badan

seharusnya untuk usia kehamilan (N :> 2500 gram) yang disebut juga

dengan kecil untuk masa kehamilan (KMK) atau dengan kata lain

prematuritas adalah hal yang dialami oleh klien yang dikaji sehingga

terdapat kesesuaian antara teori tersebut dengan fakta yang ada. 

Menurut Marmi (2012) Karakteristik yang dapat ditemukan pada

premature murni adalah Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan

kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm dan lingkar dada

kurang dari 30 cm, gerakan kurang aktif otot masih hipotonis, umur

kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala lebih besar dari badan rambut

tipis dan halus, tulang-tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura

besar,Jaringan payudara tidak ada dan putting susu kecil,Pernapasan belum

teratur dan sering mengalami serangan apneu, kulit tipis dan transparan,

lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan

lengan,Lemak subkutan kurang,Genitalia belum sempurna, pada wanita

labia belum tertutup oleh labia mayora minora,Reflex mengisap dan

menelan serta reflex batuk masih lemah,Bayi premature mudah sekali

Page 75: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

75

mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan

leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum sempurna.

Adapun faktor yang menjadi penyebab BBLR Dismatur menurut

teori yang disebutkan dalam buku Dewi (2010) BBLR tipe premature

disebabkan oleh : Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih

remaja, kehamilan pada usia <20 tahun atau >35 tahun,kehamilan kembar,

pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya, Cervical imcompetence

(mulut rahim yang lemah sehingga tidak mampu menahan berat bayi dalam

rahim), perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)

dan ibu hamil yang sedang sakit.

Data kebiasaan sehari-hari biasanya klien dengan BBLR

mengalami infeksi dan rentan terjadinya hipotermi, ikterus, gangguan

tumbuh kembang, asfiksia dan kematian.

Data objektif meliputi pemeriksaan secara umum, pemeriksaan

fisik. Pada pemeriksaan umum, keadaan umum pasien baik,

kesadaran komposmentis dan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu Suhu

badan : 36,6°C, pernapasan  : 56 kali/menit, denyut jantung: 158 kali/menit.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, dan perkusi

diperoleh hasil

a. Kepala besar, rambut tipis dan halus, Ubun-ubun dan sutura lebar dan

belum menutup, tidak ada benjolan

b. Wajah tidak ikterus

c. Mata simetris kiri dan kanan, sklera berwarna putih, sonjungtiva merah

muda, mata bersih tidak ada secret

Page 76: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

76

d. Hidung tidak ditemukan adanya kelainan

e. Mulut dan bibir normal dan tidak ada kelainan, refleks menelan dan

mengisap lemah

f. Telinga lekuk telinga normal, simetris kiri dan kanan, tampak bersih,

tidak ada secret.

g. Dada dan perut dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada sesuai

irama pernafasan bayi, tidak ada tonjolan tulang dada, puting susu

kecil, tali pusat tampak basah dan terbungkus dengan kasa

h. Genetalia ada lubang penis, testis belum masuk dalam kantung

skrotum, ada lubang anus.

i. Ekstermitas pergerakan lemah, tidak ada cacat bawaan

j. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada

dahi dan pelipis dahi dan lengan, lemak subkutan kurang resfleks 

k. Refleks menghisap, rooting (menelan) lemah, graps (menggenggem),

moro (kaget) baik

l. Ukuran lingkaran yaitu Lingkar Kepala 31 cm, Lingkar Dada 28 cm,

Lingkar Perut 30 cm, Lila 9 cm

B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual

Berdasarkan dalam konsep dasar bahwa dalam menegakkan suatu

diagnosa atau masalah kebidanan harus berdasarkan pada pendekatan asuhan

kebidanan yang didukung dan ditunjang oleh beberapa data baik data subjektif

maupun data objektif.

Interpretasi data meliputi diagnosis kebidanan dan masalah. Dari

pengumpulan data dasar dapat ditegakkan diagnosis kebidanan yaitu : bayi

Page 77: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

77

berat lahir rendah, bayi cukup bulan-gemeli dengan masalah gangguan

pemenuhan nutrisi. Dasar untuk menegakkan diagnosis kasus bayi Ny “I”

diperoleh dari data subjektif dan data objektif. Masalah pada BBLR gangguan

pemenuhan nutrisi merupakan masalah aktual, berdasarkan teori bahwa yang

disebutkan Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh

bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah dan lambungnya kecil. Bayi

dengan BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan

pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering (Dewi,2010).

Karena kecilnya tubuh bayi dan daya isap bayi berat badan lahir rendah yang

lemah sehingga menyebabkan bayi Ny”I” mengalami gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi. Dari teori tersebut terdapat kesesuaian dengan kenyataan

pada bayi Ny “I” tubuhnya yang kecil dan refleks hisap yang lemah.

C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Berdasarkan tinjauan pustaka mengidentifikasi adanya masalah

potensial yaitu mengantisipasi jika kemungkinan dapat terjadi hipotermi,

infeksi, asfiksia dan ikterus apabila tidak tertangani dengan baik dan

berkualitas.

Menurut teori yang ada pada kasus BBLR dapat mengakibatkan

terjadinya hipotermi, infeksi, asfiksia dan ikterus (Winkjosastro,2002) dalam

Marmi, 2012.

Pada tahap ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan masalah

potensial yang diangkat. Dimana penulis mengidentifikasi masalah potensial

pada kasus ini adalah potensial  terjadi hipotermi dan infeksi tali pusat.

Berdasarkan teori bayi berat lahir rendah mengalami gangguan immunologik

Page 78: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

78

yang belum sempurna dan bayi prematur relatif belum sanggup membentuk

antibodi karena sistem kekebalan tubuh bayi belum matang yang bisa

mengakibatkan BBLR rentan terhadap infeksi selain itu, sedikitnya lemak tubuh

terutama lemak coklat yang terdapat dibawah kulit dan sistem pengaturan suhu

pada BBLR belum matang sehingga bisa mengakibatkan bayi mengalami

hipotermi, dalam hal ini penerapan tinjauan pustaka dan kasus yang ditemukan

dilahan menunjukkan adanya kesamaan antara teori dan praktek.

Berdasarkan tinjauan teori ada beberapa hal yang berbeda antara teori

dan kasus yang didapatkan di lahan, dimana perbedaannya yaitu :

1. Pada tinjauan teori pada bayi dengan BBLR dapat mengakibatkan

terjadinya asfiksia atau gagal bernapas secara spontan saat lahir atau

beberapa menit setelah lahir. Namun,pada kasus bayi Ny “I”tidak

mengalami asfiksia. Hal ini bisa terjadi karena dengan penatalaksanaan

yang berkualitas.

2. Pada tinjauan teori semua bayi prematur menjadi ikterus karena system

enzim hatinya belum matur. Namun pada kasus bayi Ny “I” tidak

mengalami ikterus. Hal ini bisa terjadi karena bayi diletakan dalam

inkubator atau dengan penatalaksanaan yang baik dan berkualitas.

Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny. “I” dilahan

praktek dapat diidentifikasi masalah potensial terjadinya Hipotermi dan Infeksi

dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan gizi. Dalam hal ini penerapan

tinjauan pustaka dan kasus yang ditemukan dilahan menunjukkan adanya

kesamaan antara teori dan praktek.

Page 79: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

79

D. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi

Tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan dalam penanganan

kasus BBLR adalah melakukan kolaborasi dengan dokter  Anak untuk

pemberian cairan dan obat-obatan serta kolaborasi dengan bagian laboratorium

(Manuaba, 2008). 

Berdasarkan tinjauan pustaka pada kasus bayi Ny. ”I” segera

diperbaiki keadaan umum, meletakan bayi kedalam inkubator, berkonsultasi

dan berkolaborasi dengan dokter Anak tentang pemberian cairan serta

berkolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya. Dengan demikian tidak ada

perbedaan antara tinjauan pustaka dan menejemen asuhan kebidanan pada studi

kasus dilahan praktek.

E. Rencana Asuhan

Rencana tindakan asuhan kebidanan, menurut Helen varney bahwa

rencna tindakan harus disetujui klien oleh sebab itu sebelumnya harus

didiskusikan dengan keluarga klien. Semua tindakan yang diambil harus

berdasarkan rasional yang relevan yang diakui kebenarannya serta situasi dan

kondisi tindakan harus dianalisa terlebih dahulu.

Pada kasus bayi Ny.”I” BBLR dengan gangguan pemenuhan nutrisi

tata cara tindakan yaitu beritahu keluarga tentang tindakan yang akan di

lakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, mengisap

lender, menimbang berat badan bayi, melakukan pemasangan NGT,

memberikan susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam, memberikan obat-obatan,

rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB, menganti pakaian dan popok setiap

kali basah.

Page 80: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

80

Dalam tinjauan pustaka menanganan BBLR menurut sarwono (2009)

penanganan BBLR secara umum adalah mempertahankan suhu tubuh dengan

ketat, mencegah infeksi, pengawasan nutrisi atau ASI dan penimbangan dengan

ketat.

Dari tinjauan pustaka dan rencana asuhan kebidanan yang di berikan

pada bayi Ny.”I” ditemukan kesamaan antara apa yang ada dalam teori dengan

rencana asuhan yang diberikan dilahan praktek.

F. Pelaksanaan Asuhan

Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny.”I”

pelaksanaan tindakan didasarkan atas perencanaan yang telah ditetapkan dalam

rencana asuhan kebidanan. Berdasarkan tinjauan teori penyusunan rencana

untuk klien yang mengalami BBLR adalah dengan mempertahankan suhu tubuh

dengan ketat, mencegah infeksi dengan ketat, pengawasan nutrisi atau asi dan

penimbangan dengan ketat.

Sesuai dengan masalah yang dialami bayi Ny.”I” maka penulis

merencanakan beberapa tindakan sesuai dengan diagnose yang ada. Adapun

rencana tindakan yaitu meminta persetujuan pada ibu atau keluarga untuk setiap

tindakan yang akan dilakukan, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan, mengisap lender, menimbang berat badan bayi, melakukan

pemasangan NGT, memberikan susu formula sebanyak 2 cc setiap 6 jam,

memberikan obat-obatan, rawat tali pusat bayi, memantau BAK/BAB,

menganti pakaian dan popok setiap kali basah. Dari rencana asuhan kebidanan

tersebut yang telah diberikan pada kasus ini ada kesesuaian antara teori dan

kasus yang ada.

Page 81: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

81

Pada studi kasus bayi Ny.”I” dengan BBLR secara garis besar tindakan

yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa hambatan karna

adanya kerjasama dan dukungan dari keluarga dan bidan yang menangani

langsung pasien tersebut. Dalam hal ini antara tinjauan teori rencana tindakan

pada bayi BBLR secara garis besar sama dengan kasus yang dikaji dilahan.

G. Evaluasi Asuhan Kebidanan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan

kebidanan dimana pada tahap ini dinilai adanya kemajuan dan keberhasilan

dalam mengatasi masalah yang dihadapi bayi Ny“I” dalam evaluasi yang telah

dilakukan.

Berdasarkan studi kasus bayi Ny“I” dengan BBLR tidak di temukan

hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila

dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus bayi Ny“I” secara garis

besar tidak di temukan kesenjangan.

Setelah mendapatkan asuhan selama 3 hari, dari tanggal 08 Mei 2014

sampai tanggal 10 Mei 2014 didapatkan hasil KU bayi baik, gangguan

pemenuhan nutrisi teratasi.

Page 82: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

82

BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek melalui

studi kasus tentang asuhan kebidanan bayi Ny “I” dengan BBLR di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Muna, maka dalam bab ini penulis menarik kesimpulan

dan saran-saran.

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan data subjektif dari kasus bayi Ny “I” yaitu HPHT tanggal 8-

08-2013. Bayi lahir tanggal 8 Mei 2014 data objektif yaitu berat badan

lahir 1720 gram, kulit tipis, terdapat lanugo pada dahi dan lengan. panjang

badan 48 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar perut 30 cm.

2. Didapatkan diagnosa dari hasil pengkajian terhadap Bayi Ny.”I” yaitu bayi

baru lahir, cukup bulan, bayi berat lahir rendah, gemeli dengan masalah

gangguan pemenuhan nutrisi.

3. Berdasarkan data yang ada pada studi kasus bayi Ny “I” dilahan praktek

dapat diidentifikasi masalah potensial terjadinya hipotermi dan infeksi.

4. Kolaborasi dengan Dokter Anak dalam pemberian therapy yaitu pemberian

cairan infuse D10 %, pemasangan NGT dan pemberian obat-obatan.

5. Pada bayi Ny ’’I”dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) penulis

merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah actual dan

masalah potensial yaitu cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan, jaga bayi agar tetap hangat, atur posisi bayi, isap lendir bayi,

timbang berat badan bayi, penatalaksanakan pemberian cairan perinfuse

Page 83: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

83

D10% 14 tetes/menit, pemasangan NGT, rawat tali pusat dengan kasa

steril, pemberian obat-obatan dan Mengganti pakaian/popok tiap kali

basah.

6. Pada penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny “I” mulai dari

pengkajian sampai tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan oleh

karena adanya kerja sama antara klien dan petugas kesehatan sehingga

semua tindakan dapat terlaksana dengan baik.

7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny “I” yaitu pada tanggal 8

s.d. 10 Mei 2014 maka di dapatkan hasil yaitu keadaan bayi Ny “I”

keadaan umum baik, dan tidak terjadi hiportermi dan infeksi.

8. Telah dilakukan pendokumentasian pada bayi Ny “I” dengan Bayi Berat

Lahir Rendah yang merupakan rangkaian dari manajemen kebidanan yang

dibuat dalam bentuk SOAP.

B. Saran

1. Pada tempat pelayanan  kesehatan yag melakukan perawatan bayi

diharapkan ruangan yang cukup hangat, peralatan yang tetap steril

tersedianya tempat mencuci tangan dengan meggunakan kram/ air mengalir

dan bila memungkinkan menyiapkan pakaian khusus dalam ruangan, baik

untuk petugas maupun pengunjung bayi.

2. Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan pengawasan dan

penanganan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan serta penanganan

dan pengawasan yang tepat pada bayi khususnya berat badan lahir rendah.

3. Bagi masyarakat agar memeriksakan kehamilannya secara teratur dan

berkwalitas agar bisa dipantau keadaan janinnya.

Page 84: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

84

4. Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa kebidanan) atau pembaca

disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari kasus ini sehingga apabila

terdapat kasus ini maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar

tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk.

Page 85: Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada bayi Ny. “I”dengan BBLR di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna mulai tanggal 8 s.d 10 Mei 2014

85

DAFTAR PUSTAKA

Estiwidani, Dwians, dkk. 2011. Konsep Kebidanan. Fitra Maya. Yogyakarta.

Jannah, Nurul. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Kehamilan. Yogyakarta: Andi

L ana. 2014. BBLR menurut DEPKES 2014. http :// L ana. Com/2014/8/BBLR+menurut DEPKES+2014.html, diakses tanggal 30 Maret 2015

Muslihatin, Wafi Nur. 2011. Asuhan Neonates Bayidan Balita. Fitra Maya. Yogyakarta.

Marmi, dkk. 2012. Asuhan Neonates Bayi dan Balita dan Anak Prasekolah. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Prawirorahardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi Ke Empat. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiro Rahardjo. Jakarta.

Sudarti. 2013. Asuhan Neonates Risiko Tinggi dan Kegawatan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Sukanti, Sri, dkk. 2009. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi dan Anak. Transinfo Media. Jakarta Timur.

Ulia, Musrifatur, dkk. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salenda Medika. Jakarta.

Y kristanti. 2014. BBLR menurut WHO. http :// Y kristanti. Com/2014/10/BBLR-Menurut-WHO.html, diakses tanggal 30 Maret 2015