maknasimbolikinfrastrukturtrotoar ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6306/1/full... · x...
TRANSCRIPT
i
MAKNA SIMBOLIK INFRASTRUKTUR TROTOAR
(Studi Perspektif Dakwah Pembangunan Di Kota Salatiga)
Skripsi ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
SKRIPSI
OLEH:MASAKHI DUWI WARDANI
NIM. 43010-15-0016
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
�OTTO��T TMOngLgU ظg�gلم� TMO� TϢ�nTϜg˸gϴ gϞg T˴όgϜOL �� �OTTO��T �g�
g䇆TU���nT䇆g櫕 TϢ�n� g˸˴gL TϢ�nTϜg˸gϴ �怀g晀g怀T O˴怀 �ϢO晀�ϜOLgU TϢ�˵g�O˴�g��ϜOL
(�:� :�O��怀L�)Artinya:
“Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu Bersyukur”.
(Q.S. Al Maidah:5:6)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya hingga
tugas akhir ini seleai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Achmad Rifai dan Ibu Siti Marfuah
(Maryam) yang senantiasa ikhlas membesarkan, membimbing,
mendukung dan mendoakan setiap langkahku.
2. Kakak kandung saya Fuadatun Nadhifah, suaminya Habib Ulinnuha serta
anaknya Shinta Nafisah dan M. Gibran Ulurrosyad yang selalu
mensupport kelancaran skripsi saya.
3. Teman-teman saya (Mbak Milla, Neng Nana, Yuniadel, Mbak Nur,
Maghribul, Bagoes, Indana, Andi Maftuch, Ria, Farida, Seha, Sulis, Irun)
yang selalu memberikan dukungan dan menjadi tempat diskusi setiap saat
pada pengerjaan skripsi ini.
4. Semua teman KPI 2015, KPI 2016, KKN Wonosegoro 2019, PPDU Suruh,
Yayasan Alittihad Abdulloh Fadhil Semowo, yang saya cintai, dan
5. Semua pihak yang sudah membantu kelancaran skripsi yang tidak dapat
disebut satu-persatu.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah menuntun
penulis dengan segala rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Makna Simbolik Infrastruktur Trotor (Studi
Perspektif Dakwah Pembangunan Di Kota Salatiga) ini. Tidak lupa shalawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi besar Muhammad Saw kepada
keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang menjadi suri tauladan bagi kita.
Selama penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Dakwah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi KPI IAIN Salatiga
sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah sabar membimbing penulis
hingga skripsi ini selesai.
4. Para dosen yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan
pengalaman. Serta karyawan, satpam IAIN Salatiga dan sahabat-sahabat
program studi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Salatiga angkatan 2015
yang selalu memberi dukungan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat
ix
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi
ini.Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para
pembaca pada umumnya. Aamiin
Salatiga, Agustus 2019
Penulis
x
ABSTRAK
Wardani, Masakhi Duwi. 2019. Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar (StudiPerspektif Dakwah Pembangunan Di Kota Salatiga). Skripsi. Salatiga:Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, InstitutAgama Islam (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin, M.Pd.
Kata Kunci: Infrastruktur, Makna Simbolik, Perspektif DakwahPembangunan.
Penelitian ini membahas tentang Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar(Studi Perspektif Dakwah Pembangunan Di Kota Salatiga), infrastruktur trotoaryang dibangun sejak 2017 sebagai wajah kota dengan berbagai fasilitas yangdisediakan. Pembangunan infrastruktur trotoar yang berkaitan dengan sesanti kotaSalatiga Sebagai Hati Beriman menjadikan sebuah perspektif tersendiri dalamdakwah pembangunan oleh masyarakat. Penelitian ini guna untuk menjawabpermasalahan (1) Bagaimana fungsi infrastruktur trotoar kota Salatiga, (2) maknasimbolik seperti apa yang ingin disampaikan pada pembangunan infrastrukturtrotoar kota Salatiga, (3) latar suasana seperti apa yang ingin diwujudkan dalamperspektif dakwah pembangunan di kota Salatiga
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif denganmenggunakan sumber data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data melaluimetode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan tigatahapan analisis kualitatif dan Untuk menguji keabsahan data, penelitian inimenggunakan teknik Triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) fungsi infrastruktur trotoar yaituuntuk membentuk wajah kota, mewadahi para pejalan kaki, dan membedakanantara kota Salatiga dengan kota yang lain (2) makna simbolik dari infrastrukturtrotoar secara umum yaitu untuk mendukung pembentukan wajah kota yangmerupakan salah satu visi misi kota Salatiga sebagai kota yang tertib, bersih, indah,aman, sekaligus sejahtera dan bermartabat (3) latar suasana dalam perspektifdakwah pembangunan yaitu terletak pada kenyamanan bersama, dalampembangunan infrastruktur trotoar yang berkaitan dengan sesanti kota Salatigasehingga menciptakan lingkungan yang bersih, sehat,tertib, indah dan aman danjuga merupakan bentuk toleransi dari pemerintah kepada masyarakat yangberkebutuhan khusus.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN LOGO............................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................... v
MOTTO............................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR......................................................................................... viii
ABSTRAK........................................................................................................... x
DAFTAR ISI........................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 5
E. Penegasan Istilah...................................................................................... 6
F. Kerangka Berfikir.................................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan.............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A...Tinjauan Pustaka...................................................................................... 12
B...Landasan Teori......................................................................................... 14
xii
1. Makna Simbolik.................................................................................. 14
2. Infrastruktur Trotoar............................................................................ 19
3. Perspektif Dakwah Pembangunan....................................................... 22
4. Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar Dalam Perspektif Dakwah
Pembangunan..................................................................................... 28
BAB III METODEOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan.............................................................. 32
B. Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................... 33
C. Sumber dan Jenis Data............................................................................. 34
D. Fokus Penelitian....................................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 36
F. Analisis Data ........................................................................................... 38
G. Validitas Data........................................................................................... 39
BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................ 42
1. Sejarah Kota Salatiga.......................................................................... 42
2. Visi dan Misi Pemerintah Kota Salatiga............................................. 45
3. Letak Geografis Relief Kota Salatiga.................................................. 46
4. Daftar Nama Instansi Pemerintah Kota Salatiga................................. 49
5. Logo Pemerintah Kota Salatiga........................................................... 52
6. Sesanti Pemerintah Kota Salatiga........................................................ 54
B. Hasil Penelitian........................................................................................ 55
1. Fungsi Infrastruktur Sebagai Wajah Kota Salatiga............................. 55
2. Makna Simbolik Pembangunan Infrastruktur Trotoar Kota Salatiga.. 57
xiii
3. Latar Suasana yang Ingin Diwujudkan Dalam Perspektif Dakwah
Pembangunan Pada Infrastruktur Trotoar Di Kota Salatiga................ 57
C. Pembahasan.............................................................................................. 59
1. Fungsi Infrastruktur Trotoar Kota Salatiga......................................... 59
2. Makna Simbolik Pembangunan Infrastruktur Trotoar Kota
Salatiga................................................................................................ 63
3. Latar Suasana yang Ingin Diwujudkan Dalam Perspektif Dakwah
Pembangunan Pada Infrastruktur Trotoar Di Kota Salatiga................ 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 70
B. Saran......................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Infrastruktur Kota Salatiga...........................................................
Gambar 4.1 : Peta Kota Salatiga........................................................................
Gambar 4.2 : Logo Daerah Kota Salatiga..........................................................
Gambar 4.3 : Tempat Sampah dan Jalan Khusus Difabel..................................
Gambar 4.4 : Bollard, Taman Dan Lampu Hias................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1.1 Instrumen Penelitian............................................................................................
1.2 Hasil Wawancara Penelitian...............................................................................
1.3 Dokumentasi Penelitian......................................................................................
1.4 Lembar Konsultasi Skripsi .................................................................................
1.5 Satuan Kredit Kegiatan ......................................................................
1.6 Surat Keterangan Penelitian ..............................................................
xvi
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trotoar merupakan salah satu wujud dari pembangunan infrastruktur di
kota Salatiga sekaligus memberi kesan pada pembentukan wajah kota yang baru.
Pembangunan infrastruktur trotoar sejak tahun 2017 dimulai dari titik nol sampai
sepanjang 160 meter pada awal pembangunan (Alvaido Vicky, 2017).
Gambar 1.1: Infrastruktur Trotoar Tampak Malam Hari Jl. Diponegoro(Sumber: Vicky, 2017)
Infrastruktur menjadi fasilitas fisik yang bertujuan untuk memenuhi tujuan
sosial dan ekonomi serta fungsi-fungsi pemerintahan yang akan menjadikannya
sebagai wajah, citra dan atau indentitas kota. Infrastruktur juga dibangun sebagai
sarana pembentukan wajah kota yang nantinya akan menjadi branding kota
supaya mudah dikenal dan di ingat oleh turis domestik maupun turis mancanegara.
Infrastruktur trotoar dibangun pada beberapa titik wilayah kota Salatiga
yang terletak di Jl. Diponegoro dan Jl. Fatmawati, Blotongan, kecamatan Sidorejo,
kota Salatiga. Awal mula pembangunan infrastruktur trotoar kota Salatiga
dimulai dari depan Bank BRI Salatiga sampai depan kampus UKSW (Universitas
2
Kristen Satya Wacana), kemudian batas kota Salatiga (Blotongan) dan Jl.
Hasanudin. Pembangunan infrastruktur trotoar di sekitar kampus UKSW
(Universitas Kristen Satya Wacana) merupakan kelanjutan dari pembangunan
infrastruktur trotoar yang berada di depan Bank BRI Salatiga, pada awalnya
menjadi proyek percontohan pembangunan infrastruktur sebagai upaya
pembentukan wajah kota Salatiga. Dan kemudian mendapatkan hasil yang sangat
bagus serta mendapat banyak apresiasi dari masyarakat sehingga proyek
pembangunan infrastruktur trotoar kota Salatiga dilanjutkan pada beberapa titik-
titik lain dengan konsep yang sama (Agung Hendratmiko, 2017).
Setiap sarana dan prasarana pada pembangunan, gedung, dan ligkungan
pada pembangunan setiap infrastruktur kota Salatiga, dan khususnya pada
pembangunan inftrastruktur trotoar diharapkan dapat di akses dan dimanfaatkan
oleh semua orang, mewujudkan kesamaan, kesempatan, dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan. Sehingga kota Salatiga sangat memperhatikan
aksesbilitas bagi difabel (KBBI.Pelajar.ID) sebagai salah satu sarana untuk
membuat kehidupan difabel menjadi lebih baik. Difabel yang merupakan akronim
dari different equility people atau orang yang mempunyai kemampuan yang
berbeda dibanding manusia normal pada umumnya. Untuk mewujudkan hal itu,
pemerintahan kota Salatiga pada saat acara Walikota Menyapa sekaligus
peresmian infrastruktur trotoar mengajak teman-teman dari difabel, diantaranya
tuna netra dan pemakai kursi roda untuk melakukan uji coba terhadap
pembangunan infrastruktur trotoar di sepanjang Jl. Diponegoro dan Jl. Fatmawati
kota Salatiga oleh Walikota Salatiga (Yulianto_sala3.2018).
3
Berbeda dengan pembangunan infrastruktur kota-kota lain, misalnya di
Jakarta terkenal dengan adanya Monas (Monumen Nasional) sebagai wujud dari
ikon negara serta wujud dari keseruan dari proses koordinasi dan sosialisasi
dalam institusi karena dicapai dari hasil kerja semua pihak. Sedangkan kota
Surabaya juga mempunyai patung Sura dan Buaya sebagai simbol terbesar kedua
di Indonesia sekaligus menjadi monumen bersejarah di kota Surabaya.
Kota Salatiga menjadikan pembangunan infrastruktur trotoar sebagai
percontohan wajah kota sekaligus mempercantiknya. Pada pembangunan
infrastrukur trotoar terdapat beberapa fasilitas antara lain: tempat duduk,
pembatas jalan, rambu-rambu jalan khusus difabel, lampu hias, bola-bola hias,
tempat sampah, halte, berbagai pot tanaman hias dan lain sebagainya. Pada
fasilitas yang sudah ditata dan disediakan tentunya mempunyai makna dan
peranan yang berbeda sehingga menimbulkan pesan kesan dari makna simbolik
pada pembangunan infrastruktur trotoar kota Salatiga.
Sesanti kota Salatiga sebagai Hati beriman juga ikut menjadikan wajah
kota yang tertata, lebih cantik, elok/indah, bersih, sehat, tertib dan aman. Oleh
karena itu, sesanti Hati Beriman ikut serta menciptakan latar suasana seperti apa
yang akan dicapai pada pembangunan infrastruktur trotoar sebagai wajah kota
dalam perspektif dakwah pembangunan di kota Salatiga.
B. Rumusan Masalah
4
Peneliti akan membahas mengenai beberapa pembahasan yang dapat
dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana fungsi infrastruktur trotoar kota Salatiga?
2. Makna simbolik seperti apa yang ingin disampaikan pada pembangunan
infrastruktur trotoar kota Salatiga?
3. Latar suasana seperti apa yang ingin diwujudkan dalam perspektif dakwah
pembangunan pada infrastruktur trotoar di kota Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Setelah menentukan rumusan masalah, maka dapat dijabarkan tujuan dari
penelitian ini. Berdasarkan permsalahan yang dikemukakan, maka yang menjadi
tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui fungsi infrastruktur trotoar kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui apa makna simbolik yang ingin disampaikan pada
pembangunan infrastruktur trotoar kota Salatiga.
3. Untuk mengetahui latar suasana seperti apa yang ingin diwujudkan dalam
perspektif dakwah pembangunan pada infrastruktur trotoar di kota Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan makna teoritis, berupa
pengetahuan tentang peran dan makna simbolik infrastruktur trotoar di kota
Salatiga sekaligus mengetahui latar suasana yang diwujudkan pada kota
5
Salatiga sehingga menjadikan gambaran bagi kota Salatiga yang akan
mendatang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi contoh ataupun rujukan dalam
pembentukan infrastruktur trotoar kota Salatiga yang lebih tertata, cantik,
elok/indah, bersih, rapi dibanding sebelumnya melalui latar suasana yang
dibuat kota Salatiga, sehingga menjadikannya sebagai pesan kesan yang
dapat menjadikan masyarakat lebih berkembang dan tertata dari sebelumnya.
E. Penegasan Istilah
1. Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar
Menurut Suyoto dan Sigit dalam bukunya yang berjudul Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, Simbolik berarti berlambang. Kata simbolik atau kata
berlambang adalah kata yang membandingkan suatu simbol dengan simbol
yang lain, bisa berupa lambang, tokoh, hewan ataupun benda. Simbol yang
digunakan mempunyai makna tertentu yang mewakili suatu hal yang ingin
disampaikan (Zuhri Indonesia).
Menurut Oxford Dictionaries dalam bukunya yang berjudul Proyek
Infrastruktur dan Sengketa Konstruksi Edisi Pertama mendefinisikan bahwa
infrastruktur adalah struktur fisik dan organisasi dasar misalnya, bangunan,
jalan, pasokan energi yang diperlukan sebagai kaki masyarakat dan institusi
(Mulyo & Budi, 2018:1). Kemudian infrastrukur tersebut oleh para pakar
dibagi menjadi tujuh kelompok, yaitu: transportasi seperti jalan, jalan raya
dan jembatan, pelayanan transportasi seperti bandara, pelabuhan dan terminal,
6
pengairan seperti saluran air, sistem pengairan dan bendungan, pengelolaan
limbah, bangunan, komunikasi, serta distribusi dan produksi energi seperti
listrik dan lain-lain. Perlunya sarana infrastruktur untuk mempertahankan diri
dari persaingan internasional dan mengatasi masalah kemiskinan (R.
Pamekas, 2013:15).
Peraturan Menteri pekerjaan Umum Nomor 3 tahun 2014 mendefinisikan
trotoar sebagai jalur pejalan kaki yang pada umumnya sejajar dengan sumbu
jalan yang posisinya lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan bertujuan
sebagai penjamin keselamatan pejalan kaki (Saragih, 2017).
Berdasarkan paparan di atas, peneliti akan meneliti Makna Simbolik
Infrastruktur Trotoar (Studi Perspektif Dakwah Pembangunan Di Kota
Salatiga) disepanjang trotoar Jl. Diponegoro - Jl. Fatmawati kota Salatiga.
2. Perspektif Dakwah Pembangunan
Musyawarah Kerja Nasional–I PTDI di Jakarta (1968) mendefinisikan
dakwah adalah mengajak atau menyeru untuk melakukan kebajikan,
mencegah kemungkaran, mengubah umat dari satu situasi kepada situasi lain
yang lebih baik dalam segala hal, mewujudkan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari bagi manusia, baik individu, keluarga,
kelompok/massa, serta bagi kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata
hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat manusia (Moh.
Ali Aziz, 2017:11).
Menurut Alexander (1994) dalam artikel yang dikutip Prof. H. Syamsiah
Badrudin, pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
7
mencakup seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur,
pertahanan, pendidikan, teknologi, kelembagaan dan budaya (Syamsiah
Badrudin, 2017).
Dakwah dan pembangunan merupakan dua konsep makna istilah atau
pembaharuan, maksudnya pembaharuan dalam konteks perwujudan
masyarakat yang adil dan makmur secara material dan spiritual. Jika
keduanya dipadukan menjadi satu konsep dakwah pembangunan, maka
spesifikasi maknanya pada model pendekatan dan strategi dakwah yang tepat
untuk suatu masyarakat yang sedang melaksanakan pembangunan (Zainal,
2016).
Sehingga perspektif dakwah pembangunan di kota Salatiga dapat
dikaitkan dengan sesanti kota Salatiga sebagai Hati Beriman sebagai salah
satu wujud dari keindahan infrastruktur trotoar yang dapat menjadikannya
sebagai salah satu bentuk dari wajah kota yang di impikan pada kota Salatiga.
F. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir atau kerangka penalaran logis yang digunakan dalam
penelitian Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar (Studi Perspekif Dakwah
Pembangunan Di Kota Salatiga) yang akan dijabarkan pada bagan sebagai berikut:
8
Bagan 1.1: Rancangan Kerangka Berfikir
Dengan kerangka berfikir tersebut, maka peneliti akan melakukan
penelitian mengenai Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar (Studi Perspektif
Dakwah Pembangunan Di Kota Salatiga).
Pertama, lokasi penelitian Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar yang
bertempat di wilayah kota Salatiga, maka peneliti akan mengajukan surat ijin
penelitian pada pemerintahan kota Salatiga. Kedua, dari pemerintahan kota
Salatiga, surat ijin penelitian akan diserahkan kepada pusat informan yang akan
menjadi tujuan peneliti, yaitu kepada Humas dan Protokol dan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Salatiga. Ketiga, dari semua informan nantinya akan tercipta sebuah
pesan-pesan komunikasi yang menjadi bagian dari penelusuran makna-makna
simbolik pada penelitian. Keempat, makna simbolik infrastruktur trotoar di kota
Salatiga yang menjadi fokus utama penelitian. Kelima, dari semua temuan,
peneliti akan diolah menjadi sebuah data berbentuk deskriptif kualiatif sehingga
dapat menjadi sebuah gambaran dan acuan bagi masyarakat dalam pembangunan
infrastruktur trotoar kota Salatiga.
9
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan dalam skripsi, peneliti akan menjabarkan
pokok-pokok pembahasan yang akan dibahas pada skripsi melalui sistematika
penulisan. Adapun sistematika dalam penulisan antara lain:
BAB I, Berupa Pendahuluan, pada bab ini membahas mengenai latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, kerangka berfikir, dan sistematika penulisan.
BAB II, Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori, pada bab ini membahas
mengenai tinjauan pustaka dan landasan teori yang membahas makna simbolik
infrastruktur trotoar dalam perspektif dakwah pembangunan di kota Salatiga.
BAB III, Metodologi Penelitian, pada bab ini membahas menganai jenis
penelitian dan pendekatan, waktu dan lokasi penelitian, sumber dan jenis data,
fokus penelitian, teknik pengumpulan data, dan validitas data.
BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini membahas
mengenai hasil penelitian berupa sejarah umum lokasi penelitian, hasil penelitian
berupa hasil wawancara dan pembahasan mengenai penguraian rumusan masalah.
BAB V, Penutup, membahas tentang kesimpulan dan saran.
10
BAB IITINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran dan pengamatan terhadap beberapa penelitian
yang merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu, artikel-artikel, serta buku-
buku yang membahas tentang Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar (Studi
Perspektif Dakwah Pembangunan Di Kota Salatiga), maka peneliti akan
menjadikannya sebagai rujukan dan bahan pembelajaran agar tidak
menjadikannya sebagai pengakuan dari karya orang lain. Berikut kajian penelitian
yang relevan dengan penelitian yang dijadikan sebagai rujukan peneliti:
1. Makna Simbol Tradisi Tungguk Tembakau Desa Senden Kecamatan Selo
Kabupaten Boyolali Oleh Tofik Widodo, 2019. Penelitian ini membahas
tentang makna simbol dalam tradisi tembakau yang menjadi budaya dari
nenek moyang terdahulu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna dan
unsur-unsur religius yang terdapat didalamnya serta mendeskripsikan prosesi
tradisi tungguk tembakau. Penelitian ini menggunakan model penelitian
lapangan dengan sumber primer yang digunakan melalui observasi lapangan,
informan, literatur dan dokumen yang menjadi pendukung pada analisis data
dengan menggunakan beberapa metode antara lain, metode deskripsi, metode
verstehen, dan metode interpretasi.
2. Makna Simbolik Yang Terdapat Pada Kesenian Tradisional Bokoran Dalam
Upacara Adat Mitoni Di Desa Sidanegara Kecamatan Kaligodong
Kabupaten Purbalingga Oleh Rina Nurjannah, 2013. Penelitian ini
11
membahas tentang semua makna simbolik yang terdapat pada upacara adat
mitoni, berupa gerakan, syair dan ritual pada upacara adat mitoni. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa
observasi langsung, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan uji
keabsahan data menggunakan triangulasi.
3. Studi Implementasi Program Pembangunan Infrastruktur di Desa Erecinnong
Kecamatan Botongan Kabupaten Bone Oleh Murba, 2017. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pembangunan infrastruktur
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan dua metode data,
yaitu secara primer berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dan
secara sekunder berupa kajian pustaka melalui buku, jurnal, skripsi, laporan
tahunan dan situs internet yang terkait dengan judul penelitian. Dengan hasil
penelitian bahwa implementasi pembangunan infrastruktur di desa tempat
penelitian belum memenuhi harapan masyarakat atau masih mengecewakan
(tidak optimal).
Ketiga penelitian diatas mempunyai kaitan dengan tema yang diangkat
oleh peneliti. Persamaan ketiga penelitian terdapat pada metode penelitian yang
digunakan, yaitu dengan menggunakan metode kualitatif. Perbedaan pada
penelitian pertama, membahas tentang makna simbol pada tradisi tungguk
tembakau. Penelitian kedua, membahas tentang makna simbolik yang terdapat
pada upacara adat mitoni berupa gerakan, syair dan ritual. Dan penelitian ketiga,
membahas tentang implementasi pembangunan infrastruktur di desa Erecinnong
12
kabupaten Bone. Sedangkan, tema peneliti akan membahas tentang makna
simbolik yang terdapat pada infrastruktur trotoar di kota Salatiga.
B. Landasan Teori
1. Makna Simbolik
Makna (meaning, linguistic, sense) mempunyai beberapa artian (a) maksud
pembicaraan, (b) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau
perilaku manusia atau kelompok manusia, (c) hubungan, dalam arti
kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa,
atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya, (d) cara menggunakan
lambang-lambang bahasa (Harimurti, 2008:148).
Simbol merupakan sinonim dari kata “tanda”. Kendati memiliki kekaburan
terminologi, definisinya yang sempit, yang menetapkan simbol sebagai
golongan tanda, simbol dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu simbol
sebagai tanda konvensional, simbol sebagai semacam tanda ikonik, dan simbol
sebagai tanda konotasi. Dalam dua definisi terakhir, simbol merupakan konsep
utama kajian kultural dan estetika. Jenis simbol pada bidang ini merupakan
simbol verbal, simbol grafis, dan simbol piktorial lain, seperti signet, logo,
merek, cap, bendera, lambang, emblem (gambar simbolik/gambar dengan
moto eksplanatoris), atribut (gambar emblematik, seperti timbangan justik/
sabit besar kematian), dan alegori (juga berlawanan dengan simbol) (Burhan
Bungin, 2017:12).
Menurut Budiono (2005), simbol berasal dari kata symbolos (bahasa
Yunani) yang artinya tanda yang menjelaskan suatu hal kepada seseorang.
13
Simbol memiliki beberapa macam jenis, antara lain:
a. Simbol Titik, Simbol titik berfungsi menunjukkan suatu tempat pada peta.
Sebagai contoh, simbol ibu kota negara yang dilambangkan dengan daerah
kotak berwarna merah, bentuk bulat dan ditengahnya berwarna merah
merupakan simbol ibu kota propinsi, gunung berapi ditandai dengan
segitiga berwarna merah dan gunung yang tidak aktif dilambangkan
dengan segitiga hitam.
b. Simbol Garis, Simbol garis berfungsi menunjukkan penampakan sebuah
sungai, jalan, batas daerah maupun batas negara.
c. Simbol Wilayah, Simbol wilayah berfungsi memperlihatkan berbagai jenis
penampakan, seperti rawa, hutan, sungai, dan lain-lain.
d. Simbol Aliran, Simbol aliran berfungsi memperlihatkan gerakan sebuah
barang (Mendy Aisha, jagad.id)
Simbol merupakan bagian dari komuniksi. Menurut Bernard Barelson dan
Gary A. Steiner komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,
keterampilan, dengan menggunakan simbol-simbol kata-kata, gambar, figure,
grafik, dan lain sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasa
disebut dengan komunikasi (Rustan & Nurhakki, 2017:29).
Simbolik merupakan jenis dari komunikasi nonverbal. Sedangkan
komunikasi nonverbal yaitu informasi yang disampaikan melalui ekspresi
eksternal tanpa menggunakan kata-kata terucap atau tertulis (spoken and
written word), melainkan menggunakan gerak tubuh, karakteristik penampilan,
14
karakteristik suara serta penggunaan ruang dan jarak (Rustan & Nurhakki,
2017:89).
Bentuk-bentuk dalam komunikasi non verbal antara lain yaitu:
a. Kinesics, KinesicsMerupakan teknik gerakan tubuh yang digunakan dalam
sebuah komunikasi. Gerakan tubuh merupakan perilaku nonverbal dimana
komunikasi terjadi dengan adanya gerakan tubuh seseorang atau bagian
tubuh lainnya. Contoh dari gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi
wajah dengan gerak isyarat postur atau perawakan tubuh dan sentuhan.
b. Sentuhan/haptics, Sentuhan menjadi sarana utama untuk mengekspresikan
kehangatan dan kepedulian dengan orang-orang terdekat. Diusia desawa
ini, sentuhan menjadi ekspresi kehangatan, cinta, dan keintiman.
Sedangkan haptics berbeda penggunaannya pada setiap budaya.
c. Paralanguage, Paralanguage merupakan petunjuk nonverbal yang
berfokus pada tinggi rendahnya berbicara, irama, batuk, tertawa, sengau
dan lain sebagainya .
d. Proksemics, Proksemics merupakan penggunaan ruang dan jarak dalam
suatu proses komunikasi, misalnya: status, kultur, konteks, masalah yang
dibahas, usia dan jenis kelamin, evaluasi positif dan negatif.
e. Artefak, Artefak adalah cara menampilkan tampilan diri melalui
penggunaan benda-benda dengan penampilan fisik. Misalnya busana,
asesoris, warna, dan benda-benda lain yang dapat menyampaikan pesan
tertentu. Dalam penelitian ini, artefak menjadi wujud dari simbol-simbol
yang ada pada infrastruktur trotoar kota Salatiga.
15
f. Olfatics, Olfatics merupakan komunikasi nonverbal dengan cara
menggunakan indra penciuman. Olfatics akan mencium aroma-aroma yang
ada sebagai bentuk dari komunikasi.
g. Cronemics/kronologis, Cronemics merupakan pemilihan dan penggunaan
waktu yang tepat dalam komunikasi. Penepatan waktu dalam komunikasi
dengan menetapkan waktu menyampaikan pesan tertentu lebih awal atau
terlambat, misalnya, informasi lowongan kerja, pendaftaran mahasiswa
baru, jam kerja, waktu luang dan sebagainya.
Fungsi dari komunikasi nonverbal (Rustan & Nurhakki, 2017:89-94) antara
lain:
a. Melengkapi (complementary)
b. Mengatur (regulation)
c. Menggantikan (subtitute)
d. Penekanan (emphasis)
e. Pertentangan (contradiction)
f. Menambahkan (redundant)
Berdasarkan paparan diatas, makna simbolik dalam penelitian ini adalah
mencari tahu arti dari adanya pembangunan infrastruktur trotoar di sepanjang
Jl. Diponegoro - Jl. Fatmawati kota Salatiga.
2. Infastruktur Trotoar
Infrastruktur adalah unsur penting dari kawasan permukiman karena
menunjang kegiatan fungsional kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan
(R. Pamekas, 2013:15). Infrastruktur sama dengan prasarana, yaitu segala
16
sesuatu yang menjadi penunjang utama terselenggaranya suatu proses
(Wikipedia.org). Infrastruktur menjadi modal mendasar untuk masyarakat
yang memegang peran penting dalam mendukung ekonomi, sosial-budaya,
kesatuan dan persatuan yang mengikat dan menghubungkan antar daerah yang
ada di Indonesia (DPU Kabupaten Mesuji, 2015).
Infrastruktur dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Infrastruktur keras non fisik (non physical hard infrastructure), berkaitan
dengan fungsi dan manfaat secara umum.
b. Infrastruktur lunak (soft infrastructure), disebut dengan institusionl atau
kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (etos kerja), norma, dan kualitas
pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak terkait, khususnya
pemerintahan.
c. Infrastruktur keras vs infrastruktur lunak, yang merupakan gabungan dari
kedua infratruktur diatas (Wikipedia.org).
Di daerah perkotaan yang mempunyai volume pejalan kaki yang besar dan
tinggi harus mempunyai trotoar, kecuali apabila alternatif-alternatif sistem
pengaturan yang lain telah dilakukan sebagai pengalihan pejalan kaki agar jauh
dari sisi jalan, misalnya seperti adanya jalan tol (Supriyono, 2018:54).
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1999) dalam bukunya Ambarwati
dkk yang berjudul Pejalan Kaki (Riwayat Dulu dan Kini), trotoar adalah jalur
untuk aktivitas berjalan, dengan maksud melakukan pergerakan kaki dari
tempat asal ke tempat tujuan. Trotoar bukan hanya sekedar hiasan dalam kota,
17
namun trotoar diharapkan dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan
kelancaran bagi penggunanya (Ambarwati dkk, 2018:8).
Trotoar merupakan jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu
lintas, atau bagian dari ruang jalan yang disediakan khusus bagi pejalan kaki.
Trotoar dibangun sejajar dengan jalan dan permuakannya lebih tinggi dari
perkerasan jalan (Ambarwati dkk, 2018:67).
Menurut Ambarwati, Indriastuti dan Ismu (2008) dalam buku yang berjudul
Pejalan Kaki (Riwayat Dulu dan Kini), kriteria dalam menentukan tingkat
layanan trotoar (sidewalk) sama dengan kriteria untuk menentukan tingkat
pelayanan dari walkway. Kriteria yang digunakan yaitu modul area, arus
pejalan kaki, dan kecepatan pejalan kaki (Ambarwati dkk, 2018:68). Dengan
adanya trotoar nantinya dapat meminimalkan gangguan atau hambatan
terhadap arus lalu lintas serta meningkatkan mobilitas pejalan kaki dengan
adanya kegiatan lain pada jalur tersebut.
Menurut keputusan Dirjen Bina Marga nomor 32/T/BM/1999 (Departemen
Pekerjaan Umum, 1999) pada bukunya Ambarwati dkk yang berjudul Pejalan
Kaki (Riwayat Dulu dan Kini), trotoar dapat disediakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Trotoar seharusnya dibangun pada ruang milik jalan (RUMIJA). Rumija
adalah sisi luar bahu jalan/ sisi luar jalur lalu lintas.
b. Trotoar dibuat dengan diberi lapis permukaan tertentu.
c. Trotoar sebaiknya memiliki elevasi yang lebih tinggi dari permukaan
perkerasan jalan untuk arus lalu lintas.
18
d. Trotoar sebaiknya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.
e. Trotoar dapat ditempakan di sisi dalam saluran drainase terbuka/ di atas
saluran drainase tertutup.
f. Trotoar ditempatkan berdampingan atau sejajar dengan jalur bus, dan
dibangun di depan atau dibelakang halte atau tempat pemberhentian bus
atau angkutan umum.
g. Trotoar seharusnya direncanakan pada ruas jalan dengan volume lalu lintas
lebih dari 1000 kendaraan dalam 12 jam (pukul 06.00-18.00) dan volume
pejalan kaki lebih dari 300 orang untuk 12 jam (pukul 06.00-18.00).
h. Trotoar harus mempunyai ruang bebas lebih dari 2,5 meter, kedalaman
bebas lebih dari 1 meter dari permukaan trotoar, dan kebebasan samping
lebih dari 0,3 meter.
i. Trotoar seharusnya diletakkan pada area yang memungkinkan pejalan kaki
terlindungi dari cuaca buruk, atau koridor trotoar ditanami pohon peneduh
dan disediakan tempat istirahat atau tempat duduk (Ambarwati dkk,
2018:8).
Selain permukaan trotoar harus rata, tidak naik-turun atau terputus oleh
masuk keluar bangunan, tekstur lantai kasar atau tidak licin serta dilengkapi
lantai pemandu penyandang difabel serta tempat duduk, infrastruktur trotoar
juga harus ramah untuk semua orang, termasuk anak-anak, ibu hamil, orang
lanjut usia dan difabel (Nirwono & Dhaneswara, 2018:211), sehingga
infrastruktur trotoar yang ada pada kota Salatiga diharapkan dapat diakses dan
19
dimanfaatkan oleh semua orang, mewujudkan kesamaan, kesempatan dalam
semua aspek kehidupan dan penghidupan di kota Salatiga.
3. Perspektif Dakwah Pembangunan
a. Pengertian dakwah
Menurut bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab “da’wah” (�ᦙϴOL�).
Da’wah terdiri dari tiga huruf asal, yaitu dal, ‘ain, dan wawu. Ketiga huruf
asal tersebut mempunyai ragam makna. Makna tersebut yaitu memanggil,
mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh
datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, mengisi
dan meratapi (Ahmad Warson Munawwir, 1997:406) yang dikutip dalam
buku Ilmu Dakwah Edisi Revisi oleh Ali Aziz (2017:5).
Pengertian dakwah menurut terminologi adalah seruan atau ajakan
kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi saat ini kepada situasi yang
lebih baik dan sempurna, baik pribadi maupun masyarakat (M. Quraish
Shihab).
Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed. dakwah merupakan suatu kegiatan
ajakan baik dapat berbentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya
yang dilakukan secara sadar dan berencana sebagai usaha untuk
mempengaruhi orang lain secara individu maupun kelompok sehingga
menimbulan kesadaran, sikap, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran
agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa ada unsur paksaan
pada dirinya (Samsul Munir, 2013:4).
20
Menurut Abdul Rosyad Sholeh (1977: 9-10) dalam buku Ilmu
Dakwah Edisi Revisi oleh Ali Aziz, dakwah adalah proses penyelenggaraan
suatu usaha mengajak orang untuk beriman dan menaati Allah SWT, amar
makruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat, dan nahi mungkar yang
dilakukan dengan sengaja dan sadar untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai Allah SWT (Ali Aziz,
2017:5-12).
b. Macam dan Metode Dakwah
Secara garis besar,dakwah dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
Dakwah Lisan (da’wah bi al lisan), Dakwah Tulis (da’wah bi al qalam),
dan Dakwah Tindakan (da’wah bi al hal). Dari ketiga macam dakwah
tersebut, maka metode dakwah diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Metode Ceramah, Metode ceramah/pidato merupakan metode dakwah
yang sering digunakan sekaligus sebagai alat komunikasi modern yang
tersedia. metode ceramah/pidato dibagi menjadi empat macam
berdasarkan persiapannya, yaitu:
a) Pidato improptu (pidato yang dilakukan secara spontan)
b) Pidato manuskrip (pidato yang dilakukan dengan membaca naskah
yang sudah disiapkan)
c) Pidato memoriter (pidato yang dilakukan dengan hafalan yang
sudah dipersiapkan)
d) Pidato ekstempore (pidato yan dilakukan dengan penuh persiapan)
21
2) Metode Diskusi, Metode diskusi merupakan metode dakwah yang
dilakukan dengan cara bertukar pikiran antara beberapa orang dalam
suatu tempat tertentu terdapat moderator, pemrasaran dan peserta untuk
membahas suatu masalah dakwah keagamaan sebagai pesan dakwah.
Menurut Jos Daniel Parera (1984:190) dalam buku Ilmu Dakwah Edisi
Revisi oleh Ali Aziz, metode diskusi dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a) Diskusi terbatas (konferensi, komisi, wawancara, dan brainstorming)
b) Diskusi terbuka atau umum (debat, forum, seminar, panel,
simposium, ceramah, kelompok, mimbar/ wawancara TV/ radio).
3) Metode Konseling, Metode konseling merupakan metode wawancara
yang dilakukan secara individual dan tatap muka antara konselor
(sebagai pendakwah) dan klien (sebagai mad’u) untuk memecahkan
masalah yang dihadapi klien. Metode konseling dijadikan sebagai salah
satu metode dakwah karena banyaknya masalah yang terkait dengan
keimanan dan pengalaman keagamaan yang tidak bisa di selesaikan
menggunakan metode ceramah dan metode diskusi.
4) Metode Karya Tulis, Metode karya tulis ini termasuk bagian dari
dakwah bi al qalam. Metode karya tulis merupakan metode dakwah
dengan menggunakan keterampilan tangan dalam penyampaian pesan
dakwah. keterampilan tangan yang dimaksud bukan hanya berupa
tulisan, akan tetapi bisa berupa gambar/lukisan, stiker, spanduk yang
menandung misi dakwah.
22
5) Metode Pemberdayaan Masyarakat, Metode pemberdayaan masyarakat
termasuk bagian dari dakwah bi al hal (dakwah dengan aksi nyata).
Metode pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu dakwah
dengan upaya membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi,
dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta
berupaya untuk mengembangkannya dengan dilandasi proses
kemandirian.
6) Metode Kelembagaan, Metode kelembagaan juga terasuk dalam
dakwah bi al hal. Metode ini merupakan pembentukan dan pelestarian
norma dalam organisasi sebagai instrumen dakwah. terdapat enam
unsur pada metode kelembagaan ini, yaitu:
a) Manajemen SDM Pengurus Lembaga Dakwah (Man)
b) Manajemen Keuangan Lembaga Dakwah (Money)
c) Manajemen Strategis Lembaga Dakwah (Method)
d) Manajemen Sarana Prasarana Lembaga Dakwah (Machine)
e) Manajemen Produk Lembaga Dakwah (Material)
f) Manajemen Pemasaran Lembaga Dakwah (Market)
Metode-metode dakwah akan terus mengalami perkembangan. Bisa jadi
masih banyak metode dakwah yang belum terungkap (Ali Aziz, 2017:285-
328).
c. Media Dakwah
Media dakwah merupakan alat sebagai perantara penyampaian pesan
dakwah kepada mad’u. Tidak semua media dakwah sebagai alat komunikasi.
23
Akan tetapi ada sarana lain selainnya, seperti tempat, infrastruktur, mesin,
tempat duduk, alat tulis, alat perkantoran dan sebagainya.
Media dakwah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
terwujudnya sarana tempat berupa infastruktur trotoar sebagai salah satu
wujud fisik yang dikaitkan dengan perspektif dakwah pembangunan pada
kota salatiga.
Sehingga dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa perspektif
dakwah pembangunan merupakan model pembangunan yang sesuai dengan
salah satu metode dakwah islam, yaitu dengan metode kelembagaan atau
kelompok pemerintah pada bidang dan tugas masing-masingnya.
4. Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar dalam Perspektif Dakwah
Pembangunan
Makna simbolik infrastruktur merupakan arti dari adanya pembangunan
infrastruktur. Peneliti akan mencari tahu apa saja makna-makna yang
disampaikan pada pembangunan infrastruktur trotoar di kota Salatiga.
Pembangunan yang ada pada infrastruktur trotoar termasuk dalam kategori
pesan dakwah berupa karya seni. Karya seni banyak diutarakan dengan
komunikasi nonverbal (diperlihatkan), yang mana makna-makna dari
komunikasi nonverbal dapat ditafsirkan secara terbuka oleh siapa saja sehingga
dapat dikatakan bahwa karya seni ini bersifat subyektif.
Karya seni dapat digunakan sebagai pesan dakwah dengan memperhatikan
beberapa etika, yaitu:
a. Diupayakan sedemikian rupa agar mad’u tidak salah dalam menafsirkan.
24
b. Menurut ulama yang paham tentang tekstualis (memahami ayat atau hadist
sesuai dengan teksnya), karya seni dengan objek makhluk hidup tidak
dibenarkan. Untuk menghindari kontroversi, maka berpedoman dengan
kaidah ushul fiqh “menghindari kontroversi yaitu jalan terbaik” (al khuruj
min al khilaf mustahabb), maka karya seni sebaiknya tidak melanggar
larangan tersebut. Meskipun pendapat ini bertentangan dengan pendapat
kaum kontekstualis. Menurutnya, larangan menggambar makhluk hidup
dikhawatirkan objek tersebut dijadikan sebagai objek penyembahan seperti
yang dilakukan masyarakat pra islam.
c. Karya seni tidak boleh bernuansa pornografi, menghina simbol-simbol,
melecehkan orang lain sehingga menimbulkan dampak-dampak yang
negatif, baik secara langsung maupun tidak langsung (Ali Aziz, 2017:282-
283).
Dalam pembahasan makna simbolik infrastruktur trotoar ini, peneliti akan
menggunakan teori semiotika Charles Sanders Pierce. Charles Sanders Piere
adalah seorang filsuf aliran pragmatik Amerika. Semiotika muncul di akhir
abad ke 19, dan merujuk pada diktrin formal mengenai tanda-tanda.
Berdasarkan objeknya, Charles Sanders Piere membagi tanda dalam tiga
komponen, yaitu (1) icon ( ikon), icon merupakan tanda yang berhubungan
antara penanda dan pertandanya yang besifat bersamaan bentuk alamiah. (2)
index (indeks), index merupakan tanda yang menunjukkan adanya hubungan
alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab
akibat atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. (3) symbol (simbol).
25
Symbol merupakan tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara
penanda dengan petandanya, yang dapat mengacu ke denotatum melalui
konvensi (Sobur, 2009:13). Hubungan antara simbol sebagai penanda dengan
sesuatu yang ditandakan atau petanda sifatnya konvensional yang mana
dengan konvensi masyarakat akan menafsirkan ciri hubungan antara simbol
dengan objek yang diacu sekaligus menafsirkan maknanya (Umi Aflaha,
2017:262).
Infrastruktur trotoar dapat dikaitkan dengan perspektif dakwah
pembangunan yang mengacu pada sesanti kota Salatiga sebagai Hati Beriman.
Kepanjangan dari Hati Beriman adalah seHAT (kesehatan jasmani, rohani, dan
lingkngan), terTIb (kesadaran sosial dan disiplin), BERsih (kondisi kehidupan
yang bersih secara fisik dan psikis), Indah (keindahan alam), aMAN
(keamanan lingkunggan, pemukiman, kerja dan umum) (salatiga.go.id).
Seperti yang terdapat pada hadist (Muhammad Afif, 2017:187):
(Ϣ˸�� ���� ��U�) .�T䇆�g怀TTO�L� gMO� �죨g��g���L�
Artinya : Kebersihan itu sebagian dari iman (HR. Imam Muslim).
Intisari dari hadits diatas adalah, bahwa seluruh umat islam wajib menjaga
kebersihan baik lahir maupun batin, menjaga tempat inggal dan lingkungan
agar dalam keadaan bersih dan suci baik yang bersifat lahiriyah dan batiniyah
(dapurpendidikan.com).
Berdasarkan paparan diatas, dengan adanya infrastruktur trotoar yang telah
dibangun sejak tahun 2017, dapat menjadikan sebagai salah satu bentuk wajah
kota yang elok, indah, dan tertata pada kota Salatiga sehingga menjadikan
26
contoh bagi masyarakat agar ikut serta dalam merawat segala fasilitas yang ada
pada kota Salatiga supaya tetap terjaga kebersihannya dan menciptakan
keindahan pada kota Salatiga.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
27
Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti akan menggunakan metode
yang sesuai dengan tahap pengolahan data dan subjek yang akan dibahas. Oleh karena
itu, berikut metode dan sumber data yang berkaitan dengan penelitian yaitu:
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian akan menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif
deskriptif. Menurut McMillan & Schumacher (2003) Penelitian kualitatif adalah
suatu pendekatan yang disebut dengan pendekatan investigasi karena penelitian
ini biasanya mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan juga
berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (Agustinova, 2015:10).
Deskriptif adalah laporan peneltian berupa kutipan-kutipan data (naskah
wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau
memo, dan dokumen resmi lain) sebagai gambaran penyajian sebuah laporan
(Moleong, 2002:6).
Peneliti menggunakan jenis penelitian fenomenologi untuk memberikan
makna fenomena yang dialami pada peristiwa dalam kehidupan yang terjadi pada
individu.
Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang fokus terhadap
pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia
(Moleong, 2008:14-15).
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti akan menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif melalui pendekatan fenomenologi untuk meneliti
secara langsung tentang bagaimana fungsi infrastruktur trotoar di kota Salatiga,
makna simbolik yang akan disampaikan pada infrastruktur trotoar serta latar
28
suasana seperti apa yang ingin diwujudkan dalam perspektif dakwah
pembangunan pada bagian Humas dan Protokol, Dinas Pekerjaan Umum kota
Salatiga dan sebagian masyarakat yang berada di lokasi penelitian agar
mendapatkan data-data yang lengkap dan akurat mengenai pendapat yang akan di
wawancarai tersebut tentang Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar (Studi
Perspektif Dakwah Pembangunan Di Kota Salatiga).
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dimulai dari bulan April sampai dengan penulisan laporan
penelitian ini selesai. Penelitian dilakukan pada bagian Humas dan Protokol
Pemerintah kota Salatiga Jl. Letjend Sukowati No.51 Salatiga, Dinas Pekerjaan
Umum Jl. Ahmad Yani No.14 Kota Salatiga, dan pengunjung di lokasi trotoar Jl.
Diponegoro- Jl. Fatmawati, Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Yang
mana pada bagian-bagian tersebut mengetahui dan bersangkutan pada proses
perwujudan infrastruktur trotoar kota Salatiga.
C. Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland (1984:47) sumber adalah kata-kata, dan tindakan
selebihnya ialah data tambahan seperti dokumen, dan yang lainnya (Moleong,
2002:112). Terdapat dua jenis data penelitian, yaitu:
1. Data Primer
29
Data primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti
dan berkaitan dengan variabel minat sebagai tujuan spesifik penelitian (Tungga,
Komang & Diota, :67-68).
Sumber data primer dapat diperoleh langsung dari lapangan yang dapat
memberikan informasi, gambaran keadaan, mengidentifikasi permasalahan
serta memberikan jawaban atas semua pertanyaan dalam penelitian. Data
primer dalam penelitian ini adalah bagian Humas dan Protokol, Dinas
Pekerjaan Umum kota Salatiga dan pengunjung di trotoar Jl. Diponegoro-
Jl.Fatmawati kota Salatiga.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah informasi yang dikumpulkan dari sumber yang ada.
Contoh data sekunder antara lain; buku, majalah, catatan atau dokumen
perusahaan, publikasi pemerintah, media, situs Web, internet, data sensus,
ikhtisar statistik, basis data, laporan tahunan dan sebagainya (Tungga, Komang
& Diota, 2014:68).
Peneliti mendapatkan informasi dari bagian Humas dan Protokol, Dinas
Pekerjaan Umum kota Salatiga dan pengunjung di trotoar Jl. Diponegoro-
Jl.Fatmawati kota Salatiga mengenai Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar
(Studi Perspektif Dakwah Pembangunan Di Kota Salatiga).
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar (Studi
Perspektif Dakwah Pembangunan Di Kota Salatiga). Sebagai fokus penelitian,
penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan
30
pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menggunakan pengamatan terbuka,
berhadapan langsung dengan fenomena realitas dan kedekatan emosional antara
peneliti dan informan sehingga data didapat secara mendalam dan relevan.
Penelitian ini menggunakan teori semiotika komunikasi Charles Sanders
Piere meliputi ikon, indeks, dan simbol yang dapat diterapkan sebagai teori yang
dikaji peneliti berupa landasan teori tentang Makna Simbolik Infrastruktur
Trotoar (Studi Perspektif Dakwah Pembangunan Di Kota Salatiga).
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti akan menggunakan beberapa teknik yang
dianggap releven yaitu meliputi:
1. Observasi
Observasi merupakan bagian penting dalam pengumpulan data. Yang mana
observasi merupakan mengumpulkan data langsung dari lapangan. Proses
observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang akan diteliti.
Kemudian dilanjutkan dengan pemetaan, sehingga memperoleh gambaran
umum tentang sasaran penelitian (Dr. Conny, :112).
Observasi dalam penelitian ini berfungsi untuk mencari data tentang
pendapat bagian Humas dan Protokol, Dinas Pekerjaan Umum kota Salatiga
dan pengunjung di trotoar Jl. Diponegoro- Jl. Fatmawati kota Salatiga
mengenai Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar (Studi Perspektif Dakwah
Pembangunan Di Salatiga) guna memperoleh data yang berhubungan dengan
gambaran yang relevan.
2. Wawancara
31
Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan
keterangan tentang apa yang menjadi sasaran penelitian. Menurut
Koentjaraningrat (1986:136), wawancara dibagi menjadi dua, yaitu (1)
wawancara berencana atau standardized interview dan (2) wawancara tak
berencana atau unstandardized interview. Perbedaan antara kedua jenis
wawancara tersebut terletak pada perlu tidaknya peneliti dalam menyusun
daftar pertanyaan yang akan digunakan sebagai pedoman untuk mewawancarai
informan (Burhan, 2011:100).
Wawancara disini digunakan untuk mencari data informan tentang pendapat
bagian Humas dan Protokol, Dinas Pekerjaan Umum kota Salatiga dan
pengunjung di trotoar Jl. Diponegoro- Jl.Fatmawati kota Salatiga mengenai
Makna Simbolik Infrastruktur Trotor (Studi Perspektif Dakwah Pembangunan
Di Kota Salatiga).
Pada penelitian ini didasarkan pada catatan dan dokumen-dokumen yang
digunakan untuk melengkapi sebuah data yang digunakan dalam penelitian.
Dokumen berupa foto dan hasil wawancara yang didapat dari informan
kemudian nantinya digunakan sebagai bukti bahwa penelitian terjun langsung
kepada bagian Humas dan Protokol, Dinas Pekerjaan Umum kota Salatiga dan
pengunjung di trotoar Jl.Diponegoro - Jl.Fatmawati kota Salatiga dalam
melaksanakan penelitian.
3. Dokumentasi
32
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
memperoleh informasi dari berbagai sumber tertulis atau dokumen yang ada
pada responden atau tempat dimana responden bertempat tinggal atau
melakukan kegiatan sehari-hari (Sukardi, 2010:81). Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiono, 2009:329). Sehingga
dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
berbagai buku, dokumen dan tulisan yang releven untuk menyusun penelitian
serta digunakan sebagai objek pengungkap dalam penelitian (Agustinova,
2015:39).
Dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian berupa profil, dokumen, hasil
wawancara serta foto sebagai bukti penelitian.
F. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biglen dalam Moleong (2009:248), analisis data
kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain (Agustinova, 2015:62).
Menurut Miles dan Hubermen, terdapat tiga tahap dalam teknik analisis
data kualitatif (Agustinova, 2015:64) yaitu:
1. Tahap Reduksi Data
33
Reduksi data merupakan proses pengurangan data, dalam arti yang lebih
luas adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan terhadap data yang
kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan terhadap data yang dirasa
masih kurang.
2. Tahap Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data merupakan tahapan lanjutan dari reduksi data. Penyajian
data adalah proses pengumpulan informasi yang disusun berdasar kategori atau
pengelompokan yang diperlukan. Penyajian data pada penelitian kualitatif
dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sebagainya (Agustinova, 2015:65).
3. Tahap Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)
Tahap penarikan kesimpulan menjadi tahap terakhir dalam teknik analisis
data. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah proses perumusan makna
dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat, padat
serta mudah dipahami, dilakukan dengan cara berulangkali melakukan
peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan. Khususnya berkaitan
dengan relevansi dan konsistensi terhadap judul, tujuan dan perumusan
masalah yang ada (Agustinova, 2015:68).
G. Validitas Data
Validitas data merupakan faktor terpenting dalam sebuah penelitian
karena sebelum menganalisis data terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan.
Validitas membuktikan yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan sesuai
dengan yang sebenarnya atau kejadian sesungguhnya (Nasution, 2003:105).
34
Validitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurannya (Agustinova,
2015:43).
Untuk pemeriksaan keabsahan data, maka peneliti akan menggunakan
teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data (Moleong, 2005:330). Metode triangulasi mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Metode triangulasi
diperlukan karena setiap metode pengumpulan data memiliki kelemahan dan
keunggulan tersendiri. Terdapat dua strategi pada metode triangulasi, yaitu: (1)
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data
dengan metode yang sama (Agustinova, 2015:45).
Triangulasi dengan sumber data mencari sumber data dengan
membandingkan serta mengecek kembali keabsahan data hasil dari observasi dan
wawancara. Oleh karena itu, keabsahan data dapat dicapai dengan cara sebagai
berikut:
1. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan narasumber dengan apa yang dikatakan
orang didepan umum.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
35
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pandangan dan pendapat masyarakat (rakyat biasa, orang yang berpendidikan
menengah atau tinggi, dan orang pemerintahan).
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
(Moelong, 2008:331).
Triangulasi merupakan cara terbaik dalam pengecekan keabsahan data
sehingga peneliti dapat mengecek dan membandingkannya dengan berbagai
sumber, metode dan teori sebelumnya dengan cara mengajukan berbagai macam
pertanyaan, mengecek dengan berbagai sumber data, dan memanfaatkan dari
berbagai metode untuk pengecekan keabsahan data yang dapat dilakukan.
36
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Kota Salatiga
Sejarah merupakan cikal bakal atau asal-usul yang ada setelah terjadinya
sesuatu. Konon, di Salatiga ada beberapa sumber yang menjadi dasar untuk
mengungkapkan asal-usul Salatiga, baik dari cerita rakyat, prasasti, maupun
penelitian dan kajian yang cukup detail. Akan tetapi dari beberapa sumber
tersebut, Prasasti Plumpunglah yang menjadi rujukan dasar asal-usul Kota
Salatiga, sehingga di bakukannya Hari Jadi Kota Salatiga yaitu tanggal 24 Juli
tahun 750 Masehi ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Nomor 15
Tahun 1995 Tentang Hari Jadi Kota Salatiga. Adapun uraian mengenai sejarah
Kota Salatiga yaitu sebagai berikut:
a. Prasasti Plumpugan, Prasasti Plumpunan yang berada di kelurahan
Kauman Kidul, kecamatan Sidorejo merupakan cilal bakal tonggak Hari
Jadi Salatiga. Cikal bakal Hari Jadi Salatiga tersebut tertulis dalam batu
besar berjenis andesit dengan ukuran panjang 170 cm, dan lebar 160 cm
dengan garis lingkar 5 meter. Sejak tahun 750 Masehi kota Salatiga sudah
ada, yang mana pada saat itu merupakan wilayah perdikan, perdikan
merupakan suatu daerah dalam kerajaan tertentu yang dibebaskan dari
segala kewajiban pembayaran pajak atau upeti karena memiliki
kekhususan tertentu. Sejarahwan yang sekaligus ahli Epigraf Dr. J. G. de
37
Casparis mengalihkan tulisan tersebut secara lengkap dan selanjutnya
disempurnakan oleh Prof. Dr. R. Ng Poerbatjaraka.
Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum tentang status tanah
pedikan atau swatantra bagi suatu daerah yang pada saat itu bernama
Hampra, yang saat ini bernama Salatiga. Pemberian perdikan tersebut
merupakan hal yang istimewa pada saat itu oleh seorang raja dan tidak
setiap daerah kekuasaan bisa dijadikan daerah perdikan. Dasar dari
pemberian perdikan itu diberikan kepada desa atau daerah yang benar-benar
berjasa kepada seorang raja.
Prasasti yang diperkirakan dibuat pada hari Jumat, 24 Juli 750 Masehi itu
ditulis oleh seorang citraleka yang sekarang dikenal dengan sebutan penulis
atau pujangga, dibantu oleh sejumlah pendeta atau resi dan ditulis dalam
bahasa jawa kuno: “Srir Astu Swasti Prajabyah” yang berarti “Semoga
Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian”.
Sejarahwan memperkirakan bahwa masyarakat Hampra telah berjasa
kepada Raja Bhanu yang merupakan seorang raja besar dan sangat
memperhatikan rakyatnya, yang memiliki daerah kekuasaan meliputi sekitar
Salatiga, kabupaten Semarang, Ambarawa, dan kabupaten Boyolali.
Penetapan di dalam prasasti tersebut merupakan titik tolak berdirinya
daerah Hampra secara resmi sebagai daerah perdikan dn dicatat dalam
prasasti Plumpungan. Atas dasar catatan prasasti itulah dan dikuatkan
dengan Perda No. 15 tahun 1995 maka ditetapkan Hari Jadi Salatiga jatuh
pada tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi.
38
b. Zaman Penjajahan, Pada zaman penjajahan Belanda sudah cukup jelas
batas dan status kota Salatiga, berdasarkan Staatblad 1917 No. 266 mulai 1
Juli 1917 didirikan Stood Gemente Salatiga yang daerahnya terdiri dari 8
desa. Karena dukungan faktor geografis, udara sejuk dan letaknya sangat
strategis, maka Salatiga cukup dikenal keindahan di masa penjajahan
Belanda.
c. Zaman Kemerdekaan, Kota Salatiga adalah Staat Gemente yang dibentuk
berdasarkan Staatblad 1923 No. 393 yang kemudian dicabut dengan
Undang-Undang No. 17 tahun 1995 tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kecil Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa
Barat.
Ditinjau dari segi administratif pemerintah dikaitan dengan kondisi fisik
dan fungsi Kotamadya Daerah Tingkat II, keberadaan Daerah Tingkat II
Salatiga yang memiliki luas 17,82 km dengan 75% luasnya merupakan
wilayah terbangun adalah tidak efektif. Berdasarkan kesadaran bersama dan
di dorong kebutuhan areal pembangunan demi pengembangan daerah,
muncul gagasan mengadakan pemekaran wilayah yang dirintis tahun 1983.
Kemudian terealisir tahun 1992 dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No.
69 tahun 1992 yang menetapkan luas wilayah Salatiga menjadi 5,678 ha
dengan 4 kecamatan yang terdiri dari 22 kelurahan. Berdasarkan amanat
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah,
Kotamadya Daerah Tingkat II Salaiga beubah penyebutannya menjadi Kota
Salatiga.
39
2. Visi dan Misi Pemerintah Kota Salatiga
a. Visi
Menjadikan Kota Salatiga sebagai kota yang Tertib, Bersih, Indah,
Aman, sekaligus Sejahtera, Mandiri dan Bermartabat.
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, mewujudkan SDM
(Sumber Daya Manusia) yang andal dan menjunjung tinggi nilai-nilai
budaya.
2) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan keluarga
berencana.
3) Meningkatkan ketentraman, ketertiban dan kondusifitas wilayah.
4) Meningkatkan kualitas penataan ruang dan infrastruktur perkotaan yang
berwawasan lingkungan.
5) Meningkatkan kualitas pelayanan air bersih, sanitasi, dan lingkungan
permukiman kota.
6) Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada Usaha
Menengah, Kecil dan Mikro.
7) Meningkatkan kerja sama, daya saing daerah, dan daya tarik investasi
dan memperluas akses lapangan pekerjaan.
8) Meningkatkan kesejahteraan sosial, kesetaraan gender dan perlindungan
anak.
9) Meningkakan kualitas pelayanan publik dan mewujudkan tatakelola
pemerintahan yang baik (good governance).
40
3. Letak Geografis Relief Kota Salatiga
Berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 69 Tahun 1992, luas wilayah
Kota Salatiga adalah 5,678 ha. Menurut Perda No.12/2012 Kota Salatiga
memiliki 4 kecamatan dengan 23 kelurahan, yaitu:
a. Kecamatan Tingkir:
1) Kelurahan Gendongan.
2) Kelurahan Kutowinangun Kidul.
3) Kelurahan Kutowinangun Lor.
4) Kelurahan Sidorejo Kidul.
5) Kelurahan Kalibening.
6) Kelurahan Tingkir Lor.
7) Kelurahan Tingkir Tengah.
b. Kecamatan Sidorejo:
1) Kelurahan Blotongan.
2) Kelurahan Sidorejo Lor.
3) Kelurahan Salatiga.
4) Kelurahan Bugel.
5) Kelurahan Kauman Kidul.
6) Kelurahan Pulutan.
c. Kecamatan Argomulyo:
1) Kelurahan Noborejo.
2) Kelurahan Ledok.
3) Kelurahan Tegalrejo.
41
4) Kelurahan Kumpulrejo.
5) Kelurahan Randuacir.
6) Kelurahan Cebongan.
d. Kecamatan Sidomukti:
1) Kelurahan Kecandran.
2) Kelurahan Dukuh.
3) Kelurahan Mangunsari.
4) Kelurahan Kalicacing.
Gambar 4.1: Peta Kota Salatiga(Sumber: salatigakota.go.id)
Dari jumlah keseluruhan luas wilayah Kota Salatiga, terdapat 65%
daerah bergelombang yang terletak di kelurahan Dukuh, kelurahan Ledok,
kelurahan Kutowinangun, kelurahan Salatiga, kelurahan Sidorejo Lor,
kelurahan Bugel, kelurahan Kumpulrejo dan kelurahan Kauman Kidul.
Kemudian terdapat 25% daerah miring yang terletak di kelurahan Tegalrejo,
kelurahan Mangunsari, kelurahan Sidorejo Lor, kelurahan Sidorejo Kidul,
42
kelurahan Tingkir Lor, kelurahan Pulutan, kelurahan Kecandran, kelurahan
Randuacir, kelurahan Tingkir Tengah dan kelurahan Cebongan, dan sisanya
terdapat 10% daerah datar yang terletak di kelurahan Kalicacing, kelurahan
Noborejo, kelurahan Kalibening, dan kelurahan Blotongan.
Letak dan batas wilayah Kota Salatiga yaitu:
a. Astronomi terletak antara: 110°.27’.56,81” - 110°.32’.4,64” BT 007°.17’. -
007°.17’.23 LS.
b. Morfologis: berada di daerah cekungan, kaki Gunung Merbabu diantara
gunung-gunung kecil antara lain, Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung
Rong.
c. Administrasi: dikelilingi wilayah Kabupaten Semarang.
4. Daftar Nama Instansi Pemerintah Kota Salatiga
a. Walikota
b. Wakil Walikota
c. Staf Ahli Walikota Bidang Hukum dan Pemerintahan
d. Staf Ahli Walikota Bidang Ekonomi, Pembangunan, dan Kesra
e. Staf Ahli Walikota Bidang Kemasyarakatan dan SDM
f. Sekretariat Daerah,
1) Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat
a) Bagian Pemrintahan Setda
b) Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda
c) Bagian Hukum Setda
43
2) Asisten Perekonomian dan Pembangunan
a) Bagian Pembangunan Setda
b) Bagian Perekonomian Setda
c) Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Setda
3) Asisten Administrasi Umum
a) Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda
b) Bagian Umum Setda
c) Bagian Keuangan Setda
g. Sekretariat DPRD
h. Dinas Pendidikan
i. Dinas Kepemudaan dan Olahraga
j. Dinas Kesehatan
k. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
l. Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman
m. Dinas Pertanian
n. Dinas Perdagangan
o. Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
p. Dinas Perhubungan
q. Dinas Komunikasi dan Informatika
r. Dinas Kebudayaan dan pariwisata
s. Dinas Sosial
t. Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
u. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
44
v. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
w. Dinas Pangan
x. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluaga Berencana
y. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
z. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
aa. Dinas Lingkungan Hidup
ab. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
ac. Inspektorat
ad. Satuan Polisi Pmong Praja Kota Salatiga
ae. Rumah Sakit Umum Daerah
af. Badan Keuangan Daerah
ag. Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah
ah. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah
ai. Kecamatan Sidorejo
aj. Kecamatan Tingkir
ak. Kecamatan Sidomukti
al. Kecamatan Argomulyo
5. Logo Pemerintah Kota Salatiga
Gambar 4.2: Logo Daerah Kota Salatiga(Sumber: salatigakota.go.id)
45
Berdasarkan Perda Kotamadya Salatiga Nomor 5 Tahun 1997, makna
lambang daerah dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Makna Warna dalam Lambang Daerah:
1) Putih: berarti kejujuran atau kesucian.
2) Kuning: bararti keluhuran atau keagungan atau kemuliaan atau kejayaan.
3) Hijau: berarti kemakmuran.
4) Biru: berarti kedamaian.
5) Hitam: berarti keabadian atau keteguhan.
6) Merah: berarti keberanian.
b. Makna Bentuk dan Motif yang Terkandung Dalam Lambang Daerah
1) Bentuk Perisai, melambangkan pertahanan dan ketahanan wilayah atau
daerah.
2) Lukisan dasar tanpa batas berwarna biru laut, melambangkan kesetiaan.
3) Bintang bersudut lima berwarna kuning emas yang disebut “Nur
cahaya”, melambangkan bahwa rakyat Salatigga adalah insan yang
percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepecayaan masing-masing.
4) Lukisan Sadak Kinang, melambangkan kesuburran daerah Salatiga dan
Sumber kekuatan.
5) Lukisan dua buah gunung yang berhimpit menjadi satu, melambangkan
bersatunya rakyat dengan Pemerintah Daerah, disamping
melambangkan kota Salatiga berada di daerah pegunungan yang
berhawa sejuk.
46
6) Lukisan Padi dan Kapas, melambangkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat Salatiga, sedangkan jumlah biji padi 24 buah dan
daun kelopak bunganya berjumlah 7, melambangkan tanggal dan bulan
Hari Jadi Kota Salatiga.
7) Lukisan Patung Ganesa, melambankan peranan dan fungsi Salatiga
sebagai kota pendidikan.
8) Susunan Batu Bata, melambangkan status Kota atau Kotamadya,
sedangkan 4 lekukan serta 5 kubu perlindungan melambangkan
diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia pada Tahun 1945.
9) Pita dengan tulisan “Srir Astu Swasti Prajabyah”, mempunyai makna
“Semoga Bahagia Selamatlah Rakyat Sekalian”.
10) Diatas lambang bertuliskan “SALATIGA”, menyatakan bahwa
lambang ini adalah milik Daerah Kota Salatiga.
Komposisi ukuran panjang dan lebar lambang memiliki perbandingan
4,3 banding 3,2. Dalam pasal 4 Perda tersebut, dijelaskan bahwa Lambang
Daerah Wajib dipasang di tempat-tempat kehormatan dan menjadi pusat
perhatian sebagai Panji-panji, Lencana, Cap, Kop Kertas Surat, atau Tanda
Pajak.
Dalam Pasal 5 tersurat adanya larangan mempergunakan Lambang
Daerah yang oleh Walikota Kepala Daerah dianggap merendahkan atau tidak
menghormati lambang Daerah. Sedangkan dalam Pasal 6 berisi ancaman
hukuman pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan bagi pelanggaran
ketentuan pasal 5 tersebut.
47
6. Sesanti Pemerintah Kota Salatiga
Sesanti Kota Salatiga adalah “HATI BERIMAN”, yang ditetapkan
dalam Perda Kodya Tingkat II Salatiga Nomor 10 Tahun1993 tentang
Penetapan Semboyan Kota Salatiga Hati Beriman.
Adapun kepanjangan dari sesanti Hati Beriman yaitu:
a. SEHAT: kesehatan jasmani, rohani, dan lingkungan,
b. TERTI: kesadaran sosial dan disiplin,
c. BERSIH: kondisi kehidupan yang bersih secara fisik dan psikis,
d. INDAH: keindahan alam,
e. AMAN: keamanan linkungan pemukiman, kerja, dan umum.
Sehingga keindahan alam di kaki Gunung Merbabu adalah motivasi
untuk mewujudkan sesanti kota Salatiga sebagai “Hati Beriman”.
B. Hasil Penelitian
Berikut adalah hasil dari penelitian dan observasi yang dilakukan secara
langsung dilapangan mengenai fungsi infrastruktur sebagai wajah kota Salatiga.
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan, yang sesuai dengan fokus
penelitian, penulis menemukan beragaman jawaban dari beberapa informan
tersebut antara lain:
1. Fungsi Infrastruktur Trotoar Kota Salatiga
48
Menurut bapak Afrizal Yunianto selaku kepala bidang Bina Marga Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Salatiga menanggapi masalah
diatas sebagai berikut:
“Salah satu fungsi utama trotoar itu sebenarnya untuk pejalan kaki.Selain itu juga ada tambahannya yaitu untuk membentuk wajah kota,Karenanya juga merupakan visi misi walikota untuk mendukung wajahkota. Tapi fungsi utamanya lebih untuk mewadahi pejalan kaki”.
Menurut bapak Kristri Priyantara Wibawa selaku anggota Humas dan
Protokol Setda Kota Salatiga menanggapi masalah diatas sebagai berikut:
“Fungsi infrastruktur sebagai wajah kota yaitu petama, disawang apik(dipandang bagus), disawang cakep (dipandang indah), membedakandengan yang lain kemudian masyarakat bisa menikmati itukan wajah,jenenge wajah (namanya wajah) “ooh wajahnya bagus ya”, meskipungak harus cantik, gak harus ganteng, tapi dia punya wajah yangmenarik, dia punya sesuatu yang bisa dinikmati, sesuatu yang indah,sesuatu yang sesuai dengan fungsinya (hidung ya hidung, kuping yakuping pada tempaynya) gitu ya. Tentunya yaitu wajah kota ya sepertiitu, salah satunya trotoar yang sudah kita mulai”.
Selaras dengan hasil wawancara kepada bapak Kristri Priyantara Wibawa,
Indana N.A yang menjadi pengunjung trotoar juga berpendapat sebagai berikut:
“Menurut saya ini berfungsi untuk keindahan, selain untuk keindahanjuga mempunyai makna sebagai manfaat, serta kegunaannya untukseluruh kota Salatiga. Tidak hanya untuk masyarakat kota Salatiga saja,tapi juga untuk orang yang sekedar singgah, atau untuk berwisata didaerah trotoar kota Salatiga ini. Karena bisa dijadikan spot foto selfianak muda kekinian, sebagai swa fotoselfi dan sebagainya”.
Menurut Khoirun Nasikhin yang menjadi pengunjung trotoar, menanggapi
hal diatas sebagai berikut:
“Kalau fungsinya sebagai wajah kota Salatiga cukup bisa. Kalau dinilaisih sudah B mungkin ya, sudah bagus dari pada zaman-zaman dahulu.Trotoarnya masih kuno, jelek, dan tidak lengkap. Kalau sekarang sudahbanyak kemajuan. Tapi mungkin dengan kota-kota yang lain mungkinfungsionalnya masih banyak kekurangan, dan perawatannya mungkinyang paling banyak itu. Kita bisa bangun, tapi tidak disediakan timkhusus untuk merawatnya itu mungkin perlu ada tim khusus untukperawatan, atau mungkin saya tidak tahu bahwa sebenarnya sudah adaperawatannya”.
49
2. Makna Simbolik Pembangunan Infrastruktur Trotoar Kota Salatiga
Menurut bapak Afrizal Yunianto mengenai makna simbolik pembangunan
infrastruktur trotoar kota Salatiga yaitu:
“Makna simbolik dari infrastruktur trotoar yaitu untuk mendukungwajah kota, sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunanya”.
Menurut bapak Kristri Priyantara Wibawa:
“Simbolik-simbolik itu tentunya kalau kita belajar tentang semiotika,semiotika itu adalah pertanda dan penanda, maka bisa kita temukan dariberbagai infrastruktur yang dibangun di Salatiga ini. Dari bentuklampunya, bentuk kursinya, bentuk tempat sampahnya itu tidak lepasdari penelitian, dari pandangan para ahli, dari sejarah dan tentunyapenyesuaian lingkungan sekarang. Tentunya dalam pembangunantrotoar sudah ada standarnya, standar mengukur luasnya, bentuknyaseperti apa”.
Menurut Andi Maftuch sebagai pengunjung trotoar:
“Makna simboliknya menurut saya menjadi lebih indah kotanya, dilihatoleh kalangan-kalangan luar atau masyarakat-masyarakat kota Salatigayang mana kota Salatiga itu bisa dibilang kota tidak begitu besar ataukota kecil, tetapi disisi lain juga mempunyai trotoar. Jadi bisamempunyai simbolik untuk atau kesan dari masyarakat-masyarakat luaryang berkunjung ke Salatiga yang melihat bahwasannya kota Salatiamempunyai trotoar-trotoar yang indah dan rapi”.
3. Latar Suasana Yang Ingin Diwujudkan Dalam Perspektif Dakwah
Pembangunan Pada Infrastruktur Trotoar Di Kota Salatiga
Menurut bapak Afrizal Yunianto mengenai latar suasana yang ingin
diwujudkan pada pembangunan infrastruktur trotoar adalah sebagai berikut:
“Latarnya lebih ke kenyamanan penggunanya. Dengan penataan trotoarsebagai wajah kota itu nantikan tujuannya agar wajah kota itu bagus,cantik, indah, penggunanya juga nyaman”.
Selaras dengan pendapat diatas, Robiah M.Z juga berpendat bahwa:
“Latar suasananya lebih ke kenyamanan karena ada keindahan dankerapian dari adanya lampu, kursi. Taman, dan sebagainya itusehingga orang yang duduk atau orang yang melihat trotoar bisa oh, initrotoar kota Salatiga gitu”.
Khoirun Nasikhin juga berpendapat sama dengan diatas, yaitu:
50
“Ya, yang jelas ya nyaman, trus tidak ketinggalan zaman, dan mungkinkita bisa kembali ke situasi yang sejuk, bagaimana membuat jalurtrotoar itu sejuk, sehingga pejalan kaki itu tidak malas, banyak jalankaki banyak sehat. Tapi kalau trotoarnya panas, ya gak mau jalan kaki.Mungkin nuansanya yang sejuk, gitu aja sih”.
Sedangkan mengenai perspektif dakwah pembangunan pada trotoar, bapak
Afrizal Yunianto berpendapat bahwa:
“Menurut saya, ketika itu membuat nyaman penggunanya, secara tidaklangsung membikin perasaan bahagia, perasaan senang terhadapsuasana, suasana hati itukan salah satunya seperti itu juga. Dakwahislam itu kan luas, mungkin dari sisi kami, kami membanguninfrastruktur secara tidak langsung infrastuktur yang kami buat itumewadahi kenyamanan penggunanya mungkin itu perspektif dakwahdari kami”.
Berbeda dengan pendapat bapak Kristri Priyantara bahwa:
“Sangat penting berdakwah. Ada banyak hal yang kita dapatkan daritrotoar. Pertama, misalnya dalam kata mutiara seperti kebersihansebagian dari iman kita sediakan tempat sampah, dakwah ya, yangpaling kecil ya, kita sediakan tempat sampah. Kedua, kemudianmemperhatikan mereka yang disabelitas, membangun itu juga adaestetikanya. Memperhatikan mereka yang berkebutuhan khusus (oramung gatekke wong sing iso nyawang misale), tidak hanya buat merekayang bisa berjalan dengan cepat misalnya, dia yang kursi rodapun harus,harus bisa merasakan atau menggunakan infrastruktur kota ini denganbaik, makanya tidak ditemukan lagi jeglongane duwur (portalnya tinggi)misalnya, sehingga wong bayangno wong go kursi rodo plaku dewe(orang membayangkan orang pemakai kursi roda berjalan sendirian)harus melewati portal yang tinggi kan tidak bisa, maka itudiminimalisir. Ketiga, totoar bukan hanya untuk pejalan kaki tapimereka bisa duduk disitu, dia bisa bersilaurrohim disitu, dia bisaberdiskusi disitu, dia bisa menikmati kota ini dengan nyaman, polusiudaranya masih bagus, pembangunan kesehatan masyarakatnya bagus,penyakitnya aman dan lain sebagainya itu salah satunya. Nah, disitulahkenyamanan dibentuk. Makanya pak Wali sering menyebutkanSalatiga as a loveable city and liveable city, salatiga harus menjadikota yang dicintai dan kota yang layak untuk ditinggali. Salah satuindikatornya adalah pembangunan infrastuktur”.
Menurut Ramos, sebagai pengunjung trotoar berpendapat bahwa:
“Perspektif dakwah dalam pembangunan trotoar sebagai infrastrukturkota Salatiga. Dakwah itu kan mengajak, dan disitu pembangunantrotoar sebagai infrastuktur kota Salatiga itu mengajak orang-orangmerujuk pada pemberdayaan masyarakat. Mengajak masyarakatnya
51
untuk menghormati antara sesama, menghormati antara satu denganyang lain, menghormati antara pejalan kaki dan pengendara sepeda.Kemudian disitu juga ada orang-orang bekebutuhan khusus disitu jugadihormati dengan adaannya jalan khusus bagi orang-orangberkebutuhan khusus, juga disitu pemberdayaan masyarakatnya jugamembantu masyarakat itu kalau menunggu bus atau menungguangkutan supaya tidak semprawut (ramai tidak beraturan)”.
C. Pembahasan
1. Fungsi Infrastruktur Sebagai Wajah Kota Salatiga
Terdapat beberapa fungsi infrastruktur sebagai wajah kota Salatiga
antara lain:
a) Membentuk Wajah Kota
Pembentukan wajah kota merupakan salah satu dari visi misi kota
Salatiga, yang mana visi misi tersebut ialah meningkatkan ketentraman,
ketertiban dan kondusifitas wilayah sehingga menjadikan kota Salatiga
sebagai kota yang tertib, bersih, indah, aman, sekaligus sejahtera, mandiri
dan bermartabat. Walikota Salatiga juga menekankan bahwa ada 4W yang
menjadi prioritas pembangunan kota. 4W tersebut adalah:
1) Warek, warek berarti memperhatikan dari segi ekonomika rakyatnya.
2) Waras, waras berarti memperhatikan kesehatannya. Dalam hal waras
ini Salatiga berhasil menjadi lima daerah yang mempunyai IPKM
(Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) tertinggi dari tiga puluh
indikator dan tujuh sub indikator.
3) Wasis, wasis berarti memperhatikan dalam hal pendidikan.
Pendidikannya seperti apa, pembangunan untuk pendidikannya seperti
52
apa, dan sarana prasarana pendidikannya seperti apa serta semua hal
yang berkaitan dengan pendidikannya.
4) Wajah Kota, infrastruktur merupakan suatu hal yang lekat dengan
wajah kota. Walikota dalam periode kedua kali ini sangat menekankan
pada penataan wajah kota.
Dengan adanya wajah kota secara umum sudah mencakup fungsi-fungsi
lainnya, seperti disawang apik (dipandang bagus), disawang cakep
(dipandang indah), sehingga dengan adanya infrastruktur trotoar sebagai
wajah kota pengunjung bisa menjadikannya sebagai tempat dimana ia bisa
melakukan berbagai macam hal seperti nongkrong bareng, ajang kongkow,
dan bisa menemukan spot foto keindahan yang diciptakan pada
pembentukan wajah kota.
Akan tetapi dalam pembentukan wajah kota ini terdapat beberapa
oknum manusia yang tidak bertanggung jawab dalam menjaga keutuhan
infrastruktur yang disediakan, seperti halnya pada kolam hias di trotoar Jl.
Fatmawati yang baru saja jadi, belum ada waktu seminggu, lampu beserta
seperangkat peralatan kolam hias sudah hilang diambil oleh oknum manusia
tidak bertanggung jawab tersebut. Sehingga pemerintah dan masyarakat
harus lebih mengoptimalkan pelestarian serta penjagaan terhadap fasilitas
yang disediakan agar tetap terjaga dan tetap indah.
b) Mewadahi Pejalan Kaki
53
Selain untuk membentuk wajah kota, fungsi dari infrastruktur trotoar
juga untuk mewadahi pejalan kaki. Dengan adanya infrastruktur trotoar
menjadikan para pejalan kaki lebih aman dan nyaman. Amannya, para
pejalan kaki tidak terganggu oleh para pengendara sepeda motor maupun
mobil, dulu trotoar banyak pengendara sepeda motor yang merebut hak para
pejalan kaki dengan cara melintasi trotoar sebagai cara untuk mempercepat
perjalanan saat terkena jalanan macet sehingga para pejalan kaki tidak
leluasa dan aman saat melintasi trotoar. Kemudian untuk kenyamanannya
tentunya juga nyaman, karena dengan adanya trotoar yang tertata secara
otomatis telah memberikan peluang kenyamanan kepada para pejalan kaki.
Tidak hanya berfungsi untuk para pejalan kaki yang normal saja, tetapi
dengan adanya infrastruktur para penyandang disabilitas juga mendapatkan
hak didalamnya. Untuk para penyandang disabilitas atau difabel sudah
disediakan jalan khususnya, misalkan bagi tuna netra sudah disediakan jalan
berupa lantai berwarna kuning dan bergaris, sehingga para penyandang tuna
netra tidak salah jalur pada saat berjalan. Tidak hanya itu, portal pembatas
jalan antara jalan raya dan trotoar juga dibuat seminimal mungkin, sehingga
para pengguna kursi roda ketika melintasi trotoar sendiri bisa dengan
mudah melewatinya.
c) Membedakan dengan Kota Lain
Walaupun di kota-kota lain seperti Yogyakarta, Bandung dan yang
lainnya mempunyai infrastruktur trotoar yang bagus dan indah, dan kota
Salatiga juga mempunyai infrastruktur trotoar juga, akan tetapi kota
54
Salatiga membangun infrastruktur yang berbeda dengan kota-kota lainnya.
Di kota Salatiga semua infrastruktur yang ada menggunakan tematik,
dengan artian tidak semua lokasi yang ada infrastruktur trotoarnya di
bangun dengan tema yang sama, namun antara satu tempat dengan tempat
yang lainnya berbeda. Karena peneliti hanya meneliti pada Jl. Diponegoro
dan Jl. Fatmawati saja, maka peneliti hanya mengetahui jenis tema yang ada
pada trotoar daerah tersebut. Sepanjang Jl. Diponegoro sampai Jl.
Fatmawati yaitu bernuansa Europis alasannya karena banyaknya komplek
perkantoran dan sekolah untuk orang berkulit putih, sehingga nuansa yang
ciptakan harus serasi dengan komplek wilayah didalamnya.
2. Makna Simbolik Pembangunan Infrastruktur Trotoar Kota Salatiga
Dalam setiap pembangunan pastinya ada yang namanya RTBL
(Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan), RTBL ini mengatur semua
rencana pembangunan yang akan diwujudkan, mulai dari bentuk, luas, cat,
letak, dan lain sebagainya.
Makna simbolik tentunya berkaitan dengan semiotika, semiotika adalah
pertanda dan penanda, maka pada pembangunan infrastruktur trotoar kota
salatiga dapat ditemukan fasilitas-fasilitas sekaligus makna dari adanya
fasilitas tersebut seperti dalam teori semiotika Charles, antara lain:
a) Lampu hias, berfungsi sebagai penerangan, dengan adanya lampu hias,
menambah keindahan wajah kota pada malam hari khususnya. Selain
untuk menerangi jalan, lampu hias juga untuk menerangi para pengunjung
trotoar yang sedang duduk-duduk ataupun berjalan di trotoar. Lampu hias
55
yang didesain unik dengan bahan besi tempa ini supaya tidak mudah rapuh
juga.
Gambar 4.3: Tempat Sampah,Kursi danJalan Khusus Difabel
Gambar 4.4: Bollard, Taman, dan Lampu Hias
b) Kursi, dibentuk dari kerangka besi tempa dan kayu Bengkarai yang di
desain khusus biasanya untuk taman, supaya tahan lama, tidak mudah
rapuh karena bergantinya suasana, terkadang terkena hujan dan dan panas
matahari secara bergantian. Kursi disediakan sebagai tempat duduk,
tempat kongkow, tempat silaturohim, dan lain sebagainya.
c) Tempat Sampah, adanya tempat sampah memberikan artian bahwa tidak
boleh sembarangan dalam membuang sampah, pengunjung harus selalu
menjaga kebersihan trotoar, supaya tetap indah, nyaman dipandang.
d) Garis kuning, garis kuning berfungsi untuk jalan para disabelitas. Garis
kuning ini bermakna sebagai bentuk toleransi terhadap penyandang
disabelitas.
56
e) Bola-bola, bola-bola ini bernama bollard, sedangkan fungsinya sebagai
pembatas, supaya tidak mudah diserobot oleh kendaraan bermotor, selain
itu juga, bollard juga digunakan sebagai tempat duduk. Dengan adanya
bollard ini, maka trotoar menjadi penuh, sehingga tidak adanya kendaraan
bermotor yang dibawa naik ke trotoar yang bisa jadi dapat merusak sarana-
prasarana trotoar.
f) Pembatas jalan, pembatas jalan berfungsi untuk membatasi antara area
pejalan kaki dengan pengendara sepeda motor. Maknanya, para
pengendara sepeda motor tidak boleh seenaknya naik diwilayah trotoar
dengan menggunakan sepeda motornya, melainkan harus parkir terlebih
dahulu pada area parkir yang sudah disediakan.
g) Taman, taman berfungsi sebagai bentuk pengurangan polusi terhadap
kendaraan di sekitarnya, dengan adanya taman, bermakna bahwa adanya
kesejukan pada trotoar, menjaga keindahan trotoar agar tidak terlihat
gersang.
h) Halte, berfungsi sebagai tempat menunggu angkutan kota, selain itu juga
halte bisa digunakan untuk meneduh saat musim hujan. Adanya halte
memberikan makna ketertiban dalam akses naik turunnya penumpang
angkuta, agar lalulintas jalanan tetap lancar.
Makna simbolik pembangunan infrastruktur trotoar kota Salatiga secara
umum yaitu untuk mendukung wajah kota, tidak hanya itu, pembentukan
wajah kota ini juga didasarkan pada sesanti kota Salatiga sebagai Hati Beriman,
57
yang mana hati beriman ini merupakan kepanjangan dari Sehat, Tertib, Bersih,
Indah, dan Aman.
Di kota Bandung, fasilitas infrastruktur trotoar lebih lengkap dibanding
di kota Salatiga, di kota Bandung sudah tersedia perpustakaan mini, sehingga
diharapkan infrastruktur trotoar di kota Salatiga kedepannya bisa ditambahkan
fasilitas-fasilitas yang lebih bermanfaat untuk masyarakat yang mengunjungi
trotoar. Tidak hanya sebagai ajang silaturrahim, tapi juga bisa dibuat sebagai
taman belajar bersama.
3. Latar Suasana Yang Ingin Diwujudkan Dalam Perspektif Dakwah
Pembangunan Pada Infrastruktur Trotoar Di Kota Salatiga
Latar suasana yang ingin diwujudkan pada pembangunan infrastruktur
trotoar kota Salatiga ini terletak pada kenyamanan pengunjung khususnya,
umumnya pada semua masyarakat. Dengan adanya infrastruktur trotoar
menjadikan trotoar yang tertata, tertib, bersih, indah, sehingga menimbulkan
kesejukan dan kenyamanan.
Pembangunan infratsruktur trotoar ini apabila dikaitkan dengan
mengunakan metode dakwah bi al hal maka pembangunan tersebut dapat
disesuaikan pada visi misi kota Salatiga sebagai kota yang tertib, bersih, aman
sekaligus sejahtera, mandiri dan bermartabat. Sehingga secara tidak langsung
memberikan kesadaran kepada masyarakat pengunjung khususnya dan kepada
masyarakat secara umum untuk sadar akan menjaga dan merawat lingkungan
yang sudah disediakan oleh pemerintah berupa infrastruktur trotoar di kota
58
Salatiga. seperti dalam ayat Al-Qur’an Al A’raf ayat 56 tentang kepedulian
terhadap lingkungan sebagai beriku:
�䇆O� �e˴g怀ga�U �e�ᦙg쳌 ��ᦙ�ϴT��gU �g�Oظg䔾T䖷O� gOT g˴u O䇆T�g�T� �O� �U�OO�T��櫕 g�gU
( �� : �:���ϴ��) gMϜO�O�T��怀L� gMO� �ϦTO�g� O� gΖg怀Tظg�Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan)
dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap.
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat
kebaikan” (Q.S. Al A’raf: 7:56).
Dari ayat di atas, dapat di ambil intisari bahwa setiap manusia agar
selalu menjaga kelestarian dan tidak merusak semua yang ada di muka bumi
ini, termasuk pada infrastruktur trotoar di kota Salatiga agar tetap terjaga
semua fasilitas yang disediakan sehingga tetap cantik, bersih, aman dan elok
dipandang.
Akan tetapi masih ada juga pengunjung trotoar yang menggunakan
kesempatan dengan cara kumpul bersama dengan kelompoknya dan
menciptakan suasana yang apabila orang melihatnya akan sukar terhadap
perbuatannya, seperti mabuk-mabukan di area trotoar pada malam hari,
terutama di malam-malam hari libur hingga esok hari. Tidak hanya untuk
mabuk-mabukan, ada juga yang berpacaran di celah trotoar yang lampunya
mati sehingga tidak terlihat orang yang disekitarnya.
Pada awal pembangunan infrastruktur trotoar ini banyak juga slogan-
slogan berbentuk segi empat kecil yang dikaitkan pada lampu hias yang ada di
sepanjang trotoar dengan tujuan mengingatkan pengunjung melalui slogan-
59
slogan yang dipasangnya, akan tetapi beberapa saat kemudian slogan-slogan
yang tertempel tersebut hilang dengan sendirinya. Oleh karena itu, sebaiknya
pemerintah kota Salatiga agar lebih ketat dalam mengawasi oknum-oknum,
kelompok masyarakat yang suka merusak fasilitas dan mengganggu
pemandangan dengan ulahnya tersebut. Serta pemerintah harus selalu
mengontrol fasilitas-fasilitas yang harus diganti apabila sudah masa waktu
gantinya, seperti mengganti lampu-lampu hias yang sudah mati atau yang
sudah rusak sehingga sudut-sudut trotoar pada saat malam hari indah
dipandang dengan pancaran cahaya-cahaya lampunya.
Apabila dikaitkan dengan sesanti kota Salatiga, perspektif dakwah
pembangunan pada trotoar ini memberikan banyak hal di dalamnya, dakwah
yang bisa berarti mengajak, mengajak dalam hal kebaikan, kebaikan yang
sudah menjadikan kota Salatiga yang sehat, bersih, tertib, indah, dan aman.
Seperti halnya yang pertama, tersedianya tempat sampah, berarti mengajak
masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan, kedua, memperhatikan para
orang yang berkebutuhan khusus, misalnya dengan menyediakan jalan khusus
disabelitas, menciptakan trotoar yang ramah ligkungan, menurunkan portal
pembatas antara jalan raya dan trotoar, agar pengguna kursi roda dapat
berjalan melewatinya ketika sendirian. Ketiga, trotoar bukan hanya untuk
pejalan kaki saja, melainkan bisa duduk sisitu dengan tersedianya kursi-kursi
sebagai ajang silaturrahim, ajang diskusi, serta bisa menikmati keindahan dan
kenyamanan dengan kondisi polusi udara masih bagus, dan sejuk.
60
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari makna simbolik infrastruktur trotoar kota Salatiga dalam
perspektif dakwah pembangunan di kota Salatiga yang menjadi pokok penelitian
sebagai mana sudah dirumuskan dalam rumusan masalah mengenai fungsi,
makna simbolik dan perspektif dakwah pembangunan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Fungsi infrastruktur sebagai wajah kota Salatiga yaitu pertama, membentuk
wajah kota. Kedua, mewadahi pejalan kaki, untuk pejalan kaki yang normal
dan untuk para penyandang disabelitas. Ketiga, membedakan dengan kota
lain, dengan menggunakan gaya tematik yang berbeda-beda antara trotoar
satu dengan yang lainnya.
2. Makna simbolik pembangunan infrastruktur trotoar kota Salatiga secara
umum untuk mendukung pembentukan wajah kota Salatiga yang merupakan
salah satu visi misi kota Salatiga sebagai kota yang tertib, bersih, indah, aman,
sekaligus sejahtera dan bermartabat.
3. Latar suasana yang ingin diwujudkan dalam perspektif dakwah pembangunan
pada trotoar sebagai wajah kota Salatiga terletak pada kenyamanan
pengunjung trotoar pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang
melintasi trotoar. Perspektif dakwah pembangunan pada trotoar merupakan
cerminan dari sesanti kota Salatiga sebagai Hati beriman, sehingga
menciptakan infrastruktur trotoar dengan berbagai fasilitas yang disediakan.
61
misalnya adanya tempat sampah, membuat masyarakat akan sadar akan
menjaga lingkungan agar tetap bersih. Kemudian adanya jalan khusus
disabilitas merupakan wujud dari bentuk toleransi kepada manusia yang
memang beda dari manusia normal biasanya.
B. Saran
Berdasarkan penelitian mengenai Makna Simbolik Infrastruktur Trotoar
(Studi Perspektif Dakwah Pembangunan Di Kota Salatiga), maka peneliti dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Peneliti berharap kepada para dinas terkait pembangunan trotoar agar selalu
memperhatikan, mengawasi, dan menjaga infrastruktur trotoar supaya tetap
terjaga keindahan didalamnya.
2. Bagi pengunjung trotoar khususnya, dan bagi masyarakat pada umumnya
agar menjadikan trotoar sebagai media dalam dakwah pembangunan di kota
Salatiga.
3. Peneliti berharap untuk waktu selanjutnya banyak peneliti-peneliti lain yang
akan meneliti mengenai Makna Simbolik Infrastruktur kota Salatiga
dikarenakan masih sedikitnya penelitian mengenai makna simbolik
inftrastruktur trotoar kota Salatiga ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aisha, Mendy. Pengertian Simbol: Macam Jenis, Fungsi dan Contoh.Diambil dari http://jagad.id/pengertian-simbol-macam-jenis-fungsi-dan-contoh/ diakses secara Online pada 18 juli 2019 jam 13:15 WIB.
Aflaha, Umi. 2017. Kaos Hadis Sebagai Media Dakwah dan KomunikasiAlternatif. INJECT: Interdisciplinary Jurnal of CommunicationVolume 2. No. 2.
Agutinova, Danu Eko. 2015. Memahami Metode Penelitian Kualitatif Teori& Praktik. Yogyakarta: Calpulis.
Ambarwati, Lasmini, Amelia Kusuma Indriastuti, dan Nindya Sari. 2018.Pejalan Kaki (Riwayatmu Dulu dan Kini). Malang: UB Press.
Aziz , Moh. Ali. 2017. Ilmu Dakwah Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
Badrudin , Syamsiah. 2017. Pengertian Pembangunan. Diambil darihttp://bulelengkap.go.id/detail/artikel/pengertian-pembangunan-menurut-profdrsyamsiah-badrudinmsi-20 diakses secara Online padatanggal 17 juli 2019 jam 19:30 WIB.
Bakir, R. Suyoto, Sigit Suryanto. 2006. Edisi Terbaru Kamus LengkapBahasa Indonesia. Batam: Karisma Publishing Group. Hal.547.
Bungin, Burhan (Ed.). 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif AktualisasiMetodologi ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bungin, Burhan. 2017. Komunikasi Pariwisata (Tourisma Communication):Pemasaran dan Brand Destinasi Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
Danim, Sudarwan . 2003. Riset Keperawatan Sejarah & Metodologi.Jakarta: EGC.
Deb. 2017. Pembangunan Trotoar di Salatiga Dilanjutkan Tahun Depan.Jateng Pos.co.id. Diambil dari http://jatengpos.co.id/pembangunan-trotoar-di-salatiga-dilanjutkan-tahun-depat/ diakses secara Online 17juli 2019 jam 01:55 WIB.
Hamidi. 2010. Teori Komunikasi Dan Strategi Dakwah. Malang: UMM.
Joga, Nirwono, Dhaneswara Nirwana Indrajoga. 2018. MembangunPeradaban Kota. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kementrian Agama RI. 2014. Mushaf At-Taujih Edisi Terjemah Tajwid.Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Kidalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
Muhammad, Afif. 2017. 40 Hadis Untuk Anak-anak. Bandung: PenerbitMarja.
Mulyo, Sulistijo Sidarto, Budi Santoso. 2018. Proyek Infrastruktur &Sengketa Konstruksi Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.
Munir, Samsul Munir. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pamekas, R. 2013. Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur KawasanPemukiman. Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Rustan, Ahmad Sultra, Nurhakki Hakki. 2017. Pengantar Ilmu Komunikasi.Yokyakarta: Deepublish.
Saragih, Febri Ardani. 2017. Pahami Definisi Trotoar, Hak Pejalan Kaki.Kompasiana.com. Diambil darihttp://sains.kompas.com/read/2017/05/29/100210730/pahami.definisi.trotoar.hak.pejalan.kaki diases secara online pada tanggal 3 juli 2019jam 09.15 WIB.
Smiawan,Conny R.Metode Penelitian Komunkasi. Jakarta:Grasindo.
Supriyono. 2018. Keselamatan Lalu Lintas. Malang: Polinema Press.
Tungga, Ananta Wikrama A., Komang Adi Kurniawan Saputra, dan DiotaPrameswari Vijaya. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Vicky, Alviado. 2017. Wajah Baru Salatiga. Diambil darihttp://scientiarum.com/2017/01/13/wajah-baru-salatiga/ secara Onlinepada 26 Agustus 2019 jam 10.11 WIB.
Yulianto_sala3. 2018. Salatiga Telah Merubah Wajah Kota. Diambil darihttps://www.instagram.com/p/Be2erONB0Xe/?r=wa1
Zainal, 2016. Makalah Ilmu Dakwah Pembangunan. Diambil darihttp://zainalson.blogspot.com/2016/10/makalah-ilmu-dakwah-pembanguan.html?m=1 diakses secara Online 17 juli 2019 jam 20:11WIB.
..........Infrastruktur. Wikipedia. Diambil darihttp://id.m.wikipedia.org/wiki/Infrastruktur diakses secara online padatanggal 8 juni 2018 jam 11:47 WIB.
..........http://m.merdeka.com/bandung/halo-bandung/pemkot-bandung-hadirkan-100-street-library-tuk-tingkatkan-minat-baca-warga-bandung-180903i.html diakses secara Online pada 20 september 2019jam 09.00 WIB.
..........Sesanti Kota. Diambil dari http://salatiga.go.id/tentang-salatiga/sesanti-kota/ diakses secara Online pada 23 juli 2019 jam01.40 WIB.
.......... Hadits Tentang Kebersihan Sebagian dari Iman. Diambildarihttp://www.dapurpendidikan.com/hadits-tentang-kebersihan-sebagian-dari-iman/amp. diakses secara Online pada 23 juli 2019 jam02.10 WIB.
.......... Memaknai Kata Simbolik atau Kata Berlambang. Zuhri IndonesiaDiambil dari http://zuhriindonesia.blogspot.com/2018/01/memaknai-kata-simbolik-atau-kata.html. diakses secara Online pada 17 Juli 2019jam 04:15 WIB.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.1Instrumen Penelitian
DAFTARWAWANCARANama :Tempat, Tanggal Lahir :Alamat :Pekerjaan :Tanggal Wawancara :Lokasi Wawancara :
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang infrastrukur kota Salatiga?
2. Apakah benar infrastruktur trotoar dibuat sebagai wajah kota Salatiga?
3. Bagaimana fungsi infrastruktur trotoar sebagai wajah kota Salatiga?
4. Dalam pembangunan infrastruktur trotoar, ada berapa fasilitas yang
disediakan didalamnya?
5. Apakah fasilitas tersebut ada kaitannya dengan sesanti kota Salatiga
sebagai “Hati Beriman”?
6. Apa makna simbolik dari adanya fasilitas tersebut?
7. Dari pembangunan infrastruktur trotoar tersebut, latar suasana seperti apa
yang ingin diwujudkan?
8. Bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur trotoar kota Salatiga
terhadap masyarakat?
9. Bagaimana pembangunan infrastruktur trotoar dalam perspektif dakwah
menurut bapak/ibu?
1.2 Hasil Wawancara
WAWANCARA 1Nama : Afrizal Yunianto, ST., M.Si.Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 19 Juni 1987Alamat : Jl. A. Yani No.14 SalatigaPekerjaan : PNSTanggal Wawancara : 6 Agustus 2019Lokasi Wawancara : DPUPR (Bina Marga)Jawaban
1. Ya, saya mengetahui infrastuktur terutama dibidang bina marga, bidang
bina marga ini membawahi infrastuktur jalan trotoar dan jembatan.
2. Betul.
3. Salah satu fungsi utama trotoar itu sebenanya untuk pejalan kaki. Selain
itu juga ada tambahannya yaitu untuk membentuk wajah kota, Karenanya
juga merupakan visi misi walikota untuk mendukung wajah kota. Tapi
fungsi utamanya lebih untuk mewadahi pejalan kaki.
4. Fasilitas yang disediakan salah satunya untuk pejalan kaki itu sendiri,
pejalan kaki itu sendiri tidak hanya mewadahi untuk orang yang normal
saja, akan tetapi juga untuk diffabel juga ada. Tempat duduk, dan fasilitas
kebersihan.
5. Ya, Hati Beriman itu kan logonya kota Salatiga, nah dalam hal ini
mendukung salah satu dari visi misi walikota juga. Walikota itukan
merupakan kepala daerah yang tentunya mendukung sesanti Salatiga
sebagai Hati Beriman.
6. Makna simbolik dari infrastruktur trotoar yaitu untuk mendukung wajah
kota, sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunanya.
7. Latarnya lebih ke kenyamanan penggunanya. Dengan penataan trotoar
sebagai wajah kota itu nantikan tujuannya agar wajah kota itu bagus,
cantik, indah, penggunanya juga nyaman.
8. Masyarakat lebih nyaman dengan adanya trotoar yang tertata.
9. Menurut saya, ketika itu membuat nyaman penggunanya, secara tidak
langsung membikin perasaan bahagia, perasaan senang terhadap suasana,
suasana hati itukan salah satunya seperti itu juga. Dakwah islam itu kan
luas, mungkin dari sisi kami, kami membangun infrastruktur secara tidak
langsung infrastuktur yang kami buat itu mewadahi kenyamanan
penggunanya mungkin itu perspektif dakwah dari kami.
WAWANCARA 2Nama : Kristi PriyantaraTempat, Tanggal Lahir : Salatiga, 3 April 1986Alamat : Jl.Tegal Rejo Permai Gang 2 No.131 SalatigaPekerjaan : PNSTanggal Wawanara : 6 Agustus 2019Lokasi Wawancara : Ruang Tamu Humas dan Protokol SalatigaJawaban
1. Ya kalau kita berbicara tentang infrastruktur berarti kita berbicara tentang
pembangunan fisik ya, karena pembangunan Salatiga itukan ada
pembangunan fisik ada pembangunan non fisik. Infrastrukur itu tentunya
yang lebih tau dinas, disini ada yan namanya dinas pekejaan umum dan
penataan ruang kota Salatiga atau biasa disebut dengan DPUPR. Tapi
intinya kalau dari sisi kehumasan tentunya pak Wali sudah menekanan ada
empat W (4W), yaitu 4W yang menjadi prioritas pembangunan kota. Satu
adalah Warek, Waras, Wasis. Jadi dari segi ekonomika rakyatnya
dibangun, warek berarti beliau memperhatikan hal itu, kemudian Waras,
beliau memprioritaskan yang kedua adalah Waras, beliau memperhatikan
banget masalah waras (masalah kesehatan), makannya gak salah kalau
Salatiga berhasil menjadi lima daerah yang mempunyai IPKM tertinggi.
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat tertinggi. Satu dua tiga empat
dari Bali dan nomor lima dari Salatiga IPKMnya tertinggi. IPKMnya ada
30 indikator dan tujuh sub indikatornya itu dari warasnya. Kalau Wasisnya
pendidikan, beliau memperhatikan dari sisi pendidikannya juga,
pendidikannya seperti apa, pembangunan untuk pendidikannya seperti apa,
sarana prasarananya seperti apa itu kaitannya dengan pendidikan. Nah,
yang keempat ini yang lekat dengan infrastruktur adalah pembangunan
wajah kota. Itu tentunya sangat penting. Kalau kita berbicara dengan
infrastruktur berkaitan dengan wajah kota, karena bisa dinikmati. Trotoar
misalnya, masyarakat bisa berjalan dengan nyaman, masyarakat bisa
menggunakan trotoar itu bahkan bukan hanya untuk berjalan-jalan, tapi
juga mereka bisa discus (diskusi), mereka bisa bersilaturrohim dan mereka
bisa berdiskusi banyak hal di trotoar itu. Mereka nyaman, asalkan tentunya
berjalan sesuai dengan fungsinya. Dan banyak lagi, taman kota itu adalah
pembangunan infrastruktur yang menarik, nanti kita sedang membangun
lapangan Pancasila sebagai sebuah sarana untuk mereka berolahraga
Kridanggo dan sebagainya. Memang pak Wali di periode kali ini,
diperiode yang kedua beliau lebih menekankan hal itu, W yang keempat
yaitu penataan Wajah Kota.
2. Iya, jadi gini kalau berbicara tentang wajah kota. Dulu memang ada
percontohannya. Dulu kita buat namanya trotoar percontohan itu dari
bundaran tugu jam itu sampai ke pertigaan Jl. Diponegoro itu adalah
percontohan pertama, kita membbuat percontohan dengan menggunakan
berbagai inovasi berkaitan dengan trotoar, misalnya kabel-kabel dibawah
sudah mulai ada tempatnya sehingga tidak beruluran diatas misalnya
seperti itu adalah contoh-contohnya. Untuk percontohan trotoarnya.
tentunya menjadi wajah kota kalau ini dilanjutkan disemua tempat
utamanya jalan-jalan Protokol, makanya kita harus melihat semua dari
batas kota Blotongan, batas kota Salatiga arah semarang sampai kepusat
kota sudah memiliki trotoar yang bagus. Tentunya salah satu indikator
pembangunan wajah kotanya adalah trotoar, itu yang kita mulai pertama
sehingga mugkin gaunnya contohnya wajah kota percontohannya adalah
trotoar itu salah satunya. Tapi dilain segi kita membangun banyak selain
trotoar itu. Berarti salah satu wajah kota Salatiga adala trotoar.
3. Fungsi infrastruktur sebagai wajah kota yaitu petama, disawang apik
(pandang bagus), disawang cakep (dipandang indah), membedakan dengan
yang lain kemudian masyarakat bisa menikmati. Itukan wajah, jenenge
wajah (namanya wajah) “ooh wajahnya bagus ya”, meskipun gak harus
cantik, gak harus ganteng, tapi dia punya wajah yang menarik, dia punya
sesuatu yang bisa dinikmati, sesuatu yang indah, sesuatu yang sesuai
dengan fungsinya (hidung ya hidung, kuping ya kuping pada tempatnya)
gitu ya. Tentunya itu yaitu wajah kota ya seperti itu, salah satunya trotoar
yang sudah kita mulai.
4. Satu tentunnya trotoar berfungsi untuk pejalan kaki ya, tentunya
disediakan untuk mereka yang melalui trotoar itu untuk pejalan kaki
tentunya disediakan yang bagus, kemudian fasilitas yang kedua bukan
hanya untuk mereka yang normal ya, tapi juga untuk yang berkebutuhan
khusus kita sediakan ada jalur khusus difabel namanya, yang kuning itu
untuk mereka yang buta sehingga dia ada, memang membedakan ya, itu
sudah sesuai standart yang ditetapkan oleh pemerintah. Kemudian taman,
fungsi taman, jadi ada pohon-pohon yang ada disana, yang meneduhi,
kemudian memperindah, mempercantik. Trus fungsi penerangan, lampu-
lampunya juga bagus, dan penerangan ini bukan hanya untuk sekedar
menerangi, tapi juga diperhatikan dari segi estetikanya, keindahannya
seperti apa. Maka teman-teman bisa melihat lampu yang berwarna-warni,
bentuknya berbeda dan lain sebagainya itu adalah beberapa fasilitas dan
fungsi yang ditekankan disana. Fungsi trotoar sebagai tempat untuk
berteduh atau menunggu angkutan misalnya, maka kita sediakan kursi-
kursi yang ada disana. Fasilitas tempat sampah ada dan lain sebagainya
yang memang disediakan pemerintah. Jadi coba kalau mbak Masakhi
jalan-jalan maka apa saja yang ditemukan disana yaitulah selain hanya
sebagai trotoar pejalan kaki tapi juga ada fungsi-fungsi lainnya kita
lengkapi disana.
5. Sesanti kota Salatiga itu menjadi dasar utama ya, Sehat Tertib Bersih
Indah dan Aman. Tentunya itu menjadi dasar utama yang menjadi nafas
semua pembangunan kota. Kemudian yang kedua apakah
pembangunannya tentunya memperhatikan hal itu, dari berbagai faktor
tentunya dijadikan satu dan kita ramu sedemikian rupa dengan keadaan,
mungkin dengan luas jalan misalnya dan lain sebagainya tentunya kita
sesuaikan dengan hal itu. Itu menjadi sebuah sesanti yang harus
diwujudkan oleh semuanya, bukan hanya pembangunan infrastruktur.
Yang paling utama adalah pembangunan non fisiknya.
6. Makna simbolik, tentunya kita punya RTBL (Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan). Makna simbolik tentunya “apasih yang pengen dibuat?” gitu
ya, ooh kalau mbak Masakhi melihat misalnya ada lampu berbentuk
seperti ini, tentunya pengen menekankan misalnya jalan Diponegoro, itu
dulu kita sebut sebagai namanya Tuntang Skuik kalau jaman dulu, itu
adalah jalan, dimana dulu menjadi pusat di Eropis itu ya jalan Diponegoro
dari tugu jam sampai ke UKSW itu ya. Dulu namanya Tuntang Skuik dan
disitu namanya Europis. Jadi disitu adalah kompleks perkantoran dan
sekolah untuk orang berkulit putih. Tentunya pembangunan infrastruktur
juga menyesuaikan dengan tematik-tematik jalan itu, tematik-tematik
lingkunan itu. Untuk di jalan Diponegoro misalnya kita bisa melihat
mungkin ada bangunan bentuk-bentuk lampu yang bernuansa kuno gitu ya,
karena pengen membangun lagi gitu ya, bahwa disitu memang
menyesuaikan dengan bangunan-bangunan disekitarnya, sampai catnya
pun. RTBL itu mengatur banyak hal, sampai catnya, bentuk lampunya,
bentuk trotoarnya, pilihan untuk kramiknya, pilihan untuk kursinya,
pilihan untuk tempat sampahnya semua itu memperhatikan hal itu, dari
faktor-faktor itu ada namanya RTBL tadi, ya itu yang membedakan. Dan
kita kedepan akan membuat yang namanya tematik. Jadi pembangunan
jalan-jalan itu tematik, misalnya jalan Diponegoro temanya Kolonialisme,
jalan Jendral Sudirman sama Kolonialisme, nanti masuk ke jalan Letjend
Sukowati beda lagi bernuansa China misalnya Pecinan karena memang
dulu sejarahnya disitu adalah kompleks-kompleks untuk China. Makanya
kita temukan ada klenteng dan sebagainya, itu nanti akan membedakan hal
itu. Simbolik-simbolik itu tentunya kalau kita belajar tentang semiotika,
semiotika itu adalah pertanda dan penanda, maka bisa kita temukan dari
berbagai infrastruktur yang dibangun di Salatiga ini. Dari bentuk
lampunya, bentuk kursinya, bentuk tempat sampahnya itu tidak lepas dari
penelitian, dari pandangan para ahli, dari sejarah dan tentunya penyesuaian
lingkungan sekarang, itu tentunya sangat penting dan membedakan kota
Salatiga dengan kota yang lain, dan itu sangat penting untuk menekankan
sebuah kota. Kalau berjalan ke Ponorogo misalnya, disana ditemukan
banyak sekali patung-patung reog, maka itu memang ciri khasnya seperti
itu. Ciri khasnya saat mendengar kata Ponorogo maka langsung teringat
tentang reog Ponorogo misalnya. Nah, Salatiga juga sama, Salatiga dikenal
dengan Dea Schoonnste Staad Van Midden Java (Kota Terindah di Jawa
Tengah). Salaiga masih banyak bangunan-bangunan cagar budaya yang
bernuansa kolonialisme, bernuansa Eropa misalnya. Tentunya
pembangunannya juga menyesuaikan, kan wagu to, mosok bangunane
koyo ngene lampune bedo kan warnane kudu podho (kan tidak serasi,
masak bangunannya seperti ini, lampunya beda, warnanya harus sama)
diperhatikan dari itu juga, harus sinkron. Tentunya dalam pembangunan
trotoar sudah ada standarnya, standar mengukur luasnya, bentuknya seperti
apa, tadi saya katakan ada jalur untuk difabel misalnya disabilitas itu juga
penting. Itu ada aturan-aturan yang kita harus taati. Kalau yang
membedakan dengan trotoar dikota lain itu mungkin hampir sama, tapi
yang membedakan adalah nanti tematiknya itu. Ya syukur semakin luar
biasa kalau kita hanya bisa menemukan itu di Salatiga misalnya. Tentunya
itu menjadi tantangan bagi kita. Kalau dibandung misalnya kita melihat
dibandung itu sudah ada tempat untuk ngecharger misalnya, bahkan ada
pepustakaannya, ada buku-buku yang bisa dibaca ditrotoar itu. Itu nanti
kita kedepan akan mengembangkan hal itu, mengembangkan hal itu
semakin luar biasa. Ada peta-peta yang bisa digunakan pada saat dia
berjalan, dia bisa melihat peta restaurant, peta hotel, peta kuliner bisa
ditemukan disitu. Artinya rotoar itu selain berfungsi ebagai tempat fungsi
untuk pejalan kaki juga ada banyak informasi yang bisa didapatkan disana.
7. Latar suasananya menyesuaikan RTBL (Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan) nya. RTBL itu kan bentuknya Perda, sehingga ada peraturan
yang memang harus menyesuaikan itu. Misalnya kalau jalan-jalan ke kota
Gede, di kota Gede itu RTBL sangat mengatur, catnya harus seperti apa
warnanya, bentuk bangnannya seperti apa, itu diatur sama pemerintah
karena dia tematik itu tadi, membedakan dengan yang lain. Yang bisa
membedakan dengan yang lain tadi kan tema itu tadi. Sehingga orang-
oang benar-benar menemukan rasanya gitu. Menemukan rasanya yang
dimaksud itu kaya apa sih gitu. Dari infrastruktur pembangunan itu bisa
ditemkan rasanya. Rasa Salatiganya.
8. Masyarakat sangat mendukung, saat kita membangun trotoar itu.
Contohnya di Blotongan (Jl. Fatmawati) misalnya, itu diskusi sampai
sekitar sepuluh kali pertemuan dengan masyarakat, karena kan banyak
yang harus dikobankan dari masyarakat. Di Blotongan (Jl. Fatmawati)
misalnya dulu pager rumahnya panjang-panjang sampai tepi jalan, padahal
dengan adanya pembangunan trotoar yang lebar kalau kita temukan di
Blotongan (Jl. Fatmawati) itu, dia harus mengundurkan, karena memang
harus menyesuaikan ketentuan RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah)
nya itu dimundurkan dan mereka mau mengikhlaskan, dan memang
menyesuaikan dengan keputusan pemerintah, kedua, masyarakat banyak
memanfaatkannya.
9. Sangat penting berdakwah. Ada banyak hal yang kita dapatkan dari trotoar.
Pertama, misalnya dalam kata mutiara seperti kebersihan sebagian dari
iman kita sediakan tempat sampah, dakwah ya, yang paling kecil ya, kita
sediakan tempat sampah. Bahkan menarik juga, saya penah berjalan-jalan
disuatu tempat, disana tidak ada tempat sampah, tapi tidak ada sampah
disana, sehingga dipaksa untuk dia menjaga sendiri. Jadi saat dia
membuka permen dia akan menyimpannya dikantong itu sampai dia
menemukan tempat sampah. Bisa juga seperti iu. Mungkin kedepan kita
akan saat ada kesadaan-kesadaran masyarakat yang mulai tumbuh iu
seperti itu. Tapi Salatiga kan selama ini masih kita temukan tempat-tempat
sampah banyak. Tentunya itu sebagai salah satu cara untuk melaksanakan
kebersihan sebagian dari iman. Kedua, kemudian memperhatikan mereka
yang disabelitas, membangun itu juga ada estetikanya. Memperhatikan
mereka yang berkebutuhan khusus (ora mung gatekke wong sing iso
nyawang misale), tidak hanya buat mereka yang bisa berjalan dengan
cepat misalnya, dia yang kursi rodapun harus, harus bisa merasakan atau
menggunakan infrastruktur kota ini dengan baik, makanya tidak ditemukan
lagi jeglongane duwur (portalnya tinggi) misalnya, sehingga dia wong
bayangno wong go kursi rodo plaku dewe (orang membayangkan orang
pemakai kursi roda berjalan sendirian) harus melewati portal yang tinggi
kan tidak bisa, maka itu diminimalisir. Tentunya itu sebagai perspektif
dakwah sangat masuk. Ketiga, tentunya kita harus punya ciri khas ya,
punya ciri khas bisa ditemukan dari trotoar itu. Ciri khasnya apa sih yang
pengen dibentuk?. Fungsi-fungsi yang lain misalnya tadi dikatakan di
Bandung sudah ada perpustakaan di trotoarnya, kedepan Salatiga akan
juga menggunakan seperti itu. Fungsi yang kedua, totoar bukan hanya
untuk pejalan kaki tapi mereka bisa duduk disitu, dia bisa bersilaurrohim
disitu, dia bisa berdiskusi disitu, dia bisa menikmati kota ini dengan
nyaman, dia bisa, tadi saya katakan IPKM Salatiga tertinggi ya, berarti kan
indikatornya banyak tuh, polusi udaranya masih bagus, pembangunan
kesehatan masyarakatnya bagus, penyakitnya aman dan lain sebagainya itu
salah satunya. Nah, disitulah kenyamanan dibentuk. Makanya pak Wali
sering menyebutkan Salatiga as a loveable city and liveable city, salatiga
harus menjadi kota yang dicintai dan kota yang layak untuk ditinggali.
Salah satu indikatornya adalah pembangunan infrastuktur, pembangunan
wajah kota pak Wali sering mengatakan 4W tadi, W yang terakhir adalah
wajah kota. Kalau bisa menemukan dakwah tentunya banyak ya,
pepohonan, gimana sih merawat pepohonan. Kita sedih gitu ya, saat
melihat banyak fasilitas kota yang dirusak, banyak tanaman yang dirusak,
dulu bahkan baru belum ada seminggu, didepan kelurahan blotongan itu di
trotoarnya itu diberi kolam, nah, yang buat airnya itu hilang, belum ada
seminggu sudah hilang dicuri orang misalnya seperti itu. Padahal bisa
menjadi habitat salah atu makhluk hidup tumbuh, ikan-ikan tumbuh, kita
juga menjadikan ruang terbuka hijaunya, bagaimana kita menjaga alam,
tentunya itu dakwah yang banyak ditemukan alam hadist-hadist bahwa
mencintai alam sama dengan mencintai diri kita sendiri.
WAWANCARA 3Nama : Robiah M.Z.Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 22 Desember 1997Alamat : Klego BoyolaliPekerjaan : Guru BimbelTanggal Wawancara : 11 Agustus 2019Lokasi Wawancara : Trotoar depan SatlantasJawaban
1. Infrastruktur yaitu pembangunan, bisa jadi pembangunan jalan,
pembangunan gedung-gedung, pasar, kalau di Salatiga mungkin di Trotoar
yang dibangun ini termasuk pembangunan infrastruktur yang tujuannya
termasuk menggancarkan ekonomi kota Salatiga.
2. Disebut wajah mungkin bisa jadi, tapi wajah Salatiga ki ora gur (ini tidak
hanya) infrastruktur trotoar saja, tapi infrastruktur trotoar bagian wajah
dari kota Salatiga. Misal kek wajah lain, misalnya wajah sek dimana kita
sebutkan kui kita bisa berpikir, oh kui ta Salatiga, kaya Lapangan
Pancasila kek gitu juga termasuk wajah kota Salatiga. Terus IAIN Salatiga
itu juga termasuk wajah kota Salatiga. Tapi infrastruktur trotoar inikan
baru ya, menurutku bisa juga disebut wajah kota Salatiga, wajah baru.
3. Mungkin memperindah, memberikan tempat, mungkin ada kursi-kursi
mungkin untuk bersantai-santai, memberikan wadah untuk orang
berkumpul, entah untuk berkumpulnya ngapain, terus ditrotoar ini juga
banyak yang menggunakan spot foto, kalau malam sebagai tepat
nongkrong, kalau ada orang berperjalanan bisa istirahat, dan lain-lain
fungsi umumnya.
4. Ada kursi, lampu hias, pembatas jalan, jalan khusus orang tuna netra atau
orang berkebutuhan khusus, taman, tempat sampah, halte (kalau di sekitar
depan UKSW itu) dan lain-lain.
5. Mungkin iya, misal adanya tempat sampah itu bisa menjaga kebersihan,
terus kursi bisa dibuat nongkrong sekaligus bersilaturrohim, memperindah
kota, terus juga bisa mentertibkan trotoar ini lurus-lurus aja sih dan
mengamankan jalan dengan adanya pembatas jalan, tapi aman tidaknya itu
tergantung objeknya, kalau orang dewasa bisa jadi aman-aman aja, tapi
kalau anak-anak ya harus dengan pengawasan dan pembatas jalan, karena
ini dipinggir jalan raya.
6. Trotoar kan dipinggir jalan, terus dihias-hias, menurut aku sih untuk
memperindah wajah kota soalnya aku gak tau makna surat sirat e apa,
misal dikota-kota lain seperti di Boyolali, di Jogja kan pengaruhnya besar
untuk menambah nilai keindahan nek malam. Jogja iku contohe, gak ada
apa-apanya Cuma kebak trotoar e doang, tapi apik gitu. Jadi maknanya ya
itu tadi, memperindah kota.
7. Latar suasananya lebih ke kenyamanan karena ada keindahan dan kerapian
dari adanya lampu, kursi. Taman, sehingga orang yang duduk atau orang
yang melihat trotoar bisa oh, ini trotoar kota Salatiga gitu.
8. Menurutku kalau masyarakat yang sering berkunjung, masyarakat yang
melihat, bisa buat nongkrong, silaturohim dan lai-lain. Sepertinya
pengaruh ini ada dua macam, pengaruh positif dan pengaruh negatigatif,
pengaruh negatifnya masyarakat yang ada dipinggir trotoar tidak lagi
mempunyai lahan di halaman rumahnya, kalau pengaruh positifnya ya itu
tadi.
9. Perspektif dakwah pembangunan pada trotoar ini menurut saya mungkin
terletak pada pemberdayaan masyarakatnya, karena dalam wujud fasilitas
yang disediakan ini menjadikan masyarakat yang sadar akan menjaga
lingkungan, agar tetap bersih, rapi dan indah tertib dibanding sebelumnya.
Misal kalau musim ramadhan, mungkin kita bisa ngadain buka bersama,
baksos di daerah trotoar ini, tapi kalau selainnya bisa buat ajang
silaturahim mempererat persaudaraan dengan cara nongkrong bareng,
sehingga dengan adanya nongkrong bareng juga maka masyarakat akan
aman, terutama yang mempunyai rumah di sekitar trotoar.
WAWANCARA 4Nama : Andi MaftuchTempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 08 Oktober 1997Alamat : Kalicacing SalatigaPekerjaan : MahasiswaTanggal Wawancara : 14 Agustus 2019Lokasi Wawancara : Trotoar Jl. DiponegoroJawaban
1. Infrastruktur kota Salatiga yaitu sarana atau prasarana yang bisa digunakan
oleh pejalan kaki atau masyarakat kota Salatiga.
2. Benar, karena juga untuk memperindah jalan-jalan di kota Salatiga dan
juga berguna untuk para pejalan kaki guna kenyamanan ketika mereka
sedang melintasi di jalan dan juga memperindah kota Salatiga dan juga
terlihat rapi dari jalan-jalannya.
3. Untuk fungsi, karena kita hidup di zaman milenial atau di zaman modern,
dari anak-anak muda itu juga bisa untuk ya sekedar nongkrong, kongkow
atau foto-foto, hunting untuk anak-anak muda dan juga seperti tadi,
mempermudah atau demi kenyamanan para-para pejalan kaki demi
keselamatannya juga.
4. Untuk fasilitas yang saya ketahui selama saya melewati itu ada seperti
lampu jalan, lampu trotoar yang di desain indah kemudian juga ada kursi-
kursi, batas jalan juga ada jalan garis khusus untuk para difabel atau tuna
netra itu dan juga tempat sampah guna juga untuk pejalan kaki yang
menongkrong supaya tetap terjaga kebersihannya kemudian ada tempat
duduk yang nyaman, ada taman-taman yang disediakan juga dan juga ada
seperti tempat duduk ada atapnya (halte) itu.
5. Menurut saya, ada kaitannya, saling berkaitan, karena dari artinya sendiri
sehat, tertib, bersih, indah dan aman. Nah dari situ menurut saya sebelum
kota Salatiga itu adanya trotoar yang udah rapi sepeti sekarang menurut
saya lebih bersih sekarang karena memang lebih teratur, lebih tertata. Dari
pejalan-pejalan kakinya juga dan juga aman dari amannya sudah tidak ada
lagi sepeda-sepeda motor yang melintasi di trotoar atau naik ke trotoar
karena memang sudah di desain khusus untuk pejalan kaki dan juga sudah
tidak bisa dilintasi karena sudah diberikan pembatas-pembatas jalan dari
pemerintah kota dan juga aman juga untuk para pejalan kaki dan juga
khususnya untuk para difabel yang notabenya tidak seperti manusia
normal.
6. Mana simboliknya menurut saya menjadi lebih indah kotanya, dilihat oleh
kalangan-kalangan luar atau masyarakat-masyarakat kota Salatiga yang
mana kota Salatiga itu bisa dibilang kota tidak begitu besar atau kota kecil,
tetapi disisi lain juga mempunyai trotoar. Jadi bisa mempunyai simbolik
untuk atau kesan dari masyarakat-masyarakat luar yang berkunjung ke
Salatiga yang melihat bahwasannya kota Salatia mempunyai trotoar-
trotoar yang indah dan rapi.
7. Mungkin dari sisi penerangan, bilamana ada lampu-lampu di trotoar yang
belum menyala itu mungkin bisa lebih diperbaiki lagi atau dinyalakan
semua dan juga dari tempat-tempat duduknya mungkin bisa lebih di lebih
baik, lebih di perluas atau lebih di rapikan, supaya para-para masyarakat
yang ingin nongkrong atau ingin sekedar mampir di trotoar juga nyaman
dan juga lebih diperlebar kalau bisa, karena memang nanti bisa untuk para-
para kaum-kaum muda yang kiranya nongkrong, kongkow-kongkow bisa
untuk lebih banyak untuk nongkrongnya dan juga diberikan semua batas-
batas jalan di trotoar seluruh Salatiga supaya juga aman bagi pejalan kaki.
8. Pengaruhnya menurut saya sangat berpengaruh karena demi kenyamanan
masyarakat juga, berkendara sepeda motor atau juga mobil itu mereka
nyaman tidak terganggu oleh pejalan-pejalan kaki yang bisa menyebabkan
kecelakaan dan juga pengaruhnya itu tadi bagi masyarakat-masyarakat
kaum muda yang ingin nongkrong-nongkrong sudah ada tempat nyaman
dan juga para-para pejalan kaki juga sudah nyaman dengan adanya totoar
yang dibangun dan juga tidak perlu takut lagi untuk para masyarakat
difabel untuk bepergian berjalan kaki juga sudah tidak takut lagi karena
memang sudah dilengkapi fasilitas garis penanda khusus bagi para-para
masyarakat difabel.
9. Perspektif dakwah menurut saya mungkin seperti jawaban pada nomor
tujuh, bahwasannya trotoar untuk bisa diperlebar itu nanti bisa digunakan
ketika ada komunitas-komunitas yang ingin nongrong atau kongkow-
kongkow itu nantikan juga bisa untuk menyebarkan dakwah-dakwah
seperti ada dari komunitas-komunitas yang notabenya itu musik, nanti juga
bisa mereka mengamen atau sekedar bermain musik di trotoar untuk
mensyiarkan nilai-nilai yang ada didalamnya dan juga dari komunitas-
komunitas lain yang disitu notabenya juga untuk mensyiarkan dari sisi
musik, entah itu dari seniman-seniman yang kongkow-kongkow atau
nongkrong di totoar. Dari sisi dakwahnya menurut saya itu. Makanya dari
itu harapannya kedepannya semoga bisa diperlebar karena kesesuaian dari
komunitas-komunitas itu juga bisa menyebarkan dakwah melewati trotoar.
WAWANCARA 5Nama : Khoirun NasikhinTempat, Tanggal Lahir : Salatiga, 13 Desember 1985Alamat : Karang Duwet SalatigaPekerjaan : Karyawan SwastaTanggal Wawancara : 14 Agustus 2019Lokasi Wawancara : Trotoar Jl. DiponegoroJawaban
1. Menurut saya infrastruktur merupakan sebuah bangunan fisik yang
digunakan untuk kepentingan publik di sekitar Salatiga.
2. Bisa iya dan bisa tidak juga sih, bisa dibuat sebagai wajah kota Salatiga
soalnya ya kalau dilihat sekilas orang lewat kan pasti melihat disekitar
jalan, kalau disekitar jalan itu yang paling dekat ya trotoarnya, trotoarnya
bagus ya kotanya bagus. Ya bisa sebagai cerminan wajah kota Salatiga
kalau seperti itu. Tapi bisa juga tidak soalnya seumpama jalannya jelek,
trotoarnya bagus itu juga kayanya percuma sih, mungkin ada yang lebih
bisa jadi wajah kota Salatiga selain trotoar.
3. Kalau fungsinya sebagai wajah kota Salatiga cukup. Bisa alau dinilai sih
sudah B mungkin ya, sudah bagus dari pada zaman-zaman dahulu.
Trotoarnya masih kuno, jelek, dan tidak lengkap. Kalau sekarang sudah
banyak kemajuan. Tapi mungkin dengan kota-kota yang lain mungkin
fungsionalnya masih banyak kekurangan, dan perawatannya mungkin
yang paling banyak itu. Kita bisa bangun, tapi tidak disediakan tim khusus
untuk merawatnya itu mungkin perlu ada tim khusus untuk perawatan,
atau mungkin saya tidak tahu bahwa sebenarnya sudah ada perawatannya.
4. Banyak sih, utamanya fungsi trotoar kan untuk pejalan kaki, juga sudah
ada jalur untuk tuna netra, tempat sampah di pinggir trotoar, tempat duduk,
di trotoar juga sudah ada, lampu jalan juga sudah ada, peneduh juga sudah
ada, portal untuk motor supaya tidak dinaiki motor juga sudah ada,
mungkin ya sudah cukup lengkap ya, saya kira.
5. Kalau sesanti kota Salatiga sebagai Hati beriman itu Sehat, Tertib, Bersih,
Indah dan Aman. Mungkin juga ada hubungannya. Nyatanya juga sehat,
bersih, tertib, rapi, yang jelas rapi dan aman juga sih, ada trotoar ada
tempat duduknya, lampu-lampu juga lengkap, jadi ya lebih aman, tidak
banyak orang yang mojok di tempat gelap (pacaran di tempat gelap)
mungkin.
6. Ya umumnya kan ini fasilitas publik, jadi ya fungsinya untuk kembali
kepada publik. Publik menggunakannya untuk pejalan kaki juga bisa.
Khususnya di jalur ini sudah banyaklah, tidak banyak yang menggunakan
diluar fungsinya. Mungkin untuk dagang, sekarang sudah ditertibkan, terus
untuk tongkrongan anak-anak muda juga disediakan tempat, daripada
mereka tidak punya tempat terus berkelompok disuatu tempat membuat
keributan, mengganggu masyarakat kan lebih baik di trotoar-trotoar ini.
Memang tempatnya berjalan, tapi mungkin ada tambahan itu, mungkin
disediakan tempat untuk khusus berjualan disekitar trotoar itu, sehingga
para penjual-penjual itu tidak nabrak trotoar gitu. Itu mungkin kan banyak
yang tidak mendukung, tapi juga banyak yang mendukung. Dimana trotoar
disediakan tempat untuk berdagang pasti trotoarnya rame, banyak orang
berjualan disitu. Tapi kalau sepi nanti malah tidak aman,
7. Ya, yang jelas ya nyaman, trus tidak ketinggalan zaman, dan, ya mungkin
kia bisa kembali ke situasi yang sejuk, agaimana membuat jalur trotoar itu
sejuk, sehingga pejalan kaki itu tidak malas, banyak jalan kaki banyak
sehat. Tapi kalau trotoarnya panas, ya gak mau jalan kaki. Mungkin
nuansanya yang sejuk, gitu aja sih.
8. Mungkin banyak pengaruhnya juga sih, pasti ada hal negatif dan ada hal
positifnya. Positifnya ya suasana tambah rapi, tamah nyaman digunakan,
nyaman, kalau nyaman itu membuat semua aktifitas enak untuk dilakukan.
Tapi segi negatiffnya mungkin ya disalah gunakan untuk anak-anak muda,
ya mungkin untuk kumpul-kumpul yang tidak bermanfaat, trus digunakan
pedagang-pedagang yang tidak bertanggung jawab, seharusnya badan
trotoar untuk pejalan kaki, digunakan untuk berdagang, trus terkadang juga
ada mobil-mobil parkir liar, motor parkir liar itu bagaimana dibuat supaya
tidak disalah gunakan.
9. Ya kalau berkaitan dengan dakwah sih, seharusnya ya trotoar-trotoar yang
menuju ketempat-tempat ibadah itu sebaiknya diperbarui atau dibuat bagus,
sehingga bisa mendorong orang untuk giat beribadah, mungkin itu. Juga
kalau segi dakwah trotoar ya, kita bisa membuat trotoar kenyaman
mungkin, seindah mungkin, meminimalisir kejahatan yang ada di trotoar.
Kita buat trotoar tetap cantik, tetap indah, rapi, nyaman tapi juga tidak
dapat disalah gunakan. Itu mungkin lebih baik.
WAWANCARA 6Nama : RamosTempat, Tanggal Lahir : Simalungun,16 Febuari 1991Alamat : Dukuh Grogol SalatigaPekerjaan : Driver OJOLTanggal Wawancara : 14 Agustus 2019Lokasi Wawancara : Trotoar depan UKSWJawaban
1. Infratsruktur kota Salatiga berarti bangunan-bangunan atau pembangunanyang berada di kota Salatiga.
2. Infrastuktur kota Salatiga itu kan kalau pada saat ini yang ditonjolkanadalah trotoar itu. Itu menjadi wajah kota Salatiga bisa jadi, karena disitupembangunan kota Salatiga itukan kalau trotoar-trotoar itu nanti bisamemperindah kota itu.
3. Trotoar sebagai infrastruktur di kota Salatiga itu ada beberapa fungsi, ituyang pertama yaitu sebagai memberikan peluang kepada para pejalan kakijuga untuk menambil kemanfaatannya. Jadi pejalan kaki itu tidak kalahdengan pengguna sepeda motor. Tetap menjaga kemanan bagi para pejalankaki. Terus ada juga sebagai infastruktur memperindah kota, karena disitutrotoar itu seperti di Yogyakarta itu trotoar nanti ada batu-batuan itukemudian di cat-cat, dan juga ada bangku-bangku cantik itu untukmemperindah suasana di jalan.
4. Fasilitas pada infrastruktur trotoar itu ada kursinya, itu juga bukan kursibiasa, itu ada kursi yang terbuat dari besi dan itu bentuknya sangat cantik,dan ada tempat sampah, tempat sampahnya itu dibeda-bedakan antaramana sampah yang organik dan mana sampah yang non organik.Kemudian disitu juga ada lampu hias, dan pembatas jalan nanti supayapengendara sepeda motor itu tidak menyalai aturan lewat di trotoar.Kemudian ada juga halte untuk oang-orang yang akan menaiki bus,kemudian ada jalan untuk orang berkebutuhan khusus itu juga ada, karenadisitu selain membantu para pejalan kaki juga membantu para orang-orangberkebutuhan khusus.
5. Pembangunan infrastruktur trotoar sebagai wajah koa Salatiga itu jugamewujudkan dari sesanti kota Salatiga sebagai Hati Beriman. Karena itusingkatan dari sehat, tertib, bersih, indah dan aman. Nah, itu kemudianditerapkan di dalam trotoar juga karena trotoar itu masih menggunakankode tersebut. Misalnya tadi ada tempat sampah, berarti tempat sampah itumewujudkan dari sesanti kota Salatiga sebagai kota sehat. Kemudian disitujuga tertib. Tertib itukan trotoar itu juga membantu untuk mentertibkan
kota Salatiga. Supaya nanti disitu antara pejalan kaki dan pengendarasepeda itu bisa tertib, tidak saling serobot dan itu juga untuk menghindaribanyaknya kecelakaan, kemudian bersih itu juga ada tempat sampahnya,kemudian indah tadi karena disitu trotoar itu diadakan ada lampu hias, danada batu-batuan cantik, dan ada kursi-kursi indah itu juga untukmemperindah kota sepanjng perjalanan dan juga aman. Amannya itumisalnya diadakan jalan khusus bagi para orang-orang berkebutuhankhusus juga disitu. Kemudian juga disitu untuk pejalan kaki, pejalan kakiitu tidak jalan di jalan yang dilalui oleh para pengendara sepeda motor.
6. Kalau menurut saya, trotoar itu bisa buat nongkrong, kemudian bisa buatsantai-santai sambil menunggu angkutan juga bisa, kemudian kalau maulihat-lihat atau menikmati suasana senja itu juga bisa, karena ditrotoar itudisediakan tempat duduk, kemudian juga ada hiasan-hiasan seperti batu-batuan, kemudian ada lampu hias, dan lainnya.
7. Ingin membangun kota Salatiga supaya lebih cantik dengan diadakanyatrotoar, karena dulu sebelum mempercantik trotoar ini, suasananyasemprawut (ramai tidak beraturan). Jadi ketika orang itu jalan, pertamakali ke Salatiga itukan berarti lewat jalan ya, jadi sisitu pertama kalimemandang kota Salatiga itu sudah cantik begitu.
8. Pengaruhnya terhadap masyarakat itu masyarakat semakin nyamanberjalan kaki, karena dulu masih takut gitu, kalau sekarang sudah nyaman.
9. Perspektif dakwah dalam pembangunan trotoar itu sebagai infrastrukturkota Salatiga. Dakwah itu kan mengajak, dan disitu pembangunan trotoarsebagai infrastuktur kota Salatiga itu mengajak orang-orang merujuk padapemberdayaan masyarakat. Mengajak masyarakatnya untuk menghormatiantara sesama, menghormati antara satu dengan yang lain, menghormatiantara pejalan kaki dan pengendara sepeda. Kemudian disitu juga adaorang-oang bekebutuhan khusus disitu juga dihormati dengan adannyajalan khusus bagi orang-orang berkebutuhan khusus, juga disitupemberdayaan masyarakatnya itu juga membantu masyarakat itu kalaumenunggu bus atau menunggu angkutan supaya tidak semprawut (ramaitidak beraturan).
WAWANCARA 7Nama : Indana N.A.Tempat, Tanggal Lahir : Jepara, 6 Juni 1997Alamat : Cengek, Tingkir Lor SalatigaPekerjaan : MahasiswaNo. Hp : 14 Agustus 2019Lokasi Wawancara : Trotoar depan UKSWJawaban
1. Infrastruktur menurut saya pembangunan di derah kota Salatiga, misalnyapembangunan jalan, trotoar di Salatiga di sepanjang jalan Monginsidi,jalan Fatmawati yang di Blotongan itu, jalan Diponegoro ini serta yangsedang di bangun yaitu lapangan Pancasila itu bukti dari infrastruktur kotaSalatiga yang tampak nyata.
2. Menurut saya benar. Karena itu sengaja dibuat oleh pemerintah kotaSalatiga untuk membuat simbol sebagai ciri khas tersendiri tentang daerahkota Salatiga ini dari infrastruktur trotoar yang dibuat berbeda dengankota-kota yang lain.
3. Menurut saya ini berfungsi untuk keindahan, selain untuk keindahan jugamempunyai makna sebagai manfaat serta kegunaan seluruh kota Salatiga.Tidak hanya untuk masyarakat kota Salatiga saja, tapi juga untuk orangyang sekedar singgah, atau untuk berwisata di daerah trotoar kota Salatigaini. Karena bisa dijadikan spot foto selfi anak muda kekinian, sebagai swafotoselfi dan sebagainya.
4. Bisa dilihat, seperti ada taman, kursi, tempat sampah, pembatas jalan, halte,jalan khusus orang berkebutuhan khusus, serta seperti ada layanan kotaksuara, kotak suara pesan masyarakat dan seperti itu juga bisamenyambungkan aspirasi masyarakat biar bisa terdengar suaranya kejajaran pemerintah kota Salatiga, supaya pemerintah itu bisa mendengarkeluh kesah tentang masyarakat, kekurangannya seperti apa, danbermanfaatnya untuk apa saja, mungkin sebagai itulah fasilitas yang adadidalam infrastruktur trotoar kota Salatiga.
5. Jelas tentu ada kaitannya dengan sesanti kota Salatiga sebagai HatiBeriman. Karena Salatiga sebagai Hati kota Beriman sudah jelas karenaada tempat sampah itu membantu pengunjung untuk menjaga kebersihan.Hati beriman itu singkatan dari sehat, tertib, bersih, dan indah serta aman.
6. Semisal ada yang lain juga ada sarana prasarana seperti kursi bisadigunakan untuk ajang kongkow silaturahim dan lain-lain. Dengan adanyatrotoar juga bisa membantu masyarakat untuk berjalan dengan tertib,nyaman, aman serta tidak adanya pengguna kendaraan sepeda motor itu
tidak memakan trotoar yang ada karena trotoar tersebut digunakan untukmasyarakat pejalan kaki supaya masyarakat tersebut bisa nyaman sertamasyarakat yang mempunyai kebutuhan khusus juga bisa merasakanbahwa dirinya diberikan jalan, diberikan tempat nyaman, dan hatinya itu didengar pemerintah kota Salatiga
7. Latar suasana yang diwujudkan supaya pembangunan trotoar itu bisa lebihbermanfaat dan tidak adanya perusakan masyarakat yang tidakbertanggung jawab itu bisa dimanfaatkan dan lebih dikembangkan lagi.Sehingga masyarakat itu bisa menilai bahwa pemerintah kota Salatiga itubenar-benar bertanggung jawab dalam memajukan fasilitas, sarana danprasarana yang dibutuhkan oleh warganya sendiri.
8. Pengaruhnya terhadap masyarakat itu sangat bermanfaat, membantu danmemberikan nilai seni estetik sendiri. Jadi dari sinilah seniman-senimanitu muncul seniman bisa mengkreasikan, menggambar dan mengapreasikarya seni yang sudah dibuatnya. Dengan begitu seniman-seniman asliSalatiga khususnya ataupun luar Salatiga bisa beromba-lombamenciptakan secara bersama-sama agar lebih menambah dan membuatkota Salatiga itu menjadi lebih indah dimata masyarakat khususnya dandimata dunia. Maka dari itu Salatiga perlu bangga karena trotoar yangsudah dimiliki masyarakat kota Salatiga itu sangat bagus dan menjadipercontohan kota-kota yang lain.
9. Menurut saya pembangunan infrastruktur trotoar menurut perspektifdakwah itu seperti halnya kita mendakwahkan. Berarti kia mengajak,dengan sadar kita mengajak secara bersama-sama, bertanggung jawabbersama melakukan secara bersama dan membangun bersama, supaya apayang sudah kita lakukan itu tidak sia-sia dan sengaja digunakan untukpembangunan memberdayakan masyarakat. Jadi perspektif dakwahpembangunan pada trotoar itu bermanfaat karena sangat membantumasyarakat dalam hal dijalan raya.
1.3 Dokumentasi
Trotoar Jl. Diponegoro th.2019 Afrizal Yunianto, (DPUPR)
Kristi Priyntara (Humas) Robiah M.Z (Guru Bimbel)
Andi Maftuch (Mahasiswa) Indana N.A (Mahasiswa)
Khoirun Nassikhin (Karyawan Swasta)
1.4 Lembar Konsultasi Pembimbing
1.5 Satuan Kredit Kegiatan
1.6 Surat Keterangan Penelitian
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Masakhi Duwi Wardani
Tempat dan Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 29 Mei 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Dusun Semowo Rt 04, Rw 01, Desa Semowo,Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang,Provinsi Jawa Tengah, Kode Pos 50771.
Tb/Bb :145 cm/37 kg
Kesehatan : Baik
Email : [email protected]
Telepon : +62857-9975-3419 (Reguler & WA)
Nama Pembimbing : Dra. Maryatin. M.Pd.
Email Pembimbing : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2003-2008 : MI Al-Ittihad Semowo, Kec. Pabelan, Kab. Semarang.2008-2011 : Mts Darul Ulum Reksosari, Kec. Suruh, Kab. Semarang.2011-2014 : MAN Suruh (MAN 1 Semarang), Reksosari, Kec. Suruh,
Kab. Semarang.2015-2019 : Progam Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas
Dakwah, IAIN Salatiga.