makna simbolik upacara tradisional seren taun di...

86
MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI KAMPUNG BUDAYA SINDANG BARANG KABUPATEN BOGOR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh: Fitri Afiani 111033100044 JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M.

Upload: lekhanh

Post on 03-Mar-2019

263 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI KAMPUNG

BUDAYA SINDANG BARANG KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memeroleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Fitri Afiani 111033100044

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M.

Page 2: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam
Page 3: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam
Page 4: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam
Page 5: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

Indonesia

a

b

t

ts

j

kh

d

dz

r

z

s

sy

Inggris

a

b

t

th

j

kh

d

dh

r

z

s

sh

Arab

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

ك

ل

م

ن

و

ه

ء

ي

ة

Indonesia

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

h

Inggris

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

y

h

Vokal Panjang

Arab

أ

إي

أو

Indonesia

ā

ī

ū

Inggris

ā

ī

ū

Page 6: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

v ABSTRAK

Permasalahan mengenai kebudayaan dan kepercayaan di Indonesia menjadi hal yang selalu menarik untuk dibicarakan. Menariknya karena Indonesia terdiri atas masyarakat berlatar belakang dan nilai-nilai keyakinan masing-masing mengenai pandangan kebudayaan tersebut, penelitian ini menggali makna yang terkandung dalam tradisi Seren Tuan, kemudian muncul pertanyaan bagaimana mereka melakukan atau menghidupakan kembali kebudayan di daerah mereka sendiri di era yang semakin maju ini, dan bahkan sulit untuk dipertahankannya.

Penelitian ini menerapakan studi lapangan berupaya wawancara kepada orang yang terlibat dalam tradisi Seren Taun. Data yang terkumpul dari berbagai sumber kemudian dianalisis secara cermat dan tepat. Upacara Seren Taun di Kampung Budaya Sindangbarang merupakan bentuk pengungkapan rasa syukur masayarakat Desa Pasir Eurih atas berkah dan anugrah yang telah diterimanya dengan panen padi yang berlimpah dan mengharapkan panen selanjutnya di penuhi dengan keberkahan. Rasa syukur ini diwujudkan dalam bentuk ditampilkannya padi yang dianggap sebagai sumber makanan utama bagi masyarakat Sunda, karena mayoritas masyarakat Sunda di Desa Pasir Eurih adalah petani.

Hasil Penelitian ini menemukan bahwa penyelenggaraan Seren Taun selalu diikuti oleh simbol dan makna dalam setiap upacaranya, semua itu selalu mempunyai arti yang dalam bagi kehidupan bermasyarakat dan selalu menyimpan berbagai hal positif dalam setiap ritual yang dilaksankan.

Kata kunci: Sren Taun, Makna, Simbol.

Page 7: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

vi

KATA PENGANTAR

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Alḥamdulillāh segala puji bagi Allah, yang telah menciptakan manusia

sebagai ‘duplikat’ alam yang besar. Atas kasih sayang dan pengetahuan yang Ia

berikanlah, penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “MAKNA

SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI

KAMPUNG BUDAYA SINDANG BARANG KABUPATEN BOGOR

”.

Ṣhalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muḥammad saw,

beserta sahabat, dan keluarganya. Nabi sebagai manusia tersempurna yang menuntun

kebodohan manusia menjadi bersinar penuh pengetahuan dan berakhlak yang mulia.

Semoga Nabi membawa ummatnya bisa berkumpul dalam Majlis-Nya yang penuh

kebahagiaan dalam keabadian.

Skripsi ini dilakukan sebagai syarat dalam pengajuan gelar Sarjana Strata

Satu (S1) pada jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari, penyusunan

skripisi ini dari awal hingga akhir bukan sebatas hasil sendiri, melainkan juga atas

‘pancaran’ motivasi baik secara material dan non-material, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, patut kiranya penulis sampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Page 8: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

vii

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

dekanatnya..

2. Ibu Dra. Tien Rohmatin, MA, Selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat

Islam, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Faris Pari M.Fils pembimbing penulis, yang dengan penuh

kesabaran memberikan arahan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini

dapat terselesaikan. Semoga bapak senantiasa diberikan nikmat sabar dan

selalu menjadi suri tauladan bagi kami.

4. Para dosen serta jajaran staf karyawan di Fakultas Ushuluddin, terima kasih

atas segala ilmu yang diberikan, semoga menjadi ilmu yang berkah dan

manfaat bagi kami.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta bapak Aji Kinin dan Ibu Tiah (Alm) yang

dengan teguh dan sabar serta ikhtiar mereka dalam memperjuangkan anak

mereka agar menjadi insan yang lebih baik. Terima kasih ayah dan Alm

Ibuku, Allah senantiasa membalas apa yang telah kalian perjuangkan.

6. Pimpinan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, serta Perpustakaan Fakultas Ushuluddin.

7. Sahabat seperjuangan Jesy Nurahmah, Habibudin, terima kasih atas saran dan

semangatnya. Semoga kita akan selalu menjadi sahabat yang tak terpisahkan.

8. Kawan-Kawan Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2011, Ines, Firman, Zul,

Page 9: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

viii

Nina dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang ikut

membantu berdiskusi dalam penulisan skripsi.

Akhirnya, penulis berharap agar apa yang telah ditulis dapat bermanfaat

bagi semua kalangan pada umumnya dan dapat memperkaya khazanah keilmuan

filsafat Islam. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik

dan saran yang sifatnya membangun penulisan skripsi ini sangat diharapkan.

Sebagai penutup, penulis berharap semoga Allah selalu membimbing langkah kita

menuju jalan yang benar dan lurus. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Jakarta, 20 Juli 2018

(Fitri Afiani)

Page 10: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN……………………………………… ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................ iii

PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………. iv

ABSTRAK ............................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................... 10

C. Tujuan dan Manfaat penelitian .......................................... 10

D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 11

E. Metode Penelitian .............................................................. 13

F. Sistematika Penulisan ........................................................ 17

BAB II LATAR BELAKANG KULTURAL MASYARAKAT

SINDANGBARANG

A. Letak dan Kondisi Geografis ............................................. 18

B. Sejarah ............................................................................... 19

C. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Kebudayaan ................. 21

D. Upacara Tradisional Seren Taun…………………………. 25

1. Pengertian dan Sejarah………………………………. 25

2. Sistem dan Prosesi Upacara…………………………. 28

BAB III SIMBOL DALAM SEMIOTIKA UMBERTO ECO

A. Pengertian Makna dan Simbol........................................... 39

B. Semiotika Umberto Eco .................................................... 43

C. Tanda dalam Semiotika Umberto Eco ............................... 48

Page 11: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

ix

BAB IV MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN

KAMPUNG BUDAYA SINDANGBARANG BOGOR

A. Ritual Upacara Seren Taun

1. Netepkeun…………….. .......................................... ….. 52

2. Ngembang…………………………………………………. 54

3. Ngala Cai Kakulu……………………………………. 55

4. Sedekah Kue……………………………………………….. 56

5. Nugel Munding………………………………..……… 57

6. Helaran Dongdang…………………………………………….. 59

7. Majiekeun Para………………………………………. 60

B. Cara Kerja Semiosis Umberto Eco………………………… 65

C. Analisis Terhadap Semiotika Umberto Eco………………. 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 72

B. Saran-saran ........................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 74

Page 12: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Sejak Aristoteles, diskursus mengenai suatu objek ilmu pengetahuan memprasyaratkan penjelasan mengenai dua dasarnya. Pertama: apa isi dari pengetahuan, baik dalam arti substansi muatan materialnya maupun konteks formalnya. Kedua: di mana letak pengetahuan itu dalam arbor Porphyriana (pohon keilmuan dari Porphyrios). Kemampuan dan keinginan manusia untuk mengetahui bukan saja merupakan dasar dari pengetahuan dan ilmu pengetahuan sebagai bentuk pengetahuan yang sublim. Dia malahan adalah dasar dari kebudayaan, yang pada akhirnya juga mencakup segala ilmu yang telah dikembangkan dan disublimasi oleh manusia, termasuk juga filsafat kebudayaan. Filsafat kebudayaan dan bahkan seluruh wacana filsafat yang nota bene adalah juga bagian dari kebudayaan, dimulai dengan cara yang sama.1 Untuk memahami sejarah filsafat kebudayaan kadangkala ada faedahnya menyelidiki kata kebudayaan pada bangsa masing-masing. Misalnya, pengertian kebudayaan pada bangsa Yunani kuno diungkapkan dengan perkataan paideia, yang berarti pendidikan. Sedangkan pangkal kebudayaan orang Romawi terletak pada cultura, artinya “mencurahkan perhatian” atau “penggemar”. Begitu juga dalam lingkungan kebudayaan India dipakai beberapa konsep yang ekuivalen dengan kebudayaan. Misalnya istilah sarvodaya yang maksudnya keseluruhan hasil usaha manusia untuk mencapai perkembangan integral dan seimbang; dalam 1 Budiono Kusumohamidjojo, Filsafat Kebudayaan: Proses Realisasi Manusia (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 15.

Page 13: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

2 samskara ditekankan adat istiadat; parishad berarti kebudayaan komunitas; budidaya lebih ditekankan pada aspek intelektual. Selain itu, di dunia Arab Muslim dikenal istilah hadarat yang berarti aspek pengolahan dan penyempurnaan; muruwah yang berarti humanisme kesukuan; dan tamadun mendekati arti civilization. Dari contoh-contoh semantis itu tampaklah perbedaan pendekatan sekitar objek yang sama. Walaupun begitu, kesatuan kebudayaan dalam daerah yang diakui daya budinya menyatakan diri bahwa budilah yang unggul.2 Kebudayaan itu sendiri adalah khas manusia (pada budi-nya), karena makhluk lain tidak punya kualitas ini. Mereka sekadar hidup menuruti naluri. Dengan kebudayaan, manusia menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik, dan lewat kebudayaan juga, manusia hendak mengatur dan menguasai alam ini. Semua yang diterima manusia sebagai anugerah alam, ia terima dalam tanggap aksi berkat akal dan kehendaknya. Lihatlah tangan, kaki, seluruh bagian tubuh, diterima manusia sebagai anugerah kala masih bayi, lalu ia kembangkan hingga bermanfaat dan menghasilkan. Lebih ke atas lagi, di dalam kepala, di sana ada proses pengolahan, terdapat ingatan, fantasi, pengembangan nalar, refleksi dan kontemplasi. Masuk ke perasaan, maka kita merambah ke hidup afektif, terdiri pula dari proses pengembangan dan pematangan perasaan, afeksi, nafsu, dan naluri. Seluruh perkembangan ini tentu saja amat bergantung logis dengan proyeksi atau gambar rancang olahan akal manusia. Dengan ini, nampak pentingnya filsafat kebudayaan manusia yang menunjukkan arah ke mana 2 J. W. M. Bakker, Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 34-35.

Page 14: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

3 seharusnya berkembang justru dengan menyelidiki sedalam-dalamnya siapa manusia itu, ke mana jalannya, dan ke mana tujuan akhir hidupnya.3 Selain mempunyai aspek kognitif dan afektif sebagai penunjang kebudayaan, salah satu kelebihan manusia adalah karena dia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, dalam upaya pencapaian kebutuhannya, manusia harus berhadapan dengan manusia lain yang juga mempunyai kepentingan untuk memenuhi kebutuhan individualnya. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkungan sosial budaya tertentu. Setiap lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan adanya nilai-nilai sosial budaya yang diacu oleh warga masyarakat penghuninya. Melalui suatu proses belajar secara berkesinambungan setiap manusia akan menganut suatu nilai yang diperoleh dari lingkungannya. Nilai-nilai itu diadopsi dan kemudian diimplementasikan dalam suatu bentuk “kebiasaan” dalam perilaku sehari-hari. Dengan demikian pola perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diperoleh dari lingkungan sosial budaya.4 Nilai-nilai dari lingkungan sosial budaya di atas biasanya disampaikan melalui simbol-simbol kebudayaan. Kata simbol sendiri berasal dari kata Yunani yaitu symbolon yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang. Manusia dalam hidupnya selalu berkaitan dengan simbol-simbol yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Manusia adalah animal symbolicum, artinya bahwa pemikiran dan tingkah laku simbolis merupakan ciri yang betul-betul khas manusiawi, dan bahwa seluruh kemajuan kebudayaan manusia mendasarkan diri 3 Mudji Sutrisno, Filsafat Kebudayaan : Ikhtisar Sebuah Teks (Jakarta: Hujan Kabisat, 2008), h. 14-15. 4 Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 23 dan 27.

Page 15: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

4 pada kondisi-kondisi itu. Manusia adalah makhluk budaya, dan budaya manusia penuh dengan simbol, sehingga dapat dikatakan bahwa budaya manusia penuh diwarnai dengan simbolisme yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan atau mengikuti pola-pola yang mendasarkan diri kepada simbol atau lambang.5 Kehidupan manusia dipenuhi dengan simbol. Dalam interaksi dengan lingkungan sekitarnya pun manusia menggunakan simbol-simbol. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.6 Interaksi simbolik ini terjadi antara manusia dengan kebudayaannya. Simbol-simbol ini bisa juga hadir dalam salah satu kebudayaan berupa upacara tradisional, yang di dalamnya simbol-simbol digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berisi nilai-nilai kebudayaan. Dalam upacara tradisional terdapat berbagai macam ritual, misalkan menghidangkan sesaji, berbagai macam tarian dan aspek penunjang lainnya, yang kesemuanya adalah merupakan simbol-simbol yang mempunyai makna tersendiri. Salah satu upacara tradisional yang menarik adalah upacara seren taun yang berasal dari tanah Pasundan, terutama yang berada di Kampung Budaya Sindangbarang Kabupaten Bogor. Di dalam upacara serentaun tersebut banyak simbol-simbol yang berisi makna-makna tertentu yang menarik untuk dikaji. Serentaun adalah upacara tradisional yang dilaksanakan di beberapa tempat di Jawa Barat sehubungan dengan pergantian taun menurut kalender Islam, jatuh dalam bulan Sura atau Muharam. Namun demikian, adat ini mungkin berasal dari 5 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), 171-172. 6 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 197.

Page 16: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

5 jaman yang lebih awal, yaitu sebelum masyarakat Sunda memeluk agama Islam. Dihubungkan dengan selesainya panen padi di ladang atau di sawah. Pada kesempatan itu dilaksanakan atau dipertunjukkan berbagai macam kesenian, tergantung daerahnya.7 Kampung Budaya Sindangbarang terletak di desa Pasir Eurih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berjarak hanya 5 Km dari kota Bogor, merupakan kampung tertua untuk wilayah Kota dan Kabupaten Bogor berdasarkan sumber naskah Pantun Bogor dan Babad Pajajaran. Kalau menurut Pantun Bogor diperkirakan Sindangbarang sudah ada sejak jaman Kerajaan Sunda lebih kurang abad ke XII. Nama Sindangbarang tersebut telah dikenal dan tercatat dalam Babad Pajajaran sebagai salah satu daerah penting Kerajaan Sunda dan Pajajaran. Hal ini disebabkan di Sindangbarang terdapat salah satu keraton kerajaan tempat tinggalnya salah satu istri dari prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Sedangkan penguasa Sindangbarang saat itu adalah Surabima Panjiwirajaya atau Amuk Murugul. Bahkan Putra Prabu Siliwangi dan Kentring Manik Mayang Sunda yang bernama Guru Gantangan lahir dan dibesarkan di Sindangbarang. Disini pula kebudayaan Sunda Bogor bermula dan bertahan hingga kini dalam wujud Upacara Adat Serentaun.8 Menurut Annisa Utami dkk, istilah serentaun berasal dari bahasa Sunda seren yang artinya ’serah, seserahan atau menyerahkan’, dan taun yang berarti ’tahun’. Jadi, makna dari tradisi serentaun adalah serah terima hasil bumi berupa 7 Ajip Rosidi (Ed.), Ensiklopedia Sunda:Alam, Manusia, dan Budaya (Jakarta: Pustaka Jaya, 2000), h. 590. 8 “Profil Umum”, artikel diakses pada 15 April 2017 dari http://www.Kp-Sindangbarang.com/?Page_Id=20.

Page 17: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

6 padi dari tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya. Dalam konteks kehidupan tradisi masyarakat peladang Sunda, serentaun merupakan wahana untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil pertanian yang dilaksanakan pada tahun ini, seraya berharap hasil pertanian mereka akan meningkat pada tahun yang akan datang.9 Upacara puncak serentaun itu sendiri adalah memasukkan padi ke dalam lumbung. Dalam bahasa Sunda lumbung (tempat penyimpanan padi) disebut leuit. Lumbung utama disebut leuit sijimat, leuit ratna inten, atau leuit indung; sedangkan lumbung kecil disebut leuit pangiring atau leuit leutik. Fungsi leuit

indung sebagai tempat menyimpan padi ibu yang ditutupi kain putih dan padi bapak yang ditutupi kain hitam. Himpunan padi itu dijadikan benih untuk musim tanam tahun mendatang. Leuit pangiring yang umumnya terletak di samping leuit indung menjadi tempat penyimpanan padi cadangan, yang tidak tertampung di lumbung utama.10 Sistem upacara serentaun terdiri dari ritus-ritus yang diselenggarakan selama tujuh hari berturut-turut. Hari pertama dibuka dengan ritual Neteupken, ritual yang diadakan untuk menentukan waktu diadakannya tradisi Seren Taun. Dalam ritual Netetupken, selain menentukan waktu, tetua adat bersama kokolot dan warga juga memanjatkan doa kepada Tuhan untuk memohon keselamatan dan kelancaran penyelenggaraan tradisi serentaun. Setelah waktu 9 Annisa utami, dkk, “Peran Tradisi Seren Taun dalam Upaya Meningkatkan Pewarisan Nilai-Nilai Sosial dan Budaya di Kalangan Remaja Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan,” Edueksos V, no 1 (Juni 2016): h. 102. 10 Kurnia Ef, “Seren Taun di Sindang Barang, Syukuran Panen Padi,” artikel diakses pada 15 April 2017 dari https://www.Parle-Indonesia.com

Page 18: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

7 penyelenggaraan serentaun disepakati bersama, tetua adat, kokolot, dan warga bersama-sama menikmati hidangan yang sudah disediakan. Esok hari setelah malamnya dilakukan ritual Neteupken, para kokolot melakukan ritual Ngembang ke Makam Leluhur. Ritual ini dilakukan sebagai laporan kepada leluhur bahwa kampung akan mengadakan tradisi serentaun. Umumnya, makam leluhur yang diziarahi berada di puncak Gunung Salak yang lokasinya ditempuh dengan jalan mendaki selama berjam-jam. Setelah Ngembang ke makam leluhur, para kokolot menebar benih ikan di empang sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan. Di hari berikutnya, diadakan ritual Ngala Cai Kukulu, yaitu mengumpulkan air dari 7 sumber mata air yang dianggap suci. Selama proses mengumpulkan sumber mata air, tetua adat dan para kokolot diiringi oleh pertunjukkan angklung gubrag yang umumnya dimainkan oleh para ibu. Di Imah Bali, 7 sumber mata air yang sudah diambil kemudian disatukan ke dalam sebuah wadah. Pada hari itu juga, air dari 7 sumber mata air yang dianggap suci kemudian didoakan untuk mendapatkan berkah.11 Prosesi tradisi Seren Taun kemudian dilanjutkan dengan ritual sedekah kue di alun-alun Kampung Budaya Sindangbarang. Setelah melakukan doa, warga yang umumnya anak-anak dan para ibu kemudian saling berebut hidangan kue yang sudah disediakan. Kegembiraan terpancar dari wajah-wajah mereka. Apalagi setelah ritual sedekah kue, acara dilanjutkan dengan perlombaan permainan tradisional bagi anak-anak hingga menjelang sore hari. 11 Dina Amalia Susanto, Hibrida Lokal-Global pada Politik Komodifikasi Budaya Serentaun Rekonstruktif, Upacara Tahunan Masyarakat Sunda, di Sindangbarang Kabupaten Bogor (Jakarta, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2008), h. 30-31.

Page 19: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

8 Acara puncak Seren Taun ditandai dengan arak-arakan hasil bumi. Ritual ini dinamakan dengan Helaran Dongdang. Dongdang dapat dimaknai sebagai bawaan hasil bumi berupa buah-buahan, sayuran, padi, yang umumnya disumbangkan sendiri oleh para warga. Dongdang hasil bumi tersebut diarak dari Imah Bali menuju alun-alun Kampung Budaya Sindangbarang. Selama perjalanan, proses Helaran Dongdang diiringi oleh pertunjukan tari tani dan angklung gubrag. Setelah dongdang terkumpul di alun-alun, kemudian tetua adat dan para kokolot melaksanakan ritual Majikeun Pare Ambu dan Pare Ayah, yaitu dengan memasukan hasil panen padi ke dalam lumbung. Menurut salah seorang kokolot, padi yang dimasukkan ke dalam lumbung menjadi persediaan pangan warga sekitar Kampung Budayasindang Barang selama setahun. Ketika semua padi sudah dimasukkan ke dalam lumbung, dongdang yang sudah diarak kemudian menjadi rebutan para warga. Parebut dongdang menjadi ritual penutup dalam serentaun. Siapapun yang berhasil mendapatkan hasil bumi dalam parebut dongdang diyakini akan mendapat berkah kesejahteraan.12 Dari semua rangkaian upacara serentaun di atas, sebagaimana dikatakan Untung Prasetyo dan Sarwititi Sarwoprasodjo, di dalamnya banyak sekali digunakan instrumen-instrumen tertentu sebagai simbol-simbol yang berisi makna yang mendalam. Baju kampret hitam dan putih misalnya, adalah lambang masyarakat petani ladang. Hitam melambangkan Guru Bumi, putih 12 Untung Prasetyo dan Sarwititi Sarwoprasodjo, “Komodifikasi Upacara Tradisional Serentaun dalam Pembentukan Identitas Komunitas”, Sodality V, no. 02 ( Agustus 2011): h. 186.

Page 20: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

9 melambangkan Dewi Rumbiyang Jati. Kain pembungkus pare ambu (padi ibu) berwarna putih melambangkan Dewi Rumbiyang Jati, dan kain pembungkus pare

ayah berwarna hitam melambangkan Guru Bumi yang keduanya dikawinkan dalam leuit. Pohon hanjuang melambangkan dunia atas (gaib), sebagai perantara kehadiran para karuhun kampung Sindangbarang. Kendi besar (cai kakulu) yaitu air dari 7 mata air yang melambangkan kehidupan dengan tiap airnya memiliki manfaat yang berbeda. Parukuyan (berisi arang dan kemenyan) adalah alat untuk menyampaikan doa. Kemenyan yang dibakar dalam parukuyan akan mengeluarkan kepulan asap yang membumbung ke atas dan mengeluarkan bau yang khas dan harum. Menurut kepercayaan sesepuh terdahulu, kepulan asap tersebut melambangkan komunikasi antara manusia yang ada “di bawah” dan penguasa yang ada “di atas”. Bau harum kemenyan menandakan penghormatan pada penguasa alam dan warna hitam dari arang melambangkan kesejukan serta kesetiaan. Bukan hanyan itu, tujuh macam rujak dari buah-buahan yang dijadikan sesajen merupakan simbol bilangan, yaitu tujuh melambangkan jumlah hari atau dalam satu minggu ada tujuh hari. Kerbau yang disembelih pada waktu upacara melambangkan satu filosofi hidup. Penyembelihan kerbau dimaksudkan untuk membuang “kesalahan” yang ada pada diri manusia. Kain putih di atas kerbau, melambangkan kesucian atau kebersihan hati manusia. Menyimpan padi di Leuit

Ratna Inten, mengandung makna bahwa manusia harus dapat menyisihkan padi untuk disimpan sebagai tabungan agar hidup tidak kekurangan. Buah kelapa muda

Page 21: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

10 (dawegan) merupakan lambang dunia gaib atau yang tidak nampak (dunia di atas).13 Keterangan di atas adalah sedikit dari banyaknya simbol dan makna yang ada pada upacara tradisional seren taun. Maka dari itu, perlu dijelaskan secara keseluruhan tentang simbol dan makna yang berada di dalamnya, sehingga kita bisa memahami secara utuh pesan utama dari upacara tradisional tersebut. Berdasarkan hal tersebut penulis sangat tertarik untuk menulis sebuah penelitian yang berjudul “Makna Simbolik Upacara Tradisional Seren Taun Di

Kampung Budaya Sindangbarang Kabupaten Bogor”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam setiap penelitian apa pun, harus dibuat batasan masalah agar pembahasan bisa difokuskan dan tidak melebar. Dalam prosesi upacara tradisional Seren Taun banyak sekali tahapan ritual yang harus dilakukan. Ritual tersebut dapat menemukan simbol-simbol yang ada di dalam upacara Seren Taun, untuk kemudian dicari makna konvensionalnya. Oleh karena itu, pokok perumusan masalahnya adalah: 1. Ritul apa saja yang terdapat dalam upacara tradisional Seren Taun? 2. Apa makna simbolik yang terdapat dalam upacara tradisional Seren Taun ? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah: 13 Untung Prasetyo dan Sarwititi Sarwoprasodjo, “Komodifikasi Upacara Tradisional Serentaun dalam Pembentukan Identitas Komunitas”, h. 184.

Page 22: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

11 1. Untuk mengetahui eksistensi upacara tradional serentaun yang berbasis kebudayan ini di tengah era modernitas yang semakin meninggalkan tradisi dan kebudayaan para leluhur Nusantara. 2. Untuk mengetahui makna simbolik yang berada di dalam upacara tradisional serentaun. Ini dikarenakan di dalam makna simbolik itu sendiri terdapat pesan-pesan “kebudayaan” yang ingin disampaikan dan ditransmisikan oleh para tetua di Sindangbarang kepada masyarakat luas. Mengenai kegunaan—selain sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana—diharapkan penulisan skripsi ini bisa “membongkar” makna yang terdapat dalam simbol-simbol upacara tradisional serentaun, untuk kemudian bisa disampaikan kepada khalayak pembaca.

D. Tinjauan Kepustakaan Ada beberapa studi penelitian yang membahas tentang tema serentaun, tapi hanya beberapa yang penulis dapatkan secara utuh, di antaranya sebagai berikut: 1. Skripsi Taufik Jeremias yang berjudul Upacara Serentaun di Cigugur:

Penunjuk Identitas Agama Djawa Sunda.14 Skripsi ini membahas tentang Serentaun sebagai identitas “kesundaan” bersama yang berfungsi sebagai perekat nilai-nilai persamaan, sehingga terwujud kerukunan dan kerja sama antar penganut agama dan kepercayaan yang berbeda. 14Taufik Jeremias, Upacara Serentaun di Cigugur: Penunjuk Identitas Agama Djawa

Sunda (Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004), skripsi tidak diterbitkan.

Page 23: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

12 2. Skripsi Ika Yuliawati yang berjudul Pola Keruangan Prosesi Serentaun di

Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.15 Skripsi ini membahas tentang pola keruangan di dalam organisasi masyarakat tradisi. Penulisnya berkesimpulan bahwa setiap tempat yang dilalui prosesi Ngajayak dalam Serentaun menunjukkan ruang budaya yang membentuk pola keruangan yang berbeda-beda tergantung pada kemampuan tempat yang mendukung keberlangsungan serentaun serta nilai yang dilampirkan oleh komunitas pada ruang tersebut. 3. Tesis Dina Amalia Susanto yang berjudul Hibrida Lokal-Global pada Politik

Komodifikasi Budaya Serentaun Rekonstruktif, Upacara Tahunan Masyarakat

Sunda, di Sindangbarang Kabupaten Bogor.16 Tesis ini membahas tentang eksistensi serentaun yang ada saat ini. Menurut penulisnya, yang ada saat ini adalah serentaun rekonstruktif dalam arti peniruan dari upacara masyarakat Sindangbarang di masa lampau, dan diadakan untuk tujuan pariwisata. Revitalisasi ini melibatkan pihak pemerintahan. Maka tidak aneh nuansa kesakralannya pun berkurang. 4. Untung Prasetyo dan Sarwititi Sarwoprasodjo, Komodifikasi Upacara Tradisional

Serentaun dalam Pembentukan Identitas Komunitas. Ini adalah sebuah tulisan yang berasal dari jurnal. Isinya membahas sejauh mana komodifikasi upacara tradisional serentaun berhubungan dengan motif melaksanakan upacara 15 Ika Yuliawati, Pola Keruangan Prosesi Serentaun di Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat (Jakarta, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015), skripsi tidak diterbitkan. 16 Dina Amalia Susanto Hibrida Lokal-Global pada Politik Komodifikasi Budaya Serentaun Rekonstruktif, Upacara Tahunan Masyarakat Sunda, di Sindangbarang Kabupaten Bogor (Jakarta, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2008), tesis tidak diterbitkan.

Page 24: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

13 tradisional serentaun warga Kampung Budaya Sindangbarang, dan sejauh mana motif melaksanakan upacara tradisional serentaun berhubungan dengan perilaku melaksanakan upacara tradisional serentaun warga Kampung Budaya Sindangbarang dalam pembentukan identitas komunitas.17 Dari tulisan-tulisan di atas, tak ada satu penelitian pun yang memfokuskan kajiannya pada aspek makna simbolik dari upacara seretaun itu sendiri dari perspektif semiotika, terutama semiotika Umberto Eco. Dari itu penulis merasa tertarik mengisi kekosongan tersebut. E. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tentang pandangan filosofis yang berbasis lapangan. Objek penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal.18 Objek material dalam penelitian ini adalah upacara tradisional

serentaun. Adapun objek formalnya meliputi tanda-tanda atau simbol-simbol dalam upacara tradisional serentaun yang berisikan pandangan dasar yang menyangkut kaidah-kaidah yang mengatur seluruh hidup mereka yang berkaitan dengan hakikat Tuhan, alam dan manusia. 2. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Jenis pendekatan penelitian menggunakan dengan studi lapangan. Penelitian kualitatif adalah penelitian 17 Untung Prasetyo dan Sarwititi Sarwoprasodjo, Komodifikasi Upacara Tradisional Serentaun dalam Pembentukan Identitas Komunitas. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, Agustus 2011. 18 Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h. 91.

Page 25: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

14 yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Menurut Lexy Moleong metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Metode kualitatif menjelaskan dan menggambarkan keadaan, fakta dan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. 19 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Riset Perpustakaan berupa buku-buku penujang penelitian skripsi, seperti Ensiklopedia Sunda, Jurnal Prasetyo dan Sarwoprasodjo, Sarwititi. “Komodifikasi Upacara Tradisional Serentaun dalam Pembentukan Identitas Komunitas, dan Dina Amalia. “Hibrida Lokal-Global pada Politik Komodifikasi Budaya Seren taun Rekonstruktif, Upacara Tahunan Masyarakat Sunda, di Sindangbarang Kabupaten Bogor.” Tesis S2 Sekolah Pasca Sarjana Universitas Indonesia. b. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Observasi diartikan sebagai suatu kegiatan dimana peneliti terlibat dengan orang yang sedang diamati atau sesuatu yang digunakan sebagai sumber penelitian.20 Contohnya yaitu si pewawancara harus terus aktif mengunjungi lokasi tempat yang akan diteliti yang mendekatkan diri kepada orang-orang di sekitar lapangan. c. Wawancara 19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosadakarya. 2002), h. 4. 20 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2013 ), h. 310.

Page 26: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

15 Selain menggunakan metode observasi, penelitian ini juga menggunakan metode wawancara. Wawancara adalah percakapan yang dilakukan penulis dengan dua orang atau lebih guna mendapatkan informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian. Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui ekspresi langsung dari informan atau subjek penelitian ketika sedang melakukan tanya jawab. Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang pihak yaitu pewawancara (intrviewer) yang mengajukan pertanyaan kepada terwawancara yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.21 Wawancara dilakukan dengan Bapak Ukat sebagai Kokolot atau sesepuh dan orang yang bertanggung jawab di Kampung Budayabindang Barang. Dilakukan sebanyak 3 kali, yang membahas: 1. Hari pertama membahas mengeni seren taun, sejarah dan makna yang terkandung di dalamnya 2. Hari kedua membahas mengenai bagaimana asal usul Kampung Budaya Sindangbarang terbentuk 3. Dan yang ketiga membahas perkembangan serta tradisi di Kampung Budaya Sindangbarang Kemudian wawancara di lakukan juga kepada warga yaitu ibu Wati salah seorang warga yang tinggal di Desa Pasir Eurih, yang dilakukan satu kali Serta dilakukannya wawancara kepada bapak Ujang yang bekerja di Kampung Budaya Sindangbarang yang dilakukan hanya satu kali. 21 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2015), h. 20.

Page 27: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

16 4. Teknik Pengolahan Data a. Reduksi Data Reduksi data berarti mengidentifikasi adanya suatu bagian terkecil yang ditemukan dalam pencarian data yang terkait dengan makna, fokus dan masalah penelitian. Reduksi data adalah mengkaitkan data yang diperoleh dari lapangan dan kemudian menggolongkan sesuai dengan makna, masalah dan fokus penelitian yang dilakukan. Pewawancara harus menggali informasi sedetail mungkin dari hal yang terkecil sampai terbesar, yang kemudian disambungkan sama apa yang kita teliti, contohnya yaitu pewawancara akan membahas mengenai tradisi Ritual upacara Seren Taun yang ada di Kampung Budaya Sindangbarang Bogor, maka pewawancara itu harus terus menggali informasi dari hal terkecil supaya bisa menjadi bahan dan tersambung dengan penelitian yang dilakukan. b. Penyajian Data Penyajian data dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi terkait dengan fokus dan masalah penelitian, menyajikan sekumpulan informasi untuk ditarik kesimpulannya. Data yang disajikan dalam skripsi merupakan data olahan yang diambil dari data mentah yang diambil pada saat melakukan penelitian lapangan, contohnya yaitu pewawancara sudah mendapatkan informasi mengenai masalah yang akan diteliti, namun datanya masih data yang mentah sehingga harus diolah kembali dengan bahasa yang baik. c. Penarikan Kesimpulan

Page 28: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

17 Kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh dari data-data yang telah diolah dan dianalisis sebelumnya. Dalam tahap ini digunakan teknik penarikan kesimpulan.22.dan contohnya yaitu ketika pewawancara sudah mendapatkan data dan sudah mengolahnya dengan baik, maka di tarik kesimpulan mengenai masalah yang sedang diteliti. Sedangkan teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development

and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan transliterasi berdasarkan pedoman yang diterbitkan Paramadina Jakarta. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi ke dalam beberapa bab dan sub-bab, yaitu: Bab I membahas tentang pendahuluan yaitu berupa latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Hal ini penting dibahas untuk memperjelas apa masalah yang akan diangkat, di mana batas masalahnya dan bagaimana rumusannya. Bab II membahas letak geografis, sejarah, dan keadaan sosial-keagamaan yang ada di Kampung Budaya Sindangbarang. Kemudian dibahas juga pengertian, sejarah, dan prosesi upacara tradisional serentaun. 22 Morissan, Metode Penelitian Survei (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012), h. 27.

Page 29: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

18 Bab III membahas kerangka teori yang berdasarkan semiotika Umberto Eco. Bab IV membahas makna dari simbol-simbol yang ada di dalam upacara tradisional serentaun. Bab V adalah penutup yang berisikan kesimpulan penulis tentang keseluruhan skripsi ini, serta saran-saran yang diajukan.

Page 30: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

18 BAB II

LATAR BELAKANG KULTUR MASYARAKAT SINDANG BARANG

A. Letak dan Kondisi Geografis Kampung Budaya Sindangbarang adalah salah satu kampung adat sunda yang terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor. Desa Pasir Eurih berada pada ketinggian 500 meter di atas permukaan laut dan merupakan kawasan yang berbukit di kaki gunung salak. Karena kondisinya di kaki gunung salak menjadikan Kampung Budaya sindang barang sangat sejuk. Desa Pasir Eurih terdiri 14 Rukun Warga (RW) dan 52 Rukun tetangga (RT) . letak Desa Pasir Erih berjarak lima kilometer dari Kota Bogor serta 60 Kilometer dari kota Jakarta. Berikut adalah peta yang menggambarkan Kabupaten Bogor Peta lokasi Kabupaten Bogor

Kordinat, 106’48 Bujur Timur serta 6’26 Lintang Selatan.

Page 31: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

19 B. Sejarah Kampung Sindangbarang dipercaya sudah ada sejak abad ke-XII. Menurut Babat Pajajaran dan Pantun Bogor, terdapat suatu Kerajaan Bawahan yang bernama Sindangbarang dengan ibukotanya kutubarang. Selain itu Sindang Barang merupakan sebuah keraton tempat tinggal salah satu istri dari prabu siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Namun kini Sindang Barang berubah menjadi kampung budaya yang bertekad meneruskan kearifan lokal dan akar tradisi leluhur mereka.1 Nama Sindang Barang mempunyai perjalanan sejarah pada masanya, yaitu berawal dari Perang Bubat antara Kerajaan Galuh dan Kerajaan Majapahit. Terdapat kisah antara Raja dan Keluarga dari kerajaan Galuh yang datang ke kerajaan Majapahit. Singkatnya karena terdapat konflik dan kesalahpahaman akhirnya rombonga keluarga Keluarga kerajaan Galuh dibunuh oleh pasukan Kerajaan Majapahit. Akibatnya hubungan antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit menjadi renggang. Karena terlalu kesal dengan Kerajaan Majapahit. 2Sesepuh dari Kerajaan Sunda sampai mengucapkan dan memperintahkan supaya tidak ada hubungan lagi antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit. Waktu telah berlalu dan semakin hari hubungan Kerajaan Sunda dan Majapahit mulai membaik dengan rutinnya komunikasi antara 1 http://bogor.tribunnews.com/2015/11/08/ini-asal-mula-nama-sindang-barang-di-bogor, di akses pada tanggal 25 mei 2018. 2 Wawancara bersama Bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 15 Mei 2018, pukul 14.00 wib

Page 32: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

20 Kejajaan sunda dan Majapahit. Namun salah satu putri Mahkota ada yang tidak setuju dengan membaiknya Kerajaan Galuh dengan Kerajaan Majapahit. Sang putri kemudian pergi dari kerajaan Galuh dan membuat perkampungan sendiri yang diberi nama Sindang Barang.3 Nama Sindang Barang diambil dari bahasa Sunda Kuno. Sindang Artinya berhenti atau pergi, sedangkan Barang berarti segala urusan. Hingga sekarang, Nama Sindang Barang digunakan sebagai nama tempat di Bogor, tepatnya di Desa Pasir Eurih. Dahulunya Kampung budaya Sindang Barang memiliki nama Kampung adat Sindang Barang, namun kemudian diganti menjadi kampung Budaya Sindang Barang. Hal ini beralasan untuk melesatarikan kebudayaan dari para leluhur, karena dahulunya kampung adat Sindang Barang memiliki banyak atauran yang bisa mengganjal pelestarian, maka kampung adat akan susah dikembangkan apabila mengikuti dan kukuh terhadapt pendirian adat. Namun supaya tidak hilang nilai kebudayaannya maka di ubah menjadi kampung budaya yang menciptakan aturan sendiri namun masih tetap dengan tata cara kebudayaan sebelumnnya.4 Kampung Budaya Sindang Barang didirikan oleh H. Achmad Mikami Sumawijaya pada bulan maret 2007 dan diresmikan pada bulan September 2007 oleh Gubernur Jawa Barat H. Danny Setiawan. Achmad 3 Wawancara bersama Bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 15 Mei 2018, pukul 11.00 wib 4 Dina Amalia Susanto, “Hibrida Lokal-Global pada Politik Komodifikasi Budaya Serentaun Rekonstruktif, Upacara Tahunan Masyarakat Sunda, di Sindangbarang Kabupaten Bogor.” Tesis S2 Sekolah Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2008), h.27.

Page 33: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

21 yang lebih dikenal dengan Bapak Maki merupakan seorang tokoh masyarakat sekaligus ketua kelompok kesenian Sunda setempat yang bernama Sundagiripura. Awal mula berdirinya kampung Budaya Sindang Barang yaitu dari acara seren taun di tahun 2006 yang dilaksanakan oleh bapak Maki sendiri, karena upacara seren taun merupakan acara panen padi tahunan untuk mengungkapkan rasa syukur atas kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diperoleh, dan berharap hasil panen selanjutnya akan jauh lebih baik5. Karena suksesnya acara tersebut kemudian Bapak Maki dikenal sebagai pelopor sekaligus pelestari kebudayaan Sunda baik oleh masyarakat setempat maupun oleh pemerintah. C. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Kebudayaan Masyarakat Desa Pasir Eurih melakukan aktivitas sosial seperti melakukan kegiatan yang berkaitan dengan aktifitas para warganya yang dilaksanakan oleh kepala desa setempat, warga Pasir Eurih biasanya melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kebersamaan warganya serta menciptakan kerukunan antar warga, untuk pemuda pemudinya kepala desa setempat mengadakan kegiatan olahraga berupa kompetisi yang rutin di adakan setiap tahunnya. Sedangkan untuk ibu-ibu kepala desa setempat melaksanankan kegiatan untuk Pendidikan Kesejahteran Keluarga (PKK) yang kegiatanya meliputi kegiatan pos pelayanan terpadu yaitu melakukan 5 Wawancara bersama bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 15 Mei 2018, pukul .11. 00 wib

Page 34: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

22 pengecekan, imunisasi serta penimbangan bayi yang di laksanakan oleh pemerintah setempat dan dilaksannya setiap satu bulan sekali.6 Masyarakat Desa Pasih Eurih juga rutin dan aktif melakukan kegiatan kemasyarakatan, seperti gotong royong, memperbaiki jalan, membangun masjid, dan bersih-bersih lingkungan, kemudian selian itu warga Desa Pasir Eurih juga selalu menciptakan kegitan yang bersifat positif terhadap masyaraktnya, misalnya selalu melakukan kegitan yang menciptakan kegembiraan dan kebersamaan supaya terjalin erat tali silahturahmi.7 Mata Pencaharian di Desa Pasir Eurih sangat beragam mulai dari petani, pengrajin, bahkan pedagang, Namun karena sekitar Desa Pasir Eurih dikelilingi sawah dan bukit maka sebagian besar waragnya mempunyai pekerjaan sebagai petani, kategori petani dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu petani yang memiliki sawah, petani penggarap dan buruh tani. Maksudnya yaitu petani yang memiliki sawah dan dikelolanya sendiri tanpa ada bantuan tanggan dari orang lain, petani penggarap yaitu hanya menggarap tanah atau sawah milik orang lain sedangkan buruh tani yaitu yang melakukan kegiatan jika ada pemilik sawah yang meminta bantuan 6 Wawancara bersama ibu wati (warga Desa Pasir Eurih, sekitaran Kampung Budaya Sindang Barang), pada 24 april 2018 pukul 14.00. 7 Wawancara bersama ibu wati (warga Desa Pasir Eurih, sekitaran Kampung Budaya Sindang Barang), pada 24 april 2018 pukul 14.00.

Page 35: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

23 untuk menggarap sawahnya namun buruh tani tidak tetap untuk menggarap sawah pemilik orang lain.8 Perkerjaan terbanyak yang ke 2 di Desa Pasir Eurih adalah warga masyarakat yang bergerak di sector usaha atau berwiraswasta. Sektor usaha yang terdapat di Desa Pasir Eurih adalah home industry, kios atau warung, dan tak lupa para wisatawan yang datang ke kawasan tersebut yang bisa mengidupkan pereknomian disana. Selain petani dan pedagang, sebagian warga Desa Pasir Eurih juga mempunyai perkerjaan sebagai pengrajin, sebagian warga menggeluti kegitan pembutan sandal dan kerajianan tangan, namun kegiatan ini biasanya diikuti oleh ibu-ibu yang mempunyai waktu senggang dan memanfaatkan waktunya untuk bekerja sambil mengurusi rumah tangga. Namun menurut warga kegiatan ini sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.9 Selain petani, pengrajin dan pedagang juga ada masyarakat yang mempunyai kegiatan yang bergerak di bidang jasa, salah satu di antaranya yaitu menjadi tukang ojeg. Karena Desa Pasir Eurih merupakan desa yang mempunyai jalur yang susah di jangkau oleh kendaraan umum roda empat karena letaknya yang berada di atas bukit dan jalan yang masih batu dan berkelok, dan pada akhirnya ini dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk 8 Untung Prasastyo, Komodifikasi upacara tradisioanl Seren Taun dalam Pembentukan Identias sosial. (Bogor:Departemen Sains dan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, 2011), h. 176. 9. Wawancara bersama ibu wati (warga Desa Pasir Eurih, sekitaran Kampung Budaya Sindang Barang), pada 24 april 2018 pukul 14.00.

Page 36: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

24 menyediakan jasa ojeg kepada mereka yang ingin berkunjung ke Desa Pasir Eurih atau Sindang Barang. Di Desa Pasir Eurih, khususnya di Kampung Budaya Sindang Barang terdapat bermacam-macam upacara budaya yang hingga saat ini masih dilesatarikan oleh penduduknya, yaitu Kesenian Gondang, Parebut Seeng, Kendang Pencak, pertunjukan Reog, Angklung Gubrag, Rampak Gendang, Calung dan Jaipong. Semua acara ini biasanya diadakan setahun sekali, namun ada juga yang berbarengan dengan tradisi seren taun, untuk meramaikan dan sekaligus memperkenalkan budaya Sindangbarsang ke masyarakat luas, karena pada saat tradisi seren taun di laksanakan, banyak waraga luar bahkan warga negara asing ikut menonton dan menikmati setiap pertunjukan yang di laksanakan oleh warga setempat, dan ini menjadi modal besar untuk sekaligus memperkenalkan budaya-budaya apa saja yang ada dan di Desa Pasir Eurih khususnya Kampung Budaya Sindang Barang. Selaian banyak kebudyaan yang terdapat di Desa Pasir Eurih, di sini juga terdapat beberapa situs-situs purbakala peninggalan kerajaan Padjajaran berupa bukit-bukit berundak dan batu-batu besar yang di anggap sakral oleh warga. Untuk melestarikan situs purbakala yang ada di Desa Pasir Eurih, Kampung Budaya kemudian memutuskan untuk berkerja sama dengan Universitas Indonesia untuk melakukan penelitian mengenai situs-situs tersebut dan kemudian peneliti dari pihak UI

Page 37: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

25 membukukan situs-situs purbakala serta mengenai kebudayaan yang bisa di baca oleh kalangan pengamat kebudayaan. D. Upacara Tradisional Seren taun Adat yang dilaksanakan di beberapa tempat di Jawa Barat sehubungan dengan pergantian tahun menurut kalender Islam, jatuh dalam bulan Sura atau Muharam10. Namun demikian, adat ini mungkin berasal dari jaman yang lebih awal, yaitu sebelum masyarakat Sunda memeluk agama Islam. Sebagai salah satu gelar budaya yang sudah dilaksanakan setiap tahunnya di Desa Sindang Barangbarang Bogor. 1. Pengertian Seren Taun Seren taun sendiri mempunyai makna, seren berarti menyerahkan dan taun merupakan tahun yang terdiri dari dua belas bulan, sehingga jika diartikan seren taun adalah penyerahan hasil bumi yang akan diterima pada tahun yang lalu dan berharap hasil panennya penuh dengan keberkahan dan mendapatkan perlindungan-Nya, serta berharap hasil panen yang akan datang berlimpah dan berkah. Seperti yang di katakana pak Ukat. “Seren taun itu adalah salah satu cara untuk berterima kasih kepada Yang Maha Kuasa meskipun setiap hari selalu ingat kepada Yang Maha Kuasa.. tapi satu tahun sekali kita berkumpul mengadakan tradisi seren taun untuk menambah kekompakan antar warga serta menjalin silahturhmi antar warga di desa Pasir Eurih” 10. Wawancara bersama bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul .11. 00 wib

Page 38: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

26 Upacara Seren Taun yang merupakan ungkapkan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Khususnya bagi masyarakat Desa Pasir Eurih, yang dilaksakan di Kampung Budaya Sindangbarang sangat memiliki makna Khusus, karena dalam setiap rentetan upacaranya selalu melibatkan berbagai hasil panen dari lahan pertanian yang dimiliki oleh warga setempat, seperti hasil panen padi, buah-buahan, umbi-umbian dan hewan yang merupakan alat atau sesajen yang selalu disajikan dalam rentetan upacara seren taun. Hasil panen yang selalu ditampilkan dalam setiap rentetan upacara seren taun, memiliki makana bahwa ciptaan Tuhan itu tidak hanya manusia semata, melainkan Tuhan juga menciptkan tumbuh-tumbuhan dan hewan dengan bertujuan untuk menciptaka kehidupan yang serasi dan seimbang, seingga terciptanya keharmonisan hidup di dunia. Hubungan yang harmonis inilah yang akan menciptakan kesadaran yang lebih mengenai sang penciptanya yaitu Tuhan Yang Maha esa.11 2. Sejarah Upacara Seren Taun diselenggarakan kembali setelah upacara serupa terakhir kali digelar pada tahun 1971, Seren Taun telah ada sejak zaman kerajaan Pra-Islam yang diduga sebagai pengaruh masa Pakwan Pajajaran. Sumber-sumber lisan seperti pantun Bogor menggambarkan 11 Dina Amalia Susanto, “Hibrida Lokal-Global pada Politik Komodifikasi Budaya Serentaun Rekonstruktif, Upacara Tahunan Masyarakat Sunda, di Sindangbarang Kabupaten Bogor.” Tesis S2 Sekolah Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2008), h.3.

Page 39: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

27 keberadaan upacara tersebut dengan nama Kuverabakti. “Masih mending waktu Pajajaran/ketika masih ada Kuwerabekti/ ketika guru bumi dipuja-puja/ketika lumbung umum isinya melimpah ruah.12 Para sesepuh adat di Kampung Budaya Sindangbarang mengatakan bahwa di Kerajaan Padjajaran yang berantakan pada saat di serangnya oleh Kerajaan Banten, Demak dan Cirebon. Kemudian raja-raja di kerajaan tersebut banyak yang pindah ke wilayah Sukabumi Selatan, namun seiring berjalannya waktu para raja-raja ada yang bertahan menetap di wilayah Sukabumi namun ada juga yang kembali lagi ke kampung halamannya. Meskipun demikian para raja itu tidak langsung kembali ke dalam kompleks Pakuan. Mereka malah mendirikan perkampungan sendiri di sekitar benteng Pakuan. Bahkan mereka tidak menggunakan nama asli mereka sebagai nama raja di Paakuan. Mereka memuruskan menggunakan nama-nama baru. Hal ini di lakukan unruk menyesuaikan mereka dengan lingungan baru yang mereka buat dengan menjadi masayarakat biasa. Pada Tahun 1596 pasca runtuhnya kerajaan Padjajaran, salah satu tokohnya yaitu KI Murwa Alih melaksanakan upacara tradisional seren taun, yang menjadi sesepuh diwilayah Taman. Namun setelah masuknya Islam ke Sindang Barang upacara tersebut tidak di laksanakan seperti biasanya, hal tersebut membuat dampak buruk bagi pertanian Sindang Barang, yaitu banyak hasil panen yang gagal, berdasarkan hal tersebut, 12 Dina Amalia Susanto, “Hibrida Lokal-Global pada Politik Komodifikasi Budaya Serentaun Rekonstruktif,” Tesis S2 Universitas Indonesia, 2008), h.2.

Page 40: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

28 Embah Jamaka (tokoh yang membawa Islam ke Sindang Barang) berpendapat harus di adakan kembali upacara seren taun apabila menginginkan hasil panen baik kembali. Namun upacara tersebut harus dalam format yang berbeda, yaitu waktu pada bulan Muharram dengan ada tambahan upacara sedekah bumi.13 Upacara seren taun sebagai suatu sistem ritus bukan hanya bentuk pengungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, melainkan juga suatu prilaku yang didasari atas nilai-nilai tradisi Sunda dan memiliki pengaruh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari orang yang turut serta di dalamnya, yakni terciptanya keharmonisan hidup melalui kerukunan dan kerjasama antar pemeluk agama yang beragam. 3. Sistem dan Prosesi Upacara Upacara tradisional Seren Taun dilaksanakan di Kampung Budaya Sindang Barang, tradisi ini biasanya dilaksanakan setiap setahun sekali, tepatnya pada bulan Muharram. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 15 pada bulan hijriyah, dikarenakan menurutnya pada bulan ini di anggap bulan yang baik untuk menggelar tradisi seren taun. Karena biasanya pada bulan ini bulan berada di atas dan memancarkan cahayanya. Dan menurut adat sunda hal ini merupakan hal yang baik untuk melaksanakan kegiatan apapun.14 13 Untung Prasastyo, Komodifikasi upacara tradisioanl Seren Taun dalam Pembentukan Identias sosial. (Bogor:Departemen Sains dan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, 2011)h. 189. 14 Wawancara bersama bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul .11. 00 wib

Page 41: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

29 Sebelum melaksanakan tradisi seren taun, biasanya sebeluan sebelumnya ketua adat yaitu Bapak Maki dan seluruh sesepuh dari Desa setempat serta Kampung Budaya Sindangbarang mengadakan pertemuan untuk memusyawarhkan acara yang akan dilaksanakan yaitu seren taun, karena acara ini melibatkan banyak Desa serta melibatkan intasi pemerinah setempat. Hal yang dimusyawarahkan yaitu menentukan hari pelaksanaan, menyusun anggaran atau dana yang di perlukan untuk acara, serta membentuk panita upacara supaya tersusun rapi seta berjalan dengan baik. Biasanya yang di jadikan panita adalah para pemuda pemudi yang aktif di kegiatan kebudayaan di Desa setempat. Rangkaian upacara Seren Taun dilakukan selama 7 hari, dalam setiap harinya menggelar rangakaian upacra yang dipenuhi dengan makana yang mendalam dan Rangkaian upacara itu meliputi Hari pertama yang di laksanakan dalam upacara Seren Taun yaitu melakukan ritual Neteupkeu15. Ritual ini dilaksanakan oleh para kokolot di Kampung Budaya Sindang Barang, Ritual ini bertujan untuk memajatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya diberikan kelancaran dalam melaksanakan upacara Seren Taun. Biasanya ritual ini dilakukan di pambeasan16 dengan disiapkannya sesajen dan bakar kemenyan serta disediakannya berbagai macam buah-buahan serta bunga 7 rupa. Sambil memanjatkan doa, pemimpin Neteupkeun diiringi dengan membakar kemenyan 15 Netepkeun yaitu menetapkan hari 16 Pambeasan yaitu sebuah ruangan yang berada dalam rumah biasanya pambeasan di gunakan untuk kegiatan yang bersift sakral

Page 42: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

30 Ritual selanjutnya adalah, ritual hari ke dua yaitu upacara Ngembang, yaitu melakukan Ziarah terhadap makam para leluhur warga yaitu sang prabu Langlangbuana yang sudah berjasa dalam mengembangkan Kampung Pasir eurih khususnya Kampung Budaya sindang Barang dan Ziarah makam ini bertujuan juga supaya di berikan kelancaran dalam pelaksanaan upacara Seren Taun. Hari keetiga yaitu melaksanakan Ritual Ngala Cai Kakulu,17 ini adalah upacara mengumpulkan sumber mata air di 7 sungai, yang dilakukan oleh para pupuhu dan kokolot, dan kelak air ini digunakan untuk kebutuhan pada saat upacara Seren Taun dilaksanakan, pengambilan air ini menggunakan 7 kendi yang telah disiapkan, kemudia air yang sudah di ambil di dalam kendi kemudian disatukan dalam satu tempat yang di sebut dengan Tempayan yang dibungkus kain putih dan hitam. Selanjutnya yaitu pelaksanaan hari ke empat, yaitu Sedekah Kue, acara ini bertujuan mengucap rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen. Kue yang disediakan berupa 40 hamparan kue, kemudian kue tersebut didoakan oleh para kokolot dan dicipratkan 7 mata air sungai. Selesai didoakan kemudian kue tersebut diperebutkan oleh warga sekitar, mereka mempercayai bahwa yang mendapatkan kue tersebut akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya,18 17 Ngala Cai Kakulu yaitu mengambil air ke sungai 18 Wawancara bersama Bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul 11.00 wib

Page 43: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

31 Ritual ke lima dalam acara seren taun yaitu ritual Nugel munding19 peristiwa ini berupa penyembelihan seeokor kerbau yang sudah diikat dengan kain putih dan Hitam, sebagian daging kerbau dimasak dan dibagian warga, namun ada juga daging kerbau yang belum dimasak dan dibagikan kepada warga sekitar, seperti biasa kerbau yang akan disembelih di cipratkan terlebih dahulu 7 mata air dari tujuh sungai. Hari ke enam yaitu upacara Helaran Dongdang20, acara ini berupa mengarak dongdang yang berisi hasil panen seperti buah-buahan, sayuran-sayuran, umbi-bian, serta padi. Acara ini dimulai dari rumah kokolot yaitu rumah bapak Ukat yang berjarak 1 Km dari Kampung budaya Sindang Barang, yang terlibat dalam arak-arakan dogdang ini adalah para warga yang bermukim di sekitar Desa Pasir Eurih, biasanya mereka yang mengarak dondang berpakaian adat Kampung Budaya Sindang Barang, yaitu dengan berpakaian baju hitam, celana hitam seta ikat kepala khas Kampung Budaya Sindang Barang. Dan dongdang yang akan di arak di dakan terlebih dahulu dengan ritual membakar kemenyan seta di ciprtakan air kendi yang berasal dari 7 mata air sungai. Setelah dongdang di arak dan di doakan kemudia isi dongdang yang berupa hasil panen di perebutakan oleh warga sekitar, menurut warga jika bisa mendapatkan hasil dongdang merka mempercayai akan selalu mendapatkan kerberkahan.21 19 Nugel Munding adalah penyembelihan Kerbau atau Sapi 20 Helaran dogdang Yaitu mengarak dongdang 21 Wawancara bersama Bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul 11. 00 wib

Page 44: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

32 Puncak dari upacara seren taun yaitu pada hari ke 7 adalah Majikeun Pare, ini adalah upacara terakhir dalam ritual upacara Seren

Taun. Majikeu Pare yaitu memasukan padi yang sudah dibawa dalam dongdang ke dalam Leuit (Lumbung Padi), sebagai persediaan pangan selama satu tahun kedepan, sebelum memasukan padi dalam leuit para sesepuh dan kokolot melakuan ritual terlebih dahulu, yaitu dengan menyediakan sesajen berupa, daogan (kelapa muda), bunga 7 rupa, parukuyan dengan kemenyannya serta 7 macam buah-buahan. Sebelum dimasukan ke dalam leuit padi di doakan dan di cipratkan air dalam kendi yang berasal dari 7 mata air. Doa-doa yang dipanjatakan bertujan supaya hasil panen yang di dapat di tahun berikutnya bisa lebih baik dari tahun sekarang.22 D. Rumah Adat Kampung Budaya Sindangbarang Saat ini rumah-rumah adat di Kampung Budaya Sindangbarang telah direkontruksi dan direvitalisasi dengan bimbingan dan petunjuk dari Bapak Anis Djatisunda seorang Sesepuh Sindangbarang dan Budayawan Jawa Barat. Revitalisasi budaya dan rumah-rumah adat tersebut memang perlu dilakukan agar orang sunda tidak kehilangan jati dirinya. Rumah – rumah yang terdapat di Sindangbarang masih terbuat dari bilik – bilik, atau seperti anyaman yang terbuat dari bambu, baunya pun masih terasa, dari 22 Wawancara bersama bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul .11. 00 wib

Page 45: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

33 pintu, tembok dan jendelanya pun masih terlihat jelas, seperti rumah adat Sunda. Di kampung Sindangbarang ini pun, terdapat rumah yang berstruktur di zaman pajajaran seperti : 1. Imah Gede, dahulu disebut rumah raja atau dalam adat jawa modelnya seperti keraton. Karena telah menjadi kampung budaya kemudian tempat tersebut disebut sebagai Imah Gede yang sekarang menjadi tempat tinggal kepala adat kampung budaya Sindangbarang.

Page 46: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

34 2. Saung telu, adalah tempat hiburan pada zaman dahulu. 3. Girang Serah, yaitu rumah penasehat pimpinan atau penasehat raja. Kalau dalam kerajaan disebut sungkleman silengser (Penasehat Raja).

5. Leuit atau lumbung, tempat menyimpan padi.

Page 47: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

35 6. Bangunan Pasanggrahan, sebagai tempat istirahat para tamu adat yang datang untuk berkunjung. Dahulu tamu tidak diperbolehkan menginap serumah dengan kepala adat. Jadi kepala adat menyediakan rumah khusus bagi tamu adat yang datang. 7. Bale Riungan, yaitu sebagai tempat musyawarah mufakat ketika ada event-event tahunan. Juga sebagai tempat berkumpul dan bermusyarawah masyarakat dengan ketua adat dan para kokolot. Kokolot adalah mereka yang dianggap sebagai sesepuh kampung Sindangbaran

Page 48: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

39 BAB III

LANDASAN TEORI A. Pengertian Makna dan Simbol � Pengertian Makna Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan.1. Orang-rang sering menggunakan istilah pesan atau makna secara bergantian, akan tetapi, ini tidak lah benar jika dilihat dari sudut semantik dapat dikatakan, “pesan” itu tidak sama dengan ‘makna’ pesan bisa memiliki lebih dari satu makna, dan beberapa pesan bisa memiliki satu makna. Makna adalah hubungan antara lambang (simbol) dan acuan. Hubungan antara lambang dan acuan bersifat tidak langsung sedangkan hubungan antara lambang dan referensi dengan acuan bersifat langsung, batasan makna ini sama dengan istilah pikiran, referensi yaitu hubungan antara lambang dengan acuan. Secara linguistik makna dipahami sebagai apa-apa yang di artikan atau di maksudkan oleh kita. Ogden dan Richard mendefiniikan tentang makan menjadi 14 bagian, yaitu:2 1. Suatu sifat yang intrinsik 2. Hubungan dengan benda-benda lain yang unik dan sukar dianalisis 1 Alex sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung :PT Remaja Rosda Karya, 2004), h.255. 2 Ogden dan Richard, The Meaning of meaning, (London:Routledge,1923), h. 120.

Page 49: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

40 3. Kata lain tentang suatu kata yang terdapat dalam kamus 4. Konotasi kata 5. Suatu esensi, suatu aktifitas yang diproyeksikan ke dalam suatu objek 6. Tempat sesuatu du dalam suatu sistem 7. Konsekuensi praktis dari suatu beda dalam pengalaman kita mendatang 8. Konsekuensi teoritis yang terkandung dalam sebuah pernyataan 9. Emosi yang ditimbulkan sesuatu 10. Sesuatu yang secara aktual dihubungkan dengan suatu lambing oleh hubungan yang telah dipilih 11. Efek-efek yang membantu ingatan jika mendapat stimulus seperti asosiasi-asosiasi yang di peroleh seperti suatu lamban yang akan di tafsirkan 12. Penggunaan lambing yang dapat merajuk terhadap apa yang di maksud 13. Kepercayaan menggunakan lambing sesuai dengan yang kita maksudkan. Inti dari apa yang di uraikan oleh ogden dan Richard, makna adalah hubungan adalah kata dengan benda yang bersifat intrinsic yang berada dalam suatu sistem dan di proyeksikan dalam bentuk lambang � .Pengertian Simbol

Page 50: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

41 Secara etimologis simbol berasal dari kata Yunani “sym-ballein” yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) yang dikaitkan dengan suatu ide. Ada pula yang menyebutkan “symbol” yang beratri tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. 3 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwasannya simbol atau lambing adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya4, yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Misalnya warna putih mengandung warna kesucian, lambing padi melambangkan kemakmuran, dan kopiah merupakan salah satu tanda pengenal bagi warga Negara Republik Indonesia.5 Salah satu tokoh yang berbicara tentang simbol yaitu Herbert Blumer, dia adalah seorang tokoh modern dari teori intraksionisme simbolik, yang menjelaskan, menurut Alex Sobur, istilah interaksionisme simbolik merajuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia. Ciri khasnya yaitu manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya,bukan sekedar reaksi belaka dari tindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan orang lain tetapi didasarkan atas “makna” yang diberikan terhadap tindakan orang lain tersebut. Interaksi antar individu diantarai 3 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, ,h.155 4 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.156. 5 WJS Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1976), h.947

Page 51: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

42 oleh pengguna simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari tindakan masing-masing.6 Menurut Alex Sobur, Teori Blummer beramsumsi dalam tiga premis utama yaitu a. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka b. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain c. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung.7 Manusia sebagai mahluk yang mengenal simbol, biasanya manusia menggunakan simbol untuk mengungkapkan siapa dirinya, karena manusia dalam menjalani hidupnya tidak mungkin sendirian melainnya hidup bermasyarakat,karena yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan. Adapun fungsi simbol adalah sebagi berikut 1. Simbol memungkinkan manusia untuk berhubungandengan dunia material dan sosial dengan membolehkan mereka memberi nama, membuat kategori, dan mengingat objek-objek yang mereka temukan dimana saja. 6 George, Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: CV Rajawali, 1985), h.60-61 7 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.199.

Page 52: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

43 2. Simbol menyempurnakan manusia untuk memahami lingkungannya. 3. Simbol menyempurnakan kemampuan manusia untuk berfikir, karena berfikir dapat dianggap sebagai interaksi simbolik dengan diri sendiri 4. Simbol mengingatkan kemampuan manusia untuk memecahkan persoalan persoalan manusia, sedangkan manusia bisa berfikir dengan menggunakan simbol-simbol sebelum melakukan pilihan-pilihan dalam melakukan sesuatu. 5. Penggunaan simbol-simbol memungkinkan manusia bertransendensi dari segi waktu, tempat dan bahkan diri mereka sendiri. Dengan menggunakan simbol-simbol manusia bisa membayangkan bagaimana hidup dimasa lampau atau akan datang 6. Simbol-simbol memungkinkan manusia bisa membayangkan kenyataan-kenyataan metafisis seperti surge dan neraka 7. Simbol-simbol memungkinkan mansuia agar tidak diperbudak oleh lingkungannya. Mereka bisa lebih aktif ketimbang pasif dalam mengarahkan dirinya kepada sesuatu yang mereka perbuat. B. Semiotika Umberto Eco Umberto Eco merupakan salah satu tokoh semiotika yang juga merupakan seorang failusuf dan novelis yang berkebangsangan Italia, Umberto Eco terkenal diseluruh dunia melalui dua novelnya , The Name of

the Rose, dan Foucoult’s Pendulum. Kedua karya ini mengarah ke aspek-

Page 53: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

44 aspek masa lalu dan masa kini dalam teori tentang tanda, seperti juga pada sekumpulan naskah-naskah yang bersifat intelektual (khususnya tentang abad pertengahan) dan naskah lainnya (“ Sherlock Holmes” dalam The

Name of The Rose, dan “Corpus Hermeticum”dalam Foucault’s

Pendelum)8 Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeino yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri di definisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dan dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebgai tanda.9 Semotika secara sederhana didefiisikan sebagai teori tentang tanda atau sistem tanda, sedangkan tanda atau sign adalah sesuatu yang memiliki makna, menghubungkan pesan-pesan kepada seseorang, oleh karena itu, segala sesuatu bisa menjadi sebuah tanda misalanya buku, film, ataupun iklan. Sebuah tanda dalam sistem dipisahkan menjadi dua kompones yaitu penanda dan petanda, penanda adalah materi yang membawa makan, sedangkan petanda adalah maknanya. Penanda menunjuk pada dimensi konkret dari tanda, sedangkan petanda merupakan isi abstrak tanda, makna 8 Jhon Lecky, 50 Filusuf kontempore, (Yogyakarta:Kanisus,2001), h.200 9 Alex sobur, Analisis Teks Media suatu pengantar untuk analsisi wancana, analisis

semiootik, dan analisis framing”, (Bandung,:Remaja Jogjakarta Rosdakarya, 2010), h. 95

Page 54: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

45 yang diletakan pada tanda. Menurut Ruli Nusrula teknik semiotik ini bisa dilakukan melalui 3 jalur utama yaitu10 1. Syntactics (sintaktik), yakni kajian semiotic yang mengungkap hubungan formal dan di antara tanda dan tanda lainnya. 2. Semantics (semantik), yakni mengkaji hubungan tanda dengan objek yang diacuunya. 3. Pragmatitic (pragmatik), yakni mengkaji hubungan di antara tanda dengan para pemakainya dan secara khusus berurusan dengan aspek komunikasi seperti fungsi situasional yang melatari.11 Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tnada-tanda lain, pengirimnya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya. Kemudian semiotika juga merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda12, namun sebagai illmu semiotika berfungsi untuk mengungkapkan secara ilmiah keseluruhan tanda dalam kehidupan manusia, baik tanda verbal maupun non verbal. Semiotika merupakan pesan yaitu petanda dan maknanya adalah sebuah pesan. Pesan adalah sesuatu yang dikirimkan secara fisik dari satu sumber ke penerimanya. Sedangkan makna dari pesan yang dikirimkan 10 Rulli Nasrulla, Teori dan Riset Media Siber,(Jakarta:Kencana, 2014),h. 89. 11 Rulli Nasrulla,Teori dan Riset Media Siber,,h. 89. 12 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), h.15.

Page 55: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

46 hanya kiranya dijelaskan bahwa hal ini juga akan menghasilkan berbagai masalah interpretasi dan pemahaman.13 Kajian semiotika bisa dirujuk kepada 2 tokoh utama yakni Ferdinand de Saussure dan Charles S. Peirce, meski keduanya sama-sama membahas mengenai makna dan tanda, namun keduanya mempunyai perbedaan dalam praktiknya. Bagi Saussure, semiotika (disebutnya dengan semiologi) merupakan bagian dari ilmu psikologi sosial. Bahasa pada dasarnya sudah ada sebelum kita lahir, bahkan sudah menjadi bagian dari semua kehidupan manusia melalui tanda-tanda (signs) yang melalui bahasalah manusia bisa mengerkpresikan pikiran, berbicara, dan menulis sesuatu. Karena itu bahasa merupakan sistem sosial yang sudah ada dan terbentuk secara struktural yang memberikan kepada manusia semacam bentuk dan makna dari suatu kesadaran dan realitas. oleh karena itu, Saussure percaya bahwa bahasa merupakan tanda-tanda seperti kata-kata yan berkomnunikasi namun bermakana. 14 Charles S. Peirce mendefinisikan tanda, dalam kutipan John Fiske yang diterjemahkan oleh idi Subandy Ibrahim mengatakan “Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas, Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang tersebur suatu tanda yang setara, atau barang kali suatu tanda 13 Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna, (Jogyakarta, Jalasutra, 2010), h.22. 14 Rulli Nasrulla, h. 90.

Page 56: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

47 yang lebih berkembang, tanda yang diciptakan Interpretant dari tanda peratama. Tanda itu menunjukan sesuatu, yaitu objeknya”.15 Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia, artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna. 16 Pengertian semiotika seperti yang diungkapkan oleh Umberto Eco, yaitu pada prinsipnya semiotika adalah sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk “berdusta”. Namun secara implisit semiotika menurut Umberto Eco dikatakan bahwa jika semiotika adalah sebuah teori kedustan, sebab, jika sebuah tanda tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, maka ia tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkann kedustaan. Dengan demikan, meskipun Eco menjelasakan semiotika sebagai teori kedustaan, namun implisit di dalamnya adalah teori kebenaran. Jadi, semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda ilmu, hal ini beranggapan bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaannya merupakan dari tanda-tanda, ini artinya, semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinnya tanda-tanda tersebut mempunyai arti.17 15 John Fiske, Cultural and Communication studies, Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, terj. Idi Subandy Ibrahim, (Bandung:Jalasutra, 2014), h.63 16 Benny H, Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta:Komunitas Bambu, 2014), h.15 17Akhmad Mauzakki, Konstribusi Semiotika dalam memahami bahasa agama, (Malang:Malang Press, 2007), h. 11

Page 57: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

48 C. Tanda dalam Semiotika Umberto Eco Dasar semotika menurut Umberto Eco adalah terletak pada adanya hubungan tanda dan realitas.18 Semiotika menitikberatkan pada panggilan makna, maka dari situ Umberto Eco menyakini kapastias tanda untuk menipu sangat kuat, sebab tanda nelibatkan bahasa-bahasa metamorposis yang berpotensi nenimbulkan makna ganda, sehingga setiap bahasa yang mengandung ungkapan metamorphosis yang berpotensi memiliki banyak makna, namun dibalik makna tersebut ada kebohongan yang tersimpan. Dan Umberto Eco menyebutnya sebagai tanda Dusta. Menurut Jhon Lecky, unsur-unsur pokok dalam tipologi cara pembentukan tanda menurut Umberto Eco adalah sebagai berikut 1. Kerja fisik, upaya yang dilakukan untuk membuat tanda 2. Pengenalan, objek atau peristiwa dilihat sebagai suatu ungkapan kandungan tanda, seperti tanda, gejala, atau bukti 3. Penampilan, suatu objek atau tindakan menjadi contoh jenis objek atau tindakan 4. Replika, Kecenderungan ke arah ratio difficilis secara prinsip, tetapi mengambil bentuk-bentuk kodifikasi melalui penggayaan. Contoh-contohnya adalah emblim, notasi music, dan tanda-tanda matimatika. 5. Penemuan, sebagai yang tidak terlihat oleh kode, menjadi landasan atau kontinum materi baru.19 18 Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan tanda, h.13 19 Jhon Lecky, 50 Filusuf kontemporer, (Yogyakarta:Kanisius 2001), h. 203

Page 58: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

49 Mercel Danesi mengatakan ada empat ranah membaca tanda yang digunakan Umbero Eco. Empat ranah tersebut bermanfaatkan untuk membaca dan menemukan tanda serta saling berhubungan, empat ranah tersebut adalah kondisi atau objek yang ditemukan, tanda, respon, dan aturan yang menghubungkan antara tanda dan objek, dan antara dan respon. Pada ranah pertama dengan melihat objek yang ditemukan menunjukan adanya realitas atau fenomena, selanjutnya realitas tersebut menunjukan suatu hal yang lain maka itu dapat disebut dengan tanda. Lalu tanda-tanda yang ditemukan mendapatkan respond an kemudian ada aturan yang disepakati antara respond an tanda. Semuanya tidak akan berjalan jika tidak ada aturan yang menghubungkannya.20 Bertolak dari teori Umberto Eco, penelitian ini menawarkan sebuah penyelidikan terhadap salah satu kebudayaan diindonesia. Pertama-tama yang harus dipahami bahwa Umberto Eco nenawarkan asumsi “Open Text” bagi Umberto Eco proses sejarah yang mendasari suatu jaman dalam bentuk-bentuk kebudayaan patut untuk diselidiki secara terbuka, yakni melalui “open text” dengan melakukan penyelidikan terhadap akar sejarah dan budaya, maka akan ditemukan pandangan-pandangan yang luwes, dan relevan dengan konteks zaman dari waktu ke waktu, sehingga budaya sebagi dasar sejarah juga bertanggungjawab atas paradigma kontemprer.21 D. Proses Semiosis Umberto Eco 20 Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna, h.24 21 Antoni, Riuhnya persimpangan Itu, Profil dan Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, (Solo:Tiga Serangkai, 2004), h.145.

Page 59: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

50 Umberto Eco mengkaji semiotik struktural dan semiotika pragmatis, menggambarkan semiotika sebagai kajian dalam dua bidang, yang pertama adalah semiotika komunikasi, yang atinya melihat tanda sebagai alat berkomunikasi yang melibatkan pengirim dan penerima tanda. Dan yang kedua adalah semiotik siginifikasi yang artinya memfokuskan perhatian pada produksi tandanya sendiri.. dalam semiotik komunikasi yang menjadi pusat perhatian adalah teori tentang sitem tanda (kode) sebagi alat komunikasi, sedangkan dalam semiotika signifikasi yang menjadi focus adalah teori produksi dan pemaknaan tanda.22 Dalam melakukan analisis, kita terlebih dahulu mengkaji satuan-satuan analisis secara terpisah, ini disebut analisis mikrosemitik kemudian meningkat ke analisis yang menggabungkan semua hasil analisis mikrosemitik untuk menghasilkan kesimpulan yang menyeluruh, hal ini disebut dengan mikrosemiotik.23 Yasraf Amir Piliang mengatakan bahwa Umberto Eco dalam A Theory of Semitics, semiotika komunikasi yang menekankan aspek produksi tanda ketimbang sistem tanda 24 Namun, yang perlu diketahui teori yang dikemukaan oleh Umberto Eco adalah bahwa tanda merupakan sebuah satra kultur. Teori tentang sistem tanda yang menjadi fokus semiotik komunikasi melihat setiap tanda bukan hanya sebagai satuan semantis, melainkan sebagai bagian dari “Interrconnecend cultural units”, jadi menurutnya tanda di dalam suatu 22 Benny H, Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, (Jakarta Komunitas Bambu, 2014), h.36 23 Benny H, Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h.36 24 Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika (Bandung:Matahari,2002),h.309.

Page 60: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

51 sistem merupakan suatu makna yang didasari konvensi di antara warga suatu masyarakat. 25 Proses Semiosis Umberto Eco26

25 Benny H, Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h.37 26 Umberto Eco,A Theory of Semiotics,(Milan, Indiana University Press, 1976), h.35. Pembuatan Tanda KODE Mengirimkan Sinyal melalui komunikasi Tujuan Berupa Makna Melakukan Interpretasi Makna Diterima Oleh Pendengar Tujuan

Page 61: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

52 Berdasarkan bagan di atas, konteks yang berkerja, dala arti sumber (Source), namun hal ini di mulai dengan pembuatan tanda, yang diakhiri kepada tujuan (Destination), sedangkan Elemen-elemen semunya menjadi kode, yang dikirim oleh pengirim (transmitter) yang mampu mengirimkan sinyal (Signal melalui saluran komunikasi, dan kemudian diterima oleh penikmat. Kode di atas menyampaikan tujuan (destination) yang berupa makna sebuah karya.

Page 62: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

51 BAB IV

MAKNA SIMBOLIK UPACRA TRADISIONAL SEREN TAUN

KAMPUNG BUDAYA SINDANGBARANG

Dengan mengacu pada teori semiotika Umberto Eco maka bisa di analisis

dan ditemukan sebagian makna yang ada pada upacara tradisonal Seren Taun di

Kampung Budaya Sindangbarang yaitu sebagai berikut

Sebelum Upacara seren taun di laksanakan terlebih dahulu para sesepuh di

Kampung Budaya Sindangbarang menyiapkan segala sesuatunya yang akan di

gunakan dalam rentetan upacara tradisi Seren taun, persiapan tersebut meliputi:

1. Busana, busana yang di gunakan oleh para kokolot dan sesepuh berupa

baju kampret berwarna hitam dan putih dan ikat kepada khas Sunda

2. Leuit yang terletak di depan lapangan untuk menyimpan padi

3. Campih, tempat sesajen yang berupa bunga 7 rupa serta kue dan

sesajen yang lainnya

4. Kerbau untuk ritual Nugel Munding

5. Kesenian tradisional untuk menghibur warga yang sudah ikut

memeriahkan acara seren taun

6. Panggung untuk menampilan kesenian supaya acara beralangsung

meraih

7. Kendi, tempat 7 sumber mata air yang di ambil dari berbagai sungai

8. Tempayan, tempat menyimpan air dari kendi

Page 63: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

52 9. Sesajen yang berupa hasil bumi1

Setelah semuanya telah dilaksanakan maka hal yang paling penting

adalah pelaknsanaan upacara seren taun dalam seminggu berturut-tutut, di

antaranya adalah sebagai berikut2

A. Rentetan Upacara Ritual Seren Taun

1. Ritual Netepkeun

Prosesi Netepkeun, menetapkan yaitu menetapkan hari pelaksanaan upacara

seren taun yang diikuti oleh para sesepuh di desa Pasir Eurih dan melakukan

musyawarah dengan diiringi dengan membacakan doa-doa kepada leluhur supaya

diberikan kelancaran dalam proses pelaksanaanya, biasanya ritual ini di lakukan di

tempat pambeasan (tempat sakral untuk berkumpul dan bermusyawarah. Barang-

barang yang harus di siapkan dalam ritual ini seperti

- Kembang tujuh rupa

- 7 macam buah-buahan

- Kemenyan

- Arang

- Parukuyan

- Kue kue hasil bumi 1 Wawancara bersama Bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul 11.00 wib 2 Wawancara bersama Bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul 11.00 wib

Page 64: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

53 - Dawegan (kelapa muda)

Simbol-simbol yang sudah menjadi kode yang terkandung isi dalam ritul

netepkeun yaitu3

- kembang 7 rupa atau menyiapkan bunga dengan jumlah tujuh macam yang

disajikan sesajen merupakan simbol bilangan, yang mempunyai arti angka

7 yaitu melambangkan jumlah hari atau dalam satu minggu ada tujuh hari

- 7 macam buah-buahan yaitu juga melambangkan jumlah hari atau dalam

satu minggu ada 7 hari

- Kemenyan adalah sebuah benda yang dicampurkan ke dalam parukuyan

yang kemudia menghasilkan sebuah asap yang mempunyai simbol sebagai

alat komunikasi dengan leluhur.

- Arang, adalah sebuah benda yang dibakar berbarengan dengan kemenyan,

warna hitam dari arang melambangkan kesejukan serta kesetiaan.

- Parukuyan yaitu tempat yang berisi arang dan dicampurkan dengan

kemenyan adalah alat untuk menyamapiakn doa. Kemenyan di campurkan

ke dalam arang dan kemudia dibakar, bau harumnya yang khas mempunyi

simbol penghormatan pada penguasa alam semesta. 3 Wawancara bersama Bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul 11.00 wib

Page 65: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

54 - Kue-kue tradisional, kue ini di siapkan oleh warga desa Pasir Eurih yang

senantiasa mengikuti tradisi seren taun, hal ini mengandung simbol akan

selalu mendapatkan keberkahan dalam hidupnya

- Dawegan (kelapa muda) melambangkan dunia gaib, yang tidak tampak.

2. Ritual Ngembang

- Ngembang (Ziarah) adalah melakukan ziarah kepada makam-makam para

leluhur warga yaitu sang Prabu langlangbuana dan Prabu Preggong Jayadi

Kusumah. Hal ini untuk menghormati para leluhur yang sudah payah

membangun Desa kususnya Kampung Budaya Sindang Barang. Dan

adapun barang-barang yang harus dibawa dalam ritual ini yaitu 4

- Kendi

- Kembang 7 rupa

Simbol-simbol yang sudah yang menjadi kode dan mengandung isi dalam

ritual ngembang yaitu sebagi berikut:

- Kendi, kendi merupakan alat yang berbentuk penyimpan air kecil yang

biasanya di bawa oleh para kokolot, dan yang di isikan air yang sudah

dibacakan doa-doa, hal ini melabangkan penghormatan kepada leluhur

- Kembang 7 rupa, yaitu bunga 7 rupa yang di taburkan ke makam para

leluhur yang melambngkan 7 hari dalam satu mingguu, 4 Wawancara bersama Bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul 11.00 wib

Page 66: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

55 3. Ngala cai kakulu

Ini adalah tradisi mengumpulkan 7 sumber mata air, yaitu Cipamali,

Ciameja, Cimalipah, Cikubang, Sumur Jalatsunda, Ciputri, dan Cieming.

Ritual ini di lakukan oleh kokolot, dan setelah pengambilan air kemudian 7

kendi yang di ikat oleh kain hitam dan putih itu dimasukan ke dalam

tempayan yang berada di rumah gede atau pambeasan, karena persediaan

air dalam tempayan akan disediakan dalam proses menuju puncak acara

seren taun. Alat-alat yang dibawa yaitu

- Kendi Besar

- Kain Hitam dan Putih

Simbol-simbol yang sudah yang menjadi kode dan mengandung isi

dalam ritual ngembang yaitu sebagi berikut:

Kode Isi

Kendi Melambangkan kehidupan dengan

tiap airnya memiliki makna yang

berberda,

Kain hitam dan putih Melambangkan bahwa kehidupan ini

di selimuti dengan hal yang bersih

dan kotor

Page 67: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

56

B. P

B

Tahap kedua yaitu tahap dimana upacara seren taun dilaksanakan pada

hari ke empat, dan ritul acara hari selanjutnya yaitu sebagai berikut

1. Sedekah Kue

Sedekah kue yaitu hamparan kue-kue tradisonal yang dibuat oleh

warga sekitar mewarnai ritul ini, biasanya terdapat 4 hamparan kue yang

disiapkan warga sekitar, sebelum kue di perbutkan oleh warga, para koklot

terlebih dahulu mendoakan para leluhur yang sudah tiada, serta menggelar

acara pawai kesenian sunda, namun tidak lupa kue yang sudah di doakan

terlebih dahulu di semprotkan air dalam kendi yang sudah di ambil dari 7

sumber mata air. Alat-alat yang dibawa yaitu

- Kue tradisional sunda

- Kemenyan

- Parukuyan

Adapun Simbol-simbol yang sudah menjadi kode dan mengandung

isi dalam ritual ngembang yaitu sebagi berikut

Kode Isi

Tempayan Melambangkan kehidupan yang yang

selalu di isi dengan hal-hal yang baik

dan buruk.

Page 68: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

57 40 kue dalam 2 banjar Kue-kue tradisional khas sunda

dalam dua banjar

melambangkan terdapat langit

dan bumi

Kemenyan Asap dalam pembakaran

kemenyan memeiliki simbol

sebagi alat komunikasi kepada

leluhur

Parukuyan Kemenyan yang dibakar di

dalam parukuyan

melambangkan penghormatan

kepada alam semsta,

2. Nugel Munding

Nugel munding atau menyembelih kerbau adalah ritual upacara

yang di laksanakan pada hari ke 5 dari upacara rentetan upacara seren

taun, peristiwa ini berupa penyembelihan kerbau yang di selimuti dengan

kain Hitam dan Putih, kemudian daging kerbau di masak untuk para

pengunjung dan sebagian lagi dibagikan kepada warga sekitar, hal ini

bertujuan supaya setiap warga akan selalu mendapatkan keberkahan. Dan

Page 69: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

58 sebelum di sembelih kerbau terlebih dahulu di cipratkan air dalam kendi.

Alat-alat yang di gunakan dalam Nugel muning yaitu:5

- Kerbau

- Kain hitam dan putih

- Kemenyan

- Arang

- Parukuyan

Adapun simbol-simbol yang sudah terkodekan dan mengandung

isi dalam ritual ngembang yaitu sebagi berikut

Kode Isi

Kerbau Melambangkan sebagai filosofi

hidup

Kain Hitam dan Putih Mempunyai makna bahwa

kehidupan ini di selimuti hal yang

kotor dan bersih

Kemenyan dan arang Pembakaran kemenyan dan arang

melambangkan alat komunikasi

kepada leluhur 5 Wawancara bersama Bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul 11.00 wib

Page 70: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

59 Parukuyan Mempunyai simbol penghormatan

kepada leluhur

Prosesi ketiga dalam rentetan upacara seren taun yaitu prosesi

yang dilaksanakan pada hari ke enam dank e 7 yaitu puncak dari upacara

seren taun, prosesinya yaitu

1. Helaran Dongdang

Helaran Dongdang atau mengarak Dongdang merupakan acara

hari ke 6 yang dilaksanakan diacara seren taun, dimana para warga

mengarak dongdang yang berisi hasil bumi berupa sayur-sayuran, buah-

buahan, umbi-umbian dan padi. Dongdang sebelum diarak di doakan

terlebih dahulu oleh kokolot dan di siramkan air dari kendi yang berasal

dari 7 sumber mata air, waraga perpakaian adat seperti baju putih, celana

hitam dan ikat kepala khas sunda. Alat-alat yang dibawa dalam helaran

dongdang adalah:6

- Dongdang yang berisi hasil bumi

- Sesajen

Simbol-simbol yang sudah terkodekan dan mengandung isi dalam

ritual ngembang yaitu sebagi berikut 6 Wawancara bersama Bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul 11.00 wib

Page 71: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

60 Kode Isi

Dongdang Melambangkan kehidupan yang

bisa di atur oleh hal-hal positif

Hasil bumi berupa sayur-sayuran,

buah-buahan, ubi-ubian dan padi

Melambangkan keberkahan dan rasa

syukur terhadap Tuhan Yang Maha

Esa

Pakain adat celan putih, baju

hitam

Lambing masyarakat petani lading,

Hitam melambangkan guru bumi,

putih melambangkan dewi

Rumbiyang Jati

2. Majikeun Pare

Majikeun pare yaitu menyimpan Padi dalam leuit, ritual ini di

laksanakan pada hari terakhir dalam upacara seren taun, acara ini yang

paling di tunggu-tunggu oleh warga sekitar karena ini merupakan

acara yang paling sakral di antra ritual sebelumnya. Upacara Majikeun

Pare kedalam lumbung Ratna Intan yang terletak di lapangan, sang

Rama sudah menunggu untuk menyimpan padi kedalam lumbung,

padi yang akan di masukan ke lumbung di lingkari dengan kain putih

dan hitam. penyimpanan padi ke dalam lumbung padi ini sebagai

persediaan pangan selama satu tahun dan berharap di tahun berikutnya

hasil panen berlimpah. Sebelum padi di masukan ke dalam lumbung

Page 72: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

61 terlebih dahulu di lakukan ritual mendoakan padi dengan membakar

kemenyan, dan menyediakan sesjen berupa tujuh buah-buahan,

dawgen, kue, dan padi, namun sebelum di padi dimasukan ke dalam

lumbung terlebih dahulu di siramkan air dalam kendi.7

Simbol-simbol yang sudah terkodekan dan mengandung isi

dalam ritual ngembang yaitu sebagi berikut

Kode Isi

Leuit Tempat menyimpan padi

Padi Melambangkan nyai dalam hal

petanian

Dawgen Melambangkan dunia ghaib

Kue dan bunga 7 rupa Bunga tujuh rupa melambangkan

hari dalam 7 hari

Kemenyan dan parukuyan Ini mempunyai simbol komunikasi

dan penghormatan kepada leluhur

Kendi Melambangkan kehidupan

Kain pembungkus padi berwarna

putih dan hitam

Kain warna putih pembungkus

warna putih melambangkan Dewi

Rumbiyang Jati, dan berwaran 7 Wawancara bersama Bapak Ukat (kokolot di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 24 April 2018, pukul 11.00 wib

Page 73: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

62 hitam melambangkan Guru Bumi

keduanya kemudian di kawinkan

di dalam leuit.

� Kesenian yang ada dalam pelaksanaan Upacara Tradisi Seren Taun

Seren taun yang dilaksanakan tujuh hari berturut-tutut selalu

menghadirkan kecerian bagi warga sekitar, bukan hanya sekedar acara

sakaral yang diikuti namun di perhelatan Seren taun juga terdapat

beberapa pertunjukan yang mempunyai makna tersendiri. Di anataranya

yaitu:8

Kesenian Isi

Damar sewu Adalah sebuah pertunjukan

kebudayaan di Kampung Budaya

Sindang Barang yang

menggambarkan manusia dalam

menjalani proses kehidupan baik

secara pribadi maupun sosial

Tari Buyung Adalah sebuah pertunjukan tari

yang juga melambangkan 8 Wawancara bersama Bapak Ujang (yang berkerja di Kampung Budaya Sindang Barag), pada 15 Mei 2018, pukul 13.00 wib

Page 74: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

63 gamabaran manusia dalam

menjalani proses kehidupan baik

secara pribadi maupun sosial

Pesta Dadung Pesta dadung yaitu upaya meruat

dan menjaga keseimbangan alam

agar hama dan unsur negatif tidak

mengganggu kehidupan manusia

Ngamamerokeun Upacara ini yaitu berintikan

mempertemukkan dan

mengawinkan benih paadi jantan

dan betina

Tarawangsa Seni tarawangsa disebut juga seni

jentreng, yang menginduk kepada

suara kecapi, yang di pentaskan

adalah kesenian menggunakan

kecapi dan tarawangsa saja naum

terdapat selingan tarian yang

disebut badaya

Seribu Kentongan, Yang memiliki makna

bahwasannya yang memiliki

kentongan bambuus yang memilki

Page 75: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

64 arti kita harus senantiasa ingat

kepada hukum yang mentukan

nilai kemanusiaan dan

kebangsaan.

Page 76: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

65 C. Cara Kerja Semiosis Umberto Eco

1. Netepkeun

Netepkeun

Melakukan Intrpretasi penghormatan kepada yang Gaib

Kemenyan

Arang

Parukuyan Kemenyan dibakar dengan arang diatas parukuyan menghasilkan asap yang wangi mengasilan simbol penghormatan kepada sang Maha Penguasa

Kembang 7 rupa melambangkan: 7 hari dalam seminggu Kemenyan: melambangkan komunikasi dengan leluhur Parukuyan melambangkan: penghormatan kepada leluhur Arang melambangkan kesetiaan Sebagai alat kamunikasi dengan

sang Maha Penguasa

Pengunjung dan warga sekitrar

Komunikasi terhadap para warga sekitar, pengunjung dan yang Ghaib

Page 77: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

66 2. Ngala Cai Kakulu

Ngala Cai kakulu

Kedi

Kain Hitam

Kain Putih Kendi yang dibawa pada saat ngala cai kakulu di balutkan terlebih dahulu oleh kain hitam dan putih, proses ini melambangkan bahwa kehidupan selalu diselimuti dengan perbuatan baik dan buruk

Kendi melambangkan kehidupan Kain Hitam melambangkan hal yang buruk Kain putih melambangkan hal yang baik

Sebagai alat komunikasi dalam kehidupan itu selalu bersyukur

Melakukan Intrpretarsi kepada leluhur

Pengunjung dan warga sekitrar

komunikasi dengan warga bahwa hidup ini selalu di selimuti dengan perbuatan baik dan buruk

Page 78: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

67 3. Sedekah Kue

Sedekah Kue

Air dalam Kendi

40 tampah kue

Dalam 2 banjar 40 kue tradisional dalam 2 banjar melambangkan rasa syukur atas hasil bumi, sebelum kue dibagikan terlebih dahulu di siramkan air dalam kendi hasil ritual Ngala Cai Kakulu

Kendi melambangkan kehidupan 40 kue dalam satu banjar melambangkan di dunia ini terdapat lanit dan bumi

Melakukan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi Sebagai alat komunikasi bahwa

kehidupan hanya ada baik dan bu

Pengunjung dan warga sekitrar

selalu bersyukur atas apa yang diperoleh dala hidup ini supaya selalu diberikan keberkahan dalam kehidupannya.

Page 79: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

68 4. Nugel Munding

Nugel Munding

Kerbau

Kain Hitam

Kain Putih Kerbau diikat dengan kain hitam dan putih sebelum disembelih terlebih dahulu didoakan dan dicipratkan air dalam kendi, hal ini bermakna bahwa dalam kehidupan itu selalalu di selimuti dengan hal-hal yang baik atau buruk dan kemudian dagingnya diberikan kepada wara sekitar

Kerbau melmbangkan filosofi hidup Kain puih melambangkan Perbuatan buruk Kain hitam melambangkan perbuatan baik

melakukan hal-hal yang baik dan buruk

Sebagai alat komunikasi bahwa kehidupan hanya ada baik dan buruk dan senantiasa harus saling berbagi

Pengunjung dan warga sekitrar

menyampaikan kepada masyarakat bahwa dalam hidup ini terdapat hal-hal yang baik dan kotor, dan menyerukan warga untuk saling berbagi kepada yang lainnya

Page 80: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

69 5. Halaran Dongdang

Halaran Dongdang

Dongdang

hasil Bumi

Kendi

Parukuyan, Kemenyan dan arang

Mengarak dongdang yang berisi hasil-hasil bumi berupa, padi, sayur-sayuran, bauh-buahan, sebelum diarak terlebih dahulu di siramkan air dalam kendi dan dibacakan doa-doa yang dibarengi dengan pembakaran kemenyan, ini bermakana baha kehidupan ini harus di isi dengan hal-hal fositif dengan selalu melakukan kaomunikasi dengan Tuhan yang Maha Esa

Dongdang:kehiupan yang bisa diatur Hasil Bumi:rasa syukur dan keberkahan kendi: kehidupan Parukuyan, kemenyan dan arang: komunikasi dan penghormatan kepada leluhur

melakukan interpretasi rasa syukkur terhadap yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa

Sebagai rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Es Selalu bersyukur atas Nikmat yang

telah diberikan, dengan cara selalu mendekatkan dan berokumikasi dengan Tuhan Yang Maha Esa Pengunjung dan warga

sekitrar

Page 81: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

70 6. Majikeun Pare

Majikeun Pare

Padi

Dawegan

Sesajen

Parukuyan, Kemenyan dan arang

Majikeun Pare atau memasukan padi kedalam lumbung padi, sebelum memasukan padi dalam lumbung terlebih dahulu di bacakan doa dengan membakar kemenyan serta disediakannya sesajen yang sebagai alat komunikasi sera pengormatan, kemudian padi disiramnkan air dalam kendi, hal ini bermkna rasa syukur atas panen padi pada masa sekarang dan berharap panen selanjutnya akan berlimpah dan berkah

Padi :melambangkan nyai dalam petan Dawegan: hal Gaib Sesajen:Rasa Syukur Parukuyan, kemenyan dan arang: komunikasi dan penghormatan kepada leluhur

melakukan interpretasi rasa syukkur terhadap yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa

Sebagai rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Es

Pengunjung dan warga sekitrar

Mengucap syukur atas hasil panen padi dan berharap hasil panen selanjutnya berlimpah dan berkah

Page 82: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

71 D. Analisis Upacara Seren Taun

Upacara seren taun yang dilaksanakan di Kampung Budaya

Sindangbarang mempunyai simbol-simbol yang sudah diterapakan dalam

setiap rentetan upacaranya, perayaan seren taun merupakan upacara yang

sangat kental dengan nilai-nilai falsafah hidup, didalamnya terdapat prosesi

spiritual yang mengandung nilai-nilai religus yaitu upaya pendekatan diri

kepada Tuhan dan kepada Alam melalui kesenian dalam petunjukan upacara

seren taun.

Dalam pandangan Islam rangkaian upacara seren taun bermakna rasa

syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dikukuhkan pula melalui pembacaan

doa kepada Tuhan yang dilangsungkan oleh para sesepuh di Kampung

Budaya Sindangbarang, doa-doa yang dipanjatkan yaitu berupa bacaan-

bacaan ayat-ayat al-Quran berupa puji-pujian terhadap Tuhan. Walupun

sebenarnya dalam rentetan upacaranya terdapat hal-hal yang menyimpang

dalam tradisi Islam namun masih ada hal yang terkait dalam Islam seperti

bacaan doa dan pengungkapan rasa syukur terhadap Tuhan,

Page 83: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

72 BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan Berdasrkan hasil analisis, pada pembahasan di atas, maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut Secara etimologis simbol berasal dari kata Yunani “sym-ballein” yang berarti melemparka bersama suatu (benda, perbuatan) yang dikaitkan dengan suatu ide. Ada pula yang menyebutkan “symbol” yang beratri tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Dalam upacara seren taun yang dilaksanakan berturut-turut selama tujuh hari selalu mempunyai makna dan simbol yang lekat dengan kehidupan sehari-hari, ritual itu diantaranya yaitu upacara Netepkeun,

Ngembang, Ngala Cai Kakulu, Sedekah Kue, Nugel Munding, Helaran

Dongdang dan Majikeun Pare ke lumbung Padi dengan rentetan upacara-upacara tersebut sebenarnya mempunyai tujuan yaitu mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Umberto Eco mengkaji semiotika komunikasi sebagai pembentukan tanda yang diteruskan dengan menampilkan kode-kode yang ada diupacara tradisi seren taun dengan kode tersebut Umberto Eco kemudian meintrepretasiakan sebuah makna, supaya makna tersebut bisa didengar oleh kalangan masyarakat dan menghasilkan tujuan yang bisa diterima.

Page 84: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

73 Adapun tujuan dari masyarakat Kampung Budaya Sindangbarang yang masih mempertahankan ritual ini yaitu, sebagai penghormatan kepada leleuhur mereka dan ritual ini juga sebagai alat untuk meminta keridhoan dari sang pencipta agar keinginan mereka bisa dikabulkan yaitu hasil panen yang melimpah di tahun yang akan datang. B. Saran Skripsi ini penulis rasa jauh dari kata sempurna, maksud tan tujuan penulis hayalah sedikit ingin membuka cakrawala tentang sebuah kebudayaan yang ada di Kampung Budya Sindang Barang, penulis juga mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah penting penulis harapkan demi kelancaran skripsi ini. Dinas Parawisata dan cagar budaya sangat minim sekali khusunta dalam informasi mengeani objek-objek peristiwa terutama dalam peristiwa upacara Tradisional seren taun di Desa Pasir Eurih tepatnya di Kampung Budya Sindang Barang, dalam hal tulisan-tulisan buku mengenai sejarah dan benda-benda yang ada di Kampung Budaya Sidang Barang.

Page 85: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

74 DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2015. Antoni, Riuhnya persimpangan Itu, Profil dan Pemikiran Para Penggagas Kajian Ilmu Komunikasi, Solo:Tiga Serangkai, 2004 Aw, Suranto. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Bakker, Anton dan Zubair, Achmad Charis, Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 2002. Bakker, J. W. M. Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius, 2000. Danesi, Marsel, Pesan, Tanda dan Makna, Jogyakarta, Jalasutra, 2010 ___________,A Theory of Semiotics,Milan, Indiana University Press, 1976. Eco, Umberto, Teori Semiotika:Signifikasi Komunikasi, Teori Kode,Serta Teori Produksi Tanda.Terj. Inyik Ridwan Muzir. Bantul: Kreasi Wancana,2009. Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012. Gumilang, Nana, Seren Taun: Pesona Budaya dan Refleksi Rohani, Bogor: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2013. Hoed, Benny H, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Depok: Komunitas Bambu:2014 ______________, Meretas Tanah: Bahasa, Semiotika dan Budaya: Yogyakarta: Yayasan Bambu Budaya:2001. Jeremias, Taufik. “Upacara Serentaun di Cigugur: Penunjuk Identitas Agama Djawa Sunda.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004. Kusumohamidjojo, Budiono. Filsafat Kebudayaan: Proses Realisasi Manusia. Yogyakarta: Jalasutra, 2010. Lecky, Jhon, 50 Filusuf kontempore, Yogyakarta:Kanisus,2001, h.200 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosadakarya. 2002. Morissan. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Prenadamedia Group, 2012.

Page 86: MAKNA SIMBOLIK UPACARA TRADISIONAL SEREN TAUN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40649/1/FITRIA... · fitri afiani 111033100044 jurusan aqidah dan filsafat islam

75 Muzaki, Akhmad, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, Malang: UIN-Malang Press 2007. Nasrulla, Rulli, Teori dan Riset Media Siber,Jakarta:Kencana, 2014 Richard dan Ogded, The Meaning of meaning, London:Routledge,1923 Piliang, Amir Yasraf, Semiotika dan Hipersemitika: Gaya Kode dan Matinya Makna. Bandung: Matahari 2003. Prasetyo, Untung dan Sarwoprasodjo, Sarwititi. “Komodifikasi Upacara Tradisional Serentaun dalam Pembentukan Identitas Komunitas.” Sodality V, no. 02. Agustus 2011. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1976 Rosidi, Ajip, ed. Ensiklopedia Sunda: Alam, Manusia, dan Budaya. Jakarta: Pustaka Jaya, 2000. Ritzer George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta: CV Rajawali, 1985 Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2013 Susanto, Dina Amalia. “Hibrida Lokal-Global pada Politik Komodifikasi Budaya Serentaun Rekonstruktif, Upacara Tahunan Masyarakat Sunda, di Sindangbarang Kabupaten Bogor.” Tesis S2 Sekolah Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2008. Sutrisno, Mudji. Filsafat Kebudayaan: Ikhtisar Sebuah Teks. Jakarta: Hujan Kabisat, 2008. Utami, Annisa dkk. “Peran Tradisi Seren Taun dalam Upaya Meningkatkan Pewarisan Nilai-Nilai Sosial dan Budaya di Kalangan Remaja Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.” Edueksos V. no. 1. Juni 2016. Yuliawati, Ika. “Pola Keruangan Prosesi Serentaun di Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.” Skripsi S1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015. Ef, Kurnia. “Seren Taun di Sindang Barang, Syukuran Panen Padi.” https://www.Parle-Indonesia.com. 15 April 2017. “Profil Umum.” http://www.Kp-Sindangbarang.Com/?Page_Id=20, 15 April 2017.