makanan kaleng keracunan clostridium botilinum

25
MAKALAH CLOSTRIDIUM BOTULINUM PADA MAKANAN KALENG Oleh Muhammad Zaki Mubarak 11820054 PROGRAM SARJANA KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 1

Upload: muhammad-zaki-mubarak

Post on 24-Jul-2015

1.237 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

MAKALAH

CLOSTRIDIUM BOTULINUM PADA MAKANAN KALENG

Oleh

Muhammad Zaki Mubarak 11820054

PROGRAM SARJANA KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2012

1

Page 2: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial

dalam kehidupan manusia. Salah satu ciri makanan yang baik adalah aman

untuk dikonsumsi. Makanan yang menarik, nikmat, dan tinggi gizinya, akan

menjadi tidak berarti sama sekali jika tak aman untuk dikonsumsi. Menurut

Undang-Undang No.7 tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan sebagai

suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.

Di dalam bahan pangan, kontaminasi senyawa beracun baik senyawa

beracun alami maupun senyawa beracun mikroba bisa saja terjadi karena

bahan pangan merupakan salah satu tempat yang paling memungkinkan bagi

pertumbuhan mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan

pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti

perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya.

Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat

mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga

bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi.

Sekarang ini seiring dengan meningkatnya tingkat kesibukan ,

masyarakat kini cenderung kurang memperhatikan makanan yang mereka

makan. Baik itu dari segi kebersihan, kesehatan, atau kandungan gizi yang

terkandung dalam makanan, kecenderungan orang hanya memikirkan dari

segi ekonomis dan kepraktisannya saja. Salah satu contohnya adalah

makanan kaleng .Makanan kaleng adalah sumber utama senyawa beracun

dari mikroba bakteri Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan

keracunan botulinin. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng

yang tidak sempurna atau adanya sisa mikroorganisme yang masih bertahan

hidup setelah proses pemanasan pengolahannya atau pada kaleng yang

bocor, sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar.

2

Page 3: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

Berdasarkan uraian di atas tersirat bahwa senyawa beracun dari

mikroba bakteri Clostridium botulinum ini sangat membahayakan bagi

kehidupan manusia sekarang ini yang menuntut kepraktisan dalam

mengonsumsi makanan.Oleh karena itu penyusun tertarik untuk menyikapi

permasalahan tersebut dikaji lebih lanjut dalam bentuk karya tulis yang

berjudul ”Keracunan Pangan Akibat Oleh Toksin Botulinin”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain :

1. Bagaimana kriteria makanan yang aman untuk dikonsumsi ?

2. Apa saja contoh senyawa beracun yang tergolong alamiah, sintesis,

dari mikroba, serta residu pencemaran ?

3. Bagaimana cara menanggulangi bahaya toksin botulinin yang terdapat

dalam makanan?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :

1. Mengetahui karakteristik senyawa beracun dalam makanan kaleng

yaitu mikroba bakteri Clostridium botulinum.

2. Mengetahui dampak kesehatan dari pencemaran senyawa beracun

dalam makanan khususnya dari mikroba bakteri Clostridium botulinum

3. Mengetahui cara menanggulangi bahaya dari toksin botulinin dalam

makanan.

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah memberikan informasi

mengenai senyawa beracun dalam makanan kaleng khususnya dari mikroba

bakteri Clostridium botulinum, dampaknya bagi kesehatan, serta cara

menanggulangi bahaya dari senyawa-senyawa beracun tersebut dalam

makanan.

3

Page 4: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Senyawa Kimia Beracun

Pengertian bahan kimia beracun dapat didefinisikan sebagai bahan kimia

yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk

hidup lainnya. Keracunan diakibat dari aktivitas mikroorganisme dibedakan

menjadi food intoxication dan food infection. Food intoxication terjadi karena

makanan tercemar oleh toksin, sedangkan food infection terjadi karena makanan

terkontaminasi oleh parasit, protozoa atau bakteri patogen.

Keracunan makanan yang sering terjadi umumnya disebabkan karena

makanan mengandung eksotoksin, yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum

atau enterotoksin yang dihasilkan oleh Staphyilococci.Hal itu menyebabkan

terjadinya intoksikasipada manusia atau mahluk hidup lainnya, intoksikasiyaitu

keracunan yang disebabkan oleh bahan pangan yang mengandung senyawa

beracun.

Sedangkan kriteria suatumakanan yang aman adalah yang tidak tercemar,

tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya,

telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak

rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu, kualitas

makanan, baik secara bakteniologi, kimia, dan fisik, harus selalu diperhatikan.

Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya

dipengaruhi oleh mikroorganisme.

2.2Clostridium botulinum

Clostridium botulinum merupakan bakteri berbentuk batang, bersifat

anerob yang berarti organisme-organisme ini tumbuh paling baik pada tingkat-

tingkat oksigen yang rendah atau ketidakhadiran oksigen, Gram-positif, dapat

membentuk spora, dan dapat memproduksi racun syaraf yang kuat. Sporanya

tahan panas dan dapat bertahan hidup dalam makanan dengan pemrosesan yang

kurang sesuai atau tidak benar.

4

Page 5: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

Bakteri clostridium botulinum membentuk sel reproduksi yang disebut

spora. Seperti biji, spora bisa hidup di bagian yang tidak aktif untuk beberapa

tahun, dan mereka sangat bersifat melawan terhadap kerusakan. Ketika

kelembaban dan bahan bergizi ada dan oksigen tidak ada (seperti pada usus

atau botol atau kaleng bersegel), spora tersebut mulai bertumbuh dan

menghasilkan racun. Beberapa racun dihasilkan oleh Clostridium botulinum

tidak dihancurkan oleh enzim pelindung usus.

KLASIFIKASI

Kingdom : Bacteria

Divisi : Firmicutes

Kelas : Clostridia

Ordo : Clostridiales

Famili : Clostridiaceae

Genus : Clostridium

Species : Clostridium botulinum

Gambar 1.Clostridium botulinum

2.2.1 Ekologi Clostridium Botulinum

Penyebaran bakteri Clostridium botulinummelalui spora yang

dihasilkan oleh bakteri tersebut. Spora Clostridium botulinumdapat

ditemukan di saluran pencernaan manusia, ikan, burung, dan hewan

ternak. Selain itu, spora Clostridium botulinumjuga dapat ditemukan di

tanah, pupuk organik, limbah, dan hasil panen. Spora tersebut dapat

5

Page 6: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

berakhir di usus hewan yang memakan hewan atau tumbuhan yang

terkontaminasi spora tersebut kemudian memasuki rantai makanan

manusia.

Jika spora memasuki lingkungan yang anaerob, misalnya pada kaleng

makanan, spora – spora tersebut akan tumbuh menjadi bakteri yang dapat

menghasilkan neurotoksin. Pada makanan yang tertutup dan pH nya

rendah (lebih dari 4,6) merupakan tempat pertumbuhan bakteri C.

botulinum yang kemudian dapat memproduksi racun. Faktor lain yang

mendukung tumbuhnya spora menjadi sel vegetatif adalah kadar garam

yang di bawah 7%, kandungan gula di bawah 50%, temperatur 4oC –

49oC (suhu kamar), kadar kelembapan tinggi, serta sedikitnya kompetensi

dengan bakteri flora.

2.2.2 Fisiologi Clostridium Botulinum

Clostridium Botulinumtermasuk bakteri yang bersifat mesophilic

dengan suhu optimum untuk tumbuh yaitu 370oC untuk strain jenis A dan

B serta 300 oC untuk strain jenis E. Suhu terendah dari strain jenis A dan

B adalah 12,50 oC. Disisi lain spora jenis E mampu tumbuh dan

menghasilkan toksin pada suhu 3,30oC, sementara jenis F tumbuh dan

menghasilkan toksin pada suhu 40 oC. Secara umum strain jenis E dan B

bersifat non-proteolitik serta strain F suhu minimum untuk tumbuhnya

lebih kurang 100 oC lebih rendah daripada strain A dan B. Sedangkan

suhu maksimum untuk tumbuhnya yaitu : jenis A dan B pada suhu 500 oC. Strain jenis E memiliki suhu maksimum 5 derajat lebih rendah dari

strain A dan B dengan suhu optimumnya yaitu 300 oC.

Produksi toksin Clostridium botulinumtergantung dari kemampuan sel

untuk tumbuh di dalam makanan dan menjadi autolisis disana. Lebih

lanjut produksi toksin dipengaruhi oleh komposisi dari makanan atau

medium terutama glukosa atau maltosa yang diketahui sangat potensial

terhadap produksi toksin, kelembaban, pH, potensial redok, kadar garam,

temperatur dan waktu penyimpanan.

6

Page 7: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

Berdasarkan atas pH, diketahui bahwa Clostridium Botulinumtidak

mampu tumbuh pada pH di bawah 4,5. Dan diketahui juga bahwa

organisme akan tumbuh dengan baik dan menghasilkan toksin pada pH

5,5-8,0.

Nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan bersifat komplek,

diperlukan asam amino, vitamin B dan mineral. Clostridium

Botulinumjenis A dan B memerlukan kadar air 0,94 dan jenis E pada 0,97

dengan kadar garam 10% atau 50% sukrosa akan menghambat

pertumbuhan jenis A dan B. Pada konsentrasi 25-500 ppm dapat

menghambat jenis A lebih dari sebulan pada suhu optimum dengan pH

5,9-7,6.

2.3 Toksin Clostridium botulinum

Clostridium botulinum menghasilkan toksin yang disebut neurotoksin

atau BoNT (botulinum neurotoxin). Neurotoksin ini merupakan eksotoksin

karena toksin dikeluarkan oleh bakteri ke lingkunganserta neurotoxinpaling

kuat yang pernah ditemukan. Toksin botulinum ini memiliki struktur dan

fungsi yang sama dengan toksin tetanus. Namun, toksin botulinum

mempengaruhi syaraf periferi karena memiliki afinitas untuk neuron pada

persimpangan otot syaraf.

Terdapat tujuh macam toksin yang berbeda – beda yang dihasilkan oleh

C. botulinum, yaitu tipe A, B, C, D, E, F, dan G. Tipe A, B, E, dan F dapat

menyebabkan botulisme pada manusia. Tipe C dan D menyebabkan sebagian

besar botulisme pada hewan. Hewan yang paling sering terinfeksi adalah

unggas liar dan unggas ternak, sapi, kuda, dan beberapa jenis ikan. Walaupun

tipe G telah diisolasi dari tanah di Argentina, belum ada kasus yang diketahui

disebabkan oleh strain ini.

2.4 Neurotoksin

Neurotoksin merupakan jenis racun yang menyerang system saraf.

Aktivitas neurotosin dapat dicirikan oleh kemampuan untuk menghambat

neuron kontrol atas ion konsentrasi di seluruh sel membran, atau komunikasi

7

Page 8: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

antara neuron di seluruh sinaps. Dengan menghambat kemampuan untuk

neuron untuk menjalankan fungsi yang diharapkan mereka intraseluler, atau

lulus sinyal ke sel tetangga, neurotoksin dapat menyebabkan penangkapan

sistem saraf sistemik seperti dalam kasus dari toksin botulinum, atau bahkan

kematian jaringan saraf. Para waktu yang dibutuhkan untuk timbulnya gejala

setelah terpapar racun saraf dapat bervariasi antara racun yang berbeda, berada

di urutan jam untuk toksin botulinum.

8

Page 9: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Keracunan Makanan oleh Clostridium botulinum

Keracunan oleh mikroba adalah jenis keracunan yang paling banyak dan

sering ditemui di masyarakat. Makanan menjadi beracun karena telah

terkontaminasi dengan jenis bakteri tertentu, yang karena dibiarkan tumbuh

dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga dapat membahayakan

konsumen. Keracunan akibat tercemar oleh bakteri Clostridium botulinum

sering terjadi dalam kehiduan sehari-hari. Racun yang dihasilkan oleh

Clostridium botulinum akan diserap di dalam lambung, duodenum dan bagian

pertama jejunum. Kemudian akan diedarkan oleh darah dan menyerang saraf.

Gejala akibat keracunan dimulai 18 – 24 jam setelah makan makanan yang

terkontaminasi Clostridium botulinum. Gejala – gejalanya yaitu : bibir kering,

gangguan penglihatan (inkoordinasi otot – otot mata, penglihatan ganda),

ketidakmampuan menelan, sulit berbicara; tanda – tanda paralisis bulbar

berlangsung secara progresif, dan kematian terjadi karena paralisis pernapasan

atau jantung berhenti. Gejala – gejala gastrointestinal biasanya tidak menonjol.

Tidak ada demam. Penderita tetap sadar segera sebelum mati.

3.2. Mekanisme racun Botulinin

Pada siklus yang normal, asetilkolin neurotransmitter akan dilepaskan

oleh vesikel di junction pada ujung serabut saraf. Asetilkolin akan memasuki

sinapsis dan memfasilitasi transfer impuls saraf dengan membuat jembatan

pada gap antara ujung serabut saraf dengan sel reseptor otot sehingga

komunikasi sel dapat berlangsung.

9

Page 10: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

Gambar 2. Trasmisi Saraf Normal

Pada orang yang mengalami keracunan akibat toksin botulinin, racun

akan memasuki deaerah membran sel ujung serabut saraf. Molekul – molekul

toksin tersebut akan menutupi permukaan bagian dalam dari membran sel

tersebut sehingga menghalangi vesikel yang akan melepaskan asetilkolin.

Terjadi paralisis.

Gambar 3. Racun Botulinin Menghambat Transmisi Saraf

10

Page 11: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

3.3. Bahan Makanan Yang Tercemar Oleh Bakteri C. botulinum

Bakteri Clostridium botulinum ditemukan dimana-mana, dalam tanah,

sedimen didasar laut, usus dan kotoran binatang. Clostridium botulinum

adalah bakteri anaerobik, gram positif, membentuk spora, berbentuk batang

dan relatif besar. Spora bakteri dapat terhirup atau termakan, atau dapat

menginfeksi luka terbuka. Walaupun demikian bakteri dan sporanya tidak

berbahaya. Gejala botulism disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh

bakteri tersebut. Toksin botulism merupakan toksin yang berbahaya, dengan

dosis mematikan 200-300 pg/kg, yang berarti bila melebihi 100 gram dapat

membunuh setiap manusia didunia.

Penyebaran bakteri Clostridium botulinum melalui spora yang dihasilkan

oleh bakteri tersebut. Spora Clostridium botulinum dapat ditemukan di saluran

pencernaan manusia, ikan, burung, dan hewan ternak. Selain itu, spora

Clostridium botulinum juga dapat ditemukan di tanah, pupuk organik, limbah,

dan hasil panen. Spora tersebut dapat berakhir di usus hewan yang memakan

hewan atau tumbuhan yang terkontaminasi spora tersebut kemudian memasuki

rantai makanan manusia.

Jika spora memasuki lingkungan yang anaerob, misalnya pada kaleng

makanan, spora – spora tersebut akan tumbuh menjadi bakteri yang dapat

menghasilkan neurotoksin.

Bakteri Clostridium botulinum umum terdapat pada makanan kaleng

dengan pH lebih dari 4,6. Kerusakan makanan kaleng dipengaruhi oleh jenis

makanan dan jenis mikroba yang terdapat didalamnya. Pada dasarnya

makanan kaleng dibedakan atas tiga kelompok berdasarkan keasaman, yaitu:

1. Makanan kaleng berasam rendah (pH>4,6), misalnya produk-produk

daging dan ikan, beberapa sayuran (jagung, buncis), dan masakan yang

terdiri dari campuran daging dan sayuran (lodeh, gudeg, opor, dan lain-

lain).

2. Makanan kaleng asam (pH 3,7-4,6), misalnya produk-produk tomat, pear,

dan produk-produk lain.

11

Page 12: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

3. Makanan kaleng berasam tinggi (pH<3,7), misalnya buah-buahan dan

sayuran kaleng seperti jeruk, pikel, sauerkraut, dan lain-lain (Siagian

2002)

Kerusakan bahan pangan termasuk makanan dalam kaleng dapat dideteksi

dengan beberapa cara, yaitu:

1. Uji organoleptik dengan melihat tanda-tanda kerusakan seperti perubahan

tekstur atau kekenyalan, kekentalan, warna bau, pembentukkan lendir, dan

lain-lain.

2. Uji fisik untuk melihat perubahan-perubahan fisik yang terjadi karena

kerusakan oleh mikroba maupun oleh reaksi kimia, misalnya perubahan

pH, kekentalan, tekstur, indeks refraktif, dan lain-lain.

3. Uji kimia untuk menganalisa senyawa-senyawa kimia sebagai hasil

pemecahan komponen pangan oleh mikroba atau hasil dari reaksi kimia.

4. Uji mikrobiologis, yang dapat dilakukan dengan metode hitungan cawan,

MPN, dan mikroskopis.

Tanda-tanda kerusakan pada makanan kaleng yang disebabkan oleh

Clostridium botulinum diantaranya adalah produk mengalami fermentasi, bau

asam, bau keju atau bau butirat, pH sedikit di atas normal dengan tekstur

rusak. Penampakan pada keleng memperlihatkan bahwa kaleng

menggembung. Jika dibiarkan terus menerus mungkin bisa meledak.

3.4. Pengobatan Akibat Keracunan Makanan oleh Clostridium botulinum

Penderita botulisme (keracunan akibat toksin botulinin) harus segera

dibaw ke rumah sakit. Pengobatannya harus segera dilakukan meskipun belum

diperoleh hasil laboratorium untuk memperkuat diagnosis.

Langkah-langkah untuk mengeluarkan toksin agar tidak diserap ialah:

- Perangsangan muntah.

- Pengosongan lambung melalui lavase lambung.

- Pemberian obat pencahar untuk mempercepat pengeluaran isi usus.

Bahaya terbesar akibat keracunan ini ialah masalah pernafasan. Tanda-

tanda vital seperti tekanan darah denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu harus

diukur secara cara rutin. Jika gangguan pernafasan muali terjadi, penderita

12

Page 13: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

harus dibawa ke ruang intesif dan mendapatkan alat bantu pernafasan.

Perawatan intensif telah mengurangi angka kematian akibat keracunan toksin

botulinin, dari 90% pada awal tahun 1900 sekarang menjadi 10%. Mungkin

pemberian makanan harus dilakukan melalui infus.

Pemberian Antitoksin tidak dapat menghentikan kerusakan secara

langsung, tetapi dapat memperlambat atau menghentikan fisik dan mental

yang lebih lanjut, sehingga tubuh dapat mengadakan perbaikan selama

beberapa bulan. Anti toksin diberikan sesegera mungkin setelah didiagnosis,

pemberian ini umumnya efektif bila dilakukan dalam waktu 72 jam setelah

terjadinya gejala. Antitoksin tidak dianjurkan untuk diberikan kepada bayi,

karena efektivitasnya pada infant botulism masih belum terbukti.

3.5. Tindakan Pencegahan Terhadap Racun Botulinin

Dalam dunia industri dilakukan strategi penghambat pada bakteri yang

bersifat merugikan (patogen) salah satunya adalah Clostridium botulinum,

dengan melakukan pengemasan (packaging). Persyaratan yang harus dipenuhi

dalam pengemasan tersebut harus memiliki sifat-sifat  meliputi permeabel

terhadap udara (oksigen dan gas lainnya), bersifat non-toksik dan inert (tidak

bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia) sehingga dapat mempertahankan

warna, aroma, dan cita rasa produk yang dikemas, kedap air (mampu menahan

air atau kelembaban udara sekitarnya), kuat dan tidak mudah bocor,

relatif tahan terhadap panas dan mudah dikerjakan secara massal dan harganya

relatif murah. Makanan adalah produk yang membutuhkan perawatan dan

pengemasan khusus. Dalam mengemas makanan, kita tak boleh salah pilih,

karena jika makanan dikemas dengan asal-asalan, hasilnya akan berantakan.

Makanan jadi cepat membusuk dan masa simpannya lebih pendek. Untuk

mengemas makanan, anda memerlukan mesin pengemas kedap udara. Dengan

pengemas kedap udara (vacuum), bakteri-bakteri yang menyukai tempat

seperti makanan akan dapat dihindari.

Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan oleh konsumen diantaranya

adalah selalu memperhatikan batas kadaluarsa makanan kaleng serta memasak

pangan kaleng dengan seksama (rebus dan aduk selama 15 menit), simpan

13

Page 14: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

pangan dalam lemari pendingin terutama untuk pangan yang dikemas hampa

udara dan pangan segar atau yang diasap. Hindari pula mengkonsumsi pangan

kaleng yang kemasannya telah menggembung. Uji bau dapat dilakukan

dengan cara mencium bau makanan tersebut, jika baunya sudah menglami

perubahan lebih baik tidak mengkonsumsi makanan kaleng tersebut.

14

Page 15: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Racun botulinin merupakan racun yang dihasilkan oleh bakteri

Clostridium Botulinum.Bakteri ini terdapat secara luas di alam,kadang ada di

dalam feses binatang.Terdapat enam tipe berdasarkan toksin,yaitu A,B,C,D,E,F.

Pada manusia terdapat tipe A,B,dan E. Kerja toksin ini adalah memblokir

pembentukan atau pelepasan asetilkolin pada hubungan saraf otot sehingga terjadi

kelumpuhan otot.

Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan kaku, mata

berkunang-kunang, dan kejang-kejang yang menyebabkan kematian karena sukar

bernapas. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna

pengolahannya atau pada kaleng yang bocor, sehingga makanan di dalamnya

terkontaminasi udara dari luar. Botulinin merupakan sebuah molekul protein

dengan daya keracunan yang sangat kuat. Satu mikrogram botulinin sudah cukup

mematikan manusia. Untungnya karena merupakan protein, botulinin bersifat

termolabil dan dapat diinaktifkan dengan pemanasan pada suhu 80 derajat Celsius

selama 30 menit. Garam dengan konsentrasi 8 persen atau lebih serta pH 4,5 atau

kurang dapat menghambat pertumbuhan Clostridium botulinum, sehingga

produksi botulinin dapat dicegah.

4.2. Saran

Untuk dapat menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum dan

menghindari risiko keracunan racun botulinin. Makanan yang diawetkan di rumah

harus dimasak secara baik sehingga dapat membunuh spora dan makanan harus

dimasak sebelum dimakan.Makanan rumah yang harus diperhatikan adalah:

kacang-kacangan, jagung, ikan asap atau ikan segar dalam plastic. Makanan yang

mengandung toksin tidak selalu kelihatan atau menimbulkan bau yang berbeda

dari makan yang tidak tercemar

15

Page 16: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

BAB V

LAMPIRAN

5.1. Peranan Masing-masing Anggota Kelompok.

Kelompok 8 terdiri atas 5 orang anggota yang semuanya memiliki peranan yang

penting dalam pembuatan paper yang berjudul “Keracunan Makanan oleh Bakteri Clostridium Botulinum”. Berikut tabel peranan masing-masing anggota kelompok.

No.

Nama NIMPeranan Dalam Pembuatan

Paper1 Karuna Nand Svara (1111205003) Membuat BAB III

2 I Made Dwi Kayana Putera (1111205015)Membuat BAB III dan

Daftar Pustaka3 Panji Hasbi Muhamad (1111205018) Membuat BAB I4 Ida Bagus Gede Brahmantara (1111205026) Membuat BAB II

5 I Gede Krisna Putra Pratama (1111205044)Membuat BAB II dan BAB

IV

16

Page 17: Makanan Kaleng Keracunan Clostridium Botilinum

DAFTAR PUSTAKA

duniaveteriner. (2010, Maret 18). Disadur Maret 03, 2012, Dari Clostridium Botulinum Sebagai Penyebab Keracunan Pada makanan: http://duniaveteriner.com/2010/03/clostridium-botulinum-sebagai-penyebab-keracunan-pada-makanan/print

aguskrisno in KAJIAN MIKROBIOLOGI INDUSTRI. (2011, Januari 11). Disadur Maret 31, 2012, Dari STRATEGI INHIBITOR PERTUMBUHAN Clostridium botulinum PADA PRODUK BAHAN PANGAN DALAM INDUSTRI KALENGAN SERTA PENANGANAN MEDIS PADA BOTULISME: http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/strategi-inhibitor-pertumbuhan-clostridium-botulinum-pada-produk-bahan-pangan-dalam-industri-kalengan-serta-penanganan-medis-pada-botulisme/

BoNa LIN_TONG-RAMpah. (2011, Juni 06). Disadur Maret 31, 2012, Dari BAKTERI PATOGEN PADA MAKANAN: http://bonfreehsbmine.blogspot.com/2011/06/bakteri-patogen-pada-makanan.html

Fairus Ratna Amalia . (2011, Januari 04). Disadur Maret 03, 2012, Dari Kuman-kuman Anaerob pada makanan kaleng: http://iyuztyasient.blogspot.com/2011/01/jumat-13-maret-2009-clostridium.html

HASTOMO.SST . (2011, April 11). Disadur Maret 31, 2011, Dari BOTULISME, INTESTINAL BOTULISM,sebelumnya dikenal sebagai Botulisme anak.: http://hastomodjogja.blogspot.com/2011/04/botulisme-intestinal-botulismsebelumnya.html

Joglosemar. (2010, Juni 16). Disadur Maret 03, 2012, Dari Keracunan Makanan karena Bakteri Botulinum: http://harianjoglosemar.com/berita/keracunan-massal-karena-bakteri-botulinum-17856.html

Mediscastore. (n.d.). Disadur Maret 03, 2012, Dari Botulisme: http://medicastore.com/penyakit/456/Botulisme.html

Sandi's Blog. (2009, 09 04). Disadur 03 31, 2012, Dari Bakteri Dalam Makanan Kaleng: http://koesandi.wordpress.com/tag/bakteri-clostridium-botulinum/

sunshine46 . (2012, Februari 02). Disadur 03 31, 2012, Dari Bahaya Dibalik Makanan (bagian 2): http://id.shvoong.com/lifestyle/food-and-drink/2257518-bahaya-dibalik-makanan-bagian/

17