makalah2- thalasemia beta hbe

33
BAB I PENDAHULUAN Thalassemia adalah gangguan sintesis hemoglobin herediter yang heterogen akibat pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin. Hal ini menyebabkan ketidakkeseimbangan produksi rantai globin. Kelainan darah ini pertama kali ditemukan secara bersamaan di Amerika Serikat dan Italia antara tahun 1925-1927. Kata Thalassemia sendiri dimaksud kan untuk mengaitkan penyakit tersebut dengan penduduk mediterania, dalam bahasa Yunani, Thalasa berarti laut. Secara epidemiologi, penyakit ini ditemukan tersebar di seluruh ras di Mediterania, Timur Tengah, India sampai Asia Tenggara. Dulu, bayi yang lahir dengan kelainan darah, meninggal pada usia kurang dari setahun. Tapi saat ini sebagian besar berhasil diselamatkan dengan diagnosis dan penatalaksaanaan yang tepat. Karena penatalaksanaan untuk Thalassemia cukup mahal, banyak dana yang dihabiskan oleh Negara dengan frekuensi Thalassemia tinggi. Secara klinis Thalassemia bias dibagi menjadi 3 yaitu: Thalassemia mayor dimana penderitanya sangat tergantung pada transfusi darah, Thalassemia minor atau karier dimana tidak ditemukan gejala pada penderitanya, dan thalassemia intermedia dimana gejalanya tidak seberat thalassemia mayor. Karena penyakit herediter ini disebabkan oleh mutasi gen yang belum bias diterapi secara sempurna, maka sangat 1

Upload: denata-prabhasiwi

Post on 25-Oct-2015

343 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

talasemia

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

BAB I

PENDAHULUAN

Thalassemia adalah gangguan sintesis hemoglobin herediter yang heterogen akibat

pengurangan produksi satu atau lebih rantai globin. Hal ini menyebabkan

ketidakkeseimbangan produksi rantai globin. Kelainan darah ini pertama kali ditemukan

secara bersamaan di Amerika Serikat dan Italia antara tahun 1925-1927. Kata Thalassemia

sendiri dimaksud kan untuk mengaitkan penyakit tersebut dengan penduduk mediterania,

dalam bahasa Yunani, Thalasa berarti laut.

Secara epidemiologi, penyakit ini ditemukan tersebar di seluruh ras di Mediterania,

Timur Tengah, India sampai Asia Tenggara. Dulu, bayi yang lahir dengan kelainan darah,

meninggal pada usia kurang dari setahun. Tapi saat ini sebagian besar berhasil diselamatkan

dengan diagnosis dan penatalaksaanaan yang tepat. Karena penatalaksanaan untuk

Thalassemia cukup mahal, banyak dana yang dihabiskan oleh Negara dengan frekuensi

Thalassemia tinggi.

Secara klinis Thalassemia bias dibagi menjadi 3 yaitu: Thalassemia mayor dimana

penderitanya sangat tergantung pada transfusi darah, Thalassemia minor atau karier dimana

tidak ditemukan gejala pada penderitanya, dan thalassemia intermedia dimana gejalanya tidak

seberat thalassemia mayor.

Karena penyakit herediter ini disebabkan oleh mutasi gen yang belum bias diterapi

secara sempurna, maka sangat diperlukan konseling bagi pasangan yang akan menikah agar

tidak melahirkan anak dengan thalassemia mayor di kemudian hari.1

1

Page 2: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

BAB II

LAPORAN KASUS

Sesi 1

Seorang anak laki – laki usia 3 tahun datang dengan keluhan pucat dan perut

membuncit. Dibawa ibunya ke puskesmas. Pucat mulai tampak sejak 2 bulan terakhir dan

sudah 2 x dibawa ke bidan dan diberi vitamin penambah darah.

1. Jelaskan penyebab pucat dan patofisiologinya !

2. Jelaskan masalah pada pasien ini dan kemungkinan penyebabnya!

3. Sebutkan anamnesis yang diperlukanuntuk menunjang hipotesis Anda tersebut!

4. Pemeriksaan fisik dan penunjang apa yang anda butuhkan untuk menunjang hipotesis

tersebut?

Sesi 2

Pada anamnesis lebih lanjut didapatkan bahwa anak terlihat kembung, tidak ada

demam, lebih sering tidur, dan malas bermain. Buang air kecil kuning gelap, buang air besar

1x sehari konsistensi normal. Anak merupakan anak ke-4 dari empat bersaudara dan tidak ada

yang mengalami keluhan serupa. Anak lahir cukup bulan, lahir di bidan, langsung menangis,

berat badan lahir 3100 gram, tinggi badan 48 cm.

Pemeriksaan fisik dijumpai tampak pucat, kesadaran kompos mentis. Berat badan

10,1 kg, tinggi badan 85 cm. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 100 x / menit, respirasi 30

X/ menit, suhu 37,20 C. Thorakas tidak terdapat retraksi dada, bunyi jantung S1 dan S2

normal, tidak ada gallop dan murmur. Paru normal. Abdomen tampak buncit, perabaan

kenyal dan lembut, teraba hepar 4 cm dibawah arkus kosta kanan dan 3 cm dibawah prosesus

xyphoideus, tepi tajam dan permukaan rata. Limpa teraba di Schuffner 2. Didapatkan facies

cooley, konjungtiva anemis, sclera sub ikterik.

2

Page 3: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

Hasil laboratorium

Hb 5,1 g/dL, hematokrit 15%, jumlah eritrosit 2,8 juta/uL, jumlah leukosit 12.700/uL,

hitung jenis leukosit : basofil 0%, eosinofil 2%, batang 1%, segmen 62%, limfosit 31%,

monosit 3%. Jumlah trombosit 207.000/uL, MCV 58 fL (82 – 92), MCH 24 pg (27 – 31),

MCHC 36% (32 – 37), RDW 15% (12 – 14), retikulosit 2,6% (0,5 – 1,5)

Sediaan Apus Darah Tepi:

5. Jelaskan hasil laboratorium tersebut dan kesimpulanmya!

6. Pemeriksaan penunjang apa yang anda perlukan untuk menegakkan diagnosis pada

pasien tersebut?

Hb elektroforesa:

HbF 62% ( normal < 2%), ditemukan HbE 31%

HbA 15% (normal >95%)

7. Apa diagnosis pasiern tersebut?

8. Jelaskan struktur hemoglobin dan jenis – jenis penyakit akibat kelainan hemoglobin

yang terjadi!

9. Jelaskan patofisiologi temuan klinis ( pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

laboratorium) pasien tersebut !

10. Bagaimana penyakit pada pasien tersebut diwariskan dan bagaimana pencegahannya?

11. Apa komplikasi jangka pendek dan jangka panjang pada pasien dengan diagnosis

tersebut dan bagaimana tata laksananya?

3

Page 4: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

BAB III

PEMBAHASAN

ANAMNESIS

1. Identitas

Nama : -

Umur : 3 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : -

Pekerjaan : -

Status : -

2. Keluhan Utama : Pucat dan Perut membuncit

3. Keluhan Tambahan :

Pucat sudah sejak 2 bulan terakhir

Anak kembung

Tidak demam

Lebih seeing tidur dan malas bermain

Buang air kecil warna kuning gelap

Buang air besar 1x sehari dan konsistensinya normal

4. Riwayat Penyakit Sekarang : Pucat sejak 2 bulan terakhir dan perut buncit

5. Riwayat Penyakit Dahulu : -

6. Riwayat Kebiasaan : -

7. Riwayat Penyakit Keluarga : Anak ini merupakan anak ke 4 dari empat bersaudara

dan tidak ada yang mengalami kelainan serupa

8. Riwayat Pengobatan : Sudah 2 kali dibawa kebidan dan diberi vitamin

penambah darah.

4

Page 5: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

9. Riwayat kelahiran : Anak lahir cukup bulan, lahir di bidan, langsung

menangis berat badan lahir 3100 gram, tinggi badan 48 cm.

Masalah dan Hipotesis

Daftar Masalah Dasar Masalah Hipotesis

Anemia Tampak pucat

Konjungtiva anemis

Hb ↓ (5,1 g/dl)

Eritrosit ↓ (2,8 juta/µl)

- Thalassemia

- Keganasan

(Leukemia)

- Trauma

Gagal tumbuh BB pasien = 10,1 kg

TB pasien = 85 cm

Underweight

- Asupan gizi kurang

- Thalassemia

Hepatosplenomegali Abdomen tampak membuncit,

perabaan kenyal dan lembut

Hepar teraba 4 cm dibawah arcus

costae kanan dan 3 cm dibawah

processus xyphoideus

Limpa teraba di Schuffner 2

- Thalassemia

- Keganasan

(Leukemia)

5

Page 6: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

Anemia Mikrositik

Hipokrom

MCV ↓ (58 fl)

MCH ↓ ( 24 pg)

Poikilositosis (pada SADT)

Anisositosis (pada SADT)

- Defisiensi Fe

- Thalassemia /

Hemoglobinopathy

Hemolisis Eritrosit Urin terlihat berwarna kuning gelap

Sklera Sub ikterik

- Anemia Hemolitik

- Defisiensi G6PD

- Thalassemia β

- Hepatitis B/C

Anamnesis Tambahan

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak kapan perut membuncit? Apakah ada nyeri?

Apakah ada keluhan lain? Seperti demam, batuk atau pusing?

Apakah pasien mengalami gangguan nafsu makan?

Bagaimana pola makan pasien?

Apakah pada pasien urinnya berwarna seperti teh?

Apakah pasien mengalami trauma baru-baru ini?

Apakah pernah berpergian ke kawasan endemis?

Bagaimana dengan tinggi dan berat badan pasien?

Bagaimana dengan lingkungan tempat tinggal pasien?

Bagaimana dengan riwayat vaksinasi nya?

Bagaimana dengan riwayat persalinan nya?

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Apa pasien pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya?

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Apa keluarga pasien ada yang menderita penyakit Thalassemia?

Apakah ada keluarga yang pernah mengalami keganasan?

4. Riwayat Pengobatan

6

Page 7: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

Vitamin penambah darah apa yang dikonsumsi?

Apakah efek yang terjadi setelah mengkonsumsi vitamin penambah darah tersebut?

5. Riwayat Kebiasaan

Bagaimana dengan kebutuhan intake makanan pasien?

Bagaimana dengan kebersihan diri pasien?

Interpretasi Hasil Anamnesis

Dari anamnesis ditanyakan mengenai apakah ada demam pada pasien ini karena apabila

ada bisa mengarah kepada dugaan adanya infeksi. Lalu ditanyakan juga mengenai gangguan

nafsu makan karena biasanya gejala ini ada pada salah satu hipotesa kita yakni kwashiorkor.

Gangguan nafsu makan juga bisa menunjang Thalassemia, karena pada penderita

Thalassemia juga mengalami tidak nafsu makan. Ditanyakan juga bagaimana riwayat

persalinan dan vaksinasi nya karena kita ingin tahu apakah ada gangguan tumbuh kembang

pada pasien ini.

Pada riwayat penyakit keluarga ditanyakan apakah ada keluarga yang menderita

Thalassemia karena penyakit Thalassemia merupakan penyakit yang bersifat genetik, yang

berasal dari pasangan yang membawa sifat thalassemia.

Lingkungan dan kebersihan diri pasien juga patut ditanyakan, karena pada salah satu

hipotesa kita ada yang mengarah kepada infeksi cacing. Pada riwayat pengobatan ditanyakan

vitamin penambah darah apa yang telah dikonsumsi pasien ini dan bagaimana efek nya

karena kita ingin melihat adakah perbaikan dari pemberian vitamin ini atau malah

memperparah keadaan pasien.

PEMERIKSAAN FISIK

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan:

Status Generalis

Kesadaran : Compos mentis,

Muka terlihat pucat merupakan tanda-tanda adanya anemia.

7

Page 8: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

BB:10,1 kg (N: 14 kg)

TB: 85 cm (N: 95 cm)

Muka terlihat karakteristik facies cooley kelainan ini khas pada thalassemia mayor β

Tanda Vital

Tek. Darah: 100/60 (N: 80-100/50-80)

Nadi: 100x/menit (N: <110x/menit)

RR:30x/menit (N: <40x/menit)

Suhu: 37,2 (Normal)

Status Lokalis

Mata: Konjunctiva anemis mendukung keadaan umum yang pucat ;

Sklera sub ikterik berhubungan dengan adanya hepatomegali pada pemeriksaan abdomen.

Thorax: tidak terdapat retraksi dada yang berarti nafas tidak terganggu

Jantung: Bunyi Jantung S1 & S2 normal, gallop (-)

Paru: dalam batas normal

Abdomen:

- Buncit hepatosplenomegali

- kenyal dan lembut pada palpasi menandakan tidak ada tanda-tanda perforasi

usus/lambung dan peritonitis

- Hepar teraba 4 cm dibawah arcus aorta kanan dan 3cm dibawah proc. Xyphoideus

Hepatomegali

- Limpa teraba di schuffner 2 Splenomegali

8

Gagal

Page 9: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

PEMERIKSAAN LABOLATORIUM

1. Darah

TES HASIL KADAR NORMAL KETERANGAN

Hb 5,1 g/dl 10-14 g/dl Menurun

Ht 15 /vol% 30-42 /vol% Menurun

Leukosit 12.700/mm3 9.000-13.000 /mm3 Normal

Hitung Jenis:

Basofil

Eosinofil

Batang

Segmen

Limfosit

Monosit

0%

2%

1%

62%

31%

3%

0-1%

1-3%

3-5%

54-62%

25-33%

3-7%

Normal

Normal

Menurun

Normal

Normal

Normal

Trombosit 200.000 /uL 150.000-400.000 /uL Normal

Eritrosit 2,8 jt/mm3 3,5 jt – 5 jt /mm3 Menurun

MCV 58 U3 82-92 U3 Menurun

MCH 24 uug 27-31 uug Menurun

MCHC 36% 32-36% Normal

RDW 15 12-14 Meningkat

Retikulosit 26 0,5 - 1,5 % Meningkat

Interpretasi:

9

Page 10: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

- Derajat Anemia berdasarkan nilai Hb (WHO):

o 10-13 g’dl : Ringan sekali

o 8-9,9 g/dl: Ringan

o 6-7,9 g/dl: Sedang

o <6 g/dl : Berat

pada pasien didapatkan nilai Hb sebesar 5,1 g/dl. Jadi berdasarkan kriteria WHO

pasien ini menderita anemia berat.

- Penurunan Ht pada pasien berhubungan dengan penurunan Hb.

- Eritrosit yang menurun merupakan tanda bahwa terjadinya lisis yang hebat yang

mengarah ke anemia hemolitik.

- MCV menunjukkan volume rata-rata sel darah merah dalam mikrokubik darah. Pada

pasien ini nilai MCV nya adalah 58 U3 dimana apabila nilai MCV < 80 menunjukkan

eritrosit mikrositik.

- MCH menunjukkan volume Hb rata-rata dalam eritrosit. Apabila nilai MCH <27 uug

seperti pada pasien ini, yaitu hanya sebesar 24 uug, menunjukkan anemia mikrositik

hipokrom.

- RDW (Red Blood Cell Distribution Width) pasien ini 15 dimana apabila >14 /

meningkat biasanya pada anemia defisiensi, anemia hemolitik dan anemia sel sabit.

- Retikulosit pasien 26 menunjukkan adanya peningkatan eritropoiesis akibat

banyaknya lisis eritrosit sehingga sumsum tulang diharuskan untuk membuat eritrosit

baru kemudian eritrosit muda dan belum matang pun ikut keluar ke sirkulasi.

2. Sediaan Apus Darah Tepi

- Pada SADT nampak eritrosit yang pucat pada bagian tengahnya. Hal ini menunjukkan

anemia hipokrom.

- Nampak juga terjadi penurunan volume eritrosit yang menunjukkan eritrosit

mikrositik.

- Terlihat adanya sel-sel target yang menunjukkan karakteristik sel darah merah pada

penderita thalassemia.

- Terdapat juga gambaratn eritrosit yang abnormal yaitu poikilositosis (bentuk eritrosit

bermacam-macam) dan anisositosis (ukuran eritrosit tidak sama).

PEMERIKSAAN PENUNJANG TAMBAHAN

10

Page 11: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

1. Serum Iron

2. Ferritin serum

3. TIBC

4. Elektroforesa Hb

Pada penderita thalassemia beta umumnya HbF meningkat dikarenakan rantai beta

dalam struktur hemoglobin tidak terbentuk sehingga rantai alfa Hb mengikat 2 rantai

gamma yang membentuk HbF.

HbF 62% (N : <2%) meningkat HbF terdiri dari rantai alfa dan delta,

karena mengikat rantai alfa dari HbA.

HbE 31% normal tidak ada, sehingga pasien ini mempunyai HbE.

HbA 15% (N : <95%) menurun HbA terdiri dari rantai alfa dan beta,

karena beta tidak terbentuk maka hasil dari rantai alfa menurun karena terikat

oleh rantai alfa pada HbF.

PATOFISIOLOGI KASUS2

11Gangguan pembentukan Hb

↑ rantai α

Page 12: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

Patofisiologi (lanjutan)

12

β tidak terbentuk

Hepatospleenomegali

Ax : Sering tidur

Malas bermain

PF : Konjungtiva anemis

Ax : Perut buncit, kembung

PF : - Perabaan kenyal & lembut

- Hepar 4 cm di bawah archus costae kanan & 3 cm di bawah processus xhypoideus

- Limpa teraba di Schuffner 2

↑ rantai α

HbA kurangα banyak berikatan dengan γ

β Thalasemia

Page 13: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

DIAGNOSA

Thalasemia Beta HbE

13

Anemia hemolitik

Membrane eritrosit mudah lisis

Ax : Pucat

lab : Eritrosit ↓ MCV ↓ MCH ↓ Hb ↓ Ht ↓

Mudah mengalami kalsifikasi/ pengendapan

Pembentukan bilirubin yang

berlebih

Kerusakan eritrosit/ intravascular

hemolisis

Kompensasi : retikulosit ↑ (lab)

Bilirubin yang tidak terkonjugasi bersifat tidak larut dalam air

Tidak diekskresikan dalam urin

Tidak terjadi bilirubinemia dan

terjadi peningkatan urobilinogen

Ax : urin kuning gelap

Terjadi destruksi eritrosit intramedullar (inefektif eritropoesis)

Rentan terhadap fagositosis oleh sistem fagosit

mononukleus

Menimbulkan retardasi pertumbuhan

BB : 10,1 kg TB : 85 cmMenghabiskan

nutrienMassa jaringan

eritropoetik membesar

Page 14: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

Berdasarkan :

1. Manifestasi klinik :

Anemia

Facies cooley

Hepatosplenomegali

2. Pemeriksaan Hb elektroforesa ditemukan HbE 31% yang pada keadaan normal tidak

ditemukan HbE dan HbF 62% (normal < 2%) yang patognomonik pada penderita

talasemia.

3. Pada SADT ditemukan eritrosit mikrositik hipokrom, poikilositosis, anisositosis dan

sel target.

4. Pewarisan Penyakit Thalasemia

Pencegahan : Konseling keluarga, periksa HbA2 dan HbE

DIAGNOSA BANDING

1. Anemia defisiensi besi : Pada SADT ditemukan mikrositik hipokrom, anisositosis, dan

poikilositosis. Upaya diagnostik yang harus dilakukan adalah pemeriksaan serum iron,

ferritin serum dan TIBC

14

Ibu

Carrier thalasemia

Ayah

Carrier HbE

25% Normal 50% Carrier

thalasemia 25% Thalasemia

Page 15: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

2. Defisiensi G6PD: Ditemukan urin berwarna kuning kecoklatan yang kemungkinan

kami perkirakan itu adalah bilirubin 1 yang keluar dari eritrosit yang mudah pecah

karena kekurangan enzim G6PD.

3. Malnutrisi: Pada pemeriksaan antopometri pasien yang kurang dari normal

KOMPLIKASI

1. Dekompensasi jantung

2. Hemosiderosis / hemokromatosis

3. Sepsis

Transfusi darah berarti menambahkan Fe di dalam tubuh, padahal pada pasien

Thalassemia mempunyai Fe yang sudah banyak di dalam tubuh. Penumpukkan Fe di dalam

tubuh dinamakan hemosiderosis hemokromatosis dimana Fe yang banyak ini bersifat toksik.

Hemosiderosis hemokromatosis yang mengenai organ jantung lama-kelamaan akan

menyebabkan dekompensasi jantung.

Jika splenektomi dilakukan pada anak usia 2 tahun akan menimbulkan

imunodefisiensi yang akhirnya meninggal karena sepsis.

PENATALAKSANAAN3

Terapi

Transfusi PRC (packed red cell) sampai hb ≥11 g/dl

 I.       Medikamentosa

Pemberian iron chelating agent (desferoxamine):

Diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi

transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis

25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam

dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.

15

Page 16: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

Vitamin C

100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi.

Asam folat

2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.

Vitamin E

200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah

merah.

 II. Suportif

Transfusi darah :

Hb penderita dipertahankan di atas 11 g/dL tidak melebihi 15 g/dL. Dengan kedaan

ini akan memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi

besi,  dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian

darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.

Pemantauan

    I. Terapi

Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan besi

sebagai akibat  absorbsi besi meningkat  dan transfusi darah berulang.

Efek samping kelasi besi (iron chelating agent) yang dipantau : demam, sakit perut,

sakit kepala, gatal, sukar bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.

 

    II. Tumbuh Kembang

Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang, karenanya

diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.

Dengan cara Catch Up :

RDA x (BB/TB ideal)

BB pasien

Ket : RDA (Recommented Daily Allowance) Kebutuhan gizi yang dibutuhkan dalam

sehari.

PROGNOSIS

16

Page 17: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

Ad Vitam : dubia ad malam

Karena pada talasemia terjadi kelainan pada tingkat gen yang menyebabkan umur

eritrosit menjadi lebih pendek. Dengan bila diberikan penatalaksanaan transfusi PRC dapat

menyebabkan hemosideris tapi bila tidak diberikan dapat mengalami anemia. Dan pada

talasemia mempunyai komplikasi dekompesasio jantung dan sepsis.

Ad sanationam : ad malam

Karena kelaian pada tingkat gen maka kejadian pasti berulang

Ad Functionam : dubia ad malam

Karena pada proses homepoesis sudah tidak normal.

BAB IV

17

Page 18: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

TINJAUAN PUSTAKA

Hemoglobin4

Molekul hemoglobin terdiri atas dua pasang rantai globin identik yang berasal dari kromosom

yang berbeda. Beberapa jenis hemoglobin yang dapat dijumpai, sebagai berikut:

Pada orang dewasa :

- HbA (96%), terdiri atas 2 pasang rantai globin alfa dan beta (α2 β2)

- HbA2 (2,5%), terdiri atas 2 pasang rantai globin alfa dan delta (α2 δ2)

Pada fetus :

- HbF (predominasi), terdiri atas 2 pasang rantai globin alfa dan gamma (α2 γ2)

- Pada saat dilahirkan HbF terdiri atas rantai globin alfa dan Ggamma (α2 Gγ2), di

mana kedua rantai globin gamma berbeda pada asam amino di posisi 136 yaitu

glisin pada Gγ dan alanin pada Aγ

Pada embrio:

- Hb Gower 1, terdiri atas rantai globin zeta dan epsilon (ζ2 ε2)

- Hb Gower 2, terdiri atas rantai globin alfa dan epsilon (α2 ε2)

- Hb Portland, terdiri atas rantai globin zeta dan gamma (ζ2 γ2), sebelum minggu

ke-8 intrauterin.

- Semasa tahap fetus terdapat perubahan produksi rantai globin dari rantai zeta

ke rantai alfa dan dari rantai epsilon ke rantai gamma, diikuti dengan produksi

rantai beta dan rantai delta saat kelahiran.

StrukturHb

18

Hb

Heme

Globin Unsur mutan yang aktif dalam

Berbagai kelainan herediter

Mengandung besi

Berfungsi dalam respirasioksigen

MolekulHb2 rantai alpha --- 140 asam amino

2 rantai beta --- 140 asam amino

Page 19: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

2 rantai tidak terbentuk thalassemia mayor

1 rantai tidak terbentuk thalassemia minor

rantai alpha tidak terbentuk α thalassemia

rantai beta tidak terbentuk β thalassemia

β thalassemia penyakit herediter yang bersifat autosomal resesif

Skema Penurunan Gen Thalassemia Menurut Hukum Mendel

Orang-orang yang beresiko menderita thalasemia: 

Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalassemia

Resiko laki-laki atau perempuan untuk terkena sama

Thalassemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau ancestry (Yunani, Italia,

Ketimuran Pertengahan) dan orang dari Asia dan Afrika Pendaratan.

Alfa thalassemia kebanyakan mengenai orang tenggara Asia, Orang India, Cina, atau

orang Philipina.

Thalassemia

19

Page 20: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan dan masuk ke dalam kelompok

hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat

mutasi di dalam atau dekat gen globin.

Mutasi gen globin ini dapat menimbulkan dua perubahan rantai globin, yakni:

a. Perubahan struktur rangkaian asam amino rantai globin tertentu, disebut

hemoglobinopati structural, atau

b. Perubahan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi rantai globin tertentu, disebut

thalassemia.

Hemoglobinopati yang ditemukan secara klinis, baik pada anak-anak atau dewasa,

disebabkan oleh mutasi gen globin α atau β. Sedangkan, mutasi berat gen globin ζ,ε, dan γ

dapat menyebabkan kematian pada awal gestasi.

Table kelainan-kelainan yang termasuk ke dalam hemoglobinopati

1. Hemoglobinopati structural

a. Sindrom bsel sickle :

- Hb S

- Heterozigot ganda Hb S dengan varian hemoglobin thalassemik: Hb SC, Nb

SD, Hb S, Hb S-thalassemia-α, Hb S-thalassemia-β

b. Hemoglobin dengan afinitas oksigen yang berubah: Contohnya, Hb Yakima

c. Hemoglobin tidak stabil : contohnya, Hb Koln

2. Thalassemia :

a. Thalassemia-α

b. Thalassemia-β

c. Thalassemia-δβ, thalassemia-γδβ, dan thalassemia-αβ

d. Heterozigot ganda thalassemia-α atau –β dengan varian hemoglobin thalassemik:

contohnya, thalassemia β/HbE

3. Varian hemoglobin thalassemik:

HbC, HbD-Punjab, HbE, Hb Constant Spring, Hb Lepore, dan lain-lain.

20

Page 21: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

4. Hemoglobin persisten herediter : HbF persisten.

5. Hemoglobinopati didapat : contohnya, methemoglobin.

Thalassemia

Penurunan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi satu atau lebih rantai globin a atau b,

ataupun rantai globin lainnya, dapat menimbulkan defisiensi produksi sebagian ata

menyeluruh rantai globin tersebut. Akibatnya, terjadi thalassemia yang jenisnya sesuai

dengan rantai globin yang terganggu produksinya, seperti ditunjukkan di bawah ini.

1. Thalassemia-α, terjadi akibat berkurangnya (defisiensi parsial) (thalassemia-α+) atau

tidak diproduksi sama sekali (defisiensi total) (thalassemia-α0) produksi rantai globin-

α.

2. Thalassemia-β, terjadi akibat berkurangnya rantai globin-b (thalassemia-β+) atau tidak

diproduksinya kedua rantai globin-β (thalassemia-β0)

3. Thalassemia-δβ terjadi akibat berkurangnya atau tidak diproduksinya kedua rantai-δ

dan rantai –β. Hal yang sama terjadi pada thalassemia-γδβ, dan thalassemia-αβ.

4. Heterozigot ganda thalassemia αatau β dengan varian hemoglobin thalassemik:

- Contohnya, thalassemia-β/HbE: diwarisi dari salah satu orang tua yang

pembawa sifat thalassemia β, dan yang lainnya adalah pembawa sifat HbE.

Patofisiologi thalassemia-β

Pada thalassemia-β, di mana terdapat penurunan produksi rantai β, terjadi produksi

berlebihan rantai α. Produksi rantai globin ã, di mana pasca kelahiran masih tetap diproduksi

rantai globin α2 ã2 (HbF), tidak mencukupi untuk mengkompensasi defisiensi α2 β2 (HbA).

Hal ini menunjukkan bahwa produksi rantai globin β dan rantai globin ã tidak pernah dapat

mencukupi untuk mengikat rantai α yang berlebihan. Rantai α yang berlebihan ini merupakan

cirri khas pada pathogenesis thalassemia-β.

Rantai α yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantai globin lainnya, akan

berpresipitasi pada prekusor sel darah merah dalam sumsum tulang dan dalam sel progenitor

dalam darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkan gangguan pematangan prekusor eritrosit

21

Page 22: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

dan eritropoesis yang tidak efektif (inefektif), sehingga umur eritrosit menjadi lebih pendek.

Akibatnya, timbul anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong proliferasi

eritroid yang terus menerus dalam sumsum tulang. Hal ini kemudian akan menyebabkan

deformitas skeletal dan berbagai gangguan pertumbuhan dan metabolism. Anemia kemudian

akan ditimbulkan lagi (exacerbated) dengan adanya hemodilusi akibat adanya hubungan

langsung darah akibat sumsum tulang yang berekspansi dan juga oleh adanya splenomegali.

Pada limpa yang membesar makin banyak sel darah merah abnormal yang terjebak, untuk

kemudian akan dihancurkan oleh system fagosit. Hyperplasia sumsum tulang kemudian akan

meningkatkan absorpsi dan muatan besi. Transfusi yang diberikan secara teratur juga

menambah muatan besi. Hal ini akan menyebabkan penimbunan besi yang progresif di

jaringan berbagai organ, yang akan diikuti kerusakan organ dan diakhiri dengan kematian

bila besi ini tidak segera dikeluarkan.

Hal yang Terjadi Manifestasi

Mutasi primer terhadap produksi globin Sintesis globinm yang tidak seimbang

Rantai globin yang berlebihan terhadap

metanolisme dan ketahanan hidup eritrosit

Anemia

Eritrosit abnormal terhadap fungsi organ Anemia, splenomegali, hepatomegali, dan

kondisi hiperkoagulabilitas

Anemia terhadap fungsi organ Produksi eritropoietin dan ekspansi sumsum

tulang, deformitas skeletal, gangguan

metabolism, dan perubahan adaptif fungsi

kardiovakuslar

Metabolism besi yang abnormal Muatan besi berlebih kerusakan jaringan

hati, endokrin, miokardium, kulit.

Rentan terhadap infeksi spesifik

Sel seleksi Peningkatan kadar HbF; Heterogenitas

populasi sel darah merah

Modifiers genetic sekunder Variasi fenotip: khususnya melalui respons

22

Page 23: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

HbF

Variasi metabolism bilirubin, besi, dan

tulang.

Pengobatan Muatan besi berlebih, kelainan tulang, infeksi

yang ditularkan lewat darah, toksisitas obat

Riwayat evolusioner

Faktor ekologi dan etiologi

Variasi dari latar belakang genetik : respon

terhadap infeksi

23

Page 24: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

BAB V

KESIMPULAN

Talasemia β HbE didiagnosis dengan pemeriksaan Hb elektroforesa dengan

ditemukannya HbE dan HbF yang patognomonik, pemeriksaan fisik terdapat facies cooley

dan pada SADT ditemukan adanya sel target.

Prognosis penyakit talasemia ini kurang baik dikarenakan penyakit ini terjadi defek dari

gen dan sulit disembuhkan. Penatalaksanaan seperti transfuse darah dan iron chelating agent

tidak dapat menyembuhkan pasien tapi hanya memperpanjang masa hidup dan pengobatan

cukup mahal. Ditambah lagi dengan komplikasi yang akan terjadi seperti dekompesasio

jantung, sepsis dah hemosiderosis yang akan memperburuk prognosis.Kemungkinan

prognosisnya bisa menjadi baik bila dilaukan transpalantasi sel induk.

24

Page 25: Makalah2- Thalasemia Beta HbE

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Permono B. Buku Ajar Hematologi – Onkologi: Hemoglobin Abnormal. Jakarta:

Erlangga. 2010.p. 64-65.

2. Robbins. Buku ajar patologi. Ed 7. Jakarta : EGC. 2007. p.452-5

3. Permono B, Ugrasena IDG. Talasemia. Dalam:.Buku ajar hemato-onkologi

anak.Jakarta: BP IDAI 2006. h.64-84

4. Atmakusuma D, Setyaningsih I .Buku ajar ilmu penyakit dalam. In : Sudoyo AW,

Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K, setiati S, editors.Dasar-dasar Talasemia: Salah

satu jenis hemoglobinopati. 5th ed. Jakarta : Interna publishing. 2010 .p. 1379-85

25