makalah zat pewarna pada makanan
TRANSCRIPT
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tegantung pada beberapa factor seperti
cita rasa, tekstur,, dan nilai gizinya, juga sifat mikrobiologis. tetapi sebelum factor – factor
lain dipertimbangkan, secara visual factor warna tampil lebih dahulu dan kadang – kadang
sangat menentukanm
Selain sebagai factor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai
indicator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan
dapat ditandai dengan adanya warna seragm dan merata.
Zat warna yang sudah sejak lama dikenal dan digunakan, misalnya daun pandan atu daun suji
untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning. kini dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi telah ditemukan zat warna sintetis, karena penggunaanya lebih
praktis dan harganya lebih murah.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan suatu bahan pangan berwarna antara lain dengan
penambahan zat pewarna. FDA mendefinisikan pewarna tambahan sebagai pewarna, zat
warna atau bahan lain yang dibuat dengan cara sintetik atau kimiawi atau bahan alami dari
tanaman, hewan, atu sumber lain yang diekstrak, ditamambahkan atau digunakan ke bahan
makanan, obat, atau kosmetik, bisa menjadi bagian dari warna bahan tersebut. Secara garis
besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan
bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna buatan
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui tentang zat pewarna pada makanan dan minuman
2. Untuk mengetahui sumber – sumber perwarna pada makanan dan minuman
3. Untuk mengetahui tentang jenis – jenis pewarna baik yang alami maupun sintetis
4. Untuk mengetahui dampak penggunaan pewarna pada kesehatan manusia
ii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Peraturan Mentri kesehatan No. 722/MENKES/PER/IX/88 tentang bahan tambahan
makannan, “Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memeperbaiki atau
memberi warna pada makanan.( Lembaran Negara,1992 ). Penggunaan pewarna bertujuan
untuk memperkuat warna asli dan memberikan tampilan makanan lebih menarik ”.
“FDA mendefinisikan pewarna tambahan sebagai pewarna, zat warna atau bahan lain yang
dibuat dengan cara sintetik atau kimiawi atau bahan alami dari tanaman, hewa n, atu sumber
lain yang diekstrak, ditamambahkan atau digunakan ke bahan makanan, obat, atau kosmetik,
bisa menjadi bagian dari warna bahan tersebut”.
2.2 Sifat-sifat Pewarna
A. Pewarna Alami
1. Larut dalam air
Contoh : Karamel, Anthosianin, Flavonoid, Leucoantho sianin, Tannin, Batalain,
Quinon, Xanthon, dan Heme.
2. Larut dalam Lemak
Contoh : Karotenoid
3. Larut dalam lemak dan air
Contoh : klorofil
4. Stabil terhadap panas
Contoh : Karamel, Flavonoid, Leucoantho sianin, Tannin, Quinon, Xanthon dan
karotenoid
5. Sensitif terhadap panas
Contoh : Anthosianin, Batalain, klorofil dan Heme.
B. Pewarna Buatan
1. Larut dalam air
Contoh : Sunset yellow, Tartazine, Brilliant Blue, Carmosine, Erythrosine, Fast Red
E, Amaranth, Imdigo Carmine, dan Ponceau 4R
2. Tidak larut dalam air
Contoh : Rhodamon B, dan Methanil Yellow
3. Warnanya Homogen
2.3 Sumber Zat Pewarna
A. Pewarna alami
Pewarna alami adalah bahan pewarna yang berasal dari alam. Biasanya pewarna alam ini
berasal dari tanaman dan hewan, misalnya kunyit, daun suji, daun pandan, daun jambu, dan
sebagainya.
ii
Daun suji (pewarna hijau) telah lama di gunakan untuk mewarnai kue pisang, serabi dan
dadar gulun. Kunyit (pewarna kuning) untuk mewarnai nasi kuning, tahu serta hidangan
lainnya. Daun jambu atau daun jati untuk pewarna merah.
B. Pewarna Buatan
Sumber pewarna yang lain adalah sumber pewarna buatan yang mempunyai kelebihan yaitu
warnanya homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah
yang sangat sedikit. Akan tetapi kekurangannya adalah jika pada saat proses terkontaminasi
logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya.
Proses pewarnaan zat sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam
nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun.
Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih
dari 0,00014% dan timbal tidak boleh dari 0,001% sedangkan logam berat lainnya tidak
boleh ada.
Pewarna terlarang yang masih sering di pakai adalah Orange RN, Auramine, Rodamine B
dan methanyl Yellow. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna tersebut disebabkan karena
tidak adanya penjelasan dalam label yang melarang penggunaan senyawa tersebut untuk
bahan pangan. Disamping itu, harga zat pewarna untuk industri relatif lebih murah
dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk makanan dan biasanya warnanya lebih
menarik.
2.4 Penggolongan Pewarna
A. Pewarna Alami
Adapun menurut winarno (1997) yang tergolong kedalam pewarna alami di antaranya adalah
1. Klorofil adalah zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada daun sehingga
sering disebut zat warna hijau daun.
2. Miglobin dan haemoglobin ialah zat wara merah pada daging yang tersususn oleh
protein globin dan heme yang mempunyai inti zat besi.
3. Karotenoid merupakan kelmpok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah
orange yang terlarut dalam lipida ( minyak ), berasal dari tanaman atau hewan.
4. Anthosianin dan anthoxanthin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang pada
umumnya larut dalam air. warna pigmen anthosianin merah, biru, violet, dan biasanya
terdapat pada bunga, buah – buahan, dan sayur – sayuran.
5. Antoxantin termasuk kelompok pigmen flavonoid yang bewarna kuning dan larut
dalam air. Antoxantin banyak terdapat dalam lendir sel daun yang kebanyakan tidak
digunakan sebagai makanan.
Yang termasuk kedalam Uncertified Color ini adalah zat pewarna alami ( ekstrak pigmen dari
tumbuh – tumbuhan ) dan zat warna mineral. Zat- zat pewarna yang termasuk Uncertified
color adalah :
a. Karotenoid sebagai pewarna
ii
Golongan karoten menghasilkan warna jingga sampai merah dan dapat larut dalam
minyak. Zat-zat ini di gunakan untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti
margarin dan minyak goreng.
b. Biksin
Biksin larut dalam lemak, sedangkan non-biksin larut dalam air, dan warna yang di
hasilkan adalah kuning warna buah persik. Biksin sering di gunakan untuk mewarnai
mentega, margarin, minyak jagung, dan salab dressing.
c. Karamel
Karamel berbentuk amorf yang bewarna coklat gelap dan dapat diperoleh dari pemanasa n
yang terkontrol terhadap molase,hidrolisat pati, dekstrosa, gula invert, laktosa, sirup malt, dan
sukrosa
d. Titanium Oksida
Titanium Oksida berwarna putih. Dalam bentuk kasar atau mutu rendah titanium oksida
sebagai warna dasar cat rumah. Secara tersendiri, titanium oksida digunakan dalam sirup
yang dipakai untuk melapisi tablet obat. penggunaan titanium oksida diizinkan sejak tahun
1966 dengan batas 1% dari berat badan.
e. Cochineal, Karmin, dan Asam Karminat
Cochineal adalah zat berwarna merah yang diperoleh dari hewan coccus cacti betina yang
dikeringkan. Zat pewarna yang terdapat di dalamnya adalah asam karminat. Karmin
diperoleh dengan cara mengekstrasi asam karminat. Karmin digunakan untuk melapisi bahan
berprotein dan memberikan lapisan warna merah pada jambu.
B. Pewarna Buatan
Yang termasuk zat pewarna buatan yaitu golongan Certified Color. Adapun yang termasuk
golongan Certified Color yaitu :
a. Dyes
Dyes adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air, sehingga larutannya
menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Dyes terdapat dalam benuk
bubuk, granula, cairan, campuran warana, pasta, dan disperse. Zat warna yang stabil untuk
berbagai macam penggunaan dalam makanan.
Konsentrasi pemakaianya tidak dibtasai secara khusus, tetapi di Amerika Serikat
disaraankan agar digunakan dengan memperhatikan Good Manufacturing Practices (GMP),
yang apada prinsipnya dapat digunakan dalam jumlah yang tidak melebihi keperluan untuk
memeperoleh efek yag diinginkan, jadi rata – rata kurang dari 300 ppm. Tetapi, dalam
prakteknya ternyata digunakan konsentrasi antara 5 – 500 ppm.
FD (Food Drag) dan C (Cosmetic Act) Dye terbagi atas 4 kelompok, yaitu:
1. Azo dye, terdiri dari :
a. FD & C Red No. 2 (Amaranth)
Amaranth termasuk golongan manazo yang mempunyai satu ikatan N = N.
ii
Amaranth berupa tepung berwarna merah kecoklatan yang mudah larut dalam air
menghasilkan larutan berwarna merah lembayung atau merah kebiruan.
b. FD & C Yellow No. 5 (Tertrazine)
Merupakan tepung berwarna kuning jingga yang mudah larut dalam air, dengan larutannya
berwarna kuning keemasan.
c. FD & c yellow No. 6
sunset yellow termasuk golongan manazo, berupa tepung berwarna jingga, sangat mudah
larut dalam air, dan menghasilkan larutan jingga kekuning – kuningan
d. FD & Red No 4 ( panceau sx )
Panceau sx berupa tepung merah, mudah larut dalam air , dan memberikan larutan
berwarna merah jingga.
2. Triphenylmethane dye . terdiri dari :
a. FD & Blue no.1 ( briliant blue )
Zat pewarna ini termasuk triphenylmethane dye, merupakan tepung berwarna ungu perunggu.
bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau kebiruan, larut dalam glikol dan gliserol,
agak larut dalam alcohol 95 %
b. FD & green no.3 ( fast green )
Tepung zat warna ini berwarna ungu kemerahan atau ungu kecoklatan dan bila dilarutkan
dalam air menghasilkan warna hijau kebiruan
c. FD & Violet no. 1 ( benzylviolet )
Zat warna ini berbentuk tepung berwarna ungu, larut dalam air, gliserol, glikol, dan alcohol
95 %. menghasilkan warna ungu cerah. tidak larut dalam minyak dan eter.
3. Fluorescein, terdiri dari :
FD & C red No.3 ( Erythrosine )
Zat pewarna ini termasuk golongan fluorescein. berupa tepung coklat, larutannya dalam
alcohol 95% menghasilkan warna merah yang berfluoresensi, sedangkan larutannya dalam air
berwarna merah cherry tanpa fluoresensi
4. Sulfonated indigo , terdiri dari :
FD & Blue no. 2 ( indigotin indigo carmine )
Indigotine merupakan tepung berwarna biru, coklat, kemerah – merahan, mudah larut dalam
air dan larutannya berwarna biru.
b. Lakes
Zat pewarna ini di buat melalui proses pengendapan dan absorpsi dyes pada radikal basa ( Al
atau Ca ) yang dilapisi dengan alumunium hidrat ( Alumina ). Lapisan alumina ini tidak larut
dalam air, sehingga lakes ini tidak larut pada hampir semua pelarut. Pada pH 3,5 sampai
dengan 9,5 lakes stabil. Lakes pada umumnya mengandung 10 - 40% dyes murni, sifatnya
tidak larut dalam air dan lebih stabil terhadap pengaruh cahaya, kimia, dan panas. Pemakaian
ii
lakes dapat dilakukan dengan cara mendispersikan zat warna tersebut dengan serbuk
makanan sehingga pewarnaan akan terrjadi.
2.5 Konsentrasi Zat Pewarna
Tabel 1
Bahan Pewarna Sintetis yang diizinkan di Indonesia
Pewarna Nomor Indeks
Warna (C.l.No.)
Batas Maksimum
Penggunaan
Amaran Amaranth: Cl Food
Red 9
16185 Secukupnya
Biru berlian Brilliant blue FCF:
Cl
42090 Secukupnya
Eritrosin Food red 2
Erithrosin : Cl
45430 Secukupnya
Hijau FCF Food red 14 Fast
green FCF : Cl
42053 Secukupnya
Hijau S Food green 3 Green
S : Cl. food
44090 Secukupnya
Indigotin Green 4
Indigotin : Cl.
Food
73015 Secukupnya
Ponceau 4R Blue I
Ponceau 4R : Cl
16255 Secukupnya
Kuning Food red 7 74005 Secukupnya
Kuinelin Quineline yellow
Cl. Food yellow 13
15980 Secukupnya
Kuning FCF Sunset yellow FCF
Cl. Food yellow 3
- Secukupnya
Riboflavina Riboflavina 19140 Secukupnya
Tartrazine Tartrazine
ii
2.6 Metabolisme Pewarna Di Dalam Tubuh
Absorpsi
Pewarna dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara, yaitu :
1. Melalui oral ( mulut )
Organ Pencernaan Manusia
Pewarna masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan atau minuman. Dimana
makanan/ minuman tersebut Mengandung pewarna baik alami maupun buatan.
- Mulut
Makanan yang mengandung pewarna masuk ke dalam mulut. Dalam mulut makanan
dikunyah sampai hancur dan diolah oleh enzim ptialin dimana enzim ini berfungsi mengubah
zat tepung (amilum) menjadi gula yaitu maltosa dan glukosa. Sedangkan pewarna yang
terkandung dalam makanan ini tidak mengalami perubahan karena bersifat asam maupun
basa sehingga cukup sulit untuk terurai
- Kerongkongan
Makanan yang mengandung pewarna masuk ke dalam lambung melalui kerongkongan
didorong oleh kontraksi otot disebut peristaltik, sehingga kita bisa menelan makanan.
Dikerongkongan inilah peristaltik dimulai dan terus bekerja disepanjang saluran pencernaan.
Dalam makanan yang kita makan, sengaja atau tidak pasti ada bakteri di dalamnya. Sebagian
besar mati karena asam lambung tetapi beberapa, baik berguna maupun merugikan berhasil
tetap hidup yang akhirnya membentuk flora dalam usus kita.
- Lambung
Di lambung pewarna akan bereaksi dengan cairan lambung yaitu asam khlorida (HCl).
Apabila pewarna yang masuk kedalam lambung bersifat asam maka suasana lambung akan
semakin asam. Sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada lambung
- Usus halus
Pewarna yang telah dicerna di lambung masuk ke dalam usus halus dan menyebabkan iritasi
pada usus halus tersebut. Alasan mengapa bentuk usus halus melingkar- lingkar dan
mempunyai banyak fili adalah karena tugas utamanya adalah untuk menghancurkan partikel-
ii
partikel makanan menjadi molekul dan menyerapnya melalui dinding usus ke dalam aliran
darah. Yang kemudian masuk ke hati. Sedangkan yang tidak terserap oleh dinding usus akan
masuk ke usus besar.
- Hati
Pewarna yang telah diabsorpsi oleh dinding usus halus masuk ke aliran darah lalu masuk ke
hati melalui Vena porta hepatika. Di hati terjadi proses metabolisme pewarna dalam
jumlah kecil masih dapat dinetralisir/ dihilangkan sifat-sifat racunnya oleh hematosit ( sel
hati ) Tapi, dalam jumlah yang besar/ banyak tidak dapat dinetralkan karena hematosit
mempunyai batas kemampuan. hasil metabolisme dari hati yang terikat akan masuk ke ginjal,
dimana sebagian akan diekskresikan bersama urine dan sebagian akan tertumpuk di ginjal.
Sedangkan hasil metabolisme yang tidak terikat akan masuk ke empedu lalu keluar/
diekskresikan bersama feases.
2. Melalui kulit
( Jaringan kulit manusia )
Masuknya pewarna ke dalam kulit bisa disengaja maupun tidak disengaja.Tidak disengaja
misalkan terkena tumpahan pewarana, dan penggunaan kosmetik yang mengunakan
pewarana yang dilakukan secara sengaja. Pewarna masuk kedalam lapisan tanduk dan akan
merusak lapisan tanduk dan kemudian akan masuk kedalam tubuh melalui folikel rambut atau
sel- sel kelenjar keringat.
3. Melalui pernafasan
( sistem pernapasan )
ii
Apabila uap pewarna terhirup oleh hidung misalkan pada saat pewarnaan di pabrik teskstil.
Uap pewarna akan masuk ke sistem pernapasan dan tempat utama bagi absorbsi di saluran
napas adalah alveoli paru-paru dan jalur pernapasan dan kemudian masuk ke aliran darah dan
menumpuk di organ hati dan ginjal serta di ekskresikan melaui urine(dari ginjal) dan feses
(empedu). Dan apabila pewarna dalam bentuk serbuk terhirup oleh hidung maka di dalam
hidung serbuk pewarna ini akan di saring oleh rambut – rambut kasar dan selaput lendir.
Dalam jumlah banyak atau dengan ukuran yang lebih kecil serbuk pewarna tidak dapat
disaring oleh rambut – rambut kasar dan selapt lendir sehingga pewarna ini akan berkumpul
di paru – paru sampai pada bronchioli dan hanya sebagian kecil yang sampai pada alveoli.
Distribusi
Setelah suatu zat kimia memasuki darah, zata kimia tersebut didistribusikan dengan
cepat ke seluruh tubuh. Laju distribusi ke tiap – tiap organ tubuh berhubungan dengan aliran
darah di organ tersebut, mudah tidaknya zat kimia itu melewati dinding kapiler dan membran
sel, serta afinitas komponen alat tubuh terhadap zat kimia itu..
C Pengikatan dan Penyimpanan
Hati dan ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat pewarna. Hal ini
mungkin dikarenakan ada hubungannya dengan fungsi metabolik dan ekstretorik hati dan
ginjal.
Ekskresi
Setelah absorbsi dan distribusi dalam tubuh, toksikan dapat dikeluarkan dengan
cepat atau perlahan. Toksikan dikeluarkan dalam bentuk asal sebagai metabolit dan atau
sebagai konjugat. Jalur utama ekskresi adalah urine, tetapi hati dan paru – paru juga
merupakan alat ekskresi penting untuk zat kimia jenis tertentu
- Ekskresi urine
Ginjal membuang toksikan dari tubuh dengan filtrasi glomerulus, difusi tubuler dan
sekresi turbuler. Kapiler glomerulus memiliki pori –pori yang besar (70 mm), karena itu
sebagian toksikan akan lewat di glomerulus. Bila lipid / airnya tinggi maka akan diabsorpsi
oleh sel – sel tubuler, tetapi apabila tidak maka akan langsung dibuang keluar.
- Ekskresi Empedu
Hati merupakan alat tubuh yang penting untuk ekskresi pewrna. Pada umumnya begitu
pewarna berada dalam empedu, pewarna ini tidak akan di serap kembali ke dalam darah dan
di keluarkan lewat feses.
ii
2.7 Dampak pewarna buatan ( sintetik ) terhadap kesehatan manusia
Pewarna sintetik masuk kedalam tubuh melalui pernapasan dengan jalan terhisap dan
melalui adsorbsi kulit dengan jalan kontak atau bersentuhan dan melalui saluran pencernaan
(mulut).
1. Dengan jalan kontak melalui kulit dalam jumlah banyak akan menimbulkan iritasi
2. Dengan jalan terhirup terhirup oleh saluran pernapasan dan akan menimbulkan iritasi
pada saluran pernapasan
3. Dengan jalan termakan atau terminum dapat merusak sel-sel jaringan organ tubuh
seperti rusaknya hati, ginjal, saluran pencernaan, lambung, usus dll.
2.8 Cara penanggulangan
• Apabila terkena kulit, segera lepaskan pakaian, perhiasan yang terkontaminasi. Kemudian
cuci kulit dengan sabun dan air mengalir sampai bersih, selama kurang lebih 15 sampai 20
menit
• Apabila tertelan dan terjadi muntah, letakan posisi kepala lebih rendah dari pinggul untuk
mencegah terjadinya muntahan masuk ke saluran pernapasan.
ii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masih banyak produsen makanan yang menggunakan bahan tambahan makanan
untuk menarik perhatian para konsumennya, bahan tambahan yang digunakan diantaranya zat
pewarna, tetapi produsen makanan kebanyakan menngunakan zat pewarna yang dilarang
seperti Rhodamin B, Methanyl yellow dan Amaranth, padahal zat – zat pewarna tersebut
dapak menimbulkan efek yang kurang baik terhadap kesehatan manusia karena pewarna
buatan tersebut bersifat karsinogenik. Sebenarnya masih banyak zat pewarna alami yang bisa
digunakan, mudah didapat, dan harganya pun relatif murah.
3.2 Saran
1. Pemerintah hendaknya meningkatkan pengawasan kepada produsen makanan dan
minuman dan memberikan penyuluhan tentang bahan tambahn makanan
2. Produsen makanan sebaiknya menggunakan pewarna yang alami untuk mewarnai
bahan makanan yang akan di perjualkan selain mudah dijangkau dan harganuya pun
relatif murah dampak yang ditimbulkannya pun tidak terlalu berbahaya.
3. Konsumen hendaknya berhati – hati dalam memilih makanan yang menngunakan
bahan pewarna jangan mudah tertarik.
ii
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2010. Bahan Aktif Makanan Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan
Manusia.http://www.wordpress.com. Diakses pada tanggal 26 Desember 2010.
2. Azwar, A. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
3. Baliwati, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.
4. Cahyadi,W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara,
Jakarta.
5. Hardiansyah,dkk. 2001. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
6. Moehji, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bhratara, Jakarta.
7. Novia, DRM. 2010. Mewaspadai Pewarna Makanan. http://www.mirror.unpad.ac.id.
Diakses pada tanggal 26 Desember 2010.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2
2.1. Pengertian bahan pewarna makanan......... .............................................2
2.2. sifat sifat pewarna ....................................................................................2
2.4. penggolongan pewarna............................................................................3
2.5. Konsentrasi zat pewarna...........................................................................6
2.6. metabolisme pewarna dalam tubuh...........................................................7
2.7. dampak pewarna buatan..........................................................................10
2.8. cara penanggulangan...............................................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
2.1 Kesimpulan................................................................................................11
2.2 Saran.........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan
tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
“ZAT PEWARNA PADA MANAKAN”
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau
menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Raha, Oktober 2013
"Penulis"
ii
MAKALAH ZAT PEWARNA PADA MAKANAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : RAHMAN RAHIM
NIM : 11.11.926
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
ii
2013