makalah virologi fix

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan kepada manusia, merupakan masalah serius. Menurut Brown cit Widodo (2008) dalam dua puluh tahun terakhir, 75% dari penyakit-penyakit baru (emerging disease) pada manusia terjadi akibat perpindahan patogen hewan ke manusia atau bersifat zoonotik. Juga ditemukan sekitar 1415 mikroorganisme patogen pada manusia, 61,6% bersumber dari hewan. Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoonotik yang bersifat akut yang disebabkan oleh virus kelompok negatif sense single-stranded RNA, golongan Mononegavirales, Family Rhabdoviridae, genus Lyssavirus (Priangle,1991). Menurut World Health Organization (WHO), rabies menduduki peringkat 12 daftar penyakit yang mematikan (Mattosdan Rupprecht, 2001). Rabies merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Indonesia karena penyakit tersebut tersebar luas di 18 Propinsi, dengan jumlah kasus gigitan yang cukup tinggi setiap tahunnya (16.000 kasus gigitan), serta belum diketemukan obat/cara pengobatan untuk penderita rabies sehingga selalu diakhiri dengan kematian pada hampir semua penderita rabies baik manusia maupun pada hewan. Di Indonesia penyakit rabies dilaporkan pertama kali oleh SCHOORL pada tahun 1884 di Bekasi, menyerang seekor Makalah Virologi “Virus Rabies” Page1

Upload: herni-yunita

Post on 08-Feb-2016

113 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

rabies

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Virologi Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Saat ini zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan kepada

manusia, merupakan masalah  serius. Menurut Brown cit Widodo (2008) 

dalam dua puluh tahun terakhir, 75% dari penyakit-penyakit baru (emerging

disease) pada manusia terjadi akibat perpindahan patogen hewan ke manusia

atau bersifat zoonotik. Juga ditemukan sekitar 1415 mikroorganisme patogen

pada manusia, 61,6% bersumber dari hewan. 

Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit zoonotik yang bersifat

akut yang disebabkan oleh virus kelompok negatif sense single-stranded

RNA, golongan Mononegavirales, Family Rhabdoviridae, genus Lyssavirus

(Priangle,1991). Menurut World Health Organization (WHO), rabies

menduduki peringkat 12 daftar penyakit yang mematikan (Mattosdan

Rupprecht, 2001).

Rabies merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Indonesia

karena penyakit tersebut tersebar luas di 18 Propinsi, dengan jumlah kasus

gigitan yang cukup tinggi setiap tahunnya (16.000 kasus gigitan), serta belum

diketemukan obat/cara pengobatan untuk penderita rabies sehingga selalu

diakhiri dengan kematian pada hampir semua penderita rabies baik manusia

maupun pada hewan.

Di Indonesia penyakit rabies dilaporkan pertama kali oleh SCHOORL

pada tahun 1884 di Bekasi, menyerang seekor kuda. Kemudian ESSER tahun

1889 melaporkan kasus rabies pada seekor kerbau di Bekasi. Tahun 1890

PENNING melaporkan kasus rabies pada anjing di Tangerang. Sementara itu

kasus rabies pada manusia baru dilaporkan pada tahun 1894 di Cirebon oleh

DE I-IAAN (IIARDJOSWORO, 1977). Sampai dengan tahun 1995, dari 27

propinsi di Indonesia, 20 propinsi masih dinyatakan tertular rabies . Tujuh

propinsi lainnya yang dinyatakan bebas, yaitu Bali, NTB, NTT, Timor Timur,

Kalimantan Barat, Maluku, Irian Jaya serta pulau-pulau di sekitar Sumatera

(ANON,1995).

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page1

Page 2: Makalah Virologi Fix

Selanjutnya pada tahun 1997, berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian No 892/Kpts/TN 560/9/97 tanggal 9 September 1997, beberapa

propinsi lainnya, yaitu Jawa Timur, D.I . Yogyakarta dan Jawa Tengah

dinyatakan bebas dari rabies (ANON, 1998). Namun pada bulan April 1998,

rabies telah menyerang Pulau Flores Timur (Kabupaten Larantuka) sehingga

di propinsi NTT tinggal Pulau Sumbaclan Timor yang masih bebas dari

penyakit rabies.

Pada dekade 1990-an dan 2000-an Rabies masih terus menjalar ke

wilayah yang sebelumnya bebas hitoris menjadi tertular  yaitu Pulau Flores

(1998) Pulau Ambon dan Pulau Seram (2003), Halmahera dan Morotai (2005)

Ketapang (2005) serta Pulau Buru (2006) kemudian Pulau Bali, Pulau

Bengkalis dan Pulau Rupat di Provinsi Riau (2009). Saat ini provinsi yang

bebas rabies Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Nusa Tenggara

Barat, Papua dan Papua Barat.

Sampai pada bulan Agustus 2010 sudah 113 orang positif terjangkit

virus rabies. Penyebaran virus rabies sulit dihentikan sehingga tidak

mengherankan apabila kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini mencapai

100%. Tahun 2005 KLB terjadi di Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan

Barat. Pada akhir tahun 2007 terjadi KLB di Banten. Pada November 2008

terjadi KLB di Kab. Bandung, Bali, Pulau Nias, Sumatra Utara sampai pada

Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular rabies. 

Berdasarkan uraian yang tertera diatas mendorong penulis untuk

membahas mengenai Virus Rabies (Dampak dan Penularannya terhadap

Manusia), adapun hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi

Definisi Penyakit Rabies, Etiologi Virus Rabies, Penularan dan gejala klinis,

Epidemiologi, Penanganan, Pengendalian serta Pencegahan terhadap

penyakit Rabies.

.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Penyakit Rabies serta

penyebab penyakit tersebut.

2. Untuk mengetahui Etiologi dari virus Rabies

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page2

Page 3: Makalah Virologi Fix

3. Untuk mengetahui cara penularan dan gejala klinis penyakit Rabies

4. Untuk mengetahui Epidemilogi dari penyakit Rabies

5. Untuk mengetahui cara penanganan, pengendalian serta pencegahan

terhadap penyakit Rabies

1.3 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan

beberapa permasalahan untuk memperjelas pembahasan dalam makalah

ini, yaitu sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit Rabies?

2. Bagaimana Etiologi dari virus Rabies?

3. Bagaimana cara penularan penyakit Rabies?

4. Bagaimana gejala klinis dari penderita Rabies?

5. Bagaimana Epidemiologi penyakit Rabies?

6. Bagaimana cara penanganan, pengendalian serta pencegahan

terhadap penyakit Rabies?

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page3

Page 4: Makalah Virologi Fix

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit RabiesKata rabies berasal dari bahasa sansekerta kuno rabhas yang

diartikan sebagai melakukan kekerasan/kejahatan. Dalam Bahasa Yunani,

rabies diseut juga Lyssa atau Lytaa yang artinya kegilaan. Dalam Bahasa

Jerman, rabies disebut juga dengan tollwut yang berasal dari bahasa

Indojerman Dhvar yang artinya marah. Dalam Bahasa Prancis, Rabies disebut

juga Rege yang berasal dari kata benda robare yang artinya menjadi gila. 

Rabies bukanlah penyakit baru dalam sejarah peradaban manusia.

Catatan tertulis mengenai perilaku anjing yang tiba-tiba menjadi buas yang

ditemukan pada Kode Mesopotamia yang ditulis 4.000 tahun lalu, serta pada

Kode Babilonia Eshunna yang di tulis pada tahun 2.300 SM. Pada tahun 500

SM, Democritus juga menuliskan gejala penyakit yang menyerupai rabies.

Dan pada tahun 400 SM, Aristotles menulis tentang Natural History of Animals

edisi 8, bab 22, dan dia menyebutkan bahwa, "...Anjing itu menjadi gila. Hal ini

menyebabkan mereka menjadi agresif dan semua binatang yang digigitnya

juga mengalami sakit yang sama."

Penyakit rabies adalah penyakit hewan menular yang akut dari

susunan syaraf pusat disebabkan oleh virus rabies dan merupakan penyakit

zoonosa (penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia yang sangat

ditakuti dan mengganggu ketentraman hidup masyarakat). (Departemen

Pertanian Jakarta, 2004)

Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang system saraf pusat

(SSP) manusia dan mamalia dengan mortalitas 100%. Penyebabnya adalah

virus rabies yang termasuk genus Lyssa virus, family Rhabdoviridae. Virus

rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan

infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan dan kadang

melalui jilatan. Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada

manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan

lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing,

kelelawar, rakun, sigung, rubah.

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page4

Page 5: Makalah Virologi Fix

Rabies menyerang susunan syaraf pusat, disebabkan oleh virus rabies

yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit

ini sangat ditakuti dan mengganggu ketentraman hidup manusia, karena

apabila sekali gejala klinis penyakit rabies timbul maka biasanya diakhiri

dengan kematian (Anonimous, 2008).

2.2 Etiologi Virus Rabies

Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia

Rhabdoviridae, genus Lyssa. Virus ini berbentuk peluru atau silindris dengan

salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan melintang

berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid

dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya

yang pada permukaannya terdapat tonjolan (spikes) yang jumlahnya lebih dari

500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang

tinggi.Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75nm, tonjolan berukuran

9nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm.

(Gambar 1 : Struktur Virus Rabies secara melintang)

(Gambar 2 : Struktur Virus Rabies secara Cross Sectional)

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page5

Page 6: Makalah Virologi Fix

Virus Rabies memiliki lima Protein, yaitu:

1. Protein G (Permukaan); bagian ini merupakan paku Glikoprotein pada

permukaan dan ada sebagai penjaga keseimbangan. Berikatan dgn

reseptor dan merupakan target dalam netralisasi antibodi.

2. Protein M (Matriks); merupakan protein membran perifer yang terlihat

sebagai garis pada permukaan bagian dalam membran virus. Menjadi

jembatan antara membran atau Protein G dengan Nukleokapsid.

3. Nukleokapsid; bagian ini merupakan inti ribonukleoprotein infeksius virus

rabies. Memiliki struktur heliks yang berada di dalam membran. Dengan

mikroskop elektron dapat dilihat dalam inti ini terdapat 3 protein yaitu N

(nukleoprotein) Protein dan L (Large) protein, serta NS (Nonstruktural, dikenal juga sebagai P atau Polymerase).

Berikut klasifikasi virusnya :

Order : Mononegavirales

Famili : Rhabdoviridae

Genom : Lyssavirus

Spesies : Rhabdovirus (Virus Rabies)

(Sumber: www.mikrobia.files.wordpress.com/2008)

Virus rabies mempunyai 6 (enam) tipe, yaitu :

Tipe 1 : Strain Challenge virus standard sebagai prototipe

Tipe 2 : Strain lagos sebagai prototipe

Tipe 3 : Strain Mokola sebagai prototype

Tipe 4 : Strain Duvenhage

Tipe 5 : European bat lyssavirus

Tipe 6 : Australian bat lyssavirus

Sifat virus rabies meliputi sifat fisik dan sifat kimia.

Sifat fisik

1. Pemanasan pada suhu 60°C selama 5 menit akan mematikan virus

2. Virus akan mati bila kena sinar ultraviolet

3. Cepat mati bila berada diluar jaringan hidup

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page6

Page 7: Makalah Virologi Fix

4. Pada suhu -4°C virus dapat bertahan hidup sampai berbulan-bulan.

Sifat Kimia :

1. Dapat diinaktifkan dengan β-propiolakton, phenol, halidol azirin, zat

pelarut lemak, dll

2. Tahan hidup beberapa minggu di dalam glycerin pada suhu kamar

3. Virus rabies bila disimpan di dalam larutan glycerin pekat pada suhu

kamar, dapat bertahan berminggu-minggu.

4. Pada glycerin 10% virus akan cepat mati

5. Cepat mati dengan zat-zat pelarut lemak seperti air sabun, detergent,

chloroform, ether dll.

2.3 Replikasi virus Rabies Dalam hal replikasi virus rabies mengalami beberapa tahapan yaitu :

1. Berikatan (Binding), reseptor untuk rhabdovirus secara pasti dapat

teridentifikasi namun beberapa percobaan merujuk pada fosfotidil serin

sebagai molekul reseptor pada permukaan sel.

2. Transkripsi (transcription), pada mulanya polymerase yang membawa

masuk virus membentuk 5 individual mRNA. RNA harus terbentuk

sebelum proses sintesis protein virus lainnya dan virus yang terinfeksi

harus disediaan enzim polymerase. Potongan untaian dari trankripsi virus

ini adalah N, NS(P), M, G dan L dengan sintesis mRNA akan

melemahkan ikatan masing-masing gen.

3. Replikasi (Replication), polymerase merubah negative sense RNA virus

menjadi untaiian positive sense. Bagian ini menjadi template untuk

transcriptase untuk menuliskan kembali molekul RNA dengan sifat

negative sense. Fase Replikasi ini membutuhkan protein sintesis dan

polymerase yang sama. Pada fase ini, enzim tsb. harus dapat

mengabaikan pengaruh sinyal dari mRNA individu spesies dan membuat

molekul RNA tunggal. Perubahan antara proses transkripsi mRNA dan

replikasi genom RNA diketahui dikendalikan oleh sejumlah protein N.

4. Protein G mRNA diterjemahkan secara bersamaan di dalam reticulum

endoplasma dan dipindahkan melalui badan golgi ke permukaan sel.

Pada bagian ini protein G akan bersatu dengan N, L dan NS(P) protein

membentuk neukleokapsid. Bagian ini akan bersatu dengan protein M

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page7

Page 8: Makalah Virologi Fix

pada bagian dalam membentuk membrane plasma. Interaksi antara

nukleokapsid dan protein M menyebabkan berubahnya susunan yang

lebih padat setelah itu nukleokapsid akan berkembang melalui

membrane.

2.4 Cara Penularan dan PatogenesisPenyakit rabies disebabkan oleh virus dan menular pada manusia

lewat gigitan atau cakaran hewan penderita rabies atau dapat pula lewat luka

yang terkena air liur hewan penderita rabies. Walaupun jarang ditemukan,

virus rabies ini dapat ditularkan ketika air liur hewan yang terinfeksi mengenai

selaput lendir seseorang seperti kelopak mata, mulut atau kontak melalui kulit

yang terbuka.

Penularan rabies dapat pula terjadi melalui pendedahan pada

konjungtiva, selaput lendir mulut, organ genital dan abrasi oleh air liur

penderita rabies. Zinke tahun 1804 adalah orang pertama yang

mendemonstrasikan virus rabies di dalam air liur melalui transmisi buatan

pada anjing. Uji coba pertama telah membuktikan bahwa agen rabies pada

orang dan anjing adalah sama, melalui karya Magendie dan Breschet tahun

1813 yang berhasil menginfeksi anjing dengan air liur pasien orang menderita

rabies.

Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat luka gigitan,

selama dua minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan dekatnya.

Kemudian virus akan bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterior

tanpa menunjukan perubahan-perubahan fungsinya. Masa inkubasi virus ini

berkisar antara dua minggu sampai dua tahun. Tatapi pada umumnya 3-8

minggu, tergantung jarak tempuh virus sebalum mencapai otak. Sesampainya

virus di otak, virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua

bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-

sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak.

Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus

kemudian bergerak ke arah perifer dalam serabut saraf eferen, volunter dan

otonom. Dengan demikian, virus ini menyerang hampir tiap organ dan jaringan

di dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page8

Page 9: Makalah Virologi Fix

ludah, ginjal dan sebagainya. Puncaknya virus ini akan mencapai otak yang

akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Pada saat virus telah memasuki saraf, virus berimigrasi menuju

sasaran ke dalam sistem saraf pusat dan akhirnya menyebar ke seluruh

sistem saraf pusat dan masuk ke dalam jaringan otak yang kaya akan sel

saraf, termasuk otot dan saraf tulang belakang. Perjalanan virus dapat potong

kompas sekitar sumsum tulang dan menjalar melalui alat fiber-panjang

langsung menuju ke bagian tertentu dari otak. Dengan cara ini, virus dapat

secara cepat memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh tubuh sebelum

hewan mengalami perubahan patologik yang ekstensif di sumsum tulang. Hal

ini penting karena mobilitas dari hewan merupakan faktor penting untuk

kelanjutan transmisi rabies ke hewan lain.

2.4 Gejala Klinis

A. Gejala Pada Hewan Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium :

Stadium Prodromal

Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung

antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan

temperamen yang masih ringan. Hewan mulai mencari tempat-tempat yang

dingin/gelap, menyendiri, reflek kornea berkurang, pupil melebar dan

hewan terlihat acuh terhadap tuannya. Hewan menjadi sangat perasa,

mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi. Dalam keadaan ini

perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan.

Stadium Eksitasi

Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan

dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang

hewan lain ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam

keadaan tidak ada provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan

selalu tampak seperti ketakutan. Hewan mengalami fotopobi atau takut

melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara berlebihan

dan tampak ketakutan.

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page9

Page 10: Makalah Virologi Fix

Stadium Paralisis.

Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk

dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian.

Hewan mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan,

akhirnya lumpuh dan mati.

B. Gejala Pada Manusia Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium.

Stadium Prodromal

Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat

adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal,

merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di

tenggorokan selama beberapa hari.

Stadium Sensoris

Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas

luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan

terhadap ransangan sensoris.

Stadium Eksitasi

Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala

berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap

rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu

merintih sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah,

rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin

hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan.

Tubuh gemetar atau kaku kejang.

Stadium Paralis

Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.

Kadangkadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi,

melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena

gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis

otot-otot pernafasan.

C. Masa inkubasi Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya

gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page10

Page 11: Makalah Virologi Fix

kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Masa inkubasi pada manusia yang

khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun

(mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat  pada anak-anak

dari pada dewasa.

Kasus rabies manusia dengan periode inkubasi yang panjang (2

sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang terjadi. Masa inkubasi

tergantung pada umur pasien, latar belakang genetic, status immune, strain

virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu.

Masuknya ke susunan saraf pusat. Masa inkubasi tergantung dari lamanya

pergerakan virus dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke otak,

pada gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada gigitan ditangan

masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari.

2.5 Diagnosa Penyakit RabiesPemeriksaan laboratorium pada penyakit rabies tidak spesifik.

Nyaris sulit membedakan apusan darah tepi penderita rabies dengan penyakit

infeksi lainnya. Isolasi virus bisa jadi salah satu solusi pemeriksaan yang

sangat baik dilakukan pada minggu pertama gigitan yang berasal dari saliva,

hapusan tenggorok, trakea, kornea, sampel biopsy kulit/otak, cairan LCS dan

kadang urin.

Metode standard untuk pengujian antibody rabies yang

direkomendasikan oleh WHO dan OIE adalah serum netralisasi (REFIT atau

FAVN). Uji ini paling spesifik untuk deteksi antibody rabies. Namun

pengerjaannya butuh waktu yang lama dan memerlukan laboratorium dengan

fasilitas biosekuriti yang memadai serta staff yang sudah divaksinasi karena

uji ini menggunakan virus rabies hidup.

Selain itu, bisa juga dengan metode ELISA untuk mendeteksi antibody

pada serum hewan (anjing dan kucing) serta serum manusia. ELISA biasanya

digunakan untuk uji skrining. ELISA menggunakan prinsip pengikatan antara

Antigen dan Antibodi dengan bantuan enzyme sebagai penanda. Titer

antibody dengan ELISA bagi manusia dan hewan dinyatakan protektif bila

sedikitnya diperoleh 0,5 IU.

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page11

Page 12: Makalah Virologi Fix

Dibanding dengan metode SNT (Netralisasi Serum), ELISA memiliki

kelebihan yaitu dapat dilakukan dalam waktu 4 jam, lebih aman karena tidak

memakai virus rabies hidup sehingga tidak perlu laboratorium dengan fasilitas

biosekuriti yang tinggi.

Uji Flourescent antibodies tes (FAT) dapat digunakan untuk

memperlihatkan virus rabies pada jaringan otak, cairan serebrospinal, urine,

kulit, dan usapan kornea. Namun uji ini dapat muncul negative apabila telah

muncul antibody. Pada hewan juga bisa dilakukan isolasi virus rabies dengan

mengambil sampel saliva, cairan serebrospinal dan sedimen urine sebelum

kematiannya. Isolasi mungkin akan gagal dari jaringan otak dan material

diatas 10-14 hari setelah sakit (pasca sakit) dimana ada korelasinya dengan

timbulnya antibody netralisasi.

Salah satu metode cepat untuk diagnose rabies antemortem pada

manusia adalah FAT pada biopsy kulit di daerah tengkuk manusia untuk

mendapatkan antigen rabies. Metode ini lebih sensitive (sensitivitas 80%) dan

spesifik untuk deteksi antigen rabies di kulit dan jaringan segar lainnya

(misalnya biopsy otak), air liur, air mata dan biopsy kornea.untuk pengujian

postmortem pada manusia dengan deteksi antigen rabies pada jaringan otak.

Penggunaan reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) juga

dapat dilakukan sebagai salah satu uji yang baik dan akurat ataupun dengan

isolasi virus rabies.

2.6 Distribusi dan Insiden Rabies tersebar di seluruh dunia. Hanya beberapa Negara yang

dilaporkan bebas rabies seperti Australia, sebagian besar skandinavia,

Inggris, Islandia, Yunani, Portugal, Uruguay, Chili, Papua Nugini, Brunai,

Selandia Baru, Jepang dan Taiwan.

Jumlah kematian di dunia karena rabies pada manusia diperkirakan

lebih dari 50.000 orang tiap tahunnya dan terbanyak pada negara-negara

Asia-Afrika, yang merupakan daerah endemis rabies.

Pada sebagian besar area di dunia, anjing merupakan vektor penting

virus rabies untuk manusia. Akan tetapi, serigala (Eropa timur, daerah kutub

utara), luwak (Afrika Selatan,Karibia), rubah (Eropa Barat) dan kelelawar

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page12

Page 13: Makalah Virologi Fix

(Amerika Selatan) juga merupakan vektor  penyakit yang penting. Di Amerika,

rabies kucing sekarang ini dilaporkan lebih sering daripada rabies anjing;

sehingga vaksinasi kucing rumah sangat penting. Di Amerika, rabies pada

binatang buas bertanggung jawab terhadap sekitar 85% rabies binatang yang

dilaporkan,dengan anjing dan kucing hanya sekitar 2-3%.

Dari tahun 1997 sampai 2003 dilaporkan lebih dari 86.000 kasus

gigitan binatang tersangka rabies diseluruh Indonesia (12.400 kasus/tahun)

dan yang terbukti rabies adalah 538 orang (76 kasus/tahun).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gigitan

hewan penular rabies meningkat pesat dua tahun belakangan ini. Pada tahun

2008, kasus gigitan hewan penular rabies 20.926 kasus dan 104 orang

meninggal karena rabies. Pada tahun 2009, jumlah gigitan naik menjadi

42.106 kasus dengan jumlah orang yang meninggal karena rabies 137 orang.

Tahun 2010, terjadi pula kejadian luar biasa rabies di Pulau Nias dan

daerah Maluku Tenggara yang sebelumnya tidak pernah terdapat rabies.

Sejauh ini, terdapat 24 provinsi yang melaporkan kasus rabies di daerahnya

dan hanya sembilan provinsi bebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung, DKI

Jakarta, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa

Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat.

2.7 Penanganan, Pengendalian dan PencegahanA. Penanganan

Tindakan Penanganan Kasus Gigitan Setiap penderita kasus gigitan

oleh hewan penular rabies harus diduga   sebagai tersangka rabies, tindakan

yang harus dilakukan adalah Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan,

diantaranya :

1. Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit, keringkan dan

diberi yodium tinture atau alcohol 70% 

2.  Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk

penanganan lebih lanjut.

3. Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas Peternakan/Pertanian

setempat.

4. Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas

Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama 14 hari, jika

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page13

Page 14: Makalah Virologi Fix

hewan mati dengan gejala rabies dalam masa masa obeservas maka

hewan tersangka dinyatakan positif rabies

5. Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan tersebut

divaksinasi anti rabies dan dikembalikan pada pemiliknya atau dibunuh bila

tidak ada pemilik.

B. PengendalianKematian karena rabies boleh dikatakan 100% bila virus sudah

mencapai saraf. Dari tahun 1857-1972 dari kepustakaan dilaporkan hanya 10

pasien yang sembuh dari rabies. Namun sejak 1972 hingga sekarang tidak

ada lagi laporan demikian. Perawatan luka yang baik sejak paparan pertama,

mendapat SAR dan VAR mendapatkan angka survival 100%.

Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan

rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara

berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin

(antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki

harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh

karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari

kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran

immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa

negara ini.

Vaksinasi rabies pada manusia direkomendasikan kepada para

pelancong yang tinggal atau bepergian ke negara endemik rabies selama

lebih dari 30 hari. Vaksinasi pra-penularan tidak begitu saja mencegah

penularan rabies, namun vaksinasi pra-penularan ini harus diikuti dengan

tindakan pasca-penularan, yaitu dengan pemberian vaksin immunoglobulin

untuk rabies. Selain para pelancong, vaksin rabies juga direkomendasikan

kepada orang-orang yang aktivitasnya beresiko untuk tertular rabies, seperti

pemburu, penjaga hutan, pekerja laboratorium, breeder anjing, pekerja

pemotongan hewan, dan dokter hewan. Orang-orang yang beresiko ini harus

secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 2 tahun untuk

memeriksakan tingkat kekebalan tubuhnya atau untuk mendapatkan vaksin

rabies. 

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page14

Page 15: Makalah Virologi Fix

C. Pencegahan

Jadilah pemelihara hewan yang baik dengan :

1. Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan

senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya. 

2.  Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang

baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara

teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek.

Tindakan ini tidak hanya melindungi hewan anda dari penyakit rabies tetapi

juga melindungi diri anda sendiri dan keluarga anda. 

3. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau

sedang diajak berjalan-jalan. 

4. Selalu awasi binatang peliharaan anda. Kurangi kontak mereka dengan

hewan atau binatang liar. Jika binatang peliharaan anda digigit oleh hewan

liar, segera ke dokter hewan untuk diperiksa keadaannya.

5. Hubungi dinas peternakan setempat bila anda menjumpai ada binatang liar

yang mencurigakan di lingkungan tempat tinggal anda. 

6. Hindari kontak dengan hewan liar yang tidak jelas asal usulnya.

7. Nikmati hewan liar seperti rakun, serigala dari tempat yang jauh. Jangan

coba coba memberi mereka makan, membelai ataupun memelihara

mereka di rumah walaupun kelihatan sangat jinak. 

8. Cegah kelelawar memasukan rumah atau tempat anda beraktifitas.

9. Jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit rabies, segeralah ke pusat

pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page15

Page 16: Makalah Virologi Fix

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanRabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang

ditularkan dari hewan ke manusia, di mana agen infektifnya berupa virus

rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat.

Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga

Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Berdasarkan data Kementerian

Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies meningkat pesat dua

tahun belakangan ini. Pada tahun 2008, kasus gigitan hewan penular rabies

20.926 kasus dan 104 orang meninggal karena rabies. Pada tahun 2009,

jumlah gigitan naik menjadi 42.106 kasus dengan jumlah orang yang

meninggal karena rabies 137 orang. Tahun 2010 hingga bulan Agustus,

jumlah korban gigitan hewan penular 40.180 kasus dengan kematian 113

orang.

Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang

terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan

menginfeksi tubuh manusia. Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan

sampai timbulnya gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada

anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Pada manusia 2-3

minggu dan paling lama 1 tahun.

Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan

rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara

berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin

(antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki

harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh

karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari

kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran

immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa

negara ini.

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page16

Page 17: Makalah Virologi Fix

3.2 SaranAdapun yang menjadi saran penulis terhadap pembaca khuusnya yang

memiliki hewan peliharaan yakni kucing, anjing, dll agar dapat menjadi

seorang pemelihara yang baik dengan selalu melakukan pemeriksaan hewan

peliharaan mengingat penyakit-penyakit yang dapat menyerang hewan

tersebut yang tidak menutup kemungkinan mendatangkan bahaya terhadap

pemelihara itu sendiri.

Makalah Virologi “Virus Rabies” Page17