makalah toksikologi (rokok)

23
MAKALAH TOKSIKOLOGI ROKOK Disusun oleh: Kelompok 3 1. Putri Dwi Lestari G1F014005 2. Melani Dian Arini G1F014017 3. Mega Deviyana G1F014029 4. Alim Wijaya G1F014039 5. Raras Ravenisa G1F014055 6. Kintyas Asokawati G1F014069 JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2015

Upload: alimwijaya

Post on 08-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

dalam rokok terdapat bermacam-macam kandungan kimia, dimana yang paling berbahaya adalah TAR, nikotin, dan CO. didalam makalh ini akan dibahas mengenai efek ketoksikan dari senyawa tersbut.

TRANSCRIPT

MAKALAH TOKSIKOLOGI

ROKOK

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Putri Dwi Lestari G1F014005

2. Melani Dian Arini G1F014017

3. Mega Deviyana G1F014029

4. Alim Wijaya G1F014039

5. Raras Ravenisa G1F014055

6. Kintyas Asokawati G1F014069

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas prematur

paling penting pada populasi dunia yang seharusnya bisa dicegah. Angka

kematian dini ini diperkirakan mencapai 4,8 juta orang setiap tahunnya di

seluruh dunia pada tahun 2000 dengan 2,4 juta orang di antaranya terjadi di

negara berkembang dan sisanya terjadi di negara-negara maju (Burns, 2005;

McPhee dan Pignone, 2007). Angka itu kini meningkat menjadi 5,4 juta

kematian setiap tahunnya pada tahun 2006. WHO memperkirakan angka

tersebut masih akan terus naik dan mencapai 10 juta kematian per tahun pada

tahun 2030 (Jaya, 2009). Data hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

perilaku merokok dapat mengurangi angka harapan hidup sampai 8,8 tahun

(Streppel, et al., 2007). Di Indonesia, menurut data hasil laporan Lembaga

Demografi Universitas Indonesia, jumlah perokok mencapai 57 juta orang

(Barber et al., 2008). Diperkirakan lebih dari separuh dari jumlah itu akan

mengalami kematian akibat berbagai macam penyakit yang ditimbulkannya

dalam jangka panjang, dengan rata-rata 427.948 kematian per tahun (Barber

et al., 2008).

Di negara berkembang, penyuluhan tentang bahaya merokok belum

dilaksanakan secara intensif. Hal ini selain karena industri rokok merupakan

sumber pemasukan bagi negara dan sumber kesempatan kerja, juga karena di

sebagian besar negara – negara sedang berkembang, dana untuk ini walaupun

ada, sangat kecil dibandingkan dengan dana yang dipergunakan oleh

perusahaan – perusahaan rokok untuk memasarkan rokok. Industri rokok

melaksanakan secara agresif dan dengan mengaitkan merokok dengan gaya

hidup modern, masyarakat terutama remaja yang paling sangat terpengaruh.

Hal, ini terjadi karena masih minimnya kesadaran masyarakat akan

bahaya merokok. Sehingga masih dibutuhkan informasi tentang bahaya

merokok yang diakaitkan dalam bidang toksikologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka penulis

merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas, antara lain :

a. Apa saja senyawa toksik yang terkandung dalam rokok?

b. Bagaimana asas-asas umum toksikologi dalam rokok?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan

makalah ini adalah :

a. Untuk mengetahui senyawa toksik yang terkandung dalam rokok

b. Untuk mengetahui asas-asas umum toksikologi dalam rokok.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai

pengetahuan bagi pembaca tentang adanya bahaya rokok terhadap kesehatan

dan asas-asas umum toksikologi dalam rokok.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah hasil olahan dari tembakau terbungkus yang

meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana

tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang

mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Sitepoe,

2000).

2. Jenis-jenis Rokok

Menurut Sitepoe (1997), jenis rokok berdasarkan bahan baku

dibagi tiga jenis:

a) Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya tembakau

yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

b) Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek

rasa dan aroma tertentu.

c) Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun

tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saos untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis ( Bustan, 2000) :

a) Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat

gabus.

b) Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak

terdapat gabus.

3. Kandungan rokok

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah

menjadi komponen lainnya misalnya komponen yang cepat menguap

akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainya

terkondensasi. Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh

perokok terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel 15% (Sianturi,

2003).

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia dan

40 jenis diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker),

setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada

rokok adalah tar, nikotin dan karbonmonoksida (CO). Selain itu dalam

sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah

beracun (Ellizabet,2010). Berikut daftar bahan kimia yang terdapat dalam

asap rokok dapat dilihat pada table di bawah ini :

Daftar bahan kimia yang terdapat dalam asap rokok

yang dihisap

No Bagian partikel Bagian Gas

1 Tar Karbonmonoksida

2 Indol Ammoniak

3 Nikotin Asam hydrocyanat

4 Karbozol Nitrogen Oksida

5 Kresol Formaldehid

Sumber: (Sitepoe, 1997)

a) Nikotin

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang

terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies

lainnya yang bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan

ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh,

meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan

menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.

Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor

kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya

isapan dan menggunakan filter rokok atau tidak.

b) Karbonmonoksida (CO)

Karbonmonoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan

menyebabkan keracunan CO sebab pengaruh CO yang dihirup oleh

perokok dengan sedikit demi sedikit dengan lamban namun pasti

akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbonmonoksida

bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor

maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6%

pada saat merokok sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling

rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat

meningkatkan kadar karboksihaemoglobin dalam darah sejumlah

2%–16% (Sitepoe, 1997).

c) Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan

nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya

karsinogenik (pembentukan kanker). Tar adalah senyawa polinuklin

hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya

kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel

paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar

dapat menempel pada jalan nafas sehingga dapat menyebabkan

kanker. Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia

dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar

masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah

dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat

pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.

Pengendapan ini bervariasi antara 3 mg-40 mg per batang rokok,

sementara kadar dalam rokok berkisar 24 mg-45 mg. sedangkan bagi

rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5 mg-

15 mg. walaupun rokok diberi filter efek karsinogenik tetap bisa

masuk dalam paru-paru ketika pada saat merokok hirupannya dalam-

dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan

bertambah banyak (Sitepoe, 1997).

d) Timah Hitam (Pb)

Merupakan partikel asap rokok timah hitam (Pb) yang

dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikrogram. Sebungkus

rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari menghasilkan

10 mikrogram. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke

dalam tubuh antara 20 mikrogram per hari. Bisa dibayangkan

bilaperokok berat menghisap rerata 2 bungkus rokok perhari, berapa

banyak zat berbahaya ini masuk kedalam tubuh (Sitepoe, 1997).

e) Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri

dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat

merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammoniak

sehingga jika masuk sedikitpun kedalam peredaran darah akan

mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

4. Jenis Perokok

a) Perokok Pasif

Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh

seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok

merupakan polusi bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap

rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok

aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif, lima kali

lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih

banyak mengandung tar dan nikotin (Wardoyo, 1996).

b) Perokok Aktif

Menurut Bustan (2000), rokok aktif adalah asap rokok

yang berasal dari hisapan perokok atau asap utama pada rokok yang

dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung

menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan

diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

c) Efek rokok

Rokok merupakan faktor risiko penyakit paru obstruktif

menahun yang utama. Asap rokok dapat menganggu aktifitas saluran

pernapasan dan mengakibatkan hipertrofi kelenjar mukosa.

Mekanisme kerusakan paru akibat merokok melalui dua tahap yaitu

peradangan yang disertai kerusakan pada matriks ekstra sel dan

menghambat proses perbaikan matriks ekstra sel. Mekanisme

kerusakan paru akibat rokok adalah melalui radikal bebas yang

dikeluarkan oleh asap rokok (Amin, 1996).asap rokok juga bisa

menyebabkan gangguan kesehatan terhadap perokok pasif yaitu

orang yang berada berdekatan dengan perokok yang turut menghisap

asap rokok ( Sidestream smoke). Rokok bisa mengakibatkan kulit

menjadi mengerut, kering, pucat dan megeriput terutama didaerah

wajah. Mekanisme ini terjadi akibat bahan kimia yang di jumpai di

dalam rokok yang mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah tepi

dan didaerahterbuka misalnya pada wajah. Bagi mereka yang

berkulit putih, kulit menjadi pucat, kecoklatan, mengeriput terutama

dibagian pipi dengan adanya penebalan diantara bagian yang

mengeriput (Sitepoe, 2000).

Sekitar 85% penderita penyakit paru-paru yang bersifat

kronis dan obstruktif misalnya bronchitis dan emfisema ini adalah

perokok. Gejala yang ditimbulkan pada penyakit paru dan obstruktif

berupa batuk kronis, berdahak dan gangguan pernafasan. Apabila

diadakan uji fungsi paru maka pada perokok, fungsi parunya lebih

jelek dibandingkan dengan bukan perokok ( Sitepoe, 2000).

Pada wanita hamil yang perokok akan terjadi efek pada

janin dalam kandungannya. Merokok pada wanita hamil memberi

risiko yang tinggi untuk terjadinya keguguran, kematian janin,

kematian bayi sesudah lahir dan kematian mendadak pada bayi

(Sitepoe, 2000).

Menurut Chanoine (dalam Sitepoe, 2000) mengatakan

bahwa wanita hamil perokok juga akan mengganggu perkembangan

kesehatan fisik maupun intelektual anak-anak yang akan bertumbuh.

Merokok bisa mengurangi peluang seseorang untukmemiliki anak.

Fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan

dibandingkan dengan bukan perokok. Wanita perokok akan

mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan wanita yang

tidak merokok.

Menurut Sitepoe (2000), rokok juga bisa menjadi

penyebab polusi udara dalam ruangan. Asap rokok menjadi

penyebab paling dominan dalam polusi ruangan tertutup. Rokok

memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat. Gangguan

akut dari polusi ruangan dengan rokok adalah bau yang kurang

menyenangkan serta menyebabkan iritasi mata, hidung dan

tenggorokan. Bau polusi rokok akan mempengaruhi rasa tidak enak

badan. Bagi penderita asma, polusi ruangan akan memicu terjadinya

asma.

B. Asas-Asas Umum Toksokologi pada Senyawa Dalam Rokok

1. Kondisi Efek Toksik

a. Jenis Pemejanan

1) Nikotin, Menurut (Tandra,2003) nikotin dalam jumlah kecil

mempunyai pengaruh menenangkan, tetapi kadang – kadang bias

meradang. bahwa nikotin merupakan bahan kimia yang tidak

berwarna dan merupakan salah satu racun paling keras yang kita

kenal. Kedua pendapat ini memberikan penjelasan tentang dampak

nikotin pada tubuh dan karakterisiknya. Hal ini tentunya tergantung

pada jumlah dan keadaan fisiologis serta psikologis orangnya. Dalam

jumlah besar, nikotin sangat berbahaya, yaitu antara 20 mg sampai

50 mg nikotin dapat menyebabkan terhentinya pernapasan.

2) Karbon monoksida merupakan gas beracun yang tidak berbau sama

sekali. Gas ini bisa kita jumpai pada asap yang dikeluarkan mobil.

Karbonmonoksida yang terkandung dalam rokok dapat mengikat

dirinya pada HB darah dengan akibat oksigen tersingkir dan tidak

dapat digunakan oleh tubuh ( padahal yang diperlukan tubuh adalah

oksigen). Tanpa oksigen ini, baik otak maupun organ tubuh yang

lain tidak dapat berfungsi. Seperti halnya mesin yang perlu udara

untuk membakar bensin agar mesin tersebut bergerak, maka tubuh

kita perlu oksigen untuk membakar makanan yang disimpan dalam

jaringan tubuh untuk memberikan energi. Selanjutnya, efek dari

karbon monoksida adalah bahwa jaringan pembuluh darah akan

menyempit dan mengeras sehingga akhirnya dapat mengakibatkan

penyumbatan.”Satu batang rokok yang dibakar mengandung 3 – 6 %

karbon monoksida dan dalam darah kadarnya mencapai 5%. Pada

orang yang bukan perokok, kadarnya adalah 1%. Perokok dengan

kadar karbon monoksida 5% ke atas mendapat serangan 3 kali lipat

dibanding dengan bukan perokok. Gabungan karbon monoksida

dengan nikotin akan mempermudah para perokok menderita

penyakit penyempitan dan penutupan pembuluh darah dengan akibat

– akibatnya”.Seandainya saja para perokok mengetahui hal ini,

tentunya mereka tidak akan memberikan kesempatan pada sebuah

penyakit untuk dapat memasuki tubuhnya.(Jaya.2009)

3) TAR, lebih dari 2000 zat kimia baik berupa gas, maupun partikel

padat terkandung dalam asap rokok. Diantara zat – zat tersebut ada

yang mempunyai efek karsinogen. Tar adalah komponen dalam asap

rokok yang tinggal sebagai sisa sesudah dihilangkan nikotin dan

tetesan – tetesan cairannya. Sebatang rokok menghasilkan 10 – 30

mg tar. Cerutu dan rokok pipa justru menghasilkan tar yang lebih

banyak. Tar merupakan kumpulan berbagai zat kimia yang berasal

dari daun tembakau sendiri, maupun yang ditambahkan pada

tembakau dalam proses pertanian dan industri sigaret serta bahan

pembuat rokok lainnya. Oleh karena itu, kadar tar yang terkandung

dalam rokok inilah yang berhubungan dengan resiko timbulnya

kanker karena tar mempunyai efek karsinogen(Tandra,2003).

b. Jalur (Ekstravaskuler dan Intravaskuler)

Jalur pemejanan dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Intavaskuler adalah pemejanan melalui i.v, i.a, i.c

2) Ekstra vaskuler adalah pemejanan melalui p.o, inhlasi, s.c, i.m, i.p

Paparan asap rokok masuk ke dalam tubuh manusia secara

inhalasi. Karbonmonoksida hasil pemaparan asap rokok diserap oleh

paru-paru. Paru merupakan sumber pernaparan yang umum, tetapi tidak

seperti kulit, jaringan paru bukan merupakan barier yang sangat protektif

terhadap paparan zat kimia. Fungsi utama paru adalah pertukaran antara

oksigen dari udara ke dalam darah dengan karbondioksida dari darah.

Selain kerusakan sistemik zat kimia yang berhasil melewati permukaan

paru juga dapat mencederai jaringan paru dan menganggu fungsi vitalnya

sebagai pemasok oksigen (Ester M, 2005)

Jadi , dapat dikatakan bahwa merokok masuk dalam jalur

pemejanan ekstraseluler.

c. Lama Pemejanan dan Frekuensi

Menurut (Bustan, 2000), lamanya seseorang merokok dapat

diklasifikasikan menjadi kurang dari 10 tahun. Semakin awal seseorang

merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-

response effect, artinya semakin muda usia merokok akan semakin besar

pengaruhnya.

Apabila perilaku merokok dimulai sejak usia remaja merokok

sigaret dapat berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Risiko

kematian bertambah berhubungan dengan tingkat arterosclerosis. Resiko

kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur

awal merokok yang lebih dini (Smet, 1994). Merokok sebatang sehari

akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak

jantung 5-20 kali per menit (Sitepoe, 1997).

Dampak rokok akan terasa setelah 10-20 tahun pasca

digunakan. Dampak rokok bukan hanya untuk perokok aktif tetapi juga

perokok pasif. Walaupun dibutuhkan waktu 10-20 tahun tetapi terbukti

merokok mengakibatkan 80% kanker paru dan 50% terjadinya serangan

jantung, impotensi dan gangguan kesuburan (Sitepoe, 1997).

Menurut Bustan (2000), lama menghisap rokok dikategorikan :

1. Menghisap rokok < 10 tahun.

2. Menghisap rokok > 10 tahun.

d. saat dan takaran pemejanan

Menurut Bustan (2000), jumlah rokok yang dihisap dapat

dalam satuan batang, bungkus, pakper hari. Jenis rokok dapat dibagi atas

tiga (3) kelompok yaitu:

1. Perokok Ringan apabila merokok kurang dari 10 batang rokok per

hari.

2. Perokok Sedang jika menghisap 10-20 batang rokok per hari.

3. Perokok Berat jika menghisap lebih dari 20 batang rokok per hari.

2. Mekanisme Efek Toksik

Mekanisme toksisifikasi dibedakan menjadi 3 cara diantaranya adalah:

a. Mekanisme Aksi Berdasarkan SIFAT DAN TEMPAT KEJADIAN

Mekanisme Aksi Berdasarkan SIFAT & TEMPAT KEJADIAN Dibagi

menjadi 2 :

1) Mekanisme Langsung atau Primer

Empat sistem ini dapat menjadi sasaran aksi berbahaya zat racun,

diantaranya : Membran Sel, DNA, Protein dan Energi

2) Mekanisme Tidak Langsung atau Sekunder

Mekanisme terjadi secara tidak langsung , racun beraksi di lingkaran

luar sel, tempat kejadian awal di lingkungan ekstrasel senyawa

toksik mengganggu sistem metabolisme dasar & pengaturan aktivitas

sel.

b. Mekanisme Aksi Berdasarkan Sifat Antaraksi

1) Gugus Kimia Fungsi dari biopolymer

2) Tempat Aksi Selektif

3) Kompartemen Tubuh,

c. Mekanisme Aksi Berdasarkan Resiko Penumpukan

1) Reaksi Sensitisasi Alergi

2) Sintetis Letal

3) Penyekatan Aksi Enzim yang tak Terbalikkan

Dalam rokok terdapat 400 lebih senyawa toksik,, yang paling

berbahaya adalah tar, nikotin, dan karbonmonoksida. Berikut kami paparkan

mengenai mekanisme ketoksikan dari senyawa berikut.

Nikotin

Nikotin yang terdapat dalam asap rokok dapat masuk ke paru-

paru, kemudian masuk ke dalam aliran darah dan selanjutnya dibawa ke

otak. Otak manusia memiliki reseptor penerima nikotin yang disebut

Nicotinic Cholinergic Receptors (nicotinic acetylcholine receptors atau

nAChRs). Bentuk reseptor penerima ini seperti struktur membran sel, yang

akan membuka bila ada invasi dari molekul tertentu. Ikatan nikotin pada

permukaan di antara dua subunit reseptor ini membuka jalur, yang

memungkinkan masuknya ion sodium atau kalsium. Masuknya dua kation

ini dalam sel langsung mengaktifkan tegangan saluran kalsium yang

mengijinkan masuknya kalsium lebih banyak. Salah satu efek dari

masuknya kalsium di dalam sel saraf adalah dilepasnya neurotransmiter

(Benowitz, 2010). Salah satu neurotransmitter yang dilepas adalah

dopamin. Senyawa kimia ini bekerja menstimulasi perasaan bahagia pada

seseorang dan efek yang lebih kuat sama seperti rangsangan memicu rasa

lapar. Sebelum dopamin dikeluarkan, nikotin terlebih dahulu telah

mengaktivasi glutamin, yakni neurotransmitter yang memfasilitasi

pelepasan dopamin dan pelepasan asam γ-aminobutirik (GABA) yang

menghambat aktivasi dari dopamin. Eksperimen yang pernah dilakukan

pada seekor tikus menunjukkan pemberian nikotin akan memberi pengaruh

terhadap pengeluaran dopamin di daerah-daerah tertentu otak, seperti area

mesolimbic dan cortex frontal (Benowitz, 2010). Waktu yang dibutuhkan

nikotin untuk mencapai otak sekitar sepuluh menit setelah seseorang

merokok (NIH, 2011). Dengan paparan nikotin yang berulang pada seorang

perokok, kemampuan adaptasi otak terhadap nikotin mulai meningkat. Saat

kemampuan adaptasi meningkat, jumlah unit-unit reseptor nAChR juga

meningkat. Selanjutnya aktivasi VTA dan neuron-neuron di nucleus

accumbens akan meningkat (Benowitz, 2010). Karena perasaan senang

terjadi, manusia cenderung ingin mengulangi kejadian (merokok) itu terus

menerus.

Berdasarkan mekanisme aksi toksik, nikotin masuk dalam

mekanisme langsung karena sasaran aksi berbahaya zat nikotin membran

sel, DNA,dalam hal ini sel saraf sehingga menimbulkan efek

ketergantungan. Nikotin masuk dalam mekanisme tempat aksi selektif.

Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin

dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik

(pembentukan kanker). Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon

aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan

kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan

berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas

sehingga dapat menyebabkan kanker. Tar merupakan kumpulan dari beribu-

ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok

dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok.

Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat

pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini

bervariasi antara 3 mg-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam

rokok berkisar 24 mg-45 mg. sedangkan bagi rokok yang menggunakan

filter dapat mengalami penurunan 5 mg-15 mg. walaupun rokok diberi filter

efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru ketika pada saat

merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah

rokok yang digunakan bertambah banyak (Sitepoe, 1997).

Berdasarkan mekanisme aksi toksik, tar masuk dalam mekanisme

langsung dan tak langsung karena sasaran aksi berbahaya zat tar pada sel

sehingga menimbulkan kanker. Mekanisme tak langsung pada tar adalah

pada pengendapan tar di saluran pengendapan sehingga membentuk

endapan berwarna cokelat. Tar masuk dalam mekanisme resiko

penumpukan.

Karbomonoksida (CO)

Karbonmonoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan

menyebabkan keracunan CO sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok

dengan sedikit demi sedikit dengan lamban namun pasti akan berpengaruh

negatif pada jalan nafas. Gas karbonmonoksida bersifat toksis yang

bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya.

Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok sedangkan

CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per

million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksihaemoglobin dalam darah

sejumlah 2%–16% (Sitepoe, 1997).

Berdasarkan mekanisme aksi toksik, karbonmonoksida masuk

dalam mekanisme langsung karena sasaran aksi berbahaya

karbonmonoksida adalah energi respirasi yang dibutuhkan dalam proses

metabolime tubuh. Karbondioksida masuk dalam mekanisme gugus kimia

fungsi dari biopolimer.

3. Wujud Efek Toksik

a) Perubahan biokimia

Gangguan respirasi selular

Didalam rokok adanya gangguan respirasi selular, yaitu posisi

paru-paru dalam sistem peredaran darah yang membuat kanker

mudah menyebar ke seluruh tubuh. Metastase kanker ke otak dan

bagian kritis lainnya menjadi penyebab kematian (Jaya, 2009).

Perubahan kesetimbangan cairan dan elektrolit

Tidak terjadi perubahan kesetimbangan cairan dan elektrolit dalam

3 senyawa yang terkandung didalam rokok(tar, nikotin, karbon

monoksida).

Gangguan pasok energi

Didalam karbon monoksida menghambat respirasi, maka akan

terjadi hambatan energi didalam tubuh.(Tandra,2003).

b) Perubahan fungsional

Anoksia (kekurangan/ketiadaan oksigen di jaringan)

Akibat proses aterosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan

aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena

kekurangan oksigen. Rokok akan lebih difokuskan pada peran

nikotin dan karbon monoksida. Kedua-dua bahan ini, selain

meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen

ke otot jantung sehingga akhirnya merugikan kerja otot jantung.

Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin,

menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh

tubuh termasuk ke otot jantung. Karbon monoksida menggantikan

tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen dan

mempercepat arterosklerosis. Dengan demikian, karbon monoksida

menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah,

sehingga mempermudah penggumpalan darah. (Tandra, 2003).

Gangguan Pernafasan

Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru, serta

penyakit paru-paru lain yang bersifat kronis dan obstruktif, seperti

bronkitis dan emfisema. Sekitar 85% dari penderita penyakit ini

disebabkan oleh rokok. Gejala yang ditimbulkan berupa batuk

kronik, berdahak, dan gangguan pernafasan.(Jaya,2009).

Gangguan sistem syaraf pusat

Bagi sistem saraf pusat, nikotin yang diabsorpsi dapat

menimbulkan tremor tangan dan kenaikan berbagai hormon dan

neurohormon dopamin di dalam plasma. berdasarkan

rangsangannya terhadap chemoreceptors trigger zone dari sumsum

tulang belakang dan stimulasinya dari refleks vagal, nikotin

menyebabkan mual dan muntah. (Gondodiputro, 2007).

Hiper/hipotensi

Didalam nikotin menyebabkan hipertensi(tekanan darah

tinggi)(Jaya,2009).

Perubahan kontraksi dan relaksasi otot

Nikotin diterima oleh reseptor asetilkolin nikotinik yang kemudian

membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur

imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem

dopaminergik. Hasilnya, perokok akan merasa lebih tenang, daya

pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar.

Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem

adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan

serotonin. Meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan

senang sekaligus mencari tembakau lagi. Efek dari tembakau

memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya rangkap, alam

perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor

(Gondodiputro, 2007).

Hipo/hipertermi

Temperatur rokok pada bibir adalah 30°C, sedangkan ujung rokok

yang terbakar bersuhu 900°C. Asap panas yang berhembus secara

terus-menerus ke dalam rongga mulut merupakan rangsangan

panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi

pengeluaran saliva. Akibatnya, rongga mulut menjadi kering dan

hal ini mewujudkan suasana anaerob sehingga memberikan

lingkungan yang sesuai untuk tumbuhnya bakteri anaerob dalam

plak. (Sitepoe, 2000).

c) Perubahan Struktural

Perlemakkan (degenerasi melemak)

Nikotin dalam asap rokok bisa mempercepat penyumbatan arteri

yang bisa disebabkan oleh penumpukan lemak. Hal ini akan

menimbulkan terjadinya jaringan parut dan penebalan arteri yang

menyebabkan arterosklerosis.(Tandra,2003).

Nekrosis

Banyak bukti menunjukkan bahwa merokok dapat menurunkan

densitas tulang, dan menyebabkan fraktur tulang panggul pada

wanita yang sudah mati haid. Terdapat mekanisme yang terlibat

dalam proses ini. Zat nikotin dan zat kadmium yang terdapat dalam

asap rokok mempunyai efek langsung pada sel-sel tulang. Densitas

tulang pada perokok juga dipercayai berkurang akibat rendahnya

absorpsi kalsium dan vitamin D, serta terdapat perubahan

metabolisme dari beberapa hormon tubuh, terutamanya estrogen,

yang terlibat secara tidak langsung dalam pembentukan tulang.

(Yorulmaza, F & Dalkilic, A., 2002).

Karsinogenesis

Pada tangan perokok itu, kelihatan bekas kehitaman yang

diakibatkan tar, sejenis zat karsinogenik pada rokok. (WHO, 2002)

Asap yang dihembus oleh para perokok dapat dibagikan atas asap

utama dan asap samping. Asap utama merupakan asap tembakau

yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping

merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang

akan dihirup oleh orang lain, atau perokok pasif. Telah ditemukan

hampir 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di

antaranya bersifat karsinogenik, di mana bahan racun ini lebih

banyak terdapat pada asap samping. Misalnya, karbon monoksida

ditemukan 5 kali lipat lebih banyak pada asap samping berbanding

asap utama. Begitu juga dengan benzopiren, dengan 3 kali lipat,

dan amoniak dengan 50 kali lipat. Bahan-bahan ini dapat bertahan

sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.

(Tandra, 2003).

Mutagenesis

Rokok berbahaya terhadap wanita hamil. Bahan teratogenik dapat

menimbulkan bayi lahir dengan cacat lahir berupa cacat fisik yang

nampak maupun tidak nampak. Contoh kecacatan fisik yang

nampak misalnya bibir sumbing, keanehan bentuk anggota gerak,

kelainan bentuk kepala, tubuh maupun organ lain yang nampak dari

luar. Sedangkan cacat lahir yang tidak nampak misalnya kelainan

otak, penurunan kecerdasan atau IQ, kelainan bentuk jantung,

pembentukan sekat jantung yang tidak sempurna, gangguan reaksi

metabolisme tubuh, kelainan ginjal atau bahkan kelainan organ

reproduksi.(Tandra, 2003).

Teratogenik

Senyawa didalam rokok dapat menyebabkan kematian

(embriotoksik), kelainan bawaan/cacat bawaan (teratogenik),

perlambatan pertumbuhan, gangguan fungsional. (Tortora dan

Derrickson, 2006).

4. Sifat Efek Toksik:

a. Sifat efek toksik pada Nikotin

Nikotin merupakan satu zat kimia yang bersifat adiktif.

Nikotin memasuki sirkulasi darah apabila perokok aktif menggigit ujung

rokok atau menelan asap rokok. Pada perokok pasif, nikotin memasuki

sistem sirkulasi darah apabila asap rokok dihirup secara tidak sengaja.

Setelah memasuki sirkulasi darah, nikotin akan menstimulasi kelenjar

adrenal untuk menghasilkan hormon epinefrin. Epinefrin akan

merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan tekanan darah, respirasi

dan denyut jantung. Glukosa akan dikeluarkan ke sirkulasi darah ketika

nikotin menekan pengeluaran insulin di pankreas. Hal ini menyebabkan

perokok aktif mempunyai peningkatan kadar gula darah yang kronik

(Anonim, 2009).

Nikotin juga meningkatkan produksi dopamin yang memicu

pada rangsangan kesenangan di otak. Pada perokok aktif yang telah lama

merokok, stimulasi yang berkepanjangan di sistem saraf pusat akan

menyebabkan timbulnya gejala adiktif. Walaupun nikotin bersifat adiktif

dan dapat menjadi toksik jika diambil dalam kuantiti yang berlebihan,

namun nikotin tidak menyebabkan kanker (Anonim, 2009). Sehingga

Nikotin pada rokok merupakan efek toksik tak terbalikkan karena

perokok aktif yang lama merokok, stimulasi yang berkepanjangan di

sistem saraf pusat akan menyebabkan timbulnya gejala adiktif.

b. Sifat efek toksik pada Tar

Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau

minyak cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Di dalam tar, dijumpai

zat-zat karsinogen seperti polisiklik hidrokarbon aromatis, yang dapat

menyebabkan terjadinya kanker paru-paru. Selain itu, dijumpai juga N

nitrosamine di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai zat

karsinogenik terhadap jaringan paru-paru (Sitepoe, 2000). Tar juga dapat

merangsang jalan nafas, dan tertimbun di saluran nafas, yang akhirnya

menyebabkan batuk-batuk, sesak nafas, kanker jalan nafas, lidah atau

bibir (Jaya, 2009). Sehingga tar pada rokok merupakan efek toksik tak

terbalikkan karena zat-zat karsinogen yang terkandung dalam tar akan

menumpuk dalam paru-paru yang akan mengakibatkan kanker paru-paru.

c. Sifat efek toksik pada Karbonmonoksida

Gas karbon monoksida (CO) yang dihasilkan rokok dapat ikut

terserap tubuh. Akibatnya kemampuan darah mengikat oksigen dari paru-

paru berkurang. Hal ini terjadi karena karbon monoksida (CO) mengikat

hemoglobin (Hb) dalam darah, sedangkan hemoglobin berfungsi sebagai

pengikat oksigen dari paru-paru. Kadar CO yang tinggi menyebabkan

jumlah hemoglobin dalam darah berkurang sehingga akan menimbulkan

penyakit sesak nafas, pingsan, dan bahkan kematian (Suryatin,2014).

Sehingga dapat dilihat dalam sifat efek toksik bahwa karbon monoksdia

termasuk efek sifat toksik tak terbalikkan karena karbon monoksida

dalam paru-paru akan terus menumpuk dan memunculkan efek toksik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia dan

40 jenis diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker),

setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada

rokok adalah tar, nikotin dan karbonmonoksida (CO).

Asas-asas umum toksikologi dalam rokok dapat dilihat dari kondisi

efek toksik kandungan dalam rokok, mekanisme efek toksik kandungan

dalam rokok, wujud efek toksik kandungan dalam rokok, dan sifat efek toksik

kandungan dalam rokok.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis menyarankan bagi para

pembaca yang belum sama sekali merokok untuk benar-benar menjauhi rokok

karena di dalam rokok terdapat berbagai macam zat racun yang dapat

membahayakan tubuh. Dan untuk pembaca yang masih menjadi perokok aktif

untuk segera mungkin mengurangi kebiasaan merokok. Karena merokok

dapat merugikan berbagai pihak bersangkutan diantaranya adalah perokok

aktif itu sendiri dan juga perokok pasif.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, 1996. Polusi Udara dan Rokok Alfa-I Antitripsin.Surabaya: Air Langga

University Press.

Anonim,2009. National Institute on Drug Abuse. www.drugabuse.gov. Diakses

tanggal 27 September 2015.

Aula, Lisa Ellizabet.2010.Stop Merokok.Jogjakarta:Gerai Ilmu.

Barber, S., Adioetomo, S.M., Ahsan, A., & Setyonaluri, D. 2008. Ekonomi

Tembakau di Indonesia. Laporan Penelitian. Jakarta: Lembaga

Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Benowitz, N. L. 2010. Nicotine Addiction. The New England Journal of

Medicine, 362 (24).

Burns, D.M. 2005. Nicotine Addiction. In D.L. Kasper, E. Braunwalds, A.S.

Fauci, S.L. Hauser, D.L. Longo, & J.L. Jameson (Eds), Harrison’s

Principles of Internal Medicine, 16th Edition, (p. 2573-2577).

Bustan, M.N., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT RinekaCipta,

Jakarta.

Ester, M. 2005. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;.h.38-42.

Gondodiputro, S., 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan

Tembakau,UniversitasPadjadjaran.Availablefrom:http://resources.unpa

d.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Rokok.PDF.[Accesed 28

September 20105].

Jaya, M., 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. 1st ed. Yogyakarta:

Riz’ma.

National Institute Of Health. 2011. DNA Damage. http://www.science-

education.nih.gov. Diakses pada 7 April 2013.

Sianturi, G., 2003. Merokok dan Kesehatan. Available

from:http://aguscoy.wordpress.com.diakses tanggal 27 September

2015.

Sitepoe, M. 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Cetakan I. Jakarta. Penerbit

PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sitepoe, M., 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Cetakan pertama. Jakarta: PT

Grasindo.

Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.

Streppel, M.T., Boshuizen, H.C., Ocké, M.C., Kok, F.J. & Kromhout D. 2007.

Mortality and life expectancy in relation to long-term cigarette, cigar

and pipe smoking: the Zutphen Study. Tobacco Control. Vol. 16, No. 2.

Suryatin, Budi. 2014. Sains Materi Dan Sifatnya. Jakarta : Grasindo.

Tandra, H., 2003. Merokok dan Kesehatan, Kompas. Available from:

http://www.domeclinic.com/lifestyle/merokok-a-kesehatan.pdf

.[Accessed 28 September 2015].

Tortora, G.J., & Derrickson, B., 2006. An Introduction to The Human Body.

Principles of Anatomy and Physiology. 11th

ed. USA: John Wiley &

Sons, Inc, 4-7.

Wardoyo, 1996. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Solo: Toko Buku

Agency.

World Health Organization, 2002. Cigarette Consumption. Available from:

http://www.who.int/tobacco/en/atlas8.pdf. [Accessed 28 September

2015].

Yorulmaza, F., Akturk, Z., Dagdeviren, N. & Dalkilic, A., 2002. Smoking Among

Adolescents:Relation to School Success, Socioeconomic Status,

Nutrition, and Self-esteem.Swiss Med Wkly 132:449-454.