makalah toksikologi klinik ...... (2)

28
MAKALAH TOKSIKOLOGI KLINIK ARSEN DAN KADMIUM Disusun oleh : Kelompok 6 1. Agnes Barek (050212a001) 2. Dimetriana D K (050212a002) 3. Dian Widya Sari ( 051313a004) 4. Agung Rejeki (050110a003) 5. Dewi Fitriana 6. Erap (050110a018) 7. Irinda Dewi (050110a029) PROGRAM STUDI FARMASI

Upload: karina

Post on 14-Nov-2015

490 views

Category:

Documents


54 download

DESCRIPTION

alan belang

TRANSCRIPT

MAKALAH TOKSIKOLOGI KLINIK

MAKALAH TOKSIKOLOGI KLINIK

ARSEN DAN KADMIUM

Disusun oleh : Kelompok 61. Agnes Barek (050212a001)2. Dimetriana D K (050212a002)

3. Dian Widya Sari ( 051313a004)4. Agung Rejeki (050110a003)5. Dewi Fitriana6. Erap (050110a018)7. Irinda Dewi (050110a029)

PROGRAM STUDI FARMASI

STIKES NGUDI WALUYO

UNGARAN2014BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang menyusun top-20 B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene, Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene, Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor 1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent), Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb), Mercury (Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) (Sudarmaji, 2006). Logam-logam berat tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila ditemukan di dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun udara.

Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan sebagai logam, Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk kation, Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004). Arsen (As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).

Arsen (As) dialam ditemukan berupa mineral, antara lain arsenopirit, nikolit, orpiment, enargit, dan lain-lain. Demi keperluan industry mineral, Arsen (As) dipanaskan terlebih dahulu sehingga As berkondensasi menjadi bentuk padat.

Arsen (As) berasal dari kerak bumi yang bila dilepaskan ke udara sebagai hasil sampingan dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen (As) dalam tanah berupa bijih, yaitu arsenopirit dan orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari air tanah. Arsen (As) merupakan unsur kerak bumi yang berjumah besar, yaitu menempati urutan keduapuluh dari unsure kerak bumi, sehingga sangat besar kemungkinannya mencemari air tanah dan air minum. Jutaan manusia bisa terpapar Arsen (As), seperti yang pernah terjadi di Bangladesh, India, Cina. Semua batuan mengandung Arsen (As) 1-5 ppm. Kosentrasi yang lebih tinggi ditemukan pada batuan beku dan sedimen. Tanah hasil pelapukan batuan biasanya mengandung Arsen (As) sebesar 0,140 ppm dengan rata-rata 5-6 ppm.Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban manusia (Darmono, 1995). Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup (Palar, 1994). Tidak semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan pada mahluk hidup. Keberadaan logam berat dalam lingkungan berasal dari dua sumber. Pertama dari proses alamiah seperti pelapukan secara kimiawi dan kegiatan geokimiawi serta dari tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari hasil aktivitas manusia terutama hasil limbah industri (Connel dan Miller, 1995). Dalam neraca global sumber yang berasal dari alam sangat sedikit dibandingkan pembuangan limbah akhir di laut (Wilson, 1988). Menurut Vouk (1986) terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan.B. Tujuan

1. Mengetahui pengertian arsen.

2. Mengetahui toksisitas arsen terhadap manusia dan lingkungan.

3. Mengetahui cara pencegahan paparan arsen.

4. Untuk mengetahui pengertian dari Kadmium(Cd). 5. Untuk mengetahui sifat dan kegunaan Kadmium(Cd). 6. Untuk mengetahui sumber-sumber dan bahan polutan dari Kadmium(Cd). 7. Untuk mengetahui toksisitas Kadmium pada manusia.8. Untuk mengetahui dampak bagi kesehatan manusia dan mengetahui cara pencegahan.9. Untuk mengetahui toksisitas Kadmium pada hewan darat10. Untuk mengetahui dampak bagi lingkungan dan mengetahui cara penanggulangan dari Kadmium (Cd) .BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. PengertianARSENArsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5 dan berwarna metal (steel-grey). Senyawa arsen di dalam alam berada dalam 3 bentuk yaitu Arsen trichlorida (AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal putih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang, merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas .Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg. Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen dalam dosis kecil sampai saat ini juga masih digunakan sebagai obat pada resep homeopathi .Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai berikut ;

1. Arsen triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganik dan bentuk trivial dari asam arsenat (H4AsO4) berwarna putih dan padat seperti gula.

2. Arsen pentaoksida (As2O5)

3. Arsenat (misalnya : PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam arsenat, merupakan senyawa arsen yang banyak dijumpai di alam dan bersifat kurang toksik.

4. Arsen organik, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik atau struktur cincin, dimana arsen terikat dalam bentuk trivalent ataupun pentavalen. Bentuk senyawa arsen ini kurang toksin dibandingkan denagn bentuk senyawa arsen inorganik trivalent.

Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin (AsH3), yang terbentuk bila asam bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam lain.

Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan diindustri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik). Arsen dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk in organik arsen bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida., sedangkan bentuk in organik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik.

KadmiumKadmium adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk golongan II B table berkala dengan konigurasi elekron [Kr] 4d105s2. unsur ini bernomor atom 48, mempunyai bobot atom 112,41 g/mol dan densitas 8,65 g/cm3. Titik didih dan titik lelehnya berturutturut 765oC dan 320,9oC. Kadmiun merupakan racun bagi tubuh manusia. Waktu paruhnya 30 tahun dan terakumulasi pada ginjal, sehingga ginjal mengalami disfungsi kadmium yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar diperoleh melalui makanan dan tembakau, hanya sejumlah kecil berasal dari air minum dan polusi udara. Pemasukan Cd melalui makanan adalah 10 40 g/hari, sedikitnya 50% diserap oleh tubuh. Rekomendasi pemasukan Cd menurut gabungan FAO/WHO dengan batas toleransi tiap minggunya adalah 420 g untuk orang dewasa dengan berat badan 60 kg. Pemasukan Cd rata-rata pada tubuh manusia ialah 10 20 % dari batas yang telah direkomendasikan. Unsur Cd dapat mengurangi jerapan ion-ion hara karena daya afinitas yang tinggi dari logam berat tersebut pada kompleks pertukaran kation. Di alam Cd bersenyawa dengan belerang (S) sebagai greennocckite (CdS) yang ditemui bersamaan dengan senyawa spalerite (ZnS). Kadmium merupakan logam lunak (ductile) berwarna putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara bebas dan gas amonia (NH3). Di perairan Cd akan mengendap karena senyawa sulfitnya sukar larut.B. Karakteristik

ArsenArsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto, 2005).

Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.

Kadmium

Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd Klorida) atau belerang (Cd Sulfit).

Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih keperakan seperti logam aluminium, tahan panas, tahan terhadap korosi. Kadmium (Cd) digunakan untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk industri cat, enamel dan plastik. Logam kadmium (Cd) biasanya selalu dalam bentuk campuran dengan logam lain terutama dalam pertambangan timah hitam dan seng (Darmono 1995).

Kadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd didapat bersama-sama Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Kadmium (Cd) didapat pada industri alloy, pemurnian Zn, pestisida, dan lain-lain (Said, 2008).

Logam kadmium (Cd) mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam. Berdasarkan sifat-sifat fisiknya, kadmium (Cd) merupakan logam yang lunak ductile, berwarna putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan kilapnya bila berada dalam udara yang basah atau lembab

serta cepat akan mengalami kerusakan bila dikenai uap amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2). Berdasarkan pada sifat kimianya, logam kadmium (Cd) didalam persenyawaan yang dibentuknya umumnya mempunyai bilangan valensi 2+, sangat sedikit yang mempunyai bilangan valensi 1+. Bila dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion OH, ion-ion Cd2+ akan mengalami proses pengendapan. Endapan yang terbentuk dari ion-ion Cd2+ dalam larutan OH biasanya dalam bentuk senyawa terhidrasi yang berwarna putih (Palar, 2004).

C. Sifat kimia

Arsen

Arsen, Sb, dan Bi, terutama terdapat sebagai mineral sulfide seperti mispickel,FeAsS, atau stibnite,Sb2S3.

Arsen, Sb, dan Bi, diperoleh sebagai logamnya.semuanya membentuk Kristal yang strukturnya mirip dengan fosfor hitam. Namun ketiga unsure tersebut tampak mengkilat dan seperti logam, serta mempunyai tahanan masing-masing 30, 40, dan 105 cm, yang bias dibandingkan dengan logam-logam seperti Ti dan Mn (berturut-turut 42 dan 185 cm). melalui reduksi oksidasinya dengan karbon dan hydrogen. Logamnya terbakar pada pemanasan dalam oksigen menghasilkan oksida.

Arsen trihalida mirip dengan trihalida fosfor. SbCl3 berbeda karena ia larut dalam sejumlah air yang terbatas menghasilkan larutan jernih, yang dalam pengenceran menghasilkan okso klorida yang tidak terlarut seperti SbOCl dan Sb4O5Cl2. Tidak ada ion Sb3+ sederhana dalam larutan BiCl3, suatu padatan Kristal putih, terhidrolisis oleh air menjadi BiOCl namun reaksi ini di bolak=balik :

BiCl3 + H2O BiOCl + 2 HCl

Arsen membentuk As4S3, As4S4, As2S3, dan As2S5 dengan interaksi langsung. Dua yang terakhir juga dapat mengendap dari larutan asam hidroklorida dan dengan S. As2S3 tidak larut dalam air dan asam, namun larut sebagai asam dalam larutan alkalin sulfide menghasilkan anionlhio. As 2S5 berperilaku sama. As4S4 yang terdapat sebagai mineral realgar, mempunyai struktur dengan tetrahedron As4.

KadmiumSifat Kimia :

a. Cd tidak larut dalam basa b. Larut dalam H2SO4 encer dan HCl encer Cd c. Cd tidak menunjukkan sifat amfoter d. Bereaksi dengan halogen dan nonlogam seperti S, Se, P e. Cd adalah logam yang cukup aktiff. Dalam udara terbuka, jika dipanaskan akan membentuk asap coklat CdO

g. Memiliki ketahanan korosi yang tinggi

h. CdI2 larut dalam alkohol

D. Sumber PencemaranArsen

Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen, udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan sumber pencemaran arsen di lingkungan.1.Keberadaan Arsen di Alama.Batuan (Tanah) dan SedimenDi batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As tertinggi dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak dan bentuk sulfida dari emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah arsenopyrite (FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar kandungan arsen di bumi antara 1,5-2 mglkg (NAS, 1977). Bentuk oksida arsen banyak ditemukan pada deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di lingkungan.

Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar As antara 0,240 mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550 mg/kg (Walsh & Keeney, 1975).

Secara alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di bawah 10 mg/kg berat kering. Sedimen bagian bawah dapat terjadi karena kontaminasi yang berasal dari sumber buatan kering ditemukan pada sedimen bagian bawah yang dekat dengan buangan pelelehan tembaga.

b.UdaraZat padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung senyawa arsen dalam bentuk anorganik dan organik (Johnson & Braman, 1975). Crecelius (1974) menunjukkan bahwa hanya 35% arsen anorganik terlarut dalam air hujan. Di lokasi tercemar, kadar As di udara ambien kurang dari satu gram per meter kubik (Peirson, et al 1974; Johnson & Braman, 1975).

c.AirBeberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat merembes ke air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi adalah daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan dari sedimen ke dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah permukaan tanah (www.wikipedia.org, 2009).

Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973; Crecelius, 1974). Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan methylarsenic acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit dan arsenat. Arsen dapat ditemukan pada air permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam, air mengalir, serta pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi (geothermal).

d.BiotaPenyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium, sebagian besar merupakan kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman (WaIlsh, 1977). Kandungan arsen dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak tercemari pestisida bervariasi antara 0,01-5 mg/kg berat kering (NAS, 1977). Tanaman yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi arsen selayaknya mengandung kadar arsen tinggi, khususnya di bagian akar (Walsh & Keene, 1975; Grant & Dobbs, 1977). Beberapa rerumputan yang mengandung kadar arsen tinggi merupakan petunjuk/indikator kandungan arsen dalam tanah (Porter & Peterson, 1975). Selain itu, ganggang laut dan rumput laut juga umumnya mengandung sejumlah kecil arsen.

Kadmium

Logam kadmium mempunyai penyebaran sangat luas di alam, hanya ada satu jenis mineral kadmium di alam yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS). Mineral greennockite ini sangat jarang ditemukan di alam, sehingga dalam eksploitasi logam Cd biasanya merupakan produksi sampingan dari peristiwa peleburan bijih-bijih seng (Zn). Biasanya pada konsentrat bijih Zn didapatkan 0,2 sampai 0,3 % logam Cd. Di samping itu, Cd juga diproduksi dalam peleburan bijih-bijih logam Pb(timah hitam) dan Cu(tembaga). Namun demikian, Zn merupakan sumber utama dari logam Cd, sehingga produksi dari logam tersebut sangat dipengaruhi oleh Zn.Dalam lingkungan,menurut Clark (1986) sumber kadmium yang masuk ke perairan berasal dari: 1) Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng. 2) Air bilasan dari elektroplating. 3) Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu dan uap serta air limbah dan endapan yang mengandung kadmium. 4) Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0,2 % Cd sebagai bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan melalui proses korosi dalam kurun waktu 4-12 tahun. 5) Pupuk phosfat dan endapan sampah Sumber kadmium terutama dari biji seng, timbal-seng, dan timbal-tembaga-seng. Kandungan logam Cd bersumber dari makanan dan lingkungan perairan yang sudah terkontaminasi oleh logam berat. Kontaminasi makanan dan lingkungan perairan tidak terlepas dari aktivitas manusia didarat maupun pada perairan. Sifat logam Cd yang akumulatif pada suatu jaringan organisme serta sulit terurai. Kadmium dalam air juga berasal dari pembuangan industri dan limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali. Bahan bakar dan minyak pelumas mengandung Cd sampai 0,5 ppm, batubara mengandung Cd sampai 2 ppm, pupuk superpospat juga mengandung Cd bahkan ada yang sampai 170 ppm. Limbah cair dari industri dan pembuangan minyak pelumas bekas yang mengandung Cd masuk ke dalam perairan laut serta sisa-sisa pembakaran bahan bakar yang terlepas ke atmosfir dan selanjutnya jatuh masuk ke laut.E. Toksisitas

ArsenToksisitas senyawa arsenik sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik.. Penelitian telah menunjukkan bahwa arsenates (trivalen bentuk) memiliki toksisitas akut yang lebih tinggi daripada arsenates (pentavalent bentuk). Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada arsenikum murni. Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air liur berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan kesulitan berbicara, masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang bernoda darah), diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah, lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair (www.wikipedia.org, 2009).

Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat berkembang menjadi berat dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kematian (www.wikipedia.org, 2009).

KadmiumKeberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam Pb dan Zn. Dalam industri pertambangan, Pb dan Zn proses pemurniannya akan selalu memperoleh hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan. Kadmium masuk ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Untuk mengukur kadmium intake ke dalam tubuh manusia perlu dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau kandungan Cd dalam feses.F. Mekanisme Terjadinya Toksisitas

ArsenMekanisme masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005).

Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut terjadi apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim. Salah satu sistem enzim tersebut ialah kompleks. Piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor. Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril. Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat. Kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan sistem enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.

Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dari glikolosis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalam reaksi gliseraldehid dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP. Selama Arsen bergabung dengan gugus SH, maupun gugus SH yang terdapat dalam enzim, maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat sebagai enzim metabolik. Karena adanya protein yang juga mengandung gugus SH terikat dengan As, maka hal inilah yang menyebabkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang. Karena eratnya As bergabung dengan gugus SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian.

KadmiumSekitar 5% dari diet kadmium diabsorbsi dalam tubuh. Sebagian besar Cd masuk melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4 minggu kemudian sebagian kecil dikeluarkan melalui urine. Kadmium dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama terikat sebagai metalotionein. Metalotinein mengandung unsur sistein, dimana Cd terikat dalam gugus sulfhidril(-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, histidil, hidroksil dan fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh. Plasma enzim yang diketahui dihambat Cd ialah aktivitas dari enzim alfa antitripsin. Terjadinya defisiensi enzim ini dapat menyebabkan emfisema dari paru dan hal ini merupakan salah satu gejala gangguan paru karena toksisitas Cd.G. Gejala Toksisitas

ArsenToksisitas Akut

Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit perut, gejala tersebut disebabkan oleh adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang akan mengakibatkan terbentuknya vesikel (lepuh) pada lapisan submukosa lambung dan usus. Gangguan tersebut mengakibatkan rasa mual, muntah, diare (kadang bercampur darah) dan sakit perut yang sangat. Bau napas seperti bawang putih, diare profus menyebabkan banyak cairan tubuh keluar sehingga menyebabkan gejala hipotensi. Terjadinya diare profus menyebabkan banyak larutan protein terbuang keluar tubuh, sehingga mengakibatkan usus tidak berfungsi normal (enteropati). Arsen juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas mitotik pada sel hati. Gas arsenik dapat mengakibatkan hemolisis dalam waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga terjadi kegagalan ginjal.

Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah dengan ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia) , tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan kelumpuhan anggota gerak bagian bawah, kaki lemas, persendian tangan lumpuh, dan daya reflex menurun.

Toksisitas Kronis

Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi penduduk yang tinggal dalam suatu kawasan pencemaran lingkungan oleh arsen dari limbah industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan sebagainya. Epidemiologi penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen. Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat mencapai 10 sampai 1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu sejak penderita mulai mengkonsumsi air yang terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada persambungan kulit dan kuku.

Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung kencing, ginjal, dan kolon. Beberapa kelompok peneliti menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air minum yang terkontaminasi As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun sejak mengkonsumsi air tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248 pasien yang dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai dengan kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim alkaline fosfatase yang disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik dalam urine.

Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf kaki akanlebih parah dari pada saraf tangan , menyebabkan kulumpuhan pada saraf motorik dan sensorik.Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis. Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah berkurang), terutama neutropeni (sel darah putih menurun). Produksi sel darah merah berhenti dan adanya gambaran basophilic stippling. Anemia yang ada hubungannya dengan defisiensi asam folat juga terlihat. Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas kronis dari arsen trivial dan arsen pentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru, kanker limfa dan kanker kulit.KadmiumKadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran pernafasan daripada melalui saluran pencernaan. Kasus keracunan akut kadmuim kebanyakan dari menghisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida(CdO). Dalam beberapa jam setelah menghisap, korban akan mengeluh gangguan saluran pernafasan, nausea, muntah, kepala pusing dan sakit pinggang. Kematian disebabkan karena terjadinya oedema paru-paru. Apabila pasien tetap bertahan hidup, akan terjadi emfisema atau gangguan paru-paru dapat jelas terlihat.Keracunan kronis terjadi bila inhalasi Cd dosis kecil dalam waktu lama dan gejalanya juga berjalan kronis. Kadmium dapat menyebabkan nefrotoksisitas(toksik ginjal) yaitu gejala proteinuria,glikosuria dan aminoasiduria disertai dengan penurunan laju filtrasi glumerulus ginjal. Kasus keracunan Cd kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Hal tersebut terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu terjadi pada kasus keracunan kronis kadmium. Selain itu, kadmium dapat menyebabkan terjadinya gejala osteomalasea karena terjadi interferensi daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal. H. Dampak Dan Cara Penanggulangan

Dampak Toksisitas Arsen

Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi dalam tubuh manusia tersimpan dalam hati, ginjal, dinding saluaran pencernaan, limfa dan paru. Juga tersimpan dalam jumlah sedikit dalam rambut dan kuku serta dapat terdeteksi dalam waktu lama, yaitu beberapa tahun setelah keracunan kronis. Di dalam darah yang normal ditemukan arsen 0,2g/100ml, sedangkan pada kondisi keracunan ditemukan 10g/100ml dan pada orang yang mati keracunan arsen ditemukan 60-90g/100ml. I. Pencegahan Terjadinya Paparan ArsenUsaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya :- Masker yang memadai- Sarung tangan yang memadai- Tutup kepala- Kacamata khususUsaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine.Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar arsen dalam partikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik agar sirkulasi udara dapat lancar.Cara Menanggulangi Toksisitas Arsen

Pada pengobatan kasus keracunan AsPada kasus keracunan akut, perlu segera diberi obat suportif dan simptomatik untuk mencegah terjadinya gejala neuropati. Pengobatan dengan pemberian khelasi spesifik yaitu BAL. Standar pemberian BAL ialah 3-5 mg/kg yang diberikan setiap 4 jam selama 2 hari diikuti dengan pemberian 2,5 mg/kg setiap 6 jam selama 2 hari. Kemudian diberikan 2,5 mg/kg setiap 12 jam selama 1 minggu. Pada periode pemberian pengobatan tersebut, sampel urine diperiksa setiap 24 jam dan pengobatan segera dihentikan jika konsentrasi As dalam urine kurang dari 50 mg. Pengobatan BAL sering diikuti dengan pemberian penisilamin yang diberikan setiap 6 jam selama 5 hari.

Pada kasus keracunan kronis, tindakan pertama yang dilakukan ialah menghilangkan sumber kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem kelasi tidak dianjurkan, karena As mempunyai waktu paruh biologik hanya sekitar 3-4 hari.

Kadmium Pencemaran kadmium pada air minum di Jepang menyebabkan penyakit itai-itai. Gejalanya ditandai dengan ketidak-normalan tulang dan beberapa organ tubuh menjadi mati. Keracunan kronis yang disebabkan oleh Cd adalah kerusakan sistem fisiologis. Keracunan kadmium pada manusiaKadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang berbahaya setelah timbulnya pencemaran sungai di wilayah Kumamoto Jepang yang menyebabkan keracunan pada manusia seperti pada pernapasan, sirkulasi darah, penciuman, serta merusak kelenjar reproduksi, ginjal, jantung dan kerapuhan tulang. Jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama, cadmium dapat menghambat kerja paru-paru, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru, mual, muntah, diare, kram, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, dan gangguan kardiovaskuler. Kadmium dapat pula merusak tulang (osteomalacia, osteoporosis) dan meningkatkan tekanan darah. Gejala umum keracunan Kadmium adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk batuk, dan lemah.Keracunan kronis terjadi bila memakan Cadmium (Cd) dalam waktu yang lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan kronis seperti: a. Keracunan pada nefron ginjal yang dikenal dengan nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria atau protein yang terdapat dalam urin, juga suatu keadaan sakit dimana terdapat kandungan glukosa dalam air seni yang dapat berakibat kencing manis atau diabetes yang dikenal dengan glikosuria, dan aminoasidiuria atau kandungan asam amino dalam urine disertai dengan penurunan laju filtrasi (penyaringan) glumerolus ginjal. b. Cadmium (Cd) kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler yaitu kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah maupun tekanan darah yang meningkat (hipertensi). Hal tersebut terjadi karena tingginya aktifitas jaringan ginjal terhadap cadmium. Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus keracunan Cadmium (Cd) krosik. c. Cadmium dapat menyebabkan keadaan melunaknya tulang yang umumnya diakibatkan kurangnya vitamin B yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal yang dikenal dengan nama osteomalasea atau penyakit Itai-iatai . Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteoporosis sehingga orang tidak dapat berdiri dengan tegak tetapi membungkuk. Cara Pencegahan dan Pengobatan Pencegahan utama dalam penanggulangan keracunan logam pada manusia terutama terhadap bayi dan anak-anak perlu dilakukan dengan 2 hal yaitu :a. Hidup atau tinggal di lingkungan yang bersih dan bebas polusi.b. Makan dan minum dari bahan makanan atau produk makanan yang berkadar logam rendah.Bila terjadi kasus keracunan maka perlu segera dilakukan pengobatan.Pengobatan toksisitas Cd biasanya hanya bersifat suportif saja seperti pemberian vitamin D untuk pengobatan nyeri tulang. Pengobatan dengan menggunakan bahan kelat tidak dianjurkan, walaupun dapat meningkatkan ekskresi Cd melalui ginjal, tetapi hal tersebut juga dapat menyebabkan toksik pada ginjal. Kondisi tersebut terjadi karena ikatan kompleks dari kelasi dapat menyebabkan reaksi disosiasi ginjal pada waktu terjadi pembebasan Cd.Dampak Kadmium:

Dampak Bagi LingkunganDalam strata lingkungan, logam cadmium(Cd) dan persenyawaannya ditemukan dalam banyak lapisan. Secara sederhana dapat diketahui bahwa kandungan logam Cd akan dapat dijumpai di daerah penimbunan sampah dan aliran air hujan, selain dalam air buangan. Logam Cd juga membawa sifat racun yang dapat sangat merugikan semua organisme hidup termasuk manusia. Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan. Biota-biota yang tergolong crustacea akan mengalami kematian dalam waktu 24-504 jam bila dalam badan air dimana rentang konsentrasi Cd dalam perairan adalah 0,005-0,15 ppm. Untuk biota yang tergolong insecta akan mengalami kematian 24-672 jam dimana rentang konsentrasi Cd adalah 0,0028-4,6 ppm. Sedangkan untuk perairan tawar,seperti ikan emas akan mengalami kematian dalam waktu 96 jam dengan rentang konsentrasi Cd dalam perairan yaitu 1,092-1,104 ppm (Sumber : Murphy P.M.,Unv. Of Wales Ins. Of tech and Sciences, 1974). Logam kadmium atau Cd juga akan mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi dalam organisme hidup. Logam ini masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dikonsumsi, tetapi makanan tersebut telah terkontaminasi oleh logam Cd dan atau persenyawaannya. Dalam tubuh biota perairan, jumlah logam yang terakumulasi akan mengalami peningkatan dengan adanya proses biomagnifikasi di badan air. Di samping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai makanan turut menentukan jumlah Cd yang terakumulasi. Dimana pada biota yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan akumulasi Cd yang lebih banyak, sedangkan pada biota top level merupakan tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut telah melebihi nilai ambang batas maka biota dari suatu level atau strata tersebut akan mengalami kematian dan bahkan kemusnahan. Keadaan inilah yang menjadi penyebab kehancuran suatu tatanan sistem lingkungan(ekosistem) karena salah satu mata rantainya telah hilang.Pada hewan yang hidup di tanah dan bangsa mamalia, dimana dalam tubuh mereka telah terakumulasi oleh Cd, maka Cd yang terakumulasi akan ditransfer oleh got wall (celah dinding/kulit). Logam atau persenyawaan Cd yang terdapat di udara dalam bentuk partikular, akan dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Pada tumbuhan yang menyerap partikular Cd akan mengalami peristiwa terjadinya hambatan terhadap penyerapan zat besi yang sangat dibutuhkan oleh klorofil(zat hijau daun) tumbuhan.Cara Pencegahan Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikrobia (dalam istilah Biologi dikenal dengan bioakumulasi,bioremediasi, atau bioremoval), menjadi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat keracunan elemen logam berat di lingkungan perairan tersebut.Penyerapan ion logam berat oleh sianobakteria dan mikroorganisme terdiri atas dua mekanisme yang melibatkan proses aktif uptake (biosorpsi) dan pasif uptake (bioakumulasi). a. Proses aktif uptake Proses ini juga dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan sianobakteria, dan/atau akumulasi intraselular ion logam tersebut. Logam berat dapat juga diendapkan pada proses metabolisme dan ekresi sel pada tingkat kedua. Proses ini tergantung dari energi yang terkandung dan sensitivitasnya terhadap parameter yang berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya dan lainnya. Proses pengolahan limbah yang mengandung ion logam berat dengan melibatkan sianobakteria dapat dilakukan dengan proses pertama, sianobakteria pilihan dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar ion logam berat tersebut. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang ditujukan agar sianobakteria berinteraksi dengan ion logam berat, selanjutnya biomassa sianobakteria ini dipisahkan dari cairan. Proses terakhir, biomassa sianobakteria yang terikat dengan ion logam berat diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan. b. Proses pasif uptake Proses ini terjadi ketika ion logam berat terikat pada dinding sel biosorben. Mekanisme passive uptake dapat dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara pertukaran ion di mana ion pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat; dan kedua adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsional seperti karbonil, amino, thiol, hidroksi, fosfat, dan hidroksi-karboksil secara bolak balik dan cepat. Sebagai contoh adalah pada Sargassum sp. dan Eklonia sp. di mana Cr(6) mengalami reaksi reduksi pada pH rendah menjadi Cr(3) dan Cr(3) di-remove melalui proses pertukaran kation.BAB III

PENUTUPA. Kesimpulan

1. Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steel-grey). 2. Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik.

3. Cara pencegahan paparan arsen dengan menggunakan alat proteksi diri dan melakukan surveilance medis.

4. Kadmium adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk golongan II B table berkala dengan konigurasi elekron [Kr] 4d105s2.Kadmiun merupakan racun bagi tubuh manusia. 5. Sifat Kadmium bisa berupa fisik maupun kimia. Kadmium telah digunakan secara meluas pada berbagai industri antara lain pelapisan logam, peleburan logam, pewarnaan, baterai, minyak pelumas, bahan bakar. 6. Sumber kadmium terutama dari biji seng, timbal-seng, dan timbal-tembaga-seng. Kandungan logam Cd bersumber dari makanan dan lingkungan perairan yang sudah terkontaminasi oleh logam berat. 7. Upaya penanganan pencemaran logam berat sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan proses kimiawi. Seperti penambahan senyawa kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), serta beberapa metode lainnya seperti penyerapan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. B. Saran

Untuk menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen dan kadmium melalui udara, air, tanah, biota dan kegiatan industri maka yang harus dilakukan adalah menggunakan alat proteksi diri, seperti memakai masker, sarung tangan, kacamata dll saat berada di lingkungan kerja yang berhubungan dengan pertambangan. Selain itu melakukan surveilance medis setiap tahun secara rutin. Ini ditujukan agar tidak terjadinya keracunan akibat paparan Arsen maupun Kadmium.

DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press

Darmono . 2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi Seyawa Logam . Jakarta . UI-PressAdnan Agnesa. 2010. Makalah Toksikologi Industri ARSEN. http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html.30 Maret 2012Fhazira. 2010. Logam Berat Arsen. http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logam-berat-arsen.html. 30 Maret 2012

Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi . Jakarta : UI-Press

http://id.wikipedia.org/wiki/ArsenAiyen. 2004. Importance of Root Growth Parameters to Cd and Zn Acquisition by Nonhyperaccumulator and hyperaccumulator Plants. Dissertation University of Hohenhein, Institutebof Plants Nutrition, Verlag Graner- Meuren-Stutgard.AMAP 1997. Forurensning i Arktis Tilstandsrapport om det arktiske milj [Pollution in the Arctic - Report on the present state of the Arctic environment].Arctic Monitoring and Assessment Programme, Oslo.AMAP 1998. Assessment report: Arctic pollution issues. Arctic Monitoring and Assessment Programme, Oslo.AMAP 2002. Arctic Pollution 2002. Arctic Monitoring and Assessment Programme, Oslo.Baker, A.J.M., S.P., McGrath, S.P., R.D. Reeves, J.A.C. Smith. 2000. Metal Hyperaccumulator Plants : A review of the ecology and physiology of a biological resource for phytoremediation of metal-pollute soils inphytoremediation of contaminated soil and water ,N Terry and G.Banuelos (Eds) Lewis Publisher, Boca Raton, FL, USA.Briggs, G.G., Bromilow, R.H., Evans, A.A. 1982. Relationships between lipophilicity and root uptake and translocation of non-ionized chemicals by barley. Pestic. Sci. 13: 405-504.Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Mahkluk Hidup. UI press. Jakarta.Drivsholm, T., E. Hansen, J. Maag & S. Havelund. 2000. Massestrmsanalyse for cadmium [Substance flow analysis for cadmium]. Environmental ProjectNo. 557. The Danish EPA, Copenhagen. (In Danish)Nriagu, J. & J. Pacyna. 1988. Quantitative assessment of worldwide contamination of air, water and soils by trace metals. Nature. 333: 134-139.Nriagu, J.O 1989. A global assessment of natural sources of atmospheric trace metals. Nature. 338: 47-48.OECD. 1994. Risk Reduction Monograph No. 5: Cadmium. OECD Environment Monograph Series No. 104. OECD Environment Directorate, ParisOSPAR 2002. Cadmium. Hazardous Substances Series. OSPAR Commission 2002.Palar, H. 2004. Pencemaran dan toksikologi logam berat. Rineka Cipta. Jakarta.Philon-Smith, E. 2005. Phytoremediation Annu Rev.Plant Biol. 56: 15-39. Diakses 19 November 2012.Szymezyk, K. and Zalewski. 2003. Copper, zinc, and cadmium content in liver and muscles of Mallards and other hunting Fowl spesies in Warnia and Mazury in 1999 2000. J. Environ. 12 (3) : 382 386.Diakses 20 November 2012Voogt, P. De., Hattum, V.B., Fenstra, J.F., Peereboom, C J.W. 1980. Exposure and Health Effects of Cadmium. To. Enviro. Vhemist. rev., 3: 89-100.WHO 1992a. Cadmium. Environmental Health Criteria 134. World Health Organisation, International Programme on Chemical Safety (IPCS), Geneva, Switzerland.WHO 1992b. Cadmium environmental aspects. Environmental Health Criteria 135. World Health Organisation, International Programme on Chemical Safety (IPCS), Geneva, Switzerland.Widowati W, Sastiono A, Jusuf R. R. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Penerbit Andi. Yogyakarta.