makalah toksikan

28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia (Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi. Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan Klasifikasi Toksikan Page 1

Upload: miftamiftahuljanah

Post on 26-Dec-2015

86 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Toksikologi Industri Klasifikasi Toksikan

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Toksikan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia

(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/

cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu

materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme

terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan

terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari

tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan

ekotoksikologi.

Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama

maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu

yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan

menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah

ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi

dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi

dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan

bagian dari toksikologi lingkungan.

Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :

Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga

harus meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan

meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.

Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi

yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat.

Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang

mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.

Klasifikasi Toksikan Page 1

Page 2: Makalah Toksikan

BAB 2

TOKSIKOLOGI

1.1. Pengertian Toksikologi

Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat

kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian

secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di

timbulkannya.

Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan

dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk

biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi

dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama

yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan

(pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh,

jangka waktu dan frekuensi pemaparan.

Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi

dalam empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia

pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan

pemaparan kronik dialami oleh para pekerja terutama di lingkungan industri-industri

kimia.

Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari

dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan

suatu respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik.

Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk

hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.

1.2. Karakteristik Toksikologi

Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia

yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk

menimbulkan keadaan toksik.

Klasifikasi Toksikan Page 2

Page 3: Makalah Toksikan

Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik

dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin

mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang timbul

dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan sasarannya.

Perbandingan dosis lethal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari

paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat

diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan

polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat

diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena memberi reaksi

cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat

diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk kulit dengan

dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih rendah

maka, dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu bahan

polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis tinggi.

1. Efek toksik didalam tubuh tergantung pada:

A. Reaksi alergi

Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia

atau toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Kondisi alergi sering

disebut sebagai “ hipersensitif “, sedangkan reaksi alergi atau reaksi

kepekaannya dapat dipakai untuk menjelaskan paparan bahan polutan yang

menghasilkan efek toksik. Reaksi alergi timbul pada dosis yang rendah

sehingga kurve dosis responnya jarang ditemukan.

B. Reaksi ideosinkrasi

Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau

bahan polutan.

Klasifikasi Toksikan Page 3

Page 4: Makalah Toksikan

C. Toksisitas cepat dan lambat

Toksisitas cepat merupakan manifestasi yang segera timbul setelah

pemberian bahan kimia atau polutan. Sedangkan toksisitas lambat merupakan

manifestasi yang timbul akibat bahan kimia atau toksikan selang beberapa

waktu dari waktu timbul pemberian.

D. Toksisitas setempat dan sistemik

Perbedaan efek toksik dapat didasarkan pada lokasi manifestasinya. Efek

setempat didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang

pertama kali antara sistem biologi dan bahan toksikan. Efek sistemik terjadi

pada jalan masuk toksikan kemudian bahan toksikan diserap, dan didistribusi

hingga tiba pada beberapa tempat. Target utama efek toksisitas sistemik

adalah sistem syaraf pusat kemudian sistem sirkulasi dan sistem hematopoitik,

organ viseral dan kulit, sedangkan otot dan tulang merupakan target yang

paling belakangan.

2. Respon toksik tergantung pada :

A. Sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut

B. Situasi pemaparan

C. Kerentanan sistem biologis dari subyek

3. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas adalah :

A. Jalur masuk ke dalam tubuh

Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya melalui

saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur lainnya.

Jalur lain tersebut diantaranya daalah intra muskuler, intra dermal, dan sub

kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan

polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri biasanya masuk ke dalam

Klasifikasi Toksikan Page 4

Page 5: Makalah Toksikan

tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan kejadian “keracunan” biasanya

melalui proses tertelan.

B. Jangka waktu dan frekuensi paparan

a) Akut: pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam

b) Sub akut: pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk

jangka waktu 1 bulan atau kurang

c) Subkronik: pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk

jangka waktu 3 bulan

d) Kronik: pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka

waktu lebih dari 3 bulan

Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama

sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan

ulangannya. Bahan polutan benzena pada peran pertama akan merusak sistem syaraf

pusat sedangkan paparan ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia.

Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan

apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan

menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separohnya maka

efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang

diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek toksik

yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda

saja tetapi mungkun juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat

terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada

kondisi kronis bersifat irreversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak

mempunyai cukup waktu untuk pulih akibat paparan terus-menerus dari bahan toksi.

Klasifikasi Toksikan Page 5

Page 6: Makalah Toksikan

BAB 3

TOKSIKAN

3.1. Klasifikasi Toksikan

Bahan toksik dapat diklasifikasi berdasarkan:

1. organ tujuan/sasaran, misalnya ginjal, hati, dan sistem hematopoetik

2. penggunaan, misalnya pestisida, pelarut, dan food additive

3. sumber, misalnya tumbuhan atau hewan

4. efek yang ditimbulkan, misalnya kanker dan mutasi

5. bentuk fisik, misalnya gas, cair, dan debu

6. label kegunaan, misalnya bahan peledak dan oksidator

7. susunan kimia, misalnya amino aromatis, halogen, dan hidrokarbon

8. potensi racun, misalnya organofosfat lebih toksik dari pada karbamat

Untuk dapat diterima dalam spektrum agen toksik, suatu bahan tidak hanya

ditinjau dari satu macam klasifikasi saja, tetapi dapat pula ditinjau dari beberapa

kombinasi dan beberapa faktor lain. Klasifikasi bahan toksik dapat dibagi secara

kimiawi, biologi, dan karakteristik paparan yang bermanfaat untuk usaha

pengendalian.

Ada pula sumber lain yang mengklasifikasikan toksik sebagai berikut :

1. Klasifikasi atas dasar sumber

a. Sumber alamiah/buatan : klasifikasi ini membedakan racun asli yang

berasalkan fauna dan flora, dan kontaminasi organisme dengan berbagai

racun berasalkan lingkungan seperti bahan baku industri yang beracun

ataupun buangan beracun dan bahan sintetis beracun.

b. Sumber berbentuk titik, area, dan bergerak. Klasifikasi ini biasanya

digunakan untuk orang yang berminat dalam melakukan pengendalian.

Tentunya sumber titik lebih mudah dikendalikan daripada sumber area

yang bergerak.

Klasifikasi Toksikan Page 6

Page 7: Makalah Toksikan

c. Sumber domestik, komersial, dan industri, yang lokasi sumbernya. Sifat,

dan jenisnya berbeda, kecuali terkontaminasi oleh buangan insektisida,

sisa obat, dll.

2. Klasifikasi atas dasar wujud

Klasifikasi atas dasar wujud sangat bermanfaat dalam memahami efek

yang mungkin terjadi serta pengendaliannya:

a. Wujud pencemar dapat bersifat padat, cair, dan gas. Racun dapat

dibedakan atas dasar wujudnya ini terutama karena efeknya yang berbeda.

Gas dapat berdifusi, sehingga menyebar lebih cepat daripada cairan dan

zat padat. Efek terhadap masyarakat tentunya akan sangat berbeda. Gasa

dan padatan yang sangat halus akan cepat menimbulkan efek, dan apabila

konsentrasi masyarakat di tempat tersebut padat, maka efeknya akan

menjadi sangat drastis.

b. Ukuran pencemar bentuk, densitas, serta komposisi kimiawi dan fisika

sangat erat hubungannya dengan wujud. Hal ini akan memberikan

petunjuk mudah tidaknya sesuatu pencemar memasuki tubuh host dan

cepat tidaknya menimbulkan efek dan sampai seberapa jauh efeknya.

Padatan halus dengan sifat-sifat tersebut dapat berbentuk sangat

aerodinamis, sehingga mudah masuk ke dalam paru-paru, sekalipun

ukurannya sangat relatif besar

3. Klasifikasi atas dasar sifat kimia-fisika

Klasifikasi ini sering digunakan untuk bahan beracun (B3), dan

pengelompokan xenobiotik tersebut adalah sebagai B3 yang:

a. Korosif

b. Radioaktif

c. Evaporatif

d. Eksplosif

Klasifikasi Toksikan Page 7

Page 8: Makalah Toksikan

e. Reaktif; semua ini menghendaki penanganan, transportasi, dan

pembuangan yang berbeda, karena bahaya yang mungkin ditimbulkan

akan berbeda.

4. Klasifikasi atas dasar terbentuknya pencemar/xenobiotik

Pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber disebut pencemar

primer. Selanjutnya, setelah transformasi pertama di lingkungan, ia akan

disebut pencemar sekunder, dan kemudian dapat menjadi pencemar tersier,

dan seterusnya. Klasifikasi ini menjadi penting jika kita melakukan

pengukuran ataupun pemantuan pencemar.  Lokasi, jarak, dari sumber, dan

sifat reaktifitasnya dengan zat yang ada di media lingkungan akan

menentukan terjadinya perubahan sifat kimia pencemar. Pencemar sekunder,

dan seterusnya tentu akan bersifat berbeda dari sifat primer.

5. Klasifikasi atas dasar efek kesehatan

Klasifikasi atas dasar efek kesehatan atau lebih tepat atas dasar gejala

yang timbul mengelompokkan pencemar sebagai penyebab gejala:

a. Fibrosis atau terbentuknya jaringan ikat secara berlebih

b. Granuloma atau didapatnya jaringan radang yang kronis

c. Demam atau temperatur badan melebihi normal

d. Asfiksia atau keadaan kekurangan oksigen

e. Alergi atau sensitivitas yang berlebih

f. Kanker atau tumor ganas

g. Mutan adalah generasi yang secar genetik berbeda dari induknya

h. Cacat bawaan akibat teratogen

i. Keracunan sistemik, yakni keracunan yang menyerang seluruh anggota

tubuh.

Klasifikasi Toksikan Page 8

Page 9: Makalah Toksikan

6. Klasifikasi atas dasar kerusakan/organ target

Racun dapat dikelompokkan atas dasar organ yang diserangnya.

Klasifikasi ini digunakan oleh para ahli superspesialis organ target tersebut.

Dalam klasifikasi ini, racun dinyatakan sebagai racun yang:

a. Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati

b. Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal

c. Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf

d. Hermatotoksik atau beracun bagi darah/sistem pembentukan sel darah

e. Pneumotoksik atau beracun bagi pneumon/paru-paru

Klasifikasi atas dasar organ target ini sering digunakan karena sifat

kimia-fisika racun yang berbeda dengan racun biologis ataupun kuman

patogen.

7. Klasifikasi atas dasar hidup/matinya racun

Klasifikasi atas dasar hidup/motinya racun atau yang bersifat biotis dan

abiotis dibuat, karena bahaya yang terjadi akan beda. Zat yang hidup dapat

berkembang biak bila lingkungannya mengizinkan, sedangkan yang abiotis

dapat berubah menjadi berbagai senyawa. Dengan demikian, pengendaliannya

akan berbeda pula.

3.2. Karakteristik Toksikan

Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia

yang mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk

menimbulkan keadaan toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain

tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis,

sehingga bila ingin mengklasifikasi toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam

efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan

sasarannya. Faktor utama yang berkaitan dengan toksisitas dan situasi paparan adalah

cara atau jalan masuknya serta durasi dan frekuensi paparan.

Klasifikasi Toksikan Page 9

Page 10: Makalah Toksikan

Jalan masuk ke dalam tubuh suatu bahan polutan yang toksik, umumnya melalui

saluran penceraan makanan, saluran pernapasan, kulit dan jalur lain. Jalur lain

tersebut diantaranya adalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan masuk

yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang

berasal dari industri biasanya masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup,

sedangkan kejadian keracunan biasanya melalui proses tertelan.

Perbandingan dosis letal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari

paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat

diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan

polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat

diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena, memberi reaksi

cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat

diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk melalui kulit

dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih

rendah, maka dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu

bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis yang tinggi.

Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan dapat diterangkan dengan

percobaan binatang. Pada percobaan binatang ahli toksikologi membagi paparan

akibat bahan polutan menjadi 4 kategori, yaitu akut, sub akut, sub kronis, dan kronis.

Paparan akut apabila suatu paparan terjadi kurang dari 24 jam dan jalan masuknya

dapat melalui intravena dan injeksi subkutan. Paparan sub akut terjadi apabila

paparan terulang untuk waktu satu bulan atau kurang, paparan sub kronis bila paparan

terulang antara 1 sampai 3 bulan, dan paparan kronis apabila terulang lebih dari 3

bulan.

Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama

sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan

ulangannya. Bahan polutan benzena pada pertama akan merusak sistem saraf pusat

sedangkan paparan ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia.

Klasifikasi Toksikan Page 10

Page 11: Makalah Toksikan

Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan

apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan

menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separuhnya maka

efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang

diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek toksik

yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda

saja tetapi mungkin juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi

apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi

kronis bersifat ireversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai

cukup waktu untuk mencapai kondisi menjadi pulih akibat paparan terus menerus dari

bahan toksik.

3.3. Sumber Bahan Toksik

Dari penelitian yang dilakukan terdapat 9 kelompok besar sumber bahan toksik

dari industri penghasil limbah B3 di Indonesia, yaitu:

1. Industri tekstil dan kulit

Sumber utama bahan toksik pada industri tekstil ialah penggunaan zat

warna, sedangkan pada industri batik penggunaan senyawa naftol yang sangat

berbahaya. Selain itu juga digunakan hidrogen peroksida yang sangat reaktif

dan HClO yang toksik. Pada proses penyamakan dan pengolahan kulit

digunakan asam sulfat dan zat warna yang mengandung krom.

2. Pabrik kertas dan percetakan

Dalam proses produksi kertas, dihasilkan residu yang toksik. Setelah

dilakukan pengolahan limbah, dari residu tersebut dihasilkan konsentrat lumpur

yang lebih toksik. Sedangkan dari proses pencetakan, dihasilkan limbah cair

sebagai hasil samping pada pencucian rol film, pemrosesan film, dan

Klasifikasi Toksikan Page 11

Page 12: Makalah Toksikan

pembersihan mesin. Setelah limbah diolah, akan dihasilkan konsentrat lumpur

sebanyak 1-4 % dari volume limbah cair.

3. Industri kimia dasar

Dalam kelompok ini termasuk pabrik pembuat mesin, pengawet kayu, cat,

tinta, pestisida, pigmen, sabun dan pabrik gas. Setelah limbah diolah, pabrik

mesin akan menghasilkan konsentrat lumpur yang toksik sebanyak 1-5 % dari

volume limbah cairnya. Pembuatan cat akan menghasilkan lumpur yang toksik,

baik dari bahan yang terlarut dalam air maupun dalam pelarut lainnya.

Demikian juga pabrik tinta, akan menghasilkan limbah cair maupun lumpur

yang pekat. Sedangkan limbah beracun dari pabrik pestisida akan tergantung

pada kegiatannya, yaitu memproduksi pestisida atau hanya kegiatan proses

formulasi.

4. Industri farmasi

Kelompok industri farmasi meliputi pembuatan bahan baku obat formulasi

dan pengemasan obat. Di Indonesia, industri farmasi umumnya merupakan

kegiatan formulasi dan pengemasan obat, hanya beberapa pabrik yang

melakukan kegiatan proses pembuatan bahan baku. Limbah industri farmasi

berasal dari obat-obat yang tidak terjual dan/atau kadaluarsa serta pencucian

peralatan produksi. Limbah pabrik farmasi yang memproses obat golongan

antibiotika memiliki toksisitas yang tinggi.

5. Industri logam dasar

Limbah industri logam dasar non-besi, setelah diolah akan menghasilkan

konsentrat lumpur sebanyak 3 % dari limbah abut dihasilkan konsentrat lumpur

yang lebih toksik. Sedangkan dari proses pencetakan, dihasilkan limbah cair

yang merupakan hasil samping proses pengecoran, pencetakan dan pelapisan.

Klasifikasi Toksikan Page 12

Page 13: Makalah Toksikan

Selain itu juga menghasilkan limbah cair yang toksik dari proses pembersihan

bahan baku dan peralatan produksi.

6. Industri perakitan kendaraan bermotor

Kegiatan industri perakitan kendaraan bermotor menghasilkan limbah B3

dari kegiatan proses penyiapan logam dan pengecatan yang mengandung logam

berat Zn dan Cr.

7. Industri perakitan listrik dan elektronika

Hasil limbah yang paling dominan dalam kelompok industri ini ialah limbah

padat yang dapat didaur ulang. Sedangkan limbah cair merupakan hasil samping

proses pelapisan dan pengecatan termasuk juga ke dalam golongan limbah B3.

Lumpur konsentrat hasil pengolahan limbah cair sangat toksik. limbah dari

proses elektroplating sangat toksik dan bersifat asam, sering mengandung Cr,

Zn, Cu, Ni, Sn dan Cd. Industri elektronika terbagi atas kegiatan asembling

dengan limbah yang tidak banyak dan kegiatan produksi dari bahan baku

menjadi barang jadi dengan limbah cair yang sangat toksik, meskipun tidak

banyak.

8. Industri baterai kering dan Aki

Dari industri baterai kering akan dihasilkan limbah padat berbahaya dari

proses filtrasi dan limbah cair dari proses penyegelan. Sedangkan dari industri

aki akan dihasilkan limbah cair beracun karena menggunakan asam sulfat

sebagai cairan elektrolit.

9. Rumah sakit

Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah padat dan cair, tapi juga

limbah gas, bakteri, dan virus. Limbah padat yang berbahaya berupa sisa obat-

obatan, bekas pembalut, pembungkus obat dan bahan kimia. Sedangkan limbah

Klasifikasi Toksikan Page 13

Page 14: Makalah Toksikan

cair berasal dari pencucian peralatan dan perlengkapan, sisa obat-obatan, dan

bahan kimia laboratorium.

Berbagai barang dalam lingkungan rumah tangga, ternyata banyak yang

mengandung bahan yang berbahaya dan potensial dapat menjadi racun.

10. Makanan

Makanan dapat menyebabkan keracunan makanan (food intoxication) yang

disebabkan oleh makanan yang mengandung toksin, makanan dari tumbuhan

dan hewan yang mengandung racun, makanan yang tercemar bahan kimia

berbahaya, selain juga infeksi karena makanan yang mengandung

mikrorganisme patogen (food infection).

11. Kosmetika

Keracunan yang tidak disengaja juga dapat terjadi karena penggunaan

kosmetika seperti cologne, lipstik, parfum, krim dan lotion kecantikan,

pelembab kulit, after shave lotion, dan depilatory. Hal ini tidak berhubungan

langsung dengan efek samping yang tidak dikehendaki, tapi dipengaruhi oleh

perhitungan indeks risiko, yaitu jumlah unit kosmetika yang menyebabkan

timbulnya suatu efek samping. Sebagai contoh sediaan kosmetika perias mata,

meskipun mempunyai insidensi efek samping yang tinggi, tapi tingkat

kemungkinan terjadi keracunan sedang. Sedangkan sediaan kosmetika

depilatori, meskipun insidensi efek sampingnya rendah, tingkat kemungkinan

terjadi keracunan tinggi. Kemungkinan keracunan atau toksisitas sediaan

kosmetika dapat dilihat pda tabel berikut:

Toksisitas Sediaan kosmetika

Tinggi Penetral permanent wave, penghapus cat kuku, dan depilatori

Sedang Cat kuku, zat warna rambut metal, lotion permanent wave, bath oil,

shaving lotion, tonik rambut yang mengandung alkohol, cologne,

Klasifikasi Toksikan Page 14

Page 15: Makalah Toksikan

dan toiletries

Rendah Parfum, deodoran, dan bath salt

Relatif tidak toksik

Hand lotion dan krim, cleansing cream, zat warna rambut dari

tumbuh-tumbuhan, pengatur rambut yang tidak mengandung

alkohol, dan lipstik

12. Desinfektan

Desinfektan yang biasa digunakan umumnya mengandung fenol, kresol atau

diklorometoksilenol. Jika terjadi keracunan yang tidak disengaja, biasanya tidak

menimbulkan masalah karena jumlahnya sedikit. Akan tetapi jika keracunan

terjadi karena disengaja atau suatu usaha untuk bunuh diri, terutama dengan

desinfektan yang mengandung fenol atau kresol, apalagi dengan larutan

pembersih pipa saluran buangan yang biasanya mengandung Na-hidroksida,

dapat berakibat kematian karena efek korosif pada saluran cerna bagian atas dan

juga efek sistemik yang dapat terjadi.

13. Bahan pemutih

Bahan pemutih kain atau disebut juga bahan pengelantang, biasanya

mengandung Na-hipoklorit atau hidrogen peroksida. Meskipun bahan-bahan

tersebut bersifat korosif, tapi jika terjadi keracunan yang tidak disengaja,

biasanya tidak menimbulkan masalah serius karena jumlahnya hanya sedikit.

14. Hasil destilasi minyak bumi

Bensin, minyak tanah dan parafin, merupakan hasil destilasi bertingkat

minyak bumi yang sering menjadi penyebab keracunan. Karena keracunan

biasanya terjadi melalui mulut dan tidak disengaja, maka akibat yang timbul

ringan dan mungkin hanya menyebabkan muntah dan diare.

15. Bahan yang mengandung senyawa kimia yang mudah menguap

Klasifikasi Toksikan Page 15

Page 16: Makalah Toksikan

Beberapa barang keperluan rumah tangga mengandung bahan pelarut atau

senyawa kimia lain yang meudah menguap. Jika menghirup barang atau bahan

yang mudah menguap, efeknya hampir sama dengan gejala keracunan alkohol

atau etanol melalui mulut, tapi timbul dan hilangnya berlangung cepat. Gejala

yang timbul antara lain kepala pusing, ataksia, disartria, perilaku lepas kendali,

mengantuk, dan mungkin juga halusinasi. Jika menghirup terus menerus akan

mengakibatkan depresi pernapasan dan kesadaran yang dapat berakibat fatal,

terutama jika terjadi konvulsi atau muntahan masuk ke dalam saluran napas.

Barang/bahan Kandungan zat kimia

Lem Toluen, benzen, xilen, aseton, n-heksan

Larutan pembersihTrikloroetilen, tetrakloroetilen, 1-1-1

trikloroetan, karbon tetraklorida, dan toluene

Bensin Pb-tetraetil

Bahan bakar pemantik api Butan sebagai bahan bakar

Cat akrilik Toluen

Cat, pernis, dan lak Trikloroetilen, metilenklorida, dan toluene

3.4. Masuknya Toksikan dalam Tubuh

1. Absorbsi, bahan kimia masuk ke dalam tubuh melalui:

a. Saluran pernafasan (terhirup). Ex: gas (CO,NOx,), Uap (benzene, CCl4),

bahan mudah larut (Kloroform), debu (partikel ukuran 1-10 u ,ditimbun

di paru-paru.

b. Saluran pencernaan (tertelan). Biasanya karena kecelakaan, lambung

kosong mempercepat penyerapannya.

c. Kulit (zat-zat yang toksik, zat yg larut dalam lemak, insektisida, organik

solvent (efek sistemik).

d. Suntikan intravena, intra muskular, sub kutan dll.

2. Distribusi

Klasifikasi Toksikan Page 16

Page 17: Makalah Toksikan

a. Bahan kimia organik (methyl merkuri) dapat menembus organ (otak)

b. Bahan Kima anorganik (merkuri) tidak dapat menembus otak tapi

tertimbun dalam ginjal

c. Hati dan ginjal memiliki kapasitas mengikat bahan kimia yang tinggi

dibanding organ lain, karena fungsi sebagai organ yang

memetabolisirdan membuang bahan kimia berbahaya.

d. Bahan yang mudah larut dalam lemak, maka jaringan lemak merupakan

tempat penimbunan bahan yang mudah larut dalam lemak (ex. DDT,

Diedrin, Polychlorinated biphenyls (PCB)

3. Ekskresi

a. Bahan kimia diekskresikan dapat dalam bentuk bahan asal maupun

metabolitnya

b. Ekskresi utama melalui ginjal (hampir semua kimia berbahaya) bahan-

bahan tertentu lewat hati dan paru-paru

c. Ekskresi melalui ginjal terutama bahan yang larut dalam air

d. Ekskresi melalui paru-paru, untuk bahan yang pada suhu tubuh masih

berbentuk gas (ex. CO)

DAFTAR PUSTAKA

Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Klasifikasi Toksikan Page 17

Page 18: Makalah Toksikan

H.J. Mukono. 2002. Epidemiologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga

University Press.

J. H. Koeman. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Terjemahan oleh R.H.

Yudono Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sartono. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta: Penerbit Widya Medika

Klasifikasi Toksikan Page 18