makalah tentang bumn

33
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Alah SWT, karena atas segala limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami penulis akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan kerja sama yang dari semua pihak yang telah membantu dalam terselesainya makalah ini sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Iwan Sutiaji selaku dosen Pengelolaan Investasi Negara yang telah memberikan tugas, petunjuk, dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya. 2. Teman-teman kelas 2-E Kebendaharaan Negara,Sekolah Tinggi Akuntansi Negara 2011/2012. 3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan paper ini. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 1

Upload: vivi-iswara

Post on 24-Jul-2015

11.310 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah tentang BUMN

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Alah SWT, karena atas segala limpahan rahmat-Nya,

penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendirian, Pengurusan,

Pengawasan, dan Pembubaran BUMN”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami penulis

akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini,

tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa

kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan kerja

sama yang dari semua pihak yang telah membantu dalam terselesainya makalah ini

sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Iwan Sutiaji selaku dosen Pengelolaan Investasi Negara yang telah

memberikan tugas, petunjuk, dan bimbingan kepada penulis sehingga penulis

termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya.

2. Teman-teman kelas 2-E Kebendaharaan Negara,Sekolah Tinggi Akuntansi

Negara 2011/2012.

3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan

bantuan dalam penulisan paper ini.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik

pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki

penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi

penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan

menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis

sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Terima kasih.

Tangerang, April 2012

Penulis

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 1

Page 2: makalah tentang BUMN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... 1

DAFTAR ISI......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 3

B. Rumusan Masalah....................................................................... 3

C. Tujuan.......................................................................................... 3

BABII PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum............................................................................... 4

B. Pengertian BUMN....................................................................... 4

C. Pendirian BUMN......................................................................... 5

D. Pengurusan BUMN..................................................................... 8

E. Pengawasan BUMN.................................................................... 13

F. Pembubaran BUMN.................................................................... 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 23

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 2

Page 3: makalah tentang BUMN

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu dari pelaku

ekonomi dalam sistem perekonomian nasional dimana seluruh atau sebagian

besar modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan, ikut berperan

dalam menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka

mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Selain itu, BUMN

juga semakin berperan dalam hal sebagai pelopor dalam sektor-sektor usaha

yang belum diminati oleh swasta, pelaksana pelayanan publik, penyeimbang

kekuatan-kekuatan swasta besar dan turut membantu pengembangan usaha kecil

dan koperasi, serta sebagai salah stau sumber penerimaan Negara yang

signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen, dan hasil privatisasi.

Semakin besarnya peranan BUMN sebagai bagian dari sistem

perekonomian nasional menunjukkan betapa pentingnya kedudukan BUMN

sekarang ini. Untuk itu, maka perlulah kita untuk memahami bagaimana proses

pendirian, pengurusan, pengawasan, dan pembubaran BUMN.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan BUMN?

2. Apa dasar hukum yang mendasari pendirian, pengurusan, pengawasan, dan

pembubaran BUMN ?

3. Bagaimana proses pendirian, pengurusan, pengawasan, dan pembubaran

BUMN?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian, bentuk, dan tujuan dari BUMN

2. Mengetahui dasar hokum dan memahami proses dalam pendirian,

pengurusan, pengawasan, dan pembubaran BUMN

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 3

Page 4: makalah tentang BUMN

BAB II

Pembahasan

A. Dasar hukum

1. Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

3. Undang -undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

5. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

6. Peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,

Pengawasan, dan Pembubaran BUMN

B. Pengertian BUMN

Berdasarkan PP No. 45 tahun 2005, BUMN adalah badan usaha yang

seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Bentuk BUMN antara lain:

1. Persero

Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang

modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima

puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang

tujuan utamanya mengejar keuntungan.

Organ persero terdiri dari RUPS, Direksi, dan Komisaris

2. Perum

Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak

terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa

penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus

mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan

Organ Perum terdiri dari Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas.

Tujuan pendirian BUMN :

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional

pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya

b. Mengejar keuntungan

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 4

Page 5: makalah tentang BUMN

c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat

hidup orang banyak

d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan

oleh sektor swasta dan koperasi

e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

C. Pendirian BUMN

Sesuai dengan UU No. 19 tahun 2003 , BUMN didirikan dengan maksud :

1. Memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan

penerimaan Negara pada khususnya

2. Mengejar keuntungan

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau

jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang

banyak

4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh

sektor swasta dan koperasi

5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha

golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat

Pendirian BUMN ditetapkan dengan peraturan pemerintah, dimana dalam

peraturan pemrintah tersebut setidaknya memuat :

1. Penetapan pendirian BUMN

2. Maksud dan tujuan didirikan BUMN

3. Penetapan besarnya penyertaan besarnya kekayaan Negara yang dipisahkan

dalam rangka pendirian BUMN

Yang dimaksud pendirian BUMN meliputi :

1. Pembentukan Perum atau Persero baru

Dalam hal pendirian persero ini haruslah dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.

Khusus untuk pendirian Perum, Peraturan Pemerintah tersebut memuat pula

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 5

Page 6: makalah tentang BUMN

anggaran dasar Perum bersangkutan dan penunjukan Menteri selaku wakil

pemerintah sebagai pemilik modal.

2. Perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN

Dalam hal pendirian BUMN dilakukan dengan mengalihkan unit

instansi pemerintah menjadi BUMN, maka dalam peraturan pemerintah

tentang pendirian BUMN yang dimaksud, dimuat ketentuan bahwa seluruh

atau sebagian kekayaan, hak dan kewajiban unit instansi pemerintah tersebut

beralih menjadi kekayaan, hak dan kewajiban BUMN yang didirikan.

3. Perubahan bentuk badan hukum BUMN

4. Pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum.

Dari hal diatas, maka dapat dilihat bahwa pendirian BUMN tidak hanya

dilakukan dengan membentuk Persero atau Perum yang baru, tetapi juga

dapat dilakukan dengan ketiga cara lain di atas. Pendirian BUMN dilakukan

dengan memperhatikan ketentuan mengenai tata cara penyertaan modal

dalam rangka pendirian BUMN.

Di dalam pendiriannya BUMN haruslah memiliki anggaran dasar.

BUMN memiliki tempat kedudukan di dalam wilayah Indonesia, dimana

ketentuan mengenai tempat kedudukan BUMN tersebut diungkapkan didalam

anggaran dasar. Begitu juga dengan jangka waktu berdirinya BUMN juga

tercantum di dalam anggaran dasarnya. Berikut rincian apa saja yang termuat

dalam anggaran dasar baik untuk Persero maupun Perum.

Anggaran dasar Persero memuat sekurang-kurangnya :

1. Nama dan tempat kedudukan Perseroan

2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan

3. Jangka waktu berdirinya Perseroan

4. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor

5. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap

klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap

saham

6. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris

7. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 6

Page 7: makalah tentang BUMN

8. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan

Dewan Komisaris

9. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.

Anggaran dasar Perum memuat sekurang-kurangnya:

1. Nama dan tempat kedudukan

2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha

3. Jangka waktu berdiri

4. Besarnya modal

5. Susunan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Pengawas serta komposisi

Dewan Pengawas

6. Tata cara pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian anggota Direksi dan

Dewan Pengawas

7. Tata cara penyelenggaraan rapat Direksi dan rapat Dewan Pengawas

8. Tata cara penggunaan laba

9. Ketentuan-ketentuan lain menurut Peraturan Pemerintah ini.

Dalam hal terjadi perubahan anggaran dasar Persero maka perubahan

anggaran dasar tersebut harus ditetapkan dalam RUPS dan acara mengenai

perubahan anggaran dasar tersebut harus dicantumkan dalam panggilan RUPS

secara jelas. Atas perubahan anggaran dasar tersebut haruslah memperolaeh

persetujuan dari Menteri.

Dalam hal terjadi perubahan anggran dasar Perum, inisitif pengusulan

atas perubahan anggran dasar ini dapat berasal dari Menteri Teknis maupun dari

Menteri BUMN.

1. Jika usulan atas perubahan anggaran dasar Perum ini berasal dari Menteri

BUMN maka usulan ini langsung disampaikan kepada presiden disertai

dengan dasar pertimbangan yang telah dikaji bersama dengan menteri teknis

atau dapat juga dalam pengkajian ini menyertakan Menteri/Pimpinan

lembala lain apabila hal ini dianggap perlu.

2. Jika usulan atas perubahan anggaran dasar ini berasal dari Menteri Teknis

maka usulan ini harus disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri untuk

kemudian dilakukan pengkajian atas usulan tersebut yang dikoordinaskan

oleh Menteri . Jika usulan tersebut dianggap layak maka, selanjutnya usulan

tersebut akan disampaikan kepada Presiden.

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 7

Page 8: makalah tentang BUMN

Keterlibatan Menteri Teknis dalam proses perubahan anggaran dasar

Perum diperlukan sehubungan dengan terjadinya perubahan kebijakan sektoral

di tempat BUMN melakukan kegiatan usaha, adanya kewajiban pelayanan

umum (public service obligation) serta peraturan perundang-undangan yang

mengharuskan dilakukan perubahan anggaran dasar Perum.

Yang dimaksud dengan “perubahan anggaran dasar Perum yang

berkaitan dengan perubahan modal dilakukan berdasarkan ketentuan mengenai

tata cara penambahan penyertaan modal Negara pada BUMN” adalah ketentuan

yang diatur dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan Pasal 4 Undang-

undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Penulisan / penentuan nama untuk Persero atau Perum tidaklah bisa

dilakukan secara sembarangan. Atas penulisan nama ini pun sudah diatur dalam

PP No. 45 tahun 2005. Ketentuan mengenai penulisan nama Persero maupun

Peru mini dimaksudkan untuk membedakan mana yang merupakan perusahaan

milik Negara dan mana yang merupakan perusahaan milik swasta. Berikut

aturan penulisan nama baik untuk Persero maupun Perum.

1. Penulisan nama Persero dilakukan sebagai berikut:

a) Dalam hal penulisan nama Persero dilakukan secara lengkap, maka

didahului dengan perkataan “Perusahaan Perseroan (Persero)”, diikuti

dengan singkatan “PT” dan kemudian diikuti dengan nama perusahaan

b) Dalam hal penulisan nama Persero dilakukan secara singkat, maka

kata “(Persero)” dicantumkan setelah singkatan “PT” dan nama

perusahaan.

2. Nama Perum didahului dengan perkataan “Perusahaan Umum (Perum)”

atau dapat disingkat “Perum” yang dicantumkan sebelum nama

perusahaan.

D. Pengurusan BUMN

Sekalipun BUMN adalah milik Negara, akan tetapi pembinaan dan

pengelolaan BUMN tetepa didasarkan pada prinsip – prinsip perusahaan yang

sehat. Selain tunduk pada peraturan yang berlaku terhadap BUMN, para Direksi

BUMN juga berpegang teguh pada penerapan prinsip good corporate

governance, yaitu :

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 8

Page 9: makalah tentang BUMN

1. Transparansi

: Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan

mengenai perusahaan.

2. Kemandirian

: Keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan

kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai

dengan peraturan perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi

yang sehat.

3. Akuntabilitas

: Kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ

sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif.

4. Pertanggungjawaban

: Suatu keadaan dimana stiap apa keputusan atau tindakan yang

diambil / dilakukan dapat dipertanggungjawabkan, ada kejelasannya.

5. Kewajaran

: Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan

perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.

Kepengurusan BUMN dilaksanakan oleh Direksi. Pengangkatan dan

pemberhentian Direksi dilakukan oleh RUPS untuk Persero dan Menteri unuk

Perum. Orang atau perseorangan yang dapat diangkat untuk menjadi direksi

adalah seseorang yang memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan, kejujuran,

pengalaman, perilaku yang baik serta memiliki dedikasi yang tinggi untuk

memajukan dan mengembangkan perusahaan. Selain itu, calon direksi BUMN

haruslah orang yang mampu melakukan perbuatan hukum (cakap hukum) dan

tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau komisari atau

dewan pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan atau

perum dinyatakan pailit atau orang yang tidak pernah dihukum karena

melakukan tindak pidana yag merugikaan Negara.

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 9

Page 10: makalah tentang BUMN

Untuk dapat diangkat sebagai direksi BUMN, maka orang tersebut

haruslah lulus uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang

dilaksanakan oleh sebuah tim atau lembaga professional yang ditunjuk oleh

Menteri. Untuk BUMN yang tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh negara,

ketentuan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) hanya berlaku bagi

calon anggota Direksi yang mewakili pemerintah.

Jika dinyatakan lulus uji maka direksi harus menandatangani kontrak

manajemen. Kontrak manajemen berisikan janji-janji atau pernyataan calon

anggota Direksi, yaitu apabila diangkat/diangkat kembali menjadi anggota

Direksi antara lain akan memenuhi segala target yang ditetapkan oleh

RUPS/Menteri dan menerapkan prinsip-prinsip good corporat

governance.Dalam hal direksi terdiri lebih dari satu orang maka salah satunya

diangkat sebagai Direktur Utama.

Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:

1. Anggota Direksi pada BUMN lain, badan usaha milik daerah, dan badan

usaha milik swasta

2. Jabatan struktural dan fungsional lainnya dalam instansi/lembaga pemerintah

pusat dan daerah

3. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan

4. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

Jabatan anggota Direksi berakhir apabila:

1. Meninggal dunia

2. Masa jabatannya berakhir

3. Diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS/Menteri

4. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota Direksi berdasarkan

ketentuan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2005 dan peraturan perundang-

undangan lainnya.

Berikut adalah penjelasan tentang kepengurusana BUMN :

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Menteri

RUPS adalah organ persero ynag miliki kekuasaan tertinggi dalam

Persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 10

Page 11: makalah tentang BUMN

Direksi atau Komisaris. RUPS berwenang untuk mengangkat dan

memberhentikan anggota Direksi, menetapkan jumlah anggota Direksi,

mengesahkan rencana kerja dan anggaran perusahaan, dan melakukan

perubahan rencana kerja dan anggaran perusahaan.

Jika pada Persero yang memiliki kekuasaan tertinggu adalah RUPS

maka dalam Perum yang memiliki kekuasaan tertinggi atas perum adalah

Menteri

2. Direksi

Direksi adalah orang/perseorangan yang diberikan wewenang untunk

mengurus BUMN.

Direksi wajib menyiapkan rancangan Rencana Jangka Panjang yang

merupakan rencana strategis yang memuat sasaran dan tujuan BUMN yang

hendak dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Selanjutnya, Rancangan

Rencana Jangka Panjang yang telah ditandatangani bersama dengan

Komisaris/Dewan Pengawas disampaikan kepada RUPS untuk Persero dan

Menteri untuk Perum untuk memperoleh pengesahan. Rencana Jangka

Panjang tersebut sekurang-kurangnya memuat:

a. Evaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang sebelumnya

b. Posisi BUMN pada saat penyusunan Rencana Jangka Panjang

c. Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penyusunan Rencana Jangka Panjang

d. Penetapan misi, sasaran, strategi, kebijakan dan program kerja Rencana

Jangka Panjang.

Direksi juga wajib menyiapkan rancangan Rencana Kerja dan Anggaran

Perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Jangka

Panjang. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan ini sekurang-kurangnya

memuat:

a. Misi, sasaran usaha, strategi usaha, kebijakan perusahaan, dan program

kerja/kegiatan

b. Anggaran perusahaan yang dirinci atas setiap anggaran program

kerja/kegiatan

c. Proyeksi keuangan perusahaan dan anak perusahaannya

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 11

Page 12: makalah tentang BUMN

d. Hal-hal lain yang memerlukan keputusan RUPS untuk Persero dan

Menteri untuk Perum.

Selain itu, Direksi wajib menyiapkan laporan berkala yang memuat

pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.Laporan berkala

tersebut meliputi laporan triwulanan dan laporan tahunan. Selain laporan

berkala Direksi sewaktu-waktu dapat pula memberikan laporan khusus

kepada Komisaris dan/atau RUPS untuk Persero atau kepada Dewan

Pengawas dan/atau Menteri untuk Perum.

Laporan keuangan Persero harus memuat sekurang-kurangnya:

a. Laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir

tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku

sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buk u yang bersangkutan,

laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas

laporan keuangan tersebut

b. Laporan mengenai kegiatan Perseroan

c. Laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

d. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi

kegiatan usaha Perseroan

e. Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh

Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau

f. Nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris

g. Gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan

tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang

baru lampau.

Laporan keuangan Perum memuat sekurang-kurangnya :

a. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru

lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan

serta penjelasan atas dokumen tersebut

b. Neraca gabungan dan perhitungan laba rugi gabungan dari perusahaan

yang tergabung dalam satu grup, disamping neraca dan perhitungan laba

rugi dari masing-masing perusahaan tersebut

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 12

Page 13: makalah tentang BUMN

c. Laporan mengenai keadaan dan jalannya Perum, serta hasil yang telah

dicapai

d. Kegiatan utama Perum dan perubahan selama tahun buku;

3. Komisaris/ Dewan Pengawas

Komisaris / Dewan Pengawas adalah organ Persero/Perum yang berugas

melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada Direksi dalam

menjalankan kegiatan kepengurusan BUMN. Komisaris diangkat dan

diberhentikan oleh RUPS, sedangkan Dewan Pengawas diangkat dan

diberhentikan oleh Menteri.

Orang perseorangan dapat diangkat menjadi Komisaris / Dewan

Pengawas apabila memiliki integritas, dedikasi, memahami masalah –

masalah manajemen perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi

manajemen, memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha

perusahaan, da dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan

tugasnya. Selain itu, mereka harus mampu melaksanakan perbuatan hukum

dan tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyataka bersalah menyebabkan

suatu Persero atau Perum pailit atau tidak pernah dihukum karena

melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara.

E. Pengawasan BUMN

Pengawasan BUMN adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh

Komisaris/Dewan Pengawas untuk menilai BUMN dengan cara

membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang

seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan dan/atau dalam bidang

teknis dan operasional.

Pengawasan Pesero dilakukan oleh Komisaris sedangkan untuk Perum

dilakukan oleh Dewan Pengawas. Pengangkatan dan pemberhentian Komisaris

dilakukan oleh RUPS sedangkan untuk Dewan Pengawas dilakukan oleh

Menteri.

Anggota Komisaris dan Dewan Pengawas dilarang memangku jabatan

rangkap sebagai :

1. Anggota Direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik

swasta

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 13

Page 14: makalah tentang BUMN

2. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

Pemberhentian anggota Komisaris dan Dewan Pengawas dapat terjadi

sewaktu – waktu berdasarkan keputusan RUPS untuk Persero dan Menteri

untuk Perum dimana pemberhentian ini dapat dilakukan apabila berdasarkan

kenyataan, anggota Komisaris dan Dewan Pengawas yang bersangkutan:

1. Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik

2. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau

ketentuananggaran dasar

3. Terlibat dalam tindakan yang merugikan BUMN dan/atau Negara

4. Dinyatakan bersalah dengan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan

hukum yang tetap

5. Mengundurkan diri.

Jabatan anggota Komisaris dan Dewan Pengawas berakhir apabila:

1. Meninggal dunia

2. Masa jabatannya berakhir

3. Diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS untuk Persero dan Menteri

untuk Perum

4. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota Komisaris dan Dewan

Pengawas berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini dan peraturan

perundang-undangan lainnya.

Komisaris dan Dewan Pengawas bertugas untuk:

1. Melaksanakan pengawasan terhadap pengurusan BUMN yang dilakukan oleh

Direksi

2. Memberi nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan kegiatan pengurusan

BUMN.

Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugasnya, Komisaris dan

Dewan Pengawas dapat mengangkat seorang sekretaris Komisaris/Dewan

Pengawas atas beban BUMN. Serta jika dianggap perlu, Komisaris dan Dewan

Pengawas dalam melaksanakan tugasnya juga dapat memperoleh bantuan

tenaga ahli untuk hal tertentu dan jangka waktu tertentu atas beban BUMN.

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 14

Page 15: makalah tentang BUMN

Selain Komisaris / Dewan Pengawas, BUMN juga memiliki unit

pengawas yang meliputi :

1. Satuan Pengawas Intern (SPI)

Satuan Pengawas Intern ini dibentuk di setiap BUMN. SPI dipimpin

oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada Direktur Utama.

Berikut ini adalah tugas dari SPI :

a) Membantu Direktur Utama dalam melaksanakan pemeriksaan

operasional dan keuangan BUMN, menilai pengendalian, pengelolaan

dan pelaksanaannya pada BUMN serta memberikan saransaran

perbaikannya

b) Memberikan keterangan tentang hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan

tugas Satuan Pengawasan Intern kepada Direktur Utama

c) memonitor tindak lanjut atas hasil pemeriksaan yang telah dilaporkan.

2. Komite Audit

Komite audit adalah sebuah komite yang dibentuk oleh

Komisaris/Dewan Pengawas yang bekerja secara kolektif dan membantu

dalam pelaksanaan tugas dari Komisaris/Dewan Pengawas. Komite audit

dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada

Komisaris/Dewan Pengawas.

Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota komite audit adalah:

a.Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja

yang cukup di bidang pengawasan/pemeriksaan

b. Tidak memiliki kepentingan/keterkaitan pribadi yang dapat

menimbulkan dampak negatif dan konflik kepentingan terhadap BUMN

yang bersangkutan

c.Mampu berkomunikasi secara efektif.

Ketua dari komite audit adalah anggota komite audit yang merupakan

anggota Komisaris atau Dewan Pengawas dan jika ternyata ada anggota dari

komite audit yang merupakan anggota atau bagian dari institusi lain maka

institusi asal dari anggota komite audit itu tidak diperbolehkan untuk

memberikan jasa untuk BUMN.

Komite audit bertugas untuk:

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 15

Page 16: makalah tentang BUMN

a) Membantu Komisaris/Dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas

sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal

auditor dan internal auditor

b) Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh

Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal

c) Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem

pengendalian manajemen serta pelaksanaannya

d) Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap

segala informasi yang dikeluarkan perusahaan

e) Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian

Komisaris/Dewan Pengawas serta tugas-tugas Komisaris/Dewan

Pengawas lainnya.

3. Komite Lain

Komisaris dan Dewan Pengawas dapat membentuk komite lain untuk

membantu tugas Komisaris/Dewan Pengawas. Ketentuan lebih lanjut

mengenai komite lain ini diatur dengan Peraturan Menteri.

F. Pembubaran BUMN

Sebagaimana pendiriannya, pembubaran BUMN juga ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah. Untuk pembubaran Persero, pembubarannya

harus dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prinsip – prinsip yang diatur

didalam peraturan perundang – undangan yang mengatur tentang Perseroan

Terbatas.

Pembubaran Perseroan terjadi:

a. Berdasarkan keputusan RUPS

Usulan atas pembubaran Persero yang didasarkan pada keputusan

RUPS dapat diajukan baik oleh Menteri BUMN maupun Menteri

teknis :

1) Dalam hal usulan atas pembubaran BUMN ini diajukan oleh Menteri

BUMN, maka usulan ini disampaikan kepada Presiden disertai

dengan dasar pertimbangan yag telah dikaji bersama dengan Menteri

Keuangan. Pengkajian atas rencana pembubaran Persero ini juga

dapat mengikutkan Menteri Teknis, Menteri lain, dan/atau pimpinan

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 16

Page 17: makalah tentang BUMN

instansi lain yang dianggap perlu dengan ataupun tanpa menggunakan

konsultan independen.

2) Dalam hal usulan atas pembubaran BUMN ini diajukan oleh Menteri

Teknis, maka sebelum usulan ini disampaikan kepada Presiden maka

usulan pembubaran Persero tersebut disampaikan dulu kepada

Menteri BUMN untuk selanjutnya dilakukan pengkajian yang

dikoordinasikan oleh Menteri BUMN.

Pembubaran Perseroan tidak mengakibatkan Perseroan kehilangan

status badan hokum sampai dengan selesainya likuidasi dan

pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan.

Sejak saat pembubaran maka dalam setiap surat yang dikeluarkan oleh

Perseroan dicantumkan kata “dalam likuidasi” di belakang nama

Perseroan. Pembubaran Perseroandimulai sejak saat yang ditetapkan

dalam keputusan RUPS.

b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar

telah berakhir

secara hukum, jika jangka waktu berdirinya sebagaimana tercantum

dalam anggaran dasar Perseroan maka dilakukan pembubaran Perseroan.

Dan paling lambat 30 hari setelahnya, RUPS sudah harus menunjuk

likuidator.

c. Berdasarkan penetapan pengadilan

selain menetapkan Pembubaran Persero, pengadilan juga melakukan

penunjukan likuidator untuk Persero yang dibubarkan tersebut.

Pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan atas:

1) Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar

kepentingan umum atau

2) Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan

perundang-undangan

3) Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya

cacat hukum dalam akta pendirian

4) Permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris

berdasarkan alas an

5) Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 17

Page 18: makalah tentang BUMN

d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak

cukup untuk membayar biaya kepailitan

e. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam

keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

f. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan

melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal

pembubaran Perseroan, likuidator wajib memberitahukan:

1) Kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan dengan cara

mengumumkan pembubaran Perseroan dalam surat kabar dan Berita

Negara Republik Indonesia

2) Pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar

Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi.

Kewajiban likuidator dalam melakukan pemberesan harta kekayaan

Perseroan dalam proses likuidasi meliputi pelaksanaan:

1) Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan

2) Pengumuman dalam surat kabar dan Berita Negara Republik Indonesia

mengenai rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi

3) Pembayaran kepada para kreditor

4) Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham

5) Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan

kekayaan.

Likuidator bertanggungjawab kepada RUPS atau pengadilan yang

mengangkatnya atas likuidasi perseroan yang dilakukan. Likuidator wajib

memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses

likuidasi dalam surat kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan

pembebasan kepada likuidator atau setelah pengadilan menerima

pertanggungjawaban likuidator yang ditunjuknya.

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 18

Page 19: makalah tentang BUMN

Selanjutnya Menteri BUMN akan mencatat berakhirnya status badan

hokum perseroan dan menghapus nama Perseroan dari daftar Perseroan.

Menteri BUMN mengumumkan berakhirnya status badan hukum perseroan

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Pembubaran Perum dapat terjadi karena hal – hal berikut, antara lain :

a. Ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah berdasarkan usulan Menteri

b. Jangka waktu berdiri yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah

berakhir

Paling lambat 1 tahun sebelum jangka waktu berdirinya Perum

berakhir sebagaimana tertera dalam anggaran dasar Perum maka Menteri

dapat mengajukan usulan perpanjangan jangka waktu berdirinya Perum

kepada Presiden. Namun jika usulan itu tidak ditetapka oleh Presiden

hingga waktu berdirinya Perum berakhir maka pada tanggal ituPerum

bubar. Namun, jika Menteri tidak melakukan pengajuan perpanjagan

Perum maka Menteri maka Menteri mengajukan rancangan Peraturan

Pemerintah mengenai Pembubaran Perum kepada Presiden

c. Penetapan pengadilan

Pengadilan dapat membubarkan Perum dimana permohonan

kejaksaan dalam rangka pembubaran Perum didasarkan pada alasan

kuat bahwa Perum melanggar kepentingan umum.Dalam penetapan

pengadilan ini juga ditetapkan pula penunjukan likuidator.

d. Dicabutnya putusan pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga sebab harta

pailit Perum tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan

e. Perum dalam keadaan tidak mampu membayar (insolven) sebagaimana

diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

kepailitan.

Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal

pembubaran Perum, likuidator wajib :

1) Mendaftarkan pembubaran Perum sesuai dengan peraturan perundang-

undangan di bidang wajib daftar perusahaan

2) Mengumumkan pembubaran Perum dalam 2 (dua) surat kabar harian

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 19

Page 20: makalah tentang BUMN

3) Memberitahukan kepada semua kreditornya dengan surat tercatat mengenai

bubarnya Perum.

Dalam hal Perum bubar, maka Perum tidak dapat melakukan perbuatan

hukum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses

likuidasi.Tindakan pemberesan ini meliputi:

1) Pencatatan dan pengumpulan kekayaan Perum

2) Penentuan tata cara pembagian kekayaan

3) Pembayaran kepada para kreditor

4) Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada Menteri

5) Tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan

pemberesan kekayaan

Likuidator yang ditunjuk oleh Menteri bertanggung jawab kepada

Menteri atas pelaksanaan Likuidasi Perum yang dilaksanakannya, sedangka

Likuidator yang ditunjuk oleh Pengadilan bertaanggung jawab kepada

Pengadilan.

Likuidator wajib mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan dan

mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia hasil

akhir proses likuidasi serta mengumumkannya dalam 2 (dua) surat kabar

harian dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah ditetapkannya

keputusan Menteri atau pengadilan mengenai persetujuan atas hasil akhir

likuidasi.

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 20

Page 21: makalah tentang BUMN

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Persero dan

Perum sebagai bentuk dari BUMN yang merupakan badan usaha yang seluruh

atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, memiliki tujuan

umum yaitu untuk memajukan kesejahteraan rakyat.

Dan karena tujuan dan sumber pendanaan BUMN ini maka pengelolaan

BUMN tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dan karena itu ditetapkanlah

Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,

Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.Dengan adanya Peraturan Pemerintah ini

maka dalam rrangka pengelolaan BUMN tidak boleh menyalahi aturan yang

sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut begitu juga aturan

hokum yang mengatur tentang BUMN ini sebagaimana telah disebutkan dalam

bab 2 Pembahasan bagian A. mengenai Dasar Hukum.

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 21

Page 22: makalah tentang BUMN

Daftar Pustaka

Bahan Ajar Pengelolaan Investasi Negara.2010.Jakarta : Sekolah Tinggi Akuntansi

Negara

Undang -undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

Peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,

Pengawasan, dan Pembubaran BUMN

Oktaviana Safitri /2E Kbn/STAN 22