makalah teknologi pendidikan biologi

23
MAKALAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN BIOLOGI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BIOLOGI HUMAN APPROACH DAN CTL APPROACH KELOMPOK III Anggota : Pungki Akmalitasari (13304241001) Mia Noor Shafira P (13304241015) Nita Ayu Nurjannah (13304241036)

Upload: mia-noor-shafira-pridiasari

Post on 17-Sep-2015

251 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

MAKALAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN BIOLOGIPENDEKATAN PEMBELAJARAN BIOLOGIHUMAN APPROACH DAN CTL APPROACH

KELOMPOK III

Anggota :Pungki Akmalitasari (13304241001)Mia Noor Shafira P (13304241015)Nita Ayu Nurjannah(13304241036)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2015PENDAHULUAN

Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga pendidik memiliki relasi bermakna antara pendidikan dengan para peserta didik sehingga mereka mampu menumbuh kembangkan dirinya menjadi pribadi dewasa dan matang. Pendidikan yang efektif adalah yang berpusat pada siswa atau pendidikan bagi siswa. Dasar pendidikannya adalah apa yang men- dunia, minat, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Pendidik membantu peserta didik untuk menemukan, mengembangkan dan mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki(the learners-centered teaching). Ciri utama pendidikan yang berpusat pada siswa adalah bahwa pendidik menghormati, menghargai dan menerima siswa sebagaimana adanya. Komunikasi dan relasi yang efektif sangat diperlukan dalam model pendidikan yang berpusat pada siswa, sebab hanya dalam suasana relasi dan komunikasi yang efektif, peserta didik akan dapat mengeksplorasi dirinya, mengembangkan dirinya dan kemudian mem- fungsi -kan dirinya di dalam masyarakat secara optimal.Tujuan sejati dari pendidikan seharusnya adalah pertumbuhan dan perkembangan diri peserta didik secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan, mampu menghadapi berbagai masalah dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Agar tujuan ini dapat tercapai maka diperlukan sistem pembelajaran dan pendidikan yang humanistik serta mengembangkan cara berpikir aktif-positif dan keterampilan yang memadai(income generating skills). Pendidikan dan pembelajaran yang bersifat aktif-positif dan berdasarkan pada minat dan kebutuhan siswa sangat penting untuk memperoleh kemajuan baik dalam bidang intelektual, emosi/perasaan (EQ), affeksi maupun keterampilan yang berguna untuk hidup praktis. Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia muda(N. Driyarkara). Pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi yang lebih bermanusiawi (semakin penuh sebagai manusia), berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang bertanggungjawab dan bersifat proaktif dan kooperatif. Masyarakat membutuhkan pribadi-pribadi yang handal dalam bidang akademis, keterampilan atau keahlian dan sekaligus memiliki watak atau keutamaan yang luhur. Singkatnya pribadi yang cerdas, berkeahlian, namun tetap humanis.

SUB BAB 1Pendekatan Humanistik (Human Approach)

A. PengertianPendekatan pembelajaran humanistik merupakan memandang manusia sebagai subyek yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Pada hakekatnya setiap diri manusia memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang humanistik yaitu1. Pendekatan dialogisPendekatan dialogis mengajak peserta didik untuk berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Pendidik tidak bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner dialog.2. Pendekatan reflektifPendekatan reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog dengan dirinya sendiri.3. Pendekatan ekspresifPendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan diri dengan segala potensinya (realisasi dan aktualisasi diri).

Oleh karena itu, pendidik tidak mengambil alih tangung jawab, melainkan sekedar membantu dan mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri dan penentuan sikap.Pendidikan yang humanistik menekankan bahwa bagaimana menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi-pribadi dan antar pribadi dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Sebagai pendidik tidak sekedar menstransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga melatih keterampilan verbal kepada para peserta didik. Dengan seperti itu, peserta didik dapat menumbuh kembangkan dirinya secara optimal.

B. Karakter Pembelajaan Pendekatan Humanistik

a. Manusia adalah makhluk yang baik dan dapat dipercaya. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang baik dan berupaya menjalin hubungan yang bermakna dan konstruktif dengan orang lain.b.Manusia lebih bijak daripada inteleknyaManusia lebih bijak dari pikiran-pikiran yang disadarinya bilamana manusia berfungsi dengan cara yang baik dan tidak disentrif.c. Manusia adalah makhluk yang mengalamiYaitu makhluk yang memikirkan, berkehendak, merasakan dan mempertanyakan. Rogers yakin bahwa inti dari kehidupan yang bernilai terletak dalam mengalami sebagai pribadi yang mendalam.d. Kehidupan ada pada saat ini, kehidupan ialah hidup sekarangKehidupan itu lebih dari sekedar tingkah laku otonistik yang ditentukan oleh peristiwa masa lalu, dan nilai kehidupan terletak pada saat sekarang, bukan pada masa lalu atau pada saat yang akan datang.e. Manusia adalah makhluk yang bersifat subyektifTingkah laku manusia hanya dapat dipahami berdasarkan dunia subyektifnya, yaitu bagaimana individu itu memandang diri dan lingkungannya.f. Hubungan manusiawi yang mendalam merupakan salah satu kebutuhan yang terpokok manusia. Meningkatkan hubungan antar pribadi yang mendalam memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber kesejahteraan mental manusiag. Manusia memiliki kecenderungan kearah aktualisasiKecenderungan manusia adalah bergerak ke arah pertumbuhan, kesehatan, penyesuaian, sosialisasi, realisasi diri, kebebasan dan otonomi.

C. Model PembelajaranPendekatan humanistik terdapat dua model pembelajaran, yaitu: model pengawasan diri dan model reduksi tekanan jiwa.

1. Model pengawasan Diridengan Mode-mode Perilaku : mengatur Lingkungan Sekitar Sendiri

Model pengawasan Diri adalah pola belajar yang diarancang untuk melatih siswa mengenal prinsip-prinsip perilaku, melakukan pengawasan diri sendiri untuk berperilaku yang baik. Rancangan pola belajar tersebut mengubah keadaan lingkungan sehingga mendorong terjadinya perilaku baru yang dikehendaki.Urutan Langkah MengajarPengajaran dengan model Pengawasan Diri mengenal empat kegiatan sebagai berikut :a)Langkah kesatu : guru mengenalkan bahasa tentang pengawasan diri untuk berperilaku lebih baik.b)Langkah kedua : gurumengemukakan prinsip-prinsip perilaku yang baik.c)Langkah ketiga : guru mengajak siswa untuk membuat program pengawasan diri.d)Langkah keempat : guru meminta siswa untuk melaksanakan program pengawasan diri sendiri.Hubungan guru siswa dalam Model pengawasan Diri tergolong moderat, yang secara berangsur mmenjadi semakin rendah. Perilaku hubungan tersebut sebagai berikut :a)Guru mengemukakan aturan perilaku dalam melaksanakan programb)Guru meminta sisiwa melaksanakan program sendiric)Guru semula melakukan pemantauan, tetapi kemudian mendorong siswa melaksanakan pengawasan atas kegiatannya sendiri.d)Siswa melaksanakan penilaian atas perilaku dan programnya, dan kemudian melakukan perbaikan atas perilaku programnya sendiri.

Pendukung Keberhasilan Belajara)Guru memberanikan siswa untuk melakukan pengawasan diri atas perilaku sendirib)Siswa melaksanakan program pengawasan diri sendiric)Siswa berani menilai diri sendiri dan melakukan perbaikan perilakunya sendiri.

2. Model Reduksi Tekanan Jiwa : suatu Prosedur Dasar untuk mengurangi Kegelisahan

Model Reduksi : Tekanan jiwa adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk melatih siswa dapat mengganti perilaku yang tidak cocok dengan perilaku yang baik, dapat mengurangi kegelisahan menjadi perilaku yang menyenangkan, dan memiliki kebiasaan hidup sehat.Urutan Langkah MengajarPengajaran dengan Model Reduksi Tekanan Jiwa mengenal urutan langkah sebagai berikut :a)Langkah kesatu : guru mengenalkan program dengan cara meminta siswa untuk duduk secara santai, sehingga merasa nyaman dan senang.b)Langkah kedua : menghangatkan suasanan menuju santai dengan cara menjelaskan orientasi secara umum tentang jalannya pengajaran.c)Langkah ketiga : proses bersantai yang sebenarnya, guru memelihara kenyamanan, kelembutan dan suasana harmonis.d)Langkah keempat : Proses mengakhiri persantaian, guru meminta siswa sepenuhnya bersantai agarbebas dari ketegangan.e)Langkah kelima : guru melaksanakan wawancara dan bertukar pikiran dengan siswa, dalam kesempatan ini siswa berpendapat tentang proses pengajaran.

Dari beberapa literatur pendidikan, ditemukan beberapa model pembelajaran yang humanistik ini yakni: a. Humanizing of the classroomModel ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak manusiawi, sehingga banyak menyebabkan peserta didik putus asa. Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal: menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatu padukan kesadaran hati dan pikiran. Perubahan yang dilakukan tidak terbatas pada substansi materi saja, tetapi yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi. Kasus ini banyak terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Humanizing of the classroom ini dicetuskan oleh John P. Miller yang terfokus pada pengembangan model pendidikan afektif.

b. Active learning Dicetuskan oleh Melvin L. Silberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, dan menarik. Active learning menyajikan 101 strategi pembelajaran aktif yang dapat diterapkan hampir untuk semua materi pembelajaran.

c. Quantum learning Merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat-ganda. Salah satu konsep dasar dari metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan baik.Sedang quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan kekuatan yang integral. Quantum teaching berisi prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan hasil belajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Dalam prakteknya, model pembelajaran ini bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkanlah dunia kita ke dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian merupakan kegiatan full content yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya, diselaraskan hingga mencapai harmoni (diorkestrasi).

d. The accelerated learning Merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave Meier menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mengambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).Bobbi DePorter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan, tampak tidak mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.

D. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Pendekatan Hmanistik Kelebihannya1. Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, sikap, analisis terhadap fenomena social2. Siswa merasa senang , berinisiatif dalam belajar3. Guru menerima siswa apa adanya, memahami jalan pikiran siswa4. Siswa di tuntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan baik kekurangan 1. Bersifat individual 2. Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung3. Sulit di terapkan dalam konteks yang lebih praktis4. Perseta didik kesulitan dalam mengenal dan potensi yang ada pada diri mereka

SUB BAB IIContextual Teaching and Learning Approach

A. Pengertian CTLCTL adalah singkatan dari Contextual Teaching and Learning. Konteks berasal dari kata kerja latin contexere yang berarti menjalin bersama. Kata konteks merurjuk pada keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan yang berhubngan dengan diri, yang terjalin bersamanya (Websters New World Dictionary). Teaching adalah refleksi sitem kepribadian sang guru yang bertindak secara professional; Learning adalah refleksi kepribadian siswa yang menunujukan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan. Sesuai dengan kedua definisi ini, dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator tanpa henti, yakni membantu siswa menemukan makna (pengetahuan). Pada dasarnya siswa memiliki response potentiality (potensi diri) yang bersifat kodrati. Keinginan untuk menemukan makna adalah sangat mendasar bagi manusia. Tugas utama pendidik adalah memberdayakan potensi diri ini sehingga siswa terlatih menangkap makna dan materi yang diajarkan. Ada beberapa pengertian mengenai CTL yang diberikan oleh beberapa ahli, disini ditampilkan lima pengertian yang berbeda.Pertama, pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran konstektual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan social dan budaya masyarakat. Kelebihan konsep belajar ini yaitu hasil pembelajaran diharapkan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Kedua, CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingg mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.Ketiga, CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserat didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.Keempat, pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pellajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalm kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja.Kelima, CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan anatara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif.

B. Karakteristik Pembelajaran CTL ApproachPembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut:1) Pembelajaran dilakasanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapian ketermapilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugus-tugas yang bermakana (meaningful learning).3) Pembelajaran yang dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakana kepada siswa (learning by doing).4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in group).5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerjasama dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan kerjasama (learning to ask, to inquiry, to work together).7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

C. Manfaat CTL dalam Proses PembelajaranManfaat CTL dalam proses pembelajaran, konsep akan lebih bermakna bagi siswa jika pengetahuan baru siswa diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi, berkomunikasi dengan orang lain dan menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari hari. Hal tersebut sesuai dengan tujuh komponen dalam CTL yaitu :1. KonstruktivismeKonstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk dari dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor tersebut sama pentingnya, dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya. Lebih jauh Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut :a. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan mellaui kegiatan subjek.b. Subjek membentuk skema kognitif , kategori , konsep dan stuktur yang perlu untuk pengetahuan.c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman pengalaman seseorang.

Asumsi itu yang kemudian melandasi CTL . Pembelajaran CTL pada dasarnya mendorong agar siswa dapat mengonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.

2. Menemukan ( Inquiry)Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan mengingat seperangkat fakta fakta , tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannnya. Menemukan akan melalui proses siklus inquiry yaitu obsevasi, bertanya, mengajukan dugaan ( hipotesis), pengumpulan data dan penyimpulkan. Langkah langkah kegiatan inquiry adalah sebagai berikut :a. Merumuskan masalahb. Mengamati atau melakukan observasic. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan , bagan, table dan karya lainnyad. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lain

3. BertanyaBertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan dan aspek penting dari pengetahuan menggunakan pertanyaan dalam pembelajran berbasis inkuiri sangartlah mendasar. Guru menggunakan pertanyaan untuk menuntun siswa berpikir dan membuat penilaian secara kontinyu terhadap pemahaman siswa. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Pertanyaan dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, berbagai macam bentuk dan berbagai macam jawaban yang ditimbulkannya.

4. Masyarakat BelajarDalam masyarakat belajar, hasil pembeljaran dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar dapat diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan antara mereka yang tahu ke mereka yang belum tahu. Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih mungkin untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar untuk menghargai orang lain dan membangun persetujuan bersama. Dengan bekerja sama, para anggota kelompok akan mampu mengatasi berbagai rintangan , bertindak mandiri dengan penuh tanggung jawab, mengandalkan bakat setiap anggota, mempercayai orang lain, mengeluarkan pendapat dan mengambil keputusan.

5. PemodelanSebuah proses pembelajaran , keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Permodelan pada dasarnya membahas gagasan yang dipikirkan , mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswa belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan para siswanya untuk belajar. Permodelan dapat berbentuk demonstrasi , pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.

6. Refleksi Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas dalam konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.Realisasi dari refleksi dapat berupa pertanyaan langsung tentang apa yang diperolehnya pada hari itu, catatan atau jurnal di buku suswa, kesan, dan saran mengenai pembelajaran hari itu, diskusi dan hasil karya.

7. Penilaian yang sebenarnya ( authentic assessment)Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerja sama dan menanamkan tingkat beripikir yang lebih tinggi. Karena tugas tugas yang diberikan dalam penilaian autentik mengharuskan penggunaan strategi strategi tersebut, maka para siswa biasa menunjukkan penguasaannya terhadap tujuan pembelajaran dan kedalaman pemahamannya. Penilaian autentik mengajak siswa menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan bermakna.

Langkah langkah Penerapan CTLPembelajaran CTL, seorang guru berperan dalam memilih, menciptakan dan menyelenggarakan pembelajaran yang menggabungkan seberapa banyak bentuk pengalaman siswa termasuk aspek sosial, fisikal dan psikologi untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam lingkungan sekitar, siswa menemukan hubungan yang bermakna antara ide abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks nyata. Siswa akan memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal dengan kerangka berfikir yang dimilikinya.Seorang guru dalam melaksanakan kegiatan CTL dikelas , harus memperhatikan langkah langkah pembelajaran sebagai berikut :1. Guru memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran3. Guru membagi kelompok 4. Melakukan percobaan 5. Diskusi kelompok6. Hasil diskusi dipresentasikan7. Menerapkan konsep8. Menyimpulkan9. Penugasan

Dengan memperhatikan langkah langkah pembelajaran diatas diharapkan akan lebih mempermudah dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL.