makalah teaching and learning

75
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fakta di dunia pendidikan Indonesia saat ini, proses belajar mengajar sebagai inti dari pendidikan formal di sekolah masih menemui berbagai kendala. Berbagai latarbelakang, motif dan kronologi menjadi faktor-faktor penghambat terjadinya proses belajar mengajar ideal yang interktif, edukatif, inovatif, menantang dan menyenangkan, sebagaimana kebutuhan dalam menjawab tantangan pendidikan dimasa sekarang. Berikut beberapa fenomena nyata yang terjadi dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan. Orientasi Baru Psikologi Pendidikan_______________________________ _ 1

Upload: milma-yasmi

Post on 10-Mar-2016

230 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Orientasi Baru

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fakta di dunia pendidikan Indonesia saat ini, proses belajar

mengajar sebagai inti dari pendidikan formal di sekolah masih menemui

berbagai kendala. Berbagai latarbelakang, motif dan kronologi menjadi

faktor-faktor penghambat terjadinya proses belajar mengajar ideal yang

interktif, edukatif, inovatif, menantang dan menyenangkan, sebagaimana

kebutuhan dalam menjawab tantangan pendidikan dimasa sekarang.

Berikut beberapa fenomena nyata yang terjadi dalam proses belajar

mengajar di dunia pendidikan.

Sumber :http://roebyarto.multiply.com/journal/item/57?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 1

Beberapa kejadian dari berbagai daerah, tersebut memperlihatkan

proses belajar mengajar di sekolah masih menekankan pada pendekatan

fisik dan tekanan mental yang menyudutkan dan bersifat memvonis siswa.

Proses belajar mengajar yang tidak efektif juga dipengaruhi keterbatasan

kemampuan dan wawasan guru dalam hal metodik didaktik pengajaran,

penguasaan psikologi perkembangan siswa cenderung menjadikan guru

melakukan pendekatan kekerasan dalam proses belajar mengajar. Hal ini

banyak disoroti dalam pemberitaan dari media massa.

Sumber :http://edukasi.kompas.com/read/2010/08/02/19244692/Kurang.Kreatif.Guru.Pilih.Kekerasan

Fakta ini didukung dengan hasil penelitian dari USAID Amerika

serikat berdasarkan hasil penelitian, bahwa kemampuan guru dan dosen

dalam mengembangkan proses belajar siswa untuk aktif dalam

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 2

pembelajarannya mengajar masih lemah. Hal ini diindikasikan dari metode

penyampaian materi masih didominasi dengan metode ceramah.

Kenyataan ini terjadi pada jenjang pendidikan dasar, menengah hingga

pendidikan tinggi di Indonesia.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/10/04/mbde41-kekerasan-dunia-pendidikan-disebabkan-banyak-faktor

Fenomena-fenomena tersebut memberikan gambaran kepada kita,

bahwa masih rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan proses

belajar mengajar siswa terutama dalam kegiatan tatap muka yang

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 3

merupakan interaksi utama antar siswa dan guru inclass. Dalam proses

belajar mengajar tatap muka guru masih dominan menggunakan metoda

ceramah, yang tingkat keberhasilannya sangat kurang signifikan terhadap

keberhasilan dan perubahan perilaku siswa sebagai hasil pendidikan.

Beberapa kenyataan dalam proses belajar mengajar diantaranya

kegiatan teaching learning yang masih terpusat pada guru, sikap pendidik

yang tak acuh dan kurangnya kesadaran guru pada kondisi siswa. Hal ini

mengakibatkan guru cenderung bersikap apriori terhadap keberhasilan

pembelajaran. Para guru tidak berusaha memahami kondisi yang terjadi

pada diri siswa, atau lebih jauh mencari penyebab kesulitan yang dialami

siswa dalam belajar. Terkadang pendidik hanya menuntut keberhasilan

siswa diakhir pembelajaran, tanpa menghiraukan proses belajar, kondisi

dan keadaan siswa yang merupakan bagian dari proses pengalaman

belajar yang akan selalu diingat siswa secara permanen.

Sikap lain yang sering muncul dalam diri guru, jika terjadi

kegagalan dan kesalahan pada proses pembelajaran, pendidik cenderung

memilih memberikan hukuman kepada siswa --baik secara langsung

maupun tidak langsung--, daripada memberikan advise kepada siswa dan

menelusuri kendala utama yang menjadi latar belakang permasalahan

dalam pembelajaran siswa. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan

bersifat behavioristik dengan memberi tugas tambahan, hukuman dengan

pendekatan fisik dan mental. Hal ini tidak akan memberikan kontribusi

positif dalam penyelesaian permasalahan siswa tanpa adanya diagnosa

yang dilakukan guru untuk menanggulangi kegagalan siswa dalam belajar.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 4

Padahal, kita sepakat bahwa pendidikan adalah upaya mutlak

untuk memperoleh sumberdaya manusia yang unggul dan berkualitas

bagi suatu bangsa. Pendidikan harus mampu meningkatkan mutu

pendidikan generasi muda yang progresif dan komprehensif. Berbagai

upaya pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan selama ini telah

dilakukan, mulai dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional hingga

berbagai kebijakan dan peraturan pemerintah yang disusun dan

dikembangkan dalam rangka pengejawantahan pengelolaan pendidikan

secara holistik dan sistemis dalam kerangka negara secara menyeluruh.

Pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS merupakan

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Memaknai pendidikan tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran

dan proses belajar mengajar. Sehingga belajar menitikberatkan pada

suatu proses kegiatan penggalian ilmu yang tidak hanya berorientasi pada

hasil atau tujuan belajarnya saja. Belajar bukan hanya bagaimana

mengingat, akan tetapi belajar lebih bermakna pada bagaimana proses

pengalaman penggalian ilmu, dan mengkonfirmasi kebenaran ilmunya,

pengulangan dan penguatan hingga terjadi perubahan perilaku yang

permanen pada siswa. Hasil belajar dapat diamati berdasarkan indikator-

indikator ketercapaian dari proses pembelajarannya. Artinya, proses

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 5

perubahan yang terjadi dalam diri seorang siswa tampak secara tangible

dan eksplisit, dari indikator penguasaan pengetahuan, peningkatan

kemampuan psikomotorisnya dan terbentuknya gejala-gejala perubahan

perilaku pada siswa yang lebih baik.

Proses belajar mengajar seharusnya suatu kegiatan edukatif yang

bernilai, interaktif, komunikatif, inovatif menantang dan menyenangkan

dalam interaksi antara guru dengan siswa. Proses interaksi edukatif terjadi

jika kegiatan belajar mengajar dilakukan mengarah pada pencapaian

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dengan berbagai metode

yang students oriented. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan

pengajaran secara sistematis dan sistemik dengan memanfaatkan segala

sumberdaya dan bahan pembelajaran dengan menciptakan suasana serta

metode relevan untuk kepentingan pengajaran.

Dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar, guru seharusnya

memperhatikan keragaman potensi siswa dan berusaha menumbuhkan

kesadaran siswa pentingnya belajar, sehingga siswa merasa bahwa

belajar adalah sebuah kebutuhan. Lebih lanjut, siswa harus dianggap

sebagai makhluk yang dinamis, sehingga harus diberi kesempatan untuk

menentukan harapan dan tujuan mereka. Sehingga kemampuan guru

tentang psikologi perkembangan siswa sangat dibutuhkan dalam

peranannya mengenali siswa didiknya secara utuh.

Seiring perkembangan dunia dalam teknologi informasi dan

komunikasi, paradigma guru seharusnya berubah. Guru bukanlah satu-

satunya sumber pengetahuan dan orang yang paling serba tahu, serta

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 6

bukan sebagai pusat pembelajaran. Guru merupakan bagian dari

instrumen pembelajaran, disamping sumber bahan ajar, metoda dan

kurikulum. Dengan perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi

siswa bisa mendapat informasi dari berbagai sumber bahan ajar dan

literatur elektronis maupun cetak sehingga pembelajaran sekarang harus

berpusat pada siswa (students centered). Dengan proses belajar

mengajar tidak tergantung pada textbook bahan ajar dan metode –metode

pengajarannya hanya tekstual yang bersifat statis. Peran guru sebagai

pendidik lebih sebagai penasehat, fasilitator, kolaborator, penunjuk arah,

pemberi semangat dan rekan dalam memberi penguatan dari temuan

selama proses pembelajaran siswa.

Menilik kondisi nyata proses pendidikan yang masih

memprihatinkan ini, harus menjadi perhatian bersama dalam mengurut

benang merahnya permasalahan utama dari pendidikan bangsa. makalah

ini berusaha menguraikan problematika yang terjadi dalam konteks proses

belajar mengajar sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan formal

dalam jenjang pendidikan menengah. Proses belajar mengajar (teaching

learning) akan dilihat dari perspektif psikologi, metoda yang relevan bisa

dikembangkan, realita dan urgensi pelaksanaan Teaching and Learning

dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

B. Fokus Permasalahan

Fokus permasalahan dalam kajian ini akan dispesifikan pada

beberapa aspek sebagai berikut ;

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 7

1. Hakekat dan filosofi teaching and learning.

2. Urgensi teaching and learning dalam pendidikan.

3. Pendekatan psikologi siswa dalam pengembangan teaching and

learning.

4. Teknik-teknik teaching and learning yang efektif dan edukatif

(PAIKEM).

C. Tujuan Pembahasan

Makalah ini bertujuan;

1. Menguraikan proses kegiatan belajar mengajar (teaching and

learning) sebagai suatu proses pembelajaran yang menyenangkan.

2. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang menjadi

kendala utama sehingga terjadi penyimpangan dan kesalahan

dalam pendekatan pelaksanaan teaching and learning dalam

pembelajaran inclass.

3. Menguraikan Kontribusi metoda dan teknik teaching and learning

dalam peningkatan mutu pendidikan siswa.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat dan filosofi Belajar dan Mengajar (Teaching and Learning)

Secara etimologi menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata

“Belajar” adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Menurut istilah para ahli, Muhibbin Syah mengatakan “Bahwa

belajar adalah tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif dan

menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif”1. Sedangkan menurut M. Sobry Sutikno, mengartikan

“Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”2. Senada dengan itu,

Djamarah, Syaiful Bahri, :2008, mengatakan bahwa “Belajar

adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotor”3.

1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hl. 2 M. Sobry Sutikno, 2011, hl.33 Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar. (Jakarta : Rineka Cipta; 2008), hl.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 9

Menurut Cronchbach dalam Djamarah, Syaiful Bahri,

mengemukakan “Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”4. Menurut Howard

L. Kingskey mengatakan “Belajar adalah proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan”5. Dalam The

Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984) mengemukakan

“Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena

adanya interaksi antara individu  dengan individu,  dan individu dengan

lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan

lingkungannya”6. Kemudian H.C. Witherington dalam Educational

Psychology menjelaskan “Belajar sebagai suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi

berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian”7.

Selanjutnya menurut Winkel, belajar adalah “Aktivitas mental atau psikis,

yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan, nilai dan sikap”.

Faktor-faktor alamiah pendorong manusia memiliki keinginan untuk

belajar diantaranya, pertama adanya dorongan rasa ingin tahu. Kedua,

adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya, 3. Segala aktivitas

manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan

4 ibid5 Ibid6 W.H. Burton, The Guidance of Learning Activities (1984)7 H.C. Witherington, Educational PsychologyOrientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 10

biologis sampai aktualisasi diri –konsep Abraham Maslow--, 4. Untuk

melakukan penyempurnaan dari semua yang telah diketahuinya, 5. Agar

mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. 6. Untuk

meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri. 7. Untuk

mencapai cita-cita yang diinginkan. 8. Untuk mengisi waktu luang.

Badan PBB untuk pendidikan dan kebudayaan (UNESCO)

mengkategori jenis belajar ke dalam empat pilar. Empat pilar tersebut

adalah, 1. Learning to know, bermakna bagaimana belajar, dalam hal ini

ada tiga aspek ; apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang

belajar. 2. Learning to do, hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu

seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja mencari nafkah.

Sehingga hasil belajar harus dapat mengembangkan keterampilan dan

kompetensi untuk berkarya di dunia kerja. 3. Learning to live together,

menekankan seseorang yang belajar mampu hidup bersama, memahami

orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang

lain secara harmonis. 4. Learning to be, menekankan belajar pada

pengembangan potensi alamiah insani sesuai martabat manusia. Setiap

individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri.

Sehingga mengenali jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya

serta kompetensinya dalam membangun pribadi yang utuh.

Mengajar merupakan suatu proses transformasi keilmuan dari guru

kepada muridnya dengan berbagai cara dan metode yang dapat diterima

oleh siswa secara utuh dan menyeluruh. Inti proses mengajar dilakukan

dengan kegiatan tatap muka, yang melibatkan interaksi pengajar dan

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 11

pembelajar dalam hal ini siswa. Maka terjadi eksplorasi, elaborasi,

konfirmasi keilmuan yang diberikan secara dua arah. Sehingga akan

terjadi penguatan dari keilmuan yang dipelajari siswa.

Pengertian mengajar menurut Arifin : 1978 dalam Muhibbin (2010)

mendefinisikan mengajar sebagai “....suatu rangkaian kegiatan

penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima,

menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu”8.

Sedangkan Tyson dan Caroll (1970) menyimpulkan mengajar sebagai

“......a way working with student... a process of intection...the teacher does

something to student; the students do something in return”9.

Kegiatan mengajar dalam pendekatan klasik, masih berorientasi

pada keaktifan dan berpusat pada guru dalam memberikan informasi.

Guru secara aktif menggali potensi dan merangsang siswa dengan

berbagai metodik didaktik supaya siswa belajar. Disamping itu, guru juga

merupakan pusat informasi dan ilmu bagi siswa, sehingga siswa akan

sangat tergantung dengan kompetensi dan kapasitas gurunya.

Mengajar harus memiliki tahapan yang terukur, menurut Muhibbin

setidaknya ada tiga tahapan dalam mengajar, meliputi ; pertama tahap

prainstruksional, yaitu persiapan sebelum memulai mengajar. Kedua,

tahap instruksional, proses pelaksanaan mengajar. Ketiga tahap evaluasi

dan tindaklanjut, yaitu penilaian atas hasil belajar setelah mengikuti

pelajaran dan penindaklanjutannya.

8 Muhubbin Syah, Op.Cit., 1799 ibidOrientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 12

Seiring perubahan zaman terutama dalam teknologi komunikasi

dan informasi, maka terjadi pergesaran makna mengajar. Mengajar

sekarang dimaknai sebagai hubungan dua arah transformasi keilmuan

antara guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini terjadi

salahsatunya diakibatkan karena banjirnya informasi melalui dunia

teknologi melalui kemajuan penyebaran informasi dan komunikasi yang

sangat pesat. Hal ini berimplikasi pada dunia pendidikan yang

memungkinkan proses penangkapan informasi bisa didahului diterima

siswa sebelum gurunya. Sehingga terjadilah perubahan paradigma dan

pendekatan pendidikan dalam berbagai aspek, mulai dari metodik

didaktik, muatan isi pembelajaran hingga dinamika perkembangan

keilmuan dalam pendidikan terus berubah secara periodik dan dinamis.

Kenyataan perkembangan dunia dalam teknologi informasi dan

komunikasi mendorong semua pemangku kepentingan dari lingkup makro,

messo hingga mikro untuk melakukan terobosan dalam menyajikan pola

belajar mengajar yang lebih interaktif dengan siswa.

B. Pembelajaran

Secara etimologi, menurut kamus besar bahasa Indonesia,

pengertian “Pembelajaran” adalah proses, cara menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar.

Pengertian pembelajaran menurut istilah beberapa ahli

sebagaimana Duffy dan Roehler (1989) mengartikan “Pembelajaran

adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan

pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 13

kurikulum”10. Lebih lanjut, Gagne dan Briggs (1979:3) mengartikan

instruction atau pembelajaran “adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang

dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan

mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal”.

Menurut Winkel (1991), pembelajaran adalah “Separangkat

tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan

memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap

rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa”11.

Dalam pembelajaran terjadi pengkondisian dan pengaturan

lingkungan belajaran dengan berbagai instrumen pendukung, diantaranya

kurikulum, metoda dan sistematika pengajaran, buku dan literatur bahan

ajar dan peranan guru secara langsung. Sehingga memungkinkan terjadi

proses belajar yang ideal dan proporsional dalam rangka mencapai tujuan

belajar sesuai topik pelajaran yang disajikan. Hasil proses pembelajaran

tersebut diharapkan dapat melekat secara permanen bagi siswa, baik

dalam aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan refleks (psikomotorik)

dan perubahan perilaku (afektif)sebagai hasil bertambahnya pemahaman

keilmuan siswa. Ketiga aspek tersebut merupakan ciri atau indikator dari

hasil belajar. Untuk mencapai keberhasilan pemenuhan tiga indikator

tersebut harus ada usaha yang berkesinambungan dan interaksi intensif

dalam kegiatan belajar mengajar dengan lingkungan belajar siswa.

10 Djamarah, Syaiful Bahri, Op. Cit., 18711 Ibid 188Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 14

C. Urgensi teaching and learning dalam pendidikan

Menurut Robert M. Gagne dalam Udin S.Winataputra,

mengemukakan manusia memilki beragam potensi, karakter, dan

kebutuhan dalam belajar yang dikelompokan pada delapan tipe jenis

belajar12. Jenis-jenis belajar menurut Gagne sebagai berikut ;

1. Belajar isyarat (signal learning). Contohnya yaitu seorang guru yang

memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa

tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.

2. Belajar merangsang ketaggapan (stimulus respon). Contohnya yaitu

seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran

tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya.

3. Belajar merantaikan (chaining). Contohnya yaitu pengajaran tari atau

senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk

mencapai tujuannya.

4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Contohnya yaitu Membuat

langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek

tertentu.Membuat prosedur dari praktek kayu.

5. Belajar membedakan (discrimination). Contohnya yaitu seorang guru

memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau

benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi

masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar.

12 Udin S.Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), hl. 9 – 11Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 15

6. Belajar konsep (concept learning). Contohnya memahami sebuah

prosedur dalam suatu praktek atau juga teori.

7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini merupakan tipe belajar untuk

menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan

beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan

dalam bentuk kalimat.

8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Contohnya seorang

guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswanya untuk

memancing otak mereka mencari jawaban penyelesaian masalahnya.

Selanjutnya Gagne membuat sistematika jenis belajar dengan

mengelompokan hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu

rumpun katagori, yaitu ;

1. Keterampilan intelektual, kemampuan seseorang untuk berinteraksi

dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol huruf, angka,

kata atau gambar.

2. Informasi verbal, seseorang belajar menyatakan atau menceritakan

suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk

dengan cara menggambar.

3. Strategi kognitif, kemampuan seseorang untuk mengatur proses

belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.

4. Keterampilan motorik, seseorang belajar melakukan gerakan secara

teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khas

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 16

keterampilan motorik adalah otomatism yaitu gerakan berlangsung

secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes.

5. sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan

pilihan-pilihan dalam bertindak.

Sedangkan menurut Benyamin S. Bloom (1956), seorang ahli

pencetus konsep taksonomi belajar yang pengelompokkan tujuan

pembelajaran berdasarkan domain atau kawasan belajar. Bloom

Mengkategorikan jenis belajar pada tiga domain belajar yaitu; 1. Kawasan

Kognitif (Cognitive Domain). Adalah kawasan yang berkaitan dengan

aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran

atau nalar. Yang terdiri dari,

Pengetahuan (Knowledge).

Pemahaman (Comprehension).

Penerapan (Aplication)

Penguraian (Analysis).

Memadukan (Synthesis).

Penilaian (Evaluation).

Domain belajar kedua adalah kawasan afektif (Affective Domain).

Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti

perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Yang

terdiri dari,

Penerimaan (receiving/attending).

Sambutan (responding).

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 17

Penilaian (valuing).

Pengorganisasian (organization).

Karakterisasi (characterization)

Domain belajar Ketiga, merupakan kawasan psikomotorik

(Psychomotor Domain). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-

aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan

otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari,

Kesiapan (set)

Meniru (imitation)

Membiasakan (habitual)

Adaptasi (adaption)

D. Prinsip Belajar dan Mengajar dalam Pembelajaran

Beberapa prinsip pembelajaran yang dikemukakan Atwi Suparman

dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut;

1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari

respon yang terjadi sebelumnya.

2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di

bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.

3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau

berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat akibat menyenangkan.

4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas

akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 18

5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk

belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan

pemecahan masalah.

6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi

perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.

7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai

umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.

8. Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil

dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.

9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan

dasar yang lebih sederhana.

10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi

informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.

11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada

yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.

12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan

mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan

umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.

Sedangkan Gagne (1997) Dalam buku Condition of Learning,

mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam

melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut,

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 19

1. Menarik perhatian (gaining attention), hal yang menimbulkan minat

siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi,

atau kompleks.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the

objectives), memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa

setelah selesai mengikuti pelajaran.

3. Mengingatkan konsep / prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall

or prior learning), merangsang ingatan tentang pengetahuan yang

telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi baru.

4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus),

menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.

5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance),

memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur

berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.

6. Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance), siswa

diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau

penguasaannya terhadap materi.

7. Memberikan balikan (providing feedback), memberitahu seberapa

jauh ketepatan performance siswa.

8. Menilai hasil belajar (assessing performance), memberitahukan tugas

untuk mengetahui penguasaan tujuan pembelajaran.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 20

9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and

transfer). Merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer

dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau

mempraktekkan apa yang telah dipelajari.

E. Pemahaman Psikologi Siswa dalam Pengembangan Teaching and Learning.

Peranan psikologi dalam teaching and learning yaitu, memahami

posisi siswa sebagai pelajar, memahami prinsip dan teori pembelajaran,

memilih metode-metode pengajaran, menetapkan tujuan pembelajaran,

menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, memilih dan

menetapkan isi pengajaran, membantu siswa menghadapi kesul i tan

dalam pembelajaran, memilih alat bantu pengajaran, menilai hasil

pembelajaran, memahami dan membimbing kepribadian siswa.

Aspek-Aspek Psikologis Dalam Proses Teaching and Learning

Perilaku belajar siswa dalam psikologi pendidikan, diartikan

sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan. Dalam hubungannya

dengan proses belajar, yang harus dikenali oleh para pengajar adalah

metakognisi dan persepsi sosial-psikologis pelajar.

Metakognisi adalah pengetahuan seorang individu terhadap proses

dan hasil belajar yang terjadi dalam dirinya serta hal-hal lain yang terkait.

Hal ini berarti bahwa agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif,

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 21

maka pelajar seharusnya mampu mengenal proses dan hasil yang terjadi

dalam dirinya. Untuk itu para pengajar hendaknya mampu mengenali dan

membantu siswanya. Sedangkan yang dimaksud dengan persepsi sosio-

psikologis adalah sampai seberapa jauh pelajar mempersepsi proses

belajar yang berlangsung beserta situasi-situasi yang berpengaruh.

Perilaku hasil proses belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik. Para pengajar diharapkan mampu mengakomodir

ketercapaian aspek-aspek perubahan perilaku ini dalam perencanaan

kegiatan belajar-mengajar, dan mengembangkannya setelah kegiatan

belajar berakhir. Pada akhirnya proses belajar-mengajar diharapkan

mampu menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai karakteristik

sebagai 1) pribadi yang mandiri, 2) pelajar yang efektif, 3) pekerja yang

produktif, 4) anggota masyarakat yang baik.

Perilaku mengajar guru dituntut harus mampu mewujudkan perilaku

mengajar secara tepat agar menjadi perilaku belajar yang efektif dalam

diri siswa. Guru juga dituntut untuk menciptakan situasi balajar-mengajar

yang kondusif. Guru tidak terbatas sebagai pengajar dalam arti penyampai

pengetahuan, tetapi lebih dari itu sebagai perancang pengajaran, manajer

pengajaran, dan pengevaluasi hasil belajar, dalam mewujudkan perilaku

mengajar secara tepat.

Perwujudan perilaku guru sebagai pengajar dan siswa sebagai

pelajar akan nampak pada interaksi antar keduanya. Dalam interaksi ini

terjadi proses saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 22

pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya hasil belajar. Sekurang-

kurangnya ada tiga hal dalam interaksi pelajar-pengajar yaitu proses

belaja, metode mengajar, dan pola-pola interaksi.

Pendekatan psikologi dalam pendidikan terdapat empat aliran, yaitu

behaviorisme, humanisme, konstruktivisme dan cognitivisme. aliran

Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan psikologi pendidikan

yang didasari pada keyakinan bahwa anak dapat dibentuk sesuai dengan

apa yang diinginkan oleh orang lain yang membentuknya. Sehingga

perilaku akan diperoleh individu setelah melakukan interaksi dengan

lingkungan yang telah dikondisikan.

Penerapan Teori Behaviorisme dalam pembelajaran berpengaruh

terhadap arah pengembangan teori dan praktek pembelajaran yang

menitikberatkan pada refleks organ tubuh dalam konteks keterampilan.

Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai

hasil belajar. Teori behavioristik ini dengan model hubungan stimulus

responnya, memposisikan pembelajar sebagai individu yang pasif.

Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau

pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan

reinforcement / penguatan dalam bentuk hukuman.

Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran

tergantung pada beberapa hal, seperti tujuan pembelajaran, sifat materi

pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang

tersedia. Pembelajaran yang dirancang sesuai teori

behaviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 23

tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga

belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah

memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar

atau siswa.

Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur

pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis

dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti

ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Siswa

diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan

yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah

yang harus dipahami oleh siswa.

Metode behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan

kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang

mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan,

reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing,

mengetik, menari, menggunakan komputer, merakit mesin, mereparasi

alat, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan

untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang

dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang

dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi pujian.

Pandangan psikologi dalam pendidikan kedua adalah

konstruktivisme. Teori ini berpandangan bahwa untuk meraih

pengetahuan, maka siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan

dalam pikiran mereka sendiri yang dibimbing dan ditunjukan oleh guru

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 24

dalam pencapaian ilmu. Secara filosifis, teori konstruktivisme adalah

membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas dan. Oleh karena itu, Slavin

(2009) mengatakan bahwa proses belajar dan pembelajaran siswa harus

terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di

kelas. Teori ini merupakan dasar dari pola pendidikan demokratis yang

dikembangkan sekarang.

Teori psikologi pendidikan ketiga dalah teori kognitivisme, yang

pada hakikatnya menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan

manusia memahami berbagai pengalamannya, sehingga mengandung

makna bagi pembelajar. Teori kognitivisme menekankan pada struktur

ingatan dan pengetahuan atau skemata terhadap proses penerimaan,

pemerosesan, penyimpanan, pemanggilan kembali informasi yang telah

ada di dalam skemata atau tidak dapat memanggil kembali skemata yang

telah ada di pusat memori atau yang disebut lupa.

Teori kognitivisme meyakini bahwa belajar adalah hasil dari usaha

individu dalam memaknai pengalaman-pengalamannya yang berkaitan

dengan dunia disekitarnya. Oleh sebab itu, belajar dipandang sebagai

proses yang melibatkan individu secara aktif dan seluruh kemampuan

mental yang digunakan secara optimal. Apa yang dipelajari individu

sangat tergantung dari apa yang telah diketahuinya, dengan demikian

pengetahuan yang ada di dalam skemata atau struktur pengetahuan yang

tersimpan di dalam memori menjadi dasar untuk mempelajari

pengetahuan yang baru.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 25

Pendekatan psikologi keempat adalah teori humanistik, yang

tujuannya adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap

berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa

dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun mampu

mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini

berusaha memahami prilaku balajar dari sudut pandang pelakunya, bukan

dari sudut pandang pengamatannya. Tujuan utama para pendidik adalah

membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu 

masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai

manusia yang unik dan mambantu dalam mawujudkan potensi-potensi

yang ada dalam diri mereka.

Teori belajar humanistic sifatnya lebih abstrak dan lebih

mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari

pada bidang kajian-kajian psikologi belajar. Teori humanistic sangat

mementingkan yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori

belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan

untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses

belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih

tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal

daripada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apabadanya,

seperti yang selama ini di kaji oleh teori-teori belajar lainnya.

F. Model Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Edukatif Menyenangkan (PAIKEM)

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 26

Usaha membelajarkan siswa disesuaikan dengan gaya belajar dan

perkembangan mental, fisik dan psikis siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran secara optimal, yang dapat dilakukan dengan berbagai

pendekatan model. Model pembelajaran harus dipilih yang paling tepat

sesuai karakteristik materi dan sesuai dengan situasi dan kondisi proses

pembelajaran yang terjadi didalam kelas. Maka dari itu, dalam memilih

model pembelajaran yang tepat harus memperhatikan kondisi siswa, sifat

materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi yang sedang

dialami guru.

F.1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAIKEM

PAIKEM menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis

kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah proses

pembelajaran yang dilakukan dengan berorientasi pada pencapaian

kompetensi siswa, yang bertujuan menjadikan siswa kompeten, yang

dapat diukur dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilannya.

Prinsip pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi sebagai berikut:

a. Berpusat pada siswa agar mencapai kompetensi yang diharapkan.

Siswa menjadi subjek pembelajar sehingga keterlibatan aktivitasnya

dalam pembelajaran dominan. Tugas guru adalah mendesain

kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang, media dan waktu bagi

siswa yang cukup untuk belajar secara aktif dalam mencapai

kompetensinya.

b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 27

standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) tercapai secara

utuh meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

c. Pembelajaran dilakukan dengan melihat keunikan yang dimiliki

individual setiap siswa. Karena siswa memiliki karakteristik, potensi,

dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu guru perlu

memetakan dalam memberi pelayanan khusus kepada tiap siswa agar

dapat mencapai hasil belajar secara optimal.

d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus dengan

menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning), sehingga

mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Guru harus memfasilitasi siswa

yang belum tuntas dengan meberikan repeating berupa layanan

remedial, sedangkan bagi siswa yang telah mencapai taraf ketuntasan

harus diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada

pencapaian kompetensi selanjutnya.

e. Pembelajaran didesain dalam konsep pemecahan masalah (trouble

solving), sehingga siswa diasah menjadi pembelajar yang kritis,

kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh

karena itu guru perlu mendesain indikator pembelajaran yang

berkaitan dengan permasalahan kehidupan nyata di masyarakat.

Siswa dilatih berpikir kritis dengan kecakapan nalar secara teratur dan

sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan,

memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian solusi ilmiah.

f. Pembelajaran berbasis kompetensi dilakukan dengan multi strategi

dan multimedia artinya menggunakan berbagai prosedur dan alat

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 28

yang relevan dalam memberikan pengalaman belajar yang beragam.

F.2. Karakteristik Pembelajaran PAIKEM

PAIKEM merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa,

maka makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks

kehidupan dan lingkungan ini memiliki empat ciri yaitu: mengalami,

komunikasi, interaksi dan refleksi.

1. Mengalami, sebagai pengalaman belajar, berupa melakukan

pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara, sehingga siswa

belajar banyak melalui berbuat, pengalaman langsung mengaktifkan

berbagai indera dalam mendapatkan pengetahuan empiris.

2. Komunikasi, yang terbentuk berupa kemampuan mengemukakan

pendapat, presentasi dan mempertahankan argumen, pelaporan dan

mempublish hasil kerja.

3. Interaksi, bentuknya berupa diskusi, tanya jawab, lempar tangkap

pertanyaan yang memungkinkan terjadi koreksi kesalahan makna,

menguatkan makna yang terbangun, dan meningkatkan kualitas hasil

belajar siswa.

4. Kegiatan Refleksi, yaitu mereviu ulang segala pemahaman dan

langkah kerja yang dilakukan dalam pembelajaran, sehingga terjadi

koreksi dan konfirmasi yang selanjutnya dikuatkan oleh guru sebagai

narasumber dalam pembelajaran.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 29

F.3. Praktik Penerapan PAIKEM

Sebagai model dalam pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM

perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga

memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP

(KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan

tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar,

beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu

jam pelajaran tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40

menit, dan untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas

Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru

perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan

kegiatan mandiri.

1. Kegiatan Tatap Muka

Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik

ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti

ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok,

pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,

observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya

jawab, atau simulasi.

2. Kegiatan Tugas Terstruktur

Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang

mengembangkan kemandirian belajar siswa, sedangkan peran guru

sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan

adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 30

ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok,

pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,

observasi di sekolah, ekplorasi kajian pustaka atau internet dan

simulasi.

3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang

dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah

diskovery inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi

lingkungan, atau proyek.

F.4. Bentuk-Bentuk Model Pembelajaran yang berorientasi PAIKEM

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha

Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) menyatakan

terdapat empat kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi

sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik;

dan (4) model modifikasi tingkah laku.

Penggunaan istilah model pembelajaran sering diidentikkan dengan

strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-

masing istilah tersebut divisualisasikan sebagaimana gambar berikut;

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 31

Gambar Hubungan antara pendekatan, strategi, motode, teknik, taknik

pembelajaran dalam bingkai PAIKEM

Berikut beberapa contoh model pembelajaran dari sekian banyak

model yang dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran. Model

pembelajaran ini hanya membahas konteks pengertian, rasional serta

prinsip sintaks /prosedur pelaksanaannya. Selanjutnya dapat dimodifikasi

disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi di kelas.

F.4.1. Kooperatif (CL, Cooperative Learning).

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai

makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain,

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 32

mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan

rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok

secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi

(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab.

Pembelajaran kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat,

sebagai inteksi sosial dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan

masing-masing individu. Sehingga model pembelajaran kooperatif

merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk

bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan

persoalan, atau inkuiri.

Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-

partisipatif), maka tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa

heterogen (aspek kemampuan, gender, dan karakter). Tugas guru

melakukan kontrol dan memfasilitasi kemudian meminta tanggung jawab

hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

F.4.2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai

dengan sajian atau tanya jawab lisan berupa apersepsi (sikap ramah,

terbuka, negosiatif), pertanyaan terkait dengan dunia nyata kehidupan

siswa (daily life modeling). Sehingga akan muncul urgensi dan manfaat

dari materi yang akan disajkan guru kepada siswa. Motivasi belajar siswa

akan muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret terhadap pelajaran.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 33

Diharapkan suasana pembelajaran menjadi kondusif – nyaman dan

menyenangkan.

Prinsip pembelajaran kontekstual adalah bertumpu pada aktivitas

siswa. Guru mendorong siswa yag melakukan dan mengalami sendiri,

proses belajar secara menyeluruh dengan tidak hanya menonton dan

mencatat pelajaran saja.

Terdapat delapan indikator pembelajaran kontekstual yang

membedakan dengan model lainnya, yaitu pertama modeling, yaitu

pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian tujuan kompetensi,

pengarahan petunjuk, rambu-rambu dan contoh. Kedua questioning yaitu

kegiatan eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,

mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi. Ketiga, learning

community yaitu seluruh siswa didorong berpartisipasi dalam belajar

kelompok atau individual. Keempat minds-on, yaitu siswa didorong

mencoba, mengerjakan suatu kasus. Kelima inquiry yaitu proses

identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan

nilai/ makna dari objek yang dipelajari. Keenam constructivism yaitu

membangun pemahaman sendiri, merekonstruksi konsep aturan, analisis-

sintesis. Ketujuh reflection yaitu kegiatan mereviu, merangkuman,

melakukan tindak lanjut. Kedelapan authentic assessment yaitu proses

penilaian selama kegiatan dan sesudah pembelajaran dilakukan.

Penilaian ini dilakukan dalam setiap aktvitas siswa, penilaian berupa

portofolio, penilaian lain dari berbagai aspek dan berbagai caranya.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 34

F.4.3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)

Metoda ini dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola

guided reinvention dalam mengkontruksi konsep aturan melalui process of

mathematization, yaitu matematika horizontal yang berupa tools, fakta,

konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan

persoalan, proses dunia empirik. Dan vertikal yaitu reorganisasi matematik

melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika.

Prinsip metoda ini adalah aktivitas konstruktivism, diantaranya

realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-

informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment

(keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai

aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).

F.4.4. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)

Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan

untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik

dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir kritis

dan mendalam. Kondisi yang harus tetap dipelihara adalah suasana

kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan

menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaboratif

(analisis), interpretasi, induktif, identifikasi, investigasi, eksplorasi,

konjektur, sintesis, generalisasi dan inkuiri.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 35

Dalam metode ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan

yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Problem solving

adalah proses mencari atau menemukan cara penyelesaiannya

(menemukan pola, aturan, atau algoritma). Alur kegiatannya, sajikan

permasalah proses belajar yang sesuai kriteria, siswa berkelompok atau

individual, mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa

mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan pada

akhirnya menemukan solusi dari permasalahan objek belajar.

F.4.5. SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectualy)

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa

belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.

Istilah SAVI kependekan dari Somatic Auditory Visualization Intellectualy.

Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), dimana

belajar dengan mengalami dan melakukan. Auditory yang bermakna

bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak,

berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan

menanggapi. Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan

indra mata melalui mengamatan, menggambar, mendemonstrasikan,

membaca, menggunakan media dan alat peraga. Intellectualy yang

bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir

(minds-on) belajar dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakan

nalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,

mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 36

F.4.6. Permain berkelompok (TGT; Teams Games Tournament)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa

heterogen, beri tugas tiap kelompok. Setiap kelompok bekerjasama dalam

bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif

dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok. Suasana

diskuisi didesain nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi

permainan, posisi guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun. Kegiatan

diselingi dengan candaan. Kemudian tiap kelompok menyajikan hasil

kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

Sintak metode ini sebagai berikut, pertama buatlah kelompok siswa

heterogen 4 orang orang kemudian berikan informasi pokok materi dan

mekanisme kegiatan kelompoknya. Kedua, siapkan meja turnamen

secukupnya, misal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang

berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari

tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-sekian ditepati oleh siswa

yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja

tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok. Ketiga, selanjutnya

pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah

disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu

tertentu. Siswa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa

dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan

sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesuai

dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan /gelar, misal ; superior,

very good, good, medium dan seterusnya.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 37

Pada turnamen kedua dan seterusnya, dilakukan pergeseran

tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi.

Siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang

sama. Setelah selesai turnamen, hitunglah skor untuk tiap kelompok asal

dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

F.4.7. Jigsaw

Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan

urutan metode pelaksanaan, diawali dengan pengarahan informasi bahan

ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar yang terdiri dari

beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap

anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tiap kelompok

bahan belajarnya sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar

yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok

asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok

ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

F.4.8. Mencari Pasangan (Make a Match)Model pembelajaran ini merupakan teknik menjodohkan antara

pertanyaan dan jawaban yang dibuat secara terpisah.

Langkah-langkah sintaks yang dapat ditempuh pada model ini

adalah sebagai berikut,

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau

topik yang cocok untuk seri review, satu bagian kartu soal dan satu

bagian lagi untuk jawaban.Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 38

2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu

3. Tiap siswa memikirkan soal/jawaban yang terdapat di dalam kartu

yang mereka pegang

4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan

pasangannya diberi poin

6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu

yang berbeda dari sebelumnya

7. Guru menyimpulkan, memberi penguatan dan evaluasi.

F.4.9. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)

Model Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat

mengembangkan metakognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa

untuk membaca bahan belajar secara seksama dan cermat. Sintaks

model kegiatan ini diawali dengan Survey dengan mencermati teks

bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, kemudian Question dengan

membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan

bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari

jawabanya. Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-

bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang secara

menyeluruh.

F.4.10. Model Artikulasi

Model pembelajaran artikulasi dapat dilakukan dengan langkah berikut,

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 39

1. Guru menyampaikan tujuan yang hendak dicapai

2. Guru menyajikan materi pembelajaran sebagaimana biasa

3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok dua orang

4. Guru menugaskan kepada salah seorang dari pasangan itu untuk

menceritakan kembali materi yang baru diterima dan pasangannya

mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti

peran. Begitu juga yang dilakukan oleh kelompok lain

5. Siswa secara bergantian / acak untuk menyampai hasil wawancaranya

dengan teman pasangannya (berganti pasangan).

6. Guru mengulangi / menjelasakan kembali materi yang belum

dipahamni siswa

7. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan

8. Guru bersama siswa menyimpulan

9. Melaksanakan evaluasi sebagai feedback proses pembelajaran.

F.4.11. DLPS (Double Loop Problem Solving)

DPLS adalah variasi dari model pembelajaran dengan pemecahan

masalah yang penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari

timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan

mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 40

menghilangkan gap / kesenjangan yang menyebabkan munculnya

masalah tersebut.

Sintak model ini adalah diawali dengan identifkasi, deteksi kausal,

solusi tentatif, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain,

dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesaian masalah dengan

menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala,

menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasi

kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan

pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.

F.4.12. Debate

Debat adalah model pembalajaran dengan urutan metode siswa

menjadi dua kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca

materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian

presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian

ditanggapi oleh kelompok lainnya secara bergantian, guru membimbing

membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.

F.4.13. Bermain peran (Role Playing)

Model pembelajaran merupakan konsep bermain peran yang

dilakukan siswa sesuai scenario pembelajaranyang disusun siswa.

kelompok siswa lainnya membahas peran yang dilakukan oleh pelakon,

kemudian dipresentasikan dan didiskusikan antar kelompok. Langkah-

langkah sintaks model ini sebagai berikut,

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 41

1. Guru menyusun sekenario yang akan ditampilkan.

2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario beberapa hari

sebelum proses KBM berlangsung.

3. Waktu pelaksanaan guru menunjuk siswa berkelompok

4. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

dalam pembelajaran.

5. Guru memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk melaksanakan

skenario yang sudah dipersiapkan.

6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, sambil memperhatikan

dan mengamati skenario yang sedang diperagakan.

7. masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk membahas lakon

yang dilakukan teman pemeran

8. Tiap kelompok berdiskusi dan menyampaikan hasil kesimpulan

9. Guru memberikan kesimpulan dan penguatan materi

10. Guru mengadakan evaluasi pembelajaran dan penutup

F.4.14. Talking Stick

Model pembelajaran ini diawali dengan guru menyiapkan sajian

materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru

mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa

yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan

kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya,

selanjutnya guru membimbing dalam menyimpulkan, melaksanakan

refleksi dan evaluasi ketercapaian pembelajaran. Sintak model ini secara

detail dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 42

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat

2. Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan

mempelajari materi pada buku pegangannya

3. Guru mempersilahkan siswa menutup bukunya

4. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salahsatu

siswa, kemudian memberikan pertanyaan dan harus dijawab oleh

siswa tersebut kemudian tongkat diberikan kepada siswa lain dan

guru memberikan pertanyaan yang berbeda dan demikian seterusnya

sampai sebagaian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab

pertanyaan.

5. Guru memberikan penekanan, konfirmasi dan kesimpulan.

6. Langkah penutup guru mengadakan evaluasi sebagai feedback.

F.4.15. Demonstrasi (Demonstration)

Model pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan

peragaan media atau eksperimen atau praktik. Langkahnya dimulai dari

penyampaian informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan

ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk

siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagian peragaan, dikusi

kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

F.4.16. Quantum

Menganalogikan pelaksanaan pembelajaran seperti permainan

musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif,

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 43

kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip

quantum adalah semua berbicara bermakna, semua mempunyai tujuan,

konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum

adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami dengan dunia realitas

siswa, namai buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui

presentasi komunikasi, ulangi dengan tanya jawab latihan dengan

rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum tawa ramah.

Rumus quantum fisika adalah E = mc2, dengan E = energi yang

diartikan sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c =

communication, optimalkan komunikasi dengan aktivitas optimal.

Hakekatnya model teknik pembelajaran tidak ada yang sempurna

secara soliter atau tunggal. Melainkan teknik model pembelajaran yang

Model-model pembelajaran ini bersifat universal, sehingga dapat

diterapkan dalam proses pembelajaran segala jenjang pendidikan yang

sesuai dengan usia siswanya.

Pembelajaran sempurna adalah merupakan gabungan dari model-

model yang dikombinasikan sesuai situasi dan kondisi realita serta

karakteristik materi pelajaran yang disampaikan. Sehingga model

pembelajaran saling mendukung satu sama lainnya. Maka dari itu guru

harus menguasai berbagai model pembelajaran yang variatif, bisa

menyajikan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, edukatif dan

menyenangkan bagi siswanya, dengan harapan tujuan pembelajaran

tersampaikan dengan diterima secara utuh dan menyeluruh.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 44

BAB III

PEMBAHASAN KAJIAN

A. Peranan Metoda dan Teknik Teaching and Learning dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Siswa.

Kegiatan belajar mengajar (teaching and learning) merupakan

kegiatan inti dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan harus

didesain sedemikian rupa dengan memperhitungkan berbagai aspek.

Aspek pertimbangan pertama, seorang guru harus bisa mengukur

kompleksitas dan daya dukung materi yang dimiliki dengan kemampuan

siswa yang direpresentasikan dari row material input siswa.

Aspek kedua, guru harus mampu menguasai psikologi siswa, mulai

dari perkembangan kejiwaan yang berkembang, diharapkan bisa

mengantisipasi kendala dan resistensi yang mungkin terjadi dalam proses

pembelajaran. Guru juga dituntut mengenal latar belakang keluarga dan

masyarakat tempat tumbuh kembang siswanya, sehingga bisa

diidentifikasi kecenderungan watak dan sikap yang dimiliki siswa.

Aspek ketiga, guru harus menguasai berbagai metode dan model

pembelajaran yang bervariasi sesuai karakteristik materi / Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang disampaikan kepada siswa.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 45

Kemampuan metodik pedagogik tersebut disesuaikan dengan

perkembangan mental, pengetahuan dan fisik siswa.

Aspek keempat, guru harus menguasai kompetensi utama yang

diampu sebagai bagian dari kemampuan profesional guru sesuai disiplin

keilmuan yang dikuasainya.

Berdasarkan empat aspek tersebut, setiap guru harus bisa

mengembangkan metode dan model pembelajaran berdasarkan bidang

garapan, konteks materi dan karakteristik siswa yang dihadapi. Model

teaching and learning harus mampu menyajikan proses pembelajaran

yang disenangi dan dinantikan siswa dalam penerimaan materi. Suasana

pembelajaran yang menyenangkan akan lebih berhasil daripada kondisi

yang tertekan, menjemukan dan statis.

Model-model teaching learning bervariatif yang dikuasai guru

diharapkan menciptakan nuansa baru dalam setiap pertemuan

pembelajaran. Sehingga siswa akan selalu semangat dan segar.

Berdasarkan fakta empiris siswa yang hanya mendengarkan materi

tingkat keberhasilan belajarnya lebih rendah dibanding pembelajaran yang

didukung dengan melihat peraga visual dan suara. Selanjutnya, siswa

akan lebih berhasil dalam menerima materi jika dilakukan dengan

melaksanakan praktik secara langsung mengenai materi yang

disampaikan dengan melibatkan berbagai peraga dan media. Sehingga

dalam proses pembelajaran siswa memfungsikan berbagai indera-

inderanya, akan mengakibatkan penguatan pemahaman dan konfirmasi

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 46

keilmuan yang lebih tegas dan mendalam. Proses pembelajaran yang

interaktif dengan melibatkan semua indera dengan tuntunan dan

penguatan dari guru sebagai narasumber, akan menciptakan konstruk

berpikir yang tertanam secara kuat dan lebih permanen dalam pikiran

siswa.

Perkembangan dunia ICT –Information Communication Technology

— telah mendorong terjadinya perubahan model-model pembelajaran

dengan berbagai variannya. Dalam konteks pendidikan hal ini akan

membantu guru dan praktisi pendidikan dalam mengembangkan metode

pedagogis dan model pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif,

atraktif dan menyenangkan. Penggunaan media elektronis akan

merangsang kreatifitas siswa dalam belajar. Sehingga tidak ada alasan

bagi guru dalam mengembangkan media dan konsep pembelajaran yang

bervariatif.

Pendekatan yang menekankan pada kontak fisik dan tekanan

mental dengan tujuan untuk merubah perilaku dan pemahaman siswa,

dalam perkembangan paradigma pendidikan sekarang sudah tidak

relevan. Tingkat kepekaan siswa dan orangtua masyarakat yang tinggi

mengenai hak azasi manusia menjadikan guru harus mampu menahan

dan membatasi diri dalam pendekatan-pendekatan fisik.

Seiring terbukanya informasi dan kesetaraan hak yang merupakan

bagian kampanye hak azasi manusia, dunia pendidikan dalam hal ini guru

harus mampu menciptakan pola pendekatan pembelajaran yang

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 47

humanistis dan demokratis. Dalam pola ini, siswa digiring berfikir secara

dewasa dengan memberi berbagai pemahaman dan pandangan sosial

mengenai nilai dan norma ---nilai agama, sosial, sopan santun dan

hukum adat— sehingga secara alamiah siswa tumbuh kesadaran /

awareness mengenai tugas peran dan fungsinya sebagai warga

pembelajar.

Masuknya nilai-nilai hak azasi dan peranan perlindungan anak

yang dijamin undang-undang, menjadi celah masuknya hukum positif

dalam lingkungan pendidikan. Sehingga sekarang guru memungkinkan

dituntut secara hukum jika melakukan tindakan fisik dan mental yang

bertentangan dengan hukum pidana. Hal ini disatu sisi memberikan

dampak positif dalam menekan tindak kekerasan di sekolah, dilain pihak

membawa dampak yang kurang relevan dengan dunia pendidikan. Karena

bagaimanapun proses pendidikan merupakan hubungan fathernal –antara

anak dan orang tua dalam hal ini guru--, sehingga ditakutkan hal ini akan

membelenggu guru dalam proses pembinaan, pembelajaran dan

pendidikan secara teknis –tentu bukan pendekatan kekerasan--.

Guru terkesan takut jika melakukan tindakan pencegahan dan

treatment dalam proses pembinaan di sekolah, sehingga terkesan

menjaga diri. Keadaan ini diartikan sebagai pembiaran oleh siswa,

sehingga mereka cenderung abai dengan tata nilai yang telah ditetapkan

disekolah. Disinyalir fenomena ini memberi kontribusi terhadap

berkembangnya tingkat kenakalan remaja dan kekerasan antar pelajar.

Meski hal ini membutuhkan pembuktian secara ilmiah.Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 48

Orientasi baru psikologi dalam pendidikan ini diharapkan mampu

menemutunjukan kembali arah pendidikan. Guru diarahkan mampu

menemukan strategi dan model pembelajaran dan pendekatan dalam

pembinaan terhadap siswa. Seiring demokratisasi pendidikan, maka pola

pendidikan harus lebih menekankan pada konstruktivisme dan humanis

dalam membangun pembelajaran yang demokratis di sekolah.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 49

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

A. Saran

Pelaksanaan teaching and learning / proses belajar mengajar

merupakan proses inti dalam pendidikan di sekolah baik secara makna

inclass maupun interaksi antar guru dan murid secara umum di sekolah.

Maka dari itu, guru harus memperhatikan aspek psikologi dari anak,

psikologi pendidikan yang dikembangkan pada jenjang pendidikan dan

pendekatan model pembelajaran yang tepat dalam penyampaian materi

pelajaran.

Dalam psikologi pendidikan terdapat empat pendekatan, yaitu

behavioristik, konstruktivism, humanisme dan cognitivisme dalam

melaksanakan pembelajaran dan pembinaan bagi peserta didik.

Penggunaan pendekatan disesuaikan dengan jenjang pendidikan,

perkembangan psikologi, kesiapan mental dan fisik peserta didik.

Setiap pendekatan pesikologi pendidikan memiliki kelebihan dan

kekurangan, sehingga dalam praktiknya dunia pendidikan memungkinkan

mengkolaborasikan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan dengan

kebutuhan ditiap jenjang dan segmen pendidikan. Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 50

B. Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan teaching and learning, maka pendidikan harus ;

1. Proses pembelajaran harus mengedepankan humanisme dan

menghindarkan kekerasan dalam pembelajaran dan pembinaan

siswa.

2. Guru harus memiliki khasanah yang luas mengenai metode dan

model pembelajaran yang bervariatif, sehingga akan

menumbuhkan suasana baru bagi siswa dalam belajar.

3. Guru harus menguasai ilmu perkembangan psikologis peserta

didiknya, sesuai jenjang pendidikan lembaga pendidikan – untuk

SD, SMP, SLTA, Perguruan Tinggi--.

4. Guru harus mampu mengadaptasi perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK), sehingga bisa meng-update

kompetensi profesionalnya dan keterampilan didaktik metodik

pembelajaran.

5. Seiring perkembangan TIK, model pembelajaran harus sudah

bergeser pada model pembelajaran interaktif, kreatif, inovatif

berbasis multimedia, sehingga menumbuhkan antusiasme siswa

dalam belajar sehingga lebih menyenangkan.

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 51

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/model-

belajar-dan-pembelajaran-berorientasi-kompetensi-siswa/

Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 52