makalah teaching and learning
DESCRIPTION
Orientasi BaruTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta di dunia pendidikan Indonesia saat ini, proses belajar
mengajar sebagai inti dari pendidikan formal di sekolah masih menemui
berbagai kendala. Berbagai latarbelakang, motif dan kronologi menjadi
faktor-faktor penghambat terjadinya proses belajar mengajar ideal yang
interktif, edukatif, inovatif, menantang dan menyenangkan, sebagaimana
kebutuhan dalam menjawab tantangan pendidikan dimasa sekarang.
Berikut beberapa fenomena nyata yang terjadi dalam proses belajar
mengajar di dunia pendidikan.
Sumber :http://roebyarto.multiply.com/journal/item/57?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 1
Beberapa kejadian dari berbagai daerah, tersebut memperlihatkan
proses belajar mengajar di sekolah masih menekankan pada pendekatan
fisik dan tekanan mental yang menyudutkan dan bersifat memvonis siswa.
Proses belajar mengajar yang tidak efektif juga dipengaruhi keterbatasan
kemampuan dan wawasan guru dalam hal metodik didaktik pengajaran,
penguasaan psikologi perkembangan siswa cenderung menjadikan guru
melakukan pendekatan kekerasan dalam proses belajar mengajar. Hal ini
banyak disoroti dalam pemberitaan dari media massa.
Sumber :http://edukasi.kompas.com/read/2010/08/02/19244692/Kurang.Kreatif.Guru.Pilih.Kekerasan
Fakta ini didukung dengan hasil penelitian dari USAID Amerika
serikat berdasarkan hasil penelitian, bahwa kemampuan guru dan dosen
dalam mengembangkan proses belajar siswa untuk aktif dalam
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 2
pembelajarannya mengajar masih lemah. Hal ini diindikasikan dari metode
penyampaian materi masih didominasi dengan metode ceramah.
Kenyataan ini terjadi pada jenjang pendidikan dasar, menengah hingga
pendidikan tinggi di Indonesia.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/10/04/mbde41-kekerasan-dunia-pendidikan-disebabkan-banyak-faktor
Fenomena-fenomena tersebut memberikan gambaran kepada kita,
bahwa masih rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar siswa terutama dalam kegiatan tatap muka yang
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 3
merupakan interaksi utama antar siswa dan guru inclass. Dalam proses
belajar mengajar tatap muka guru masih dominan menggunakan metoda
ceramah, yang tingkat keberhasilannya sangat kurang signifikan terhadap
keberhasilan dan perubahan perilaku siswa sebagai hasil pendidikan.
Beberapa kenyataan dalam proses belajar mengajar diantaranya
kegiatan teaching learning yang masih terpusat pada guru, sikap pendidik
yang tak acuh dan kurangnya kesadaran guru pada kondisi siswa. Hal ini
mengakibatkan guru cenderung bersikap apriori terhadap keberhasilan
pembelajaran. Para guru tidak berusaha memahami kondisi yang terjadi
pada diri siswa, atau lebih jauh mencari penyebab kesulitan yang dialami
siswa dalam belajar. Terkadang pendidik hanya menuntut keberhasilan
siswa diakhir pembelajaran, tanpa menghiraukan proses belajar, kondisi
dan keadaan siswa yang merupakan bagian dari proses pengalaman
belajar yang akan selalu diingat siswa secara permanen.
Sikap lain yang sering muncul dalam diri guru, jika terjadi
kegagalan dan kesalahan pada proses pembelajaran, pendidik cenderung
memilih memberikan hukuman kepada siswa --baik secara langsung
maupun tidak langsung--, daripada memberikan advise kepada siswa dan
menelusuri kendala utama yang menjadi latar belakang permasalahan
dalam pembelajaran siswa. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan
bersifat behavioristik dengan memberi tugas tambahan, hukuman dengan
pendekatan fisik dan mental. Hal ini tidak akan memberikan kontribusi
positif dalam penyelesaian permasalahan siswa tanpa adanya diagnosa
yang dilakukan guru untuk menanggulangi kegagalan siswa dalam belajar.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 4
Padahal, kita sepakat bahwa pendidikan adalah upaya mutlak
untuk memperoleh sumberdaya manusia yang unggul dan berkualitas
bagi suatu bangsa. Pendidikan harus mampu meningkatkan mutu
pendidikan generasi muda yang progresif dan komprehensif. Berbagai
upaya pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan selama ini telah
dilakukan, mulai dari Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional hingga
berbagai kebijakan dan peraturan pemerintah yang disusun dan
dikembangkan dalam rangka pengejawantahan pengelolaan pendidikan
secara holistik dan sistemis dalam kerangka negara secara menyeluruh.
Pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Memaknai pendidikan tidak terlepas dari kegiatan pembelajaran
dan proses belajar mengajar. Sehingga belajar menitikberatkan pada
suatu proses kegiatan penggalian ilmu yang tidak hanya berorientasi pada
hasil atau tujuan belajarnya saja. Belajar bukan hanya bagaimana
mengingat, akan tetapi belajar lebih bermakna pada bagaimana proses
pengalaman penggalian ilmu, dan mengkonfirmasi kebenaran ilmunya,
pengulangan dan penguatan hingga terjadi perubahan perilaku yang
permanen pada siswa. Hasil belajar dapat diamati berdasarkan indikator-
indikator ketercapaian dari proses pembelajarannya. Artinya, proses
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 5
perubahan yang terjadi dalam diri seorang siswa tampak secara tangible
dan eksplisit, dari indikator penguasaan pengetahuan, peningkatan
kemampuan psikomotorisnya dan terbentuknya gejala-gejala perubahan
perilaku pada siswa yang lebih baik.
Proses belajar mengajar seharusnya suatu kegiatan edukatif yang
bernilai, interaktif, komunikatif, inovatif menantang dan menyenangkan
dalam interaksi antara guru dengan siswa. Proses interaksi edukatif terjadi
jika kegiatan belajar mengajar dilakukan mengarah pada pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dengan berbagai metode
yang students oriented. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajaran secara sistematis dan sistemik dengan memanfaatkan segala
sumberdaya dan bahan pembelajaran dengan menciptakan suasana serta
metode relevan untuk kepentingan pengajaran.
Dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar, guru seharusnya
memperhatikan keragaman potensi siswa dan berusaha menumbuhkan
kesadaran siswa pentingnya belajar, sehingga siswa merasa bahwa
belajar adalah sebuah kebutuhan. Lebih lanjut, siswa harus dianggap
sebagai makhluk yang dinamis, sehingga harus diberi kesempatan untuk
menentukan harapan dan tujuan mereka. Sehingga kemampuan guru
tentang psikologi perkembangan siswa sangat dibutuhkan dalam
peranannya mengenali siswa didiknya secara utuh.
Seiring perkembangan dunia dalam teknologi informasi dan
komunikasi, paradigma guru seharusnya berubah. Guru bukanlah satu-
satunya sumber pengetahuan dan orang yang paling serba tahu, serta
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 6
bukan sebagai pusat pembelajaran. Guru merupakan bagian dari
instrumen pembelajaran, disamping sumber bahan ajar, metoda dan
kurikulum. Dengan perkembangan teknologi komunikasi dan teknologi
siswa bisa mendapat informasi dari berbagai sumber bahan ajar dan
literatur elektronis maupun cetak sehingga pembelajaran sekarang harus
berpusat pada siswa (students centered). Dengan proses belajar
mengajar tidak tergantung pada textbook bahan ajar dan metode –metode
pengajarannya hanya tekstual yang bersifat statis. Peran guru sebagai
pendidik lebih sebagai penasehat, fasilitator, kolaborator, penunjuk arah,
pemberi semangat dan rekan dalam memberi penguatan dari temuan
selama proses pembelajaran siswa.
Menilik kondisi nyata proses pendidikan yang masih
memprihatinkan ini, harus menjadi perhatian bersama dalam mengurut
benang merahnya permasalahan utama dari pendidikan bangsa. makalah
ini berusaha menguraikan problematika yang terjadi dalam konteks proses
belajar mengajar sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan formal
dalam jenjang pendidikan menengah. Proses belajar mengajar (teaching
learning) akan dilihat dari perspektif psikologi, metoda yang relevan bisa
dikembangkan, realita dan urgensi pelaksanaan Teaching and Learning
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
B. Fokus Permasalahan
Fokus permasalahan dalam kajian ini akan dispesifikan pada
beberapa aspek sebagai berikut ;
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 7
1. Hakekat dan filosofi teaching and learning.
2. Urgensi teaching and learning dalam pendidikan.
3. Pendekatan psikologi siswa dalam pengembangan teaching and
learning.
4. Teknik-teknik teaching and learning yang efektif dan edukatif
(PAIKEM).
C. Tujuan Pembahasan
Makalah ini bertujuan;
1. Menguraikan proses kegiatan belajar mengajar (teaching and
learning) sebagai suatu proses pembelajaran yang menyenangkan.
2. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang menjadi
kendala utama sehingga terjadi penyimpangan dan kesalahan
dalam pendekatan pelaksanaan teaching and learning dalam
pembelajaran inclass.
3. Menguraikan Kontribusi metoda dan teknik teaching and learning
dalam peningkatan mutu pendidikan siswa.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 8
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat dan filosofi Belajar dan Mengajar (Teaching and Learning)
Secara etimologi menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata
“Belajar” adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Menurut istilah para ahli, Muhibbin Syah mengatakan “Bahwa
belajar adalah tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif dan
menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif”1. Sedangkan menurut M. Sobry Sutikno, mengartikan
“Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”2. Senada dengan itu,
Djamarah, Syaiful Bahri, :2008, mengatakan bahwa “Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor”3.
1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hl. 2 M. Sobry Sutikno, 2011, hl.33 Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar. (Jakarta : Rineka Cipta; 2008), hl.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 9
Menurut Cronchbach dalam Djamarah, Syaiful Bahri,
mengemukakan “Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”4. Menurut Howard
L. Kingskey mengatakan “Belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan”5. Dalam The
Guidance of Learning Activities W.H. Burton (1984) mengemukakan
“Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena
adanya interaksi antara individu dengan individu, dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya”6. Kemudian H.C. Witherington dalam Educational
Psychology menjelaskan “Belajar sebagai suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian”7.
Selanjutnya menurut Winkel, belajar adalah “Aktivitas mental atau psikis,
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketrampilan, nilai dan sikap”.
Faktor-faktor alamiah pendorong manusia memiliki keinginan untuk
belajar diantaranya, pertama adanya dorongan rasa ingin tahu. Kedua,
adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya, 3. Segala aktivitas
manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan
4 ibid5 Ibid6 W.H. Burton, The Guidance of Learning Activities (1984)7 H.C. Witherington, Educational PsychologyOrientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 10
biologis sampai aktualisasi diri –konsep Abraham Maslow--, 4. Untuk
melakukan penyempurnaan dari semua yang telah diketahuinya, 5. Agar
mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. 6. Untuk
meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri. 7. Untuk
mencapai cita-cita yang diinginkan. 8. Untuk mengisi waktu luang.
Badan PBB untuk pendidikan dan kebudayaan (UNESCO)
mengkategori jenis belajar ke dalam empat pilar. Empat pilar tersebut
adalah, 1. Learning to know, bermakna bagaimana belajar, dalam hal ini
ada tiga aspek ; apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang
belajar. 2. Learning to do, hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu
seseorang mampu mempersiapkan diri untuk bekerja mencari nafkah.
Sehingga hasil belajar harus dapat mengembangkan keterampilan dan
kompetensi untuk berkarya di dunia kerja. 3. Learning to live together,
menekankan seseorang yang belajar mampu hidup bersama, memahami
orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu berinteraksi dengan orang
lain secara harmonis. 4. Learning to be, menekankan belajar pada
pengembangan potensi alamiah insani sesuai martabat manusia. Setiap
individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri.
Sehingga mengenali jati diri, memahami kemampuan dan kelemahanya
serta kompetensinya dalam membangun pribadi yang utuh.
Mengajar merupakan suatu proses transformasi keilmuan dari guru
kepada muridnya dengan berbagai cara dan metode yang dapat diterima
oleh siswa secara utuh dan menyeluruh. Inti proses mengajar dilakukan
dengan kegiatan tatap muka, yang melibatkan interaksi pengajar dan
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 11
pembelajar dalam hal ini siswa. Maka terjadi eksplorasi, elaborasi,
konfirmasi keilmuan yang diberikan secara dua arah. Sehingga akan
terjadi penguatan dari keilmuan yang dipelajari siswa.
Pengertian mengajar menurut Arifin : 1978 dalam Muhibbin (2010)
mendefinisikan mengajar sebagai “....suatu rangkaian kegiatan
penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima,
menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu”8.
Sedangkan Tyson dan Caroll (1970) menyimpulkan mengajar sebagai
“......a way working with student... a process of intection...the teacher does
something to student; the students do something in return”9.
Kegiatan mengajar dalam pendekatan klasik, masih berorientasi
pada keaktifan dan berpusat pada guru dalam memberikan informasi.
Guru secara aktif menggali potensi dan merangsang siswa dengan
berbagai metodik didaktik supaya siswa belajar. Disamping itu, guru juga
merupakan pusat informasi dan ilmu bagi siswa, sehingga siswa akan
sangat tergantung dengan kompetensi dan kapasitas gurunya.
Mengajar harus memiliki tahapan yang terukur, menurut Muhibbin
setidaknya ada tiga tahapan dalam mengajar, meliputi ; pertama tahap
prainstruksional, yaitu persiapan sebelum memulai mengajar. Kedua,
tahap instruksional, proses pelaksanaan mengajar. Ketiga tahap evaluasi
dan tindaklanjut, yaitu penilaian atas hasil belajar setelah mengikuti
pelajaran dan penindaklanjutannya.
8 Muhubbin Syah, Op.Cit., 1799 ibidOrientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 12
Seiring perubahan zaman terutama dalam teknologi komunikasi
dan informasi, maka terjadi pergesaran makna mengajar. Mengajar
sekarang dimaknai sebagai hubungan dua arah transformasi keilmuan
antara guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini terjadi
salahsatunya diakibatkan karena banjirnya informasi melalui dunia
teknologi melalui kemajuan penyebaran informasi dan komunikasi yang
sangat pesat. Hal ini berimplikasi pada dunia pendidikan yang
memungkinkan proses penangkapan informasi bisa didahului diterima
siswa sebelum gurunya. Sehingga terjadilah perubahan paradigma dan
pendekatan pendidikan dalam berbagai aspek, mulai dari metodik
didaktik, muatan isi pembelajaran hingga dinamika perkembangan
keilmuan dalam pendidikan terus berubah secara periodik dan dinamis.
Kenyataan perkembangan dunia dalam teknologi informasi dan
komunikasi mendorong semua pemangku kepentingan dari lingkup makro,
messo hingga mikro untuk melakukan terobosan dalam menyajikan pola
belajar mengajar yang lebih interaktif dengan siswa.
B. Pembelajaran
Secara etimologi, menurut kamus besar bahasa Indonesia,
pengertian “Pembelajaran” adalah proses, cara menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar.
Pengertian pembelajaran menurut istilah beberapa ahli
sebagaimana Duffy dan Roehler (1989) mengartikan “Pembelajaran
adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan
pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 13
kurikulum”10. Lebih lanjut, Gagne dan Briggs (1979:3) mengartikan
instruction atau pembelajaran “adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang
dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal”.
Menurut Winkel (1991), pembelajaran adalah “Separangkat
tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan
memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap
rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa”11.
Dalam pembelajaran terjadi pengkondisian dan pengaturan
lingkungan belajaran dengan berbagai instrumen pendukung, diantaranya
kurikulum, metoda dan sistematika pengajaran, buku dan literatur bahan
ajar dan peranan guru secara langsung. Sehingga memungkinkan terjadi
proses belajar yang ideal dan proporsional dalam rangka mencapai tujuan
belajar sesuai topik pelajaran yang disajikan. Hasil proses pembelajaran
tersebut diharapkan dapat melekat secara permanen bagi siswa, baik
dalam aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan refleks (psikomotorik)
dan perubahan perilaku (afektif)sebagai hasil bertambahnya pemahaman
keilmuan siswa. Ketiga aspek tersebut merupakan ciri atau indikator dari
hasil belajar. Untuk mencapai keberhasilan pemenuhan tiga indikator
tersebut harus ada usaha yang berkesinambungan dan interaksi intensif
dalam kegiatan belajar mengajar dengan lingkungan belajar siswa.
10 Djamarah, Syaiful Bahri, Op. Cit., 18711 Ibid 188Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 14
C. Urgensi teaching and learning dalam pendidikan
Menurut Robert M. Gagne dalam Udin S.Winataputra,
mengemukakan manusia memilki beragam potensi, karakter, dan
kebutuhan dalam belajar yang dikelompokan pada delapan tipe jenis
belajar12. Jenis-jenis belajar menurut Gagne sebagai berikut ;
1. Belajar isyarat (signal learning). Contohnya yaitu seorang guru yang
memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa
tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.
2. Belajar merangsang ketaggapan (stimulus respon). Contohnya yaitu
seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran
tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya.
3. Belajar merantaikan (chaining). Contohnya yaitu pengajaran tari atau
senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk
mencapai tujuannya.
4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Contohnya yaitu Membuat
langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek
tertentu.Membuat prosedur dari praktek kayu.
5. Belajar membedakan (discrimination). Contohnya yaitu seorang guru
memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau
benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi
masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar.
12 Udin S.Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), hl. 9 – 11Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 15
6. Belajar konsep (concept learning). Contohnya memahami sebuah
prosedur dalam suatu praktek atau juga teori.
7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini merupakan tipe belajar untuk
menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan
beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan
dalam bentuk kalimat.
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Contohnya seorang
guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswanya untuk
memancing otak mereka mencari jawaban penyelesaian masalahnya.
Selanjutnya Gagne membuat sistematika jenis belajar dengan
mengelompokan hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu
rumpun katagori, yaitu ;
1. Keterampilan intelektual, kemampuan seseorang untuk berinteraksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol huruf, angka,
kata atau gambar.
2. Informasi verbal, seseorang belajar menyatakan atau menceritakan
suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk
dengan cara menggambar.
3. Strategi kognitif, kemampuan seseorang untuk mengatur proses
belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.
4. Keterampilan motorik, seseorang belajar melakukan gerakan secara
teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khas
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 16
keterampilan motorik adalah otomatism yaitu gerakan berlangsung
secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes.
5. sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan
pilihan-pilihan dalam bertindak.
Sedangkan menurut Benyamin S. Bloom (1956), seorang ahli
pencetus konsep taksonomi belajar yang pengelompokkan tujuan
pembelajaran berdasarkan domain atau kawasan belajar. Bloom
Mengkategorikan jenis belajar pada tiga domain belajar yaitu; 1. Kawasan
Kognitif (Cognitive Domain). Adalah kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran
atau nalar. Yang terdiri dari,
Pengetahuan (Knowledge).
Pemahaman (Comprehension).
Penerapan (Aplication)
Penguraian (Analysis).
Memadukan (Synthesis).
Penilaian (Evaluation).
Domain belajar kedua adalah kawasan afektif (Affective Domain).
Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Yang
terdiri dari,
Penerimaan (receiving/attending).
Sambutan (responding).
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 17
Penilaian (valuing).
Pengorganisasian (organization).
Karakterisasi (characterization)
Domain belajar Ketiga, merupakan kawasan psikomotorik
(Psychomotor Domain). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-
aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan
otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari,
Kesiapan (set)
Meniru (imitation)
Membiasakan (habitual)
Adaptasi (adaption)
D. Prinsip Belajar dan Mengajar dalam Pembelajaran
Beberapa prinsip pembelajaran yang dikemukakan Atwi Suparman
dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut;
1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari
respon yang terjadi sebelumnya.
2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di
bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau
berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat akibat menyenangkan.
4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas
akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 18
5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk
belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan
pemecahan masalah.
6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi
perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai
umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
8. Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil
dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan
dasar yang lebih sederhana.
10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi
informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada
yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.
12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan
mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan
umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.
Sedangkan Gagne (1997) Dalam buku Condition of Learning,
mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut,
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 19
1. Menarik perhatian (gaining attention), hal yang menimbulkan minat
siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi,
atau kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the
objectives), memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa
setelah selesai mengikuti pelajaran.
3. Mengingatkan konsep / prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall
or prior learning), merangsang ingatan tentang pengetahuan yang
telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus),
menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance),
memberikan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur
berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
6. Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance), siswa
diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau
penguasaannya terhadap materi.
7. Memberikan balikan (providing feedback), memberitahu seberapa
jauh ketepatan performance siswa.
8. Menilai hasil belajar (assessing performance), memberitahukan tugas
untuk mengetahui penguasaan tujuan pembelajaran.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 20
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and
transfer). Merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer
dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau
mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
E. Pemahaman Psikologi Siswa dalam Pengembangan Teaching and Learning.
Peranan psikologi dalam teaching and learning yaitu, memahami
posisi siswa sebagai pelajar, memahami prinsip dan teori pembelajaran,
memilih metode-metode pengajaran, menetapkan tujuan pembelajaran,
menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, memilih dan
menetapkan isi pengajaran, membantu siswa menghadapi kesul i tan
dalam pembelajaran, memilih alat bantu pengajaran, menilai hasil
pembelajaran, memahami dan membimbing kepribadian siswa.
Aspek-Aspek Psikologis Dalam Proses Teaching and Learning
Perilaku belajar siswa dalam psikologi pendidikan, diartikan
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan. Dalam hubungannya
dengan proses belajar, yang harus dikenali oleh para pengajar adalah
metakognisi dan persepsi sosial-psikologis pelajar.
Metakognisi adalah pengetahuan seorang individu terhadap proses
dan hasil belajar yang terjadi dalam dirinya serta hal-hal lain yang terkait.
Hal ini berarti bahwa agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif,
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 21
maka pelajar seharusnya mampu mengenal proses dan hasil yang terjadi
dalam dirinya. Untuk itu para pengajar hendaknya mampu mengenali dan
membantu siswanya. Sedangkan yang dimaksud dengan persepsi sosio-
psikologis adalah sampai seberapa jauh pelajar mempersepsi proses
belajar yang berlangsung beserta situasi-situasi yang berpengaruh.
Perilaku hasil proses belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Para pengajar diharapkan mampu mengakomodir
ketercapaian aspek-aspek perubahan perilaku ini dalam perencanaan
kegiatan belajar-mengajar, dan mengembangkannya setelah kegiatan
belajar berakhir. Pada akhirnya proses belajar-mengajar diharapkan
mampu menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai karakteristik
sebagai 1) pribadi yang mandiri, 2) pelajar yang efektif, 3) pekerja yang
produktif, 4) anggota masyarakat yang baik.
Perilaku mengajar guru dituntut harus mampu mewujudkan perilaku
mengajar secara tepat agar menjadi perilaku belajar yang efektif dalam
diri siswa. Guru juga dituntut untuk menciptakan situasi balajar-mengajar
yang kondusif. Guru tidak terbatas sebagai pengajar dalam arti penyampai
pengetahuan, tetapi lebih dari itu sebagai perancang pengajaran, manajer
pengajaran, dan pengevaluasi hasil belajar, dalam mewujudkan perilaku
mengajar secara tepat.
Perwujudan perilaku guru sebagai pengajar dan siswa sebagai
pelajar akan nampak pada interaksi antar keduanya. Dalam interaksi ini
terjadi proses saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 22
pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya hasil belajar. Sekurang-
kurangnya ada tiga hal dalam interaksi pelajar-pengajar yaitu proses
belaja, metode mengajar, dan pola-pola interaksi.
Pendekatan psikologi dalam pendidikan terdapat empat aliran, yaitu
behaviorisme, humanisme, konstruktivisme dan cognitivisme. aliran
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan psikologi pendidikan
yang didasari pada keyakinan bahwa anak dapat dibentuk sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh orang lain yang membentuknya. Sehingga
perilaku akan diperoleh individu setelah melakukan interaksi dengan
lingkungan yang telah dikondisikan.
Penerapan Teori Behaviorisme dalam pembelajaran berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktek pembelajaran yang
menitikberatkan pada refleks organ tubuh dalam konteks keterampilan.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar. Teori behavioristik ini dengan model hubungan stimulus
responnya, memposisikan pembelajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement / penguatan dalam bentuk hukuman.
Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran
tergantung pada beberapa hal, seperti tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Pembelajaran yang dirancang sesuai teori
behaviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 23
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga
belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar
atau siswa.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis
dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti
ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Siswa
diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah
yang harus dipahami oleh siswa.
Metode behaviorisme ini sangat cocok untuk perolehan
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan,
reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing,
mengetik, menari, menggunakan komputer, merakit mesin, mereparasi
alat, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi pujian.
Pandangan psikologi dalam pendidikan kedua adalah
konstruktivisme. Teori ini berpandangan bahwa untuk meraih
pengetahuan, maka siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan
dalam pikiran mereka sendiri yang dibimbing dan ditunjukan oleh guru
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 24
dalam pencapaian ilmu. Secara filosifis, teori konstruktivisme adalah
membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan. Oleh karena itu, Slavin
(2009) mengatakan bahwa proses belajar dan pembelajaran siswa harus
terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di
kelas. Teori ini merupakan dasar dari pola pendidikan demokratis yang
dikembangkan sekarang.
Teori psikologi pendidikan ketiga dalah teori kognitivisme, yang
pada hakikatnya menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan
manusia memahami berbagai pengalamannya, sehingga mengandung
makna bagi pembelajar. Teori kognitivisme menekankan pada struktur
ingatan dan pengetahuan atau skemata terhadap proses penerimaan,
pemerosesan, penyimpanan, pemanggilan kembali informasi yang telah
ada di dalam skemata atau tidak dapat memanggil kembali skemata yang
telah ada di pusat memori atau yang disebut lupa.
Teori kognitivisme meyakini bahwa belajar adalah hasil dari usaha
individu dalam memaknai pengalaman-pengalamannya yang berkaitan
dengan dunia disekitarnya. Oleh sebab itu, belajar dipandang sebagai
proses yang melibatkan individu secara aktif dan seluruh kemampuan
mental yang digunakan secara optimal. Apa yang dipelajari individu
sangat tergantung dari apa yang telah diketahuinya, dengan demikian
pengetahuan yang ada di dalam skemata atau struktur pengetahuan yang
tersimpan di dalam memori menjadi dasar untuk mempelajari
pengetahuan yang baru.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 25
Pendekatan psikologi keempat adalah teori humanistik, yang
tujuannya adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap
berhasil jika pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa
dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami prilaku balajar dari sudut pandang pelakunya, bukan
dari sudut pandang pengamatannya. Tujuan utama para pendidik adalah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan mambantu dalam mawujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka.
Teori belajar humanistic sifatnya lebih abstrak dan lebih
mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari
pada bidang kajian-kajian psikologi belajar. Teori humanistic sangat
mementingkan yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori
belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan
untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal
daripada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apabadanya,
seperti yang selama ini di kaji oleh teori-teori belajar lainnya.
F. Model Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Edukatif Menyenangkan (PAIKEM)
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 26
Usaha membelajarkan siswa disesuaikan dengan gaya belajar dan
perkembangan mental, fisik dan psikis siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal, yang dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan model. Model pembelajaran harus dipilih yang paling tepat
sesuai karakteristik materi dan sesuai dengan situasi dan kondisi proses
pembelajaran yang terjadi didalam kelas. Maka dari itu, dalam memilih
model pembelajaran yang tepat harus memperhatikan kondisi siswa, sifat
materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi yang sedang
dialami guru.
F.1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis
kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah proses
pembelajaran yang dilakukan dengan berorientasi pada pencapaian
kompetensi siswa, yang bertujuan menjadikan siswa kompeten, yang
dapat diukur dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilannya.
Prinsip pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi sebagai berikut:
a. Berpusat pada siswa agar mencapai kompetensi yang diharapkan.
Siswa menjadi subjek pembelajar sehingga keterlibatan aktivitasnya
dalam pembelajaran dominan. Tugas guru adalah mendesain
kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang, media dan waktu bagi
siswa yang cukup untuk belajar secara aktif dalam mencapai
kompetensinya.
b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 27
standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) tercapai secara
utuh meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c. Pembelajaran dilakukan dengan melihat keunikan yang dimiliki
individual setiap siswa. Karena siswa memiliki karakteristik, potensi,
dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu guru perlu
memetakan dalam memberi pelayanan khusus kepada tiap siswa agar
dapat mencapai hasil belajar secara optimal.
d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus dengan
menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning), sehingga
mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Guru harus memfasilitasi siswa
yang belum tuntas dengan meberikan repeating berupa layanan
remedial, sedangkan bagi siswa yang telah mencapai taraf ketuntasan
harus diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada
pencapaian kompetensi selanjutnya.
e. Pembelajaran didesain dalam konsep pemecahan masalah (trouble
solving), sehingga siswa diasah menjadi pembelajar yang kritis,
kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh
karena itu guru perlu mendesain indikator pembelajaran yang
berkaitan dengan permasalahan kehidupan nyata di masyarakat.
Siswa dilatih berpikir kritis dengan kecakapan nalar secara teratur dan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian solusi ilmiah.
f. Pembelajaran berbasis kompetensi dilakukan dengan multi strategi
dan multimedia artinya menggunakan berbagai prosedur dan alat
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 28
yang relevan dalam memberikan pengalaman belajar yang beragam.
F.2. Karakteristik Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa,
maka makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks
kehidupan dan lingkungan ini memiliki empat ciri yaitu: mengalami,
komunikasi, interaksi dan refleksi.
1. Mengalami, sebagai pengalaman belajar, berupa melakukan
pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara, sehingga siswa
belajar banyak melalui berbuat, pengalaman langsung mengaktifkan
berbagai indera dalam mendapatkan pengetahuan empiris.
2. Komunikasi, yang terbentuk berupa kemampuan mengemukakan
pendapat, presentasi dan mempertahankan argumen, pelaporan dan
mempublish hasil kerja.
3. Interaksi, bentuknya berupa diskusi, tanya jawab, lempar tangkap
pertanyaan yang memungkinkan terjadi koreksi kesalahan makna,
menguatkan makna yang terbangun, dan meningkatkan kualitas hasil
belajar siswa.
4. Kegiatan Refleksi, yaitu mereviu ulang segala pemahaman dan
langkah kerja yang dilakukan dalam pembelajaran, sehingga terjadi
koreksi dan konfirmasi yang selanjutnya dikuatkan oleh guru sebagai
narasumber dalam pembelajaran.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 29
F.3. Praktik Penerapan PAIKEM
Sebagai model dalam pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM
perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga
memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP
(KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan
tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar,
beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu
jam pelajaran tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40
menit, dan untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas
Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru
perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan
kegiatan mandiri.
1. Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik
ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti
ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya
jawab, atau simulasi.
2. Kegiatan Tugas Terstruktur
Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang
mengembangkan kemandirian belajar siswa, sedangkan peran guru
sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan
adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 30
ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah, ekplorasi kajian pustaka atau internet dan
simulasi.
3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah
diskovery inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi
lingkungan, atau proyek.
F.4. Bentuk-Bentuk Model Pembelajaran yang berorientasi PAIKEM
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha
Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) menyatakan
terdapat empat kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi
sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik;
dan (4) model modifikasi tingkah laku.
Penggunaan istilah model pembelajaran sering diidentikkan dengan
strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-
masing istilah tersebut divisualisasikan sebagaimana gambar berikut;
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 31
Gambar Hubungan antara pendekatan, strategi, motode, teknik, taknik
pembelajaran dalam bingkai PAIKEM
Berikut beberapa contoh model pembelajaran dari sekian banyak
model yang dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran ini hanya membahas konteks pengertian, rasional serta
prinsip sintaks /prosedur pelaksanaannya. Selanjutnya dapat dimodifikasi
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi di kelas.
F.4.1. Kooperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai
makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain,
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 32
mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan
rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok
secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab.
Pembelajaran kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat,
sebagai inteksi sosial dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing individu. Sehingga model pembelajaran kooperatif
merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk
bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri.
Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-
partisipatif), maka tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (aspek kemampuan, gender, dan karakter). Tugas guru
melakukan kontrol dan memfasilitasi kemudian meminta tanggung jawab
hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
F.4.2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai
dengan sajian atau tanya jawab lisan berupa apersepsi (sikap ramah,
terbuka, negosiatif), pertanyaan terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling). Sehingga akan muncul urgensi dan manfaat
dari materi yang akan disajkan guru kepada siswa. Motivasi belajar siswa
akan muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret terhadap pelajaran.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 33
Diharapkan suasana pembelajaran menjadi kondusif – nyaman dan
menyenangkan.
Prinsip pembelajaran kontekstual adalah bertumpu pada aktivitas
siswa. Guru mendorong siswa yag melakukan dan mengalami sendiri,
proses belajar secara menyeluruh dengan tidak hanya menonton dan
mencatat pelajaran saja.
Terdapat delapan indikator pembelajaran kontekstual yang
membedakan dengan model lainnya, yaitu pertama modeling, yaitu
pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian tujuan kompetensi,
pengarahan petunjuk, rambu-rambu dan contoh. Kedua questioning yaitu
kegiatan eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi. Ketiga, learning
community yaitu seluruh siswa didorong berpartisipasi dalam belajar
kelompok atau individual. Keempat minds-on, yaitu siswa didorong
mencoba, mengerjakan suatu kasus. Kelima inquiry yaitu proses
identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan
nilai/ makna dari objek yang dipelajari. Keenam constructivism yaitu
membangun pemahaman sendiri, merekonstruksi konsep aturan, analisis-
sintesis. Ketujuh reflection yaitu kegiatan mereviu, merangkuman,
melakukan tindak lanjut. Kedelapan authentic assessment yaitu proses
penilaian selama kegiatan dan sesudah pembelajaran dilakukan.
Penilaian ini dilakukan dalam setiap aktvitas siswa, penilaian berupa
portofolio, penilaian lain dari berbagai aspek dan berbagai caranya.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 34
F.4.3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Metoda ini dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola
guided reinvention dalam mengkontruksi konsep aturan melalui process of
mathematization, yaitu matematika horizontal yang berupa tools, fakta,
konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan
persoalan, proses dunia empirik. Dan vertikal yaitu reorganisasi matematik
melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika.
Prinsip metoda ini adalah aktivitas konstruktivism, diantaranya
realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-
informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment
(keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai
aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).
F.4.4. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik
dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir kritis
dan mendalam. Kondisi yang harus tetap dipelihara adalah suasana
kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan
menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaboratif
(analisis), interpretasi, induktif, identifikasi, investigasi, eksplorasi,
konjektur, sintesis, generalisasi dan inkuiri.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 35
Dalam metode ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan
yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Problem solving
adalah proses mencari atau menemukan cara penyelesaiannya
(menemukan pola, aturan, atau algoritma). Alur kegiatannya, sajikan
permasalah proses belajar yang sesuai kriteria, siswa berkelompok atau
individual, mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa
mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan pada
akhirnya menemukan solusi dari permasalahan objek belajar.
F.4.5. SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectualy)
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa
belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.
Istilah SAVI kependekan dari Somatic Auditory Visualization Intellectualy.
Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), dimana
belajar dengan mengalami dan melakukan. Auditory yang bermakna
bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak,
berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan
menanggapi. Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan
indra mata melalui mengamatan, menggambar, mendemonstrasikan,
membaca, menggunakan media dan alat peraga. Intellectualy yang
bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir
(minds-on) belajar dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakan
nalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta,
mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 36
F.4.6. Permain berkelompok (TGT; Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa
heterogen, beri tugas tiap kelompok. Setiap kelompok bekerjasama dalam
bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif
dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok. Suasana
diskuisi didesain nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi
permainan, posisi guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun. Kegiatan
diselingi dengan candaan. Kemudian tiap kelompok menyajikan hasil
kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Sintak metode ini sebagai berikut, pertama buatlah kelompok siswa
heterogen 4 orang orang kemudian berikan informasi pokok materi dan
mekanisme kegiatan kelompoknya. Kedua, siapkan meja turnamen
secukupnya, misal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang
berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari
tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-sekian ditepati oleh siswa
yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja
tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok. Ketiga, selanjutnya
pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah
disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu
tertentu. Siswa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa
dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan
sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesuai
dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan /gelar, misal ; superior,
very good, good, medium dan seterusnya.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 37
Pada turnamen kedua dan seterusnya, dilakukan pergeseran
tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi.
Siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang
sama. Setelah selesai turnamen, hitunglah skor untuk tiap kelompok asal
dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
F.4.7. Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan
urutan metode pelaksanaan, diawali dengan pengarahan informasi bahan
ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar yang terdiri dari
beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap
anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tiap kelompok
bahan belajarnya sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar
yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok
asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok
ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
F.4.8. Mencari Pasangan (Make a Match)Model pembelajaran ini merupakan teknik menjodohkan antara
pertanyaan dan jawaban yang dibuat secara terpisah.
Langkah-langkah sintaks yang dapat ditempuh pada model ini
adalah sebagai berikut,
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk seri review, satu bagian kartu soal dan satu
bagian lagi untuk jawaban.Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 38
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Tiap siswa memikirkan soal/jawaban yang terdapat di dalam kartu
yang mereka pegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya dengan
pasangannya diberi poin
6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya
7. Guru menyimpulkan, memberi penguatan dan evaluasi.
F.4.9. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Model Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat
mengembangkan metakognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa
untuk membaca bahan belajar secara seksama dan cermat. Sintaks
model kegiatan ini diawali dengan Survey dengan mencermati teks
bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, kemudian Question dengan
membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan
bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari
jawabanya. Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-
bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang secara
menyeluruh.
F.4.10. Model Artikulasi
Model pembelajaran artikulasi dapat dilakukan dengan langkah berikut,
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 39
1. Guru menyampaikan tujuan yang hendak dicapai
2. Guru menyajikan materi pembelajaran sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok dua orang
4. Guru menugaskan kepada salah seorang dari pasangan itu untuk
menceritakan kembali materi yang baru diterima dan pasangannya
mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti
peran. Begitu juga yang dilakukan oleh kelompok lain
5. Siswa secara bergantian / acak untuk menyampai hasil wawancaranya
dengan teman pasangannya (berganti pasangan).
6. Guru mengulangi / menjelasakan kembali materi yang belum
dipahamni siswa
7. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan
8. Guru bersama siswa menyimpulan
9. Melaksanakan evaluasi sebagai feedback proses pembelajaran.
F.4.11. DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari model pembelajaran dengan pemecahan
masalah yang penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari
timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan
mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 40
menghilangkan gap / kesenjangan yang menyebabkan munculnya
masalah tersebut.
Sintak model ini adalah diawali dengan identifkasi, deteksi kausal,
solusi tentatif, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain,
dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesaian masalah dengan
menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala,
menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasi
kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan
pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.
F.4.12. Debate
Debat adalah model pembalajaran dengan urutan metode siswa
menjadi dua kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca
materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian
presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian
ditanggapi oleh kelompok lainnya secara bergantian, guru membimbing
membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu.
F.4.13. Bermain peran (Role Playing)
Model pembelajaran merupakan konsep bermain peran yang
dilakukan siswa sesuai scenario pembelajaranyang disusun siswa.
kelompok siswa lainnya membahas peran yang dilakukan oleh pelakon,
kemudian dipresentasikan dan didiskusikan antar kelompok. Langkah-
langkah sintaks model ini sebagai berikut,
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 41
1. Guru menyusun sekenario yang akan ditampilkan.
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario beberapa hari
sebelum proses KBM berlangsung.
3. Waktu pelaksanaan guru menunjuk siswa berkelompok
4. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
dalam pembelajaran.
5. Guru memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk melaksanakan
skenario yang sudah dipersiapkan.
6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, sambil memperhatikan
dan mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7. masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk membahas lakon
yang dilakukan teman pemeran
8. Tiap kelompok berdiskusi dan menyampaikan hasil kesimpulan
9. Guru memberikan kesimpulan dan penguatan materi
10. Guru mengadakan evaluasi pembelajaran dan penutup
F.4.14. Talking Stick
Model pembelajaran ini diawali dengan guru menyiapkan sajian
materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru
mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa
yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan
kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya,
selanjutnya guru membimbing dalam menyimpulkan, melaksanakan
refleksi dan evaluasi ketercapaian pembelajaran. Sintak model ini secara
detail dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 42
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan
mempelajari materi pada buku pegangannya
3. Guru mempersilahkan siswa menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salahsatu
siswa, kemudian memberikan pertanyaan dan harus dijawab oleh
siswa tersebut kemudian tongkat diberikan kepada siswa lain dan
guru memberikan pertanyaan yang berbeda dan demikian seterusnya
sampai sebagaian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
pertanyaan.
5. Guru memberikan penekanan, konfirmasi dan kesimpulan.
6. Langkah penutup guru mengadakan evaluasi sebagai feedback.
F.4.15. Demonstrasi (Demonstration)
Model pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan
peragaan media atau eksperimen atau praktik. Langkahnya dimulai dari
penyampaian informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan
ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk
siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagian peragaan, dikusi
kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
F.4.16. Quantum
Menganalogikan pelaksanaan pembelajaran seperti permainan
musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif,
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 43
kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip
quantum adalah semua berbicara bermakna, semua mempunyai tujuan,
konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum
adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami dengan dunia realitas
siswa, namai buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui
presentasi komunikasi, ulangi dengan tanya jawab latihan dengan
rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum tawa ramah.
Rumus quantum fisika adalah E = mc2, dengan E = energi yang
diartikan sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c =
communication, optimalkan komunikasi dengan aktivitas optimal.
Hakekatnya model teknik pembelajaran tidak ada yang sempurna
secara soliter atau tunggal. Melainkan teknik model pembelajaran yang
Model-model pembelajaran ini bersifat universal, sehingga dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran segala jenjang pendidikan yang
sesuai dengan usia siswanya.
Pembelajaran sempurna adalah merupakan gabungan dari model-
model yang dikombinasikan sesuai situasi dan kondisi realita serta
karakteristik materi pelajaran yang disampaikan. Sehingga model
pembelajaran saling mendukung satu sama lainnya. Maka dari itu guru
harus menguasai berbagai model pembelajaran yang variatif, bisa
menyajikan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, edukatif dan
menyenangkan bagi siswanya, dengan harapan tujuan pembelajaran
tersampaikan dengan diterima secara utuh dan menyeluruh.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 44
BAB III
PEMBAHASAN KAJIAN
A. Peranan Metoda dan Teknik Teaching and Learning dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Siswa.
Kegiatan belajar mengajar (teaching and learning) merupakan
kegiatan inti dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan harus
didesain sedemikian rupa dengan memperhitungkan berbagai aspek.
Aspek pertimbangan pertama, seorang guru harus bisa mengukur
kompleksitas dan daya dukung materi yang dimiliki dengan kemampuan
siswa yang direpresentasikan dari row material input siswa.
Aspek kedua, guru harus mampu menguasai psikologi siswa, mulai
dari perkembangan kejiwaan yang berkembang, diharapkan bisa
mengantisipasi kendala dan resistensi yang mungkin terjadi dalam proses
pembelajaran. Guru juga dituntut mengenal latar belakang keluarga dan
masyarakat tempat tumbuh kembang siswanya, sehingga bisa
diidentifikasi kecenderungan watak dan sikap yang dimiliki siswa.
Aspek ketiga, guru harus menguasai berbagai metode dan model
pembelajaran yang bervariasi sesuai karakteristik materi / Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang disampaikan kepada siswa.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 45
Kemampuan metodik pedagogik tersebut disesuaikan dengan
perkembangan mental, pengetahuan dan fisik siswa.
Aspek keempat, guru harus menguasai kompetensi utama yang
diampu sebagai bagian dari kemampuan profesional guru sesuai disiplin
keilmuan yang dikuasainya.
Berdasarkan empat aspek tersebut, setiap guru harus bisa
mengembangkan metode dan model pembelajaran berdasarkan bidang
garapan, konteks materi dan karakteristik siswa yang dihadapi. Model
teaching and learning harus mampu menyajikan proses pembelajaran
yang disenangi dan dinantikan siswa dalam penerimaan materi. Suasana
pembelajaran yang menyenangkan akan lebih berhasil daripada kondisi
yang tertekan, menjemukan dan statis.
Model-model teaching learning bervariatif yang dikuasai guru
diharapkan menciptakan nuansa baru dalam setiap pertemuan
pembelajaran. Sehingga siswa akan selalu semangat dan segar.
Berdasarkan fakta empiris siswa yang hanya mendengarkan materi
tingkat keberhasilan belajarnya lebih rendah dibanding pembelajaran yang
didukung dengan melihat peraga visual dan suara. Selanjutnya, siswa
akan lebih berhasil dalam menerima materi jika dilakukan dengan
melaksanakan praktik secara langsung mengenai materi yang
disampaikan dengan melibatkan berbagai peraga dan media. Sehingga
dalam proses pembelajaran siswa memfungsikan berbagai indera-
inderanya, akan mengakibatkan penguatan pemahaman dan konfirmasi
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 46
keilmuan yang lebih tegas dan mendalam. Proses pembelajaran yang
interaktif dengan melibatkan semua indera dengan tuntunan dan
penguatan dari guru sebagai narasumber, akan menciptakan konstruk
berpikir yang tertanam secara kuat dan lebih permanen dalam pikiran
siswa.
Perkembangan dunia ICT –Information Communication Technology
— telah mendorong terjadinya perubahan model-model pembelajaran
dengan berbagai variannya. Dalam konteks pendidikan hal ini akan
membantu guru dan praktisi pendidikan dalam mengembangkan metode
pedagogis dan model pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif,
atraktif dan menyenangkan. Penggunaan media elektronis akan
merangsang kreatifitas siswa dalam belajar. Sehingga tidak ada alasan
bagi guru dalam mengembangkan media dan konsep pembelajaran yang
bervariatif.
Pendekatan yang menekankan pada kontak fisik dan tekanan
mental dengan tujuan untuk merubah perilaku dan pemahaman siswa,
dalam perkembangan paradigma pendidikan sekarang sudah tidak
relevan. Tingkat kepekaan siswa dan orangtua masyarakat yang tinggi
mengenai hak azasi manusia menjadikan guru harus mampu menahan
dan membatasi diri dalam pendekatan-pendekatan fisik.
Seiring terbukanya informasi dan kesetaraan hak yang merupakan
bagian kampanye hak azasi manusia, dunia pendidikan dalam hal ini guru
harus mampu menciptakan pola pendekatan pembelajaran yang
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 47
humanistis dan demokratis. Dalam pola ini, siswa digiring berfikir secara
dewasa dengan memberi berbagai pemahaman dan pandangan sosial
mengenai nilai dan norma ---nilai agama, sosial, sopan santun dan
hukum adat— sehingga secara alamiah siswa tumbuh kesadaran /
awareness mengenai tugas peran dan fungsinya sebagai warga
pembelajar.
Masuknya nilai-nilai hak azasi dan peranan perlindungan anak
yang dijamin undang-undang, menjadi celah masuknya hukum positif
dalam lingkungan pendidikan. Sehingga sekarang guru memungkinkan
dituntut secara hukum jika melakukan tindakan fisik dan mental yang
bertentangan dengan hukum pidana. Hal ini disatu sisi memberikan
dampak positif dalam menekan tindak kekerasan di sekolah, dilain pihak
membawa dampak yang kurang relevan dengan dunia pendidikan. Karena
bagaimanapun proses pendidikan merupakan hubungan fathernal –antara
anak dan orang tua dalam hal ini guru--, sehingga ditakutkan hal ini akan
membelenggu guru dalam proses pembinaan, pembelajaran dan
pendidikan secara teknis –tentu bukan pendekatan kekerasan--.
Guru terkesan takut jika melakukan tindakan pencegahan dan
treatment dalam proses pembinaan di sekolah, sehingga terkesan
menjaga diri. Keadaan ini diartikan sebagai pembiaran oleh siswa,
sehingga mereka cenderung abai dengan tata nilai yang telah ditetapkan
disekolah. Disinyalir fenomena ini memberi kontribusi terhadap
berkembangnya tingkat kenakalan remaja dan kekerasan antar pelajar.
Meski hal ini membutuhkan pembuktian secara ilmiah.Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 48
Orientasi baru psikologi dalam pendidikan ini diharapkan mampu
menemutunjukan kembali arah pendidikan. Guru diarahkan mampu
menemukan strategi dan model pembelajaran dan pendekatan dalam
pembinaan terhadap siswa. Seiring demokratisasi pendidikan, maka pola
pendidikan harus lebih menekankan pada konstruktivisme dan humanis
dalam membangun pembelajaran yang demokratis di sekolah.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 49
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
A. Saran
Pelaksanaan teaching and learning / proses belajar mengajar
merupakan proses inti dalam pendidikan di sekolah baik secara makna
inclass maupun interaksi antar guru dan murid secara umum di sekolah.
Maka dari itu, guru harus memperhatikan aspek psikologi dari anak,
psikologi pendidikan yang dikembangkan pada jenjang pendidikan dan
pendekatan model pembelajaran yang tepat dalam penyampaian materi
pelajaran.
Dalam psikologi pendidikan terdapat empat pendekatan, yaitu
behavioristik, konstruktivism, humanisme dan cognitivisme dalam
melaksanakan pembelajaran dan pembinaan bagi peserta didik.
Penggunaan pendekatan disesuaikan dengan jenjang pendidikan,
perkembangan psikologi, kesiapan mental dan fisik peserta didik.
Setiap pendekatan pesikologi pendidikan memiliki kelebihan dan
kekurangan, sehingga dalam praktiknya dunia pendidikan memungkinkan
mengkolaborasikan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan dengan
kebutuhan ditiap jenjang dan segmen pendidikan. Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 50
B. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan teaching and learning, maka pendidikan harus ;
1. Proses pembelajaran harus mengedepankan humanisme dan
menghindarkan kekerasan dalam pembelajaran dan pembinaan
siswa.
2. Guru harus memiliki khasanah yang luas mengenai metode dan
model pembelajaran yang bervariatif, sehingga akan
menumbuhkan suasana baru bagi siswa dalam belajar.
3. Guru harus menguasai ilmu perkembangan psikologis peserta
didiknya, sesuai jenjang pendidikan lembaga pendidikan – untuk
SD, SMP, SLTA, Perguruan Tinggi--.
4. Guru harus mampu mengadaptasi perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), sehingga bisa meng-update
kompetensi profesionalnya dan keterampilan didaktik metodik
pembelajaran.
5. Seiring perkembangan TIK, model pembelajaran harus sudah
bergeser pada model pembelajaran interaktif, kreatif, inovatif
berbasis multimedia, sehingga menumbuhkan antusiasme siswa
dalam belajar sehingga lebih menyenangkan.
Orientasi Baru Psikologi Pendidikan________________________________ 51