makalah tbc dalam masyarakat

37
Masalah TBC pada Keluarga Hilary 10.2012.249 email : [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) 56942061 Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang kronis dan sudah dikenal semua orang. Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis. Tuberculosis paru memerlukan waktu pengobatan yang lama dan tidak boleh terputus, apabila pengobatannya terputus maka dapat menyebabkan resistensi dari obat tersebut. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih tentang tuberculosis paru dengan pendekatan kedokteran keluarga pada pembacanya. Makalah ini ditulis sesuai dengan skenario yang telah diberikan. Epidemiologi Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakitm kecacatanm dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi

Upload: hilary

Post on 12-Dec-2015

255 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

TBC

TRANSCRIPT

Page 1: makalah TBC dalam masyarakat

Masalah TBC pada Keluarga

Hilary10.2012.249

email : [email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) 56942061

Pendahuluan

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang kronis dan sudah dikenal semua

orang. Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman

Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian

penyakit tuberkulosis. Tuberculosis paru memerlukan waktu pengobatan yang lama dan tidak

boleh terputus, apabila pengobatannya terputus maka dapat menyebabkan resistensi dari obat

tersebut. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih tentang

tuberculosis paru dengan pendekatan kedokteran keluarga pada pembacanya. Makalah ini ditulis

sesuai dengan skenario yang telah diberikan.

Epidemiologi

Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan

faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakitm kecacatanm dan kematian

dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi status

kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin,

ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan , perilaku, waktu, tempat, dan orang. Karakterisasi

ini dilakukan guna menjelaskan distribusi suatu penyakit atau masalah yang terkait dengan

kesehatan jiga dihubungkan dengan faktor penyebab. Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan

menjelaskan dampak dari tinakan pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegahan,

intervensi klinis, dan pelayanan kesehatan terhadap penyakit atau mengkaji dan menjelaskan

faktor lain yang berdampak pada status kesehatan penduduk.1 Epidemiologi dapat dikatagorikan

sebagai berikut: dilihat dari agen nya, host, faktor lingkungan, dan cara penularannya.

Page 2: makalah TBC dalam masyarakat

Pertama adalah agentnya. TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, bakteri

gram positif, berbentuk batang halus, mempunyai sifat tahan asam dan aerobic. Karakteristik

alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika dan

mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama. Kedua adalah

host nya. Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian

dan kematian: pealing rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita; paling luas pada

masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan

momen kehamilan pada wanita; dan puncak sedang pada usia lanjut.

Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku

pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak

terlindung dari risiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang

diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi

memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan

rendahnya kondisi sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit

terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan

sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut

memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian Status

gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme

pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi

primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.2,3

Ketiga adalah lingkungan. Biasanya untuk kasus TBC, lingkungannya dapat dilihat

dari lingkungan tempat tinggal terutama rumahnya. Apa rumah pasien tersebut sesuai standard

atau tidak, apakah rumah tersebut dapat menjadi sarang perkembangannya kuman TB.

Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah. Lingkungan rumah terdiri

dari lingkungan fisik yaitu ventilasi, suhu, kelembaban, lantai, dinding serta lingkungan sosial

yaitu kepadatan penghuni.

Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang

menggunakannya untuk tempat berlindung. Lingkungan dari struktur tersebut juga semua

Page 3: makalah TBC dalam masyarakat

fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani

dan rohani serta keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu.

Lingkungan rumah yang sehat dapat diartikan sebagai lingkungan yang dapat

memberikan tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk bersitirahat serta dapat

menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, psikologis maupun sosial Menurut APHA

(American Public Health Assosiation), lingkungan rumah yang sehat harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis

Suhu ruangan, yaitu dalam pembuatan rumah harus diusahakan agar kontruksinya

sedemikian rupa sehingga suhu ruangan tidak berubah banyak dan agar

kelembaban udara dapat dijaga jangan sampai terlalu tinggi dan terlalu rendah.

Untuk ini harus diusahakan agar perbedaan suhu antara dinding, lantai, atap dan

permukaan jendela tidak terlalu banyak.

Harus cukup mendapatkan pencahayaan baik siang maupun malam. Suatu

ruangan mendapat penerangan pagi dan siang hari yang cukup yaitu jika luas

ventilasi minimal 10 % dari jumlah luas lantai.

Ruangan harus segar dan tidak berbau, untuk ini diperlukan ventilasi yang cukup

untuk proses pergantian udara.

Harus cukup mempunyai isolasi suara sehingga tenang dan tidak terganggu oleh

suara-suara yang berasal dari dalam maupun dari luar rumah.

Harus ada variasi ruangan, misalnya ruangan untuk anak-anak bermain, ruang

makan, ruang tidur, dll.

Jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis

kelaminnya.

2. Perlindungan terhadap penularan penyakit

Harus ada sumber air yang memenuhi syarat, baik secara kualitas maupun

kuantitas, sehingga selain kebutuhan untuk makan dan minum terpenuhi, juga

cukup tersedia air untuk memelihara kebersihan rumah, pakaian dan penghuninya.

Harus ada tempat menyimpan sampah dan WC yang baik dan memenuhi syarat,

Page 4: makalah TBC dalam masyarakat

juga air pembuangan harus bisa dialirkan dengan baik.

Pembuangan kotoran manusia dan limbah harus memenuhi syarat kesehatan, yaitu

harus dapat mencegah agar limbah tidak meresap dan mengkontaminasi

permukaan sumber air bersih.

Tempat memasak dan tempat makan hendaknya bebas dari pencemaran dan

gangguan binatang serangga dan debu.

Harus ada pencegahan agar vektor penyakit tidak bisa hidup dan berkembang biak

di dalam rumah, jadi rumah dalam kontruksinya harus rat proof, fly fight,

mosquito fight.

Harus ada ruangan udara (air space) yang cukup.

Luas kamar tidur minimal 8,5 m³ per orang dan tinggi langit-langit minimal 2.75 meter.2,3

Cara Penularan

Dewasa ini wawasan mengenai diagnosis, gejala, pengobatan dan pencegahan TBC

sebagai suatu penyakit infeksi menular terus berkembang. Sejalan dengan itu, maka perlu

dipelajari faktor-faktor penentu yang saling berinteraksi sesuai dengan tahapan perjalanan

alamiah.

1. Periode Prepatogenesis

a. Faktor Agent (Mycobacterium tuberculosis)

Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia

atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang

lama. Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis

sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan

kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah

penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru.

Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk

transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang

jarang terjadi.

b. Faktor Lingkungan

Page 5: makalah TBC dalam masyarakat

Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar

dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa

dipengaruhi musim dan letak geografis. Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada

kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan

kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan

dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan

urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran

dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan

pencetus peningkatan epidemi penyakit ini. Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak

langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.

c. Faktor Host

Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian

dan kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita, (2) paling

luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-

mental dan momen kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang pada usia lanjut. Dalam

perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada golongan

dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari

resiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan

tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju

lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya

kondisi sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit terinterprestasikan

dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan sugesti tentang

pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan

dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi, kondisi kesehatan

secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga

berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa

resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.

2. Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent)

Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan

pencernaan Host. Contohnya Mycobacterium melewati barrier plasenta, kemudian berdormansi

Page 6: makalah TBC dalam masyarakat

sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis. Infeksi berikut

seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent, Host dan Lingkungan. Penderita TB

BTA positif merupakan sumber terjadinya penularan. Ketika batuk atau bersin, penderita

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung

kuman boleh bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Jika droplet tersebut

terhirup kedalam saluran pernafasan, maka orang tersebut akan terinfeksi. Selama kuman

tersebut masuk dalam tubuh melalui saluran pernafasan, ia dapat menyebar dari paru ke bahagian

tubuh lainnya.

Daya penuluran seorang penderita ditentukan oleh banyakknya kuman yang dikeluarkan

dari parunya. Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, semakin tinggi penularan

penderita tersebut. Jika hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita

dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi

droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.4,5

Kedokteran Keluarga

Dokter Keluarga adalah Dokter praktek umum yang menerapkan prinsip-prinsip

Kedokteran Keluarga (komprehensif, kontinu, koordinatif, kolaboratif), mengutamakan

pencegahan, dengan sasaran keluarga beserta segala aspek dan mengikuti perkembangan

ilmu/teknologi Kedokteran mutachir (Evidence Based Medicine,EBM).

Klinik adalah badan usaha satu jenis pelayanan kedokteran rawat jalan. Beberapa klinik

melengkapi dirinya dengan rawat inap. Misalnya: Klinik 24 jam, Klinik Dokter Keluarga, Klinik

Bedah, dsb. Klinik Dokter Keluarga adalah klinik yang diselenggarakan oleh Dokter Praktek

Umum yang menerapkan prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga. Klinik Dokter Kluarga sering

disertai ruang rawat inap sementara (One Day Care) sebelum mendapat tempat rawat inapdi

Rumah Sakit rujukan.

Dalam teori administrasi, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

penggerakpelaksanaan, dan pengontrolan (Planning, Onganizing, Actuating, Controling)

terhadap perangkat administrasi (Man, Money, Material, Mothode). Secara singkat, manajemen

adalah proses memfungsikan prangkat administrasi agar menghasilkan satu target (sesuatu yang

Page 7: makalah TBC dalam masyarakat

diharapkan). Manajemen Klinik Dokter Keluarga adalah proses perencanaan dan pengontrolan

tenaga, sarana prasarana, dana, metoda, pasar, dsb agar mencapai target. Singkatnya manajemen

Klinik Dokter Keluarga adalah proses memfungsikan perangkat Klinik Dokter Keluarga agar

mencapai target yang diharapkan.

Prinsip Kedokteran Keluarga

1. Dokter kontak pertama (first contact)

Dokter keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang pertama kali ditemui

pasien/klien dalam masalah kesehatannya.

2. Layanan bersifat pribadi ( personal care)

Dokter keluarga memberikan layanan yang bersifat pribadi dengan mempertimbangkan

pasien sebagai bagian dari keluarga.

3. Pelayanan paripurna ( comprehensive)

Dokter keluarga memberikan pelayanan menyeluruh yang memadukan promosi

kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi dengan aspek fisik,

psikologis, dan social budaya.

4. Pelayanan bersinambungan (continuous care)

Pelayanan Dokter keluarga berpusat pada orangnya (pasient-centered) bukan pada

penyakitnya (diseases-centered).

5. Mengutamakan pencegahan (prevention first)

Karena berangkat dari paradigma sehat, maka upaya pencegahan oleh Dokter keluarga

dilaksanakan sedini mungkin.

6. Koordinasi

Dalam upaya mengatasi masalah pasien Dokter keluarga perlu berkonsultasi dengan

disiplin ilmu lainnya.

7. Kolaborasi

Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada diluar kompetensinya, Dokter keluarga

bekerjasama dan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain yang

berkompeten.

8. Family oriented

Dalam mengatasi masalah Dokter keluarga mempertimbangkan konteks keluarga,

dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya.

Page 8: makalah TBC dalam masyarakat

9. Community oriented

Dokter keluarga dalam mengatasi masalah pasien haruslah tetap memperhatikan dampak

kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.

Tujuan Pelayanan dokter keluarga

Tujuan pelayanan dokter keluarga secara umum dapat dibedakan atas dua macam, yakni :

1. Tujuan umum

Tujuan umum pelayanan dokter keluarga pada dasarnya adalah sama dengan tujuan

pelayanan kesehatan secara keseluruhan, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap

anggota keluarga.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus pelayanan dokter keluarga erat hubungannya dengan sejarah

perkembangan pelayanan dokter keluarga di satu pihak serta ciri-ciri pelayanan dokter

keluarga di pihak lain. Tujuan khusus yang dimaksud adalah terpenuhinya kebutuhan

keluarga akan pelayanan kedokteran yang efektif dan efisien.2

Manfaat praktek dokter keluarga adalah sebagai berikut: akan dapat diselenggarakan

penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang

disampaikan; akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin

kesinambungan pelayanan kesehatan; apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya

akan lebih baik dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini;

akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu

masalah kesehatan tidak menimbulkan pelbagai masalah lainnya; jika seluruh anggota keluarga

ikut serta dalam pelayanani maka segala keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan

kesehatan ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah

kesehatan yang sedang dihadapi; dapat diperhitungkan pelbagai faktor yang mempengaruhi

timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis; dan akan dapat diselenggarakan

penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan

karena itu akan meringankan biaya kesehatan; dapat dicegah pemakaian pelbagai peralatan

kedokteran canggih yang memberatkan biaya kesehatan.6

Page 9: makalah TBC dalam masyarakat

Paradigma Sehat

Definisi paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan

kesehatan yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi banyak faktor

yang bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan,

serta perlindungan kesehatan, tidak hanya pada upaya penyembuhan penyakit atau pemulihan

kesehatan. Paradigma sehat mengubah cara pandang terhadap masalah kesehatan baik secara

makro maupun mikro. Secara makro, berarti bahwa pembangunan semua sektor harus

memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan, minimal memberi sumbangan dalam

pengembangan lingkungan dan perilaku sehat. Secara makro, berarti bahwa pembangunan

kesehatan harus menekankan pada upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya

kuratif dan rehabilatif. Lebih dari itu, paradigma sehat adalah bagian dari pembangunan

peradaban dan kemanusiaan secara keseluruhan. Paradigma sehat adalah perubahan mental dan

watak dalam pembangunan. Paradigma sehat berkaitan dengan lingkungan, perilaku, dan

pelayanan kesehatan

Tiga pilar Indonesia sehat, antara lain : pertama adalah lingkungan sehat, adalah

lingkungan yang kondusif untuk hidup yang sehat, yakni bebas polusi, tersedia air bersih,

lingkungan memadai, perumahan-pemukiman sehat, perencanaan kawasan sehat, terwujud

kehidupan yang saling tolong-menolong dengan tetap memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

Kedua adalah perilaku sehat, yaitu bersikap proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan

(contoh: aktifitas fisik, gizi seimbang), mencegah resiko terjadinya penyakit (contoh: tidak

merokok), melindungi diri dari ancaman penyakit (contoh: memakai helm dan sabuk pengaman,

JPKM), berperan aktif dalam gerakan kesehatan (contoh: aktif di posyandu). Ketiga adalah

pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata, yang menjangkau semua lapisan

masyarakat tanpa adanya hambatan ekonomi, sesuai dengan standar dan etika profesi, tanggap

terhadap kebutuhan masyarakat, serta memberi kepuasan kepada pengguna jasa.7

Pada pelayanan kesehatan terdapat program pemberantasan penyakit menular TBC.

Tujuan dari program ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian tuberculosis

Page 10: makalah TBC dalam masyarakat

paru dengan memutuskan rantai penularan melalui upaya pengobatan penderita menular sampai

sembuh. Kegiatannya terdiri dari pengamatan epidemiologi dan tindakan pemebrantasan,

penilaian pengobatan, rujukan penderita, dan penyuluhan kesehatan. Pada kegiatan pengamatan

epidemiologi, penderita TBC yang ditemukan baik pada kunjungan dalam gedung maupun luar

gedung puskesmas harus dicatat dan dilaporkan kepada puskesmas yang berlaku. Setuap

penderita tersangka TBC yang berumur 15 tahun keatas harus diperiksa dahaknya sebanyak tiga

kali berturut- turut dalam seminggu. Bila pemeriksaan tiga kali berturut- turut tidak ditemukan

BTA, penderita tersangka itu harus berada dalam pengawasan dan dianjurkan kembali sebulan

kemudian untuk pemeriksaan dahak lagi. Bila pada dahaknya ditemukan BTA, harus dijelaskan

tentang pengobatan yang harus dijalaninya.

Lalu setelah melakukan pendekatan epidemiologi dan pengobatan, dilakukanlah

penilaian pengobatan. Untuk menilai keberhasilan setiap tahap pengobatan dan setelah selesai

pengobatan perlu diperiksa dahaknya pada awal bulan IV dan pada akhir masa pengobatan bulan

ke VI. Bila pada pemeriksaan dahak di temukan BTA, harus dilakukan biakan dahak. Bila biakan

tidak tumbuh berarti BTA yang ditemukan adalah Mycobacterium tuberculosis yang mati. Bila

biakan tumbuh harus dilakukan pemeriksaan kekebalan kuman dengan OAT paduan jangka yang

digunakan. Penderita diyatakan sembuh bila pada akhir masa pengobatan tidak ditemukan BTA

pada pemeriksaan dahaknya selama tiga kali berturut- turut dalam seminggu. Pengobatan

dinyatakan gagal bila pada akhir masa pengobatan ditemukan BTA. Bila pada akhir masa

pengobatan pemeriksaan dahak secara mikroskopis memberikan hasil BTA positif, dan

biakannya tumbuh tapi pemeriksaan kekebalan kuman memperlihatkan kuman masih sensitif

terhadap obat jangka pendek, maka pengobatan diulangi kembali awal degab menggunakan obat

jangka pendek. Bila pada akhir pengobatan pemeriksaan dahak secara mikroskopik memberikan

hasil BTA positif dan biakannya tumbuh dan pemeriksaan kekebalan kuman memperlihatkan

kuman sudah kebal terhadap panduan obat jangka pendek, maka pengobatan dinyatakan gagal

dan penderita harus dirujuk ke unit pelayanan kesehatan yang lebih ahli.

Lalu ketiga adalah kegiatan merujuk penderita. Indikasi rujukan adalah penderita yang

dalam pemeriksaan dahak berkala telah menunjukan terjadinya konvesi namun keluhan tetap ada

dan keadaan umum semakin berat. Lalu juga pada penderita yang mengalami kegagalan

pengobatan disertai dengan kekebalan kuman terhadap salah satu atau beberapa obat anti

Page 11: makalah TBC dalam masyarakat

tuberculosis yang pernah dipakai. Tahap yang terakhir adalah penyuluhan kesehatan. Pentingnya

penyuluhan kesehatan harus dimengerti dan dpahami secara mendalam oleh petugas kesehatan,

karena upaya ini berhubungan dengan perilaku manusia dan masyarakat.

Kedokteran Pencegahan

Kedokteran pencegahan berkaitan dengan pencegahan penyakit pada individu.

Dengan demikian, bidang ini terjadi dari emapt wilayah kerja yaitu: pencegahan dengan cara-

cara biologis pada penyakit tertentu, seperti penyakit menular spesifik dan penyakit defisiensi;

pencegahan beberapa konsekuensi pada penyakit yang dapat dicegah atau dapat diobati seperti

sifilis, tuberkulosis, kanker, diabetes, dan hipertensi; memperkecil beberapa konsekuensi pada

penyakit yang tidak dapat diceah dan tidak dapat disembuhkan seperti pada banyak kondisi

genetik; dan motivasi untuk meningkatkan kesehatan pada individu dengan mengubah gaya

hidup yang memperkecil dampak spotensial dari gangguan perilaku dan kesehatan yang lain.

Karena semakin banyak kemungkinan untuk menerapkan konsep-konsep pencegahan pada

diagnosis dini dan terapi padapenyakit yang masih dugaan atau telah dipastikan, kedokteran

pencegahan harus dipandang sebagai salah satu komponen dari praktik kedokteran klinis yang

baik. Sebagai hasil dari semakin banyaknya pengajaran tentan kedokteran keluarga dan

masyarakat, berkembangnya sistem perawatan komprehensif dan penekanan pada perawatan

yang berkelanjutan, semakin besar kecenderungan para dokter pribadi untuk memasukkan

kedokteran pencegahan dalam praktik mereka. Namun, masih ada kemungkinan untuk lebih

maju lagi dna mendrong pengembangan kesehatan promotif dan konstruktif yang pusat

perhatiannya masih individu, tetapi sekarang sebagi bagian dari masyarakat atau sosial, sudah

mencakup anggota sebuah keluarga dan suatu kelompok sosial.8

Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan

dari TBC, maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan dengan promosi kesehatan dan spesific protection.

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya

mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya

Page 12: makalah TBC dalam masyarakat

yang sudah tinggi. Kedua, proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ; (1)

Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada daerah dengan

angka kejadian tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang

tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti

TBC yang dinilai terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan

pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan

dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder terdiri dari early diagnose and prompt treatment. Dengan

diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan

3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan. Kontrol pasien dengan deteksi dini penting

untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial,

materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang

terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan

tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling

efektif. Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan

imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan

membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi

epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap

epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus

dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier terdiri dari disability limitation dan rehabilitasi. Rehabilitasi

merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa

trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama

fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi

individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk

mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.

Page 13: makalah TBC dalam masyarakat

Pencegahan terhadap tuberkulosis dilakukan oleh penderita, masyarakat dan petugas

kesehtan. Antaranya adalah seperti berikut: Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan.

Penderita perlu menutup mulut sewaktu batuk dan membuang dahak tidak disembarang

tempat.Masyarakat dapat melakukan tindakan pengawasan dengan cara bayi diberikan vaksinasi

BCG. Petugas kesehatan pula memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yang meliputi

bahaya dan akibat yang ditimbulkan. Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi,

pengobatan khusus TBC. Disinfeksi, cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat,

perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan luda, ventilasi rumah dan sinar matahari yang

mencukupi. Orang yang berkontak dilakukan tindakan imunisasi. Orang-orang yang berisiko

tinggi dilakukan tindakan pencegahan dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif

tertular. Penyelidikan terhadap orang kontak. Seluruh keluarga penderita dengan foto rontgen

yang bereaksi positif dilakukan Tuberculin-test, dan jika negative perlu diulang setiap bulan

selama 3 bulan dan dilakukan penyelidikan intensif.

Penderita TBC perlu mendapatkan pengobatan tepat dengan kombinasi obat yang

ditetapkanminum secara teratur, waktu sekitar 6 hingga 12 bulan. Laporkan segera kepada

instansi kesehatan setempat jika ditemukan penderita TB atau yang diduga menderita TB.

Penderita TB perlu dilaporkan jika hasil pemeriksaan bakteriologis hasilnya positif atau tes

tuberkulinnya positif atau didasarkan pada gambaran klinis dan foto rontgen. Departemen

Kesehatan mempertahankan sistem pencatatan dan pelaporan yang ada bagi penderita yang

membutuhkan pengobatan dan aktif dalam kegiatan perencanaan dan monitoring pengobatan.

Cara pencegahan adalah sebagai berikut: perlindungan terhadap sumber penularan.

Semua anak yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TBC BTA positif berisiko

lebih besar untuk terinfeksi. Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak

erat dengan penderita TBC BTA positif perlu dilakukan pemeriksaan apabila anak mempunyai

gejala-gejala seperti TBC harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai dengan alur deteksi

dini TBC anak dan jika anak balita tidak mempunyai gejala gejala seperti TBC, harus diberikan

pengobatan pencegahan dengan Isoniasid (INH )dengan dosis 5 mg per kg berat badan per hari

selama 6 bulan Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG perlu diberi BCG

setelah pengobatan pencegahan dengan INH selesai. Dapat pula diberikan vaksinasi BCG.

Page 14: makalah TBC dalam masyarakat

Vaksin ini merupakan suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan (bakteri, virus,

atau riketsia) yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit yang

menular. Vaksin BCG merupakan suatu attenuated vaksin yang mengandung kultur strain

Mycobacterium bovis dan digunakan sebagai agen imunisasi aktif terhadap TBC. Walaupun telah

digunakan sejak lama, akan tetapi efikasinya menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu antara 0 –

80% di seluruh dunia. Vaksin BCG secara signifikan mengurangi resiko terjadinya Tuberkulosis

aktif dan kematian.

Vaksin BCG sebaiknya digunakan pada infant dan anak-anak yang hasil uji

tuberculinnya negatif dan yang berada dalam lingkungan orang dewasa dengan kondisi terinfeksi

TBC dan tidak menerima terapi atau menerima terapi tetapi resisten terhadap isoniazid atau

rifampin. Sebelum dilakukan pemberian vaksin BCG (selain bayi sampai dengan usia 3 bulan)

setiap pasien harus terlebih dahulu menjalani skin test. Vaksin BCG tidak diindikasikan untuk

pasien yang hasil uji tuberculinnya posistif atau telah menderita tuberculosis aktif, karena

pemberian vaksin BCG tidak memiliki efek untuk pasien yang telah terinfeksi TBC. Pemberian

vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal/intrakutan (tidak secara subkutan)

pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia muda yang

mungkin sulit menerima injeksi intradermal. Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG

dapat bertahan untuk 10 – 15 tahun. Sehingga re-vaksinasi pada anak-anak umumnya dilakukan

pada usia 12 -15 tahun. Vaksin BCG dikontra-indikasikan untuk pasien yang mengalami

gangguan pada kulit seperti dermatitis atopik, serta baru saja menerima vaksinasi lain (perlu ada

interval waktu setidaknya 3 minggu). Vaksin BCG juga tidak diberikan untuk :

Pasien dengan gangguan imunitas (immunosuppressed) seperti pasien HIV,

pasien yang mengkonsumsi obat-obat kortikosteroid (immunosuppressan),

atau baru saja menerima transplantasi organ.

Wanita hamil dan menyusui, walaupun belum ada data yang menunjukkan

efek bahaya dari pemberian vaksin BCG terhadap wanita hamil dan

menyusui.

Beberapa adverse reaction yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin BCG antara lain:

nyeri pada tempat injeksi, terjadi ulcer atau keloid karena kesalahan pada saat injeksi. Kelebihan

dosis dan pemberian vaksin pada pasien dengan tuberculin positif. Dan sakit kepala, demam, dan

Page 15: makalah TBC dalam masyarakat

timbul reaksi alergi.

Pengobatan preventif, yaitu sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif

dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan. Kemoprofilaksis terbagi menjadi

primer dan sekunder. Kemoprofilakskis Primer: cegah infeksi, kontak tidak aktif (BTA -). Anak

yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3 bulan walaupun uji

tuberkulin(-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi(-) atau sumber

penularan TB aktif sudah tidak ada. Kemoprofilaksis sekunder : cegah aktifitas infeksi (Mt

+ ,klinis & rontgen - ). Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala

sakit TBC. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.9

Diagnosis

Diagnosis dari kasus TB adalah dengan menggunakan cara case finding yang passif,

karena kita mendiagnosa pasien TB dari keluhan pasien tersebut yang datang berobat ke dokter.

Case finding dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium dari pasien saat datang ke dokter. Gejalanya berupa batuk terus menerus selama 2

hingga 3 minggu, dapat disertai sesak napas, hemoptisis, limfadenopati, ruam misalnya lupus

vulgaris, kelainan rontgen toraks, atau gangguan GIT. Efek sistemik yang timbul pula meliputi

demam subfebris selama 1 bulan atau lebih, keringat malam, anoreksia atau penurunan berat

badan. Anamnesis yang dapat ditanyakan adalah riwayat penyakit dahulu. Pernahkah pasien

berkontak dengan pasien TB? Apakah pasien mengalami imunosupresi (kortikosteroid/HIV)?

Apakah pasien pernah menjalani pemeriksaan rontgen toraks dengan hasil abnormal ? Adakah

riwayat vaksinasi BCG atau Mantoux ? Adakah riwayat diagnosis TB ? Lalu dapat ditanyakan

riwayat pengobatan. Mungkin pasien tersebut telah menderita TB dan sedang dalam pengobatan

tetapi tidak teratur. Pernahkah pasien menjalani terapi TB? Jika ya, obat apa yang digunakan,

berapa lama terapinya, bagaimana kepatuhan pasien mengikuti terapi dan apakah dilakukan

pengawasan terapi? Lalu dapat ditanyakan riwayat keluarga dan sosial. Adakah riwayat TB di

keluarga atau lingkungan sosial?10

Page 16: makalah TBC dalam masyarakat

Setelah mengetahui pasien menderita TBC, dapat dilakukan case finding positif

dengan kunjungan rumah untuk dilihat apakah adanya penyebaran TBC dirumahnya atau tidak.

Selain itu case finding aktif juga dapat dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan dengan

masyarakat untuk menjelaskan tanda-tanda penyakit dan cara- cara pengobatannya (penyuluhan).

Kader kesehatan/ kader posyandu diharapkan dapat membantu menemukan masyarakat yang

terkena TBC.11

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terdiri beberapa hal. Yang pertama adalah pemeriksaan fisik

secara umum yaitu keadaan umum pasien, kesadaran, status gizi, dan tanda- tanda vital. Tanda-

tanda vital terdiri dari tekanan darah, frekuensi pernapasan, frekuensi nadi, dan suhu. Sebelum

melakukan pemeriksaan fisik, dapat diperhatikan bagaimana keadaan umum pasien melalui

ekspresi wajah, gaya berjalan dan tanda- tanda fisik lainnya. Keadaan umum pasien dapat dibagi

atas tampak sakit ringan atau sakit sedang atau sakit berat. Keadaan gizi pasien juga harus dinilai

apakah kurang, cukup atau berlebih. Berat badan dan tinggi badan juga harus diukur sebelum

permeriksaan fisik dilanjutkan. Dengan menilai berat badan dan tinggi badan, maka dapat diukur

Indeks Massa Tubuhnya yaotu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (cm). IMT 18,5-25

menunjukkan berat badan yang ideal, bila IMT <18,5 berarti berat badan kurang, IMT >25

menunjukkan berat badan lebih dan IMT >30 adalah obesitas. Kesadaran pasien dapat diperiksa

secara inspeksi dengan melihat reaksi pasien yang wajar terhadap stimulus visual, auditor

maupun taktil. Seorang yang sadar dapat tertidur, tetapi segera terbangun bila dirangsang.

Tingkatan kesadaran dapat dibagi menjadi beberapa tingkat. Kompos mentis adalah sadar

sepenuhnya. Apatis adalah keadaan di mana pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap

lingkungannya. Derilium adalah penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus

tidur. Somnolen adalah keadaan mengantuk yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang.

Sopor adalah keadaan mengantuk yang dalam. Pasien dapat bangun dengan rangsangan yang

kuat. Koma adalah penurunan kesadaran yang sangat daam tidak ada gerakan spoontan dan tidak

ada respons terhadap rasa nyeri.

Page 17: makalah TBC dalam masyarakat

Pada pemeriksaan tanda- tanda vital, dapat diukur suhunya. Suhu tubuh yang

normal adalah 36°-37°C. Pada pagi hari suhu mendekati 36°, sedangkan pada sore hari

mendekati 37°C. Suhu merupakan indikator penyakit, oleh sebab itu pengobatan demam tidak

cukup hanya memberikan antipiretik, tetapi harus dicari apa etiologinya dan bagaimana

menghilangkan etiologi tersebut. Lalu kedua adalah tekanan darah. Tekanan darah diukur dengan

menggunakan tensimeter yaitu dengan cara melingkarkan manset pada lengan kanan 1 ½ cm di

atas fossa kubiti anterior, kemudian tekanan tensimeter dinaikan sambil meraba denyut A.

Radialis samapi kira- kira 20 mmHg di atas tekanan sistolik, kemudian tekanan diturunkan

perlahan- lahan sambil meletakan stetoskop pada gosa kubiti anterior di atas A. Brakialis. Lalu

ada pemeriksaan nadi yang biasanya dilakukan dengan melakukan palpasi A. Radialis. Pada

pemeriksaan nadi perlu diperhatikan frekuensi denyut nadi, irama nadi, isi nadi, kualitas nadi dan

dinding arteri. Pada orang dewasa normal, kecepatannya 50-100 denyut/menit. Takikardia >100

denyut/menit, Bradikardia <50 denyut/menit. Lalu dapat juga diukur frekuensi pernapasannya.

Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan adalah 13-24 kali per menit. Bila frekuensi

pernapasan kurang dari 16 kali per menit disebut bradipneu, sedangkan bila lebih dari 24 kali

permenit disebut takipneu.

Pemeriksaan spesifik terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada

inspeksi, kita hanya menilai apakah ada kelainan dengan cara hanya melihat. Pertama dapat

dilihat dari kulitnya: kelembaban kulit, turgor kulit, warna kulit, eflurosensi, dan lesi- lesi

lainnya pada kulit. Eflurosensinya bisa berupa seperti makula yaitu perubahan warna semata-

mata, papula yaitu benjolan padat berbatas tegas, atau bula yaitu gelembung berisi cairan serosa.

Sedangkan lesi- lesi kulit lainnya bisa berupa pruritus yang merupakan rasa gatal tanpa kelainan

kulit yang nyata, atau spider nervi yang merupakan arteriol yang menonjol dan kemerahan serta

bercabang- cabang dengan diameter 3-10 mm. Inspeksi juga dapat meliputi kepala dan wajah.

Kepala dilihat ukuran dan bentuknya. Pada rambut bila ada kerontokan rambut disertai tidak

tumbuhnya rambut disebut dengan alopesia. Dapat dilihat juga warnanya, apakah ada perubahan

warna atau tidak. Pada wajah, pucat, ikterus dan sianosis akan segera terlihat pada wajah pasien.

Pada pasien lupus eritematosus dapat terlihat butterfly rash pada kedua pipi. Lalu pada

pemeriksaan mata dapat dimulai dengan mengamati pasien waktu masuk ke ruang periksa,

apakah ada rasa nyeri atau mata merah atau mata berdarah. Dapat juga dilihat apakah ada

Page 18: makalah TBC dalam masyarakat

eksoftalmus yaitu bola mata keluar karena fisura palpebra melebar, enoftalmus yaitu bola mata

tertarik ke dalam biasanya karena dehidrasi, atau apakah ada perubahan warna pada sklera.

Lalu periksa mulut. Perhatikan warna bibir apakah pucat, merah, atau sianosis. Bibir

retak- retak terdaapt pada pasien demam. Apakah ada luka pada mulut, atau ada bercak- bercak

putih. Pada leher, lihatlah apakah ada pembesaran kelenjar getah bening atau kelenjar tiroid.

Pemeriksaan pungung apakah ata kifosis yaitu lengkung tulang belakang ke arah belakang, atau

lordosis yaitu lengkung tulang belakang ke arah depan, atau skoliosis yaitu tulang melengkung

ke arah samping; apakah ada gibus pada vertebra yang merupakan penonjolan tulang belakang

seperti pada pasien tuberkulosis. Pada sendi dapat dilihat cara berdirinya, waktu berjalan apakah

ada rasa nyeri atau bunyi. Pada infeksi dada dan paru dapat dilihat bentuk dadanya apakah ada

carinatum, excavatum atau barrel chest. Lalu pada palpasi dapat dilakukan untuk melihat apakah

ada massa atau rasa nyeri. Lalu untuk melihat gerakan pernapasan, membandingkan sisi kanan

dan sisi kiri. Untuk mengetahui ada tidaknya ketidaksimetrisan gerakan pada dada dengan cara

meletakan kedua tangan. Fremitus vokal taktil merupakan cara pemeriksaan bunyi suara dengan

perabaan tangan.

Lalu selanjutnya dapat dilakukan perkusi. Perkusi merupakan suatu metode

pemeriksaan keadaan jaringan yang terletak di bawahnya melalui kualitas suara yang dihasilkan.

Hasil perkusi adalah sebagai berikut: nada resonan di atas paru normal udara di dalam paru

mejadi jauh lebih banyak misalnya pada emfisema paru, nada hiperresonan di atas udara,

frekuensi yang sangat rendah atau pekak di atas cairan, redup bila bagian yang padat lebih

banyak dari pada udara misalnya pada efusi pleura. Perkusi paling baik dilakukan dengan jari

yang terletak di sepanjang sela iga karena perbedaan akan mudah terdengar antara nada perkusi

yang dilakukan di atas iga dan nada perkusi yang dilakukan di antara iga. Selanjutnya dapat

dilakukan auskultasi. Beberapa dokter mendengar bunyi paru hanya dengan menggunakan

bagian sungkup stetoskop, sedangkan yang lain lebih menyukai bagian diafragmanya. Suara

napas pokok yang normal terdiri dari vesikular, bronkovesikular, bronkial, dan trakeal. Vesikular

adalah suara napas ang lembut dengan fase inspirasi diikuti fase ekspirasi tanpa jeda, lalu

bronkovesikuler dimana fase ekspirasinya lebih panjang sehingga menyamai fase inspirasinya.

Lalu pernapasan bronkial adalah suara napas yang keras dan fase ekspirasinya lebih panjang dari

Page 19: makalah TBC dalam masyarakat

inspirasinya. Lalu pernapasan trakeal adalah suara napas yang sangat keras dan kasar yang dapat

didengarkan pada daerah trakeal.

Selain suara napas pokok, dapat didengar suara napas tambahan. Suara napas

tambahan yang pertama adalah ronki basah. Siara napas yang terputus- putus dan biasanya

terdengar pada saat inspirasi. Ronki basah ini dapat terdengar pada pasien pneumonia. Kedua

adalah ronki kering yang merupakan suara napas kontinyu, dengan frekuensi yang relatif rendah

yang terjadi karena udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit misalnya pada

bronkitis akut. Ketiga adalah bunyi gesekan pleura atau pleural friction rub. Terjadi karena

pleura parietal dan viseral yang meradang saling bergesekan satu dengan yang lain. Bunyi

gesekan ini terdengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.10,12

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan radiologi dan

laboratorium. Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk

menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih dibandingkan

dengan pemeriksaan sputum. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru tetapi

dapat juga mengenai lobus bawah. Pada awal penyakit saat lesih masih merupakan sarang-

sarang pneumonia, gambar radiologis berupa bercak- bercak seperti awan dan dengan batas-

batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa

bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan tuberkuloma. Gambaran tuberkulosis

milier terlihat berupa bercak- bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan

paru. Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura,

masa cairan di bagian bawah paru, bayangan hitam radiolusen di pinggir paru.

Lalu pada pemeriksaan laboratorium dapat diperiksa darah dan sputum.

Pemeriksaan darah kurang dapat perhatian karena hasilnya kadang- kadang meragukan, hasilnya

tidak sensirif dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai akan didapatkan jumlah

lekosit yang sedikit meninggi dengan hitng jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di

bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh. Jumlah leukosit

kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Lanju endap darah mulai turun ke arah normal

Page 20: makalah TBC dalam masyarakat

lagi. Lalu ada pemeriksaan sputum. Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan

ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu

pemeriksaan sputum juga dapat memebrikan ecaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.

Pemeriksaan ini mudah dan murah. Pasien dianjurkan minum air sebanyak 2 liter dan diajarkan

melakukan refleks batuk. Untuk perwarnaan sediaan dianjurakan mengunakan cara Kinyoun

Gabbet. Pada pemeriksaan dengan biaakan setelah 4-6 minggu penanaman sputum dalam

medium biakan, koloni kuman tuberkulosis mulai tampak. Medium biakannya menggunakan

Lowenstein Jensen.

Lalu dapat dilakukan tes tuberkulin yang masih banyak dipakai untuk membantu

menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak- anak. Biasanya dipakai tes Mantoux

yakini dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purified Protein Derivative) intrakutan. Tes

tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi

M. Tuberculosa, M. Bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacteria patogen lainnya. Dasar tes

tuberkuin ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Pada penularan dengan kuman patogen baik yang

irulen ataupun tidak tubuh manusia akan mengadakan reaksi imunologi dengan dibentuknya

antibodi selular pada permulaan dan kemudian diikuti oleh pembentukan antibodi humoral yang

dalam perannya akan menekan antibodi selular. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan

timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni reaksi

persenyawaan antara antibodi selular dan antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi

persenyawaan antibodi selular dan antigen tuberkulin amat dipengaruhi oleh antibodi humoral,

makin besar pengaruh antibodi humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan. Berdasarkan

hal- hal tersebut di atas, hasil tes Mantoux dibagi dalam: 1) Indurasi 0-5 mm mantoux negatif. 2)

Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan. 3) indurasi 10-15 mm: mantoux positif. 4) indurasi > 15 mm:

Mantoux positif kuat. Biasanya hampir seluruh pasien tuberkulosis memberikan reaksi Mantoux

yang positif (99,8%). Kelemahan tes ini juga terdapat positif palsu yakni pada pemberian BCG

atau terinfeksi dengan Mycobacterium lain.13

Pentatalaksanaan

Page 21: makalah TBC dalam masyarakat

Terapi standar terdiri dari empat obat yaitu rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan

etambutol yang diberikan selama 2 bulan diikuti dengan rifampisin dan isoniazid selama 4 bulan.

Terapi ini direkomendasikan utnuk semua pasien dengan tuberkulosis paru dan ekstraparu

dengan onset baru dan tanpa komplikasi. Obat harus diberkan dalam dosis tunggal sebelum

makan pagi. Preparat obat kombinasi (termasuk rifampisin dan isoniazid dengan atau tanpa

pirazinamid) mengurangi muatan obat dan memungkinkan skrining yang relatif sederhana untuk

ketaatan minum obat karena urin dapat dinilai secara visual dengan warna jingga- merah muda.

Streptomisin saat ini jarang digunakan di Inggris namun merupakan komponen penting dari

regimen pengobatan jangka pendek di negara berkembang. Pada pasien dengan riwayat

pengobatan sebelumnya, empat obat harus digunakan sampai didapatkan hasil sensitivitas. Di

Inggris, resistensi obat pada pasien yang baru didiagnosis jarang terjadi (<5%) dan lebih sering

minoritas. Pasien harus diberi pengobatan selama 9-12 blan bila terdapat penyakit meningeal,

bila terdapat koinfeksi HIV, atau bila terjadi intoleransi obat dan obat diganti dengan lini kedua.

Kortikosteroid berperan dalam perikarditis, penyakit pleura, dan meningitis, dan mungkin pada

penyakit paru berat. Pembedahan kadang- kadang tetap dibutuhkan.14

Obat- obatan TB dapat diklasifikasi menjadi dua jenis resimen yaitu obat- obat

lapis pertama dan lapis kedua. Kedua lapisan obat ini diarahkan ke penghentian pertumbuhan

basil, pengurangan basil dorman dan pencegahan terjadinya resistensi. Obat- obat lapis pertama

terdiri dari isoniazin (INH), Rifampicin, Pyrazinamide, Ethambutol dan Streptomycin. Obat-

obatan lapis kedua mencakup Rifabutin, Ethionamide, Cycloserine, para Amino Saliculic acid,

Clofazimine, Aminoglycosides di luar Streptomucin dan Quinolones. Isoniazin mempunyai

kemampuan bakterisidal TB yang terkuat. Mekanisme kerjanya adalah menghambat cell-wall

biosynthesis pathway. INH memiliki efek sampung utama seperti hepatitis dan neuropati perifer.

Rifampisin juga merupakan obat anti TB yang ampuh, dia menghambat plimerase DNA-

dependent ribonucleic acid M. Tuberculosis. Efek samping yang sering adalah hepatitis,

trombositopenia, dan flu like syndrome. Pirazinamid merupakan obat bakterisidal utnuk

organisme intraselular dan agen antituberkulos ketiga yang kuga cukup ampuh. Pirazinamid

hanya diberikan untuk 2 bulan pertama pengobatan, efek samping yang sering diakibatkannya

adalah hepatotolsosotas dan hiperurisemia. Ethambutol satu- satunya obat lapis pertama yang

mempunyai efek bakteriostatis tetapi bila dikombinasikan dengan INH dan rifampisin terbukti

bisa mencegah terjadinya resisten obat. Streptomisin merupakan salah satu obat antituberkulosis

Page 22: makalah TBC dalam masyarakat

golongan aminoglikosida yang harus diberikan secara parentral. Pengobatan TB memerlukan

waktu sekurang- kurangnya 6 bulan agar dapat mencegah perkembangan resistensi obat.

Follow Up

Pemantauan kemajuan pengobatan dilaksanakan dengan memeriksa dahak secara

mikroskopik. Yang diperiksa adalah 2 spesimen dahak, untuk fase intensif diperiksa akhir bulan

ke 2 untuk kategori I dan akhir bulan ke 3 untuk kategori II. Pemeriksaan dahak untuk melihat

terjadinya konversi, yaitu perubahan dari BTA positif menjadi BTA negatif. Konversi positif

apabila ke dua spesimen dahak BTA negatif.

Penilaian pengobatan TB

Penilaian dilakukan setelah penderita BTA positif menyelesaikan secara lengkap

pengobatan tahap intensif dan tahap lanjutan. Penilaian dilakukan dengan melakukan

pemeriksaan 3 spesimen dahak secara mikroskopik. Apabila secara berurutan diperoleh hasil

BTA negatif dua kali atau lebih yaitu pada bulan ke 5 dan akhir pengobatan Kategori I dan bulan

ke 7 dan akhir pengobatan Ketegori II, penderita dinyatakan sembuh.2

Kesimpulan

TBC adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis yang utama menyerang organ paru manusia. TBC merupakan salah satu problem

utama epidemiologi kesehatan didunia. Agent, Host dan Lingkungan merupakan faktor penentu

yang saling berinteraksi, terutama dalam perjalanan alamiah epidemi TBC baik periode

Prepatogenesis maupun Patogenesis. Meningkatnya angka penderita TBC disebabkan berbagai

faktor diantaranya karakteristik demografi keluarga, social ekonomi, sikap keluarga itu sendiri,

seperti ketidaktahuan akan akibat, komplikasi dan cara merawat anggota keluarganya yang

menderita TBC di rumah dan sikap penderita TBC. Selain itu penularan dalam keluarga juga

disebabkan kebiasaan sehari-hari keluarga yang kurang memenuhi kesehatan seperti kebiasaan

membuka jendela, kebiasaan membuang dahak penderita. Faktor lain yang berpengaruh adalah

keluarga yang pengetahuan tentang TBC kurang. Akibatnya, terjadilah penularan penderita TBC

dalam keluarga dan masyarakat.

Page 23: makalah TBC dalam masyarakat

Daftar Pustaka

1. Timmreck TC. Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.

2. Aditama Tjandra et all. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi ke-2.

Cetakan ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.

3. Budiman Chandra. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas / penulis, Budiman

Chandra ; editor penyelaras, Husny Muttaqin, Windriya Kerta Nirmala. – Jakarta : EGC,

2009.

4. Batra V., Tuberculosis diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/969401-

overview , Juni 29, 2013.

5. Tuberculosis, diunduh dari http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=57, 2011.

6. Dokter keluarga. 2002.diunduh dari: http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?

option=com_content&task=view&id=61&Itemid=102.

7. Suparyanto. Paradigma sehat menunju indonesia sehat 2010. Diunduh dari:

http://www.scribd.com/doc/57505995/Paradigma-Sehat-Menuju-Indonesia-Sehat-2010.

8. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat administrasi dan praktik. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2009.

9. Cahyono JBSB. Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius; 2010.

10. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2010.

11. Balai Pelatihan Kesehatan Salaman- Magelang. Pedoman praktis pelaksanaan kerja di

puskesmas; 2000.

12. Setiyohadi B, Subekti I. Pemeriksaan fisis umum buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I.

Jakarta: Interna Publishing; 2010.

13. Amin Z, Bahar A. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Jakarta: Interna Publishing;

2010.

14. Mandal, Wilkins, Dunbar, White M. Lecture notes: penyakit infeksi. Jakarta: Penerbit

Erlangga; 2008.