makalah tambang terbuka

121
MAKALAH TAMBANG TERBUKA Tahapan Penambangan Batubara Disusun Oleh : PREDDY YOHANES KRISTIANTO DBD 112 047 PUPUT DBD 112 048 RANDY FEBRIANTO DBD 112 051 RENI WULANDARI DBD 112 052 SETIAWAN DBD 112 055 HERVINDA IKA. N.P DBD 112 070 ANDREST AGRISTO DBD 112 183 BOBBY DBD 112 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

Upload: nda

Post on 01-Oct-2015

965 views

Category:

Documents


209 download

DESCRIPTION

Tugas

TRANSCRIPT

MAKALAH TAMBANG TERBUKATahapan Penambangan Batubara

Disusun Oleh :PREDDY YOHANES KRISTIANTODBD 112 047PUPUTDBD 112 048RANDY FEBRIANTODBD 112 051RENI WULANDARIDBD 112 052SETIAWANDBD 112 055HERVINDA IKA. N.PDBD 112 070ANDREST AGRISTODBD 112 183BOBBYDBD 112

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS PALANGKA RAYAFAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN2015

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tambang Terbuka ini dengan topik Tahapan Penambangan Batubara.Adapun makalah Tambang Terbuka ini dengan topik Tahapan Penambangan Batubara. ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan teman -teman, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Palangkaraya, 02 April 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi KATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiDAFTAR GAMBARiv

BAB IPENDAHULUAN11.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan Penulisan 11.3 Rumusan Masalah 21.4 Manfaat Penulisan 31.5 Metode Penulisan 3

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Tahapan-tahapan Kegiatan Penyelidikan Umum (Prospecting)2.2 Tahapan Kegiatan Eksplorasi (Exploration)2.2.1 Metode Eksplorasi 2.2.2 Survey Tinjau2.2.3 Prospeksi2.2.4 Eksplorasi Pendahuluan2.2.5 Tahap Eksplorasi Detail2.2.6 Kegiatan Lapangan (Eksplorasi)2.3 Study Kelayakan2.4 Perencanaan Tambang2.4.1 Perhitungan Cadangan Bijih2.4.2 Pertimbangan Dasar Perencanaan Tambang2.4.3 Dasar Pemilihan Sistem Penambangan2.4.4 Rancangan Teknis Penambangan2.5 Penambangan Batubara2.5.1 Metode Penambangan Batubara2.5.2 Metode Penambangan Secara Tambang Dalam2.5.3 Metode Penambangan Secara Tambang Terbuka2.5.4 Teknik PenambanganLapisan Batubara Tipis2.6 Tahap Pengolahan Batubara2.6.1 Proses Pencucian Batubara2.6.2 Macam-macam Alat Pencucian Batubara2.7 Tahap Pemasaran2.8 Tahapan Pasca TambangBAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan3.2 SaranDAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Penyelidikan UmumGambar 2.2Bentuk-bentuk dulang atau lenggang dan Serpihan mineral pada kelokan sungaiGambar 2.3Macam bentuk penampang sumur ujiGambar 2.4Bentuk penampang parit ujiGambar 2.5Arah penggalian parit ujiGambar 2.6EksplorasiGambar 2.7Sumur Uji (Test Pit)Gambar 2.8Parit Uji (Trenching)Gambar 2.9PemboranGambar 2.10Studi Kelayakan

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTambang terbuka merupakan satu dari dua sistem penambangan yang dikenal, yaitu Tambang Terbuka dan Tambang Bawah Tanah, dimana segala kegiatan atau aktivitas penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat permukaan bumi dan tempat kerja berhubungan langsung dengan dunia luar.Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Kegiatan dalam usaha pertambangan meliputi tugas tugas yang dilakukan untuk mencari, mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian mengolah sampai bisa bermanfaat bagi manusia. Secara garis besar tahapan tahapan kegiatan dalam usaha pertambangan dijelaskan dalam gambar di bawah. Setiap melakukan tahap tahap kegiatan usaha pertambangan, pengusaha harus memiliki surat keputusan pemberian Kuasa Pertambangan (KP) atau Surat Izin Penambangan Daerah (SIPD) yang sesuai dengan tahap kegiatan yang dilakukan. Kegiatan ini merupakan langkah awal usaha pertambangan yang ditujukan untuk mencari endapan-endapan metal atau endapan-endapan mineral komersil batubara atau non metal. Penyelidikan umum terbatas pada mineral yang spesifik (tipe mineral tertentu) atau pada area tertentu (negara atau wilayah) yang memiliki geologic anomaly (keganjilan geologi) yang mencerminkan adanya karakteristik dari sebuah endapan bahan galian. Eksplorasi pengertian suatu bentuk kegiatan penggalian informasi atau kumpulan data-data yang dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan beberapa data maupun informasi-informasi yang nantinya akan diteliti atau di informasikan kepada pihak-pihak lain yang membutuhkanya.Penambangan batubara terbuka menyebabkan pembukaan lahan yang luas dan pemindahan lapisan batuan penutup (overburden) dalam jumlah yang besar. Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga menyebabkan penurunan mutu lingkungan, berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam dan membahayakan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi terutama berdampak terhadap air tanah dan air permukaan, berlanjut secara fisik perubahan morfologi dan topografi lahan. Lebih jauh lagi adalah perubahan iklim mikro yang disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat biologi berupa flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat menjadi tandus atau gundul.Bentuk permukaan wilayah bekas tambang pada umumnya tidak teratur dan sebagian besar dapat berupa morfologi terjal. Pada saat reklamasi, lereng yang terlalu terjal dibentuk menjadi teras-teras yang disesuaikan dengan kelerengan yang ada, terutama untuk menjaga keamanan lereng tersebut. Berkaitan dengan potensi bahan galian tertinggal yang belum dimanfaatkan, diperlukan perhatian mengingat hal tersebut berpotensi untuk ditambang oleh masyarakat atau ditangani agar tidak menurun nilai ekonominya.Untuk itu diperlukan adanya suatu kegiatan sebagai upaya pelestarian lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara merehabilitasi ekosistem yang rusak. Dengan rehabilitasi tersebut diharapkan akan mampu memperbaiki ekosistem yang rusak sehingga dapat pulih, mendekati atau bahkan lebih baik dibandingkan kondisi semula. Dan salah satu cara yang dapat dilakuakan adalah dengan melakukan reklamasi lahan.Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti : C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama-yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat) Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai coklat-kecoklatan.1.2 Tujuan PenulisanUntuk mengetahui tahapan-tahapan penambangan batubara yang meliputi : Penyelidikan Umum, Eksplorasi, Study Kelayakan, Perencanaan Tambang, Proses Penambangan, Pengolahan, Pemasaran serta Pasca Tambang.

1.3 Rumusan MasalahDari latar belakang di atas terdapat beberapa unsur masalah yang akan dibahas. Diantaranya yaitu:1. Apa saja tahapan-tahapan kegiatan penyelidikan umum (Prospecting) ?2. Apa saja tahapan eksplorasi (Exploration) ?3. Apa saja tahapan kegiatan study kelayakan ?4. Apa saja kegiatan perencanaan tambang ?5. Bagaimana proses penambangan batubara ?6. Bagaimana proses pengolahan batubara ?7. Apa saja kegiatan pemasaran batubara ?8. Apa saja kegiatan dari pasca tambang ?1.4 Manfaat penulisanManfaat penulisan makalah tentang tahapan penambangan batubara yang meliputi : Penyelidikan Umum, Eksplorasi, Study Kelayakan, Perencanaan Tambang, Proses Penambangan, Pengolahan, Pemasaran serta Pasca Tambang, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi rekan-rekan supaya dapat mengenal dan memahami bagaimana tahapan penambangan batubara, khususnya di Kalimantan Tengah.1.5 Metode penulisanPenulisan makalah ini diambil dari internet/buku yang diringkas atau dirangkum menjadi sebuah makalah.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Tahapan-tahapan Kegiatan Penyelidikan Umum (Prospecting) Kegiatan ini merupakan langkah awal usaha pertambangan yang ditujukan untuk mencari endapanendapan mineral komersil maupun batubara. Penyelidikan umum terbatas pada mineral yang spesifik (tipe mineral tertentu) atau pada area tertentu (negara atau wilayah) yang memilikigeologic anomaly(keganjilan geologi) yang mencerminkan adanya karakteristik dari sebuah endapan bahan galian. Mineral mineral berharga ini berada dibawah permukaan bumi oleh karena itu diperlukan cara-cara tertentu untuk menemukannya. Metode pencariannya terbagi menjadi dua yaitu metode langsung dan tidak langsung.

Gambar 2.1 Penyelidikan umumUntuk metode langsung biasanya terbatas pada cadangan permukaan (singkapan ditemukan). Berdasarkan dari penglihatan atau pengamatan langsung, singkapan cadangan atau dari pecahan-pecahan lepas yang mengalami pelapukan dari singkapan tersebut. Pada metode langsung biasanya dilakukan studi geologi beberapa data tambahan dari foto udara maupun peta topograpi daerah tersebut. Untuk metode tidak langsung yang mana bahan galiannya tersebunyi biasanya digunakan berupa metode geofisika. suatu metode yang mendeteksi kejanggalan-kejanggalan yang disebabkan adanya cadangan mineral dibawah permukaan bumi. Metode ini biasanya menggunakan analisa gravitasi, seismik magnetik, elektrik, elektromagnetik dan ukuran radiometrik.Secara umum, prosedur penyelidikan umum mengikuti langkahlangkah berikut ini :1. Mencari laporan dan literatur teknik yang sudah dipublikasikan.2. Mempelajari peta geologi dan peta permukaan yang ada.3. Mempelajari foto udara dan foto satelit.4. Menyiapkan peta foto geologi dari informasiinformasi yang ada dan data foto udara tertentu.5. Melakukan survei geofisik dari udara pada area yang diselidiki.6. Membangun pusat operasi (base of operation), mengontrol pemetaan, dan mengatur pembagian daerah yang diselidiki.7. Melakukan survei awal mengenai geologi tanah, geofisik, dan geokimia.8. Mengumpulkan dan menganalisis data yang didapat.Prospeksi merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian, atau penemuan endapan-endapan mineral berharga. Atau dengan kata lain kegiatan ini bertujuan untuk menemukan keberadaan atau indikasi adanya bahan galian yang akan dapat atau memberikan harapan untuk diselidiki lebih lanjut. Jika pada tahap prospeksi ini tidak ditemukan adanya cadangan bahan galian yang berprospek untuk diteruskan sampai ke tahapan eksplorasi, maka kegiatan ini harus dihentikan. Apabila tetap diteruskan akan menghabiskan dana secara sia-sia. Sering juga tahapan prospeksi ini dilewatkan karena dianggap sudah ditemukan adanya indikasi atau tanda-tanda keberadaan bahan galian yang sudah langsung bisa dieksplorasi.Metoda prospeksi antara lain tracing float dan pemetaan geologi dan bahan galian. metode tracing float ini digunakan terutama pada anak sungai, yang lebih mudah dilakukan pada musim kemarau. Metode ini dilakukan untuk mencari atau menemukan float bahan galian yang diinginkan, yang berasal dari lapukan zone mineralisasi yang melewati lereng bukit atau terpotong anak sungai dan terhanyutkan oleh aliran sungai. Dengan melakukan tracing float dari arah hilir ke hulu sungai, maka bisa diharapkan untuk menemukan adanya zone mineralisasi yang tersingkap pada arah hulu sungai. Pada metode ini litologi setempat sebagian besar sudah diketahui.Kedua, metode pemetaan geologi dan bahan galian. Metode ini dilakukan apabila litologi setempat pada umumnya tidak diketahui, atau diperlukan data yang rinci lagi. Metode Penyelidikan Umum Atau Prospeksi 1) Penelusuran Tebing-Tebing Di Tepi Sungai Dan Lereng-Lereng BukitKegiatan ini berusaha untuk menemukan singkapan (outcrop) yang bisa memberi petunjuk keberadaan suatu endapan bahan galian. Bila ditemukan singkapan yang menarik dan menunjukkan tanda-tanda adanya mineralisasi, maka letak dan kedudukan itu diukur dan dipetakan. Juga diambil contoh batuannya (rock samples) secara sistematis untuk diselidiki di laboratorium agar dapat diketahui data apa yang tersimpan di dalam contoh batuan itu.2) Penelusuran Jejak Serpihan Mineral (Tracing Float)Metode untuk menemukan letak sumber serpihan mineral (mineral cuts = float) yang umumnya berupa urat bijih (vein) endapan primer di tempat-tempat yang elevasinya tinggi. Caranya adalah dengan mencari serpihan atau potongan mineral-mineral berharga (emas, intan, kasiterit, dll) yang keras, tidak mudah larut dalam asam maupun basa lemah dan memiliki berat jenis yang tinggi dimulai dari kelokan di hilir sungai.Pada kelokan sungai sebelah dalam (lihat Gambar 2.2.b.) diambil beberapa genggam endapan pasir lalu dicuci dengan dulang atau lenggang (pan/batea/horn ; lihat Gambar 2.2.a.). Bila dari dalam dulang itu ditemukan serpihan mineral berharga, maka pendulangan di kelokan sungai diteruskan ke hulu sungai (lihat titik-titik A1, A2 dan A3 pada Gambar 2.2.b.) sampai serpihan mineral berharga itu tak ditemukan lagi.Selanjutnya pencarian serpihan itu dilakukan ke kiri-kanan tepian sungai dengan cara mendulang tumpukan pasir yang ada di tepian sungai tersebut. Pekerjaan ini diteruskan ke lereng-lereng bukit disertai dengan penggalian sumur uji dan parit uji sampai serpihan itu menghilang dan sumber serpihan yang berupa endapan primer itu ditemukan. Tetapi mungkin juga sumber serpihan mineral berharga itu tidak ditemukan.

Gambar 2.2(a) Bentuk-bentuk dulang atau lenggang dan (b) Serpihan mineral pada kelokan sungaiFloatadalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, makafloatini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya,floatini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai.Tracing(penjejakan perunutan)floatini pada dasarnya merupakan kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.Intensitas, ukuran, dan bentuk butiranfloatyang mengandung mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarakfloatterhadap sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung. Selain dengan tracingfloat, dapat juga dilakukantracingdengan pendulangan tracing with panning). Padatracing float, material yang menjadi panduan berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptualtracingdengan pendulangan ini mirip dengantracing float.Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah : Peta jaringan sungai. Titik-titik (lokasi) pengambilanfloat. Titik-titik informasi dimana float termineralisasi / tidak termineralisasi. Titik-titik informasi kuantitas dan kualitasfloat. Lokasi dimanafloatmulai hilang.Pada lokasi dimanafloatmulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumberfloattelah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana floattersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).

3) Penyelidikan Dengan Sumur Uji (Test Pit)Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan galian di bawah tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples)-nya biasanya digali sumur uji (test pit) dengan mempergunakan peralatan sederhana seperti cangkul, linggis, sekop, pengki. Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar, bulat atau bulat telur (ellip) yang kurang sempurna (lihat Gambar 2.3). Tetapi bentuk penampang yang paling sering dibuat adalah empat persegi panjang; ukurannya berkisar antara 75 x 100 m sampai 150 x 200 m. Sedangkan kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galiannya atau batuan dasar (bedrock)nya dan kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa penyangga kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4 - 5 m.Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk dan letak endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang teratur seperti empat persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-sudut pola tersebut digali sumur uji) dengan jarak-jarak yang teratur pula (100 - 500 m), kecuali bila keadaan lapangan atau topografinya tidak memungkinkan.Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka volume tanah yang digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit.

Gambar 2. 3Macam bentuk penampang sumur uji

Test pit(sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis. Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan. Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 35 m dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur ujidapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar.Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Ketebalan horizon B (zona laterit/residual), Ketinggian muka airtanah, Kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S), Kekuatan dinding lubang, dan Kekerasan batuan dasar.

4) Penyelidikan Dengan Parit Uji (Trench)Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang mempergunakan sumur uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda adalah bentuknya ; parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan bentuk penampang trapesium (lihat Gambar 2.4) dan kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung dari lebar atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang dicari dan jumlah (volume) contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Berbeda dengan sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah dijangkau oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan dengandraglineatauhydraulic excavator(back hoe).

Gambar 2.4Bentuk penampang parit uji

Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya (lihat Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Arah penggalian parit ujiTrenching(pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih / endapan. Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dila kukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (adasplitatau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling. Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui. Informasi yang dapat diperoleh antara lain ; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.Pembuatantrenching(paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut : Terbatas padaoverburdenyang tipis, Kedalaman penggalian umumnya 22,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan menggunakan eksavator/back hoe), Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage(pengeringan langsung).5) Metode Geofisika (Geophysical Prospecting)Metode geofisika dipakai sebagai alat untuk menemukan adanya perbedaan (anomali) yang disebabkan oleh adanya endapan bahan galian yang tersembunyi di bawah permukaan bumi. Pada umumnya endapan bahan galian yang tersembunyi di bawah permukaan bumi itu memiliki satu atau lebih sifat-sifat fisik yang berbeda dari sifat fisik batuan di sekelilingnya, sehingga perbedaannya itu dapat dicatat (diukur) dengan peralatan geofisika. Metode geofisika ini memang mahal dan hasilnya tidak selalu teliti dan meyakinkan, karena tergantung dari kepiawaian dalam melakukan interpretasi terhadap anomali dan data geologi yang diperoleh. Walaupun demikian metode ini bisa sangat membantu dalam mengarahkan kegiatan eksplorasi di kemudian hari.6) Metode Geokimia (Geochemistry Prospecting)Metode geokimia dipergunakan untuk merekam perubahan-perubahan komposisi kimia yang sangat kecil, yaitu dalam ukuranpart per million(ppm), pada contoh air permukaan (air sungai), air tanah, lumpur yang mengendap di dasar sungai, tanah dan bagian-bagian dari tanaman (pepohonan) seperti pucuk daun, kulit pohon dan akar yang disebabkan karena di dekatnya ada endapan bahan galian atau endapan bijih (ore body). Pada dasarnya semua endapan bahan galian pada saat terbentuk akan merembeskan sebagian kecil unsur kimia atau logam yang dikandungnya ke lapisan batuan di sekelilingnya. Rembesan unsur kimia atau logam inilah yang ditelusuri dengan metode geokimia. Oleh sebab itu prospeksi geokimia biasanya dilakukan di sepanjang aliran sungai dan daerah aliran sungai (DAS) serta di daratan.Prospeksi geokimia hanya mampu membantu melengkapi data dan informasi untuk mengarahkan di daerah mana prospeksi geofisika harus dilakukan. Tetapi prospeksi geokimia sangat bermanfaat untuk penyelidikan di daerah yang bila diselidiki dengan geofisika tidak efektif, terutama untuk pengamatan awal di daerah terpencil yang luas. Setiap contoh air, tanah dan komponen tumbuh-tumbuhan yang diambil dengan teliti dan sistematis dari daerah yang sedang diteliti, kemudian harus dianalisis secara kimiawi dengan reagen yang khas dan hanya peka untuk unsur kimia atau logam tertentu (a.l. Cu, Pb, Zn, Ni dan Mo) walaupun kadar unsur kimia atau logam itu sangat rendah. Hasil analisis kimia khusus itu dipetakan untuk dipelajari adanya anomali geokimia yang antara lain disebuthalos. Prospeksi geokimia biasanya berlangsung tidak terlalu lama (0,5-1,0 tahun), sedangkan jumlah contoh (sample) yang diambil dari setiap tempat tak banyak (1-2 kg).2.2 Tahapan Kegiatan Eksplorasi (Exploration) Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)Eksplorasi adalah Penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang keadaan, terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu, penyelidikan, penjajakan. Menurut situs Wikipedia berbahasa Inodenisia (id.wikipedia.org)Eksplorasi adalah tindakan atau mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu; misalnya daerah yang tak dikenal, termasuk antariksa (penjelajahan angkasa), minyak bumi (explorasi minyak bumi), gas alam, batubara, mineral, gua, air, ataupun informasi. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)Eksplorasi adalah kegiatan penyelidikan geologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi,menetukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis/kajian kemungkinan dilakukanya penambangan.

Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut. Selain untuk mendapatkan data penyebaran dan ketebalan bahan galian, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan contoh bahan galian dan tanah penutup. Tahap ekplorasi ini juga sangat berperan pada tahan reklamasi nanti, melalui eksplorasi ini kita dapat mengetahui dan mengenali seluruh komponen ekosistem yang ada sebelumnya.Tujuan dilakukannya eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan mineral secara rinci, yaitu unutk mengetahui,menemukan, mengidentifikasi dan menentukan gambaran geologi dam pemineralaran berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitaas dan kualitas suatu endapan mineral unruk kemudian dapat dilakukan pengembangan secara ekonomis.

Gambar 2.6 Eksplorasi

2.2.1 Metode eksplorasiSetelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan prospeksi, yang mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya, maka dilakukanlah eksplorasi dengan metode atau cara antara lain sebagai berikut:a. Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertical dapat dilakukan dengan cara membuat parit uji, sumur uji, pembuatan adit dam pemboran inti.b. Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian yang berasal dari titik percontohan dan dianalisis di laboratorium.c. Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa penyelidikan geofisik seperti seismic, SP, IP dan resistivity.d. Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk mengetahui penyebaran lateral dan vertical bahan galian, maka dibuat peta penyebaran cadangan bahan galian dan dilakukan perhitungan cadangan bahan galian.e. Selain dari itu, juga kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan yang berada di lapisan atas atau bawah bahan galian untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan keteknikannya.

2.2.2 Survey TinjauSurvey tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan tujuan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang mengandung endapan batubara yang prospek untuk diselidiki lebih lanjut. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi studi geologi regional, interpretasi potret udara, geofisika, dan peninjauan lapangan pendahuluan. Sebelum dilakukan kegiatan survey tinjau, perlu dilakukan:a. Studi LiteraturDalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.b. Survei Dan PemetaanJika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil contoh dari singkapan-singkapan yang penting. Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan contoh dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.2.2.3 ProspeksiPada tahap ini, dilakukan pemilihan lokasi daerah yang mengandung endapan batubara yang potensial untuk dikembangkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sebaran dan potensi endapan batubara yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Pemboran uji pada tahap ini bertujuan untuk mempelajari stratigrafi regional atau litologi, khususnya di daerah yang mempunyai indikasi adanya endapan batubara. Jarak antar titik bor berkisar dari 1000 sampai 3000 meter. Pada tahap ini peta yang dipakai mulai dari 1:50.000 sampai 1:25.000.2.2.4 Eksplorasi PendahuluanTujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh gambaran awal tentang endapan batubara yang meliputi jarak titik pengamatan, ketebalan, kemiringan lapisan, bentuk, korelasi lapisan, sebaran, struktur geologi dan sedimen, kuantitas dan kualitasnya. Jarak antar titik bor berkisar 500 1000 meter, skala peta yang digunakan mulai dari 1: 25.000 sampai 1:10.000. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pertambangan Umum No. 661.K/201/DDJP/1996 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan, Laporan Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum perlu dilampiri dengan beberapa peta: Peta lokasi/situasi, Peta geologi lintasan dan singkapan (skala 1:25.000), Peta kegiatan penyelidikan umum, termasuk lokasi sumur uji, parit uji, pengambilan contoh batubara (skala 1:10.000), Peta anomali geofisika, bila dilakukan (skala 1:10.000), Peta penyebaran endapan batubara dan daerah prospek (skala 1:10.000), Peta wilayah rencana peningkatan Kuasa Pertambangan, Penampang sumur uji, Penampang parit uji, Penampang lubang borDari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

2.2.5 Tahap Eksplorasi DetailSetelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (jarak antar titik bor 200 meter), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak.Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (