makalah suspensi analgesik

64
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan dalam tubuh, seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot. Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas dikulit, selaput lendir, atau jaringan- jarigan lain. Nyeri perlu dihilangkan jika telah mengganggu aktifitas tubuh. Analgetik merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk oban antiradang non-steroid (NSAID). NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan saja melegakan sakit, malah obat ini juga bisa mengurangi demam dan kepanasan. Analgesik bersifat narkotik seperti opoid dan opidium bisa menekan sistem 1

Upload: dyah-putri-ayu-dinastyar

Post on 02-Jan-2016

675 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

tatacara pembuatan suspensi

TRANSCRIPT

Page 1: makalah suspensi analgesik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang

fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya

gangguan-gangguan dalam tubuh, seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-

infeksi kuman atau kejang-kejang otot. Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-

rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan pada

jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang

letaknya pada ujung-ujung saraf bebas dikulit, selaput lendir, atau jaringan-jarigan

lain.

Nyeri perlu dihilangkan jika telah mengganggu aktifitas tubuh. Analgetik

merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan

kesadaran. Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat

yang digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk oban antiradang

non-steroid (NSAID). NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan saja

melegakan sakit, malah obat ini juga bisa mengurangi demam dan kepanasan.

Analgesik bersifat narkotik seperti opoid dan opidium bisa menekan sistem saraf

utama dan mengubah persepsi terhadap kesakitan (noisepsi). Obat jenis ini lebih

berkesan mengurangi rasa sakit dibandingkan NSAID.

Dalam bidang industri famasi, pekembangn tekhnologi farmasi sangat

berperan akif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak

ditunjukkan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan

karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan

meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari

efek farmakologis zat aktif.

1

Page 2: makalah suspensi analgesik

Salah satunya penggunaan dalam bentuk sediaan suspensi, bila dibandingkan

dengan larutan sangatlah efisien sebab suspensi dapat mengurangi penguraian zat

aktif yang tidak stabil dalam air.

Dalam makalah ini, penulis ingin membuat suatu formulasi sediaan suspense

yang mana dapat membantu pasien ankak-anak untuk mempermudah dalam

pemberiaan obat.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini :

1) Untuk mengetahui sediaan suspense

2) Mengetahui proses pembuatan sediaan suspense

3) Mengetahui kestabilannya dalam sediaan suspense

1.3 MANFAAT

Adapun manfat dari pembuatan makalah ini :

1) Mengetahui kekurangan dan kelebihan ssediaan suspense

2) Memahami proses pembuatan golongan sediaan suspense

3) Mengetahui berbagai jenis suspense

4) Mengetahui bahan yang baik untuk sediaan suspense

2

Page 3: makalah suspensi analgesik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANALGESIK

2.1.1 PENGERTIAN ANALGESIK

Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi

rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan sakit

terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan

reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini. Obat penghalang nyeri

(analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran

akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psikis yang

diakibatkan oleh rangsangan sakit. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya

merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda

bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh,seperti peradangan

(rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot.

2.1.2 JENIS ANALGESIK

Ada dua jenis analgetik, analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. Selain

berdasarkan struktur kimianya, pembagian di atas juga didasarkan pada nyeri yang

dapat dihilangkan. Analgetik narkotik dapat menghilangkan nyei dari derajat sdang

sampai hebat (berat), seperti karena infark jantung, operasi (terpotong), viseral

(organ), dan nyeri karena kanker.

Analgetik non narkotik berasal dari golongan antiinflamasi non steroid

(AINS) yang menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Disebut AINS

3

Page 4: makalah suspensi analgesik

karenakan selain sebagai analgetik, sebagian anggotanya mempunyai efek

antiinflamasi dan penurun panas (antipiretik), dan secara kimiawi bukan steroid.

Oleh karena itu, AINS sering disebut (analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi) atau

3A.

Minimal ada 4 perbedaan antara AINS dengan analgetik narkotik, yakni.

1. Struktur kimianya tidak mirip dengan morfin, bahkan masing-masing

golongan AINS juga tidak mirip.

2. Tidak efektif untuk nyeri hebat, nyeri viseral, dan nyeri terpotong.

3. Bekerja secara sentral (SSP) dan atau perifer.

4. Tidak menimbulkan toleransi dan addiksi (ketergantungan).

2.1.2.1 Analgesik Narkotik

Analgesik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan

Papaver somniferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk

meredakan nyeri sedang sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari organ viseral.

Penggunaan berulang dan tidak sesuai aturan dapat menimbulkan toleransi dan

ketergantungan. Toleransi ialah adanya penurunan efek, sehingga untuk

mendapatkan efek seperti semula perlu peningkatan dosis. Karena dapat

menimbulkan ketergantungan, obat golongan ini penggunaannya diawasi secara ketat

dan hanya untuk nyeri yang tidak dapat diredakan oleh AINS.

Nyeri minimal disebabkan oleh 2 hal, yaitu iritasi lokal (menstimuli saraf

perifer) dan adanya persepsi (Pengenalan) nyeri oleh SSP. Pengenalan nyeri bersifat

psikologi terhadap adanya nyeri lokal yang disampaikan ke SSP. Analgetik narkotik

mengurangi nyeri dengan menurunkan persepsi nyeri atau menaikan nilai ambang

rasa sakit. Analgetik narkotik tidak mempengaruhi saraf perifer, nyeri tetap ada tetapi

dapat diabaikan atau pasien dapat mentolerirnya. Untuk mendapatkan efek yang

maksimal analgetik narkotik harus diberikan sebelum nyeri hebat datang, seperti

sebelum tindakan bedah.

4

Page 5: makalah suspensi analgesik

Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri hebat, tetapi potensi, onzet,

dan efek sampingnya berbeda-beda secara kualitatif maupun kuantitaif. Efek

samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan ngantuk. Dosis

yang besar dapat menyebabkan hipotensi serta depresi pernapafan.

Morfin dan peptidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak

dipakai untuk nyeri hebat walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di

Indonesia tersedia dalam bentuk injeksi dan masih merupakan standar yang

digunakan sebagai pembanding bagi analgetik narkotik lainnya. Selain

menghilangkan nyeri, morfin dapat menimbulkan euforia dan gangguan mental.

Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di

Indonesia :

Morfin HCl,

Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),

Fentanil HCl,

Petidin,

Tramadol.

Khusus untuk tramadol secara kimiawi memang tergolong narkotika tetapi

menurut undang-undang tidak sebagai narkotik, karena kemungkinan menimbulkan

ketergantungan kecil.

2.1.2.2 Analgesik Non Narkotik

Berbagai salicylate dan agen-agen lain yang mirip yang dipakai untuk

mengobati penyakit reumatik sama-sama memiliki kemampuan untuk menekan

tanda-tanda dan gejala-gejala inflamasi. Obat-obat ini mempunyai efek antipiretik

dan analgesik, tetapi sifat-sifat anti inflamasi merekalah yang membuat mereka

paling baik dalam menangani gangguan-gangguan dengan rasa sakit yang

dihubungkan dengan intensitas proses inflamasi.

5

Page 6: makalah suspensi analgesik

Meskipun semua NSAID tidak disetujui oleh FDA untuk semua rentang

penyakit reumatik, semuanya mungkin efektif pada atritis rheumatoid, berbagai

spondiloartropati seronegatif (misalnya atritis psoriatis dan atritis yang dikaitkan

dengan penyakit usus meradang), osteroartritis, muskuloskeletal terlokalisir

(misalnya terkilir dan sakit punggung bawah) dan pirai (kecuali tolmetin yang

nampaknya tidak efektif pada pirai). Karena aspirin, permulaan NSAID, mempunyai

beberapa efek yang merugikan, banyak NSAID lainnya telah dikembangkan dalam

usaha untuk memperbaiki efektifitas dan toksisitasnya.

2.1.3 PENYEBAB ANALGESIK

Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau

kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan

melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada

ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, atau jaringan- jaringan (organ-organ)

lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem

Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke

pusat nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri.

Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah histamine, serotonin, plasmakinin-

plasmakinin, dan prostaglandin-prostagladin, serta ion-ion kalium.

Berdasarkan proses terjadinya nyeri, maka rasa nyeri dapat dilawan dengan

beberapa cara, yaitu :

1. Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri

perifer, oleh analgetika perifer atau anestetika lokal.

2. Merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris,

misalnya denganan anestetika lokal

3. Blokade dari pusat nyeri dalam Sistem Saraf Pusat dengan analgetika

sentral (narkotika) atau anestetika umum.

6

Page 7: makalah suspensi analgesik

4. Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis

turut berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri

dari si pasien.

Obat analgesik yang termasuk golongan Non Steroidal Anti Inflamatory Drug

(NSAID) seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan saja melegakan sakit, obat

ini juga bisa mengurangi demam. Analgesik bersifat narkotik seperti opoid dan

opidium bisa menekan sistem saraf utama dan mengubah persepsi terhadap kesakitan

(noisepsi). Obat jenis ini lebih berkesan mengurangi rasa sakit dibandingkan NSAID.

Ibuprofen adalah turunan asam propionat yang dipatenkan pada tahun 1961.

Ibuprofen dikembangkan oleh Grup Boots di tahun 1960an. Ditemukan oleh Stewart

Adams (bersama dengan John Nicholson, Andrew RM Dunlop, Jeffrey Bruce Wilson

& Colin Burrows). Ibuprofen awalnya digunakan sebagai pengobatan untuk

rheumatoid arthritis di Inggris pada tahun 1969 dan Amerika Serikat pada tahun

1974.

2.1.4 STRUKTUR KIMIA

Dalam Ibuprofen terkandung tidak kurang dari 97% dan tidak lebih dari

103,0% C13H18O2 dihitung terhadap zat anhidrat. Nama kimia ibuprofen adalah

asam 2-(4-isobutil-fenil)-propionat dengan berat molekul 206.29 g/mol dan rumus

molekul C13H18O2. Ibuprofen seperti turunan 2-arylprorionat lainnya (termasuk

ketoprofen, flurbiprofen, naproxen, dll), berisi stereosenter di posisi-α dari propionat.

Dengan demikian, ada dua kemungkinan enansiomer ibuprofen, dengan potensi efek

biologis yang berbeda dan metabolisme untuk masing-masing enantiomer. Memang

ditemukan bahwa S-ibuprofen dan dexibuprofen adalah bentuk aktif baik secara in

vitro dan in vivo. Ada potensi untuk meningkatkan selektivitas dan potensi formulasi

ibuprofen oleh pemasaran ibuprofen sebagai-enantiomer produk tunggal (seperti

yang terjadi dengan naproxen).

7

Page 8: makalah suspensi analgesik

Gambar 1. Rumus kimia Ibuprofen

Ibuprofen berbentuk serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau khas

lemah. Ibuprofen praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol,

dalam metanol, dalam aseton dan dalam kloroform, sukar larut dalam etil asetat.

Ibuprofen hanya sangat sedikit larut dalam air. Kurang dari 1 mg ibuprofen larut

dalam 1 ml air namun, jauh lebih mudah larut dalam alkohol atau campuran air.

2.1.5 SIFAT KIMIA DAN FARMAKOKINETIK

NSAID dikelompokkan dalam berbagai kelompok kimiawi, beberapa di

antaranya (propionic acid deretivative, inodole derivative, oxicam, fenamate,dll.)

keanekaragaman kimiawi ini memberi sebuah rentang karakteristik farmakokinetik

yang luas. Sekalipun ada banyak perbedaan dalam kinetika NSAID , mereka

mempunyai beberapa karakteristik yang sama. Sebagian besar dari obat ini diserap

dengan baik, dan makanan tidak mempengruhi biovailabilitas mereka secara

substansial. Sebagian besar dari NSAID sangat di metabolism, beberapa oleh

mekanisme fase I dan fase II dan lainnya hanya oleh glukuronidasi langsung (fase

II). Metabolisme dari seberapa besar NSAID berlangsung sebagian melalui enzim

P450 kelompok CYP3A dan CYP2P dalam hati. Sekalipun ekskresi ginjal adalah

rute yang paling penting untuk eliminasi terakhir, hampir semuanya melalui berbagai

tingkat ekskresi empedu dan penyerapan kembali (sirkulasi enterohepatis).

Kenyataanya tingkat iritasi seluruh cerna bagian bawah berkolerasi dengan jumlah

sirkulasi enterohepatis. Sebagian besar dari NSAID berikatan protein tinggi ,

biasanya dengan albumin.

8

Page 9: makalah suspensi analgesik

2.1.6 MEKANISME KERJA

Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga

konversi asam arakidonat menjadi terganggu. Ada dua jenis siklooksigenase, yang

dinamakan COX-1 dan COX-2. COX-1 terdapat pada pembuluh darah, lambung, dan

ginjal, sedangkan COX- 2 keberadaannya diinduksi oleh terjadinya inflamasi oleh

sitokin dan merupakan mediator inflamasi. Aktivitas antipiretik, analgesik, dan anti

inflamasi dari ibuprofen berhubungan dengan kemampuan inhibisi COX-2, ibuprofen

menghambat COX-1 dan COX-2 dan membatasi produksi prostaglandin yang

berhubungan dengan respon inflamasi. Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim

siklooksigenase (COX), yang mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin H2

(PGH2). Prostaglandin H2, pada gilirannya, diubah oleh enzim lain untuk

prostaglandin bentuk lain (sebagai mediator nyeri, peradangan, dan demam) dan

tromboksan A2 (yang merangsang agregasi platelet dan menyebabkan pembentukan

bekuan darah).

Gambar 2. Mekanisme kerja Ibuprofen

9

Page 10: makalah suspensi analgesik

Seperti aspirin, indometasin, dan kebanyakan NSAID lainnya, ibuprofen

dianggap non-selektif COX inhibitor yang menghambat dua isoform siklooksigenase

yaitu COX-1 dan COX-2. Sebagai analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi, yang

dicapai terutama melalui penghambatan COX-2, sedangkan penghambatan COX-1

akan bertanggung jawab untuk efek yang tidak diinginkan pada agregasi platelet dan

saluran pencernaan. Namun, peran isoform COX untuk analgetik, anti inflamasi, dan

efek kerusakan lambung dari NSAID tidak pasti dan senyawa yang berbeda ini

menyebabkan perbedaan derajat analgesia dan kerusakan lambung. Dalam rangka

untuk mencapai efek menguntungkan pada ibuprofen dan NSAID lainnya tanpa

mengakibatkan gastrointestinal ulserasi dan perdarahan, selektif COX-2 inhibitor

dikembangkan untuk menghambat COX-2 isoform tanpa terjadi penghambatan

COX-1.

2.1.7 FARMAKODINAMIK

Aktivitas anti inflamasi dari NSAID terutama diperantari melalui hambatan

biosintesis prostaglandin. Berbagai NSAID mungkin memiliki mekanisme kerja

tambahan, termasuk hambatan komitaksis, regulasi rendah, produksi interleukin-1,

penurunan produksi redaikal bebas dan superoksida, dan campur tangan dengan

kejadian-kejadian intraseluler yang diperantari kalsium. Aspirin secara ireversibel

mengasetilasi dan menyekat platelet cyloxigenase., tetapi NSAID yang lain adalah

penghambat- penghambat yang reversible. Selektivitas COX-1 versus COX-2 dapat

bervariasi dan tidak lengkap bagi bahan-bahan yang lebih lama, tetapi penghambat-

penghambat COX-2 yang sangat selektif sekarang bisa di dapat. Dalam pengujian

dengan memakai darah utuh manusia, entah mengapa, aspirin, indomethacine,

pirixicam, dan sulindac lebih efektif dalam menghambat COX-1, ibuprofen dan

mectofenamate menghambat kedua isozim yang kurang lebih sama. Hambatan

sintesis lipoxigenase oleh NSAID yang lebih baru, suatu efek yang di inginkan untuk

obat anti inflamasi , adalah terbatas tetapi mungkin lebih besar daripada dengan

aspirin. Benoxaprofen, NSAID lain yang lebih baru, diperlihatkan menghambat

sintesisi leuxotriene dengan baik tetapi di tarik kembali karena sifat toksiknya. Dari

NSAID yang sekarang ini bisa didapat , indomethacine dan diclofanac telah

dilaporkan mengurangi sintesis prostaglandin dan leukotriene. Kepentingan klinis

10

Page 11: makalah suspensi analgesik

dari selektivitas COX-2 sekarang ini sedang diselidiki. Keefektifan mungkin tidak

terpengruh tetapi keamanan gastrointestinal mungkin dapat di tingkatkan. Gunakan

NSAID secara hati-hati pada pasien – pasien dengan riwayat gangguan perdarahan /

perdarahan gastrointestinal, penyakit hati, ginjal , dan cardiofaskuler berat.

Sedangkan keamanan NSAID pada kehamilan belum di tetapkan.

Ibuprofen hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai

sedang, dan efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi atau kerusakan

jaringan. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek analgesik opioat, tetapi

tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang

merugikan. Untuk menimbulkan efek analgesik, ibuprofen bekerja pada hipotalamus,

menghambat pembentukan prostaglandin ditempat terjadinya radang, dan mencegah

sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi.

Ibuprofen akan menurunkan suhu badan hanya dalam keadaan demam.

Demam yang menyertai infeksi dianggap timbul akibat dua mekanisme kerja, yaitu

pembentukan prostaglandin di dalam susunan syaraf pusat sebagai respon terhadap

bakteri pirogen dan adanya efek interleukin-1 pada hipotalamus. Ibuprofen

menghambat baik pirogen yang diinduksi oleh pembentukan prostaglandin maupun

respon susunan syaraf pusat terhadap interleukin-1 sehingga dapat mengatur kembali

“thermostat” di hipotalamus dan memudahkan pelepasan panas dengan jalan

vasodilatasi.

Sebagai antiinflamasi, efek inflamasi dari ibuprofen dicapai apabila

penggunaan pada dosis 1200-2400 mg sehari. Inflamasi adalah suatu respon jaringan

terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan

lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin

dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak,

dan disertai gangguan fungsi. Ibuprofen dapat dimanfaatkan pada pengobatan

muskuloskeletal seperti artritis rheumatoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa.

Namun, ibuprofen hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan

dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki, atau

mencegah kerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletal.

11

Page 12: makalah suspensi analgesik

2.1.8 FARMAKOKINETIK

Absorbsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam

plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. 90 %

ibuprofen terikat pada protein plasma. Onset sekitar 30 menit. Durasi ibuprofen

berkisar antara 6-8 jam. Absorpsi jika diberikan secara oral mencapai 85%. Metabolit

utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi dimetabolisme dihati untuk dua

metabolit utama aktif yang dengan cepat dan lengkap dikeluarkan oleh ginjal.

Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90% dari dosis yang

diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konyugata (1%

sebagai obat bebas), beberapa juga diekskresi melalui feses. Ibuprofen masuk ke

ruang synovial dengan lambat. Konsentrasinya lebih tinggi di ruang synovial

dibandingkan diplasma.

2.1.9 INDIKASI

Efek analgesik dan antiinflamasi ibuprofen dapat digunakan untuk

meringankan gejala-gejala penyakit rematik tulang, sendi, gejala arthritis,

osteoarthritis, dan non-sendi. Juga dapat digunakan untuk meringankan gejala-gejala

akibat trauma otot dan tulang atau sendi (trauma muskuloskeletal). Meringankan

nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada dismenore primer (nyeri haid),

nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri setelah operasi dan sakit kepala.

Ibuprofen juga umumnya bertindak sebagai vasodilator, dapat melebarkan

arteri koroner dan beberapa pembuluh darah lainnya. Ibuprofen diketahui memiliki

efek antiplatelet, meskipun relatif lebih lemah bila dibandingkan dengan aspirin atau

obat lain yang lebih dikenal sebagai antiplatelet. Dapat digunakan pada neonatus

dengan paten duktus arteriosus, disfungsi ginjal, nekrotizing enterokolitis, perforasi

usus, dan perdarahan intraventrikular, efek protektif neuronal.

12

Page 13: makalah suspensi analgesik

Ibuprofen lisin diindikasikan untuk penutupan duktus arteriosus paten pada

bayi prematur dengan berat antara 500 dan 1.500 gram, yang tidak lebih dari 32

minggu usia kehamilan saat restriksi cairan, diuretik, dukungan pernafasan tidak

efektif.

2.1.10 KONTRAINDIKASI

Ibuprofen tidak dianjurkan pada pasien dengan hipersensitif terhadap

Ibuprofen dan obat antiinflamasi non-steroid lain, penderita dengan ulkus peptikum

(tukak lambung dan duodenum) yang berat dan aktif. Penderita sindroma polip

hidung, asma, rhinitis angioedema dan penderita dimana bila menggunakan asetosal

atau obat antiinflamasi non-steroid lainnya akan timbul gejala asma,rinitis atau

urtikaria. kehamilan tiga bulan terakhir dan menyusui.

2.1.11 EFEK SAMPING

Ibuprofen bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga

konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu. Prostaglandin terlibat

dalam pelepasan renin, vaskular lokal, sirkulasi regional, keseimbangan air, dan

keseimbangan natrium. Prostaglandin juga menstimulasi perbaikan sel epitelial

gastrointestinal dan menstimulasi sekresi bikarbonat dari sel epitelial. Hal ini

menyebabkan ibuprofen dapat menurunkan sekresi mukus yang berfungsi sebagai

pelindung dalam lambung dan usus kecil, dan juga dapat menyebabkan

vasokonstriksi pada mukosa lambung. Selain itu efek samping pada gastrointestinal

meliputi stress lambung, kehilangan darah tiba-tiba, diare, mual, muntah, heartburn,

dispepsia, anoreksia, konstipasi, distress atau karma atau nyeri abdominal, kembung,

kesukaran mencerna, dan rasa penuh pada perut juga dapat disebabkan oleh

penggunaan ibuprofen.

Efek samping pada sistem kardiovaskular antara lain edema perifer, retensi

air, dan perburukan CHF. Pada sistem saraf pusat antara lain dizzines, mengantuk,

13

Page 14: makalah suspensi analgesik

vertigo, sakit kepala ringan, dan aseptik meningitis. Pada mata, telinga dan

nasofaring antara lain gangguan penglihatan, fotopobia, dan tinnitus. Pada

genitourinaria antara lain menometrorrhagia, hematuria, cistisis, acute renal

insufisiensi; interstitial nephritis; hiperkalemia; hiponatremia; nekrosis papillar renal.

Pada kulit antara lain rash, pruritus, dan eritema. Efek samping yang lain seperti

kram otot.

Hampir sama dengan jenis NSAID lain, ibuprofen juga dapat meningkatkan

risiko palpitasi, ventrikular aritmia dan infark miokard (serangan jantung), khususnya

di antara mereka yang menggunakan dosis tinggi dalam jangka waktu lama. Studi

pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kebiasaan menggunakan NSAID dikaitkan

dengan peningkatan gangguan pendengaran.

Penggunaan pada paten duktus arteriosus saat neonatal dengan masa gestasi

kurang dari 30 minggu dapat mengakibatkan peningkatan hiperbilirubinemia pada

neonatal, karena dapat menggeser kedudukan bilirubin dari albumin, sehingga dapat

mengakibatkan kerniikterus dan ensefalopati. Namun hal ini, dapat dikurangi dengan

cara pemberian bersama dengan indometasin.

Efek samping yang umum ditemukan antara lain sembelit, epistaksis, sakit

kepala, pusing, ruam, retensi garam dan cairan mual, kenaikkan enzim hati,dispepsia,

ulserasi gastrointestinal atau perdarahan, diare, dan hipertensi.25,26

Ibuprofen dapat menghambat aliran darah renal, GFR, dan transprtasi ion

tubular. Prostaglandin juga mengatur aliran darah ginjal sebagai fungsional dari

antagonis angiotensin II dan norepinefrin. Jika pengeluaran dua zat tersebut

meningkat (misalnya, dalam hipovolemia), inhibisi produksi PG mungkin

mengakibatkan berkurangnya aliran darah ginjal dan kerusakan ginjal. Namun, efek

samping yang terkait dengan ginjal jarang terjadi pada dosis ibuprofen yang

ditentukan. Waktu paruh yang pendek pada ibuprofen terkait dengan menurunnya

resiko efek ginjal daripada NSAID lain dengan waktu paruh yang panjang. Dari

penelitian-penelitian yang Penggunaan jangka pendek dari ibuprofen tidak signifikan

meningkatkan risiko kerusakan ginjal pada sukarelawan sehat atau pada anak

dengan penyakit demam. Pengobatan jangka panjang dengan ibuprofen dengan dosis

14

Page 15: makalah suspensi analgesik

1200 mg / hari tidak meningkatkan risiko kerusakan ginjal pada orang lanjut

usia.27,28

Ibuprofen juga bisa mempengaruhi agregasi trombosit. Efek ini ditimbulkan

karena adanya penghambatan biosintesis tromboksan A2 (TXA2).

2.1.12 SEDIAAN DAN POSOLOGI

Bentuk sediaan generik yang tersedia yaitu berupa sediaan tablet 200 mg, 400

mg, 600 mg; tablet salut selaput 200 mg, 400 mg; kaptabs salut selaput 200 mg.

Bentuk sediaan paten yang tersedia yaitu berupa sediaan tablet 200 mg, 400 mg, 600

mg; tablet salut selaput 200 mg, 400 mg, 600 mg; kaptabs salut selaput 200 mg, 400

mg; suspensi 100 mg/5 mL, 200 mg/5 mL; tablet kunyah 100 mg ; suppositoria 125

mg.

Sediaan kombinasi yang tersedia yaitu berupa kombinasi ibuprofen dengan

parasetamol; ibuprofen dengan parasetamol dan kafein; dan ibuprofen dengan

Vitamin B6 B1 dan B12.

Gambar 3. Sediaan tablet Ibuprofen dan suspensi

Posologi : Ibuprofen dosis rendah (200 mg dan 400 mg) banyak tersedia.

Ibuprofen memiliki durasi tergantung dosis yaitu sekitar 4-8 jam, yang lebih lama

dari yang disarankan dari waktu paruh. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kgBB dengan

15

Page 16: makalah suspensi analgesik

interval pemberian 4-6 jam, mereduksi demam 15% lebih cepat dibandingkan

parasetamol dosis 10-15 mg/kgBB. Dosis yang dianjurkan bervariasi tergantung

massa tubuh dan indikasi. Umumnya, dosis oral 200-400 mg (5-10 mg / kg BB pada

anak-anak) setiap 4-6 jam, dapat ditambahkan sampai dosis harian 800-1200 mg.

Jumlah maksimum ibuprofen untuk orang dewasa adalah 800 miligram per dosis atau

3200 mg per hari (4 dosis maksimum).

2.2 SUSPENSI

2.2.1 DEFINISI SUSPENSI

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Suspensi adalah sediaan cair yang

mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi

merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase yaitu fase luar dan kontinue

umumnya merupakan cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam

terbuat dari partikel – partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut tapi terdispersi

seluruhnya pada fase continue. Suspensi secara umum dapat didefinisikan sebagai

sediaan yang mengandung obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut terdispersi

dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat

mengendap dan bila dikocok perlahan – lahan endapan harus segera terdispersi

kembali.

Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain

sifat partikel terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium

pendispersi serta komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma,

pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah

yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket

harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan

di tempat yang sejuk “.

2.2.2 MACAM-MACAM SUSPENSI 

16

Page 17: makalah suspensi analgesik

2.2.2.1 Berdasarkan Penggunaan Menurut FI Edisi IV :

1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam

pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk

penggunaan oral.

2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang

terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.

3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang

ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel

yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.

2.2.2.2 Berdasarkan Istilah

1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan

untuk pemakaian oral.  (contoh : Susu Magnesia)

2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat

padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang

menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh :

Magma Bentonit).

3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada

kulit (contoh : Lotio Kalamin)

2.2.2.3 Suspensi Berdasarkan Sifat

2.2.2.3.1 Suspensi Deflokulasi

Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan

sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan

lambat. Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing

partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap. Supernatan sistem

17

Page 18: makalah suspensi analgesik

deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang halus

sangat lambat. Contoh suspensi Obat Maag ( Mylanta )

Keunggulannya :

1. Sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen

pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.

Kekurangannya :

1. Apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena

terbentuk masa yang kompak.

Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak

dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.

2.2.2.3.2 Suspensi Flokulasi

Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat

terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh

kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar. Cairan supernatan pada

sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk

cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam. Contoh : Suspensi

Antibiotik ( serbuk yang dilarutkan dengan penambahan air )

Keunggulannya :

Sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah

diredispersi.

Kekurangannya :

Dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan

sedimentasinya tinggi.

Flokulasi dapat dikendalikan dengan :

a.     Kombinasi ukuran partikel

18

Page 19: makalah suspensi analgesik

b.    Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.

c.     Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel

dalam suspensi.

2.2.2.4 Jenis Suspensi Lainnya

Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang

terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan

ditujukkan untuk penggunaan oral.

2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang

terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada

kulit.

3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-

partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk

penggunaan pada mata.

4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel

halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium

cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran

spinal.

6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan

pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua

persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang

sesuai.

Ada pun keuntungan dan kekurangan Sediaan suspensi adalah sebagai

berikut :

Keuntungan :

19

Page 20: makalah suspensi analgesik

1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul,

terutama anak-anak.

2. Homogenitas tinggi

3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan

kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).

4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)

5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

Kekurangan :

1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll)

2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga

homogenitasnya turun.

3. Alirannya menyebabkan sukar dituang.

4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.

5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi

(cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan

temperatur.

6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis

yang diinginkan.

Suspensi dalam farmasi digunakan dalam berbagai cara yaitu:

1. Intramuskular inject

2. Tetes mata

3. Peroral

4. Rektal

Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang

terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan

untuk penggunaan oral.

20

Page 21: makalah suspensi analgesik

2.2.3 SYARAT SUSPENSI

a. FI IV, 1995, hal 18

1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal

2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus

mengandung zat antimikroba.

3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan

4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.

 b. FI III, 1979, hal 32

1.  Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali

3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi

4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok

dan dituang.

5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari

suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.(Ansel,

356)

 c. Fornas Edisi 2, 1978, hal 333

Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan

jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama

untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah

dosis ganda.

21

Page 22: makalah suspensi analgesik

Syarat suspensi optalmik :

-  Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak

menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea.

- Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras

atau penggumpalan.

2.2.4 METODE PEMBUATAN SUSPENSI

Dalam pembuatan suspensi ada beberapa metode diantaranya metode dispersi

dan metode pengendapan.

2.2.4.1 Metoda Dispersi

Pembuatan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam

muchilago yang telah terbentuk, kemudian baru diencerkan. Serbuk yang

sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan

sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat

terdispers dengan medium. Bila sudut kontak ± 90o serbuk akan mengambang

di atas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob karena

serbuk tersebut sulit dibasahi oleh air. Sedangkan serbuk yang mengambang

di bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih kecil dan bila

tenggelam, menunjukkan tidak adanya sudut kontak. (Farmasetika, 165)

2.2.4.2 Metode Pengendapan (Presipitasi)

Metode ini dibagi lagi menjadi 3 macam, yaitu :

1.       Presipitasi dengan pelarut organik

Obat – obat yang tidak larut air dapat diendapkan dengan

melarutkannya dalam pelarut – pelarut organik yang bercampur

dengan air, dan kemudian menambahkan fase organik ke air

murni di bawah kondisi standar. Contoh pelarut yang digunakan

adalah etanol, metanol, propilen glikol, dan polietilen glikol serta

22

Page 23: makalah suspensi analgesik

gliserin. Yang perlu dengan metode ini adalah kontrol ukuran

partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau hidrat dari kristal.

2.       Presipitasi dengan perubahan pH dari media

Metode pengubahan pH medium bisa jadi lebih membantu dan

tidak menimbulkan kesulitan yang serupa dengan endapan pelarut

organik. Tetapi teknik ini hanya dapat diterapkan ke obat – obat

yang kelarutannya tergantung pada harga pH. Sebagai contoh,

suspensi estradiol dapat dibuat dengan mengubah pH larutan

airnya, estradiol lebih mudah larut dalam alkaki seperti larutan

kalium dan natrium hidroksida.

3.       Presipitasi dengan dokomposisi (penguraian) rangkap

Melibatkan proses kimia yang sederhana, walaupun beberapa

faktor fisika yang disebutkan sebelumnya juga berperan.

(Farmasetika, 165)

Dalam pembuatan suatu suspensi, harus mengetahui dengan baik karakteristik

fase terdispersi dan medium dispersinya. Dalam beberapa hal fase terdispersi

mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah

”dibasahi” oleh pembawa tersebut selama penambahannya.

Obat yang tidak dipenetrasi dengan mudah oleh pembawa tersebut dan

mempunyai kecenderungan untuk bergabung menjadi satu atau mengambang di atas

pembawa tersebut.

Dalam hal yang terakhir, serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa

yang disebut ”zat pembasah” agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium

dispersi. Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat

pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. Bahan-

bahan tersebut berfungsi menggantikan udara dicelah-celah partikel, mendispersikan

partikel tersebut dan kemudian menyebabkan terjadinya penetrasi medium dispersi

ke dalam serbuk.

23

Page 24: makalah suspensi analgesik

Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur dengan

partikel-partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid (coloid mill),

pada skala kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortar dan stamper. Begitu

serbuk dibasahi, medium dispersi (yang telah ditambah semua komponen-komponen

formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi rasa, dan pengawet) ditambah

sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara merata

sebelum penambahan pembawa berikutnya.

Ciri-ciri  suspensi  :

1. Terbentuk  dua  fase  yang  heterogen

2. Berwarna  keruh

3. Mempunyai  diameter  partikel :  > 100  nm

4. Dapat  disaring  dengan  kertas  saring  biasa

5. Akan  memisah  jika  didiamkan

2.2.5 KOMPONEN SUSPENSI 

a. Bahan Pensuspensi/ Suspending Agent

Fungsi : memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan

mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin dan bahan

berlemak.

Cara kerja : meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan

mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik

mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel yang terlindung dari

gumpalan/aglomersi. Hal ini dapat dicapai dengan mencegah muatan partikel,

biasanya muatan partikel ada pada media air atau sediaan hidrofil.

Faktor pemilihan suspending agent :

1) Penggunaan bahan ( oral/topikal)

2) Komposisi kimia

24

Page 25: makalah suspensi analgesik

3) Stabilitas pembawa dan waktu hidup produk ( shelf life )

4) Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent.

Penggolongaan suspending agent :

I. Golongan polisakarida

1. Gom Akasia

2. Tragakan

3. Na-alginant

4. Starch

5. Karagen

6. Xanthan Gum

II. Turunan selulosa

1. Metil Selulosa

2. CMC Na

3. Avicel

4. Hidroksi Etil Selulosa

III. Golongan clay

1. Bentonite

2. Aluminium – Magnesium Silikat

3. Hectocrite

IV. Polimer sintetik

Carbomer ( excipients, 89; Husa’s, 169 )

Penggunaan :

Emulsifying aget : 0,1 – 0,5 %

Gelling agent : 0,5 – 2 %

Suspending agent : 0,5 – 1

Tablet blinder : 5 – 10 %

pH : 1% dispersi cabomer dalam air memiliki pH kira-kira 3

Kelarutan : larut dalam air, alkohol, dan gliserin

25

Page 26: makalah suspensi analgesik

Bahan yang dapat menetralisircarbomer : NaOH, KOH, NaCO3, boraks, asam amino,

asam organik,dan stearil amin yang digunakan sebagai bahan pembuat gel dalam

sistem non polar. Satu gram carbomer dinetralisasi oleh skitar 400 mg NaOH. Gel

carbomer yang telah dinetralisasi akan lebih viskous pada pH antara 6 – 11.

Viskositas akan berkurang pada pH < 3 atau > 12. Viskositas akan berkurang dengan

adanya elektrolit kuat. Gel akan hilang, viskositasnya dengan cepat bila terpapar oleh

sinar matahari, tetapi reaksi ini dapat diminimalkan dengan penambahan antioksidan.

Densitas bulk : 5 g/ cm3

b. Bahan Pembasah ( Wetting agent ) / Humektan

Dalam pembasahan suspensi penggunaan zat pembasah sangat berguna dalam

penurunan tegangan antar muka partikel padat dengan cairan pembawa

( Anief, 1994 ). Zat pembasah yang sering digunakan dalam pembuatan

suspensi adalah air, alkohol, gliserin ( Ansel, 1989 ).

Zat-zat hidrofilik ( sukar pelarut ) dapat dibasahi dengan mudah oleh air atau

cairan-cairan polar lainnya sehingga dapat meningkatkan viskositas suspensi-

suspensi air dengan besar. Sedangkan zat-zat hidrofobik ( tidak sukar larut )

menolak air, tetapi dapat dibasahi oleh cairan-ciran non polar. Zat pada

hidrofilik biasanya dapat digabungkan menjadi suspensi tanpa zat pembasah (

Patel dkk, 1994 ).

c. Bahan Pemanis

Fungsi : untuk memperbaiki rasa dari sediaan

Masalah yang perlu diperhatikan pada pebaikan rasa obat adalah :

Usia dari pasien. Anak-anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan, orang

dewasa lebih suka sirup dengan rasa asam, orang tua lebih suka sirup dengan

agak pahit seperti kopi, dsb. Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang

sakit tidak sama dengan orang sehat. Rasa yang dapat diterima untuk jangka

pendek mungkin saja jadi tidak bisa diterima untuk pengobatan jangka

panjang.

26

Page 27: makalah suspensi analgesik

Rasa obat bisa berubah dengan jangka waktu penyimpanan. Pada saat baru

dibuat mungkinsediaan berasa enak, akan tetaapi sesudah penyimpanan

dalam jangka waktu tertentu kemungkinan dapat berubah. Zat pemanis yang

dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang memiliki nilai kalor tinggi

tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan untuk pengobatan penderita

diabetes.

Catatan :

1. Pemanis yang biasa digunakan : sorbitol, sukrosa 20 – 25 %

2. Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5 % ; sakarin

0,05%

3. Kombinasi sorbitol : sirup simplex = 30% b/v : 10% b/v ad 20 – 25 %

b/v total

4. pH > 5 dipakai sorbitol, karena suktrosa pada pH ini akan teruarai dan

menyebabkan perubahan volume.

5. Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi.

d. Pewarna dan Pewangi

Ada beberapa alasan mengapa farmasi perlu penambahan zat pewarna yaitu

menutupi penampilan yang tidak enak dan untuk menambah daya tarik

pasien. Zatpewarna harus aman, tidak berbahaya dan tidak memiliki efek

farmakologi. Selain itu, tidak bereaksi dengan zat aktif dan dapat larut baik

dalam sediaan ( Ansel, 1989 ).

Pemilihan warna biasanya dibuat dibuat konsisten dengan rasa misalnya

merah untuk strawbedy dan warna kuning untuk rasa jeuk ( Ansel, 1989 ).

Beberapa conoh yang bisa digunakan yaitu, Tartazin ( kuning ), amaranth

( merah ), dan patent blue v ( biru ), klorofil ( hijau) ( Aulton, 1989 ).

e. Antioksidan

Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat aktif

yang mudah terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif pada

27

Page 28: makalah suspensi analgesik

konsentrasi rendah. Cara kerja dengan memblokir reaksi oksidatif yang

berantai pada tahap awal dengan memberikan atom hidrogen. Hal ini akan

merusak radikal bebas dan mencegah terbentuknya peroksida.

Beberapa antioksidan yang lazim digunakan :

1. Golongan kuinol (ex: hidrokuinon, tokoferol, hidroksikroman,

hidroksi kumeran, BHA, BHT).

2. Golongan katekhol (ex : katekhol, pirogalol, NDGA, asam galat)

3. Senyawa mengandung nitrogen (ex: ester alkanolamin turunan

amino dan hidroksi dari p-fenilamin diamin, difenilamin, kasein,

edestin)

4. Senyawa mengandung belerang (ex: sisteina hidroklorida)

5. Fenol monohidrat (ex: timol)

f. Pendapar

Fungsi :

1. Mengatur pH

2. Membesar potensial pengawet

3. Meningkatan kelarutan

Boylan ( 1994 ) untuk dapat menjaga kelarutan obat, maka suatu sistem harus

didapar secara memadai. Pemilihan suatu dapar harus kosisten dengan

kriteria sebagai berikut:

a) Dapar harus mempunyai kapasitas memadai dalam kisaran pH yang

diinginkan.

b) Dapar harus aman secara biologis untuk penggunaan yang dimaksud.

c) Dapar hanya mempunyai sedikit atau tidak mempunyai efek merusak

terhadap stabilitas produk akhir.

d) Dapar harus memberika rasa dan warna yang dapat diterima produk.

Jenis Dapar pKa Penggunaan

Dapar Fosfat pKa1 = 2.15 Sediaan oral, parenteral

pKa2 = 7.20 Dan optalmik

28

Page 29: makalah suspensi analgesik

Dapar SitratpKa1 = 3.128 Sediaan oral. Parenteral

pKa2 = 4.761 Dan optalmik

Dapar Asetat pKa = 4.74 Sediaan oral

Dapar Karbonat pKa = 6.34 Sediaan oral

Dapar Borat pKa = 9.24 Sediaan optalmik

g. Acidifer

Fungsi :

1. Mengatur pH

2. Meningkatkan kestabilan suspensi

3. Memperbesar potensial pengawet

4. Meningkatkan kelarutan

Acidifer yang biasanya digunakan pada suspesnsi adalah asam sitrat.

h. Flocculating agent

Flocculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel

berhubungan secara bersama membentuk suatu aregat atau floc. Flocculating

agent dapat menyebabkan suatu suspensi cepat mengendap tetapi mudah

diredispersi kembali.

Flocculating agent dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Surfaktan

Surfaktan ionik dan nonionik dapat digunakan sebagai floculating

agent. Konsentrasi yang digunakan berkisar 0,001 sampai 1% b/v.

Surfaktan ionik lebih disukai karena secara kimia lebih kompatibel

dengan bahan-bahan dalam formula yang lain. Konsentrasi yang

tinggi dan surfaktan dapat menghasilkan rasa yang buruk, busa dan

caking.

2. Polimer hidrofilik

29

Page 30: makalah suspensi analgesik

Senyawa-senyawa ini memiliki bobot molekul tinggi dengan rantai

karbon panjang termasuk beberapa bahan yang pada konsentrasi besar

berbeperan sebagai suspending agent. Hal ini disebabkan adanya

percabangan rantai polimer yang membentuk struktur seperti gel dalam

sistem dan dapat teradsorpsi pada permukaan partikel padat serta

mempertahankan kedudukan mereka dalam bentuk sistem flokulasi.

Polimer baru seperti xantin gumdigunakan sebagai flokulating agent

dalam pembuatan sulfaguanidin, bismut sub karbonat, serta obat lain.

Polimer hidrofilik yang berperan sebagai koloid hidrofil yang mencegah

caking dapat juga berfungsi untuk membentuk flok longgar (floculating

agent). Penggunaan tunggal surfaktan atau bersama koloid protektif dapat

membentuk suatu sistem flokulasi yang baik. Pada proses pembuatan

perlu diperhatikan bahwa pencampuran tidak boleh terlalu berlebihan

karena dapat menghambat pengikatan silang antara partikel dan

menyebabkan adsoprsi polimer pada permukaan satu partikel saja

kemudian akan terbentuk sistem deflokulasi.

3. Elektrolit

Penambahan elektrolit anorganik pada suspensi dapat menurunkan

potensial zeta partikel yang terdispersi dan menyebabkan flokulasi.

Pernyataan Schulzhardy menunjukkan bahwa kemampuan elektrolit

untuk memflokulasi partikel hidrofobik tergantung dari valensi

counter ionnya. Meskipun lebih efektif elektrolit dengan valensi tiga

lebih jarang digunakan dari mono. Di-valensi disebabkan adanya

masalah toksisitas. Penambahan elektrolit berlebihan atau muatan

yang berlawanan dapat menimbulkan partikel memisah masing-

masing dan terbentuk sistem flokulasi dan menurunkan kebutuhan

konsentrasi surfaktan. Penambahan NaCl dapat meningkatkan

flokulasi. Misalnya suspensi sulfamerazin diflokulasi dengan natrium

dodesil polioksi etilen sulfat, suspensi sulfaguanidin dibasahi oleh

30

Page 31: makalah suspensi analgesik

surfaktan dan dibentuk sistem flokulasi oleh AlCl3. Elektrolit sebagai

flokulating agent jarang digunakan di indusri

4. Clay

Clay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1%

dilaporkan dapat berperan sebagai floculating agent pada pembuatan

obat yang disuspensikan dalam sorbitol atau basis sirup.

Bentonitedigunakan sebagai floculating agent pada pembuatan

suspensi bismut subnitrat pada konsentrasi 1.7%.

i. Bahan Pembasah

Berfungsi untuk membasahi partikel padat yang memiliki afinitas kecil

terhadap pembawa sehingga lebih muda untuk didispersikan. Contoh

pembasah adalah gliserin, propilenglikol, air

j. Pengawet

Berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam sediaan farmasi.

Bahan aktif yang ditambahkan tidak boleh mempengaruhi sifat fisika serta

farmakologi dari obat. Contoh pengawet adalah metil paraben, Na paraben,

asam benzoat

2.3 PRA FORMULASI

Deskripsi Beberapa Bahan baku untuk Sediaan Suspensi Analgesik diantaranya :

1. Ibuprofen

Berguna sebagai bahan pharmaceutical agent. Dikenal sebagai analgesiki.

Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga hampir putih; berbau khas lemah

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam etanol, dalam

methanol, dalam aseton, dan dalam kloroform; sukar larut dalam etil asetat

31

Page 32: makalah suspensi analgesik

2. Asam Sitrat

Berguna sebagai acidiver

Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau sebuk hablur granul sampai

halus, putih; tidak berbau atau praktis tidak berba; rasa sangat asam. Bentuk

hidrat mekar dalam udara kering.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak sukar

larut dalam eter.

3. Propilen Glikol (PEG)

Berguna sebagai pembasah.

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau;

menyerap air pada udara lembab.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform;

larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat

bercampur dengan minyak lemak.

4. Nipagin

Berguna sebagai menahan laju pertumbuhan mikroba yang membuat makanan

cepat rusak. Penggunaan nipagin yang berlebih tidak memperpanjang daya

tahan makanan jika jumlah mikroba dalam makanan itu telah berlebih sejak

awal.

5. Nipasol

Berguna sebagai pengawet dan berbentuk serbuk putih.

6. Gula

Berguna sebagai pemanis dan berbentuk Kristal berwarna putih.

32

Page 33: makalah suspensi analgesik

7. Aspartam

Berguna sebagai pemanis

8. Tween

Berguna sebagai surfaktan dan berbenttuk cair berwarna orange kekuning-

kuningan.

9. Orange Essencl

Sebagai pewangi berdasarkan rasa jeruk dan berbentuk serbuk.

10. Eurocert Orange Erthrocin

Sebagai warna sesuai dengan rasa. Berbentuk serbuk.

2.4 EVALUASI

2.4.1 Stabilitas Fisik Suspensi.

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah

cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel.

Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :

1.           Ukuran Partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut

serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel

merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas

penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin

besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.

2.           Kekentalan / Viskositas

33

Page 34: makalah suspensi analgesik

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan

tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini

dapat dibuktikan dengan hukum ” STOKES”

3. Jumlah Partikel / Konsentrasi

Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka

partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi

benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya

endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin

besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.

4.       Sifat / Muatan Partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam

campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada

kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang

sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat

alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.

Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer,

homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat

dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan

tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan

pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).

5.       Laju sedimentasi

Merupakan kecepatan pengendapan dari partikel-partikel suspense. Adapun

factor-faktor yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-partikel

suspense tercakup dalam persamaan hokum srokes (Ansel, 1989:356,357)

Kecepatan sedimentasi berdasarkan hukum stokes di atas dipengaruhi :

a.    Kerapatan fase terdispersi dan kerapatan fase pendispersi

Sifat yang diinginkan yaitu kerapatn partikel lebih besar daripada kerapatn

pembawa, karena bila partikel lebih ringan dari kerapatn pembawa maka partikel

akan mengambang dan sulit didistribusikan secara homogeny ke dalam pembawa.

34

Page 35: makalah suspensi analgesik

b.    Diameter ukuran partikel

Laju sedimentasi dapat diperlambat dengan mengurangi ukuran partikel dari

fase terdispersi karena semakin kecil ukuran partikel maka kecepatan jatuhnya lebih

kecil.

c.    Viskositas medium pendispersi

Laju sedimentasi dapat berkurang dengan cara menaikkan viskositas medium

disperse, tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak

diinginkan karena sulit dituang, sebaiknya viskositas suspense dinaikkan sampai

viskositas sedang saja. (Ansel,1989:357)

6.    Volume Sedimentasi

Volume sedimentasi (F) adalah perbadingan dari volume endapan yang

etrjadi (VU) terhadap volume awal dari suspense sebelum mengendap (V0) setelah

suspense didiamkan. (Anief, 1993:31)

Prosedur evaluasi volume sedimentasi adalah sebagai berikut:

1.    Sediaan dimasukkan ke dalam tabung sedimen yang berkala

2.    Volume yang diisikan merupakan volume awal

3.    Setelah didiamkan beberapa waktu/ hari diamati volume akhir dengan terjadinya

sedimentasi volume akhir terhadap volume yang diukur ((VU)

4.    Dihitung volume sedimentasi

2.4.2. EVALUASI SIFAT FISIKA SUSPENSI

1.         Evaluasi Viskositas.

Viskositas atau kekentalan adalah sutau sifat cairan yang berhubungan erat

dengan hambatan untuk mengalir. Dalam suatu suspense viskositas dapat dinaikkan

dengan adanya sspending agent. Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas

tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk

diratakan kembali. Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan

sedemikian rupa sehingga viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan-

kesulitan seperti yang diperlukan tadi. (Ansel,1989:357)

35

Page 36: makalah suspensi analgesik

2.      Evaluasi Bobot Jenis.

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25º C terhadap

bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah hasil

yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam piknometer,

kecuali dinyatakan lain dalam monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 25º C [FI

IV hal 1030].

Alat yang digunakan untuk mengukur bobot jenis suatu antara lain :

piknometer (untuk zat padat & zat cair), aerometer (untuk zat cair), densimeter

(untuk menentukan bobot jenis zat cair secara langsung). Piknometer digunakan

untuk mengukur bobot jenis suatu zat cair dan zat padat. Kapasitas volumenya antara

10 ml-25 ml. Bagian tutup mempunyai lubang berbentuk saluran kecil.

Bobot jenis dapat digunakan untuk : mengetahui kepekaan suatu zat,

mengetahui kemurnian suatu zat, mengetahui jenis zat. bobot jenis = 1→ air, bobot

jenis < 1→ zat yang mudah menguap, bobot jenis > 1→ sirup – pulvis. Neraca Mohr

Westphal : untuk mengukur bobot jenis zat cair.

2.4.3    EVALUASI SEDIAAN

1. Metode reologi

Berhubungan dengan factor sedimentasi dan redispersibilitas membantu menentukan

prilaku pengendapan mengatur pembawa dan susunan partikel untuk perbandingan.

2.  Perubahan ukuran partikel

Digunakan cara freeze-thow yaitu temperature diturunkan sampai titik beku, lalu

dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan

Kristal yang intinya menjaga agar tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat

Kristal. (lachman edisi 2 hal 10)

36

Page 37: makalah suspensi analgesik

BAB III

PRINSIP PEMBUATAN DAN CONTOH FORMULA

1.1. PRINSIP PEMBUATAN

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak

larut yang terdispersi dalam fase cair. (Farmakope Indonesia IV). Suspensi

oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi

dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditunjukkan

untuk penggunaan oral.

Komponen pembentuk suspensi terdiri dari zat aktif, basis dan

komponen tambahan seperti pengawet, pewangi, pembasah, pemanis dan

lain-lain. Basis terdiri basis air.

Pada formula suspensi analgesik ini dibuat dengan basis air.

Metode pembuatan suspensi analgesik dilakukan dengan metode

penggabungan cocok dengan pembawa liquid.

Prosedur :

1. Timbang sejumlah zat aktif dan eksipien bsesuai dengan yang

dibutuhkan.

2. Campuran I, masukkan Purified Water (Basis Zat) dicampur dengan

salah satu zat pembantu berupa pengawet dan pemanis dimixer,

kemudian dilanjutkan dengan pembahan sisa basis. Jika sudah homogeny

di mixer.

3. Campuran II, buat suatu larutan yang mengandung zat aktif (zat utama),

zat pemanis, zat pembasah dan pengikat (zat tambahan) dalam Purifie

Water, aduk hingga homogeny pada mixer.

4. Campurkan campuran ke-1 dan ke-2 bahan tersebut bersama-sama dalam

mixer.

5. Selanjutnya tambahkan larutan flavoring agent,pewangi dan pewarnaan,

aduk sampai homogen.

37

Page 38: makalah suspensi analgesik

6. Suspensi yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi suspensi dan

diisikan ke dalam botol sebanyak yang dibutuhkan.

7. Ujung botol ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wadah yang

dilengkapi brosur dan etiket.

1.1. CONTOH FORMULA

Formula

Bentuk Fungsi KarakteristikKomponen

Nama

Bahan

Jumlah

(%)

Zat aktif

Ibuprofen 0.60 Padat pharmaceutical agent,

analgesik

serbuk putih

Larut dalam

air,

Zat

Tambahan

Gula 0.68 Padat Pemanis Kristal putih

dan dipakai

sebagai

pemanis.

Sangat larut

dalam air

Aspartam 34.08 Padat Pemanis serbuk putih

dan dipakai

sebagai

pemanis.

Sangat larut

dalam air

Nipagin 1.136 Padat Pengawet Serbuk putih,

dan non toxic

Nipasol 0.681 Padat Pengawet Serbuk putih,

dan non toxic

38

Page 39: makalah suspensi analgesik

Asam

Sitrat

0.681 Padat Acidifer Acid

Tween 80 1.136 Cair Surfaktan Cairan

berwarna

kuning.

PEG 34.00 Padat Pembasah Serbuk padat

dan berwarna

putih

Orange

essencl

27.269 Padat Pewangi Serbuk warna

orange dan

memiliki rasa

larut dalam

pure water.

Eurocert

orange

0.17 Padat Pewarna serbuk orange

dan dipakai

sebagai

pewarna.

Larut dalam

air

BasisWater /

Aqua

ad 100.00 Cair pelarut Purified water

39

Page 40: makalah suspensi analgesik

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada formula eurocert orange dan orange esssencl berfungsi sebagai humektan

yang mampu membentuk suspensi rasa jeruk. Tween dan PEG dipakai sebagai

pembentuk tekstur suspensi, Nipagin dan Nipasol dipakai sebagai antibakteri.

Ibuprofen berfungsi sebagai analgesik untuk menghilangkan rasa nyeri maupun sakit.

Untuk mencegah kerusakan karena bakteri dan jamur ditambahkan pengawet

Nipagin dan Nipasol. Aspartam dan gula memberikan rasa manis pada suspensi

analgesik. Sebagai penambah busa ditambahkan surfaktan Tween. Sebagai

Pengencer (Basis) ditambahkan Purified Water. Pada formula ini dibagi menjadi 2

proses. Pada campuran pertama masukkan Purified Water dan humektan (Nipagin

dan Nipasol) serta bahan-bahan yang larut dalam air ( Aspartam ) diaduk dalam

mixer homogenizer sampai homogeny. Selanjutnya pada campuran kedua, masukkan

Tween tambahkan ibuprofen, pengawet dan pembasah, aduk sampai homogen. Pada

formula ini akan menghasilkan spesifikasi suspense analgesik dengan warna orange

(karena ada penambahan Eurocert Orange), texture suspensi lembut, Viskositas yang

kental dan pH suspense anlgesik tersebut.

40

Page 41: makalah suspensi analgesik

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Karakteristik Sediaan suspensi yang baik secara umum yaitu mudah

dikeluarkan dari botol, cukup keras sehingga dapat mempertahankan bentuk

suspensi, kemampuan mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri, penampilan

dan rasa suspensi yang menarik, stabilitas dan keamanan yang memadai untuk

jangka waktu tertentu.

2. Komponen umum pembentuk sediaan suspense terdiri dari zat aktif, basis dan

komponen tambahan. Bahan yang biasa dipakai adalah bahan utama (zat aktif),

Air, humektan, pewarna, perasa, pengawet dan pharmaceutical agent

(analgesik). Metode pembuatan pasta gigi dilakukan dengan metode

penggabungan karena cocok dengan pembawa liquid (Basis air) dimana zat

yang tidak larut dicampur dengan basis yang akan dipakai atau dengan salah

satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis.

3. Karakteristik suapensi analgesic dalam paper ini akan menghasilkan spesifikasi

suspense analgesik dengan warna orange dengan rasa manis berbau rasa jeruk,

texture suspensi lembut, Viskositas yang kental.

B. SARAN

Perlu adanya pengembangan formula dan uji stabilitas terhadap formula

suspense analgesic ini untuk mendapat formula suspensi yang mampu dijual di

pasaran.

41

Page 42: makalah suspensi analgesik

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. (1995) Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta. Hal 18

Ansel,C H. ( 1989 ) Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah : Farida Ibrahim. Cetakan

I. Edisi IV. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hal 358

www.news-medical.net

www.jendelafarmasi.blogspot.com

( Diakses 1 Juni 2013 pukul 21.30 WIB )

42

Page 43: makalah suspensi analgesik

BAB VII

KEMASAN DAN GAMBAR

Gambar . Kemasan Suspensi Analgesik

Merk “APROFEN”

Spesifikasi kemasan

Panjang Botol : 15 cm

Diameter lingkar : 6 cm

Diameter lingkar tutup Botol : 3 cm

Bahan : Plastik

43