makalah sosiologi

59
A. Pranata Sosial I. Pengertian Pranata sosial berasal dari istilah bahasa Inggris social institution. Istilah-istilah lain pranata sosial adalah lembaga sosial dan bangunan sosial. Dalam bahasa latin “instituere” yang berarti mendirikan. Kata bendanya adalah “institution” yang berarti pendirian. Dalam bahasa Indonesia institution diartikan institusi (pranata) dan institut (lembaga). Institusi adalah sistem norma atau aturan yang ada. Institut adalah wujud nyata dari norma-norma. Pranata adalah seperangkat aturan yang berkisar pada kegiatan atau kebutuhan tertentu. Pranata termasuk kebutuhan sosial. Seperangkat aturan yang terdapat dalam pranata termasuk kebutuhan sosial yang berpedoman kebudayaan. Pranata merupakan seperangkat aturan, bersifat abstrak. Menurut Koentjaraningrat, istilah pranata dan lembaga sering dikacaukan pengertiannya. Sama halnya dengan istilah institution dengan istilah institute. Padahal kedua istilah itu memiliki makna yang berbeda. Menurut Horton dan Hunt (1987), pranata sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting. Dengan kata lain, pranata sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang mengejawantahkan nilai-nilai serta prosedur

Upload: diany-teksa-maharani

Post on 18-Feb-2016

256 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

my 1st semester...

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sosiologi

A. Pranata Sosial

I. Pengertian

Pranata sosial berasal dari istilah bahasa Inggris social institution. Istilah-istilah lain

pranata sosial adalah lembaga sosial dan bangunan sosial. Dalam bahasa latin “instituere”

yang berarti mendirikan. Kata bendanya adalah “institution” yang berarti pendirian. Dalam

bahasa Indonesia institution diartikan institusi (pranata) dan institut (lembaga). Institusi

adalah sistem norma atau aturan yang ada. Institut adalah wujud nyata dari norma-norma.

Pranata adalah seperangkat aturan yang berkisar pada kegiatan atau kebutuhan tertentu.

Pranata termasuk kebutuhan sosial. Seperangkat aturan yang terdapat dalam pranata

termasuk kebutuhan sosial yang berpedoman kebudayaan. Pranata merupakan seperangkat

aturan, bersifat abstrak.

Menurut Koentjaraningrat, istilah pranata dan lembaga sering dikacaukan

pengertiannya. Sama halnya dengan istilah institution dengan istilah institute. Padahal

kedua istilah itu memiliki makna yang berbeda.

Menurut Horton dan Hunt (1987), pranata sosial adalah suatu sistem norma untuk

mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting. Dengan kata

lain, pranata sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang

mengejawantahkan nilai-nilai serta prosedur umum yang mengatur dan memenuhi kegiatan

pokok warga masyarakat. Oleh karena itu, ada tiga kata kunci di dalam setiap pembahasan

mengenai pranata sosial yaitu:

a. Nilai dan norma.

b. Pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut prosedur umum.

c. Sistem hubungan, yakni jaringan peran serta status yang menjadi wahana untuk

melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku.

Menurut Koentjaraningrat (1979) yang dimaksud dengan pranata-pranata sosial

adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu

untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.

Page 2: Makalah Sosiologi

Pranata sosial pada hakikatnya bukan merupakan sesuatu yang bersifat empirik, karena

sesuatu yang empirik unsur-unsur yang terdapat didalamnya selalu dapat dilihat dan

diamati. Sedangkan pada pranata sosial unsur-unsur yang ada tidak semuanya mempunyai

perwujudan fisik. Pranata sosial adalah sesuatu yang bersifat konsepsional, artinya bahwa

eksistensinya hanya dapat ditangkap dan dipahami melalui sarana pikir, dan hanya dapat

dibayangkan dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi pikir.

Unsur-unsur dalam pranata sosial bukanlah individu-individu manusianya itu, akan

tetapi kedudukan-kedudukan yang ditempati oleh para individu itu beserta aturan tingkah

lakunya. Dengan demikian pranata sosial merupakan bangunan atau konstruksi dari

seperangkat peranan-peranan dan aturan-aturan tingkah laku yang terorganisir. Aturan

tingkah laku tersebut dalam kajian sosiologi sering disebut dengan istilah “norma-norma

sosial”.

II. Perbedaan Pranata Sosial dengan Lembaga Sosial

Institution (pranata) adalah sistem norma atau aturan yang menyangkut suatu aktivitas

masyarakat yang bersifat khusus. Sedangkan institute (lembaga) adalah badan atau

organisasi yang melaksanakannya. Lembaga sosial merupakan wadah/tempat dari aturan-

aturan khusus, wujudnya berupa organisasi atau asosiasi. Contohnya KUA, mesjid,

sekolah, partai, CV, dan sebagainya. Sedangkan pranata sosial adalah suatu sistem tata

kelakuan yang mengatur perilaku dan hubungan antara anggota masyarakat agar hidup

aman, tenteram dan harmonis. Dengan bahasa sehari-hari kita sebut “aturan main/cara

main”. Jadi peranan pranata sosial sebagai pedoman kita berperilaku supaya terjadi

keseimbangan sosial. Pranata sosial merupakan kesepakatan tidak tertulis namun diakui

sebagai aturan tata perilaku dan sopan santun pergaulan. Contoh: kalau makan tidak

berbunyi, di Indonesia pengguna jalan ada di kiri badan jalan, tidak boleh melanggar hak

orang lain, dan sebagainya. Jadi lembaga sosial bersifat konkret, sedangkan pranata sosial

bersifat abstrak, namun keduanya saling berkaitan.

Pranata adalah seperangkat aturan yang berkisar pada kegiatan atau kebutuhan tertentu.

Pranata termasuk kebutuhan sosial. Seperangkat aturan yang terdapat dalam pranata

Page 3: Makalah Sosiologi

termasuk kebutuhan sosial yang berpedoman kebudayaan. Pranata merupakan seperangkat

aturan, bersifat abstrak. Wujud nyata dari pranata adalah lembaga. Untuk jelasnya lihat

tabel berikut ini :

III.Ciri-Ciri Pranata Sosial

Menurut John Levis Gillin dan John Phillpe Gillin ciri umum pranata sosial adalah sebagai

berikut :

a. Pranata sosial merupakan suatu organisasi pola pemikiran dan pola perilaku yang

terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan dan hasilnya terdiri atas adat istiadat, tata

kelakuan, kebiasaan, serta unsur-unsur kebudayaan yang secara langsung atau tidak

langsung tergabung dalam satu unit yang fungsional.

b. Hampir semua pranata sosial mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu sehingga

orang menganggapnya sebagai himpunan norma yang sudah sewajarnya harus

dipertahankan. Suatu sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan, baru akan

menjadi bagian pranata sosial setelah melewati waktu yang sangat lama.

c. Pranata sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.

d. Pranata sosial mempunyai alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan.

e. Pranata sosial biasanya memiliki lambang-lambang tertentu yang secara simbolis

menggambarkan tujuan dan fungsinya.

f. Pranata sosial mempunyai suatu tradisi tertulis ataupun tidak tertulis yang merupakan

dasar bagi pranata yang bersangkutan dalam menjalankan fungsinya. Tradisi tersebut

merumuskan tujuan dan tata tertib yang berlaku.

IV. Tipe-Tipe Pranata Sosial

Dalam kehidupan masyarakat terdapat berbagai macam pranata sosial, dimana satu

dengan yang lain sering terjadi adanya perbedaan-perbedaan maupun persamaan-

persamaan tertentu. Persamaan dari berbagai pranata sosial itu diantaranya, selain

bertujuan untuk mengatur pemenuhan kebutuhan warganya, juga karena pranata itu

terdiri dari seperangkat kaidah dan pranata sosial. Sedangkan perbedaannya, seperti

Page 4: Makalah Sosiologi

dikemukakan oleh J.L. Gillin dan J. P. Gillin (1954), bahwa pranata sosial itu diantaranya

dapat diklasifikasikan menurut:

a. Dari Sudut Perkembangan

1) Crescive institutions, pranata sosial yang tidak disengaja tumbuh dari adat istiadat

masyarakat sehingga disebut juga pranata yang paling primer. Contoh : pranata

hak milik, perkawinan, dan agama.

2) Enacted institutions, pranata sosial yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Contoh : pranata utang-piutang dan pranata pendidikan.

b. Dari Sudut Sistem Nilai yang Diterima oleh Masyarakat

1) Basic institutions, pranata sosial yang penting untuk memelihara dan

mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, misalnya keluarga, sekolah, dan

Negara.

2) Subsidiary institutions, pranata sosial yang berkaitan dengan hal yang dianggap

oleh masyarakat kurang penting, misalnya rekreasi.

c. Dari Sudut Penerimaan Masyarakat

1) Aproved dan Sanctioned institutions, pranata sosial yang diterima oleh

masyarakat, seperti sekolah dan perdagangan.

2) Unsantioned institutions, pranata sosial yang ditolak oleh masyarakat meskipun

masyarakat tidak mampu memberantasnya, misalnya pemerasan dan kejahatan

d. Dari Sudut Penyebaran

1) General institutions, pranata sosial yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat

dunia. Misalnya : pranata agama, HAM.

2) Restructed institutions, pranata sosial yang hanya dikenal oleh sebagian

masyarakat tertentu, misalnya pranata Agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu,

dll.

e. Dari Sudut Fungsi

1) Operative institutions, pranata sosial yang berfungsi menghimpun pola-pola atau

cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan dari masyarakat yang

bersangkutan, misalnya pranata industri.

Page 5: Makalah Sosiologi

2) Regulative institutions, pranata sosial yang bertujuan mengawasi adat istiadat atau

tata kelakuan yang ada dalam masyarakat, misalnya pranata hukum seperti

kejaksaan dan pengadilan.

V. Tujuan dan Fungsi Pranata Sosial

Secara umum, tujuan utama diciptakannya pranata sosial yaitu untuk mengatur agar

kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, dan untuk mengatur agar

kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancar sesuai dengan

kaidah-kaidah yang berlaku. Sebagai contoh, pranata keluarga mengatur bagaimana

keluarga harus memelihara anak. Sementara itu, pranata pendidikan mengatur bagaimana

sekolah harus mendidik anak-anak hingga menghasilkan lulusan yang handal. Tanpa

adanya pranata sosial, kehidupan manusia nyaris bisa dipastikan bakal porak-poranda

karena jumlah prasarana dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia relatif terbatas,

sementara jumlah warga masyarakat yang membutuhkan justru semakin lama semakin

banyak.

Untuk mewujudkan tujuannya, menurut Soerjono Soekanto (1970), pranata sosial

didalam masyarakat harus dilaksanakan dengan fungsi-fungsi berikut :

1. Memberi pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku atau

bersikap didalam usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

2. Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disintegrasi masyarakat.

3. Berfungsi untuk memberikan pegangan dalam mengadakan sistem pengendalian

sosial (social control).

VI. Macam-Macam Pranata Sosial

a. Pranata Keluarga

Keluarga merupakan unit masyarakat yang terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan

anak. Keluarga mempunyai banyak fungsi penting yaitu :

1) Fungsi Reproduksi : Keluarga merupakan lembaga yang fungsinya

mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Dalam masyarakat yang beradab,

Page 6: Makalah Sosiologi

keluarga adalah satu-satunya tempat untuk tujuan itu. Berlangsungnya fungsi

reproduksi berkaitan erat dengan aktivitas seksual laki-laki dan wanita. Dengan

berkeluarga, manusia dapat melanjutkan keturunan secara tepat, wajar, dan teratur

di lihat dari segi moral, cultural, sosial, dan kesehatan.

2) Fungsi Afeksi : Salah satu kebutuhan manusia adalah kasih saying atau rasa saling

mencintai. Apabila kebutuhan kasih sayang tidak terpenuhi, keluarga akan

mendapatkan gangguan emosional, masalah perilaku, dan kesehatan fisik.

3) Fungsi Sosialisasi : Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama dan paling

utama bagi anak sehingga kelak dapat berperan dengan baik di masyarakat.

Keluarga sebagai media sosialisasi kelompok primeryang pertama bagi seorang

anak, dan dari situlah perkembangan kepribadian dimulai. Pada saat anak sudah

cukup umur untuk memasuki kelompok atau media sosialisasi lain diluar

keluarga. Pondasi dasar kepribadian anak sudah tertanam secara kuat, dan

kepribadiannya pun sudah terarah dengan baik melalui keluarga.

4) Fungsi Ekonomi : Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi

anggota keluarganya. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, semua

anggota keluarga melakukan kerja sama. Pada umumnya, seorang suami

melakukan kegiatan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarga,

sedangkan isteri berfungsi mengatur keuangan dan belanja keluarga.

b. Pranata Ekonomi

Pranata ekonomi adalah pranata sosial yang menangani masalah kesejahteraan

materiil, yang mengatur kegiatan atau cara berproduksi, distribusi, dan konsumsi

barang dan jasa yang diperlukan bagi kelangsungan hidup masyarakat agar semua

lapisan masyarakat mendapatkan bagian yang semestinya. Fungsi pranata ekonomi

yaitu : 1) Memelihara ketertiban, 2) Mencapai consensus, 3) Meningkatkan produksi

ekonomi semaksimal mungkin. Contoh dari Pranata Ekonomi adalah industri, bank,

koperasi dan sebagainya.

Page 7: Makalah Sosiologi

c. Pranata Politik

Pranata Politik adalah peraturan-peraturan untuk memelihara tata tertib, untuk

mendamaikan pertentangan-pertentangan dan untuk memilih pemimpin yang wibawa.

Fungsi pranata politik yaitu :

1) Melaksanakan undang-undang yang telah disahkan,

2) Melembagakan norma melalui undang-undang yang dibuat oleh lembaga

legislatif,

3) Menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi diantara warga masyarakat, dll.

Contoh Pranata politik adalah seperti sistem hukum, sistem kekuasaan,

partai,wewenang, pemerintahan.

d. Pranata Pendidikan

Tujuan pranata pendidikan ialah memberikan ilmu pengetahuan, pendidikan

sikap, dan melatih keterampilan kepada warga agar seseorang dapat mandiri dalam

mencari penghasilan. Contohnya seperti Kegiatan Belajar Mengajar, sistem

pengetahuan, aturan, kursus, pendidikan keluarga, ngaji.

e. Pranata Kepercayaan/Agama

Fungsi pokok pranata agama adalah memberikan pedoman bagi manusia untuk

berhubungan dengan Tuhannya dan memberikan dasar perilaku yang ajeg dalam

masyarakat. Contohnya seperti upacara semedi, tapa, zakat, infak, haji dan ibadah

lainnya.

f. Pranata Kesenian

Fungsi Pranata Kesenian adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia akan

keindahan, contohnya seperti seni suara, seni lukis, seni patung, seni drama, dan

sebagainya

.

g. Pranata Total

Masyarakat merupakan tatanan pranata sosial. Kehidipan dalam masyarakat

berarti adanya kesempatan berpindah dari satu pranata ke pranata lain. Warga

Page 8: Makalah Sosiologi

masyarakat mengalami perpindahan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya

kehidupan siswa SMA biasanya sejak pagi hingga malam hari ditandai oleh

perpindahan tsb. Pagi hari ketika bangun tidur siswa tsb berada dalam pranata

keluarga. Norma-norma yang mengatur, cara berpikir, bertindak, dan berperasaan

bersumber pada pranata keluarga. Kemudian pindah ke pranata pendidikan dan

rekreasi. Begitu seterusnya sampai pulang ke rumah.

h. Pranata Dominan

Pranata dominan merupakan pranata sosial yang menuntut loyalitas penuh dari

orang-orang yang berada dibawah naungannya. Contohnya militer dan pranata sekte

keagamaan.

VIII. Hubungan Antarpranata

Dalam masyarakat terdapat bermacam-macam pranata sosial yang saling

berhubungan. Contohnya dalam masyarakat Jakarta merupakan suatu tatanan yang terdiri

dari berbagai pranata sosial yang saling berkaitan, antara lain pranata keluarga, pranata

pendidikan, pranata politik, pranata agama, dll.

IX. Hubungan Pranata Sosial dengan Geografi

Pranata sosial merupakan sistem norma khusus yang mengatur tindakan manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pranata sosial di setiap daerah berbeda-beda. Hal

ini disebabkan tuntutan hidup masyarakat disetiap daerah juga berbeda.

Page 9: Makalah Sosiologi

B. Kelompok sosial

I. Pengantar

Manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain karena sejak lahir manusia sudah

berhubungan dengan manusia lainnya. Berbeda dengan hewan yang sudah dikarunia

alat-alat fisik yang memungkinkannya udah dapat bertahan hidup sendiri, manusia

mendapat alat lain yang jauh lebih sempurna daripada hewan itu sendiri yakni berupa

pikiran. Di dalam hubungan manusia yang satu dengan lainnya yang terpenting

adalah reaksi yang timbul sebagai akibat dari hubungan-hubungan yang terbentuk

sebelumnya. Sejak dilahirkan manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok: 1)

keinginan menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya, 2) keinginan menjadi

satu dengan suasana alam sekelilingnya. Oleh karena itu agar kedua hal tersebut dapat

terealisasikan maka manusia harus memanfaatkan pikiran, perasaan, dan

kehendaknya.

Himpunan-himpunan manusia yang hidup bersama karena kesamaan latar

belakang, geografis, mata pencaharian, kesenangan disebut dengan kelompok sosial.

Beberapa persyaratan agar himpunan-himpunan manusia disebut sebagai sebuah

kelompok sosial: 1) adanya kesadaran setiap individu bahwa dirinya merupakan

bagian anggota dari kelompoknya, 2) adanya hubungan timbale balik antara anggota

satu dengan lainnya, 3) adanya faktor yang dimiliki bersama seperti kepentingan,

tujuan, ideology, 4) memiliki struktur, berkaidah, dan pola perilaku, 5) memiliki

sistem dan proses

II. Pendekatan Sosiologis terhadap Kelompok-Kelompok Sosial

Hampir seluruh manusia semula merupakan anggota kelompok sosial yang

dinamakan keluarga, di mana setiap dilakukan sebuah pertemuan terjadi tukar-

menukar pengalaman yang secara sadar maupun tidak sadar dapat memberikan

perubahan pembentukan kepribadian terhadap masing-masing individu tersebut.

Suatu kelompok sosial cenderung tidak statis yakni selalu mengalami perubahan dan

perkembangan baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Aspek-aspek yang menarik

Page 10: Makalah Sosiologi

dari sebuah kelompok sosial adalah bagaimana cara kelompok tersebut

mengendalikan anggota-anggotanya karena pola berpikir yang dianut seseorang

cenderung akan mempengaruhi sikapnya dalam mengambil sebuah tindakan.

III. Tipe-tipe Kelompok Sosial

a. Klasifikasi Tipe-Tipe Kelompok Sosial

Sosiolog Jerman Georg Simmel mengambil ukuran besar-kecilnya jumlah

anggota kelompok yang kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Leopold von

Wiese dan Howard Becker. Ukuran lainnya diambil berdasarkan derajat interaksi

sosial dalam kelompok sosial yang lebih lanjut dikembangkan oleh F. Stuart

Chapin dengan memperhatikan tinggi-rendahnya derajat kelekatan hubungan

antar anggota kelompok sosial, kemudian yang terakhir berdasarkan kepentingan

dan wilayah.

b. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu

Individu biasanya merupakan anggota dari kelompok sosial tertentu atas

dasar seks, ras, budaya, agama, intelektual, kepentingan, dan lain-lain sehingga

secara sadar ataupun tidak setiap individu mendapat dorongan-dorongan untuk

melakukan sesuatu di dalam kelompok sosialnya.

c. In-Group dan Out-Group

In-group adalah kelompok sosial di mana individu mengidentifikasikan

dirinya sedangkan out-group merupakan kelompok sosial yang oleh individu

diartikan sebagai lawan in-groupnya. Perasaan in-group atau out-group

didasarkan atas suatu sikap yang disebut etnosentris yakni adanya anggapan

bahwa kelompoknya merupakan kelompok terbaik di bidangnya dibandingkan

kelompok-kelompok yang lain.

d. Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)

Menurut Charles Horton Cooley dalam bukunya “Social Organization”,

kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri

saling mengenal antar anggota serta terdapat kerja sama yang erat bersifat pribadi

yang menghasilkan peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok

sehingga tujuan individu sekaligus menjadi tujuan kelompok.

Page 11: Makalah Sosiologi

e. Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)

Ferdinand Tonnies mengemukakan pendapat bahwa paguyuban merupakan

bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya terikat hubungan batin

yang murni, bersifat alamiah, kekal, nyata, dan organis yang didasarkan oleh rasa

cinta dan kesatuan batin yang telah dikoordinasikan biasa dijumpai di dalam

keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Ciri-ciri pokok

dapat dikatakan paguyuban menurut Tonnies harus memiliki tiga hal berikut: 1)

Intimate; hubungan menyeluruh yang mesra, 2) Private; hubungan bersifat

pribadi, khusus untuk kalangan tertentu, 3) Exclusive; hanyalah untuk “kita” dan

tidak untuk orang-orang di luar “kita”. Selain itu ada tiga tipe paguyuban: 1)

berdasar ikatan darah (gemeinschaft by blood), 2) tempat (gameinschaft of place),

3) jiwa-pikiran (gameinschaft of mind).

Sedangkan patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk

jangka waktu yang pendek, bersifat mekanis terutama terdapat di dalam hubungan

perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik. Selain itu Tonnies menyesuaikan

kedua bentuk kehidupan bersama manusia dengan dua bentuk kemauan asasi

manusia yakni Wesenwille yang merupakan bentuk kemauan yang dikodratkan

dan timbul dari keseluruhan kehidupan alami di mana perasaan dan akal adalah

kesatuan. Sebaliknya, Kurwille merupakan bentuk kemauan hidup yang dipimpin

oleh cara berpikir didasarkan pada akal , bersifat rasional, dan ditujukan pada

tujuan-tujuan tertentu. Intinya Wesenwille selalu menimbulkan paguyuban dan

Kurwille menjelmakan patembayan.

f. Formal Group dan Informal Group

Formal Group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasi dan

mengkoordinasi usaha-usaha yang mencapai tujuan berdasar bagian-bagian

organisasi yang bersifat spesialisasi contohnya adalah sebuah organisasi. Informal

group adalah kelompok-kelompok yang terbentuk karena pertemuan berulang kali

yang menjadi dasar kepentingan dan pengalaman yang sama, tidak memiliki

struktur dan organisasi tertentu contohnya klik.

Page 12: Makalah Sosiologi

g. Membership Group dan Reference Group

Perbedaan membership groups dan reference group dikemukakan oleh

Robert K. Merton. Membership groups merupakan kelompok di mana setiap

orang secara fisik menjadi anggota suatu kelompok dengan batas-batas

keanggotaan seseorang yang tidak dapat ditentukan secara mutlak karena

perubahan-perubahan keadaan. Pada membership groups terdapat 2 jenis

keanggotaan yakni nominal-groups member dan peripheral-groups member.

Nominal-groups member adalah anggota-anggota yang masih berinteraksi dengan

kelompok sosial yang bersangkutan meskipun tidak intens, sedangkan peripheral-

groups member adalah keanggotaan yang seolah-olah sudah tidak berhubungan

lagi dengan kelompok yang bersangkutan sehingga kelompok tersebut sudah tidak

memiliki kekuasaan lagi terhadap anggota tersebut.

Reference groups adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi

seseorang untuk membentuk pribadi dan periakunya. Pada reference groups

terdapat dua tipe umum: 1) tipe normatif; menentukan dasar-dasar bagi

kepribadian seseorang, 2) tipe perbandingan; pegangan bagi individu di dalam

menilai kepribadiannya.

h. Kelompok Okupasional dan Volunter

Kelompok Okupasional merupakan kelompok yang terdiri dari orang-orang

yang melakukan pekerjaan sejenis di mana kelompok-kelompok semacam ini

berperan besar di dalam mengarahkan kepribadian seseorang terutama yang

menjadi anggotanya. Di sisi lain terdapat pula kelompok profesi yang terdiri dari

kalangan professional yang seolah-olah memonopoli bidang-bidang ilmu dan

teknologi tertentu di mana kelompok ini mengembangkan patokan-patokan

tingkah laku sendiri yang lazim disebut etika profesi yang kemudian dibukukan

dan disebut dengan kode etik profesi.

Page 13: Makalah Sosiologi

Akibat dari tidak terpenuhinya kepentingan-kepentingan individual yang

bersifat material maupun spiritual maka mulai muncul kelompok volunteer.

Kelompok volunteer ini mencakup orang-orang yang memiliki kesamaan

kepentingan namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat luas sehingga

kelompok volunteer ini memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya secara

individual tanpa menganggu kepentingan masyarakat umum. Kelompok volunteer

dilandaskan pada kepentingan-kepentingan primer meliputi: 1) kebutuhan akan

sandang, pangan, papan, 2) kebutuhan akan keselamatan, 3) kebutuhan akan harga

diri, 4) kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri, 5) kebutuhan akan

kasih sayang.

IV. Kelompok-kelompok Sosial yang Tidak Teratur

a. Kerumunan (Crowd)

Kerumunan merupakan suatu kelompok sosial bersifat sementara, tidak

terorganisasi, memiliki pemimpin, namun tidak terdapat sistem pembagian kerja

maupun sistem pelapisan sosial di mana interaksi bersifat spontan, tidak terduga,

oleh karena itu identitas sosial seseorang dalam tenggelam begitu saja di dalam

kerumunan. Secara garis besar kerumunan sendiri dibedakan menjadi dua yakni

kerumunan yang berguna bagi organisasi sosial masyarakat karena timbul dengan

sendirinya tanpa terduga dan kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan-

keinginan pribadi. Berdasarkan pembagian tersebut, berikut adalah bentuk-bentuk

umum kerumunan:

1) Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial: Formal audiences,

planned expressive group

2) Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowds): Inconvenient

Aggregations, Panic Crowds, Spectator Crowds

3) Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (Lawless crowds):

Acting Mobs, Immoral Crowds

Page 14: Makalah Sosiologi

b. Publik

Kelompok yang bukan merupakan kesatuan sebab interaksi terjadi secara

tidak langsung antar individu, namun memungkinkan memiliki massa yang cukup

banyak sehingga tidak anggota-anggota di dalamnya sulit untuk memusatkan

perhatian pada satu aspek. Tingkah laku pribadi public berdasarkan pada perilaku

individu

V. Masyarakat Pedesaan (Rural community) dan Masyarakat Perkotaan (Urban

Community)

a. Masyarakat Setempat (Community)

Community merujuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa terdiri

atas kelompok besar yang di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kecil, hidup

bersama karena memiliki kepentingan-kepentingan yang sama dengan memenuhi

kriteria utama yakni adanya social relationship antar anggota di dalam sebuah

kelompok. Community berfungsi untuk menentukan ukuran hubungan antara

hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Pada

community harus terdapat suatu perasaan (community sentiment) antar anggota

bahwa mereka tidak bisa terpisah satu sama lainnya. Unsur-unsur community

sentiment yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Seperasaan, 2)

Sepenanggungan, 3) Saling memerlukan

b. Tipe-tipe Masyarakat Setempat

Terdapat empat kriteria di dalam melakukan klasifikasi terhadap

community: 1) jumlah penduduk, 2) luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk

daerah pedalaman, 3) fungsi-fungsi khusus community terhadap seluruh

masyarakat, 4) organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan

c. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Mengkategorikan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan

bukanlah hal yang mudah karena sesungguhnya hal tersebut bersifat gradual, yang

artinya agak sulit dalam memberikan batasan apakah masyarakat perkotaan dinilai

berdasarkan tingkat kepadatan penduduk, kemajuan teknologi, kualitas

pendidikan, kesejahteraan ekonomi, atau hal-hal lainnya. Namun untuk dapat

Page 15: Makalah Sosiologi

menggolongkan masyarakat pedesaan lebih mudah daripada menggolongkan

masyarakat perkotaan karena terdapat beberapa ciri yang khas antara lain: 1)

masyarakat pedesaan memiliki hubungan yang lebih erat dan mendalam, 2)

pembagian kerja bukan berdasarkan keahlian melainkan didasarkan pada usia,

jenis kelamin, kemampuan fisik, 3) golongan orangtua memiliki peranan yang

sangat penting, 4) hubungan antara penguasa dengan rakyatnya tidak resmi, 5)

mata pencaharian umumnya sektor pertanian, 6) perhatian masyarakat

mengutamakan keperluan hidup

Meskipun sulit untuk menggolongkan sebuah masyarakat perkotaan,

masyarakat perkotaan memiliki kecenderungan: 1) kehidupan keagamaan

berkurang dibandingkan masyarakat pedesaan, 2) setiap individu umumnya tidak

terlalu bergantung dengan individu lain, 3) pembagian kerja berdasarkan keahlian,

4) peluang kerja lebih jelas, 5) interaksi didasarkan faktor kepentingan bukan

fakto pribadi, 5) pemikiran lebih rasional, 6) pembagian waktu merupakan hal

terpenting di dalam kehidupan, 7) sering terdapat pertentangan antara golongan

tua dengan golongan muda, 8) kebutuhan hidup dikaitkan dengan masalah

prestise, 9) banyaknya imigran berdampak negatif

VI. Kelompok-kelompok Kecil (Small Group)

Kelompok kecil secara teoretis minimal beranggotakan 2 orang. Terbentuknya

kelompok kecil bermula dari kelompok besar yang kemudian beberapa anggotanya

memiliki kesamaan kepentingan, pandangan, maupun tujuan sehingga akhirnya

terbentuk kelompok-kelompok kecil. Berikut hal-hal yang diteliti mengenai

kelompok sosial oleh beberapa ahli sosiolog: 1) melalui kelompok kecil dinamika

dalam sebuah masyarakat akan terlihat, 2) pertemuan antara kepentingan sosial

dengan kepentingan individu berlangsung tajam, 3) Small Group pada hakikatnya

merupakan sel penggerak organism yakni masyarakat, 4) small group seolah-olah

miniatur masyarakat.

Page 16: Makalah Sosiologi

VII. Dinamika Kelompok Sosial

Kelompok sosial bukanlah kelompok statis, secara cepat atau lambat maupun

sadar atau tidak disadari mengalami perubahan dan perkembangan mengikuti era

zaman. Perubahan terjadi karena tiap-tiap kelompok sosial mengalami proses formasi

atau reformasi terhadap pola-pola di dalam kelompok tersebut yang dipengaruhi oleh

berbaga faktor baik internal maupun eksternal. Tidak selamanya kelompok sosial

akan dalam suasana damai sebab adakalanya sebuah kelompok sosial mengalami

konflik akibat adanya beberapa anggota yang ingin menjadi lebih berkuasa di dalam

kelompok sosial itu sendiri yang pada akhirnya dapat menimbulkan perpecahan.

Perubahan struktur kelompok sosial karena pengaruh eksternal oleh beberapa hal

berikut, yang pertama adalah situasi, yakni lingkungan dimana sebuah kelompok

sosial itu berada. Kedua adalah pergantian anggota-anggota kelompok, di mana

apabila kelompok sosial ditinggalkan oleh salah satu anggotanya dapat memberikan

ketidakstabilan di dalam kelompok tersebut. Ketiga adalah situasi sosial dan ekonomi.

Pada dinamika kelompok antagonisme antara kelompok satu dengan lainnya

sewaktu-waktu dapat muncul yang secara hipotesis prosesnya diuraikan sebagai

berikut: 1) Ketika 2 kelompok sosial bersaing maka akan mulai muncul stereotype, 2)

Kontak antara kedua kelomok yang bermusushan tidak akan mengurangi permusuhan

tersebut, 3) Kerja sama dalam mencapai tujuan akan menetralkan permusuhan, 4)

Stereotype yang semula negatif akan menjadi positif pada saat bekerja sama dalam

mencapai tujuan

C. Interaksi Sosial

I. Pengertian

Hubungan-hubungan sosial yang dinamis menyangkut antara perorangan,

kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang peroangan dengan kelompok

manusia. (Gilin dan Gillin Cultural Sociologi, a revision of An Introduction to

Sociology).

Page 17: Makalah Sosiologi

Interaksi sosial dimulai ketika individu bertemu dengan individu lainnya, saling

menegur, berjabat tangan, saling berkomunikasi atau dapat menimbulkan suatu konflik.

Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan contoh dari interaksi sosial, meskipun individu-

individu yang bertatap muka tersebut tidak saling bertukar tanda karena setiap individu

sadar bahwa kehadiran pihak lain dapat menimbulkan suatu perubahan sekecil apapun

dalam perasaan maupun syaraf penerima rangsang seperti penciuman aroma parfum,

memberikan belaian, dan sebagainya. Hal-hal yang kecil itulah yang membuat pikiran

seseorang mulai timbul kesan kemudian mendrongnya untuk menentukan tindakan apa

yang seharusnya dilakukan individu tersebut sebagai rangsang terhdap apa yang

diterimanya.

Interaksi sosial terjadi di dalam kelompok-kelompok manusia sebagai kesatuan,

biasanya tidak menyangkut pribadi-pribadi antar anggotanya. Contoh kasus di dalam

kehidupan sehari-hari seperti Mirna dan Rani dua bersaudara yang sedang mengikuti

perlombaan Golf Ciputra saling berjuang memperebutkan juara utama di dalam turnamen

tersebut tanpa memperhatikan lagi bahwa mereka berdua lahir pada rahim yang sama,

namun di dalam kesehariannya mereka berdua selalu kompak dalam melakukan suatu hal

secara bersama-sama dan berbeda ketika menghadapi sebuah pertandingan mereka harus

berdiri sendiri untuk mencapai tujuan utama. Interaksi sosial tidak akan tercapai apabila

individu-individu yang mengadakan hubungan tersebut tidak merasakan suatu

rangsangan di dalam sistem syarafnya.

II. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Interaksi Sosial

a. Imitasi

Tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan fisik

seseorang secara berlebihan. Sisi positifnya apabila kegiatan imitasi dapat mendorong

seseorang untukuntuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Selaihn

disi positif ada pula dampak negatifnya seprti meneapkan perilaku-perilaku yang

menyimpang di dalam kehidupan sehari-hari oleh seorang individu yang melakukan

kegiatan imitasi.

Page 18: Makalah Sosiologi

b. Sugesti

Seseorang memberikan suatu pandangan yang berasal dari dirinya sendiri yang

kemudian akan disampaikan kepada orang lain untuk dapat diterima dan mampu

memberikan dampak terhadap hal yang akan dilakukan oleh penerima tersebut.

Sugesti sendiri dapat terjadi ketika pihak yang dipengaruhi sedang mengalami emosi

yang menghambat dirinya berpikir secara rasional. Proses sugesti akan lebih efektif

jika dilakukan oleh orang yng memiliki jabatan lebih tinggi, berwibawa, atau

memiliki sifat otoriter.

c. Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan-kecenderungan yang ada di dalam diri setiap

individu untuk menjadi sama dengan orang lain yang dianggapnya jauh lebih baik

daripada dirinya sendiri, atau karena adanya perasaan kagum terhadap individu yang

hendak diidentifikasi. Bersifat lebih mendalam karena perilaku seseorang dapat

terbentuk atas dasar proses ini. Identifikasi berlangsung secara tidak sadar maupun

disengaja karena setiap individu memiliki karakter-karakter yang dianggapnya ideal

di dalam kehidupannya. Proses ini terjadi apabila individu yang mengidentifikasi

individu lain benar-benar mengenal dan mengetahui mendalam terhadap pihak-pihak

yang hendak diidentifikasinya sehingga apa yang hendak diidentifikasi dapat dijiwai

dengan sepenuh hati.

d. Simpati

Simpati adalah proses dimana setiap individu merasa tertarik dengan orang lain

untuk memahami pihak lain dengan maksud tujuan agar dapat bekerja sama

dengannya. Pada proses simpati menekankan peranan penting perasaan tanpa

membuat individu menjadi sama dengan orang lain.

III.Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial

a. Adanya kontak sosial

Kontak berasal dari bahasa latin “con atau cum” yang artinya bersama-sama dan

“tango” yang artinya menyentuh sehingga arti secara harfiahnya adalah bersama-

Page 19: Makalah Sosiologi

sama menyentuh. Apabila ditinjau secara fisik kontak sendiri apabila individu satu

dengan lainnya melakukan hubungan badaniah sedangkan dari gejala sosialnya pada

kontak tidak diperlukan adanya hubungan badaniah karena dapat dilakukan dengan

tanpa bersentuhan dengan individu lain seperti proses bertatap wajah. Bahkan dengan

perkembangan teknologi yang semakin pesat ini beragam cara dapat dilakukan agar

setiap individu dengan individu lainnya dapat saling terhubung tanpa perlu

melakukan hubungan badaniah contohnya melalui telepon, internet, radio, surat,

telegraf, dan lain-lain. (Soerjono Soekanto. Faktor-faktor Dasar Interaksi Sosial dan

Kepatuhan pada Hukum-Hukum Nasional). Kontak sosial sendiri dapat berlangsung

dalam 3 bentuk sebagai berikut (Kingsley Davis. Human Society):

1. Antara orang-perorangan

Dilakukan sejak individu tersebut mulai mencari tahu apa yang ada di

sekitarnya contohnya seorang anak kecil yang mempelajari kebiasan-kebiasaan

yang ada pada keluarganya. Hal yang demikian terjadi melalui proses sosialisasi

yakni dimana seseorang baru mulai mempelajari norma-noma masyarakat yang

berlaku dimana ia bertempat tinggal.

2. Antara orang-perorangan dengan kelompok manusia

Mulai terjadi ketika individu merasakan adanya kesamaan pada dalam diri

individu tersebut atau karena berlawanan dengan norma-norma yang seharusnya

di masyarakat dimana individu bermukim

3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya

Terjadi ketika adanya suatu kepentingan antara sebuah kelompok

masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain baik yang sejalan maupun

yang menimbulkan konflik

Menurut M.J. Herskovits Socialization adalah suatu proses di mana seorang

anak menyesuaikan diri dengan norma-norma dlam keluarganya, sedangkan

enculturation adalah suatu proses di mana orang secara sadar maupun tidak sadar

mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat. Kontak sosial dapat bersifat positif dan

negative. Positif ketika mengarah pada suatu hubungan kerja sama, sedangkan

negative ketika mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak

Page 20: Makalah Sosiologi

menghasilkan suatu interaksi sosial. Suatu kontak sosial juga bersifat primer dan

sekunder. Kontak primer terjadi ketika mengadakan hubungan langsung dengan

bertatap muka, sebaliknya kontak sekunder memerlukan suatu perantara.

b. Adanya komunikasi

Pengertian komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada

perilaku (berwujud pembicaraan, gerakan badaniah, atau sikap) dan perasaan-

perasaan mengenai hal apa saja yang ingin disampaikan kepada orang lain yang

kemudian diberikan suatu tanggapan oleh penerima tersebut. Melalui komunikasi

sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok atau perseorangan dapat diketahui

oleh kelompok-kelompok lain dan individu yang berada di sekitarnya. Di dalam

melakukan komunikasi seringkali terjadi beragam penafsiran yang berbeda antara

individu satu dengan lainnya terhadap tingkah laku orang lain, contohnya ucapan rasa

terima kasih dapat dipersepsikan sebagai ungkapan yang sesungguhnya ataupun sikap

menyindir. Selain itu pada komunikasi memungkinkan kerja sama antara orang

perorangan atau kelompok-kelompok manusia, akan tetapi komunikasi tidak

menjanjikan adanya sebuah kerja sama dikarenakan perbedaan persepsi dari setiap

individu.

IV. Kehidupan yang Terasing

Kehidupan terasing sempurna adalah ketika seorang individu atau sebuah

kelompok tidak mampu untuk melakukan hubungan interaksi sosial dengan pihak-

pihak lain yang disebabkan antara lain secara badaniah mengalami kelainan sehingga

individu sama sekali diasingkan dari hubungan yang ada di sekitarnya. Faktor lain

adalah perbedaan ras dan kebudayaan yang menimbulkan perbedaan prasangka

sehingga tercipta suatu konflik. Dengan demikian individu atau kelompok yang

mengalami kehidupan terasing tidak mudah atau sangat sulit untuk berinteraksi sosial

karena komunikasi tidak dapat berlangsung dengan baik.

Page 21: Makalah Sosiologi

V. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk Interaksi sosial menurut pakar: 1) Gilin dan Gillin : merupakan proses

yang asosiatif (akomodasi, asimilasi, dan akulturasi) dan proses disosiatif

(persaingan, pertentangan), 2) Kimbali Young: bentuk interaksi adalah oposisi

(persaingan dan pertentangan), Kerja sama yang menghasilkan akomodasi, dan

diferensiasi (tiap individu mempunyai hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia,

seks, pekerjaan), 3) Tomatsu Shibutani: akomodasi dalam situasi rutin, ekspresi

pertemuan dan anjuran, interaksi strategis dalam pertentangan, dan pengembangan

perilaku massa. (Soerjono Soekanto: Sosiologi suatu pengantar). Pokok-pokok proses

interaksi dijelaskan sebagai berikut:

a. Proses-proses Asosiatif

1. Kerja Sama (Cooperation)

Kerja sama ialah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok

manusia untuk mencapai tujuan bersama yang dimulai ketika sejak kanak-kanak

di dalam sebuah keluarga atau hubungan kekerabatan. Bentuk kerja sama dapat

berkembang apabila individu dapat digerakkan untuk mencapai tujuan bersama

dan harus memiliki kesadaran bahwa tujuan yang hendak dicapai memiliki

kebermanfaatan bagi seluruh anggota. Kerja sama timbul akibat dari orientasi

orang-perorangan terhadap kelompoknya yang memiliki kesamaan kepentingan.

1.1 Berdasarkan teori sosiologi kerja sama dibedakan menjadi 4 kategori: 1) kerja

sama spontan (spontaneous cooperation) merupakan kerja sama yang serta

merta, 2) kerja sama langsung (directed cooperation) berupa hasil perintah

oleh orang yang lebih berkuasa atau tinggi jabatannya, 3) kerja sama kontrak

(contractual cooperation) yakni atas dasar kesepakatan bersama, 4) kerja sama

tradisional (traditional cooperation) sebagai unsur dari sistem sosial.

1.2 Bentuk-bentuk kerja sama: 1) Kerukunan yang mencakup gotong royong dan

tolong-menolong, 2) Bargaining, yakni pelaksanaan perjanjian mengenai

pertukaran barang dan jasa antara 2 organisasi atau lebih, 3) Kooptasi, suatu

proses penerimaan unsur-unsur baru dalam suatu organisasi, 4) Koalisi,

kombinasi antara dua atau lebih organisasi yang memiliki kesamaan tujuan, 5)

Joint Venture, pengusahaan proyek-proyek tertentu.

Page 22: Makalah Sosiologi

2. Akomodasi (Accomodation)

Dipergunakan dalam dua arti, yaitu menunjuk pada suatu keadaan dan pada suatu

proses. Pertama menunjuk pada suatu keadaan, yakni adanya keseimbangan

dalam interaksi sosial dalam kaitannya dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial

yang berlaku di dalam masyarakat. Kedua menunjuk pada suatu proses adalah

usaha-usaha setiap individu untuk meredakan pertentangan dalam mencapai suatu

kestabilan.

2.1 Akomodasi memiliki tujuan sebagai berikut: 1) mengurangi pertikaian

yang terjadi pada suatu kelompok atau antar individu akibat perbedaan

pendapat, 2) mencegahnya semakin memburuknya pertentangan pada

saat itu juga, 3) memungkinkan terjadinya kerja sama kelompok-

kelompok sosial semula tidak hidup berdampingan oleh faktor sosial

psikologis dan kebudayaan, 4) mengusahakan peleburan antara

kelompok-kelompok sosial yang terpisah.

2.2 Bentuk-bentuk akomodasi: 1) Coercion, prosesnya dilaksanakan

karena adanya suatu paksaan yakni di mana salah satu pihak lebih kuat

dibandingkan pihak yang dilawan, 2) Compromise, pihak-pihak yang

terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu

penyelesaian perselisihan, 3) Arbitration, cara untuk mencapai

compromise melalui pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak

yang memiliki kedudukan lebih tinggi, 4) Mediation, hampir serupa

dengan arbitration namun kedudukan pihak ketiga hanya sebagai

penasihat dan tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan

penyelesaian pertikaian, 5) Conciliation, mempertemukan keinginan-

keinginan dari pihak-pihak yang berselisih dengan membuka

kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan unutk mengadakan

asimilasi, 6) Toleration, persetujuan yang tidak formal dan timbul dari

kesadaran setiap pihak untuk menghindarkan diri dari perselisihan, 7)

Stalemate, pihak-pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang

seimbang sehingga pada suatu titik tertentu akan berhenti melakukan

Page 23: Makalah Sosiologi

pertentangan karena kedua belah pihak tidak memiliki kemungkinan

untuk maju maupun mundur, 8) Adjudication, penyelesaian perkara di

pengadilan.

2.3 Hasil-hasil akomodasi (Gillin dan Gillin): 1) menghindarkan masyarakat dari

benih-benih pertentangan laten yang akan memicu terjadinya suatu masalah

baru, 2) menekan oposisi kelompok tertentu, 3) berkoordinasi dengan

berbagai kepribadian yang berbeda, 4) melakukan perubahan-perubahan

terhadap lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru yang

lebih baik, 5) menimbulkan penetapan baru terhadap kedudukan individu-

individu atau sekelompok masyarakat.

3. Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi merupakan proses sosial yang menekankan pada usaha-usaha

mengurangi perbedaan pendapat antar individu atau kelompok dengan

memerhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama, ditandai oleh adanya

pengembangan perilaku yang sama meskipun bersifat emosional untuk mencapai

kesatuan serta integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan. Asimilasi terjadi

pada kelompok-kelompok manusia yang memiliki keberagaman budaya yang

masing-masing kebudayaan tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri serta

adanya interaksi secara intensif dalam waktu yang cukup lama.

3.1 Syarat-syarat interaksi yang asimilatif: bersifat pendekatan terhadap

pihak-pihak yang memiliki kesamaan perilaku, tidak mengalami

hambatan-hambatan yang berarti, bersifat langsung, dan adanya

keseimbangan antara pola-pola asimilasi tersebut.

3.2 Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi: 1) adanya

toleransi, 2) kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang

ekonomi, 3) sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya, 4)

sikap terbuka dari golongan masyarakat yang berkuasa, 5) kesamaan

dalam unsur-unsur kebudayan, 6) perkawinan campuran, 7)

keberadaan musuh bersama dari luar.

Page 24: Makalah Sosiologi

3.3 Faktor-faktor penghalang terjadinya asimilasi: 1) terisolasinya suatu

golongan kelompok tertentu, 2) kurangnya pengetahuan mengenai

kebudayaan yang sedang dihadapi, 3) perasaan takut akan kekuatan

kebudayaan yang hendak dihadapi, 4) perasaan bahwa suatu

kebudayaan pad golongan tertentu memiliki kedudukan yang lebih

tinggi daripada kebudayaan lainnya, 5) adanya perbedaan ciri-ciri

badaniah, 6) perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kelompok

dan kebudayaan yang bersangkutan, 7) gangguan dari golongan yang

berkuasa terhadap golongan minoritas, 8) adanya perbedaan

kepentingan yang ditambah perselisihan.

4. Akulturasi

Proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan

tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing di mana

kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam

kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan

kelompok itu sendiri.

b. Proses Disosiatif

1. Persaingan (Competition)

Proses sosial di mana individu atau kelompok-kelompok manusia bersaing

mencari keuntungan sebanyak-banyaknya melalui bidang-bidang kehidupan

dengan cara menarik perhatian khalayak publik yang bersifat pribadi dan tidak

pribadi.

1.1 Bentuk-bentuk Persaingan: 1) persaingan ekonomi, timbul karena

keterbatasan persediaan suatu barang terhadap peningkatan jumlah

konsumen, 2) persaingan kebudayaan, mencakup persaingan di bidang

keagamaan, lembaga kependidikan, dan sebagainya, 3) persaingan

kedudukan dan peranan, keinginan-keinginan dalam diri seseorang

pada suatu kelompok untuk diakui sebagai pemilik kedudukan yang

Page 25: Makalah Sosiologi

tertinggi, 4) persaingan ras, ditonjolkan oleh perbedaan cirri-ciri

badaniah.

1.2 Fungsi persaingan dalam batas tertentu: 1) menyalurkan keinginan-

keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif, 2)

memberikan kedudukan pada setiap individu terhadap peranan yang

sesuai dengan kemampuannya, 3) menyaring warga golongan karya

(fungsional) untuk menghasilkan pembagian kerja yang efektif, 4)

sebagai jalan di mana kepentingan yang menjadi pusat perhatian dapat

tersalurkan dengan baik

1.3 Hasil-hasil persaingan: 1) Perubahan kepribadian seseorang , 2)

Kemajuan, 3) Solidaritas kelompok, 4) Disorganisasi pada struktur

sosial

2. Kontravensi (Contravention)

Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan,

pertentangan, atau pertikaian yang ditandai oleh gejala-gejala adanya

ketidakpastian mengenai diri seseorang, suatu rencana, perasaan tidak suka,

kebencian, atau keragu-raguan yang disembunyikan.

2.1 Bentuk Kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker: 1)

Umum meliputi perbuatan penolakan, keengganan, perlawanan, 2) sederhana;

seperti menyangkal pernyataan orang lain di depan umum, memfitnah,

mencaci, memaki, 3) intensif; meliputi penghasutan, penyebaran desas-desus,

4) rahasia; perbuatan khianat, mengumumkan rahasia pihak lain di depan

umum, 5) taktis; seperti mengejutkan lawan, kampanye partai politik

2.2 Tipe Kontravensi (von Wiese dan Becker): 1) Kontravensi generasi

masyarakat; umumnya dijumpai di kota-kota besar di mana terjadi perbedaan

latar belakang dan pendidikan antara generasi muda dengan generasi tua, 2)

kontravensi menyangkut seks: berkaitan dengan hubungan suami dengan istri

di dalam satu kelaurga, 3) kontravensi parlementer; berkaitan dengan

hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas dalam

masyarakat

Page 26: Makalah Sosiologi

3. Pertentangan (Pertikaian atau Konflik):

3.1 Penyebab pertentangan: 1) perbedaan antara individu satu dengan lainnya, 2)

perbedaan kebudayaan, 3) perbedaan kepentingan, 4) perubahan sosial

3.2 Bentuk-bentuk khusus pertentangan: 1) pertentangan pribadi, 2) pertentangan

rasial, 3) pertentangan antara kelas-kelas sosial, 4) pertentangan politik, 5)

pertentangan bersifat internasional,

3.3 Akibat-akibat bentuk pertentangan: 1) bertambahnya solidaritas pada suatu

kelompok, 2) perubahan kepribadian individu, 3) hancurnya harta benda dan

jatuhnya korban manusia, 4) retaknya persatuan kelompok, 5) akomodasi,

dominasi, dan takluknya salah satu pihak

D. Stratifikasi Sosial

I. Pengantar

Filsuf Aristoteles mengatakan di dalam Negara terdapat tiga unsur yaitu mereka

yang kaya sekali, melarat, dan berada di tengah-tengahnya. Sedangkan sosiolog

Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan

umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Sistem lapisan pada masyarakat

di dalam sosiologi dikenal social stratification. Stratification berasal dari kata

“stratum” (jamaknya strata yang berarti lapisan). Pitirim a. Sorokin menyatakan

social stratification adalah pengelompokan masyarakat pada kelas-kelas secara

hierarkis. Menurutnya, dasar dan inti lapisan masyarakat adalah tidak adanya

keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban, dan tanggung jawab

nilai-nilai sosial yang berpengaruh di antara anggota-anggota masyarakat. Lapisan

masyarakat memiliki bentuk-bentuk konkret, namun secara prinsip bentuk-bentuk

tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas: 1) ekonomis, 2) politis, 3)

didasarkan pada jabatan. Ketiga bentuk pokok tersebut tidak terlepas satu sama lain

yang artinya saling memiliki keterkaitan.

Page 27: Makalah Sosiologi

II. Terjadinya Lapisan Masyarakat

Sistem lapisan masyarakat dibagi menjadi dua tipe yakni terjadi dengan

sendirinya dan sengaja dibentuk untuk mengejar suatu tujuan bersama.

a. Pedoman untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses lapisan di dalam

masyarakat

1. Sistem pertentangan dalam masyarakat yang memiliki arti khusus di dalam

masyarakat

2. Sistem lapisan yang dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsure-unsur antara

lain:

2.1 Distribusi hak-hak istimewa yang objektif

2.2 Sistem pertanggaan yang diciptakan masyarakat

2.3 Kriteria sistem pertentangan

2.4 Lambang-lambang kedudukan

2.5 Mudah sukarnya bertukar kedudukan

2.6 Solidaritas di antara individu atau kelompok-kelompok sosial yang

berkedudukan sejajar; pola-pola interaksi, kesamaan atau ketidaksamaan

sistem kepercayaan, kesadaran akan kedudukan masing-masing, aktivitas

sebagai organ kolektif

III. Sifat Sistem Lapisan Masyarakat

Sifat sistem lapisan masyarakat bersifat tertutup (closed social stratification) dan

terbuka (open social stratification). Tertutup artinya mencegah adanya perpindahan

individu dari satu lapisan ke lapisan lainnya, sedangkan terbuka artinya setiap

individu berkesempatan untuk berusaha mengatur dirinya sendiri ingin berada di

lapisan yang mana. Contoh sistem tertutup adalah adanya kasta pada masyarakat

India dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) keanggotaan didapat berdasarkan kewarisan,

2) Pewarisan bersifat seumur hidup, 3) Perkawinan bersifat endogam (harus dengan

kasta yang sederajat), 4) Hubungan dengan kelompok-kelompok lain terbatas, 5)

Terikat oleh kedudukan-kedudukan yang telah ditetapkan secara tradisional, 6)

Prestise benar-benar diperhatikan

Page 28: Makalah Sosiologi

IV. Kelas-kelas dalam Masyarakat (Social Classes)

Max Weber membedakan kelas-kelas di dalam masyarakat antara dasar

ekonomis dengan dasar kedudukan sosial tetapi tetap mempergunakan kelas bagi

seluruh lapisan. Kurt B. Mayer berpendapat bahwa kelas hanya dipergunakan untuk

lapisan yang bersandar atas unsure-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang

bersandarkan atas kehormatan masyarakat dinamakan kelompok kedudukan (status

group). Berbeda dengan Max Weber dan Kurt B. Mayer yang membawa ekonomi

sebagai landasannya, menurut Joseph Schumpeter di dalam kelas-kelas dalam

masyarakat terbentuk untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan

yang nyata. Adapun kriteria tradisional apabila pengertian tersebut ditinjau secara

mendalam sebagai berikut: 1) besar jumlah anggota, 2) kebudayaan yang sama, 3)

kelanggengan, 4) lambing sebagai ciri khas, 5) batas-batas yang tegas, 6) antagonisme

tertentu

V. Dasar Lapisan Masyarakat

Kriteria untuk menggolongkan masyarakat ke dalam suatu lapisan:

a. Ukuran Kekayaan

b. Ukuran Kekuasaan

c. Ukuran Kehormatan

d. Ukuran Ilmu Pengetahuan

VI. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat

Pada teori sosiologi, sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan

peranan (role)

a. Kedudukan (status)

Kedudukan adalah posisi seseorang yang diakui di dalam suatu kelompok sosial.

Seseorang dikatakan memiliki beberapa kedudukan karena partisipasinya pada

beragam pola kehidupan. Apabila kedudukan terpisah dari individu sebagai

pemilikinya maka kedudukan tersebut hanya merupakan kumpulan hak-hak dan

kewajiban. Terdapat dua macam kedudukan yang berkembang di masyarakat,

yakni: 1) Ascribed status; kedudukan seseorang yang diperoleh karena kelahiran

Page 29: Makalah Sosiologi

tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan, 2)

Achieved Status; kedudukan yang diperoleh dengan usaha keras yang disengaja

dan bersifat terbuka bagi siapa saja, 3) Assigned Status; memiliki hubungan erat

dengan achieved status yakni suatu kelompok memberikan kedudukan yang lebih

tinggi kepada seseorang yang telah berjasa

b. Peranan (Role)

Peranan adalah aspek dinamis dari sebuah kedudukan yang artinya apabila

masyarakat menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

maka dia sudah menjalankan sebuah peranan. Perbedaan yang mencolok antara

kedudukan dan peranan adalah segi kepentingan ilmu pengetahuan meskipun

keduanya tak dapat terpisah satu sama lain. Peranan sangat berperan penting di

dalam masyarakat karena mengatur perilaku seseorang. Tiga hal yang dicakup

oleh peranan adalah sebagai berikut: 1) Meliputi norma-norma yang dihubungkan

dengan posisi seseorang, 2) Konsep mengenai apa yang dapat dilakukan oleh

individu di dalam masyarakat atau lingkungan sekitarnya, 3) perilaku individu

yang penting untuk struktur sosial masyarakat.

VII. Lapisan yang Sengaja Disusun

Chaster I. Barnard dalam karangannya The Function of Status System

menyatakan bahwa lapisan yang sengaja disusun dalam organisasi-organisasi formal

untuk mengejar suatu tujun tertentu yang timbul akibat perbedaan kebutuhan,

kepentingan, dan kemampuan individu.

a. Sistem pembagian kekuasaan dan wewenang dalam organisasi-organisasi

dibedakan ke dalam: 1) Sistem fungsional yang merupakan pembagian kerja

kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam

kedudukan yang sederajat, 2) Sistem scalar yang merupakan pembagian

kekuasaan menurut tangga kedudukan dari bawah ke atas.

b. Sistem kedudukan dalam organisasi formal timbul karena perbedaan-perbedaan

antara lain: 1) perbedaan kemampuan individu, 2) perbedaan menyangkut

Page 30: Makalah Sosiologi

kesukaran dalam mengerjakan pekerjaan, 3) perbedaan kepentingan, 4) keinginan

pada kedudukan formal sebagai alat sosial, 5) kebutuhan akan perlindungan bagi

seseorang

VIII. Mobilitas Sosial (Social Mobility)

a. Pengertian Umum dan Jenis-jenis Gerak Sosial

Gerak Sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu

yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial (Kimball Young dan Raymond

W. mack: Sociology and Social life). Struktur sosial mencakup sifat-sifat

hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan

kelompoknya. Menurut Pitirim A. Sorokin gerak sosial memiliki dua tipe yakni

horizontal dan vertikal. Gerak horizontal adalah peralihan individu atau objek-

objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang

sederajat. Gerak vertikal artinya perpindahan individu atau objek sosial dari suatu

kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat. Dua bentuk utama

gerakan vertikal ke atas: 1) masuknya individu-individu yang memiliki

kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi di mana kedudukan

tersebut sebelumnya telah ada, 2) pembentukan kelompok baru yang selanjutnya

ditempatkan pad derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu

pembentuk kelompok tersebut. Dua bentuk utama gerakan vertikal ke bawah: 1)

jatuhnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya, 2)

jatuhnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok

sebagai kesatuan.

b. Tujuan Penelitian Gerak Sosial

Sosiolog meneliti bahwa gerak sosial digunakan untuk mendapatkan keterangan-

keterangan perihal keteraturan dan keluwesan struktur sosial. Semakin seimbang

kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan kedudukn-kedudukan tersebut maka

semakin besar pula terjadinya gerak sosial. Pada lapisan tertutup sangat mustahil

terjadi gerak sosial, sedangkan pada lapisan terbuka gerak sosial sangat dinamis

Page 31: Makalah Sosiologi

karena kedudukan yang dicapai bergantung pada usaha dan kemampuan seorang

individu.

c. Prinsip Umum Gerak Sosial yang Vertikal

Gerak sosial vertikal lebih diutamakan sebagai landasan pembangunan di suatu

wilayah oleh karena itu terdapat prinsip-prinsip umum yang sangat penting

sebagai berikut: 1) Hampir tidak ada lapisan masyarakat bersifat tertutup, 2)

Tidak dapat dilakukan dengan sebebas-bebasnya karena terdapat beberapa

hambatan, 3) Setiap masyarakat memiliki ciri tersendiri bagi gerak sosial vertikal,

4) Laju gerak sosial vertikal disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik,

perbedaan pekerjaan, 5) Berdasarkan bahan-bahan sejarah tidak ada kontinuitas

perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial

d. Saluran Gerak Sosial Vertikal

Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa gerak sosial vertikal memiliki saluran-

saluran dalam masyarakat yng disebut social circulation. Saluran terpenting

adalah organisasi politik, lembaga keagamaan, lembaga kependidikan, angkatan

bersenjata, keahlian, dan ekonomi. Organisasi politik member peluang bagi para

anggotanya untuk berada pada kedudukan yang lebih tinggi. Lembaga keagamaan

yang di dalamnya terdapat pemuka-pemuka agama berupaya menaikkan

kedudukan masyarakat ke jenjang yang lebih tinggi. Angkatan bersenjata

berperan penting dalam menjaga stabilitas di dalam masyarakat. Lembaga

kependidikan seperti sekolah dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari

kedudukan paling rendah menuju kedudukan paling tinggi. Pada ekonomi maka

orang yang memiliki harta terbanyak akan mendapat kedudukan yang paling

tinggi. Organisasi keahlian merupakan wadah bagi masyarakat untuk dapat

menunjukkan keahlian terbaiknya di depan khalayak umum.

IX. Pentingnya Sistem Lapisan Masyarakat

Manusia pada hakikatnya berkeinginan besar terhadap adanya perbedaan status dan

kedudukan pada peranan masyarakat, di mana hal tersebut tidak sejalan dengan

Page 32: Makalah Sosiologi

kenyataan-kenyataan yang ada. Sistem lapisan masyarakat dapat memecahkan

berbagai persoalan yang tengah dihadapi masyarakat yakni penempatan individu ke

dalam struktur sosial dan mendorong individu untuk melaksanakan kewajiban sesuai

dengan kedudukan dan peranannya dengan wujud yang berbeda-beda dalam setiap

masyarakat bergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing. Semakin berada

pada lapisan masyarakat terendah maka semakin besar pula jumlah masyarakat yang

berada pada lapisan tersebut.

E. Perubahan Sosial dan Kebudayaan

I. Pengantar

Perubahan-perubahan masyarakat meliputi nilai-nilai sosial, norma-norma

sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-

lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain

sebagainya. Terdapat perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas, ada yang

lambat sekali, maupun berjalan cepat. Sosiolog mengklasifikasikan antara masyarakat

statis dan dinamis. Masyarakat statis adalah masyarakat yang sedikit sekali

mengalami perubahan dan berjalan sangat lambat. Masyarakat dinamis adalah

masyarakat yang mengalami berbagai perubahan dalam waktu yang sangat singkat.

Perubahan-perubahan tidak selalu diartikan dengan sebuah proses menuju kemajuan

sebab ad pula perubahan yang menjadikan suatu kemunduran.

II. Pembatasan Pengertian

a. Pendapat Sosiolog dan Antropolog terkait pembatasan pengertian perubahan-

perubahan sosial dan kebudayaan:

1) William F. Ogburn: ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur

kebudayaan baik material maupun immaterial yang ditekankan kepada

pengaruh unsure kebudayaan material terhadap kebudayaan immaterial

2) Kingsley Davis: perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi di

dalam struktur dan fugsi masyarakat

Page 33: Makalah Sosiologi

3) Maclver: perubahan sosial merupakan perubahan dalam hubungan-hubungan

sosial (Social relationships) terhadap keseimbangan hubungan sosial

4) Gillin dan Gillin: perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup

yang telah diterima karena adanya difusi dalam masyarakat

5) Selo Soemardjan: perubahan-perubahan dalam lembaga kemasyarakatan di

dalam suatu masyarakat yag berpengaruh terhadap sistem sosialnya termasuk

di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku

b. Teori-teori Perubahan Sosial

Para ahli berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan

dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti

perubahan dalam unsur-unsur biologis, geografis, ekonomis, dan kebudayaan.

Teori-teori yang berkaitan dengan arah perubahan sosial oleh Wilbert E. Moore:

1) Evolusi rektiliner yang sederhana, 2) Evolusi melalui tahap-tahap, 3) Evolusi

yang terjadi dengan tahap kelanjutan yang tidak serasi, 4) Evolusi menurut siklus-

siklus tertentu dengan kemunduran-kemunduran jangka pendek, 5) Evolusi

bercabang yang mewujudkan pertumbuhan dan kebhinekaan, 6) Siklus-siklus

yang tidak memiliki kecenderungan-kecenderungan, 7) Pertumbuhan logistic

yang digambarkan oleh populasi, 8) Pertumbuhan logistic terbalik yang tergambar

dari angka kematian, 9) Pertumbuhan eksponensial yang tergambar penemuan-

penemuan baru, 10) Primitivisme

III. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayan

Kingsley Davis menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari

perubahan kebudayaan yang mencakup kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, mata

pencaharian, organisasi, religi, hingga perubahan-perubahan dalam bentuk serta

aturan-aturan organisasi sosial. Pada dasarnya perubahan sosial dan perubahan

kebudayaan saling terkait satu sama lain karena memiliki kesatuan aspek yang sama.

Proses-proses pada perubahan sosial diketahui melalui ciri-ciri: 1) Selalu ada

pekermbangan lambat atau cepat di dalam masyarakat, 2) perubahan pada lembaga

kemasyarakatan akan diikuti dengan perubahan pada lembaga sosial, 3) perubahan

Page 34: Makalah Sosiologi

sosial yang cepat mengakibatkan disorganisasi bersifat sementara, 4) perubahan tidak

dapat dibatasi dalam bidang kebendaan, 5) secara tipologis perubahan sosial

dikategorikan sebagai berikut: Social procces, Segmentation, Structural Change,

Change in Group Structure

IV. Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan

a. Perubahan Lambat (evolusi) dan Perubahan Cepat (revolusi)

Evolusi merupakan perubahan yang memerlukan waktu lama dengan diikuti oleh

rangkaian suatu perubahan kecil yang terjadi dengan sendiri tanpa kehendak.

Macam-macam teori evolusi yang digolongkan menjadi beberapa kategori sebagai

berikut:

1) Unilinear Theories of Evolution: masyarakat dan kebudayaannya mengalami

perkembangan dari bentuk sederhana hingga ke kompleks. Pelopor teori ini

antara lain August Comte, Herbert Spencer, Pitirim A. Sorokin.

2) Universal Theory of Evolution: kebudayaan manusia telah mengikuti garis

evolusi tertentu tidak perlu melalui tahap-tahap yang tetap. Diuraikan Herbert

Spencer bahwa masyarakat merupakan perkembangan dari kelompok

homogeny ke heterogen baik sifat maupun susunannya.

3) Multilined Theory of Evolution: menekankan oada penelitian-penelitian

terhadap tahapan perkembangan dalam evolusi masyarakat

Revolusi merupakan perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung cepat

menyangkut dasar-dasar pokok kehidupan masyarakat dan dapat direncanakan

ataupun tidak direncanakan. Syarat-syarat terjadinya revolusi:

1) Harus ada keinginan umum untuk melakukan suatu perubahan

2) Adanya pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin

3) Adanya pemimpin yang mampu menampung aspirasi masyarakatnya

4) Pemimpin harus dapat menunjukkan tujuannya kepada masyarakat

5) Harus ada momentum di mana keadaan sudah tepat untuk memulai gerakan

Page 35: Makalah Sosiologi

b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Perubahan kecil merupakan perubahan yang terjadi pada unsure-unsur struktur

sosial yang tidak membawa pengaruh langsung bagi masyarakat. Sebaliknya,

proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris akan membawa

dampak yang besar terhadap masyarakatnya.

c. Perubahan yang Dikehendaki (Intended-Change) atau Perubahan yang

Direncanakan (Planned-Change) dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki

(Unintended-Change) atau Perubahan yang Tidak Direncanakan (Unplanned-

Change)

Perubahan yang dikehendaki dirancang terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang

menghendaki perubahan (agent of change) dengan sistem teratur yang

direncanakan yakni perencanaan sosial. Sedangkan perubahan yang tidak

dikehendaki berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat

menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak dikehendaki masyarakat.

V. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan

a. Bertambah atau Berkurangnya Jumlah Penduduk

b. Penemuan-penemuan Baru

c. Pertentangan Masyarakat

d. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi

VI. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan

a. Faktor yang mendorong jalannya proses perubahan:

1) Orientasi ke muka

2) Kontak dengan kebudayaan lain

3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju

4) Penduduk yang heterogen

5) Toleransi terhadap penyimpangan perilaku

6) Nilai peningkatan taraf hidup

7) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu

Page 36: Makalah Sosiologi

8) Sistem lapisan masyarakat yang terbuka

9) Sistem pendidikan yang maju

b. Faktor yang menghambat terjadinya perubahan:

1) Kebiasaan

2) Kurangnya hubungan antar masyarakat

3) Hambatan ideologis

4) Nilai kepasrahan

5) Sikap masyarakat yang tradisionalis

6) Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan

7) Prasangka buruk terhadap ha lasing

8) Rasa takut akan kegoyahan integrasi kebudayaan

9) Adanya vested interest

VII. Proses-proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan

a. Penyesuaian Masyarakat terhadap Perubahan

Keserasian dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga

kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi, sehingga

individu secara psikologis merasakan ketentraman. Meskipun adakalanya unsur-

unsur baru dan lama saling bertentangan namun suatu perbedaan dapat

diupayakan penyesuaian lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan penyesuaian

dari individu yang ada dalam masyarakat tersebut.

b. Saluran-saluran Perubahan Kebudayaan dan Sosial

Lembaga kemasyarakatan menjadi titik tolak yang bergantung pada cultural focus

masyarakat di suatu masa tertentu. Lembaga kemasyarakatan yang mendapatkan

penilaian tertinggi di dalam suatu masyarakat cenderung mempengaruhi

perubahan sosial dan kebudayaan lebih cepat.

c. Disorganisasi (Disintegrasi) dan Reorganisasi (Reintegrasi)

Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan suatu

kesatuan fungsional. Disorganisasi adalah suatu proses berpudarnya nilai-nilai

dalam masyarakat karena perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga

Page 37: Makalah Sosiologi

kemasyarakatan. Reorganisasi terlaksana apabila nilai-nilai yang baru telah

melembaga dalam diri warga masyarakat.

VIII. Arah Perubahan

Sikap dan alam pikiran mengenai keduniawian menyebabkan perubahan-

perubahan pada sikap serta alam keluarga-keluarga batih. Saat ini kaum muda

dibebaskan memilih lapangan pekerjaan yang diminatinya, begitu pula kebebasan

menganut agama, dan memilih pasangan hidupnya. Perubahan sendiri dapat

mengarah kepada suatu bentuk yang benar-benar baru ataupun merupakan akulturasi

dari bentuk yang telah ada.

IX. Modernisasi

a. Pengertian

Merupakan proses yang sangat luas karena batas-batasnya tidak dapat ditetapkan

secara mutlak mencakup proses transformasi total kehidupan bersama yang pra

modern maksudnya adalah teknologi serta organisasi sosial kea rah pola-pola

ekonomis dan politis menjadi ciri-ciri negara Barat yang stabil. Modernisasi

tergolong perubahan osial yang terarah dan didasarkan pada suatu perencanaan,

suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat yang bersangkutan.

b. Disorganisasi, Transformasi, dan Proses dalam Modernisasi

Disorganisasi adalah proses melemahnya norma-norma di dalam masyarakat

karena adanya perubahan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah sosial.

Keyakinan kuat terhadap kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran terhadap

penyimpangan-penyimpangan, perkembangan ilmiah yang tertinggal merupakan

beberapa faktor yang menghambat proses modernisasi. Pendidikan dan

perkembangan ilmiah merupakan faktor terpenting dalam mencapai modernisasi.

Dengan demikian hal-hal yang sangat mempengaruhi modernisasi adalah

penerimaan atau penolakan modernisasi, sikap dan nilai, kemampuan

menunjukkan kemanfaatan unsur-unsur kebudayaan yang ada.

Page 38: Makalah Sosiologi

c. Syarat-syarat modernisasi:

1) Cara berpikir yang ilmiah

2) Sistem administrasi negara yang baik

3) Sistem pengumpulan data yang baik

4) Penciptaan iklim yang favorable dari masyarakat dengan penggunaan alat-alat

komunikasi massa

5) Tingkat organisasi yang tinggi

6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial