makalah sosiologi
DESCRIPTION
my 1st semester...TRANSCRIPT
A. Pranata Sosial
I. Pengertian
Pranata sosial berasal dari istilah bahasa Inggris social institution. Istilah-istilah lain
pranata sosial adalah lembaga sosial dan bangunan sosial. Dalam bahasa latin “instituere”
yang berarti mendirikan. Kata bendanya adalah “institution” yang berarti pendirian. Dalam
bahasa Indonesia institution diartikan institusi (pranata) dan institut (lembaga). Institusi
adalah sistem norma atau aturan yang ada. Institut adalah wujud nyata dari norma-norma.
Pranata adalah seperangkat aturan yang berkisar pada kegiatan atau kebutuhan tertentu.
Pranata termasuk kebutuhan sosial. Seperangkat aturan yang terdapat dalam pranata
termasuk kebutuhan sosial yang berpedoman kebudayaan. Pranata merupakan seperangkat
aturan, bersifat abstrak.
Menurut Koentjaraningrat, istilah pranata dan lembaga sering dikacaukan
pengertiannya. Sama halnya dengan istilah institution dengan istilah institute. Padahal
kedua istilah itu memiliki makna yang berbeda.
Menurut Horton dan Hunt (1987), pranata sosial adalah suatu sistem norma untuk
mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting. Dengan kata
lain, pranata sosial adalah sistem hubungan sosial yang terorganisir yang
mengejawantahkan nilai-nilai serta prosedur umum yang mengatur dan memenuhi kegiatan
pokok warga masyarakat. Oleh karena itu, ada tiga kata kunci di dalam setiap pembahasan
mengenai pranata sosial yaitu:
a. Nilai dan norma.
b. Pola perilaku yang dibakukan atau yang disebut prosedur umum.
c. Sistem hubungan, yakni jaringan peran serta status yang menjadi wahana untuk
melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum yang berlaku.
Menurut Koentjaraningrat (1979) yang dimaksud dengan pranata-pranata sosial
adalah sistem-sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu
untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Pranata sosial pada hakikatnya bukan merupakan sesuatu yang bersifat empirik, karena
sesuatu yang empirik unsur-unsur yang terdapat didalamnya selalu dapat dilihat dan
diamati. Sedangkan pada pranata sosial unsur-unsur yang ada tidak semuanya mempunyai
perwujudan fisik. Pranata sosial adalah sesuatu yang bersifat konsepsional, artinya bahwa
eksistensinya hanya dapat ditangkap dan dipahami melalui sarana pikir, dan hanya dapat
dibayangkan dalam imajinasi sebagai suatu konsep atau konstruksi pikir.
Unsur-unsur dalam pranata sosial bukanlah individu-individu manusianya itu, akan
tetapi kedudukan-kedudukan yang ditempati oleh para individu itu beserta aturan tingkah
lakunya. Dengan demikian pranata sosial merupakan bangunan atau konstruksi dari
seperangkat peranan-peranan dan aturan-aturan tingkah laku yang terorganisir. Aturan
tingkah laku tersebut dalam kajian sosiologi sering disebut dengan istilah “norma-norma
sosial”.
II. Perbedaan Pranata Sosial dengan Lembaga Sosial
Institution (pranata) adalah sistem norma atau aturan yang menyangkut suatu aktivitas
masyarakat yang bersifat khusus. Sedangkan institute (lembaga) adalah badan atau
organisasi yang melaksanakannya. Lembaga sosial merupakan wadah/tempat dari aturan-
aturan khusus, wujudnya berupa organisasi atau asosiasi. Contohnya KUA, mesjid,
sekolah, partai, CV, dan sebagainya. Sedangkan pranata sosial adalah suatu sistem tata
kelakuan yang mengatur perilaku dan hubungan antara anggota masyarakat agar hidup
aman, tenteram dan harmonis. Dengan bahasa sehari-hari kita sebut “aturan main/cara
main”. Jadi peranan pranata sosial sebagai pedoman kita berperilaku supaya terjadi
keseimbangan sosial. Pranata sosial merupakan kesepakatan tidak tertulis namun diakui
sebagai aturan tata perilaku dan sopan santun pergaulan. Contoh: kalau makan tidak
berbunyi, di Indonesia pengguna jalan ada di kiri badan jalan, tidak boleh melanggar hak
orang lain, dan sebagainya. Jadi lembaga sosial bersifat konkret, sedangkan pranata sosial
bersifat abstrak, namun keduanya saling berkaitan.
Pranata adalah seperangkat aturan yang berkisar pada kegiatan atau kebutuhan tertentu.
Pranata termasuk kebutuhan sosial. Seperangkat aturan yang terdapat dalam pranata
termasuk kebutuhan sosial yang berpedoman kebudayaan. Pranata merupakan seperangkat
aturan, bersifat abstrak. Wujud nyata dari pranata adalah lembaga. Untuk jelasnya lihat
tabel berikut ini :
III.Ciri-Ciri Pranata Sosial
Menurut John Levis Gillin dan John Phillpe Gillin ciri umum pranata sosial adalah sebagai
berikut :
a. Pranata sosial merupakan suatu organisasi pola pemikiran dan pola perilaku yang
terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan dan hasilnya terdiri atas adat istiadat, tata
kelakuan, kebiasaan, serta unsur-unsur kebudayaan yang secara langsung atau tidak
langsung tergabung dalam satu unit yang fungsional.
b. Hampir semua pranata sosial mempunyai suatu tingkat kekekalan tertentu sehingga
orang menganggapnya sebagai himpunan norma yang sudah sewajarnya harus
dipertahankan. Suatu sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan, baru akan
menjadi bagian pranata sosial setelah melewati waktu yang sangat lama.
c. Pranata sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
d. Pranata sosial mempunyai alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan.
e. Pranata sosial biasanya memiliki lambang-lambang tertentu yang secara simbolis
menggambarkan tujuan dan fungsinya.
f. Pranata sosial mempunyai suatu tradisi tertulis ataupun tidak tertulis yang merupakan
dasar bagi pranata yang bersangkutan dalam menjalankan fungsinya. Tradisi tersebut
merumuskan tujuan dan tata tertib yang berlaku.
IV. Tipe-Tipe Pranata Sosial
Dalam kehidupan masyarakat terdapat berbagai macam pranata sosial, dimana satu
dengan yang lain sering terjadi adanya perbedaan-perbedaan maupun persamaan-
persamaan tertentu. Persamaan dari berbagai pranata sosial itu diantaranya, selain
bertujuan untuk mengatur pemenuhan kebutuhan warganya, juga karena pranata itu
terdiri dari seperangkat kaidah dan pranata sosial. Sedangkan perbedaannya, seperti
dikemukakan oleh J.L. Gillin dan J. P. Gillin (1954), bahwa pranata sosial itu diantaranya
dapat diklasifikasikan menurut:
a. Dari Sudut Perkembangan
1) Crescive institutions, pranata sosial yang tidak disengaja tumbuh dari adat istiadat
masyarakat sehingga disebut juga pranata yang paling primer. Contoh : pranata
hak milik, perkawinan, dan agama.
2) Enacted institutions, pranata sosial yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Contoh : pranata utang-piutang dan pranata pendidikan.
b. Dari Sudut Sistem Nilai yang Diterima oleh Masyarakat
1) Basic institutions, pranata sosial yang penting untuk memelihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat, misalnya keluarga, sekolah, dan
Negara.
2) Subsidiary institutions, pranata sosial yang berkaitan dengan hal yang dianggap
oleh masyarakat kurang penting, misalnya rekreasi.
c. Dari Sudut Penerimaan Masyarakat
1) Aproved dan Sanctioned institutions, pranata sosial yang diterima oleh
masyarakat, seperti sekolah dan perdagangan.
2) Unsantioned institutions, pranata sosial yang ditolak oleh masyarakat meskipun
masyarakat tidak mampu memberantasnya, misalnya pemerasan dan kejahatan
d. Dari Sudut Penyebaran
1) General institutions, pranata sosial yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat
dunia. Misalnya : pranata agama, HAM.
2) Restructed institutions, pranata sosial yang hanya dikenal oleh sebagian
masyarakat tertentu, misalnya pranata Agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu,
dll.
e. Dari Sudut Fungsi
1) Operative institutions, pranata sosial yang berfungsi menghimpun pola-pola atau
cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan dari masyarakat yang
bersangkutan, misalnya pranata industri.
2) Regulative institutions, pranata sosial yang bertujuan mengawasi adat istiadat atau
tata kelakuan yang ada dalam masyarakat, misalnya pranata hukum seperti
kejaksaan dan pengadilan.
V. Tujuan dan Fungsi Pranata Sosial
Secara umum, tujuan utama diciptakannya pranata sosial yaitu untuk mengatur agar
kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi secara memadai, dan untuk mengatur agar
kehidupan sosial warga masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancar sesuai dengan
kaidah-kaidah yang berlaku. Sebagai contoh, pranata keluarga mengatur bagaimana
keluarga harus memelihara anak. Sementara itu, pranata pendidikan mengatur bagaimana
sekolah harus mendidik anak-anak hingga menghasilkan lulusan yang handal. Tanpa
adanya pranata sosial, kehidupan manusia nyaris bisa dipastikan bakal porak-poranda
karena jumlah prasarana dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia relatif terbatas,
sementara jumlah warga masyarakat yang membutuhkan justru semakin lama semakin
banyak.
Untuk mewujudkan tujuannya, menurut Soerjono Soekanto (1970), pranata sosial
didalam masyarakat harus dilaksanakan dengan fungsi-fungsi berikut :
1. Memberi pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana bertingkah laku atau
bersikap didalam usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
2. Menjaga keutuhan masyarakat dari ancaman perpecahan atau disintegrasi masyarakat.
3. Berfungsi untuk memberikan pegangan dalam mengadakan sistem pengendalian
sosial (social control).
VI. Macam-Macam Pranata Sosial
a. Pranata Keluarga
Keluarga merupakan unit masyarakat yang terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak. Keluarga mempunyai banyak fungsi penting yaitu :
1) Fungsi Reproduksi : Keluarga merupakan lembaga yang fungsinya
mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Dalam masyarakat yang beradab,
keluarga adalah satu-satunya tempat untuk tujuan itu. Berlangsungnya fungsi
reproduksi berkaitan erat dengan aktivitas seksual laki-laki dan wanita. Dengan
berkeluarga, manusia dapat melanjutkan keturunan secara tepat, wajar, dan teratur
di lihat dari segi moral, cultural, sosial, dan kesehatan.
2) Fungsi Afeksi : Salah satu kebutuhan manusia adalah kasih saying atau rasa saling
mencintai. Apabila kebutuhan kasih sayang tidak terpenuhi, keluarga akan
mendapatkan gangguan emosional, masalah perilaku, dan kesehatan fisik.
3) Fungsi Sosialisasi : Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama dan paling
utama bagi anak sehingga kelak dapat berperan dengan baik di masyarakat.
Keluarga sebagai media sosialisasi kelompok primeryang pertama bagi seorang
anak, dan dari situlah perkembangan kepribadian dimulai. Pada saat anak sudah
cukup umur untuk memasuki kelompok atau media sosialisasi lain diluar
keluarga. Pondasi dasar kepribadian anak sudah tertanam secara kuat, dan
kepribadiannya pun sudah terarah dengan baik melalui keluarga.
4) Fungsi Ekonomi : Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
anggota keluarganya. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, semua
anggota keluarga melakukan kerja sama. Pada umumnya, seorang suami
melakukan kegiatan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarga,
sedangkan isteri berfungsi mengatur keuangan dan belanja keluarga.
b. Pranata Ekonomi
Pranata ekonomi adalah pranata sosial yang menangani masalah kesejahteraan
materiil, yang mengatur kegiatan atau cara berproduksi, distribusi, dan konsumsi
barang dan jasa yang diperlukan bagi kelangsungan hidup masyarakat agar semua
lapisan masyarakat mendapatkan bagian yang semestinya. Fungsi pranata ekonomi
yaitu : 1) Memelihara ketertiban, 2) Mencapai consensus, 3) Meningkatkan produksi
ekonomi semaksimal mungkin. Contoh dari Pranata Ekonomi adalah industri, bank,
koperasi dan sebagainya.
c. Pranata Politik
Pranata Politik adalah peraturan-peraturan untuk memelihara tata tertib, untuk
mendamaikan pertentangan-pertentangan dan untuk memilih pemimpin yang wibawa.
Fungsi pranata politik yaitu :
1) Melaksanakan undang-undang yang telah disahkan,
2) Melembagakan norma melalui undang-undang yang dibuat oleh lembaga
legislatif,
3) Menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi diantara warga masyarakat, dll.
Contoh Pranata politik adalah seperti sistem hukum, sistem kekuasaan,
partai,wewenang, pemerintahan.
d. Pranata Pendidikan
Tujuan pranata pendidikan ialah memberikan ilmu pengetahuan, pendidikan
sikap, dan melatih keterampilan kepada warga agar seseorang dapat mandiri dalam
mencari penghasilan. Contohnya seperti Kegiatan Belajar Mengajar, sistem
pengetahuan, aturan, kursus, pendidikan keluarga, ngaji.
e. Pranata Kepercayaan/Agama
Fungsi pokok pranata agama adalah memberikan pedoman bagi manusia untuk
berhubungan dengan Tuhannya dan memberikan dasar perilaku yang ajeg dalam
masyarakat. Contohnya seperti upacara semedi, tapa, zakat, infak, haji dan ibadah
lainnya.
f. Pranata Kesenian
Fungsi Pranata Kesenian adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
keindahan, contohnya seperti seni suara, seni lukis, seni patung, seni drama, dan
sebagainya
.
g. Pranata Total
Masyarakat merupakan tatanan pranata sosial. Kehidipan dalam masyarakat
berarti adanya kesempatan berpindah dari satu pranata ke pranata lain. Warga
masyarakat mengalami perpindahan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
kehidupan siswa SMA biasanya sejak pagi hingga malam hari ditandai oleh
perpindahan tsb. Pagi hari ketika bangun tidur siswa tsb berada dalam pranata
keluarga. Norma-norma yang mengatur, cara berpikir, bertindak, dan berperasaan
bersumber pada pranata keluarga. Kemudian pindah ke pranata pendidikan dan
rekreasi. Begitu seterusnya sampai pulang ke rumah.
h. Pranata Dominan
Pranata dominan merupakan pranata sosial yang menuntut loyalitas penuh dari
orang-orang yang berada dibawah naungannya. Contohnya militer dan pranata sekte
keagamaan.
VIII. Hubungan Antarpranata
Dalam masyarakat terdapat bermacam-macam pranata sosial yang saling
berhubungan. Contohnya dalam masyarakat Jakarta merupakan suatu tatanan yang terdiri
dari berbagai pranata sosial yang saling berkaitan, antara lain pranata keluarga, pranata
pendidikan, pranata politik, pranata agama, dll.
IX. Hubungan Pranata Sosial dengan Geografi
Pranata sosial merupakan sistem norma khusus yang mengatur tindakan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pranata sosial di setiap daerah berbeda-beda. Hal
ini disebabkan tuntutan hidup masyarakat disetiap daerah juga berbeda.
B. Kelompok sosial
I. Pengantar
Manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain karena sejak lahir manusia sudah
berhubungan dengan manusia lainnya. Berbeda dengan hewan yang sudah dikarunia
alat-alat fisik yang memungkinkannya udah dapat bertahan hidup sendiri, manusia
mendapat alat lain yang jauh lebih sempurna daripada hewan itu sendiri yakni berupa
pikiran. Di dalam hubungan manusia yang satu dengan lainnya yang terpenting
adalah reaksi yang timbul sebagai akibat dari hubungan-hubungan yang terbentuk
sebelumnya. Sejak dilahirkan manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok: 1)
keinginan menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya, 2) keinginan menjadi
satu dengan suasana alam sekelilingnya. Oleh karena itu agar kedua hal tersebut dapat
terealisasikan maka manusia harus memanfaatkan pikiran, perasaan, dan
kehendaknya.
Himpunan-himpunan manusia yang hidup bersama karena kesamaan latar
belakang, geografis, mata pencaharian, kesenangan disebut dengan kelompok sosial.
Beberapa persyaratan agar himpunan-himpunan manusia disebut sebagai sebuah
kelompok sosial: 1) adanya kesadaran setiap individu bahwa dirinya merupakan
bagian anggota dari kelompoknya, 2) adanya hubungan timbale balik antara anggota
satu dengan lainnya, 3) adanya faktor yang dimiliki bersama seperti kepentingan,
tujuan, ideology, 4) memiliki struktur, berkaidah, dan pola perilaku, 5) memiliki
sistem dan proses
II. Pendekatan Sosiologis terhadap Kelompok-Kelompok Sosial
Hampir seluruh manusia semula merupakan anggota kelompok sosial yang
dinamakan keluarga, di mana setiap dilakukan sebuah pertemuan terjadi tukar-
menukar pengalaman yang secara sadar maupun tidak sadar dapat memberikan
perubahan pembentukan kepribadian terhadap masing-masing individu tersebut.
Suatu kelompok sosial cenderung tidak statis yakni selalu mengalami perubahan dan
perkembangan baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Aspek-aspek yang menarik
dari sebuah kelompok sosial adalah bagaimana cara kelompok tersebut
mengendalikan anggota-anggotanya karena pola berpikir yang dianut seseorang
cenderung akan mempengaruhi sikapnya dalam mengambil sebuah tindakan.
III. Tipe-tipe Kelompok Sosial
a. Klasifikasi Tipe-Tipe Kelompok Sosial
Sosiolog Jerman Georg Simmel mengambil ukuran besar-kecilnya jumlah
anggota kelompok yang kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Leopold von
Wiese dan Howard Becker. Ukuran lainnya diambil berdasarkan derajat interaksi
sosial dalam kelompok sosial yang lebih lanjut dikembangkan oleh F. Stuart
Chapin dengan memperhatikan tinggi-rendahnya derajat kelekatan hubungan
antar anggota kelompok sosial, kemudian yang terakhir berdasarkan kepentingan
dan wilayah.
b. Kelompok Sosial Dipandang dari Sudut Individu
Individu biasanya merupakan anggota dari kelompok sosial tertentu atas
dasar seks, ras, budaya, agama, intelektual, kepentingan, dan lain-lain sehingga
secara sadar ataupun tidak setiap individu mendapat dorongan-dorongan untuk
melakukan sesuatu di dalam kelompok sosialnya.
c. In-Group dan Out-Group
In-group adalah kelompok sosial di mana individu mengidentifikasikan
dirinya sedangkan out-group merupakan kelompok sosial yang oleh individu
diartikan sebagai lawan in-groupnya. Perasaan in-group atau out-group
didasarkan atas suatu sikap yang disebut etnosentris yakni adanya anggapan
bahwa kelompoknya merupakan kelompok terbaik di bidangnya dibandingkan
kelompok-kelompok yang lain.
d. Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Menurut Charles Horton Cooley dalam bukunya “Social Organization”,
kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri
saling mengenal antar anggota serta terdapat kerja sama yang erat bersifat pribadi
yang menghasilkan peleburan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok
sehingga tujuan individu sekaligus menjadi tujuan kelompok.
e. Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)
Ferdinand Tonnies mengemukakan pendapat bahwa paguyuban merupakan
bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya terikat hubungan batin
yang murni, bersifat alamiah, kekal, nyata, dan organis yang didasarkan oleh rasa
cinta dan kesatuan batin yang telah dikoordinasikan biasa dijumpai di dalam
keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan sebagainya. Ciri-ciri pokok
dapat dikatakan paguyuban menurut Tonnies harus memiliki tiga hal berikut: 1)
Intimate; hubungan menyeluruh yang mesra, 2) Private; hubungan bersifat
pribadi, khusus untuk kalangan tertentu, 3) Exclusive; hanyalah untuk “kita” dan
tidak untuk orang-orang di luar “kita”. Selain itu ada tiga tipe paguyuban: 1)
berdasar ikatan darah (gemeinschaft by blood), 2) tempat (gameinschaft of place),
3) jiwa-pikiran (gameinschaft of mind).
Sedangkan patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk
jangka waktu yang pendek, bersifat mekanis terutama terdapat di dalam hubungan
perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik. Selain itu Tonnies menyesuaikan
kedua bentuk kehidupan bersama manusia dengan dua bentuk kemauan asasi
manusia yakni Wesenwille yang merupakan bentuk kemauan yang dikodratkan
dan timbul dari keseluruhan kehidupan alami di mana perasaan dan akal adalah
kesatuan. Sebaliknya, Kurwille merupakan bentuk kemauan hidup yang dipimpin
oleh cara berpikir didasarkan pada akal , bersifat rasional, dan ditujukan pada
tujuan-tujuan tertentu. Intinya Wesenwille selalu menimbulkan paguyuban dan
Kurwille menjelmakan patembayan.
f. Formal Group dan Informal Group
Formal Group merupakan keberadaan tata cara untuk memobilisasi dan
mengkoordinasi usaha-usaha yang mencapai tujuan berdasar bagian-bagian
organisasi yang bersifat spesialisasi contohnya adalah sebuah organisasi. Informal
group adalah kelompok-kelompok yang terbentuk karena pertemuan berulang kali
yang menjadi dasar kepentingan dan pengalaman yang sama, tidak memiliki
struktur dan organisasi tertentu contohnya klik.
g. Membership Group dan Reference Group
Perbedaan membership groups dan reference group dikemukakan oleh
Robert K. Merton. Membership groups merupakan kelompok di mana setiap
orang secara fisik menjadi anggota suatu kelompok dengan batas-batas
keanggotaan seseorang yang tidak dapat ditentukan secara mutlak karena
perubahan-perubahan keadaan. Pada membership groups terdapat 2 jenis
keanggotaan yakni nominal-groups member dan peripheral-groups member.
Nominal-groups member adalah anggota-anggota yang masih berinteraksi dengan
kelompok sosial yang bersangkutan meskipun tidak intens, sedangkan peripheral-
groups member adalah keanggotaan yang seolah-olah sudah tidak berhubungan
lagi dengan kelompok yang bersangkutan sehingga kelompok tersebut sudah tidak
memiliki kekuasaan lagi terhadap anggota tersebut.
Reference groups adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi
seseorang untuk membentuk pribadi dan periakunya. Pada reference groups
terdapat dua tipe umum: 1) tipe normatif; menentukan dasar-dasar bagi
kepribadian seseorang, 2) tipe perbandingan; pegangan bagi individu di dalam
menilai kepribadiannya.
h. Kelompok Okupasional dan Volunter
Kelompok Okupasional merupakan kelompok yang terdiri dari orang-orang
yang melakukan pekerjaan sejenis di mana kelompok-kelompok semacam ini
berperan besar di dalam mengarahkan kepribadian seseorang terutama yang
menjadi anggotanya. Di sisi lain terdapat pula kelompok profesi yang terdiri dari
kalangan professional yang seolah-olah memonopoli bidang-bidang ilmu dan
teknologi tertentu di mana kelompok ini mengembangkan patokan-patokan
tingkah laku sendiri yang lazim disebut etika profesi yang kemudian dibukukan
dan disebut dengan kode etik profesi.
Akibat dari tidak terpenuhinya kepentingan-kepentingan individual yang
bersifat material maupun spiritual maka mulai muncul kelompok volunteer.
Kelompok volunteer ini mencakup orang-orang yang memiliki kesamaan
kepentingan namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat luas sehingga
kelompok volunteer ini memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya secara
individual tanpa menganggu kepentingan masyarakat umum. Kelompok volunteer
dilandaskan pada kepentingan-kepentingan primer meliputi: 1) kebutuhan akan
sandang, pangan, papan, 2) kebutuhan akan keselamatan, 3) kebutuhan akan harga
diri, 4) kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri, 5) kebutuhan akan
kasih sayang.
IV. Kelompok-kelompok Sosial yang Tidak Teratur
a. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan merupakan suatu kelompok sosial bersifat sementara, tidak
terorganisasi, memiliki pemimpin, namun tidak terdapat sistem pembagian kerja
maupun sistem pelapisan sosial di mana interaksi bersifat spontan, tidak terduga,
oleh karena itu identitas sosial seseorang dalam tenggelam begitu saja di dalam
kerumunan. Secara garis besar kerumunan sendiri dibedakan menjadi dua yakni
kerumunan yang berguna bagi organisasi sosial masyarakat karena timbul dengan
sendirinya tanpa terduga dan kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan-
keinginan pribadi. Berdasarkan pembagian tersebut, berikut adalah bentuk-bentuk
umum kerumunan:
1) Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial: Formal audiences,
planned expressive group
2) Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowds): Inconvenient
Aggregations, Panic Crowds, Spectator Crowds
3) Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (Lawless crowds):
Acting Mobs, Immoral Crowds
b. Publik
Kelompok yang bukan merupakan kesatuan sebab interaksi terjadi secara
tidak langsung antar individu, namun memungkinkan memiliki massa yang cukup
banyak sehingga tidak anggota-anggota di dalamnya sulit untuk memusatkan
perhatian pada satu aspek. Tingkah laku pribadi public berdasarkan pada perilaku
individu
V. Masyarakat Pedesaan (Rural community) dan Masyarakat Perkotaan (Urban
Community)
a. Masyarakat Setempat (Community)
Community merujuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa terdiri
atas kelompok besar yang di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kecil, hidup
bersama karena memiliki kepentingan-kepentingan yang sama dengan memenuhi
kriteria utama yakni adanya social relationship antar anggota di dalam sebuah
kelompok. Community berfungsi untuk menentukan ukuran hubungan antara
hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Pada
community harus terdapat suatu perasaan (community sentiment) antar anggota
bahwa mereka tidak bisa terpisah satu sama lainnya. Unsur-unsur community
sentiment yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Seperasaan, 2)
Sepenanggungan, 3) Saling memerlukan
b. Tipe-tipe Masyarakat Setempat
Terdapat empat kriteria di dalam melakukan klasifikasi terhadap
community: 1) jumlah penduduk, 2) luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk
daerah pedalaman, 3) fungsi-fungsi khusus community terhadap seluruh
masyarakat, 4) organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan
c. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
Mengkategorikan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
bukanlah hal yang mudah karena sesungguhnya hal tersebut bersifat gradual, yang
artinya agak sulit dalam memberikan batasan apakah masyarakat perkotaan dinilai
berdasarkan tingkat kepadatan penduduk, kemajuan teknologi, kualitas
pendidikan, kesejahteraan ekonomi, atau hal-hal lainnya. Namun untuk dapat
menggolongkan masyarakat pedesaan lebih mudah daripada menggolongkan
masyarakat perkotaan karena terdapat beberapa ciri yang khas antara lain: 1)
masyarakat pedesaan memiliki hubungan yang lebih erat dan mendalam, 2)
pembagian kerja bukan berdasarkan keahlian melainkan didasarkan pada usia,
jenis kelamin, kemampuan fisik, 3) golongan orangtua memiliki peranan yang
sangat penting, 4) hubungan antara penguasa dengan rakyatnya tidak resmi, 5)
mata pencaharian umumnya sektor pertanian, 6) perhatian masyarakat
mengutamakan keperluan hidup
Meskipun sulit untuk menggolongkan sebuah masyarakat perkotaan,
masyarakat perkotaan memiliki kecenderungan: 1) kehidupan keagamaan
berkurang dibandingkan masyarakat pedesaan, 2) setiap individu umumnya tidak
terlalu bergantung dengan individu lain, 3) pembagian kerja berdasarkan keahlian,
4) peluang kerja lebih jelas, 5) interaksi didasarkan faktor kepentingan bukan
fakto pribadi, 5) pemikiran lebih rasional, 6) pembagian waktu merupakan hal
terpenting di dalam kehidupan, 7) sering terdapat pertentangan antara golongan
tua dengan golongan muda, 8) kebutuhan hidup dikaitkan dengan masalah
prestise, 9) banyaknya imigran berdampak negatif
VI. Kelompok-kelompok Kecil (Small Group)
Kelompok kecil secara teoretis minimal beranggotakan 2 orang. Terbentuknya
kelompok kecil bermula dari kelompok besar yang kemudian beberapa anggotanya
memiliki kesamaan kepentingan, pandangan, maupun tujuan sehingga akhirnya
terbentuk kelompok-kelompok kecil. Berikut hal-hal yang diteliti mengenai
kelompok sosial oleh beberapa ahli sosiolog: 1) melalui kelompok kecil dinamika
dalam sebuah masyarakat akan terlihat, 2) pertemuan antara kepentingan sosial
dengan kepentingan individu berlangsung tajam, 3) Small Group pada hakikatnya
merupakan sel penggerak organism yakni masyarakat, 4) small group seolah-olah
miniatur masyarakat.
VII. Dinamika Kelompok Sosial
Kelompok sosial bukanlah kelompok statis, secara cepat atau lambat maupun
sadar atau tidak disadari mengalami perubahan dan perkembangan mengikuti era
zaman. Perubahan terjadi karena tiap-tiap kelompok sosial mengalami proses formasi
atau reformasi terhadap pola-pola di dalam kelompok tersebut yang dipengaruhi oleh
berbaga faktor baik internal maupun eksternal. Tidak selamanya kelompok sosial
akan dalam suasana damai sebab adakalanya sebuah kelompok sosial mengalami
konflik akibat adanya beberapa anggota yang ingin menjadi lebih berkuasa di dalam
kelompok sosial itu sendiri yang pada akhirnya dapat menimbulkan perpecahan.
Perubahan struktur kelompok sosial karena pengaruh eksternal oleh beberapa hal
berikut, yang pertama adalah situasi, yakni lingkungan dimana sebuah kelompok
sosial itu berada. Kedua adalah pergantian anggota-anggota kelompok, di mana
apabila kelompok sosial ditinggalkan oleh salah satu anggotanya dapat memberikan
ketidakstabilan di dalam kelompok tersebut. Ketiga adalah situasi sosial dan ekonomi.
Pada dinamika kelompok antagonisme antara kelompok satu dengan lainnya
sewaktu-waktu dapat muncul yang secara hipotesis prosesnya diuraikan sebagai
berikut: 1) Ketika 2 kelompok sosial bersaing maka akan mulai muncul stereotype, 2)
Kontak antara kedua kelomok yang bermusushan tidak akan mengurangi permusuhan
tersebut, 3) Kerja sama dalam mencapai tujuan akan menetralkan permusuhan, 4)
Stereotype yang semula negatif akan menjadi positif pada saat bekerja sama dalam
mencapai tujuan
C. Interaksi Sosial
I. Pengertian
Hubungan-hubungan sosial yang dinamis menyangkut antara perorangan,
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang peroangan dengan kelompok
manusia. (Gilin dan Gillin Cultural Sociologi, a revision of An Introduction to
Sociology).
Interaksi sosial dimulai ketika individu bertemu dengan individu lainnya, saling
menegur, berjabat tangan, saling berkomunikasi atau dapat menimbulkan suatu konflik.
Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan contoh dari interaksi sosial, meskipun individu-
individu yang bertatap muka tersebut tidak saling bertukar tanda karena setiap individu
sadar bahwa kehadiran pihak lain dapat menimbulkan suatu perubahan sekecil apapun
dalam perasaan maupun syaraf penerima rangsang seperti penciuman aroma parfum,
memberikan belaian, dan sebagainya. Hal-hal yang kecil itulah yang membuat pikiran
seseorang mulai timbul kesan kemudian mendrongnya untuk menentukan tindakan apa
yang seharusnya dilakukan individu tersebut sebagai rangsang terhdap apa yang
diterimanya.
Interaksi sosial terjadi di dalam kelompok-kelompok manusia sebagai kesatuan,
biasanya tidak menyangkut pribadi-pribadi antar anggotanya. Contoh kasus di dalam
kehidupan sehari-hari seperti Mirna dan Rani dua bersaudara yang sedang mengikuti
perlombaan Golf Ciputra saling berjuang memperebutkan juara utama di dalam turnamen
tersebut tanpa memperhatikan lagi bahwa mereka berdua lahir pada rahim yang sama,
namun di dalam kesehariannya mereka berdua selalu kompak dalam melakukan suatu hal
secara bersama-sama dan berbeda ketika menghadapi sebuah pertandingan mereka harus
berdiri sendiri untuk mencapai tujuan utama. Interaksi sosial tidak akan tercapai apabila
individu-individu yang mengadakan hubungan tersebut tidak merasakan suatu
rangsangan di dalam sistem syarafnya.
II. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Interaksi Sosial
a. Imitasi
Tindakan sosial meniru sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan fisik
seseorang secara berlebihan. Sisi positifnya apabila kegiatan imitasi dapat mendorong
seseorang untukuntuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Selaihn
disi positif ada pula dampak negatifnya seprti meneapkan perilaku-perilaku yang
menyimpang di dalam kehidupan sehari-hari oleh seorang individu yang melakukan
kegiatan imitasi.
b. Sugesti
Seseorang memberikan suatu pandangan yang berasal dari dirinya sendiri yang
kemudian akan disampaikan kepada orang lain untuk dapat diterima dan mampu
memberikan dampak terhadap hal yang akan dilakukan oleh penerima tersebut.
Sugesti sendiri dapat terjadi ketika pihak yang dipengaruhi sedang mengalami emosi
yang menghambat dirinya berpikir secara rasional. Proses sugesti akan lebih efektif
jika dilakukan oleh orang yng memiliki jabatan lebih tinggi, berwibawa, atau
memiliki sifat otoriter.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan-kecenderungan yang ada di dalam diri setiap
individu untuk menjadi sama dengan orang lain yang dianggapnya jauh lebih baik
daripada dirinya sendiri, atau karena adanya perasaan kagum terhadap individu yang
hendak diidentifikasi. Bersifat lebih mendalam karena perilaku seseorang dapat
terbentuk atas dasar proses ini. Identifikasi berlangsung secara tidak sadar maupun
disengaja karena setiap individu memiliki karakter-karakter yang dianggapnya ideal
di dalam kehidupannya. Proses ini terjadi apabila individu yang mengidentifikasi
individu lain benar-benar mengenal dan mengetahui mendalam terhadap pihak-pihak
yang hendak diidentifikasinya sehingga apa yang hendak diidentifikasi dapat dijiwai
dengan sepenuh hati.
d. Simpati
Simpati adalah proses dimana setiap individu merasa tertarik dengan orang lain
untuk memahami pihak lain dengan maksud tujuan agar dapat bekerja sama
dengannya. Pada proses simpati menekankan peranan penting perasaan tanpa
membuat individu menjadi sama dengan orang lain.
III.Syarat-syarat terjadinya Interaksi Sosial
a. Adanya kontak sosial
Kontak berasal dari bahasa latin “con atau cum” yang artinya bersama-sama dan
“tango” yang artinya menyentuh sehingga arti secara harfiahnya adalah bersama-
sama menyentuh. Apabila ditinjau secara fisik kontak sendiri apabila individu satu
dengan lainnya melakukan hubungan badaniah sedangkan dari gejala sosialnya pada
kontak tidak diperlukan adanya hubungan badaniah karena dapat dilakukan dengan
tanpa bersentuhan dengan individu lain seperti proses bertatap wajah. Bahkan dengan
perkembangan teknologi yang semakin pesat ini beragam cara dapat dilakukan agar
setiap individu dengan individu lainnya dapat saling terhubung tanpa perlu
melakukan hubungan badaniah contohnya melalui telepon, internet, radio, surat,
telegraf, dan lain-lain. (Soerjono Soekanto. Faktor-faktor Dasar Interaksi Sosial dan
Kepatuhan pada Hukum-Hukum Nasional). Kontak sosial sendiri dapat berlangsung
dalam 3 bentuk sebagai berikut (Kingsley Davis. Human Society):
1. Antara orang-perorangan
Dilakukan sejak individu tersebut mulai mencari tahu apa yang ada di
sekitarnya contohnya seorang anak kecil yang mempelajari kebiasan-kebiasaan
yang ada pada keluarganya. Hal yang demikian terjadi melalui proses sosialisasi
yakni dimana seseorang baru mulai mempelajari norma-noma masyarakat yang
berlaku dimana ia bertempat tinggal.
2. Antara orang-perorangan dengan kelompok manusia
Mulai terjadi ketika individu merasakan adanya kesamaan pada dalam diri
individu tersebut atau karena berlawanan dengan norma-norma yang seharusnya
di masyarakat dimana individu bermukim
3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya
Terjadi ketika adanya suatu kepentingan antara sebuah kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain baik yang sejalan maupun
yang menimbulkan konflik
Menurut M.J. Herskovits Socialization adalah suatu proses di mana seorang
anak menyesuaikan diri dengan norma-norma dlam keluarganya, sedangkan
enculturation adalah suatu proses di mana orang secara sadar maupun tidak sadar
mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat. Kontak sosial dapat bersifat positif dan
negative. Positif ketika mengarah pada suatu hubungan kerja sama, sedangkan
negative ketika mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak
menghasilkan suatu interaksi sosial. Suatu kontak sosial juga bersifat primer dan
sekunder. Kontak primer terjadi ketika mengadakan hubungan langsung dengan
bertatap muka, sebaliknya kontak sekunder memerlukan suatu perantara.
b. Adanya komunikasi
Pengertian komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada
perilaku (berwujud pembicaraan, gerakan badaniah, atau sikap) dan perasaan-
perasaan mengenai hal apa saja yang ingin disampaikan kepada orang lain yang
kemudian diberikan suatu tanggapan oleh penerima tersebut. Melalui komunikasi
sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok atau perseorangan dapat diketahui
oleh kelompok-kelompok lain dan individu yang berada di sekitarnya. Di dalam
melakukan komunikasi seringkali terjadi beragam penafsiran yang berbeda antara
individu satu dengan lainnya terhadap tingkah laku orang lain, contohnya ucapan rasa
terima kasih dapat dipersepsikan sebagai ungkapan yang sesungguhnya ataupun sikap
menyindir. Selain itu pada komunikasi memungkinkan kerja sama antara orang
perorangan atau kelompok-kelompok manusia, akan tetapi komunikasi tidak
menjanjikan adanya sebuah kerja sama dikarenakan perbedaan persepsi dari setiap
individu.
IV. Kehidupan yang Terasing
Kehidupan terasing sempurna adalah ketika seorang individu atau sebuah
kelompok tidak mampu untuk melakukan hubungan interaksi sosial dengan pihak-
pihak lain yang disebabkan antara lain secara badaniah mengalami kelainan sehingga
individu sama sekali diasingkan dari hubungan yang ada di sekitarnya. Faktor lain
adalah perbedaan ras dan kebudayaan yang menimbulkan perbedaan prasangka
sehingga tercipta suatu konflik. Dengan demikian individu atau kelompok yang
mengalami kehidupan terasing tidak mudah atau sangat sulit untuk berinteraksi sosial
karena komunikasi tidak dapat berlangsung dengan baik.
V. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk Interaksi sosial menurut pakar: 1) Gilin dan Gillin : merupakan proses
yang asosiatif (akomodasi, asimilasi, dan akulturasi) dan proses disosiatif
(persaingan, pertentangan), 2) Kimbali Young: bentuk interaksi adalah oposisi
(persaingan dan pertentangan), Kerja sama yang menghasilkan akomodasi, dan
diferensiasi (tiap individu mempunyai hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia,
seks, pekerjaan), 3) Tomatsu Shibutani: akomodasi dalam situasi rutin, ekspresi
pertemuan dan anjuran, interaksi strategis dalam pertentangan, dan pengembangan
perilaku massa. (Soerjono Soekanto: Sosiologi suatu pengantar). Pokok-pokok proses
interaksi dijelaskan sebagai berikut:
a. Proses-proses Asosiatif
1. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama ialah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok
manusia untuk mencapai tujuan bersama yang dimulai ketika sejak kanak-kanak
di dalam sebuah keluarga atau hubungan kekerabatan. Bentuk kerja sama dapat
berkembang apabila individu dapat digerakkan untuk mencapai tujuan bersama
dan harus memiliki kesadaran bahwa tujuan yang hendak dicapai memiliki
kebermanfaatan bagi seluruh anggota. Kerja sama timbul akibat dari orientasi
orang-perorangan terhadap kelompoknya yang memiliki kesamaan kepentingan.
1.1 Berdasarkan teori sosiologi kerja sama dibedakan menjadi 4 kategori: 1) kerja
sama spontan (spontaneous cooperation) merupakan kerja sama yang serta
merta, 2) kerja sama langsung (directed cooperation) berupa hasil perintah
oleh orang yang lebih berkuasa atau tinggi jabatannya, 3) kerja sama kontrak
(contractual cooperation) yakni atas dasar kesepakatan bersama, 4) kerja sama
tradisional (traditional cooperation) sebagai unsur dari sistem sosial.
1.2 Bentuk-bentuk kerja sama: 1) Kerukunan yang mencakup gotong royong dan
tolong-menolong, 2) Bargaining, yakni pelaksanaan perjanjian mengenai
pertukaran barang dan jasa antara 2 organisasi atau lebih, 3) Kooptasi, suatu
proses penerimaan unsur-unsur baru dalam suatu organisasi, 4) Koalisi,
kombinasi antara dua atau lebih organisasi yang memiliki kesamaan tujuan, 5)
Joint Venture, pengusahaan proyek-proyek tertentu.
2. Akomodasi (Accomodation)
Dipergunakan dalam dua arti, yaitu menunjuk pada suatu keadaan dan pada suatu
proses. Pertama menunjuk pada suatu keadaan, yakni adanya keseimbangan
dalam interaksi sosial dalam kaitannya dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial
yang berlaku di dalam masyarakat. Kedua menunjuk pada suatu proses adalah
usaha-usaha setiap individu untuk meredakan pertentangan dalam mencapai suatu
kestabilan.
2.1 Akomodasi memiliki tujuan sebagai berikut: 1) mengurangi pertikaian
yang terjadi pada suatu kelompok atau antar individu akibat perbedaan
pendapat, 2) mencegahnya semakin memburuknya pertentangan pada
saat itu juga, 3) memungkinkan terjadinya kerja sama kelompok-
kelompok sosial semula tidak hidup berdampingan oleh faktor sosial
psikologis dan kebudayaan, 4) mengusahakan peleburan antara
kelompok-kelompok sosial yang terpisah.
2.2 Bentuk-bentuk akomodasi: 1) Coercion, prosesnya dilaksanakan
karena adanya suatu paksaan yakni di mana salah satu pihak lebih kuat
dibandingkan pihak yang dilawan, 2) Compromise, pihak-pihak yang
terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu
penyelesaian perselisihan, 3) Arbitration, cara untuk mencapai
compromise melalui pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak
yang memiliki kedudukan lebih tinggi, 4) Mediation, hampir serupa
dengan arbitration namun kedudukan pihak ketiga hanya sebagai
penasihat dan tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan
penyelesaian pertikaian, 5) Conciliation, mempertemukan keinginan-
keinginan dari pihak-pihak yang berselisih dengan membuka
kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan unutk mengadakan
asimilasi, 6) Toleration, persetujuan yang tidak formal dan timbul dari
kesadaran setiap pihak untuk menghindarkan diri dari perselisihan, 7)
Stalemate, pihak-pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang
seimbang sehingga pada suatu titik tertentu akan berhenti melakukan
pertentangan karena kedua belah pihak tidak memiliki kemungkinan
untuk maju maupun mundur, 8) Adjudication, penyelesaian perkara di
pengadilan.
2.3 Hasil-hasil akomodasi (Gillin dan Gillin): 1) menghindarkan masyarakat dari
benih-benih pertentangan laten yang akan memicu terjadinya suatu masalah
baru, 2) menekan oposisi kelompok tertentu, 3) berkoordinasi dengan
berbagai kepribadian yang berbeda, 4) melakukan perubahan-perubahan
terhadap lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru yang
lebih baik, 5) menimbulkan penetapan baru terhadap kedudukan individu-
individu atau sekelompok masyarakat.
3. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial yang menekankan pada usaha-usaha
mengurangi perbedaan pendapat antar individu atau kelompok dengan
memerhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama, ditandai oleh adanya
pengembangan perilaku yang sama meskipun bersifat emosional untuk mencapai
kesatuan serta integrasi dalam organisasi, pikiran, dan tindakan. Asimilasi terjadi
pada kelompok-kelompok manusia yang memiliki keberagaman budaya yang
masing-masing kebudayaan tersebut saling berubah dan menyesuaikan diri serta
adanya interaksi secara intensif dalam waktu yang cukup lama.
3.1 Syarat-syarat interaksi yang asimilatif: bersifat pendekatan terhadap
pihak-pihak yang memiliki kesamaan perilaku, tidak mengalami
hambatan-hambatan yang berarti, bersifat langsung, dan adanya
keseimbangan antara pola-pola asimilasi tersebut.
3.2 Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi: 1) adanya
toleransi, 2) kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang
ekonomi, 3) sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya, 4)
sikap terbuka dari golongan masyarakat yang berkuasa, 5) kesamaan
dalam unsur-unsur kebudayan, 6) perkawinan campuran, 7)
keberadaan musuh bersama dari luar.
3.3 Faktor-faktor penghalang terjadinya asimilasi: 1) terisolasinya suatu
golongan kelompok tertentu, 2) kurangnya pengetahuan mengenai
kebudayaan yang sedang dihadapi, 3) perasaan takut akan kekuatan
kebudayaan yang hendak dihadapi, 4) perasaan bahwa suatu
kebudayaan pad golongan tertentu memiliki kedudukan yang lebih
tinggi daripada kebudayaan lainnya, 5) adanya perbedaan ciri-ciri
badaniah, 6) perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kelompok
dan kebudayaan yang bersangkutan, 7) gangguan dari golongan yang
berkuasa terhadap golongan minoritas, 8) adanya perbedaan
kepentingan yang ditambah perselisihan.
4. Akulturasi
Proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing di mana
kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan
kelompok itu sendiri.
b. Proses Disosiatif
1. Persaingan (Competition)
Proses sosial di mana individu atau kelompok-kelompok manusia bersaing
mencari keuntungan sebanyak-banyaknya melalui bidang-bidang kehidupan
dengan cara menarik perhatian khalayak publik yang bersifat pribadi dan tidak
pribadi.
1.1 Bentuk-bentuk Persaingan: 1) persaingan ekonomi, timbul karena
keterbatasan persediaan suatu barang terhadap peningkatan jumlah
konsumen, 2) persaingan kebudayaan, mencakup persaingan di bidang
keagamaan, lembaga kependidikan, dan sebagainya, 3) persaingan
kedudukan dan peranan, keinginan-keinginan dalam diri seseorang
pada suatu kelompok untuk diakui sebagai pemilik kedudukan yang
tertinggi, 4) persaingan ras, ditonjolkan oleh perbedaan cirri-ciri
badaniah.
1.2 Fungsi persaingan dalam batas tertentu: 1) menyalurkan keinginan-
keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif, 2)
memberikan kedudukan pada setiap individu terhadap peranan yang
sesuai dengan kemampuannya, 3) menyaring warga golongan karya
(fungsional) untuk menghasilkan pembagian kerja yang efektif, 4)
sebagai jalan di mana kepentingan yang menjadi pusat perhatian dapat
tersalurkan dengan baik
1.3 Hasil-hasil persaingan: 1) Perubahan kepribadian seseorang , 2)
Kemajuan, 3) Solidaritas kelompok, 4) Disorganisasi pada struktur
sosial
2. Kontravensi (Contravention)
Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan,
pertentangan, atau pertikaian yang ditandai oleh gejala-gejala adanya
ketidakpastian mengenai diri seseorang, suatu rencana, perasaan tidak suka,
kebencian, atau keragu-raguan yang disembunyikan.
2.1 Bentuk Kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker: 1)
Umum meliputi perbuatan penolakan, keengganan, perlawanan, 2) sederhana;
seperti menyangkal pernyataan orang lain di depan umum, memfitnah,
mencaci, memaki, 3) intensif; meliputi penghasutan, penyebaran desas-desus,
4) rahasia; perbuatan khianat, mengumumkan rahasia pihak lain di depan
umum, 5) taktis; seperti mengejutkan lawan, kampanye partai politik
2.2 Tipe Kontravensi (von Wiese dan Becker): 1) Kontravensi generasi
masyarakat; umumnya dijumpai di kota-kota besar di mana terjadi perbedaan
latar belakang dan pendidikan antara generasi muda dengan generasi tua, 2)
kontravensi menyangkut seks: berkaitan dengan hubungan suami dengan istri
di dalam satu kelaurga, 3) kontravensi parlementer; berkaitan dengan
hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas dalam
masyarakat
3. Pertentangan (Pertikaian atau Konflik):
3.1 Penyebab pertentangan: 1) perbedaan antara individu satu dengan lainnya, 2)
perbedaan kebudayaan, 3) perbedaan kepentingan, 4) perubahan sosial
3.2 Bentuk-bentuk khusus pertentangan: 1) pertentangan pribadi, 2) pertentangan
rasial, 3) pertentangan antara kelas-kelas sosial, 4) pertentangan politik, 5)
pertentangan bersifat internasional,
3.3 Akibat-akibat bentuk pertentangan: 1) bertambahnya solidaritas pada suatu
kelompok, 2) perubahan kepribadian individu, 3) hancurnya harta benda dan
jatuhnya korban manusia, 4) retaknya persatuan kelompok, 5) akomodasi,
dominasi, dan takluknya salah satu pihak
D. Stratifikasi Sosial
I. Pengantar
Filsuf Aristoteles mengatakan di dalam Negara terdapat tiga unsur yaitu mereka
yang kaya sekali, melarat, dan berada di tengah-tengahnya. Sedangkan sosiolog
Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan
umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Sistem lapisan pada masyarakat
di dalam sosiologi dikenal social stratification. Stratification berasal dari kata
“stratum” (jamaknya strata yang berarti lapisan). Pitirim a. Sorokin menyatakan
social stratification adalah pengelompokan masyarakat pada kelas-kelas secara
hierarkis. Menurutnya, dasar dan inti lapisan masyarakat adalah tidak adanya
keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban, dan tanggung jawab
nilai-nilai sosial yang berpengaruh di antara anggota-anggota masyarakat. Lapisan
masyarakat memiliki bentuk-bentuk konkret, namun secara prinsip bentuk-bentuk
tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas: 1) ekonomis, 2) politis, 3)
didasarkan pada jabatan. Ketiga bentuk pokok tersebut tidak terlepas satu sama lain
yang artinya saling memiliki keterkaitan.
II. Terjadinya Lapisan Masyarakat
Sistem lapisan masyarakat dibagi menjadi dua tipe yakni terjadi dengan
sendirinya dan sengaja dibentuk untuk mengejar suatu tujuan bersama.
a. Pedoman untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses lapisan di dalam
masyarakat
1. Sistem pertentangan dalam masyarakat yang memiliki arti khusus di dalam
masyarakat
2. Sistem lapisan yang dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsure-unsur antara
lain:
2.1 Distribusi hak-hak istimewa yang objektif
2.2 Sistem pertanggaan yang diciptakan masyarakat
2.3 Kriteria sistem pertentangan
2.4 Lambang-lambang kedudukan
2.5 Mudah sukarnya bertukar kedudukan
2.6 Solidaritas di antara individu atau kelompok-kelompok sosial yang
berkedudukan sejajar; pola-pola interaksi, kesamaan atau ketidaksamaan
sistem kepercayaan, kesadaran akan kedudukan masing-masing, aktivitas
sebagai organ kolektif
III. Sifat Sistem Lapisan Masyarakat
Sifat sistem lapisan masyarakat bersifat tertutup (closed social stratification) dan
terbuka (open social stratification). Tertutup artinya mencegah adanya perpindahan
individu dari satu lapisan ke lapisan lainnya, sedangkan terbuka artinya setiap
individu berkesempatan untuk berusaha mengatur dirinya sendiri ingin berada di
lapisan yang mana. Contoh sistem tertutup adalah adanya kasta pada masyarakat
India dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) keanggotaan didapat berdasarkan kewarisan,
2) Pewarisan bersifat seumur hidup, 3) Perkawinan bersifat endogam (harus dengan
kasta yang sederajat), 4) Hubungan dengan kelompok-kelompok lain terbatas, 5)
Terikat oleh kedudukan-kedudukan yang telah ditetapkan secara tradisional, 6)
Prestise benar-benar diperhatikan
IV. Kelas-kelas dalam Masyarakat (Social Classes)
Max Weber membedakan kelas-kelas di dalam masyarakat antara dasar
ekonomis dengan dasar kedudukan sosial tetapi tetap mempergunakan kelas bagi
seluruh lapisan. Kurt B. Mayer berpendapat bahwa kelas hanya dipergunakan untuk
lapisan yang bersandar atas unsure-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang
bersandarkan atas kehormatan masyarakat dinamakan kelompok kedudukan (status
group). Berbeda dengan Max Weber dan Kurt B. Mayer yang membawa ekonomi
sebagai landasannya, menurut Joseph Schumpeter di dalam kelas-kelas dalam
masyarakat terbentuk untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan
yang nyata. Adapun kriteria tradisional apabila pengertian tersebut ditinjau secara
mendalam sebagai berikut: 1) besar jumlah anggota, 2) kebudayaan yang sama, 3)
kelanggengan, 4) lambing sebagai ciri khas, 5) batas-batas yang tegas, 6) antagonisme
tertentu
V. Dasar Lapisan Masyarakat
Kriteria untuk menggolongkan masyarakat ke dalam suatu lapisan:
a. Ukuran Kekayaan
b. Ukuran Kekuasaan
c. Ukuran Kehormatan
d. Ukuran Ilmu Pengetahuan
VI. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat
Pada teori sosiologi, sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan
peranan (role)
a. Kedudukan (status)
Kedudukan adalah posisi seseorang yang diakui di dalam suatu kelompok sosial.
Seseorang dikatakan memiliki beberapa kedudukan karena partisipasinya pada
beragam pola kehidupan. Apabila kedudukan terpisah dari individu sebagai
pemilikinya maka kedudukan tersebut hanya merupakan kumpulan hak-hak dan
kewajiban. Terdapat dua macam kedudukan yang berkembang di masyarakat,
yakni: 1) Ascribed status; kedudukan seseorang yang diperoleh karena kelahiran
tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan, 2)
Achieved Status; kedudukan yang diperoleh dengan usaha keras yang disengaja
dan bersifat terbuka bagi siapa saja, 3) Assigned Status; memiliki hubungan erat
dengan achieved status yakni suatu kelompok memberikan kedudukan yang lebih
tinggi kepada seseorang yang telah berjasa
b. Peranan (Role)
Peranan adalah aspek dinamis dari sebuah kedudukan yang artinya apabila
masyarakat menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya
maka dia sudah menjalankan sebuah peranan. Perbedaan yang mencolok antara
kedudukan dan peranan adalah segi kepentingan ilmu pengetahuan meskipun
keduanya tak dapat terpisah satu sama lain. Peranan sangat berperan penting di
dalam masyarakat karena mengatur perilaku seseorang. Tiga hal yang dicakup
oleh peranan adalah sebagai berikut: 1) Meliputi norma-norma yang dihubungkan
dengan posisi seseorang, 2) Konsep mengenai apa yang dapat dilakukan oleh
individu di dalam masyarakat atau lingkungan sekitarnya, 3) perilaku individu
yang penting untuk struktur sosial masyarakat.
VII. Lapisan yang Sengaja Disusun
Chaster I. Barnard dalam karangannya The Function of Status System
menyatakan bahwa lapisan yang sengaja disusun dalam organisasi-organisasi formal
untuk mengejar suatu tujun tertentu yang timbul akibat perbedaan kebutuhan,
kepentingan, dan kemampuan individu.
a. Sistem pembagian kekuasaan dan wewenang dalam organisasi-organisasi
dibedakan ke dalam: 1) Sistem fungsional yang merupakan pembagian kerja
kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam
kedudukan yang sederajat, 2) Sistem scalar yang merupakan pembagian
kekuasaan menurut tangga kedudukan dari bawah ke atas.
b. Sistem kedudukan dalam organisasi formal timbul karena perbedaan-perbedaan
antara lain: 1) perbedaan kemampuan individu, 2) perbedaan menyangkut
kesukaran dalam mengerjakan pekerjaan, 3) perbedaan kepentingan, 4) keinginan
pada kedudukan formal sebagai alat sosial, 5) kebutuhan akan perlindungan bagi
seseorang
VIII. Mobilitas Sosial (Social Mobility)
a. Pengertian Umum dan Jenis-jenis Gerak Sosial
Gerak Sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu
yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial (Kimball Young dan Raymond
W. mack: Sociology and Social life). Struktur sosial mencakup sifat-sifat
hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan
kelompoknya. Menurut Pitirim A. Sorokin gerak sosial memiliki dua tipe yakni
horizontal dan vertikal. Gerak horizontal adalah peralihan individu atau objek-
objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
sederajat. Gerak vertikal artinya perpindahan individu atau objek sosial dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat. Dua bentuk utama
gerakan vertikal ke atas: 1) masuknya individu-individu yang memiliki
kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi di mana kedudukan
tersebut sebelumnya telah ada, 2) pembentukan kelompok baru yang selanjutnya
ditempatkan pad derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu
pembentuk kelompok tersebut. Dua bentuk utama gerakan vertikal ke bawah: 1)
jatuhnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya, 2)
jatuhnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok
sebagai kesatuan.
b. Tujuan Penelitian Gerak Sosial
Sosiolog meneliti bahwa gerak sosial digunakan untuk mendapatkan keterangan-
keterangan perihal keteraturan dan keluwesan struktur sosial. Semakin seimbang
kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan kedudukn-kedudukan tersebut maka
semakin besar pula terjadinya gerak sosial. Pada lapisan tertutup sangat mustahil
terjadi gerak sosial, sedangkan pada lapisan terbuka gerak sosial sangat dinamis
karena kedudukan yang dicapai bergantung pada usaha dan kemampuan seorang
individu.
c. Prinsip Umum Gerak Sosial yang Vertikal
Gerak sosial vertikal lebih diutamakan sebagai landasan pembangunan di suatu
wilayah oleh karena itu terdapat prinsip-prinsip umum yang sangat penting
sebagai berikut: 1) Hampir tidak ada lapisan masyarakat bersifat tertutup, 2)
Tidak dapat dilakukan dengan sebebas-bebasnya karena terdapat beberapa
hambatan, 3) Setiap masyarakat memiliki ciri tersendiri bagi gerak sosial vertikal,
4) Laju gerak sosial vertikal disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik,
perbedaan pekerjaan, 5) Berdasarkan bahan-bahan sejarah tidak ada kontinuitas
perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial
d. Saluran Gerak Sosial Vertikal
Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa gerak sosial vertikal memiliki saluran-
saluran dalam masyarakat yng disebut social circulation. Saluran terpenting
adalah organisasi politik, lembaga keagamaan, lembaga kependidikan, angkatan
bersenjata, keahlian, dan ekonomi. Organisasi politik member peluang bagi para
anggotanya untuk berada pada kedudukan yang lebih tinggi. Lembaga keagamaan
yang di dalamnya terdapat pemuka-pemuka agama berupaya menaikkan
kedudukan masyarakat ke jenjang yang lebih tinggi. Angkatan bersenjata
berperan penting dalam menjaga stabilitas di dalam masyarakat. Lembaga
kependidikan seperti sekolah dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari
kedudukan paling rendah menuju kedudukan paling tinggi. Pada ekonomi maka
orang yang memiliki harta terbanyak akan mendapat kedudukan yang paling
tinggi. Organisasi keahlian merupakan wadah bagi masyarakat untuk dapat
menunjukkan keahlian terbaiknya di depan khalayak umum.
IX. Pentingnya Sistem Lapisan Masyarakat
Manusia pada hakikatnya berkeinginan besar terhadap adanya perbedaan status dan
kedudukan pada peranan masyarakat, di mana hal tersebut tidak sejalan dengan
kenyataan-kenyataan yang ada. Sistem lapisan masyarakat dapat memecahkan
berbagai persoalan yang tengah dihadapi masyarakat yakni penempatan individu ke
dalam struktur sosial dan mendorong individu untuk melaksanakan kewajiban sesuai
dengan kedudukan dan peranannya dengan wujud yang berbeda-beda dalam setiap
masyarakat bergantung pada bentuk dan kebutuhan masing-masing. Semakin berada
pada lapisan masyarakat terendah maka semakin besar pula jumlah masyarakat yang
berada pada lapisan tersebut.
E. Perubahan Sosial dan Kebudayaan
I. Pengantar
Perubahan-perubahan masyarakat meliputi nilai-nilai sosial, norma-norma
sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-
lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain
sebagainya. Terdapat perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas, ada yang
lambat sekali, maupun berjalan cepat. Sosiolog mengklasifikasikan antara masyarakat
statis dan dinamis. Masyarakat statis adalah masyarakat yang sedikit sekali
mengalami perubahan dan berjalan sangat lambat. Masyarakat dinamis adalah
masyarakat yang mengalami berbagai perubahan dalam waktu yang sangat singkat.
Perubahan-perubahan tidak selalu diartikan dengan sebuah proses menuju kemajuan
sebab ad pula perubahan yang menjadikan suatu kemunduran.
II. Pembatasan Pengertian
a. Pendapat Sosiolog dan Antropolog terkait pembatasan pengertian perubahan-
perubahan sosial dan kebudayaan:
1) William F. Ogburn: ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur
kebudayaan baik material maupun immaterial yang ditekankan kepada
pengaruh unsure kebudayaan material terhadap kebudayaan immaterial
2) Kingsley Davis: perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam struktur dan fugsi masyarakat
3) Maclver: perubahan sosial merupakan perubahan dalam hubungan-hubungan
sosial (Social relationships) terhadap keseimbangan hubungan sosial
4) Gillin dan Gillin: perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup
yang telah diterima karena adanya difusi dalam masyarakat
5) Selo Soemardjan: perubahan-perubahan dalam lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat yag berpengaruh terhadap sistem sosialnya termasuk
di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku
b. Teori-teori Perubahan Sosial
Para ahli berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan
dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti
perubahan dalam unsur-unsur biologis, geografis, ekonomis, dan kebudayaan.
Teori-teori yang berkaitan dengan arah perubahan sosial oleh Wilbert E. Moore:
1) Evolusi rektiliner yang sederhana, 2) Evolusi melalui tahap-tahap, 3) Evolusi
yang terjadi dengan tahap kelanjutan yang tidak serasi, 4) Evolusi menurut siklus-
siklus tertentu dengan kemunduran-kemunduran jangka pendek, 5) Evolusi
bercabang yang mewujudkan pertumbuhan dan kebhinekaan, 6) Siklus-siklus
yang tidak memiliki kecenderungan-kecenderungan, 7) Pertumbuhan logistic
yang digambarkan oleh populasi, 8) Pertumbuhan logistic terbalik yang tergambar
dari angka kematian, 9) Pertumbuhan eksponensial yang tergambar penemuan-
penemuan baru, 10) Primitivisme
III. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayan
Kingsley Davis menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari
perubahan kebudayaan yang mencakup kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, mata
pencaharian, organisasi, religi, hingga perubahan-perubahan dalam bentuk serta
aturan-aturan organisasi sosial. Pada dasarnya perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan saling terkait satu sama lain karena memiliki kesatuan aspek yang sama.
Proses-proses pada perubahan sosial diketahui melalui ciri-ciri: 1) Selalu ada
pekermbangan lambat atau cepat di dalam masyarakat, 2) perubahan pada lembaga
kemasyarakatan akan diikuti dengan perubahan pada lembaga sosial, 3) perubahan
sosial yang cepat mengakibatkan disorganisasi bersifat sementara, 4) perubahan tidak
dapat dibatasi dalam bidang kebendaan, 5) secara tipologis perubahan sosial
dikategorikan sebagai berikut: Social procces, Segmentation, Structural Change,
Change in Group Structure
IV. Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan
a. Perubahan Lambat (evolusi) dan Perubahan Cepat (revolusi)
Evolusi merupakan perubahan yang memerlukan waktu lama dengan diikuti oleh
rangkaian suatu perubahan kecil yang terjadi dengan sendiri tanpa kehendak.
Macam-macam teori evolusi yang digolongkan menjadi beberapa kategori sebagai
berikut:
1) Unilinear Theories of Evolution: masyarakat dan kebudayaannya mengalami
perkembangan dari bentuk sederhana hingga ke kompleks. Pelopor teori ini
antara lain August Comte, Herbert Spencer, Pitirim A. Sorokin.
2) Universal Theory of Evolution: kebudayaan manusia telah mengikuti garis
evolusi tertentu tidak perlu melalui tahap-tahap yang tetap. Diuraikan Herbert
Spencer bahwa masyarakat merupakan perkembangan dari kelompok
homogeny ke heterogen baik sifat maupun susunannya.
3) Multilined Theory of Evolution: menekankan oada penelitian-penelitian
terhadap tahapan perkembangan dalam evolusi masyarakat
Revolusi merupakan perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung cepat
menyangkut dasar-dasar pokok kehidupan masyarakat dan dapat direncanakan
ataupun tidak direncanakan. Syarat-syarat terjadinya revolusi:
1) Harus ada keinginan umum untuk melakukan suatu perubahan
2) Adanya pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin
3) Adanya pemimpin yang mampu menampung aspirasi masyarakatnya
4) Pemimpin harus dapat menunjukkan tujuannya kepada masyarakat
5) Harus ada momentum di mana keadaan sudah tepat untuk memulai gerakan
b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil merupakan perubahan yang terjadi pada unsure-unsur struktur
sosial yang tidak membawa pengaruh langsung bagi masyarakat. Sebaliknya,
proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat agraris akan membawa
dampak yang besar terhadap masyarakatnya.
c. Perubahan yang Dikehendaki (Intended-Change) atau Perubahan yang
Direncanakan (Planned-Change) dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki
(Unintended-Change) atau Perubahan yang Tidak Direncanakan (Unplanned-
Change)
Perubahan yang dikehendaki dirancang terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang
menghendaki perubahan (agent of change) dengan sistem teratur yang
direncanakan yakni perencanaan sosial. Sedangkan perubahan yang tidak
dikehendaki berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat
menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak dikehendaki masyarakat.
V. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Kebudayaan
a. Bertambah atau Berkurangnya Jumlah Penduduk
b. Penemuan-penemuan Baru
c. Pertentangan Masyarakat
d. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
VI. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan
a. Faktor yang mendorong jalannya proses perubahan:
1) Orientasi ke muka
2) Kontak dengan kebudayaan lain
3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
4) Penduduk yang heterogen
5) Toleransi terhadap penyimpangan perilaku
6) Nilai peningkatan taraf hidup
7) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8) Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
9) Sistem pendidikan yang maju
b. Faktor yang menghambat terjadinya perubahan:
1) Kebiasaan
2) Kurangnya hubungan antar masyarakat
3) Hambatan ideologis
4) Nilai kepasrahan
5) Sikap masyarakat yang tradisionalis
6) Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan
7) Prasangka buruk terhadap ha lasing
8) Rasa takut akan kegoyahan integrasi kebudayaan
9) Adanya vested interest
VII. Proses-proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan
a. Penyesuaian Masyarakat terhadap Perubahan
Keserasian dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi, sehingga
individu secara psikologis merasakan ketentraman. Meskipun adakalanya unsur-
unsur baru dan lama saling bertentangan namun suatu perbedaan dapat
diupayakan penyesuaian lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan penyesuaian
dari individu yang ada dalam masyarakat tersebut.
b. Saluran-saluran Perubahan Kebudayaan dan Sosial
Lembaga kemasyarakatan menjadi titik tolak yang bergantung pada cultural focus
masyarakat di suatu masa tertentu. Lembaga kemasyarakatan yang mendapatkan
penilaian tertinggi di dalam suatu masyarakat cenderung mempengaruhi
perubahan sosial dan kebudayaan lebih cepat.
c. Disorganisasi (Disintegrasi) dan Reorganisasi (Reintegrasi)
Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan suatu
kesatuan fungsional. Disorganisasi adalah suatu proses berpudarnya nilai-nilai
dalam masyarakat karena perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Reorganisasi terlaksana apabila nilai-nilai yang baru telah
melembaga dalam diri warga masyarakat.
VIII. Arah Perubahan
Sikap dan alam pikiran mengenai keduniawian menyebabkan perubahan-
perubahan pada sikap serta alam keluarga-keluarga batih. Saat ini kaum muda
dibebaskan memilih lapangan pekerjaan yang diminatinya, begitu pula kebebasan
menganut agama, dan memilih pasangan hidupnya. Perubahan sendiri dapat
mengarah kepada suatu bentuk yang benar-benar baru ataupun merupakan akulturasi
dari bentuk yang telah ada.
IX. Modernisasi
a. Pengertian
Merupakan proses yang sangat luas karena batas-batasnya tidak dapat ditetapkan
secara mutlak mencakup proses transformasi total kehidupan bersama yang pra
modern maksudnya adalah teknologi serta organisasi sosial kea rah pola-pola
ekonomis dan politis menjadi ciri-ciri negara Barat yang stabil. Modernisasi
tergolong perubahan osial yang terarah dan didasarkan pada suatu perencanaan,
suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat yang bersangkutan.
b. Disorganisasi, Transformasi, dan Proses dalam Modernisasi
Disorganisasi adalah proses melemahnya norma-norma di dalam masyarakat
karena adanya perubahan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah sosial.
Keyakinan kuat terhadap kebenaran tradisi, sikap yang tidak toleran terhadap
penyimpangan-penyimpangan, perkembangan ilmiah yang tertinggal merupakan
beberapa faktor yang menghambat proses modernisasi. Pendidikan dan
perkembangan ilmiah merupakan faktor terpenting dalam mencapai modernisasi.
Dengan demikian hal-hal yang sangat mempengaruhi modernisasi adalah
penerimaan atau penolakan modernisasi, sikap dan nilai, kemampuan
menunjukkan kemanfaatan unsur-unsur kebudayaan yang ada.
c. Syarat-syarat modernisasi:
1) Cara berpikir yang ilmiah
2) Sistem administrasi negara yang baik
3) Sistem pengumpulan data yang baik
4) Penciptaan iklim yang favorable dari masyarakat dengan penggunaan alat-alat
komunikasi massa
5) Tingkat organisasi yang tinggi
6) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial