makalah sosio

20
STRUKTUR SOSIAL DAN PENDIDIKAN “HUBUNGAN STRATIFIKASI SOSIAL DENGAN DUNIA PENDIDIKAN( Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosio- Antropologi Pendidikan ) Dosen : Y.Ch.Nany S., M.Si Disusun oleh: 1. Asti Dian Arini 13303241031 2. Nabila Roza Putri 13303241043 3. Tessa Novi Ekasaputri 13303241053 4. Herfina Prasetyaning Fewi 13303241076 5. Nugroho Wahyu Sumartono 13303244024 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2014

Upload: nugrohowahyu

Post on 09-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas sosioantro pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH SOSIO

STRUKTUR SOSIAL DAN PENDIDIKAN

“HUBUNGAN STRATIFIKASI SOSIAL DENGAN DUNIA

PENDIDIKAN”

( Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosio-

Antropologi Pendidikan )

Dosen : Y.Ch.Nany S., M.Si

Disusun oleh:

1. Asti Dian Arini 13303241031

2. Nabila Roza Putri 13303241043

3. Tessa Novi Ekasaputri 13303241053

4. Herfina Prasetyaning Fewi 13303241076

5. Nugroho Wahyu Sumartono 13303244024

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: MAKALAH SOSIO

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Hubungan Stratifikasi

Sosial dalam Dunia Pendidikan dengan lancar. Dalam pembuatan makalah ini,

penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Y.Ch.Nany S., M.Si sebagai dosen mata kuliah Sosio-Antropologi

Pendidikan yang telah memberikan bimbingan serta poengarahan dalam

proses pembuatan makalah.

2. Teman-teman Pendidikan Kimia Internasional 2013 yang telah memberikan

dukungan.Yudi Imron Habibi,S.Ag. yang telah memberi kesempatan dan

memfasilitasi kepada penulis sehingga makalah ini bisa selesai dengan

lancar.

3. Orang tua dirumah yang telah memberikan bantuan materil maupun

do’anya, sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.

4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu

pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini

masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat

membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan

terimakasih.

Penulis

Page 3: MAKALAH SOSIO

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3

C. Tujuan ............................................................................................ 3

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Stratifikasi Sosial ......................................................... 4

B. Sistem Stratifikasi Sosial .............................................................. 4

C. Dimensi Stratifikasi Sosial ............................................................. 6

D. Definisi Pendidikan ........................................................................ 7

E. Hubungan Stratifikasi Sosial dengan Pendidikan .......................... 8

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 16

B. Saran ............................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17

Page 4: MAKALAH SOSIO

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam interaksi berbangsa dan bernegara di Indonesia, masyarakatnya

tentu terbagi atas lapisan-lapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut

terbentuk dengan sendirinya dan memang sudah seharusnya ada dalam struktur

sosial masyarakat. Indonesia merupakan negara yang memiliki struktur sosial

masyarakat yang heterogen. Struktur masyarakat Indonesia ditandai dengan

dua cirinya yang bersifat unik (Nasikun, 1995: 28). Dua jenis pelapisan

masyarakat Indonesia adalah pelapisan secara horizontal dan pelapisan secara

vertikal. Perbedaan horizontal ditandai dengan perbedaan ras, agama, serta adat

istiadat yang ada dalam masyarakat Indonesia. Sedangkan perbedaan secara

vertikal ditandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan bawah berdasarkan

tingkatan ekonomi dan tingkatan lain misalnya pekerjaan, dan sebagainya.

Struktur majemuk masyarakat Indonesia bukan tidak mungkin akan

menimbulkan konflik. Konflik justru berpotensi terjadi dalam kemajemukan di

Indonesia. Konflik yang dapat terjadi dalam dua macam yaitu konflik yang

bersifat ideologis dan konflik yang bersifat politis (Nasikun, 1995: 63). Pada

tingkat konflik ideologis, konflik terwujud dalam perbedaan presepsi dari

masingmasing golongan masyarakat dalam melihat dan menilai suatu hal.

Seperti misalnya perbedaan pandangan umat Muslim dan umat selain Muslim

menilai tentang terorisme akhir-akhir ini. Sementara dari tingkatan politis,

konflik terjadi karena pertentangan dalam pembagian sumber-sumber

kekuasaan. Seperti misalnya penyebaran pendidikan yang tidak merata karena

masalah ekonomi.

Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis dalam

pembangunan suatu bangsa. Banyak kajian menyatakan tentang besarnya suatu

bangsa dikarenakan pendidikan. Terdapat kuatnya hubungan antara pendidikan

sebagai sarana pengembang sumber daya manusiadengan kualitas dan

kemajuan suatu bangsa yang adil dan makmur. Pendidikan yang

Page 5: MAKALAH SOSIO

2

mengembangkan dan memfasilitasi perubahan yaitu pendidikan yang merata,

bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal 5 Ayat 1 dan 2

menyebutkan bahwa:

Ayat satu menyebutkan bahwa, setiap warga negara mempunyai hak

yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Ayat dua

menyebutkan bahwa, warga negara yang memiliki kelainan fisik,

emosional,mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan

khusus.

Pasal 11ayat 1 dan 2 tentang hak dan kewajiban pemerintah dan

pemerintah daerah sebagai berikut:

“Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan

kemudahan,serta menjamin terselenggaranya pendidikan yangbermutu bagi

setiap warga negara tanpa diskriminasi”

“Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya

dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia

7-15 tahun”.

Pada kenyataannya layanan pendidikan, terutama melalui jalur

pendidikan formal dan nonformal belum dapat diakses oleh semua warga

negara terutama bagi kelompok tak beruntung, baik terkait dengan aspek fisik,

mental, intelektual, geografis, ekonomis, kultural, maupun gender. Struktur

sosial ternyata memiliki pengaruh yang cukup kuat pada pendidikan di

Indonesia. Semakin tinggi struktur sosial suatu masyarakat, maka semakin

mudah pula masyarakat tersebut memperoleh pendidikan yang berkualitas.

Realita tersebut ternyata terjadi di dunia pendidikan pada beberapa tahun yang

lalu ketika dicanangkannya Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk sekolah

negeri. Siswa-siswa yang mampu bersekolah di Sekolah Bertaraf Internasional

(SBI) merupakan golongan masyarakat mengengah ke atas. Tentunya, bagi

masyarakat menengah ke bawah tidak mampu memperoleh pendidikan yang

berkualitas. Hal tersebut mendorong pemerintah mengkaji ulang Sekolah

Bertaraf Internasional. Dan pada tahun 2013, Sekolah Bertaraf Internasional

dihapuskan oleh pemerintah melalui sidang MK.

Page 6: MAKALAH SOSIO

3

Berdasarkan masalah tersebut, tercetuslah ide untuk mengkaji

hubungan stratifikasi sosial dengan dunia pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari stratifikasi sosial ?

2. Bagaimana sistem dari stratifikasi sosial ?

3. Bagaimana dimensi dari stratifikasi sosial ?

4. Bagaimanakah konsep dari pendidikan ?

5. Bagaimanakah hubungan stratifikasi sosial dalam dunia pendidikan ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi dari stratifikasi sosial.

2. Mengetahui sistem dari stratifikasi sosial.

3. Mengetahui dimensi dari stratifikasi sosial.

4. Mengetahui konsep dari pendidikan.

5. Mengetahui hubungan stratifikasi sosial dalam dunia pendidikan.

Page 7: MAKALAH SOSIO

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin

“stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam

Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau

masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. (Abdulsyani, 1994).

Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli:

a. Pitirim A. Sorokin

Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau

masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).

b. Max Weber

Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang

termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan

hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.

c. Cuber

Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di

atas kategori dari hak-hak yang berbeda

d. Drs. Robert. M.Z. Lawang

Sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk

dalam suatu system social tertentu kedalam lapisan-lapisan hirarkis menurut

dimensi kekuasaan, privilese, danprestise.

(Elly M. Setiadi dan Usman, 2011).

B. Sistem Stratifikasi Sosial

Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka dan

ada yang bersifat tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan

anggota masyarakat dapat berpindah dari status satu ke status yang lainnya

berdasarkan usaha-usaha tertentu. Misalnya seorang yang berkerja sebagai

petani mempunyai kemungkinan dapat menjadi tokoh agama jika ia mampu

meningkatkan kesalehannya dalam menjalankan agamanya. Seorang anak

buruh tani dapat mengubah statusnya menjadi seorang dokter atau menjadi

Page 8: MAKALAH SOSIO

5

presiden sekalipun, apabila ia rajin belajar, berpolitik dan bercita-cita untuk itu.

Sebaliknya seorang anak presiden belum tentu dapat mencapai status

presiden. Dengan demikian berarti dalam Sistem stratifikasi terbuka, setiap

anggota masyarakat berhak dan mempunyai kesempatan untuk berusaha

dengan kemampuan sendiri untuk naik status, atau mungkin juga justru stabil

atau turun status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya sendiri. Dalam

Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota

masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya.

Sistem stratifikasi terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung

mempunyai cita-cita yang tinggi. Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup

terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu ke status lainnya

dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat

masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena

kelahiran atau keturunan. Hal ini jelas dapat diketahui dari kehidupan

masyarakat yang mengabungkan kasta seperti di India misalnya:

a. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/kelahiran. Anak yang

lahir memperolah kedudukan orang tuanya

b. Keangotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena

seseorang takmungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia

dikeluarkan dari kastanya.

c. Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang

kekasta.

d. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.

e. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari

nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang

ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.

f. Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah

ditetapkan.

g. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.

Ada juga yang namanya Stratifikasi campuran yang diartikan sebagai

sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang

tertentu, tetapi membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang

Page 9: MAKALAH SOSIO

6

lain. Contoh: seorang raden yang mempunyai kedudukan terhormat di tanah

Jawa, namun karena sesuatu hal ia pindah ke Jakarta dan menjadi buruh.

Keadaan itu menjadikannya memiliki kedudukan rendah maka ia harus

menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.

Dengan demikian, stratifikasi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu

stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu

seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak akan menjadi

kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang berada

dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-

sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati

karena terdapat didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah karena harus

menyesuaikan tempat ia tinggal. (Kingslay Davis, 1960)

C. Dimensi Stratifikasi Sosial

Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang

jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu

macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi,

kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang

mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan

dan juga mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk

menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat kedalam suatu lapisan

adalah sebagai berikut: (Soerjono Soekanto, 2012).

1. Ukuran Kekayaan

Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam

lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk

rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya

mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya,

kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Ukuran Kekuasaan

Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang

terbesar menempati lapisan atasan.

Page 10: MAKALAH SOSIO

7

3. Ukuran Kehormatan

Ukuran kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran

kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,

mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai

pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah

golongan tu aataumereka yang pernahberjasa.

4. Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang

menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-

kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif kerana

ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadika nukuran,

tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu

segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walaupun tidak halal

(Didin Saripudin 2010: 56).

Dapat disimpulkan bahwa dalam dimensi stratifikasi sosial ada empat

yang mendorong seseorang untuk disegani maupun dihormati dalam konteks

stratifikasi sosial. Yang pertama adalah kekayaan, dengan adanya suatu

kekayaan, orang akan membeli apa saja yang dia mau. Kedua adalah

kekuasaan, kekuasaan akan digunakan sebagai penundukan seseorang yang

berada di bawahnya. Ketiga adalah kehormatan, dimana seseorang akan

disegani oleh masyarakat jika ia adalah tokoh utama dan yang di sepuhkan di

masyarakat itu. Keempat adalah ilmu pengetahuan, jika seseorang

pendidikannya tinggi dan dia sudah mendapatkan gelar doktor maupun

magister, secara tidak langsung akan ada rasa sistem kelas terhadap seseorang

yang tidak pernah sama sekali menduduki bangku sekolah.

D. Definisi Pendidikan

Dalam ensiklopedi umum dijelaskan Pendidikan adalah proses

mengubah sikap dan tata kelakuan seseorang atau kelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pembiasaan, pembelajaran, pelatihan

dan peneladanan, serta proses penanaman ilmu pengetahuan, akhlak, dan nilai

sosial budaya, ini dimaksudkan agar seseorang dapat menyesuaikan diri

Page 11: MAKALAH SOSIO

8

dengan lingkungan kreatif, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. (Abdul syukur, 24)

Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk

memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan

kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan

masyarakatnya (Dudung R. Hidayat, 2010).

Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam Dudung R. Hidayat (2010),

pendidikan harus mengtamakan aspek-aspek berikut:

1. Segala alat, usaha dan cara pedidikan harus sesuai dengan kodratnya

keadaan

2. Kodratnya keadaan itu tersimpan dalam adat-istiadat setiap rakyat, yang

oleh karenanya bergolong-golong merupakan kesatuan dengan sifat

prikehidupan sendiri-sendiri, sifat-sifat mana terjadi dari bercampurnya

semua usaha dan daya upaya untuk mencapai hidup tertib damai.

3. Adat istiadat, sebagai sifat peri kehidupan atau sifat percampuran usaha

dan daya upaya akan hidup tertib damai itu tiada terluput dari pengaruh

zaman dan tempat. Oleh karena itu tidak tetap senantiasa berubah.

4. Akan mengetahui garis-hidup yang tetap dari sesuatu bangsa perlulah

kita mempelajari zaman yang telah lalu. Pengaruh baru diperoleh karena

bercampurgaulnya bangsa yang satu dengan yang lain, percampuran

mana sekarang ini mudah sekali terjadi disebabkan adanya hubungan

modern

E. Hubungan Stratifikasi Sosial dengan Pendidikan

a. Hubungan Stratifikasi Sosial dengan Pendidikan

Sosiologi pendidikan pada pokoknya merupakan studi ilmiah dari

interaksi sosial yang menyinggung lembaga pendidikan atau lembaga

persekolahan. Pendidikan merupakan satu aset yang dihargai dalam

masyarakat modern dan dinilai tinggi. (Saripudin, 2010: 60)

Para keluarga dan golongan-golongan sosial lainnya yang disusun

secara hierarkis memiliki akses yang berbeda-beda dalam memasuki

proses pendidikan. Pendidikan memiliki alokasi dan distribusi sumber

sosial melalui distribusi lapangan kerja. Orang mengisi suatu lapangan

Page 12: MAKALAH SOSIO

9

pekerjaan atas dasar kemampuan atau keahlian yang dimilikinya.

Kemampuan atau keahlian itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan

atau pengalaman dalam lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat.

Sementara itu, lapangan kerja yang berbeda memberikan penghasilan serta

status yang berbeda pula, yang dapat diukur dengan nilai materi atau nilai

sosio kultural. Ada pekerjaan yang menghasilkan banyak uang tetapi kalah

dalam penghargaan sosiokultural oleh pekerjaan yang sedikit

menghasilkan uang. Jabatan guru atau dosen misalnya, dalam masyarakat

kita dihargai lebih tinggi dari sopir truk atau bis yang mungkin dari segi

keuangan menghasilkan lebih banyak. Karena itu, pendapatan hanyalah

salah satu saja diantara variabel yang diperhitungkan dalam analisis

pelapisan sosial. Variabel lainnya meliputi keturunan, kualitas pribadi (

kepahlawanan, kreativitas, dan lain-lain ), lapangan kerja dan pendidikan.

(Saripudin, 2010: 61)

Mengenai hubungan antara status sosial dengan pendidikan ini telah

banyak penelitian yang dilakukan terutama di Amerika serikat. Pertama-

tama ditemukan bahwa perbedaan kedudukan dalam pelapisan sosial

berkaitan dengan perbedaan persepsi dan sikap-sikap serta cita-cita dan

rencana pendidikan. Perbedaan tersebut dikalangan orang tua maupun

kalangan remaja. Citra diri (self concept) juga berbeda-beda sesuai status

dalam stratifikasi sosial. Hal-hal tersebut besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan belajar disekolah. Tentu keberhasilan ini akan didukung oleh

kemampuan dan didorong oleh orang tua untuk menyediakan fasilitas-

fasilitas pendidikan yang diperlukan. Mengenai yang terakhir ini kurang

terdapat pada keluarga lapisan rendah.

Perbedaan kualitas fasilitas pendidikan juga tampak jelas antara

yang terdapat dilingkungan perkotaan dan pedesaan. Berdasarkan

kenyataan ini, dapat dipastikan bahwa kualitas persekolahan formal

membantu menguatkan arus urbanisasi, karena orang tua yang mampu

akan berusaha memperoleh fasilitas pendidikan yang baik dikota untuk

anaknya, meskipun harus dibayar mahal dari segi ekonomi

Page 13: MAKALAH SOSIO

10

Hal lain yang berkaitan dengan pelapisan sosial adalah isu mengenai

materi pengajaran. Materi pengajaran yang termuat dalam kurikulum dan

buku pelajaran dan bahkan dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah, telah

melalui seleksi tertentu. Suatu analisis mengenai seleksi materi dan

kegiatan ekstrakurikuler menunjukkan adanya strata sosial tertentu yang

memperoleh kemudahan-kemudahan melebihi strata lain. Waller (1932)

memberi gambaran yang bagus sekali tentang pengajaran bahasa yang

diselenggarakan disekolah. Pengajaran bahasa ini diselenggarakan

disekolah. Pengajaran bahasa ini merupakan kemudahan kepada pelajar

yang berasal dari strata sosial menengah. Kata-kata dan ungkapan-

ungkapan yang terdapat dalam materi pengajaran terutama diambil dari

perbendaharaan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam

kehidupan sehari-hari strata sosial menengah. Jelas bahwa pelajar dari

lapisan sosial rendah yang belum terbiasa dengan penggunaan kata dan

ungkapan itu dituntut lebih banyak usaha untuk mengejar ketinggalannya

dibanding dengan pelajar dari lapisan sosial menengah sendiri. Peristiwa

yang semacam itu terdapat pula pada mata pelajaran lain seperti IPS yang

menghendaki perluasan pengetahuan dari surat kabar, majalah, televisi,

radio, dan perjalanan ke daerah lain. Dalam hal ini pun pelajar dari lapisan

sosial rendah merupakan kelompok yang kurang beruntung.

Tesis Randall Collins (1979) dalam The Credential Sociaty : An

Historical Sociology of Education and Stratification menunjukkan, sistem

persekolahan formal justru sebagai penyebab proses stratifikasi sosial.

Anak-anak keluarga kaya di Indonesia misalnya lebih banyak menikmati

fasilitas pendidikan yang sangat baik. Bahkan mereka sempat untuk

menambah pengetahuan dengan les privat dan aneka buku, majalah,

komputer, internet, dan lain-lain. Sebaliknya anak-anak keluarga miskin

harus memasuki sekolah yang tidak bermutu, baik baik fasilitas maupun

sistem pembelajarannya. Di ujungnya lingkungan sekolah yang buruk

memunculkan budaya kekerasan. Anak-anak keluarga dari miskin akan

mudah emosi, agresif dan frustasi. Dengan kata lain pendidikan formal

justru melahirkan stratifikasi sosial dan makin mempertajam kesenjangan.

Page 14: MAKALAH SOSIO

11

Mahalnya biaya sekolah justru diikuti pula oleh kemerosotan dunia

ekonomi. Pengangguran terselubung makin banyak jumlahnya dan

pertumbuhan penduduk tetap tinggi. Dari titik inilah muncul keresahan

sosial, dan berbagai konflik yang diakibatkan oleh kesenjangan sosial.

Hukum Darwin siapa yang kuat dia yang menang berlaku (Saripudin,

2010: 62)

Stratifikasi sosial itu merupakan gejala sosial yang tidak dapat

dihindari, artinya terdapat pada setiap masyarakat. Selanjutnya, pandangan

mengenai pendidikan, keperluan akan pendidikan dan dorongan serta cita-

cita dan hal-hal lain yang berkenaan dengan pendidikan, diwarnai oleh

stratifikasi sosial. Di lain pihak, sistem pendidikan berpengaruh terhadap

kehidupan masyarakat melalui fungsi seleksi, alokasi dan distribsi yang

semuanya berakibat pada terbentuknya atau terpeliharanya stratifikasi

sosial. Jadi, secara langsung atau tidak langsung sistem pendidikan

bersama dengan faktor-faktor lain diluar pendidikan melestarikan adanya

sistem stratifikasi sosial. Apabila dalam segi kehidupan lain seperti

ekonomi dan politik ada isyu tentang pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan (equality and inequality of education). Isu ini bukan hanya

merupakan perdebatan dikalangan ahli dan peminat sosiologi pendidikan,

melainkan juga dikalangan politisi yang memperjuangkan pemerataan

distribusi berbagai fasilitas sosial dimasyarakat. Pemerataan memperoleh

pendidikan meliputi beberapa pengertian. Pertama, setiap anak mendapat

kesempatan belajar yang sama di sekolah. Kedua, setaiap anak

memperoleh kesempatan belajar disekolah sesuai dengan bakat dan

minatnya. Ketiga, setiap anak memperoleh kesempatan mengembangkan

pribadinya semaksimal mungkin. Isu ini sampai sekarang masih

diperdebatkan di antara ahli dan politisi.

Meskipun stratifikasi sosial tak dapat dihindari, pada masyarakat

yang menganut sistem stratifikasi sosial terbuka, orang mempunyai

kesempatan luas untuk berusaha naik ke tangga sosial yang lebih tinggi.

Namun, sebagai konsekuensinya terbuka pula kesempatan untuk turun

atau jatuh dalam tangga sosial. Peristiwa naik turun tangga pelapisan sosial

Page 15: MAKALAH SOSIO

12

ini (mobilitas sosial) tidak terdapat dalam masyarakat yang menganut

sistem pelapisan sosial tertutup (Stephen K. Sanderson, 2003).

b. Hubungan Stratifikasi Dan Jenis Pendidikan

Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagai persiapan

untuk perguruan tinggi. Karena biaya pendidikan tinggi pada umumnya

mahal, tidak semua orang tua mampu membiayai studi anaknya. Pada

umumnya anak-anak yang orang tuanya mampu, akan memilih sekolah

menengah umum sebagai persiapan untuk studi di universitas. (Saripudin,

2010: 62 )

Orang tua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya, akan

cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya. Sebaliknya, anak-anak

orang kaya tidak tertarik dengan sekolah kejuruan. Dapat diduga bahwa

sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari golongan

rendah daripada berasal dari golongan atas. Karena itu dapat timbul

pendapat bahwa SMU mempunyai status yang lebih tinggi dari pada SMK.

Murid-murid sendiri lebih cenderung memilih SMU, walaupun SMK

memberi jaminan yang lebih baik untuk langsung bekerja dari pada yang

lulus SMU.

Demikian pula mata pelajaran atau bidang studi yang berkaitan

dengan perguruan tinggi mempunyai status yang lebih tinggi, misalnya

matematika dan fisika dipandang lebih tinggi dari pada katakanlah, PKK

dan Tata Buku. Sikap demikian bukan hanya terdapat dikalangan siswa,

akan tetapi dikalangan orang tua dan guru yang dengan sengaja atau tidak

sengaja menyampaikan sikap itu kepada anak-anak. Orang tua dan guru

mempunyai pandangan yang lebih tinggi terhadap mata pelajaran atau

kurikulum yang mempersiapkan murid untuk masuk perguruan tinggi dari

pada yang tidak memberi persiapan itu.

Dalam berbagai studi, tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh

seseorang digunakan sebagai indeks kesuksesan sosialnya. Menurut

penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial

seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Walaupun

tingkat sosial seseorang tidak dapat diramalkan sepenuhnya berdasarkan

Page 16: MAKALAH SOSIO

13

pendidikannya, namun pendidikan tinggi berkaitan erat dengan kedudukan

sosial yang tinggi. Ini tidak berarti pendidikan tinggi dengan sendirinya

menjamin kedudukan sosial yang tinggi.

Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi

oleh sebab golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya

sampai keperguruan tinggi. Orang yang termasuk golongan atas,

beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi. Jabatan orang

tua, jumlah dan sumber pendapatan, daerah tempat tinggal, tanggapan

masing-masing tentang golongan sosialnya, dan lambang-lambang lain

yang berkaitan dengan status sosial ada kaitannya dengan tingkat

pendidikan anaknya. Orang tua yang berkedudukan tinggi, yang telah

bergelar akademis, yang mempunyai pendapatan besar, merasa dirinya

termasuk golongan sosial atas, dapat mengusahakan anaknya masuk

universitas dan memperoleh gelar akademis. Sebaliknya, anak yang orang

tuanya kurang mampu, tidak dapat diharapkan akan berusaha agar anaknya

menikmati pendidikan tinggi.

Pada tingkat SD, belum tampak pengaruh perbedaan golongan

sosial, apalagi kalau kewajiban belajar mengharuskan semua anak

memasukinya. Akan tetapi pada sekolah menengah, apalagi pada tingkat

perguruan tinggi, lebih jelas tampak pengaruh perbedaan golongan sosial

itu. Perbedaan presentase anak-anak golongan yang berada atau

berpangkat, makin meningkat dengan bertambah tingginya taraf

pendidikan dan usia pelajar.

Perbedaan sumber pendapatan juga mempengaruhi harapan orang

tua tentang pendidikan anaknya. Sudah selayaknya orang tua yang berada,

mengharapkan anaknya kelak memasuki perguruan tinggi, soalnya hanya

universitas mana dan jurusan apa. Disamping tentunya kemampuan dan

kemauan anak dapat mencirikan golongan seseorang. Sebaiknya, orang tua

yang tidak mampu, tidak akan mengharapkan anaknya untuk menginjak

pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi ada kalanya anak itu sendiri

mempunyai kemampuan keras untuk berusaha dan melanjutkan

pendidikannya ke perguruan tinggi.

Page 17: MAKALAH SOSIO

14

Faktor lain yang menghambat anak-anak golongan rendah

memasuki perguruan tinggi adalah kurangnya perhatian akan pendidikan

dikalangan orang tua. Banyak anak golongan ini berkeinginan untuk

memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, akan tetapi dihalangi oleh

ketiadaan biaya. Banyak pula anak-anak yang putus sekolah karena alasan

finansial. Pendidikan memerlukan uang, tidak hanya untuk uang sekolah,

akan tetapi juga untuk pakaian, buku, transport, kegiatan ekstrakurikuler

dan lain-lain.

Pendidikan yang bermutu adalah suatu kebutuhan yang semakin

penting agar mereka survival dalam persaingan yang semakin ketat.

Kebutuhan akan pentingnya pendidikan yang bermutu telah disejajarkan

dengan kebutuhan primer lainnya seperti sandang, pangan dan papan.

Tanpa pendidikan, yang bermutu mereka akan tetap tertinggal dan berada

dalam strata sosial paling bawah. Timbulnya semangat para orang tua

khususnya dari masyarakat strata bawah untuk menyekolahkan anaknya

sampai ke tingkat pendidikan yang paling tinggi dan berkualitas adalah

suatu sikap yang harus didukung oleh semua pihak. Namun semangat ini

kandas dalam ketidak bedaannya akibat tidak terjangkaunya pendidikan

yang berkualitas.

Di sisi lain, mereka sadar bahwa pendidikan adalah hak setiap warga

negara indonesia seperti tertuang didalam UUD negara Republik

Indonesia. Disisi lain kenyataan menunjukkan bahwa untuk mendapatkan

pendidikan yang bermutu hanya milik orang yang berduit. Sementara

mereka hanya dapat bersabar dan menunggu akan terjadinya keajaiban,

mereka hanya dapat memandang langit mengharap kapan perubahan

terjadi. Mereka sadar bahwa hak mereka untuk mendapatkan pendidikan

yang bermutu hanyalah sebatas angan-angan belaka.

Perbedaan mutu antar satu sekolah dengan sekolah lainnya dan atar

satu daerah dengan daerah lainnya terjadi akibat adanya perbedaan sarana

dan prasarana pendukung penyelenggaraan pendidikan. Perbedaan ini

bukan hanya pada sekolah yang diselenggarakan oleh pihak swasta

akantetapi juga sekolah negeri. Kurangnya intensitas dan ketajaman studi

Page 18: MAKALAH SOSIO

15

yang dilakukan oleh pihak pemerintah untuk mengatasi kesenjangan ini

serta kurang berdayanya pemerintah dalam pengaturan sarana dan

prasarana termasuk tenaga kependidikan, buku pelajaran, dan media

pendidikan lainnya untuk mewujudkan pemerataan mutu adalah suatu

kenyataan yang harus di akui.

Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang tergolong

berkualitas tidak terjangkau oleh kebanyakan keluarga akibat besarnya

biaya yang harus dikeluarkan. Sementara apabila anak mereka masuk

kesekolah swasta atau perhuruan tinggi swasta yang nilai akreditasinya

rendah, besar kemungkinan akan mengalami berbagai kendala yaitu kalah

bersaing, dalam merebut pengaruh. Pilihan terakhir kemungkinan

mengikuti kursus keterampilan atau mencari lowongan kerja atau

menganggur. Permasalahan ini telah menimbulkan riak dan gelombang

demonstran yang meneriakkan agar pemerintah mengupayakan

pendidikan yang bermutu dan terjangkau rakyat kecil, dan menuntut agar

pemerintah lebih aktif mengatasi dan mengendalikan pendidikan yang

dikelolah oleh masyarakat, sehingga masyarakat pengelolah pendidikan

tidak membuat pendidikan sebagai ladang bisnis.

Setelah menelaah pembahasan diatas dapat kita ketahui bahwa

hubungan stratifikasi sosial dengan pendidikan dapat dibagi menjadi tiga

macam, yaitu :

1. Hubungan yang tidak saling mempengaruhi.

Contoh : Pada tingkat pendidikan SD, status siswa tidak dipengaruhi

stratifikasi sosial sehingga semua golongan dapat menjangkaunya.

2. Hubungan yang sebagian mempengaruhi.

Contoh : Hasil dari pendidikan akan mempengaruhi asumsi masyarakat

terhadap kemampuan dirinya dalam bidang keilmuannya.

3. Hubungan yang saling mempengaruhi.

Contoh : stratifikasi sosial yang terjadi dalam sistem RSBI. Secara tidak

langsung RSBI adalah gambaran nyata bahwa stratifikasi sosial juga

mempengaruhi pendidikan.

Page 19: MAKALAH SOSIO

16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang ada di makalah ini, dapat disimpulakn beberapa

hal diantaranya adalah :

a. Stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau

masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.

b. Dalam sistem stratifikasi sosial terdapat tiga macam stratifikasi sosial yaitu

stratifikasi sosial secara terbuka, stratifikasi sosial secara tertutup, dan

stratifikasi sosial campuran.

c. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan

anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah berdasarkan

ukuran kekuasaan, ukuran kekayaan, ukuran kehormatan, dan berdasarkan

ukuran ilmu pengetahuan.

d. Pendidikan secara umum adalah proses transfer keilmuan (knowledge) dan

pengubahan sikap dan tingkah laku (transfer of value) dari seorang

pendidik kepada peserta didik.

e. Hubungan stratifikasi sosial dengan dunia pendidikan terbagi menjadi 3,

yakni hubungan yang tidak mempengaruhi, hubungan yang sebagian

mempengaruhi, dan hubungan yang saling mempengaruhi.

B. Saran

Pendidikan merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia. Pendidikan

sangatlah penting bagi proses perkembangan bangsa. Dengan sistem

pendidikan yang adil dan berkualitas, diharapkan visi mencerdaskan

kehidupan bangsa dapat tercapai.

Page 20: MAKALAH SOSIO

17

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta : Bumi Aksara

Davis, Kingslay. 1960. Human Society. New York: Macmillan Company

Didin saripudin, Interpretasi Sosiologis Dalam Pendidikan. (Bandung : Karya Putra

Darwati, 2010)

Hasan, Fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Hidayat, Dudung R.. 2010. Hakikat Pendidikan. Diakses dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19520

4141980021-

DUDUNG_RAHMAT_HIDAYAT/HAKIKAT_PENDIDIKAN.pdf pada

19 Oktober 2014

M. Dahlan, Y Al Barry. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah. Surabaya: Target pres.

M. Setiadi, Elly & Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta

dan Gejala Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya.

Jakarta: Kencana.

Sanderson, Stephen K.. 2003. Makro Sosiologi: Sebuah Pendekatan terhadap

Realita Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo

Soerjono Soekanto. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan Ke Empat Puluh

Empat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Syukur, Abdul.----. Ensiklopedi umum untuk pelajar. Jakarta: PT Ichtiyar Baru Van

Hoeve.