makalah sl blok 26 ff

22
Laporan Studi Kasus ISPA Devi Karlina 102011069 email : [email protected] Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna Utara 6, Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor utama menurut Blum, keempat faktor tersebut adalah genetik, pelayanan kesehatan, perilaku manusia,dan lingkungan. a) Factor genetik : Paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan ataumasyarakat dibanding ketiga faktor yang lainnya b) Faktor pelayanan kesehatan: Ketersediaansarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat. c) faktor perilaku : di negara berkembang faktor ini paling besar pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan atau masalah kesehatan masyarakat.Perilaku individu / kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada

Upload: clarissal12

Post on 12-Dec-2015

271 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Sl Blok 26 Ff

Laporan Studi Kasus ISPA

Devi Karlina

102011069

email : [email protected]

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna Utara 6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor utama menurut Blum, keempat faktor

tersebut adalah genetik, pelayanan kesehatan, perilaku manusia,dan lingkungan.

a) Factor genetik : Paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan

ataumasyarakat dibanding ketiga faktor yang lainnya

b) Faktor pelayanan kesehatan: Ketersediaansarana pelayanan kesehatan, tenaga

kesehatan, pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh pada derajat

kesehatan masyarakat.

c) faktor perilaku : di negara berkembang faktor ini paling besar pengaruhnya terhadap

gangguan kesehatan atau masalah kesehatan masyarakat.Perilaku individu / kelompok

masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang

memudahkan timbulnya suatu penyakit.

d) faktor lingkungan: lingkungan yangterkendali akibat sikap hidup dan perilaku

masyarakat yang baik akan menekan berkembangnyamasalah kesehatan.Makalah ini

dibuat dengan tujuan mengkaji dan membahas penyakit infeksi saluran pernapasan

akut pada masyarakat dan kaedah tatalaksana terhadap penyakit tersebut

dengan berbasiskan pendekatan kedokteran keluarga.

Page 2: Makalah Sl Blok 26 Ff

Kedokteran keluarga adalah dokter praktek umum yang dalam prakteknya melayani pasien

menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.Kompetensi dokter keluarga tercermin

dalam profile the five stars doctor.

Pelayanan kedokteran yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga meliputi:

komprehensif (pelayanan kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi usaha

promotif, preventif, kuratif danrehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu

(dalam proses dan waktu), kolaboratif dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan

keputusan untuk kepentingan pasien, berdasarkan evidence based medicine misalnya dengan

cara mengikuti seminar/pendidikankedokteran berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah

peribadi/perorangan seutuhnya (bio-psiko-sosial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya)

serta harus dipandang sebagai satu kesatuandengan keluarganya dalam segala aspek

(keturunan, ideology, politik, ekonomi, social, budaya,agama, keamanan dan lingkungannya).

Pelayanan dokter keluarga menunjang setiap orang sadar,mau dan mampu hidup sehat dalam

arti sejahtera jasmani, rohani dan sosial yang memungkinkansetiap orang bekerja produktif

secara sosial dan ekonomi (UU no. 23/92 tentang kesehatan).Seorang dokter berk 

ompetensi dengan profil yang direkomendasikan WHO yaitu ‘five starsdoctor’ yang

dijabarkan sebagai berikut:

Health provider: Memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan pasien

sebagaimanusia yang utuh (holistic) baik individu, maupun sebagai bagian integral

keluarga danmasyarakat, layanan berkualitas, menyeluruh, berkesinambungan dan

layanan secara perseorangan jangka panjang dan hubungan saling percaya.

Decision maker: Mampu membuat keputusan secara ilmiah berkaitan dengan

pemeriksaan, pengobatan, dan penggunaan teknologi tepat guna sesuai dengan

harapan pasien, etis, pertimbangan cost effective dan adanya kemungkinan layanan

yang terbaik.

Communicator: Mampu menjelaskan dan memberikan nasehat untuk berperilaku

sehatdengan cara yang efektif sehingga kelompok atau individu dapat meningkatkan

danmelindungi kesehatan mereka.

Community leader: Sebagai orang yang dipercaya oleh masyarakat ditempat

bekerjanya, dandapat mempersatukan kebutuhan-kebutuhan akan kesehatan baik pada

perseorangan maupunkelompok, melakukan sesuatu dengan mengatasnamakan

masyarakat.

Page 3: Makalah Sl Blok 26 Ff

Manager: Dapat bekerja sacara harmonis dengan individu dan organisasi baik di

dalammaupun diluar system kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan pasien

secara individudan masyarakat, menggunakan data-data kesehatan secara tepat.Prinsip

pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan

kedokteranmenyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien

yang menjaditanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti

itu diperlukan adanyakunjungan rumah (home visit). Manfaat yang didapatkan dari

kunjungan ke rumah pasien antaralain:

1. Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien

2. Meningkatkan hubungan dokter pasien

3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasienManfaat kunjungan

ke puskesmas dan bertemu sendiri dengan pasien adalah agar mahasiswadapat

menerapkan atau mengaplikasikan sendiri praktek pendekatan kedokteran keluarga.

Latar Belakang Masalah

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran  pernafasan yang dapat

berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat infeksi

yang terjadi di setiap bagian saluran  pernafasan dengan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

Infeksi saluran  pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen,

yang disebabkan oleh 300 lebih jenis virus, bakteri, serta jamur. Virus  penyebab ISPA antara

lain golongan miksovirus yang meliputi virus influensa, virus pra-influensa dan virus

campak. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA

sebagai penyebab kematian terbesar di Indonesia dengan  persentase 22,30% dari seluruh

kematian. Bukti bahwa ISPA merupakan  penyebab utama kematian adalah banyaknya

penderita ISPA yang terus meningkat. Menurut WHO, ISPA merupakan peringkat keempat

dari 15 juta  penyebab pada setiap tahunnya. Jumlah tiap tahun kejadian ISPA di Indonesia

150.000 kasus atau dapat dikatakan seorang meninggal tiap 5 menitnya. Berdasarkan

DEPKES (2006) juga menemukan bahwa 20-30% kematian disebabkan oleh ISPA. Faktor

penting yang mempengaruhi ISPA adalah pencemaran udara. Adanya pencemaran udara di

lingkungan rumah akan merusak mekanisme  pertahanan paru-paru sehingga mempermudah

timbulnya gangguan  pernapasan. Tingginya tingkat pencemaran udara menyebabkan ISPA

memiliki angka yang paling banyak diderita oleh masyarakat dibandingkan  penyakit lainnya.

Selain faktor tersebut, peningkatan penyebaran penyakit ISPA juga dikarenakan oleh

perubahan iklim serta rendahnya kesadaran  perilaku hidup bersih dan sehat dalam

Page 4: Makalah Sl Blok 26 Ff

masyarakat. Dalam rangka memahami lebih jauh tentang ISPA maka di dalam makalah ini

akan dijabarkan secara lengkap semua hal yang berkaitan dengan ISPA.

Pembahasan

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi akut saluran  pernapasan bagian atas

dan saluran pernapasan bagian bawah beserta adenaksanya (Depkes RI, 1993). ISPA adalah

penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang  berlangsung sampai 14 hari lamanya. Saluran

pernafasan adalah organ yang  bermula dari hidung hingga alveoli beserta segenap

adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Sedangkan yang dimaksud

dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh dan

berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit (Depkes, 2000). Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran  pernafasan akut yang meliputi saluran

pernafasan bagian atas seperti rhinitis, fharingitis , dan otitis serta saluran pernafasan bagian

bawah seperti laryngitis, bronchitis , bronchiolitis dan pneumonia, yang dapat berlangsung

selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit

tersebut. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli  beserta organ

seperti sinus , ruang telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2008). Pada umumnya suatu

penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan.

Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat

dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam

kegagalan pernafasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun

demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi

lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam

kegagalan pernafasan (Depkes RI, 2008). ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah

suatu penyakit yang terbanyak di diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang

maupun di negara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit

karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan  pada masa bayi dan

anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. (Suprajitno, 2004)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus,

bakteri, atipikal (mikroplasma), atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau

semua bagian saluran pernapasan (Wong, 2003).

Etiologi

Page 5: Makalah Sl Blok 26 Ff

Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi lebih dari 90% untuk

ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah frekuensinya lebih kecil. Penyakit

ISPA bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring

hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan ISPA bagian bawah hampir 50% diakibatkan

oleh  bakteri. Saat ini telah diketahui bahwa penyakit ISPA melibatkan lebih dari 300 tipe

antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1986). WHO (1986), juga mengemukakan

bahwa kebanyakan penyebab ISPA disebabkan oleh virus dan mikoplasma, dengan

pengecualian epiglotitis akut dan  pneumonia dengan distribusi lobular. Adapun virus-virus

(agen non bakterial) yang banyak ditemukan pada ISPA bagian bawah pada bayi dan anak-

anak adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), adenovirus, parainfluenza, dan virus

influenza A & B. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan kelompok penyakit

yamg komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri

dari 300 lebih jenis virus, bakteri, dan riketsia. Virus penyebab ISPA antar lain golongan

Miksovirus (termasuk di dalamnyavirus influensa, virus para - influensa ),

Adenovirus, Koronavirus , Pikornavirus ,Mikoplasma,  Herpesvirus . Bakteri penyebab ISPA

antara lain Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus, Pneumococcus, Hemofilus,

influenza, Bordetella pertusis, dan Corynebacterium diffteria. Ricketsia penyebab ISPA

adalah Koksiela burnetti. Jamur penyebab ISPA adalah Kokiodoide imitis, Histoplasma

kapsulatum, Blastomises dermatidis, Aspergillus fikomycetes. 1

Masa Inkubasi dan Penularan ISPA

 

Masa inkubasi

ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, dimana

secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran

pernafasan atau struktur yang  berhubungan dengan saluran pernafasan yang berlangsung

tidak lebih dari 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan berlangsungnya proses

akut.

 

Penularan

Pada umumnya ISPA termasuk ke dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara.

Sumber penularan adalah penderita ISPA yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk

atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman

penyebab ISPA ke dalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, disamping

Page 6: Makalah Sl Blok 26 Ff

itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui  percikan droplet yang dikeluarkan

oleh penderita saat batuk, bersin dan  berbicara kepada orang di sekitar penderita, trasmisi

langsung dapat juga melalui ciuman, memegang/menggunakan benda yang telah terkena

sekresi saluran pernapasan penderita.

 

Gejala dan Tanda Penyakit serta Cara Diagnosis ISPA

Gejala dan Tanda Penyakit ISPA

Penyakit ISPA meliputi hidung, telinga, tenggorokan (pharinx), trachea, bronchioli dan paru.

Tanda dan gejala penyakit ISPA pada anak  bermacam-macam seperti batuk, kesulitan

bernapas, sakit tenggorokan,  pilek, demam dan sakit telinga. Sebagian besar dari gejala

saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk dan pilek tidak memerlukan

pengobatan dengan antibiotik.  

Cara Diagnosis

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan  pemeriksaan laboratorium

terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis,

diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan

dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya mortalitas dan morbiditas ISPA serta berat

ringannya penyakit, faktor inilah yang disebut dengan faktor resiko (Koch et al, 2003).

Adapun beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan ISPA yaitu :

1. Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis keuangan yang berkepanjangan, berdampak

buruk terhadap peningkatan penduduk miskin yang disertai dengan ketidak mampuan

masyarakat untuk menyediakan tempat dan lingkungan pemukiman yang layak untuk tinggal.

Hal ini mendorong peningkatan jumlah jumlah Balita yang rentan terhadap serangan berbagai

penyakit menular termasuk ISPA didalamnya. Pada akhirnya akan mendorong peningkatan

jumlah angka penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.

2.Laju pertumbuhan pnduduk yang besar berakibat pada jumlah penduduk yang besar pula

sehingga dapat meningkatkan jumlah populasi Balita. Ditambah lagi dengan setatus

kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan

pemberantasan penyakit ISPA.

Page 7: Makalah Sl Blok 26 Ff

3.Sebagai daerah Lintas Katulistiwa atau daerah yang memiliki Iklim tropis, Indonesia

berpotensi untuk menjadi daerah Endemis beberapa penyakit Infeksi yang setiap saat dapat

menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh dari Geografis ini dapat mendorong

terjadinya peningkatan kasus kematian pada penderita ISPA.

4.PHBS adalah salah satu modal utama untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA. Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat sangat dipengaruhi oleh Budaya dan tingkat pendidikan penduduk.

Dengan demikian makin tinggi pendidikan dan pengetahuan dari masyarakat akan

berpengaruh baik terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan agar tidak

terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan yang

sehat.

5.Pencemaran lingkungan seperti asap pabrik, gas buangan kendaraan bermotor dan polusi

rumah tangga merupakan ancaman kesehatan terutama ISPA. Demikian pula dengan

perbaikan Iklim Global terutama suhu, kelembaban, curah hujan merupakan beban dalam

penanggulangan penyakit ISPA. ISPA dan Pneumonia sangat rentan terjadi pada Bayi dan

Balita. Daya tahan tubuh dan juga polusi udara menjadi faktor risiko pendukung terjadinya

ISPA.

6. Ketidak patuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA walaupun

tidak begitu berarti. Imunisasi yang lengkap dapat memberikan serta yang cukup berarti

dalam pencegahan penyakit ISPA

7. Pada keluarga yang memiliki anggota keluarga atau ayah seorang merokok, secara statistik

anaknya memiliki kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak yang

tinggal dengan keluarga atau ayah yang tidak merokok.

8. Dapat diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain

adalah rendahnya kuwalitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis,

fisik, maupun kimia. Terutama pemukiman penduduk yang berdekatan dengan Pabrik yang

mengeluarkan limbah dengan cerobong asap, hal ini sangat berpengaruh sekali dalam

peningkatan kasus ISPA.

9.Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran Antropometri. Balita dengan gizi

yang kurang akan mudah terkena penyakit ISPA dibandingkan denganbalita dengan gizi

Page 8: Makalah Sl Blok 26 Ff

normalkarena faktor daya tahan tubuh yang kurang baik. Penyakit infeksi sendiri akan

menyebabkan balita tidak memiliki nafsu makan dan dapat mengakibatkan kurangan gizi.

Dengan keadaan gizi yang kurang, balita akan lebih mudah terserang ISPA berat.

Laporan kasus

Puskesmas : Grogol 1

No. Register : 123/12

Identitas Pasien:

Nama : Ita rusmini

Umur : 31tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : kayawati

Pendidikan : SLTP (Tamat)

Alamat : jl. Makaliwe no.24 Rt/Rw 02/07

Telepon : 021 32711559

Anamnesis: (Auto-anamnesis)

1. Identitas pasien

2. Keluhan utama: sakit tenggorokan sejak 1 hari yang lalu

3. Riwayat penyakit sekarang : Keluhan nyeri saat menelan, Sesak napas pun

disangkal pasien, batuk, hidung tersumbat.

4. Riwayat penyakit dahulu : Sakit yang diderita pasien biasanya hanya Batuk, pilek,

demam, pusing saja.

Riwayat Biologis Keluarga:

a. Keadaan kesehatan sekarang: Baik 

Pasien dapat dikatakan baik karena pasien dapat bercakap – cakap dengan baik dan

kesadaran serta daya ingatnya baik. Pasien tidak terlihat kesakitan, Anggota

keluarga lain pun tidak menderita penyakit. 

b. Kebersihan perorangan: Baik

c. Penyakit yang sering diderita : Batuk, pilek, demam.

d. Penyakit keturunan : Tidak ada

Page 9: Makalah Sl Blok 26 Ff

e. Penyakit kronis / menular : Tidak ada

f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada

g. Pola makan : Baik 

Pola makan pasien dapat dikatakan baik karena dari yang terlihat dari pola makan

sehari – hari teratur yaitu 3 kali sehari dan pada jam – jam makan. asupan gizi

makan keluarga baik yakni tersedia nasi, sayur, dan lauk.

h. Pola istirahat : kurang

i. Jumlah anggota keluarga : 4 orang

Psikologis Keluarga:

a. Kebiasaan buruk : ada

Kebiasaan tidak cuci tangan sebelum makan

b. Pengambilan keputusan : ibu

c. Ketergantungan obat :Tidak ada

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan :Puskesmas, klinik.

e. Pola rekreasi : kurang

Keadaan Rumah / Lingkungan:

a. Jenis bangunan : Permanen 

b. Lantai rumah : Keramik

c. Luas rumah : 3 x 4 m2

d. Penerangan : Kurang

Karena rumah pasien tidak memiliki ventilasi yang cukup, dan letak rumah yang

masuk ke gang kecil tidak memungkinkan mendapat penyinaran matahari yang

cukup.

e. Kebersihan : Kurang

Tampak banyak kotoran-kotoran ayam serta tanah yang lembab, penempatan kandang

ayam di depan rumah

f. Ventilasi : Kurang

Ventilasi untuk keluar masuk cahaya dan udara sangat kurang. Dikarenakan rumah

pasien letaknya berada masuk ke gang kecil dan sempit yang tidak memungkinkan

untuk adanya sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik.

g. Dapur : ada

Page 10: Makalah Sl Blok 26 Ff

Namun terlihat tidak bersih serta penempatan di depan rumah yang berhadapan

dengan jalan kereta

h. Jamban keluarga : Ada

i. Sumber Air minum : Ledeng 

j. Sumber Pencemaran air: Tidak ada

k. Pemanfaatan pekarangan : ada

Ada namun sempit karena rumah pasien letaknya masuk dalam gang kecil dan di

halam depan rumah pasien berdekatan dengan jalan kereta

l. Sistem pembuangan air limbah : Ada

m. Tempat pembuangan sampah : Ada

n. Sanitasi lingkungan : Baik 

Spiritual Keluarga :

a. Ketaatan beribadah : Baik 

b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik 

Keadaan Sosial Keluarga :

a. Tingkat pendidikan : sedang

Karena pasien tamatan SLTP, suami tamatan SLTP

b. Hubungan anggota keluarga : Baik 

c. Hubungan dengan orang lain : baik

d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang

e. Keadaan ekonomi : Sedang

Suami bekerja sebagai karyawan, Ibu ita seorang karyawan

Kultural Keluarga:

a. Adat yang berpengaruh : Tidak ada

b. Lain –lain : Tidak

Daftar Anggota Keluarga:

n

o

nama Hu

b

umu

r

pe

ndi

peke

rjaa

aga

ma

Keada

an

Kead

aan

Imunisa

si

KB k

et

Page 11: Makalah Sl Blok 26 Ff

dgn

kk

dik

an

n keseh

atan

gizi er

a

n

g

a

n

1 Ahmad

aryadi

Aya

h

33 SLT

A

Kary

awa

n

Isla

m

Baik Baik Lengka

p

2 Ita

rusmini

Ibu 31 SLT

A

Kary

awa

ti

Isla

m

Sakit Baik Lengka

p

spira

l

3 Fahirah

artariy

adi

Ana

k 1

4,5 TK - Isla

m

Baik Baik Lengka

p

4 Dimas

ari

saputr

a

Ana

k 2

2,5 - - Isla

m

Sakit Baik Lengka

p

Pemeriksaan Fisik 

Keadaan umum: Pasien tampak compos mentis

Tanda-tanda vital:

1. Tekanan Darah: 120/80 mmHg

2. Frekuensi Nadi: 92x/menit

3. Frekuensi Napas: 24x/menit

4. Suhu badan: 37,6

Hasil Pemeriksaan Faring:

1. Tonsil

-Besarnya T1-T1 Normal, tidak membesar 

Page 12: Makalah Sl Blok 26 Ff

-Kripta (-), detritus (-)

2. Uvula

-Posisi di tengah

-Hiperemis (-)

-Edema (-)

-Memanjang (-)

3. Faring

-Mukosa tidak hiperemis

-Permukaan tampak licin

-Granul (-)

-Post nasal drip (-)

-Abses Parafaring (-)

-Abses Peritonsil (-)

Diagnosis penyakit: Infeksi Saluran Pernapasan Akut Non Pneumonia

Diagnosis Banding: Rhinitis, Nasofaringitis, Laringitis, Tuberkulosis paru

Diagnosis Keluarga: Keluarga ibu ita rusmini dalam kondisi sehat tapi salah satu anaknya

menderita keluhan yang sama namun risiko tertular  penyakit yang diderita ibu ita rusmini ke

keluarga yang lain besar karena kondisi tempat tinggal yang sempit namun dihuni banyak

orang memungkinkan penularan terjadi.

Anjuran Penatalaksanaan penyakit

 

Promotif: Pemberian penyuluhan tentang ISPA dan bagaimana cara pencegahan dan

mengobatinya. Perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Preventif:

- mempertahankan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang, menjaga kondisi udara

sekitar 

- Upaya mencuci tangan

- Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

- Mencegah berhubungan dengan penderita ISPA

Page 13: Makalah Sl Blok 26 Ff

Kuratif:Antitusif: Dekstrometorfan, 15-30 mg setiap 4-6 jam.Analgetik-antipiretik:

Paracetamol tablet 500 mg 3 kali sehari selama 5 hari.

Rehabilitatif: makanan cukup gizi dan bersih serta cukup istirahat.

Prognosis

 

Pasien : Baik jika terapi adekuat, konsumsi makanan bergizi, dan cukup istirahat. 

Keluarga: Kemungkinan tertular besar. Mengingat kondisi tempat tinggal yang sempit

namun dihuni banyak orang. Keluarga perlu diberi edukasi untuk selalu menjaga

kebersihan perorangan, lingkungan, dan makan-makanan bergizi.

Masyarakat: kemungkinan penularan ke orang lain besar, sebab rata-rata lokasi

rumah penduduk yang berdekatan, dalam gang-gang kecil dan sempit,

memperbesar kemungkinan kontak dengan droplet pasien.

Resume:

Ibu ita rusmini (31 tahun) datang ke Puskesmas Grogol 1 dengan keluhan sakit tenggorokan,

batuk, dan hidung tersumbat sudah sejak 1 hari yang lalu. Di diagnosis menderita Infeksi

Saluran Pernapasan Akut. Untuk Menyingkirkan diagnosis banding lain perlu dilakukan

pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin, Pemeriksaan dahak, dan foto rontgen

toraks.

Saran

 

Bagi pasien : Untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA diharapkan dapat

menciptakan lingkungan yang sehat seperti kebiasaan membuka jendela untuk

mengurangi kelembaban udara, tidak merokok dan menjaga jarak kepada orang lain

apabila menderita ISPA, menggunakan masker.

Bagi Masyarakat: Sebagai tindakan pencegahan, diharapkan masyarakat bisa bekerja

sama menciptakan lingkungan dan perilaku hidup sehat (tidak merokok di dalam

ruangan,  kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang hari, dan menjaga jarak

apabila menderita ISPA baik dalam keluargamaupun kehidupan bermasyarakat).

Bagi Instansi Terkait: Diharapkan program kesehatan khususnya Program

PemberantasanPenyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2ISPA) dapat lebih

diperbaiki dan dilaksanakan seperti kegiatan penyuluhan mengenai syarat rumah sehat

Page 14: Makalah Sl Blok 26 Ff

dan bahaya rokok kepada masyarakat sehingga angka kejadian penyakit ISPA

mengalami penurunan.

Page 15: Makalah Sl Blok 26 Ff

Daftar Pustaka

1. Amin Z. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan sistem

pernapasanDalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Stiati S, ed. Ilmu

penyakit dalam.Edisi ke-5(III). Jakarta: Interna Publishing;2009.h.2189-95.