makalah sl blok 26 ff
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
Laporan Studi Kasus ISPA
Devi Karlina
102011069
email : [email protected]
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna Utara 6, Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor utama menurut Blum, keempat faktor
tersebut adalah genetik, pelayanan kesehatan, perilaku manusia,dan lingkungan.
a) Factor genetik : Paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan
ataumasyarakat dibanding ketiga faktor yang lainnya
b) Faktor pelayanan kesehatan: Ketersediaansarana pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan, pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh pada derajat
kesehatan masyarakat.
c) faktor perilaku : di negara berkembang faktor ini paling besar pengaruhnya terhadap
gangguan kesehatan atau masalah kesehatan masyarakat.Perilaku individu / kelompok
masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor lingkungan yang
memudahkan timbulnya suatu penyakit.
d) faktor lingkungan: lingkungan yangterkendali akibat sikap hidup dan perilaku
masyarakat yang baik akan menekan berkembangnyamasalah kesehatan.Makalah ini
dibuat dengan tujuan mengkaji dan membahas penyakit infeksi saluran pernapasan
akut pada masyarakat dan kaedah tatalaksana terhadap penyakit tersebut
dengan berbasiskan pendekatan kedokteran keluarga.
Kedokteran keluarga adalah dokter praktek umum yang dalam prakteknya melayani pasien
menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.Kompetensi dokter keluarga tercermin
dalam profile the five stars doctor.
Pelayanan kedokteran yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga meliputi:
komprehensif (pelayanan kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi usaha
promotif, preventif, kuratif danrehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu
(dalam proses dan waktu), kolaboratif dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan
keputusan untuk kepentingan pasien, berdasarkan evidence based medicine misalnya dengan
cara mengikuti seminar/pendidikankedokteran berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah
peribadi/perorangan seutuhnya (bio-psiko-sosial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya)
serta harus dipandang sebagai satu kesatuandengan keluarganya dalam segala aspek
(keturunan, ideology, politik, ekonomi, social, budaya,agama, keamanan dan lingkungannya).
Pelayanan dokter keluarga menunjang setiap orang sadar,mau dan mampu hidup sehat dalam
arti sejahtera jasmani, rohani dan sosial yang memungkinkansetiap orang bekerja produktif
secara sosial dan ekonomi (UU no. 23/92 tentang kesehatan).Seorang dokter berk
ompetensi dengan profil yang direkomendasikan WHO yaitu ‘five starsdoctor’ yang
dijabarkan sebagai berikut:
Health provider: Memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan pasien
sebagaimanusia yang utuh (holistic) baik individu, maupun sebagai bagian integral
keluarga danmasyarakat, layanan berkualitas, menyeluruh, berkesinambungan dan
layanan secara perseorangan jangka panjang dan hubungan saling percaya.
Decision maker: Mampu membuat keputusan secara ilmiah berkaitan dengan
pemeriksaan, pengobatan, dan penggunaan teknologi tepat guna sesuai dengan
harapan pasien, etis, pertimbangan cost effective dan adanya kemungkinan layanan
yang terbaik.
Communicator: Mampu menjelaskan dan memberikan nasehat untuk berperilaku
sehatdengan cara yang efektif sehingga kelompok atau individu dapat meningkatkan
danmelindungi kesehatan mereka.
Community leader: Sebagai orang yang dipercaya oleh masyarakat ditempat
bekerjanya, dandapat mempersatukan kebutuhan-kebutuhan akan kesehatan baik pada
perseorangan maupunkelompok, melakukan sesuatu dengan mengatasnamakan
masyarakat.
Manager: Dapat bekerja sacara harmonis dengan individu dan organisasi baik di
dalammaupun diluar system kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan pasien
secara individudan masyarakat, menggunakan data-data kesehatan secara tepat.Prinsip
pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kedokteranmenyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien
yang menjaditanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti
itu diperlukan adanyakunjungan rumah (home visit). Manfaat yang didapatkan dari
kunjungan ke rumah pasien antaralain:
1. Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
2. Meningkatkan hubungan dokter pasien
3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasienManfaat kunjungan
ke puskesmas dan bertemu sendiri dengan pasien adalah agar mahasiswadapat
menerapkan atau mengaplikasikan sendiri praktek pendekatan kedokteran keluarga.
Latar Belakang Masalah
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat
berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat infeksi
yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dengan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen,
yang disebabkan oleh 300 lebih jenis virus, bakteri, serta jamur. Virus penyebab ISPA antara
lain golongan miksovirus yang meliputi virus influensa, virus pra-influensa dan virus
campak. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA
sebagai penyebab kematian terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh
kematian. Bukti bahwa ISPA merupakan penyebab utama kematian adalah banyaknya
penderita ISPA yang terus meningkat. Menurut WHO, ISPA merupakan peringkat keempat
dari 15 juta penyebab pada setiap tahunnya. Jumlah tiap tahun kejadian ISPA di Indonesia
150.000 kasus atau dapat dikatakan seorang meninggal tiap 5 menitnya. Berdasarkan
DEPKES (2006) juga menemukan bahwa 20-30% kematian disebabkan oleh ISPA. Faktor
penting yang mempengaruhi ISPA adalah pencemaran udara. Adanya pencemaran udara di
lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah
timbulnya gangguan pernapasan. Tingginya tingkat pencemaran udara menyebabkan ISPA
memiliki angka yang paling banyak diderita oleh masyarakat dibandingkan penyakit lainnya.
Selain faktor tersebut, peningkatan penyebaran penyakit ISPA juga dikarenakan oleh
perubahan iklim serta rendahnya kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat dalam
masyarakat. Dalam rangka memahami lebih jauh tentang ISPA maka di dalam makalah ini
akan dijabarkan secara lengkap semua hal yang berkaitan dengan ISPA.
Pembahasan
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi akut saluran pernapasan bagian atas
dan saluran pernapasan bagian bawah beserta adenaksanya (Depkes RI, 1993). ISPA adalah
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang berlangsung sampai 14 hari lamanya. Saluran
pernafasan adalah organ yang bermula dari hidung hingga alveoli beserta segenap
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Sedangkan yang dimaksud
dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh dan
berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit (Depkes, 2000). Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan akut yang meliputi saluran
pernafasan bagian atas seperti rhinitis, fharingitis , dan otitis serta saluran pernafasan bagian
bawah seperti laryngitis, bronchitis , bronchiolitis dan pneumonia, yang dapat berlangsung
selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit
tersebut. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli beserta organ
seperti sinus , ruang telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2008). Pada umumnya suatu
penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan.
Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat
dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
kegagalan pernafasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun
demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi
lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam
kegagalan pernafasan (Depkes RI, 2008). ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah
suatu penyakit yang terbanyak di diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang
maupun di negara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit
karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan
anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. (Suprajitno, 2004)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atipikal (mikroplasma), atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau
semua bagian saluran pernapasan (Wong, 2003).
Etiologi
Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi lebih dari 90% untuk
ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah frekuensinya lebih kecil. Penyakit
ISPA bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring
hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan ISPA bagian bawah hampir 50% diakibatkan
oleh bakteri. Saat ini telah diketahui bahwa penyakit ISPA melibatkan lebih dari 300 tipe
antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1986). WHO (1986), juga mengemukakan
bahwa kebanyakan penyebab ISPA disebabkan oleh virus dan mikoplasma, dengan
pengecualian epiglotitis akut dan pneumonia dengan distribusi lobular. Adapun virus-virus
(agen non bakterial) yang banyak ditemukan pada ISPA bagian bawah pada bayi dan anak-
anak adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), adenovirus, parainfluenza, dan virus
influenza A & B. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan kelompok penyakit
yamg komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri
dari 300 lebih jenis virus, bakteri, dan riketsia. Virus penyebab ISPA antar lain golongan
Miksovirus (termasuk di dalamnyavirus influensa, virus para - influensa ),
Adenovirus, Koronavirus , Pikornavirus ,Mikoplasma, Herpesvirus . Bakteri penyebab ISPA
antara lain Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus, Pneumococcus, Hemofilus,
influenza, Bordetella pertusis, dan Corynebacterium diffteria. Ricketsia penyebab ISPA
adalah Koksiela burnetti. Jamur penyebab ISPA adalah Kokiodoide imitis, Histoplasma
kapsulatum, Blastomises dermatidis, Aspergillus fikomycetes. 1
Masa Inkubasi dan Penularan ISPA
Masa inkubasi
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, dimana
secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran
pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan saluran pernafasan yang berlangsung
tidak lebih dari 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan berlangsungnya proses
akut.
Penularan
Pada umumnya ISPA termasuk ke dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara.
Sumber penularan adalah penderita ISPA yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk
atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman
penyebab ISPA ke dalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, disamping
itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan
oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, trasmisi
langsung dapat juga melalui ciuman, memegang/menggunakan benda yang telah terkena
sekresi saluran pernapasan penderita.
Gejala dan Tanda Penyakit serta Cara Diagnosis ISPA
Gejala dan Tanda Penyakit ISPA
Penyakit ISPA meliputi hidung, telinga, tenggorokan (pharinx), trachea, bronchioli dan paru.
Tanda dan gejala penyakit ISPA pada anak bermacam-macam seperti batuk, kesulitan
bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit telinga. Sebagian besar dari gejala
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk dan pilek tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik.
Cara Diagnosis
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium
terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis,
diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan
dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya mortalitas dan morbiditas ISPA serta berat
ringannya penyakit, faktor inilah yang disebut dengan faktor resiko (Koch et al, 2003).
Adapun beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan ISPA yaitu :
1. Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis keuangan yang berkepanjangan, berdampak
buruk terhadap peningkatan penduduk miskin yang disertai dengan ketidak mampuan
masyarakat untuk menyediakan tempat dan lingkungan pemukiman yang layak untuk tinggal.
Hal ini mendorong peningkatan jumlah jumlah Balita yang rentan terhadap serangan berbagai
penyakit menular termasuk ISPA didalamnya. Pada akhirnya akan mendorong peningkatan
jumlah angka penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.
2.Laju pertumbuhan pnduduk yang besar berakibat pada jumlah penduduk yang besar pula
sehingga dapat meningkatkan jumlah populasi Balita. Ditambah lagi dengan setatus
kesehatan masyarakat yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan
pemberantasan penyakit ISPA.
3.Sebagai daerah Lintas Katulistiwa atau daerah yang memiliki Iklim tropis, Indonesia
berpotensi untuk menjadi daerah Endemis beberapa penyakit Infeksi yang setiap saat dapat
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh dari Geografis ini dapat mendorong
terjadinya peningkatan kasus kematian pada penderita ISPA.
4.PHBS adalah salah satu modal utama untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat sangat dipengaruhi oleh Budaya dan tingkat pendidikan penduduk.
Dengan demikian makin tinggi pendidikan dan pengetahuan dari masyarakat akan
berpengaruh baik terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan agar tidak
terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan yang
sehat.
5.Pencemaran lingkungan seperti asap pabrik, gas buangan kendaraan bermotor dan polusi
rumah tangga merupakan ancaman kesehatan terutama ISPA. Demikian pula dengan
perbaikan Iklim Global terutama suhu, kelembaban, curah hujan merupakan beban dalam
penanggulangan penyakit ISPA. ISPA dan Pneumonia sangat rentan terjadi pada Bayi dan
Balita. Daya tahan tubuh dan juga polusi udara menjadi faktor risiko pendukung terjadinya
ISPA.
6. Ketidak patuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA walaupun
tidak begitu berarti. Imunisasi yang lengkap dapat memberikan serta yang cukup berarti
dalam pencegahan penyakit ISPA
7. Pada keluarga yang memiliki anggota keluarga atau ayah seorang merokok, secara statistik
anaknya memiliki kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak yang
tinggal dengan keluarga atau ayah yang tidak merokok.
8. Dapat diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain
adalah rendahnya kuwalitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis,
fisik, maupun kimia. Terutama pemukiman penduduk yang berdekatan dengan Pabrik yang
mengeluarkan limbah dengan cerobong asap, hal ini sangat berpengaruh sekali dalam
peningkatan kasus ISPA.
9.Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan pengukuran Antropometri. Balita dengan gizi
yang kurang akan mudah terkena penyakit ISPA dibandingkan denganbalita dengan gizi
normalkarena faktor daya tahan tubuh yang kurang baik. Penyakit infeksi sendiri akan
menyebabkan balita tidak memiliki nafsu makan dan dapat mengakibatkan kurangan gizi.
Dengan keadaan gizi yang kurang, balita akan lebih mudah terserang ISPA berat.
Laporan kasus
Puskesmas : Grogol 1
No. Register : 123/12
Identitas Pasien:
Nama : Ita rusmini
Umur : 31tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : kayawati
Pendidikan : SLTP (Tamat)
Alamat : jl. Makaliwe no.24 Rt/Rw 02/07
Telepon : 021 32711559
Anamnesis: (Auto-anamnesis)
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama: sakit tenggorokan sejak 1 hari yang lalu
3. Riwayat penyakit sekarang : Keluhan nyeri saat menelan, Sesak napas pun
disangkal pasien, batuk, hidung tersumbat.
4. Riwayat penyakit dahulu : Sakit yang diderita pasien biasanya hanya Batuk, pilek,
demam, pusing saja.
Riwayat Biologis Keluarga:
a. Keadaan kesehatan sekarang: Baik
Pasien dapat dikatakan baik karena pasien dapat bercakap – cakap dengan baik dan
kesadaran serta daya ingatnya baik. Pasien tidak terlihat kesakitan, Anggota
keluarga lain pun tidak menderita penyakit.
b. Kebersihan perorangan: Baik
c. Penyakit yang sering diderita : Batuk, pilek, demam.
d. Penyakit keturunan : Tidak ada
e. Penyakit kronis / menular : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Baik
Pola makan pasien dapat dikatakan baik karena dari yang terlihat dari pola makan
sehari – hari teratur yaitu 3 kali sehari dan pada jam – jam makan. asupan gizi
makan keluarga baik yakni tersedia nasi, sayur, dan lauk.
h. Pola istirahat : kurang
i. Jumlah anggota keluarga : 4 orang
Psikologis Keluarga:
a. Kebiasaan buruk : ada
Kebiasaan tidak cuci tangan sebelum makan
b. Pengambilan keputusan : ibu
c. Ketergantungan obat :Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan :Puskesmas, klinik.
e. Pola rekreasi : kurang
Keadaan Rumah / Lingkungan:
a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Keramik
c. Luas rumah : 3 x 4 m2
d. Penerangan : Kurang
Karena rumah pasien tidak memiliki ventilasi yang cukup, dan letak rumah yang
masuk ke gang kecil tidak memungkinkan mendapat penyinaran matahari yang
cukup.
e. Kebersihan : Kurang
Tampak banyak kotoran-kotoran ayam serta tanah yang lembab, penempatan kandang
ayam di depan rumah
f. Ventilasi : Kurang
Ventilasi untuk keluar masuk cahaya dan udara sangat kurang. Dikarenakan rumah
pasien letaknya berada masuk ke gang kecil dan sempit yang tidak memungkinkan
untuk adanya sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik.
g. Dapur : ada
Namun terlihat tidak bersih serta penempatan di depan rumah yang berhadapan
dengan jalan kereta
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber Air minum : Ledeng
j. Sumber Pencemaran air: Tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan : ada
Ada namun sempit karena rumah pasien letaknya masuk dalam gang kecil dan di
halam depan rumah pasien berdekatan dengan jalan kereta
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Baik
Spiritual Keluarga :
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik
Keadaan Sosial Keluarga :
a. Tingkat pendidikan : sedang
Karena pasien tamatan SLTP, suami tamatan SLTP
b. Hubungan anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang
e. Keadaan ekonomi : Sedang
Suami bekerja sebagai karyawan, Ibu ita seorang karyawan
Kultural Keluarga:
a. Adat yang berpengaruh : Tidak ada
b. Lain –lain : Tidak
Daftar Anggota Keluarga:
n
o
nama Hu
b
umu
r
pe
ndi
peke
rjaa
aga
ma
Keada
an
Kead
aan
Imunisa
si
KB k
et
dgn
kk
dik
an
n keseh
atan
gizi er
a
n
g
a
n
1 Ahmad
aryadi
Aya
h
33 SLT
A
Kary
awa
n
Isla
m
Baik Baik Lengka
p
2 Ita
rusmini
Ibu 31 SLT
A
Kary
awa
ti
Isla
m
Sakit Baik Lengka
p
spira
l
3 Fahirah
artariy
adi
Ana
k 1
4,5 TK - Isla
m
Baik Baik Lengka
p
4 Dimas
ari
saputr
a
Ana
k 2
2,5 - - Isla
m
Sakit Baik Lengka
p
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Pasien tampak compos mentis
Tanda-tanda vital:
1. Tekanan Darah: 120/80 mmHg
2. Frekuensi Nadi: 92x/menit
3. Frekuensi Napas: 24x/menit
4. Suhu badan: 37,6
Hasil Pemeriksaan Faring:
1. Tonsil
-Besarnya T1-T1 Normal, tidak membesar
-Kripta (-), detritus (-)
2. Uvula
-Posisi di tengah
-Hiperemis (-)
-Edema (-)
-Memanjang (-)
3. Faring
-Mukosa tidak hiperemis
-Permukaan tampak licin
-Granul (-)
-Post nasal drip (-)
-Abses Parafaring (-)
-Abses Peritonsil (-)
Diagnosis penyakit: Infeksi Saluran Pernapasan Akut Non Pneumonia
Diagnosis Banding: Rhinitis, Nasofaringitis, Laringitis, Tuberkulosis paru
Diagnosis Keluarga: Keluarga ibu ita rusmini dalam kondisi sehat tapi salah satu anaknya
menderita keluhan yang sama namun risiko tertular penyakit yang diderita ibu ita rusmini ke
keluarga yang lain besar karena kondisi tempat tinggal yang sempit namun dihuni banyak
orang memungkinkan penularan terjadi.
Anjuran Penatalaksanaan penyakit
Promotif: Pemberian penyuluhan tentang ISPA dan bagaimana cara pencegahan dan
mengobatinya. Perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Preventif:
- mempertahankan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang, menjaga kondisi udara
sekitar
- Upaya mencuci tangan
- Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
- Mencegah berhubungan dengan penderita ISPA
Kuratif:Antitusif: Dekstrometorfan, 15-30 mg setiap 4-6 jam.Analgetik-antipiretik:
Paracetamol tablet 500 mg 3 kali sehari selama 5 hari.
Rehabilitatif: makanan cukup gizi dan bersih serta cukup istirahat.
Prognosis
Pasien : Baik jika terapi adekuat, konsumsi makanan bergizi, dan cukup istirahat.
Keluarga: Kemungkinan tertular besar. Mengingat kondisi tempat tinggal yang sempit
namun dihuni banyak orang. Keluarga perlu diberi edukasi untuk selalu menjaga
kebersihan perorangan, lingkungan, dan makan-makanan bergizi.
Masyarakat: kemungkinan penularan ke orang lain besar, sebab rata-rata lokasi
rumah penduduk yang berdekatan, dalam gang-gang kecil dan sempit,
memperbesar kemungkinan kontak dengan droplet pasien.
Resume:
Ibu ita rusmini (31 tahun) datang ke Puskesmas Grogol 1 dengan keluhan sakit tenggorokan,
batuk, dan hidung tersumbat sudah sejak 1 hari yang lalu. Di diagnosis menderita Infeksi
Saluran Pernapasan Akut. Untuk Menyingkirkan diagnosis banding lain perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin, Pemeriksaan dahak, dan foto rontgen
toraks.
Saran
Bagi pasien : Untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA diharapkan dapat
menciptakan lingkungan yang sehat seperti kebiasaan membuka jendela untuk
mengurangi kelembaban udara, tidak merokok dan menjaga jarak kepada orang lain
apabila menderita ISPA, menggunakan masker.
Bagi Masyarakat: Sebagai tindakan pencegahan, diharapkan masyarakat bisa bekerja
sama menciptakan lingkungan dan perilaku hidup sehat (tidak merokok di dalam
ruangan, kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang hari, dan menjaga jarak
apabila menderita ISPA baik dalam keluargamaupun kehidupan bermasyarakat).
Bagi Instansi Terkait: Diharapkan program kesehatan khususnya Program
PemberantasanPenyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2ISPA) dapat lebih
diperbaiki dan dilaksanakan seperti kegiatan penyuluhan mengenai syarat rumah sehat
dan bahaya rokok kepada masyarakat sehingga angka kejadian penyakit ISPA
mengalami penurunan.
Daftar Pustaka
1. Amin Z. Manifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan sistem
pernapasanDalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Stiati S, ed. Ilmu
penyakit dalam.Edisi ke-5(III). Jakarta: Interna Publishing;2009.h.2189-95.